asidi-alkali

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berjalan cepat, reaksi berlangsung kuantitatif, dan tidak ada reaksi samping. Selain itu juga reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat diketahui dengan suatu indikator. Tujuan cara volumetri ini ialah menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Salah satu klasifikasi dari metode volumetri yang selama ini sering digunakan dalam penentuan kadar dan konsentrasi larutan asam dan larutan basa adalah titrasi asam-basa. Titrasi asam basa atau sering juga disebut

Upload: claudia-vega

Post on 01-Jul-2015

2.046 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: asidi-alkali

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis

dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret

dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian

dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berjalan cepat, reaksi berlangsung kuantitatif,

dan tidak ada reaksi samping. Selain itu juga reagen penitrasi yang diberikan berlebih,

maka harus dapat diketahui dengan suatu indikator. Tujuan cara volumetri ini ialah

menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah

diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.

Salah satu klasifikasi dari metode volumetri yang selama ini sering digunakan

dalam penentuan kadar dan konsentrasi larutan asam dan larutan basa adalah titrasi asam-

basa. Titrasi asam basa atau sering juga disebut sebagai asidi-alkalimetri merupakan cara

yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam

dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dan anorganik dapat dititrasi dalam larutan

berair, tetapi sebgaian senyawa itu, terutama senyawa organik tidak larut dalam air.

Namun demikian, umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena

itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan cara titrasi asam-basa dalam pelarut

nirair.

Dalam asidi-alkalimetri, satu ekivalen asam atau basa ialah sebanyak senyawa ini

yang dapat melepaskan ataua mengikat 1 mol ion H+ (atau H3O+). Proses untuk

Page 2: asidi-alkali

menentukan banyaknya ekivalen asam yang dibutuhkan untuk menetralkan sevolume

larutan basa atau sebaliknya disebut titrasi. Sehingga dari tittrasi asam-basa ini dapat

diketahui besarnya konsentrasi dan kadar dari suatu larutan dan untuk membuktikan dan

mengaplikasikan teori tersebut, maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2 Maksud dan tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara

analisis volumetri dengan asidimetri-alkalimetri.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan kosentrasi HCl dan NaOH

2. Menentukan kadar asam asetat dalam cuka

3. Menentukan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda

1.3 Prinsip Percobaan

Titirasi asdimetri-alkalimetri berdasarkan pada reaksi netralisasi dengan

menggunakan HCl dan NaOH yang telah dibakukan serta indikator yang menunjukkan

perubahan warna dan menentukan kadar asam asetat dalam cuka serta kadar NaOH dan

Na2CO3 dalalm caustic soda.

Page 3: asidi-alkali

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi asam-basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi

atau pengukuran lain juga dipakai akhiran ometri menggantikan imetri. Kata metri

berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu, proses atau seni mengukir I dan O dalam

hubungannya dengan metri sama saja, yaitu dengan atau dari (with atau of), akhiran I

berasal darai bahasa latin dan o berasal dari bahasa yunanai. Jadi asidimetri dapat

diartikan pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan basa (yang diukur ju,lah

asam atau basa atau garam). Tentu saja ini membingunkan, namun usaha untuk

menetapkan atri mana yang harus dipakai tidak berhasil. Maka asidimetri alkalimetri

sebaiknya diartikan umum saja, yakni titrasi yang menyangkut asam atau basa (Hardjadi,

1993).

Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Secara tersirat diutarakan

bahwa titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam basa, diantaranya :

1. asam kuat-basa kuat

2. asam kuat-basa lemah

3. asam lemah-basa kuat

4. asam kuat-garam dari asam lemah

5. basa kuat-garam dari asam lemah

Kesempurnaan dari reaksi di atas dilihat dari besarnya K (Harjadi, 1990).

Page 4: asidi-alkali

Titirasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu

digunakan pengamatan dengan indikator bila pH titik ekivalen antara 4-10. Demikian

juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penitrasian adalah

basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104.

Selama titarsi asam basa, pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara drastis bila

volume titrannya mencapai titik ekivalen (Khopkar, 2003).

Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang

diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh oleh zat yang dianalisis disebut sebagai titik

ekivalen. Sedangkan volume dimana warna indikator nampak oleh pengamat merupakan

titik akhir. Titik ekivalen dan titik akhir tidaklah sama. Tetapi pada prakteknya titik

akhir tercapai setelah titik ekivalen. Perbedaan antara titik akhir dan titik ekivalen

disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titik akhir adalah kesalahan acak yang

berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif, determinan, dan nilainya dapat

dihitung (Khopkar, 2003).

