asdep tata kelola destinasi dan pemberdayaan …...tanjung puting, pulau morotai, dan raja ampat....
TRANSCRIPT
4. ASDEP TATA KELOLA DESTINASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Fasilitasi Koordinasi Asistensi Tata Kelola
Destinasi Pariwisata
2. Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata
3. Penyusunan Pedoman Pengembangan
Tata Kelola Destinasi Pariwisata Wilayah
Perbatasan
4. Seminar Nasional Forum Tata Kelola
Destinasi Pariwisata Wilayah Perbatasan
5. Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Khusus
6. Fasilitasi Asistensi Tata Kelola Destinasi
Khusus
7. Bimbingan Teknis Sadar Wisata Dan Aksi
Sapta Pesona
8. Bimbingan Teknis Sadar Wisata kepada
Aparat Pengamanan Di Destinasi
Pariwisata
9. Penguatan Kelompok Sadar Wisata
10.Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta
Pesona
Program Pembentukan dan Pengembangan
Destination Management Organization / Tata Kelola
Destinasi Pariwisata (DMO/DG) telah diinisiasi oleh
Kementerian Pariwisata sejak tahun 2010. Program
Tata Kelola Destinasi Pariwisata menjadi program
prioritas / unggulan yang lokus destinasinya
merupakan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) yang tertera pada PP No. 50 Tahun 2011
tentang RIPPARNAS.
Program Tata Kelola Destinasi Pariwisata 2010 –
2014 pelaksanaannya diukur berdasarkan Tahapan
Transformasi Tata Kelola Destinasi Pariwisata
(Strategi Dan Skenario 1) sesuai buku Pedoman
Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Berbasis Konsep Destination Management
Organization (DMO) dan Destination Governance
(DG). Di tahun 2015, fokus program Tata Kelola
Destinasi Pariwisata adalah pembentukan Forum
Tata Kelola Pariwisata di 16 kluster dan sosialisasi
program TKDP di 9 kluster baru.
Untuk tahun 2016, program TKDP akan
memfokuskan pada dua critical success factor, yakni
Management Destinasi yang meliputi Finansial,
Operasional, Marketing, SDM, dan Inovasi; dan
Pembenahan Destinasi. Sedangkan untuk
pembenahan destinasi, akan dikonsentrasikan pada
pembangunan infrastruktur dalam rangka dukungan
pengembangan aksesibilitas, amenitas dan fasilitas
pendukung pariwisata lainnya.
I. Cluster program
Pada tahun 2016, Program Tata Kelola Destinasi
Pariwisata dilaksanakan di 27 (dua puluh tujuh)
Cluster, dengan rincian 25 Cluster Existing dan 2
Cluster Baru. Cluster yang existing adalah Sabang,
Toba, Nias, Muaro Jambi, Palembang, Kota Tua,
Kepulauan Seribu, Pangandaran, Borobudur, Bromo
Tengger Semeru, Pemuteran, Batur, Sanur, Rinjani,
Komodo, Flores, Wakatobi, Toraja, bunaken,
Derawan, Sentarum, Belitung (Tanjung Kelayang),
Tanjung Puting, Pulau Morotai, dan Raja Ampat.
Sedangkan Cluster baru pada tahun 2016 adalah
Tanjung Lesung dan Mandalika. Dari cluster-cluster
tersebut, beberapa diantaranya merupakan 10
Destinasi Pariwisata Prioritas yang ditetapkan oleh Presiden.
Berikut adalah Peta dari Cluster-cluster dimana dilaksanakan Program Tata Kelola Destinasi Pariwisata Tahun 2016 :
1. Fasilitasi Koordinasi Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Fasilitasi koordinasi asistensi Tata Kelola Destinasi dilaksanakan oleh Sekretariat DMO Pusat Kementerian Pariwisata.
Sekretariat DMO Pusat melaksanakan tugas dalam fasilitasi antara lain DMO Club Meeting, Management Training,
Workshop, Monitoring dan Evaluasi, Pembuatan MAPS Kluster DMO, Pengumpulan Data Critical Factors Cluster DMO.
Berikut adalah pelaksanaan Fasilitasi Koordinasi Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata yang telah dilaksanakan
pada Tahun 2016 :
Tanggal Kegiatan Keterangan
14 Januari 2016
Workshop Program Tata Kelola Destinasi Pariwisata
15 Januari 2016
Stakeholder Meeting Program Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Penajaman konsep DMO Penajaman mengenai output dan outcome dari
program DMO
16 Januari 2016
Management Training Program Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Pemahaman Penggunaan metode statistic untuk menghitung jumlah wisatawan pada 27 cluster DMO
Penajaman mengenai kebutuhan pengembangan atraksi, ammenitas dan aksesibilitas dan kebutuhan lintas sector pada 27 cluster DMO
17 Januari 2016
Club Meeting
21 Januari 2016
Workshop dalam rangka penetapan kerangka kerja program Tata Kelola Destinasi Pariwisata 2016
Menyepakati penggunaan konsep “Tools Identifikasi Isu” dapat digunakan sebagai kerangka berpikir untuk bekerja, namun perlu ada penyederhanaan tabel.
Peserta membuat suatu mapping tentang lingkup kerja bidang Manajemen pada FTKP / LWG, yang nantinya mohon persetujuan Deputi Pengembangan Destinasi & Industri Pariwisata.
Usulan mengenai tugas narasumber, fasilitator destinasi, dan fasilitator lokal dilakukan beberapa revisi serta penambahan dan telah disepakati.
04 Februari 2015
Club Meeting : Dalam Rangka Program Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata 2016
Prinsip dari DMO, kuncinya di lokalitas daerah, bagaimana memanfaatkan potensi lokal yang bisa diterima oleh pasar internasional tanpa meninggalkan lokalitas atau ciri khas. Dengan potensi lokalitas di Indonesia akan mampu mengembangkan DMO kita lebih maju dari negara lain. Ini harus berangkat dari masyarakat.
05 Februari 2015
Club Meeting : Peran FTKP / LWG Dalam Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata Tahun 2016
FTKP harus dibuat roadmap yang jelas. Kesuksesan FTKP adalah apabila FasDes & FasLok nya
sudah berhasil membuat FTKP nya jalan. Administrator dari FTKP hendaknya bersifat
HIRARKIS tetap STRUKTURAL, namun pengambilan keputusan-keputusan harus bersifat KONSENSUS. FTKP hanya memfasilitasi program:
FTKP harus memperhatikan 3 hal penting : CLARITY, INTENTIONALITY, POOL of PEOPLE
18 Februari 2016
Workshop Dalam Rangka Tindak Lanjut Penyusunan Workplan Tahun 2016
Pembahasan format workplan, critical success Pembahasan tema seminar nasional Disampaikannya arahan persiapan ke lapangan dan
sinkronisasi dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat
19 Februari 2016
Workshop Dalam Rangka Kerjasama dan Sinergitas Program Lintas Sektor di 27 Cluster
Mengsinergikan program antar Kementerian terkait dengan bidang Pariwisata
07 April 2016 Club Meeting 5: dalam rangka formulasi isu strategis pada destinasi
Menyusun Formulasi Isu Strategis pada destinasi nasional
nasional Sinergi Program DMO dangan 10 Destinasi Pariwisata Unggulan
2. Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Pada Tahun 2016, Program tata Kelola Destinasi Pariwisata telah dilaksanakan di beberapa Cluster. Kegiatan yang
dilakukan di masing-masing Cluster berupa Stakeholder Meeting, Convergence Meeting, Workshop, dan Bimbingan
Teknis. Kegiatan-kegiatan tersebut ditujukan untuk mendukung peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata Prioritas
pada 27 Cluster DMO yaitu upaya penguatan dan penataan organisasi melalui pembentukan Forum Tata Kelola
Destinasi Pariwisata, pembentukan Local Working Group atau Kelompok Kerja Lokal, penyusunan critical success factor,
serta melakukan stakeholder mapping. Untuk pelaksanaan kegiatan pada cluster yang juga merupakan 10 Destinasi
Pariwisata Prioritas juga melibatkan Tim Percepatan Pembangunan Pariwisata. Berikut adalah rekap pelaksanaan
kegiatan dari masing-masing Cluster tersebut :
Cluster Tanggal Kegiatan Hasil
Kepulauan Seribu
23 Februari 2016
Stakeholder Meeting Dalam Rangka Pembahasan Kerangka Kerja Tata Kelola Destinasi Pariwisata Kepulauan Seribu Tahun 2016
Diharapkan ada komitmen dari Pemerintah Daerah. dalam upaya mencapai peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, serta bagaimana kita bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka memajukan pariwisata prioritasnya adalah pembangunan infrastruktur dan harus bersamaan dengan pemberdayaan masyarakat, dalam konteks inilah pariwisata dikembangkan melalui Tata Kelola.
