asd

13
ANESTESI PADA ATRIAL SEPTAL DEFEK (ASD) Oleh Dr. Akhyar H Nasution, SpAn Abstrak: Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Insidensi penyakit jantung kongenital terkisar antara 6-8 per 1000 kelahiran.ASD merupakan kelainan jantung bawaan yang banyak ditemukan pada saat remaja atau setelah dewasa. Kata kunci: ATRIAL SEPTAL DEFEK (ASD) ,Left to Right Shunt Abstract : Congenital heart disease is group of malformation from heart structure or big vessel that happen since birth.Complex congenital heart disease occure at infant and pediatric.Incidence of congenital heart disease approximally between 6-8 per 1000 birth.ASD is most common congenital heart disease that found at teenager or adult. Keywords: ATRIAL SEPTAL DEFEK (ASD) ,Left to Right Shunt PATOFISIOLOGI Patofisiologi pada ASD berhubungan dengan arah dan besarnya pintasan atau shunt darah yang melewati jalur

Upload: brandedlovers-onlineshop

Post on 06-Dec-2014

60 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asd

ANESTESI PADA ATRIAL SEPTAL DEFEK (ASD)

Oleh Dr. Akhyar H Nasution, SpAn

 

Abstrak: Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan

malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.

Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak.

Insidensi penyakit jantung kongenital terkisar antara 6-8 per 1000 kelahiran.ASD

merupakan kelainan jantung bawaan yang banyak ditemukan pada saat remaja atau

setelah dewasa.

Kata kunci: ATRIAL SEPTAL DEFEK (ASD) ,Left to Right Shunt

 

Abstract : Congenital heart disease is group of malformation from heart structure or big

vessel that happen since birth.Complex congenital heart disease occure at infant and

pediatric.Incidence of congenital heart disease approximally between 6-8 per 1000

birth.ASD is most common congenital heart disease that found at teenager or adult.

Keywords: ATRIAL SEPTAL DEFEK (ASD) ,Left to Right Shunt

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi pada ASD berhubungan dengan arah dan besarnya pintasan atau

shunt darah yang melewati jalur intraartrial. Faktor utama yang menentukan besarnya

pintasan adalah ukuran defek dan compliance  dari ventrikel.Faktor kedua sangat

dipengaruhi oleh resistensi vaskular dari paru.(1,2)

Pada orang normal bagian kiri jantung memiliki sistem tekanan yang lebih tinggi

dari bagian kanan. Pada kasus ASD, darah akan mengalir dari atrium kiri ke atrium

kanan, hal ini disebut dengan ”Left to Right Shunt” atau pintasan kiri ke kanan.

Page 2: Asd

Kelebihan darah ini akan menyebabkan volume darah yang berlebihan baik pada atrium

kanan dan ventrikel kanan.(2)

Volume yang berlebihan pada jantung kanan akan menjadikan seluruh aliran

darah menjadi berlebihan, yang menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal, yang

menyebabkan terjadinya kegagalan pada ventrikel kanan. Ketika tekanan pada atrium

kanan meningkat  dan menyamai tekanan di atrium kiri maka perbedaan tekanan di antara

kedua  ruangan itu akan berangsur-angsur hilang, sehingga pintasan kiri ke kanan akan

berhenti.(2)

Keadaan ini lama-lama akan membalik tekanan yang melintasi ASD, akhirnya

pintasan akan berbalik menjadi pintasan kanan ke kiri atau yang dikenal dengan nama

Eisenmenger’s Syndrome.(3)

 

EMBRIOLOGI

Pemisahan atrium kanan dan atrium kiri kira-kira terjadi pada minggu ke enam

kehamilan. Akan terbentuk septum primum dan septum sekundum. Bila kegagalan

terjadi  pada pertumbuhan septum primum maka akan terjadi defek septum atrium

primum (dinamakan dengan ASD I) dan bila kegagalan terjadi pada pertumbuhan septum

sekundum akan terjadi defek septum atrium sekundum (ASD II). Defek sinus venosus

biasanya terletak pada muara vena kava superior. Defek ini hampir selalu disertai dengan

tidak normalnya ven pulmonalis dekstra.(4)

Defek sinus koronarius terletak pada muara dari sinus koronarius yang akan

menyebabkan terjadinya hubungan antara dinding atrium dimana pada keadaan normal

seharusnya terpisah antara sinus koronarius dengan atrium kiri. Tipe ini biasanya disertai

dengan adanya aliran pada bagian kiri vena kava superior ke bagian atap atrium kiri.