Titrasi asam basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan

jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa

organik dan anorganik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu,

terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian, umumnya senyawa

organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik dapat ditentukan

dengan cara titrasi asam basa dalam pelarut nirair (Rivai, 1995).

Dalam memilih suatu asam untuk digunakan dalam suatu larutan standar

hendaknya diperhatikan faktor-faktor berikut :

1. Asam itu haruslah kuat, artinya sangat terdisosiasi.

Page 5: asidi-alkali

2. Asam itu tak boleh atsiri (mudah menguap).

3. Larutan asam itu harus stabil.

4. Garam (dari) asam itu haruslah dapat larut.

5. Asam itu tak-boleh merupakan pengoksid yang cukup kuat sehingga merusak

senyawaan organik yang digunakan sebagai indikator.

Asam klorida dan asam sulfat digunakan paling banyak untuk larutan standar, meskipun

tak satupun memenuhi semua persyaratan di atas. Garam klorida (dari) ion perak, timbel,

dan merkurium(I) tidak larut, seperti juga sulfat dari logam alkali tanah dan timbel (Day

dan Underwood, 1998).

Untuk penentuan basa digunakan larutan baku asam kuat (misalnya HCl),

sedangkan untuk menentukan asam digunakan larutan baku basa kuat (misalnya NaOH).

Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan warna indikator asam-

basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan (misalnya potensiometri,

spektrofotometer, konduktometer) (Rivai, 1995).

Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk

fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam-basa

terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau

basa, larut, stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat

organik. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai

indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan

warna pada range yang berbeda (Khopkar, 2003).

Untuk menentukan konsentrasi larutan suatu asam atau basa diperlukan suatu

larutan baku. Larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutkan

Page 6: asidi-alkali

sampai volume tertentu. Secara langsung konsentrasinya diketahui. Larutan semacam

ini disebut larutan baku primer. Contohnya larutan asam oksalat. Larutan baku yang

konsentrasinya ditentukan melalui titrasi dengan larutan baku primer, dinamakan larutan

baku sekunder. Contohnya NaOH yang konsentrasinya didapatkan dengan larutan baku

primer asam oksalat (Liong, 2007).

Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH.

Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan

selama titrasi terus-menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH meter)

pada awal titrasi (yakni sebelum ditambah basa) dan pada waktu-waktu tertentu setelah

titrasi dimulai, maka kalau pH larutan dialurkan lawan volume titran, kita peroleh grafik

yang disebut kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita gunakan untuk menunjukkan titik

akhir titrasi, maka (1) indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi

ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi (2) perubahan warna itu harus

terjadi mendadak agar tidak terjadi keragu-raguan kapan titrasi harus dihentikan

(Hardjadi, 1990).

Page 7: asidi-alkali

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah serbuk asam oksalat, indikator

PP, larutan NaOH 0,1 N, asam cuka, Boraks, Indikator MO, larutan HCl 0,1 N, akuades,

tissue roll.

3.2 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret 50 mL, erlenmeyer 100 mL

dan 250 mL, pipet volume 25 mL, pipet tetes, gelas kimia 25 mL dan 250 mL, gelas ukur

25 mL dan 500 mL, statif + klem, labu takar 100 mL dan 500 mL, bulb, botol semprot,

neraca analitik, sendok tanduk, batang pengaduk, dan sikat tabung.

3.3 Metode Percobaan

3.3.1 Pembakuan Konsentrasi Larutan NaOH 0,1 n dengan Larutan Baku Primer

Asam Oksalat

1. Membilas Buret yang sudah bersih dengan larutan NaOH yang akan dipakai, lalu

mengisinya dengan larutan NaOH yang akan dibakukan.

2. Mempipet 25 mL larutan baku asam oksalat yang telah dibuat ke dalam erlenmeyer,

tambahkan 4 tetes indikator P.P.

3. Mencatat kolom dalalm buret dan meneteskan larutan NaOH dari buret ke dalam

larutan asam sampai terjadi perubahan warna, dari tak berwarna menjadi merah

muda.

Page 8: asidi-alkali

4. Mencatat keadaan akhir buret dan jumlah NaOH yang dipakai. Menentukan

konsentrasi larutan NaOH.

3.3.2 Penentuan Asam Asetat dalalm Cuka

1. Meniimbang botol timbang , kira-kira 5 mL memasukkan cuplikan cuka dan

menimbangnya lagi, kedua penimbangan ini teliti sampai 0,1 mg.

2. Menuang cuplikan seluruhnya ke dalam labu ukur 100 mL dan mengencerkannya

dengan akuades, lalu mengimpitkan dan mengocoknya.

3. Memipet 25 mL larutan tersebut dan menambahkan 4 tetes indikator P.P. Kemudian,

menitrasinya dengan larutan baku Natrium Hidroksida dari buret sampai timbul

warna merah jingga.