1 Maret Stakeholder Meeting Dalam Critical Success Factor Kepulauan Seribu perlu
2016 Rangka Pembentukan kelompok Kerja Lokal Pariwisata Tata kelola Destinasi Pariwisata Kepulauan Seribu
dilakukan penajaman. Aspek lingkungan menjadi penting. Kunjungan
di Kepulauan Seribu menunjukan adanya tren peningkatan. Peningkatan tersebut berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat seperti terbukanya lapangan kerja
Borobudur 3 Maret 2016
Convergence Meeting Dalam Rangka Koordinasi Lintas Sektor Pengelolaan & Peningkatan Infrastruktur Kawasan Borobudur
Destinasi Borobudur diperlukan penguatan FTKP dengan cara perluasan keterlibatan berbagai pihak
FTKP Borobudur harus diperkuat dengan legalitas, setidaknya dapat ditandatangani oleh Bupati Magelang.
4 Maret 2016
Workshop Dalam Rangka Stakeholder Meeting dalam rangka Koordinasi Internal Kluster DMO Borobudur
Destinasi Borobudur diperlukan penguatan FTKP dengan cara perluasan keterlibatan berbagai pihak
FTKP Borobudur harus diperkuat dengan legalitas, setidaknya dapat ditandatangani oleh Bupati Magelang.
27 Agustus 2016
Stakeholder Meeting Akselerasi Pengelolaan Borobudur menuju Destinasi Internasioanal
Management atraksi wisata di Kembanglimus masih terkotak-kotak.
Perlu pembagian tugas / peran yang jelas antar LWG
Apa yang kita diskusikan ada harapan kedepan, dimana konteks kedepan apa yang akan kita buat kesana. Selain konteks, yang penting adalah konten.
Kedepan diharapkan ada transformasi dalam pengelolaan. Tugas fasdes adalah memetakan persoalan yang ada di bawah. Seperti TIC, kendala homestay dll. BO tidak akan mengganti TWCB namun mentransforasi ke arah yang lebih
baik. Pengelolaan kawasan Borobudur harus incorporate. Kesejahteraan adalah untuk masyarakat.
Bunaken 10 Maret 2016
Stakeholder Meeting dalam rangka kick off DMO Bunaken Tahun 2016
Dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama yang didasari oleh keinginan bersama untuk membangun Destinasi Pariwisata yang Berkualitas, Berdaya Saing, dan Berkelanjutan.
Dilakukan sosialisasi program lintas sektoral 11 Maret
2016 Convergence Meeting dalam rangka pemantapan FTKP Bunaken
Dalam kegiatan ini dipersiapkan pembentukan FTKP Bunaken, selain itu juga dilakukan penyampaian program kerja DMO Bunaken untuk tahun 2016.
Sabang 10 Maret 2016
Convergence Meeting Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata Sabang
Disepakati Komitmen bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), FTKP dan LWG untuk percepatan pengembangan kepariwisataan di Aceh – Sabang dalam upaya pencapaian target pariwisata nasional.
12 Maret 2016
Convergence Meeting Peningkatan Kualitas Destinasi Pariwisata Sabang
Perhitungan dampak ekonomi dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam pengelolaan destinasi pariwisata di Sabang.
Fokus FTKP Sabang terkait dengan pengembangan SDM, Infrastruktur dan lingkungan hidup, pengembangan daya tarik dan industri pariwisata, serta regulasi dan keamanan
Setelah tahun 2015, ada beberapa hal yang telah terwujud dalam pengembangan tata kelola destinasi pariwisata di Sabang, seperti penataan kawasan, akses, dsb. Namun masih banyak hal yang belum kita selesaikan, terutama pelabuhan.
Kota Tua 16 Maret Stakeholder Meeting dalam Celah pengembangan destinasi heritage kota tua
2016 rangka kick off DMO Kota Tua Tahun 2016
: ketidakmampuan memenuhi harapan wisatawan, informasi yang sangat terbatas, ilegal dan tidak standar pelaku guide, monotone dan menjemukan, kurang training dan update.
Telah dilakukan sosialisasi Critical Factor DMO Kota Tua
24 Mei 2016 Workshop Manajemen Mutu Museum Kota Tua
29 Agustus 2016
Dukungan Pengembangan Tata Kelola Destinasi DMO Kota Tua dalam rangka penyusunan database Cagar Budaya berbasis Open data
Pengajuan suatu objek untuk menjadi suatu cagar budaya dapat disampaikan kepada Tim Ahli Cagar Budaya, namun perlu disertakan dengan beberapa persyaratan sebagaimana ditetapkan oleh Tim Cagar Budaya.
Penggunaan aplikasi open data memberikan manfaat dalam menyebarkan informasi tentang pariwisata maupun kebudayaaan, karena adanya kemudahan dalam mendapatkan informasi tersebut.
Pendataan cagar budaya dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi open data, sudah banyak developer yang menyediakannya. Namun saat ini perlu ada partisipasi dari masyarakat agar aplikasi open data tersebut dapat bermanfaat.
Form pendataan cagar budaya sudah tersedia dalam google docs, form yang disusun sudah menyesuaikan dengan data yang dibutuhkan dalam pengajuan suatu objek menjadi Cagar Budaya.
Pendataan cagar budaya melalui open data memberikan berbagai kemudahan dalam pengumpulan informasi. Diakernakan pengisian
dapat dilakukan oleh siapa saja. Namun perlu dilakukan verifikasi terhadap data yang diisi tersebut.Pendataan Cagar Budaya akan dilakukan dengan melibatkan LWG DMO Kota Tua, Universitas, dan para pengumpul data.
Palembang 17 Maret 2016
Workshop dalam rangka penyusunan kerangka kerja Tata kelola Destinasi Pariwisata Kota Palembang dan sekitarnya
Dilakukan identifikasi issue dan kebutuhan untuk pengembangan kepariwisataan Musi, Palembang dan sekitarnya
Kebutuhan kepariwisataan Palembang, diantaranya: peningkatan kapasitas pelaku pariwisata, pembukaan lapangan kerja pariwisata, penyiapan infrastruktur pariwisata, penguatan jejaring, penguatan tourism management plan, peningkatan SDM Pariwisata, peningkatan kualitas destinasi pariwisata, persiapan daya dukung destinasi pariwisata
18 Maret 2016
Stakeholder Meeting dalam rangka pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata (DMO) Musi, Palembang
Dilakukan komitmen dengan para pihak / pemangku kepentingan untuk pengembangan kepariwisataan Musi, Palembang dan sekitarnya
Diadakan sosialisasi SK Walikota Palembang untuk DMO Musi, Palembang
30 Mei 2016 Bimbingan teknis pelayanan prima asistensi tata kelola destinasi pariwisata musi - palembang
16 Agustus 2016
Workshop pelatihan pemandu wisata tata kelola destinasi pariwisata dmo musi
Pertemuan dan diskusi dengan ahli sejarah, budayawan, tokoh adat dan ahli lainnya untuk menyamakan persepsi cerita, hikayat, atau kisah interpretasi Palembang
Para pemandu bisa lebih kreatif dalam memanfaatkan social media untuk mempromosikan jasa
Tindak lanjut workshop dengan pelatihan pemandu wisata lanjutan, pelatihan bahasa, sertifikasi pemandu wisata, dan pelatihan lainnya.