Menentukan tipe kelainan ASD ini sangat penting, karena berkaitan dengan teknik

operasi yang akan digunakan untuk memperbaiki kelainan ini.(4) 

Page 3: Asd

 

 

PEMBAGIAN ANATOMIS (1,2)

Berdasarkan lokasinya, defek septum atrium dibagi atas 3 bagian yaitu

1.      Defek septum atrium primum (Ostium primum)/ ASD PRIMUM

2.      Defek septum atrium sekundum (Ostium sekundum) / ASD SECUNDUM

3.      Defek sinus venosus/ SINUS VENOSUS DEFECT

 

EFEK BESARNYA DEFEK

Pada ASD dengan defek yang lebih kecil, gejala klinis biasanya tidak terlihat

karena pintasan dari kiri ke kanan terbatas, sehingga hemodinamiknya akan ditoleransi

dengan baik dan tidak menimbulkan kelainan pada saat dilakukan pemeriksaan fisik.(2)

 

DIAGNOSIS

Pada kebanyakan orang  dengan signifikansi ASD, diagnosa ditegakkan saat

dalam kandungan dengan USG atau pada masa awal kanak-kanak dengan pemeriksaan

auskultasi jantung. Orang dewasa dengan ASD yang tak terkoreksi akan mengalami

gejala dispnea pada saat beraktivitas (pola nafas yang dangkal pada saat melakukan

kegiatan ringan), CHF, CBA,atau stroke. Pada pemeriksaan rutin didapatkan kelainan

pada X-Ray dada atau EKG yang abnormal dan adanya AF (atrium fibrilasi). (3)

 

Page 4: Asd

1. GEJALA KLINIS

     Penderita ASD sebagian besar menunjukkan gejala klinis sebagai berikut (4)

Detak jantung berdebar-debar (palpitasi)

Tidak memiliki nafsu makan yang baik

Sering mengalami infeksi saluran pernafasan

Berat badan yang sulit bertambah

     Gejala lain yang menyertai keadaan ini adalah :

Sianosis pada kulit di sekitar mulut atau bibir dan lidah

Cepat lelah dan berkurangnya tingkat aktivitas

Demam yang tak dapat dijelaskan penyebabnya

Respon tehadap nyeri atau rasa sakit yang meningkat

Mild dyspneu pada saat bekerja (dispneu d’effort) dan atau kelelahan ringan adalah

gejala awal yang paling sering ditemui pada hubungan antar atrium. Pada bayi yang

kurang dari 1 tahun jarang sekali memperlihatkan tanda-tanda gagal jantung kongestif

yang mengarah pada defek atrium yang tersembunyi. Gejala menjadi semakin bertambah

dalam waktu 4 sampai 5 dekade. Pada beberapa pasien yang dengan ASD yang lebar,

mungkin dalam 10 atau 7 dekade sebelumnya telah memperlihatkan gejala dispneu

d’effort, kelelahan ringan atau gagal jantung kongestif yang nyata.(2)

Pada penderita ASD terdapat suara splitting yang menetap pada S2. Tanda ini adalah

khas pada patologis pada ASD dimana pada defek jantung yang tipe lain tidak

menyebabkan suara splitting pada S2 yang menetap.(2)

  

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis ASD ini dapat dilakukan dengan beberapa

cara, antara lain(2)

Page 5: Asd

a.       Elektrokardiografi

Pada EKG pasien dengan defek septum atriumsekunder besar, dalam gambar tampak

adanya deviasi sumbu QRS ke kanan. Pola RSR di V1 dan V2, serta hipertrofi ventrikel

kanan (S di V6 6 mm)

b. Radiologi

c. Ekokardiografi

 d. Angiografi nuklir

e. MRI

f. Katerisasi jantung

g. Angiokardiografi

 

PENGELOLAAN

Pada beberapa anak, ASD dapat menutup spontan tanpa pengobatan. Pada ASD

dengan rasio left to right shunt lebih besar dari 2:1 perlu dilakukan tindakan operasi

untuk mengkoreksi keadaan tersebut.(2)

Ada 2 jenis tindakan operasi yang digunakan untuk melakukan koreksi pada ASD

ini, yaitu:

1. Bedah jantung terbuka

2. Amplatzer septal occluder

 

Page 6: Asd

TEHNIK ANESTESI DAN PERAWATAN PERIOPERATIF

Secara garis besar, pedoman pemberian premedikasi, monitoring, induksi, dan

perawatan intraoperatif dapat digunakan untuk semua jenis defek pada septum.

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dikerjakan untuk persiapan operasi antara lain :

darah rutin, termasuk hitung jenis sel darah, elektrolit lengkap, studi koagulasi, urin rutin.(5)

 

Premedikasi

Tujuan pemberian premedikasi pada pasien ini tidak berbeda dengan pemberian

premedikasi pada tindakan operasi jantung lainnya. Sedasi yang cukup membuat pasien

menjadi kooperatif, dan membuat stabilisasi pada sistem kardiovaskuler dan sistem

pernafasan. Pentobarbital 2—4 mg/kgBB peroral atau perektal 2 jam sebelum operasi

ditambah dengan pemberian meperidin 2 mg/kgBB atau morfin 0,1 mg/kgBB dan

skopolamin 0,1mg IM 1 jam sebelum operasi dapat menghasilkan keadaan sedasi atau

hipnotik yang baik.(5)

 

Induksi dan Rumatan Anestesi

Sebagian besar pasien dengan defek septum memilki pintasan kiri ke kanan yang

bertendensi untuk terjadinya pengurangan waktu induksi dari gas anestesi inhlasi yang

relatif solubel contohnya halotan. Selain itu karena adanya pintasan darah disirkulasi

ulang melalui paru dan akan tersaturasi sebagaian dengan gas inhalasi, sehingga

konsentrasi di alveoli akan secara cepat meningkat dan mempercepat induksi. Obat

intravena memiliki onset yang lebih lambat dalam hal efek yang ditimbulkan karena

adanya tambahan dilusi/pengenceran oleh darah yang mengalami resirkulasi.(5)

Pasien yang dipasang infus di tempat atau pasien yang memilih induksi intravena

dapat secara aman dilakukan induksi dengan Pentotal 2-4 mg/kgBB atau obat induksi

Page 7: Asd

intravena lainnya, diikuti oleh Suksinil kolin atau Pankuronium untuk blokade

neuromuskular yann sempurna untuk fasilitas intubasi. Pada pasien dengan tingkat

penyakit yang lebih lanjut (hipertensi pulmonal dengan gagal jantung kanan) Fentanil 5-

10μg/kgBB atau ketamin 1-2 mg/kgBB dapt digunakan sebagai pengganti Pentotal untuk

induksi intravena.(5)

Pada pasien anak biasanya digunakan inhalasi  halotan.  Setelah dipasang EKG

dan manset tensimeter maka dapat diberikan gas anestesi halotan dimulai dari volume

0,5vol % dalam O2 dan N2O 50%. Halotan dinaikkan secarabertahap tiap 3-4 kali tarikan

nafas, dapat diberikan sampai 3-4 Vol %. Kemudian diturunkan secara bertahap, dan

biasanya sekitar kurang dari 2 Vol % sudah cukup dengan nafas spontan. Setelah induksi,

dapat dimulai pemberian infus intravena, kemudian diberikan pelumpuh otot sebelum

dilakukan intubasi endotrakeal. Apabila terjadi kesulitan dalam pemasangan jalur

intravena, pemberian Suksinilkolin IM 4 mg/kgBB + atropin sulfat 0,0005 mg/kgBB

sangat berguna. Tehnik inhalasi dengan menggunakan gas yang kuat secara teori memliki

kekurangan. Dimana gas tersebut akan mengurangi cardiac output dan tahanan sistemik

vaskular yang berpotensi untuk terjadinya pembalikan pintasan kiri ke kanan. Apabila

penyakit obstruktif vaskular paru dan atau kegagalan jantung terjadi, maka teknis

pemberian intravena atau intra muskular ketamin dengan dosis 8 mg/kgBB dapat dipakai

sebagai pengganti untuk fasilitas pemasangan kanul intravena, untuk fasilitas intubasi dan

pemeliharaan.(5)

 

Obat pelumpuh otot yang dipilih seringkali masih pada pankuronium karena

durasinya yang panjang dan efek vagolitiknya. Selain itu Pankuronium menyebabkan

takikardi, dan keadaan ini menguntungkan bagi neonatus dan bayi-bayi muda yang

bergantung pada denyut jantung yang cukup untuk menjaga cardiac output (COP).