Pangandaran 22 Maret 2016
Stakeholder Meeting Dalam rangka Kick Off DMO Pangandaran Tahun 2016
Dalam konteks pengembangan kawasan pangandaran perlu disusun regulasi perizinan untuk mendukung pengembangan fungsi kawasan. Salah satu contohnya adalah penertiban Pedagang Kaki Lima di kawasan Pangandaran.
Perlu adanya pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, dan aksesibilitas pariwisata di kawasan.
Perlu adanya pengembangan investasi yang sesuai dengan fungsi kawasan.
Setiap stakeholder yang ada di Pangandaran harus bersinergi dalam menjalankan perannanya dalam membangun pariwisata pangandaran. Pembagian peran dalam Forum Tata Kelola Destinasi Pariwisata harus jelas dan sesuai dengan tupoksi dari masing-masing stakeholder.
Salah satu permasalahan di Pangandaran adalah penataan Pedagang Kaki Lima (PKL), karena itu perlu adanya mekanisme penanganan para PKL di Pantai Pangandaran.
31 Mei 2016 Stakeholder Meeting dalam rangka Program Tata Kelola Destinasi Pariwisata DMO Pangandaran Tahun 2016
Stakeholder menyepakati untuk merapihkan Pantai Barat dan Timur Pangandaran. Selain itu juga sepakat untuk bersama-sama menuju pariwisata kelas dunia.
Pelaksanaan event di Pangandaran masih kurang
1 Juni 2016 Convergence meeting asistensi tata kelola destinasi pariwisata pangandaran
Upaya pengembangan pariwisata akan dilakukan disemua lini termasuk dalam standar packaging, pengembangan Sumber daya manusia bersertifikasi, pengembangan produk maupun local identity.
Rinjani 23 Maret 2016
Stakeholder Meeting Dalam Rangka Kick Off DMO Rinjani Tahun 2016
Dilakukan sosialisasi kerangka kerja DMO Rinjani dan critical success factor DMO Rinjani tahun 2016
Kebutuhan pada DMO Rinjani adalah pada kebersihan (masalah sampah) yang ada di sekitar Rinjani dan sekitarnya untuk dapat diselesaikan bersama-sama dengan para pihak
Mandalika 24 Maret 2016
Stakeholder Meeting Sosialisasi Program Tata Kelola Destinasi Pariwisata di kawasan mandalika
Dilakukan sosialisasi DMO Mandalika kepada para pihak di Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah
Para pihak / pemangku kepentingan sepakat bersama-sama bekerja untuk pengembangan kepariwisataan Mandalika, Lombok Tengah sebagai 10 destinasi pariwisata nasional tahun 2015 – 2019
Identifikasi issue dan kebutuhan pengembangan kepariwisataan Mandalika dan sekitarnya
27 Mei 2016 Stekholder Meeting dalam rangka penyusunan kerangka kerja dan identifikasi pemangku kepentingan Tata Kelola Destinasi Pariwisata Mandalika
28 Mei 2016 Workshop dalam rangka identifikasi critical succes factor Tata Kelola Destinasi
Pariwisata Mandalika 9 Agustus
2016 Bimbingan Teknis pelayanan prima untuk wisatawan di mandalika
Pembentukan segera ( target 1 bulan ) Perkumpulan Pedagang Asongan Mandalika dan Perkumpulan Kapten Boat Mandalika sebagai wadah untuk menyusun langkah-langkah konkrit dalam membangun kesepakatan antar mereka demi Mandalika yang nyaman bagi wisatawan, dan tadi sdh ditunjuk Koordinator yang akan mengkoordinir langkah-langkah pembentukan ini
Kegiatan Bimtek ini diharapkan untuk terus dilakukan dalam berbagai tema oleh Kemenpar RI hingga terbentuknya Local Working Group di mandalika, dimana salah satu anggotanya nanti adalah perkumpulan asongan dan kapten boat mandalika
Komunikasi dan kepedulian ITDC kepada perangkat desa dan masyarakat sekitar harus terus ditingkatkan , masyarakat berharap untuk sering diajak berkomunikasi terkait progress ITDC sehingga dapat terhindari salah persepsi dan sensitifitas di lapangan.
10 Agustus 2016
Workshop dalam rangka pembahasan critical success factor tkdp mandalika
Permasalahan masyarakat adalah ketidakjelasan lahan pembangunan yang direncanakan oleh ITDC.
Pentingnya Pihak Pemerintah dan ITDC untuk terus melakukan pendekatan dan melibatkan masyarakat secara langsung di dalam program-programnya sehingga terciptanya hubungan silaturahim yang kuat demi kemajuan kawasan mandalika. Berikan kesempatan kepada ITDC untuk bekerja, serahkan permasalahan ITDC
kepada Manajemen ITDC , kita fokus kepada pembenahan diluar lingkup itu demi kenyamanan dan keamanan wisatawan yang datang
Memohon dukungan dari Kadisbudpar Loteng untuk berkenan segera membentuk kelompok pedagang asongan mandalika guna mengatasi permasalahan pedagang asongan yang kerap mengganggu kenyamanan wisatawan di pantai mandalika
Segera dibentuknya Lokal Working Group Mandalika yang dapat segera merumuskan dan menetapkan *awig awig mandalika* sebagai sebuah wujud aturan guna menjamin kesamaan sikap dan aturan demi menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan.
Pemuteran 28 Maret 2016
Stakeholder Meeting dalam rangka kick off Tata Kelola Destinasi Pariwisata Pemuteran Tahun 2016
Dilakukan sosialisasi kerangka kerja kepada para pihak di DMO Pemuteran
DIlakukan penajaman critical success factor Pemuteran
Identifikasi kebutuhan pengembangan kepariwisataan Pemuteran dan sekitarnya bersama dengan para pihak yang berkepentingan untuk pengembangan destinasi Pemuteran
Batur 29 Maret 2016
Stakeholder Meeting dalam rangka kick off Tata Kelola Destinasi Pariwisata Batur Tahun 2016
Pengembangan kepariwisataan Batur lebih menekankan pada Tata Kelola Destinasi dan Kelembagaan, pada tahun 2016 ini akan lebih difokuskan pada kegiatan terkait Industri dan Promosi Pembangunan Kepariwisataan
Penyamaan persepsi persepsi dari berbagai pelaku yang terlibat langsung maupun tak
langsung dalam Pembangunan Kepariwisataan di Wilayah FTKP Batur UNESCO Global Geopark terhadap Rencana Program Kerja/ Workplan 2016 dari FTKP Batur UNESCO Global Geopark.
Sanur 30 Maret 2016
Stakeholder Meeting dalam rangka kick off Tata Kelola Destinasi Pariwisata Sanur Tahun 2016
Telah dilakukan penajaman critical success factor Sanur
Penyusunan kerangka kerja DMO Sanur tahun 2016
Penyamaan persepsi dengan para pemangku kepentingan di Sanur khususnya bersama-sama dengan Yayasan Pengembangan Sanur untuk pengembangan kepariwisataan Sanur dan sekitarnya
Belitung 25 Februari 2016
Stakeholder Meeting dalam rangka kick off program tata kelola destinasi pariwisata belitung tahun 2016
Identifikasi issue strategis dan kebutuhan pengembangan kepariwisataan Belitung
Peningkatan kapasitas dari para pihak untuk tata kelola destinasi pariwisata
26 Februari 2016
Stakeholder meeting dalam rangka penyusunan kerangka kerja tata kelola destinasi pariwisata belitung tahun 2016
Critical Success Factor Kepulauan Seribu perlu dilakukan penajaman.
aspek lingkungan menjadi penting. Kunjungan di Kepulauan Seribu menunjukan adanya tren peningkatan. Peningkatan tersebut berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat seperti terbukanya lapangan kerja
21 Juni 2016 Workshop pengembangan tata kelola destinasi pariwisata belitung tahun 2016
22 Juni 2016 Stakeholder Meeting dalam rangka identifikasi isu strategis kepariwisataan Belitung tahun 2016
1 September
2016 Workshop dalam rangka Akselerasi Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Tanjung Kelayang, Belitung Tahun 2016
Faktor penentu kesuksesan KEK, pengembangan potensi ekonomi wilayah (bukan masyarakat yang mendukung tapi adanya sinergi antara masyarakat dan KEK), penguatan regulasi dan kebijakan, peningkatan iklim invesatasi, peningkatan infrastruktur, peningkatan SDM dan IPTEK.
Manfaat dari KEK bagi Belitung adalah peningkatan kunjungan wisatawan, penoingkatan PRDB, akan adanya percepatan pembangunan infrastruktur.
Ekonomi akan collapse kalau tidak ada pariwisata. perlu adanya tagline Belitung untuk menarik wisatawan. Kalau kita bisa mengangkat brand land under the rainbow dan mengangkat spirit dari ciri-ciri leluhur dengan menjadi kreatif dan ingin menciptakan hal-hal baru. Membuat wisatawan datang ke Belitung bukan hanya karena keindahan pantainya tapi karena Belitung pantas membuat wisatawan melihat masa lampau (budaya Belitung).
Flores & Komodo
17 Mei 2016 Dukungan kegiatan dalam rangka deklarasi forum tata kelola destinasi pariwisata komodo tahun 2016
Dalam mewujudkan pembangunan kepariwisataan di Komodo, kira menghadapai tantangan dan hambatan utama yaitu: (1) Lemahnya koordinasi antar sektor; (2) Masterplan pembangunan daerah belum dijadikan acuan oleh para pemangku kepentingan dalam pembangunan destinasi pariwisata, (3)Pemahaman masyarakat terhadap pariwisata masih rendah.
FTKP mendukung berjalannya Badan Otoritas
Pariwisata dan menciptakan susasana yang kondusif untuk mendukung percepatan pembangunan kepariwistaaan di Labuan Bajo-Flores.
Melalui FTKP diharapkan ditemukan solusi kreatif atas permasalahan kepariwisatan dalam mewujudkan pelayanan kepariwisataan yang lebih baik di Kabupaten Manggarai Barat.
Labuan Bajo diharapkan dapat menjadi destinasi yang berdaya saing berbasis agrowisata. Badan Otorita hadir sebagai motor penggerak pembangunan, FTKP diharapkan tetap terlibat aktif dengan terus berdiskusi, untuk memberikan masukan-masukan terhadap pembangunan yang dibutuhkan dan sebagai wadah peran serta masyarakat.
- Masyarakat pasti dilibatkan, dan dapat melalui FTKP sebagai forum yang melibatkan masyarakat. Verifikasi terhadap planning apa yang akan dilakukan. Untuk grafik pertumbuhan kedepan, kita mau kejar 20 juta orang atau 10 juta dengan bawa uang 2 kali lipat lebih banyak. Dan yang utama adalah nilainya. Apalagi di Komodo sensitif dengan isu lingkungan, oleh karena itu perlu riset carrying capacity. Bagaimana dampak kedepannya atas kehadiran wisatawan. Oleh karena itu sangat penting penyusunan masterplan kawasan pariwisata. Dari masterplan pariwisata, kita dapat mengetahui mana zona dengan daya tampung tinggi maupun rendah dan dapat mendistribusikan wisatawan dengan lebih baik.
BO pariwisata ini berbeda dengan BO Batam. Fungsinya 2, otoritatif dan koordinatif. BO Pariwisata dapat memiliki wilayah untuk dijadikan kawasan terpadu selama 30 tahun, maka Pemerintah Pusat akan hadir untuk membangun. Dengan kita punya dana untuk pembangunan fisik, otomatis yang dapat manfaat paling banyak adalah masyarakat, dapat air, dapat listrik, dapat bandara, dll. Dengan hadirnya dana APBN untuk pembangunan fisik di daerah, maka APBD dapat dialokasikan ke sektor pariwisata untuk mengisi konten destinasi seperti penataan destinasi, pelaksanaaan festival-festival, dll.
Untuk peningkatan kapasitas SDM, kita memiliki bimtek yang bisa dimanfaatkan dari Kementerian, dimana kita memiliki 31 jenis kompetensi / sertifikasi.
18 Mei 2016 Workshop dalam rangka pengembangan forum tata kelola destinasi pariwisata komodo tahun 2016
Sebagai salah satu dari 10 destinasi prioritas Labuan Bajo memiliki Visi Pengembangan: “The Gate of World Ecotourism in East Nusa Tenggara“, Labuan Bajo sebagai pintu gerbang ekowisata pendukung pembangunan KSPN Taman Nasional Komodo dan menjadi pusat industri pariwisata NTT dan sekitarnya.
Tujuan utamanya adalah menjadikan Destinasi Labuan Bajo sebagai Destinasi Utama Pariwisata Nasional dan Internasional, dengan mengintegrasikan pengelolaan industri pariwisata dan konservasi alam serta menarik 500.000 kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2019
Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Labuan Bajo difokuskan pada elemen 3A yaitu atraksi , aksesibilitas dan amenitas. Pengembangan kawasan Labuan Bajo-Flores sebagai Destinasi Utama berstandar Internasional yang menjaga kearifan lokal dan berwawasan lingkungan.
Critical Success Factor : Single Destination, Multi Management harus berubah menjadi Single Destination, Multi Cluster, Single Management.
Rekomendasi: - Percepatan Peraturan Presiden (PerPres) terkait Penetapan Badan Otorita DPN Labuan Bajo, Akselerasi Pembangunan Infrastruktur, dan Zona Badan Otorita.
14 Mei 2016 Stakholder Meeting program DMO untuk peningkatan kegiatan pariwisata dan partnership forum stakeholder kunci kabupaten flores timur
15 Mei 2016 Stakholder Meeting program DMO untuk peningkatan kegiatan pariwisata dan partnership forum stakeholder kunci kabupaten sikka
19 Mei 2016 Convergence Meeting Program DMO untuk peningkatan kegiatan pariwisata dan partnership forum stakeholder kunci kabupaten Nagekeo
21 Mei 2016 Convergence Meeting program DMO untuk peningkatan kegiatan pariwisata dan
partnership forum stakeholder kunci kabupaten ende
Wakatobi 25 April 2016
Stakholder Meeting dalam rangka pengembangan program tata kelola destinasi pariwisata wakatobi
Pariwisata merupakan sesuatu yang Multi Dimensional dan lintas sektoral yang tidak dapat dilaksanakan oleh satu instansi atau lembaga saja
Pariwisata memerlukan sinergitas dari berbagai aspek serta stakeholder yang berkepentingan untuk meningkatkan serta memajukan kepariwisataan itu sendiri
Bidang pariwisata adalah merupakan salah satu sektor andalan sulawesi tenggara dan memiliki potensi cukup besar dan dapat memberikan secercah harapan kepada masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat
27 April 2016
Convergence meeting dalam rangka sinkronisasi program pengembangan kepariwisataan di wakatobi
Menitip kepada para stake holder bahwa Ada satu potensi pariwisata di Binongko yang sudah dilirik oleh Dinas dan layak di jual yang merujuk pada Nama besar Wakatobi sendiri Kepulauan Tukang Besi sendiri lahir Dari Binongko. Dan sampai hari ini masih banyak terdapat para pengrajin tukang besinya yang masih exist. Dan dengan berkembangnya jaman masih ada juga yang melakukannya secara manual. Diharapkan bagaiman cara membantu utuk mengangkat hal tersebut ke pasar.
Menekankan bahwa study tentang caring capasity akan sangat penting untuk dilakukan
Pulau Morotai
11 Juni 2016 Stakholder Meeting dalam rangka Asistensi Tata Kelola Destinasi Maluku Utara
Dalam pengembangan kepariwisataan, manfaat kegiatan kepariwisataan terhadap masyarakat merupakan hal crucial dan tidak boleh
dilupakan. Pengembangan daya tarik wisata tidak hanya
pada marine namun juga pada sejarah Maluku Utara. Konsep Morotai sebagai kota penyangga juga harus dapat menjadi konsideran.