Rokuronium apabila diberikan IM dengan dosis 2 mg/kgBB didapatkan kondisi intubasi

yang sangat baik yang diperoleh pada menit 2,5-3 menit pada bayi dan anak-anak. Hal ini

Page 8: Asd

merupakan pilihan baru bagi pasien yang tidak memiliki akses IV selama induksi, dimana

penggunaan suksinilkolim IM merupakan sebuah kontraindikasi.(6)

Walaupun tidak ada penelitian yang menyebutkan hasil yang lebih buruk bila memakai

halotan namun profil hemodinamiknya yang kurang bagus dan meningkatnya catatan

mengenai disritmia membuat para ahli anestesi berpikir kembali untuk memakainya,

karena ada pilihan lain untuk induksi inhalsi, yaitu  sevofluran. (6)

Penggunaan dukungan inotropik, inihibitor fosfodiesterase,dan yang paling baru

milrinone, dan enoxsimone, telah diteliti dan dan digunakan lebih sering pada bayi dan

anak-anak. Penelitian dan pengalaman klinis menunjukkan bahwa agen tersebut secara

rutin meningkatkan CO sebesar 30-50%, dan menurunkan resitensi vaskular sistemik dan

pulmonal sebesar 30-40% dengan perubahan minimal pada HR. Hipotensi sistemik sering

tejadi jika loading dose diberikan terlalu cepat.(6)

Diantara obat induksi intravena yang ada, ketamin dan etomidat adalah pilihan

pada pasien yang memiliki fungsi ventrikel yang rendah atau yang mempunyai resiko

hemodinamik berat dengan induksi anestesi. Propofol dan pentotal akan menyebabkan

hipotensi dan atau depresi miokardial dan bradikardi dan ini tidak boleh dipakai kecuali

pada pasien CHD yang digolongkan sehat dengan fungsi ventrikel yang bagus dan

kondisi hemodinamik yang stabil.(6)

 

Monitoring

Pemantauaan dasar untuk perbaikan ASD atau VSD adalah sama dengan sebagian

besar prosedur operasi kardiovaskular: EKG, tekanan darah (invasif dan non-invasif),

oksimetri nadi, kapnografi, tekanan vena sentral/CVP, temperatur, produksi urin, dan

pemeriksaan laboratoris berupa analisis gas darah dan elektrolit. CVP merupakan

panduan yang baik untuk memberikan terapi cairan. (5,6)

 

Page 9: Asd

KOMPLIKASI

Pembedahan dapat memiliki resiko jangka panjang seperti atrium fibrilasi atau

atrial flutter. Resiko infeksi endokarditis sangat tinggi selama 6 bulan pertama setelah

pembedahan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah CHF, aritmia, hipertensi

pulmonal, sianosis, emboli paradoksikal, stroke, dan infeksi endokarditis. (7)

Komplikasi lain yang berhubungan dengan alat-alat oklusi transkateter adalah :

embolisasi yang kadang memerlukan pembedahan ulang, aritmia, trombus. Komplikasi

yang jarang terjadi adalah; efusi perikardial, transient ischemic attack, sudden death

 

PROGNOSIS

Secara umum prognosis defek septum sekundum pada masa anak-anak dapat

dikatakan baik. Pada sebagian besar kasus mesipun tidak dioperasi pasien dapat

melakukan aktivitasnya dengan normal ataupun hampir normal. Masalah akan timbul

pada dekade ke 2-3. Hipertensi pulmonal dapat terjadi dalam kurun waktu tersebut.

Endokarditis sangat jarang terjadi pada defek sekundum. ASD walaupun tidak

membahayakan tetapi perlu mendapatkan perhatian khusus karena selama puluhan tahun

tidak menunjukkan keluhan dalam perjalanannya, tetapi dalam waktu sangat pendek

terutama dengan timbulnya hipertensi pulmonal akan mengarah dalam suatu keadaan

klinis yang berat. Timbulnya fibrilasi atrium dan gagal jantung merupakan gejala yagn

berat.(8)

Setelah penutupan ASD pada waktu anak-anak, ukuran jantung akan kembali

pada ukuran normal pada waktu 4-6 bulan. Setelah dilakukan penutupan, tidak ada

permasalahan yang timbul dengan aktivitas fisik dan tidak ada batasan apapun dalam

aktivitas. Yang harus dilakukan adalah melakukan perawatan secara berkala dengan

seorang ahli kardiologi yang telah merawatnya. (5)