Harus ada sebuah kebijakan dimana boleh ada investasi namun harus menggunakan SDM local. Namun, local juga harus meningkatkan kemampuannya untuk mendapatkan pengakuan sebuah keterampilan.
12 juni 2016 Stakholder Meeting dalam rangka Penguatan Kelembagaan TKDP Maluku Utara
Sebernarnya melalui FTKP Morotai kita juga bisa membangun program bersama untuk mendukung pemilik Tupoksi dalam membangun Morotai
Target wisatawan adalah wisatawan yang willingness to pay more to spend some time in Morotai. Strategi penerbangan juga perlu diatur, mungkin perlu diatur untuk menginap di Morotai.
Promosi melalui media sosial juga sangat significant. Masing-masing stakeholder juga perlu untuk memanfaatkan media sosial yang kita miliki untuk mempromisikan Morotai sebagai sebuah destinasi wisata.
Hasil apa yang dihasilkan oleh sail morotai menjadi sebuah tanda tanya besar. Aset peninggalan Morotai banyak yang terbengkalai karena banyak aset yang belum diserah terimakan oleh Dinas Provinsi ke Kabupaten/ Kota. Things to note: dalam membangun kepariwisataan tidak boleh saling menyalahkan.
Dalam pengembangan pariwisata, ada 3 pilar
yang sangat penting: 1) Pemerintah, 2) Komunitas Lokal, 3) Industry
Muaro Jambi 2 Juni 2016 Stakholder Meeting dalam rangka pengembangan program asistensi tata kelola destinasi pariwisata DMO Muaro Jambi tahun 2016
Tujuan Kegiatan Stakeholder Meeting dalam rangka Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata (DMO) Muara Jambi ini bertujuan untuk membahas pembentukan Kelompok Kerja Lokal Pariwisata (KKLP) Candi Muara Jambi, program Tata Kelola Destinasi Pariwisata Prioritas Tahun 2016 dan rencana kerangka dan capaian strategi program Tata Kelola Destinasi Pariwisata Tahun 2016. Manfaat kegiatan : Terciptanya kesepahaman terhadap pentingnya ”one destination, one management”; Terciptanya kesepahaman akan pentingnya LWG dan FTKP; Teridentifikasinya Stakeholder Kunci dan Isu-isu Strategis Pembangunan Kepariwisataan Candi Muara Jambi
3 Juni 2016 Workshop dalam rangka penyusunan kerangka kerja dan pembahasan critical succes factor asistensi tata kelola destinasi pariwisata DMO Muaro Jambi tahun 2016
Terbentuknya struktur organisasi inti KKLP Candi Muara Jambi;
Tersusunnya Pemetaan Pemangku kepentingan KSPN Candi Muara Jambi;
Tersusunnya Isu Strategis dan Program Kerja KKLP tahun 2016.
15 Agustus 2016
Stakeholder Meeting dalam rangka penyusunan ad/art dmo muaro jambi
Pengesahan AD/ART Muaro Jambi Penentapan kepengurusan LWG Muara Jambi Pelaksanaan rencana program kegiatan DMO
Muaro Jambi Tanjung Lesung
21 April 2016
Workshop dalam rangka sosialisasi program asistensi tata kelola destinasi pariwisata tanjung lesung
22 April Stakeholder Meeting dalam
2016 rangka identifikasi isu strategis program asistensi tata kelola destinasi pariwisata tanjung lesung
Derawan 25 Mei 2016 Stakeholder Meeting Pra Kick Off “Identifikasi permasalahan dan critical factor pengembangan pembangunan kepariwisataan DMO Derawan Tahun 2016”
Strategi Pengembangan Destinasi tidak dapat dilakukan sendiri, itu diperlukan peranan dari masing-masing stakeholder pariwisata di Derawan.
Hasil identifikasi permasalahan perlu dilakukan dengan melakukan analisis SWOT. Dimana hasil analisis tersebut akan disampaikan pada saat kick Off Program Tata Kelola Destinasi pariwisata DMO Derawan di Tanjung Redeb.
26 Mei 2016 Convergence Meeting dalam rangka Kick Off DMO Derawan “Persiapan dan pemantapan strategi program DMO Derawan Fase II Tahun 2016”
Masyarakat harus berperan dalam pembangunan pariwisata. Masyarakat harus mampu menjadi tuan rumah yang baik serta menerapkan sapta pesona sehingga destinasi dapat menjadi kondusif.
Identifikasi perlu dibuat prioritas yang harus diselesaikan, selain itu ditetapkan siapa yang bertanggung jawab dalam penangannanya.
Perlu adanya penataan pesisir pantai, perlu dibuat aturan penertiban bangunan di tepi pantai. Serta perlu ditetapkan sanksi.
Perlu adanya dukungan bagi Tanjung Batu karena Tanjung Batu berguna sebagai pelabuhan penyeberangan. Tanjung Batu harus dijadikan sebagai penyangga.
Bromo Tengger Semeru
18 Juni 2016 Convergence Meeting dalam rangka keberlanjutan Forum Tata Kelola Pariwisata Bromo Tengger Semeru
Convergence Meeting DMO Bromo Tengger Semeru merupakan penguatan kelembagaan Local Working Group (LWG) pada tanggal 12 November 2015 terkait rangkaian proses dalam
pembentukan Forum Tata Kelola Pariwisata DMO Bromo Tengger Semeru.
Peningkatan berbagai amenitas dan aksesibilitas untuk menunjang peningkatan kunjungan wisatawan ke Bromo Tengger Semeru, anatara lain pembenahan infrastruktur jalan menuju kawasan BTS, peningkatan kapasitas Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Malang, percepatan penyelesaian Jalur Lintas Selatan, peningkatan jalur Kereta Api double track
19 Juni 2016 Stakeholder Meeting Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata (DMO/DG) Bromo Tengger Semeru
Convergence Meeting DMO Bromo Tengger Semeru merupakan penguatan kelembagaan Local Working Group (LWG) pada tanggal 13 November 2015 terkait rangkaian proses dalam pembentukan Forum Tata Kelola Pariwisata DMO Bromo Tengger Semeru. Pada pertemuan tersebut Kepala Seksi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lumajang menginginkan terintegrasinya objek dan daya tarik wisata di Kab. Lumajang.
Pembentukan Masterplan oleh Badan Otorita Pariwisata diharapkan segera dibuat dengan memasukkan berbagai aspek yang terkait dengan stakeholder yang memiliki kepentingan dalam pengembangan kawasan Bromo Tengger Semeru.
Sentarum 23 Agustus 2016
Stakeholder Meeting dalam rangka asistensi tata kelola destinasi pariwisata DMO Sentarum Tahun 2016
Istimewannya dari Kapuas Hulu adalah hampir 70% nya adalah kawasan lindung baik hutan maupun perairan. Maka konsep pembangunan yang selaras dengan konservasi adalah pariwisata sehinga menjadi daya tarik wisata yaitu eco tourism.
Agar DMO menjadi tidak pincang maka yang mengerjakan bukan hanya satu pihak. Masyarakat juga perlu terlibat.
24 Agustus 2016
Stakeholder Meeting dalam rangka penyusunan isu strategis dan Rencana kerja DMO Sentarum
Destinasi di kapuas hulu menjadi yang berdaya saing dengan semua kriteria yang ada dapat beraktivitas agar kedepannya menjadi nilai yang bermanfaat. Stakeholder memiliki kompleksitas yang tinggi oleh karena itu dari Penta Helix yang terdiri dari pemerintah, industri pariwisata, masyarakat, akademisi dan media harus saling berkoordinasi.
Dari analisis market share Garuda diperoleh hasil yang signifikan yang memungkinkan orang datang ke Putussibau lebih banyak.
Perlu TIC yang jelas dengan siapa kita akan berkerjasama jika sudah sampai di Putussibau akan kemana, budget berapa yang masuk akal, biaya dipastikan, ada tour guide yang jelas, ongkos jelas, makanan, hotel, jangan sampai datang bingung mau kemana
Standarisasi kebersihan homestay juga perlu diperhatikan jangan hanya kenyamanan, menigkatkan standar pelayanan juga standar pemandu, selain itu masih banyak yang belum bisa berbahasa innggris
Tanjung Puting
18 Agustus 2016
Stakeholder Meeting keberlanjutan forum tata kelola destinasi pariwisata DMO Tanjung Puting
Catatan kritis dari pencapaian target dalam hal pembentukan FTKP Kab. Kotawaringin Barat, antara lain: Belum terwujudnya sekretariat kepengurusan
organisasi dan platform menuju kemandirian finansial organisasi FTKP untuk membiayai program dan kegiatan yang menjadi kebutuhan
para pemangku kepentingan. Hampir seluruh pembiayaan yang dilakukan oleh FTKP sepenuhnya difasilitasi oleh Kementerian Pariwisata.
Belum terwujudnya jaring komunikasi dan koordinasi yang baik antara FTKP dengan Pemerintah Daerah tingkat Provinsi.
Hampir seluruh aktifitas masih berfokus pada fasilitasi untuk lingkaran utama pelaku usaha wisata tetapi belum menyentuh komunitas atau masyarakat lokal yang lebih luas baik yang terkait langsung atau tidak langsung dalam rantai bisnis pariwisata di Tanjung Puting.
FTKP harus dinaikkan levelnya ke tingkat SK Gubernur karena lintas 3 kabupaten.
19 Agustus 2016
Convergence Meeting Keberlanjutan forum tata kelola destinasi pariwisata DMO Tanjung Puting
Program TKDP memiliki peran penting dan strategis dalam pembangunan dan pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Peran penting tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor-faktor.
Forum merupakan tempat dimana stakeholder saling berkomunikasi dalam pengembangan destinasi yang ada. Para pemandu/travel bisa menjadikan forum untuk saling memperoleh informasi. Harapannya Tanjung Putting menjadi limited edition destination.
Toba 3 Agustus 2016
Dukungan Pengembangan Tata Kelola Destinasi DMO Toba berupa Rapat Koordinasi Persiapan karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba
Raja Ampat 31 Maret – 3 April 2016
Dukungan dalam rangka Deep Extreme 2016
Memberikan dukungan terhadap DMO Raja Ampat dalam acara Deep Extreme 2016
Nias Toraja
3. Penyusunan Pedoman Pengembangan Tata
Kelola Destinasi Pariwisata Wilayah
Perbatasan
Kegiatan Penyusunan pedoman pengembangan tata
kelola destinasi pariwisata wilayah perbatasan tidak
dapat dilaksanakan pada tahun anggaran 2016
dikarenakan dampak adanya penghematan
anggaran.
4. Seminar Nasional Forum Tata Kelola
Destinasi Pariwisata Wilayah Perbatasan
Kegiatan seminar nasional forum tata kelola
destinasi pariwisatan wilayah perbatasan tidak
dapat dilaksanakan pada tahun anggaran 2016
dikarenakan dampak adanya penghematan
anggaran.
5. Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Khusus
Kegiatan Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Khusus merupakan pengembangan program tata
kelola destinasi pariwisata khusus pada 13 (tiga
belas) lokasi baru yang difasilitasi dengan pola DMO
yang telah diterapkan pada 25 kawasan terdahulu.
Kawasan pariwisata khusus merupakan kawasan
strategis pariwisata yang memiliki kekhususan di
daerahnya baik dari segi lokasi, daya tarik maupun
fungsi pemerintahan. Kawasan pariwisata khusus
dapat mencakup daerah perbatasan, kota pusaka,
serta daerah yang memiliki unsur kekhususan
lainnya yang perlu mendapat perhatian dan
perlakuan khusus. Wilayah yang dimaksud, baru
memasuki tahapan awal pembentukan DMO, yaitu
gerakan untuk membangun dan menggerakkan
kesadaran para pemangku kepentingan dengan
melakukan stakehoder meeting, workshop,
bimbingan teknis manajemen destinasi yang
tercakup dalam kegiatan asistensi tata kelola
destinasi pariwisata khusus dan kegiatan fasilitasi
asistensi tata kelola destinasi pariwisata khusus
mengampu management training bagi stakeholders
terkait serta perwakilan di daerah, yaitu fasilitator
destinasi dan fasilitator local dan DMO Club Meeting.
DMO Club Meeting yang dilaksanakan sebagai
bentuk keberlanjutan program ini akan
dilaksanakan untuk mengakomodir pertemuan
seluruh fasilitator destinasi dan fasilitator lokal di
13 lokasi.
Program Tata Kelola Destinasi Pariwisata Khusus
(DMO/DG) yang diterapkan mulai 2016 pada 13
lokasi yaitu
a. LOKASI KHUSUS KOTA PUSAKA
i. Cirebon : Bimtek (24 Februari 2016),
Stakeholder Meeting (25 Februari 2016)
ii. Surakarta : Bimtek (2 Maret 2016),
Stakeholder Meeting (3 Maret 2016)
iii. Yogyakarta : Bimtek (10 Maret 2016),
Stakeholder Meeting (11 Maret 2016)
iv. Sawahlunto : Bimtek (23 Maret
2016), Stakeholder Meeting (24 Maret
2016)
v. Singkawang : Bimtek (30 Maret
2016), Stakeholder Meeting (31 Maret
2016)
b. LOKASI KHUSUS WILAYAH PERBATASAN
i. Tahuna : Bimtek (20 April 2016),
Stakeholder Meeting (21 April 2016)
ii. Sanggau : Bimtek (1 Mei 2016),
Stakeholder Meeting (2 Mei 2016)
iii. Nunukan : Bimtek (18 Mei 2016),
Stakeholder Meeting (19 Mei 2016)
iv. Bintan : Workshop (26 Juli 2016)
v. Batam : Workshop (28 Juli 2016),
Bimtek (2 September 2016), Stakeholder
Meeting (3 September 2016)
vi. Saumlaki : Bimtek (10 Juli 2016),
Stakeholder Meeting (11 Juli 2016)
vii. Anambas : Tidak dapat dilaksanakan
karena adanya penghematan anggaran.
viii. Natuna : Tidak dapat dilaksanakan
karena adanya penghematan anggaran.
Indikator keberhasilan dari Kegiatan Asistensi Tata
Kelola Destinasi Pariwisata (DMO/DG) untuk
Strategi dan Skenario 1 untuk 13 lokasi Pariwisata
Khusus pada tahun 2016, sebagai berikut:
1. Pada tahapan I yaitu penguatan gerakan
kesadaran kolektif pemangku kepentingan
menunjukkan pada para pihak (pemerintah
daerah, pelaku usaha, masyarakat dan
akademisi) akan pentingnya pengembangan
pariwisata. Pada tahapan ini, ditunjukkan
dengan adanya komitmen dari para pihak untuk
pengembangan dan pengelolaan pariwisata
melalui program DMO.
2. Pada tahapan II yaitu pengembangan
manajemen destinasi, pada tahapan II ini
dilakukan peningkatan-peningkatan kapasitas
melalui program bimbingan teknis yang
diperuntukkan bagi masyarakat, pelaku usaha
dan pemerintah daerah. Pada tahap ini juga
disusun dokumen desain, strategi dan rencana
aksi pengembangan DMO tahun 2016 – 2020.
Dokumen tersebut sebagai dasar bagi Fasilitator
untuk menyusun rencana kerja.
3. Pada tahapan III yaitu pengembangan bisnis,
pada tahapan III ini dilakukan peningkatan
kapasitas usaha dan industri dan pengembangan
ekonomi kreatif di daerah-daerah DMO.
4. Pada tahapan IV yaitu penguatan dan penataan
Organisasi Pengelolaan Destinasi, pada tahapan
IV ini dilakukan pembentukan Forum Tata Kelola
Pariwisata yang menjadi tools / alat untuk
menggerakkan para pihak yang mempunyai
keinginan berintervensi agar daerah bisa
berkembang dan berdaya saing.
Pada tahun 2016, untuk indikator keberhasilannya
masih pada tahap 1 dan tahap 2 dikarenakan adanya
penghematan anggaran.
6. Fasilitasi Asistensi Tata Kelola Destinasi
Khusus
Dalam mendukung pembentukan dan
pengembangan DMO, dibutuhkan kegiatan rapat-
rapat atau pertemuan untuk koordinasi secara rutin.
Sekretariat dan PMU akan rutin memfasilitasi DMO
Club Meeting, yaitu pertemuan para pelaksana dan
pendamping di cluster untuk berdiskusi mengenai
tantangan dan update informasi di masing-masing
cluster. Terdapat 13 Fasilitator Destinasi yang akan
mendampingi pelaksanaan program DMO selama 8
(delapan) bulan. Selain itu juga memfasilitasi
pertemuan dengan berbagai pihak, baik lintas sektor
kementerian ataupun pihak swasta dan media untuk
menjalin koordinasi dan mempublikasikan
mengenai program DMO.
DMO Club Meeting adalah pertemuan rutin yang
dilaksanakan 3 kali dalam satu tahun bagi para
pelaksana dan pendamping di cluster untuk
berdiskusi mengenai tantangan dan update
informasi di masing-masing cluster. DMO Club
Meeting juga merupakan wadah untuk membahas
kebutuhan lintas sektor masing-masing cluster
untuk difasilitasi oleh lintas Kementerian /Lembaga.
Tim sekretariat akan mengundang
Kementerian/Lembaga terkait untuk ikut berdiskusi
mengenai kebutuhan destinasi yang dapat
menunjang pembangunan dan pengembangan
kepariwisataan secara khusus dan destinasi secara
umum. Kegiatan DMO Club Meeting/Stakeholder
meeting telah dilaksanakan pada tanggal 22 Januari
2016 di Hotel Jayakarta, Jakarta.
7. Bimbingan Teknis Sadar Wisata Dan Aksi
Sapta Pesona
Sosialisasi Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak,
TPPO, HIV/AIDS
Tolak ukur keberhasilan pariwisata diukur dari
terciptanya iklim yang kondusif dalam bentuk
dukungan dan penerimaan masyarakat terhadap
pengembangan pariwisata di daerahnya masing-
masing.Upaya untuk menyiapkan masyarakat
salah satunya melalui pengembangan Sadar
Wisata di destinasi pariwisata guna mendorong
kesadaran, partisipasi dan dukungan masyarakat
dalam mewujudkan iklim kondusif bagi tumbuh
dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan di
suatu tempat/wilayah.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian
Pariwisata cq. Asdep Tata Kelola Destinasi dan
Pemberdayaan Masyarakat melaksanakan kegiatan
Sosialisasi Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak
(PESA), TPPO, HIV/AIDS dan Narkoba di Lingkungan
Pariwisata.Kegiatan ini dimaksudkan dalam rangka
mencegah dan meminimalkan dampak ikutan
negatif yang muncul dalam kepariwisataan guna
mewujudkan pariwisata yang sehat, aman dan
bersih.Kegiatan ini juga dilaksanakan dalam rangka
mendukung Gerakan Nasional Anti Kejahatan
Seksual Anak (GN AKSA) yang dikoordinator oleh
Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan.
Kegiatan Sosialisasi Pencegahan Eksploitasi Seksual
Anak, TPPO, HIV/AIDS dan Narkoba di Lingkungan
Pariwisata pada triwulan III dilaksanakan di
Provinsi D.I Yogyakarta. Semula,kegiatan ini juga
akan dilaksanakan di Lampung. Namun, kegiatan ini
tidak dapat terlaksana karena adanya
penghematan/pemangkasan anggaran yang
merupakan implementasi dari Inpres Nomor 8
Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan
Belanja K/L dalam rangka pelaksanaan APBNP
tahun 2016.
Kegiatan Sosialisasi Pencegahan Eksploitasi Seksual
Anak, TPPO, HIV/AIDS dan Narkoba di Lingkungan
Pariwisata dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata
Provinsi D. I Yogyakarta.Kegiatan tersebut
mengundang narasumber yaitu perwakilan Kepala
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, perwakilan dari Badan Narkotika Nasional
Provinsi D.I Yogyakarta, dan perwakilan dari Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi D.I Yogyakarta.
Peserta yang terdiri dari perwakilan Dinas
Pariwisata Provinsi, Kabupaten/Kota, pengelola
usaha pariwisata, pengelola obyek wisata/pelaku
industri pariwisata, asosiasi pariwisata mengikuti
kegiatan dengan antusias dansepakat untuk
meningkatkan koordinasi dan kerja sama dalam
mengembangkan cara-cara baru untuk mencegah
Eksploitasi Seksual Anak, TPPO, HIV/AIDS dan
Narkoba di Lingkungan Pariwisata.
8. Bimbingan Teknis Sadar Wisata kepada Aparat
Pengamanan Di Destinasi Pariwisata
Sadar Wisata/Sapta Pesona memiliki peran dan
fungsi penting dalam mendorong keberhasilan
pembangunan pariwisata.Salah satu unsurnya adalah
keamanan.Dalam upaya mendorong peran
masyarakat menciptakan rasa aman dan nyaman
kepada wisatawan, Kementerian Pariwisata
melaksanakan kegiatan Pembinaan Sadar Wisata
Kepada Aparat Keamanan Di Destinasi Pariwisata
baik itu kepada Polisi Pariwisata maupun kepada
pengamanan swakarsa oleh masyarakat.
Kegiatan ini dimaksudkan dalam rangka
menyosialisasikan Sadar Wisata dan Sapta Pesona
kepada aparat pengamanan dan masyarakat dalam
mengelola dan menjaga destinasi pariwisata dan
daya tarik wisata sehingga dapat menjadi tuanrumah
yang baik bagi wisatawan.
Kegiatan Bimbingan Teknis Sadar Wisata Kepada
Aparat Keamanan Di Destinasi Pariwisata dibuka
oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi D.I
Yogyakarta.Kegiatan tersebut mengundang
narasumber yaitu perwakilanKementerian
Pariwisata, dan perwakilan dari Kepolisian Republik
Indonesia, dan perwakilan pengelola daya tarik
wisata.
Peserta yang terdiri dari perwakilan Dinas
Pariwisata Provinsi, Kabupaten/Kota, aparat
pengamanan dan pengelola pengamanan di daya
tarik wisata, pokdarwis. Selain mendapatkan materi
di kelas, peserta juga melakukan kunjungan ke
lapangan dalam rangka meninjau implementasi
unsur-unsur Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih,
Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan) di destinasi
pariwisata sehingga dapat memberikan masukan
bagi pengelolaan obyek wisata unggulan tersebut,
k
h
u
s
u
s
n
y
a unsur aman.
Para peserta mengikuti kegiatan dengan penuh
antusias, mengingat sangat jarang aparat
pengamanan dilibatkan dalam sosialisasi Sadar
Wisata dan Sapta Pesona, padahal mereka adalah
garda terdepan dalam pelaksanaan Sadar Wisata,
khususnya unsur aman. Berdasarkan pelaksanaan
kegiatan tersebut, ditemukenali bahwa selama ini
pengelolaan pengamanan masih dilaksanakan
masing-masing pengelola, dan belum terjalinnya
kerja sama dengan aparat pengamanan. Oleh karena
itu, perlu ditindaklanjuti dengan kerja sama sinergis
antara aparat pengamanan dengan pengelola
pengamanan daya tarik wisata untuk memetakan
kebutuhan pengamanan sehingga pengamanan di
destinasi pariwisata dan daya tarik wisata semakin
baik.Implementasi unsur-unsur Sapta Pesona
khususnya unsur Aman yang sinergis ini tentunya
akan mendorong target kunjungan wisatawan.
9. Penguatan Kelompok Sadar Wisata
Penguatan Kelompok Sadar Wisata sebagai salah satu
upaya pembinaan Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) agar Pokdarwis di daerah makin terjaga
keberadaannya. Hal ini dilakukan melalui Pembinaan
Langsung (interaksi langsung antara unsur Pembina
dengan Pokdarwis selau pihak yang dibina) atau
Pembinaan Tak Langsung (melalui pemanfaatan
media massa baik secara indoor maupun outdoor)
serta pemberian apresiasi atas partisipasi aktif
pokdarwis dalam pembangunan
kepariwisataan.Dengan demikian,Pokdarwis
memahami dan mengetahui posisi, peran, dan
kedudukannya dalam konteks pembangunan
kepariwisataan, khususnya dalam mewujudkan
Sadar Wisata dan Sapta Pesona di destinasi
pariwisata.
Lebih lanjut, melalui penguatan
pokdarwis,Kelompok Sadar Wisata dapat berbagi
pengalaman dalam mengembangkan
kegiatan/program pokdarwis, mengadakan
hubungan kerja dan/atau kemitraan sinergis dengan
pokdarwis lainnya dan menumbuhkembangkan pola
kemitraan antar-pemangku kepentingan
(pemerintah, pelaku industri pariwisata, dan
masyarakat) secara baik (good tourism governance).
Kegiatan Penguatan Kelompok Sadar Wisata di
Provinsi Sulawesi Tenggara dan Jawa Tengahdibuka
oleh Kepala Dinas Pariwisata dan menghadirkan
narasumber dari perwakilan Kementerian
Pariwisata, praktisi di bidang pariwisata dan Ketua
Kelompok Sadar Wisata yang sudah berhasil untuk
membagikan pengalaman dalam pengembangan
Pokdarwis.
Kegiatan Penguatan Kelompok Sadar Wisata selain
berupa bimbingan teknis juga berupa kunjungan ke
beberapa obyek wisata yang dikelola oleh Kelompok
Sadar Wisata.Melalui kegiatan tersebut peserta
diajak untuk meninjau implementasi unsur-unsur
Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah,
Ramah dan Kenangan) di destinasi pariwisata
sehingga dapat memberikan masukan bagi
pengelolaan obyek wisata unggulan tersebut.
Kegiatan Penguatan Kelompok Sadar Wisata tidak
dapat terlaksana di Provinsi Bali, Kepulauan Bangka
Belitung, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara
Timur, karena terkena penghematan/pemangkasan
anggaran yang merupakan implementasi dari Inpres
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah
Penghematan Belanja K/L dalam rangka
pelaksanaan APBNP tahun 2016.
Peserta kegiatan Penguatan Pokdarwis yang telah
terlaksana di 2 (dua) provinsi mengikuti kegiatan
dengan sangat antusias.Setelah melaksanakan
kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini
sangat diperlukan sebagai wadah mempertemukan
Pokdarwis sehingga dapat saling berbagi
pengalaman dalam mengembangkan kelompok dan
mengelola destinasi/daya tarik wisata.Selain itu,
kegiatan ini juga meningkatkan semangat pokdarwis
memberikan ruang untuk berkarya dan
keberadaannya sangat penting dan strategis dalam
pengembangan kepariwisataan.
Oleh karena itu, kegiatan ini perlu dilaksanakan
pada tahun-tahun ke depan terutama dalam rangka
penguatan jejaring pokdarwis dan peningkatan
kemampuan pokdarwis, diantaranya dengan
1. melaksanakan peningkatan kemampuan untuk
menggunakan media digital baik untuk
memperkenalkan pokdarwis, kegiatan, serta
pemasaran produk yang dihasilkan pokdarwis,
2. melaksanakan Forum Komunikasi Pokdarwis,
baik di tingkat nasional, kabupaten/kota.
10. Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona
Pengembangan pariwisata nusantara sebagai
kebijakan strategis pembangunan pariwisata
nasional dilaksanakan sejalan dengan upaya
memupuk rasa cinta tanah air, memperkokoh
kesatuan dan persatuan bangsa melalui slogan
branding ”Wonderful Indonesia” dan “Pesona
Indonesia”. Melalui slogan tersebut diharapkan
mampu menumbuhkan semangat untuk lebih
mengenali kekayaan sumber daya wisata yang
dimiliki Indonesia, seperti sumber daya alam dan
sumber daya wisata budaya yang terbentang dan
tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Sebagai upaya untuk menjadi tuan rumah yang baik
dan peningkatan pelayanan yang baik kepada
wisatawan, diperlukan upaya terus-menerus untuk
meningkatkan pemahaman tentang Sadar Wisata
bagi para pemangku kepariwisataan sebagai
stakeholder dan masyarakat pada umumnya.
Masyarakat yang sadar wisata nantinya akan dapat
memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai
penting yang terkandung dalam Sapta Pesona yakni
keamanan, ketertiban,kebersihan, kesejukan,
keindahan, keramahan, dan kenangan. Aktualisasi
nilai-nilai tersebut menjadi perilaku sehari-hari
dalam melayani wisatawan sehingga menjadi
pendukung tumbuhnya iklim kepariwisataan dan
menjiwai nilai kearifan budaya lokal.
Dalam rangka menggiatkan Sadar Wisata dan Sapta
Pesona maka pada 2016 Kementerian Pariwisata
melaksanakan kegiatan Gerakan Sadar Wisata dan
Aksi Sapta Pesona,yang meliputi Ceramah
narasumber tentang Sadar Wisata dan Implementasi
Sapta Pesona, Aksi Sapta Pesona meliputi aksi bersih
serta Kampanye Sadar Wisata melalui Pertunjukan
Kesenian Tradisional. Pelaksanaan Kegiatan
Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona dari
bulan Juli hingga September 2016 ( triwulan III)
terlaksana di 23kabupaten/kota.
Rekap Data Pelaksanaan
Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona Tahun 2016
No Lokasi Pelaksanaan
GSW Tanggal Pelaksanaan
1 Jember 29 Juli 2016
2 Wangi-wangi,
Wakatobi 5 Agustus 2016
3 Kuningan 6 Agustus 2016
4 Bandung Barat 12 Agustus 2016
5 Batu 12 Agustus 2016
6 Kendal 12 Agustus 2016
7 Bekasi 13 Agustus 2016
8 Tuban 19 Agustus 2016
9 Lhoksumawe 19 Agustus 2016
10 Kebumen 19 Agustus 2016
11 Tegal 22 Agustus 2016
12 Sumedang 26 Agustus 2016
13 Gunung Kidul 26 Agustus 2016
14 Tanjung Lesung 1 September 2016
15 Garut 2 September 2016
16 Mojokerto 2 September 2016
17 Kabupaten Garut 2 September 2016
18 Kabupaten Cimahi 2 September 2016
19 Kabupaten Malang 9 September 2016
20 Kabupaten Lampung
Barat 9 September 2016
21 Kota Malang 10 September 2016
22 Kabupaten Lamongan 15 September 2016
23 Kabupaten Pacitan 21 September 2016
Dengan demikian, Kegiatan Gerakan Sadar Wisata dan
Aksi Sapta Pesona hingga triwulan III telah terlaksana
di 57 provinsi. Namun demikian, mengingat adanya
pemangkasan anggaran yang merupakan implementasi
dari Inpres Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-
langkah Penghematan Belanja K/L dalam rangka
pelaksanaan APBNP tahun 2016, kegiatan ini tidak
terlaksana di 24 kabupaten/kota.
Rekap Data Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesonayang
tidak terlaksana
Tahun 2016
No Lokasi Pelaksanaan GSW
1 Kota Kupang
2 Lombok Tengah
3 Lampung Tengah
4 Kepulauan Seribu
5 Subang
6 Banyumas
7 Kediri
8 Way Kanan
9 Sanur Bali
10 Kota Kupang
11 Lumajang
12 Tasikmalaya
13 Blitar
14 LombokTengah
15 Kepulauan Seribu
16 Lampung Tengah
17 Ogan Ilir
18 Lahat
19 Merangin
20 Danau Sentani
21 Wonogiri
22 Toba
23 Morotai
24 Ngada
Kegiatan Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona
disambut baik oleh Pemda setempat dan masyarakat.
Ke depan, sebagai bagian dari kegiatan revolusi mental
kegiatan Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona
perlu ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah dan
dilaksanakan dengan kegiatan dampingan, sebagai
contohbimtek pengolahan sampah, dan bimtek lainnya
yang dapat meningkatkan peran serta nyata masyarakat
dalam implementasi Sapta Pesona.
208