4. Menghitung persen berat asam asetat dalam cuplikan.

3.3.3 Pembakuan HCl 0,1 N

1. Mengambil 25 mL larutan boraks yang telah dibuat dengan memipetnya ke dalam

erlenmeyer.

2. Menambahkannya dengan indikator Metil orange.

3. Menitrasi dengan HCl yang akan dibakukan hingga indikator mengalami perubahan.

4. Meratakan volume HCl yang digunakan

5. Menghitung normalitasnya.

3.3.4 Analisis NaOH dan Na2CO3 dari caustic soda

1. Memipet 25 mL larutan caustic soda ke dalam erlenmeyer kemudian menambahkan

25 mL akuades.

Page 9: asidi-alkali

2. Menambahkan indikator P.P sebanyak 3 tetes, lalu menitrasinya dengan larutan HCl

yang telah dibakukan hingga indikator berubah warna.

3. Mencatat volume HCl yang digunakan, misalnya a mL.

4. Menambahkan indikator M.O pada Erlenmeyer yang sama.

5. Melanjutkan titrasi hingga indikator mengalami perubahan warna.

6. Mencatat volume HCl yang digunakann, misalnya b mL.

Page 10: asidi-alkali

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Penentuan Konsentrasi NaOH

V H2C2O4.2H2O

(mL)

V NaOH

(mL)Indikator Perubahan Warna

25 mL 28,3 mL P.P Bening merah seulas

4.1.2 Penentuan Konsentrasi HCl

V Na2B4O7.10H2O

(mL)

V HCl

(mL)Indikator Perubahan Warna

25 mL 27 mL M.O kuning jingga

4.1.3 Penentuan Kadar asam asetat dalam cuka

Berat Contoh

(mg)V NaOH Indikator Perubahan Warna

4,7391 9,2 mL P.P Bening merah muda

4.1.4 Penentuan Kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda

V Contoh (mL) V NaOH Indikator Perubahan Warna

25 mL

25 mL

46,6 mL

83,2 mL

P.P

M.O

Bening merah muda

Kuning Orange

Page 11: asidi-alkali

4.2 Reaksi

4.2.1 Penentuan Konsentrasi NaOH

(COOH)2.2 H2O + 2 NaOH (COONa)2.2 H2O + 2 H2O

4.2.2 Penentuan Konsentrasi HCl

Na2B4O7.10H2O + 2 HCl H2B2O7.10 H2O + 2 NaCl

4.2.3 Penentuan Kadar asam asetat dalam cuka

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

4.2.4 Penentuan Kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda

PPNaOH + HCl NaCl + H2O

PPNa2CO3 + HCl NaCl + NaHCO3

MONaHCO3 + HCl NaCl + h2O + CO2

4.3 Perhitungan

a. Pembakuan NaOH

1. Normalitas H2C2O4

BE asam oksalat = 126,035 g/ek

N H2C2O4.2 H2O =

N H2C2O4.2 H2O =

N H2C2O4.2 H2O = 0,2 N

2. Penentuan Normalitas NaOH

gBE x V

Page 12: asidi-alkali

V1 . N1 = V2 . N2

25 mL . 0,2 N = 28,3 mL . N2

N2 =

N2 = 0,17 N

Dimana :

V1 = Volume H2C2O4

V2 = Volume NaOH

N1 = Normalitas H2C2O4

N2 = Normalitas NaOH

b. Pembakuan HCl

1. Normalitas Boraks (Na2B4O7.10H2O)

BE Na2B4O7.10H2O = 190,7 g/ek

N Na2B4O7.10H2O =

N Na2B4O7.10H2O =

N Na2B4O7.10H2O = 0,4 N

2. Penentuan Normalitas HCl

V1 . N1 = V2 . N2

25 mL . 0,4 N = 27 mL . N2

N2 =

N2 = 0,37 N

gBE x V

Page 13: asidi-alkali

Dimana :

V1 = Volume Boraks (Na2B4O7.10H2O)

V2 = Volume HCl

N1 = Normalitas Boraks (Na2B4O7.10H2O)

N2 = Normalitas HCl

c. Penentuan Kadar asam asetat dalam cuka

% CH3COOH =

% CH3COOH =

% CH3COOH = 2,19%

d. Penentuan Kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda

HCl yang dipakai dengan indikator PP = 46,6 mL

HCl yang dipakai dengan indikator MO = 82,2 mL

HCl yang dipakai dengan indikator Na2CO3 = 2 (83,2 mL – 46,6 mL) = 73,2 mL

HCl yang dipakai dengan indikator NaOH = (83,2 mL – 73,2 mL) = 10 mL

NaOH dalam contoh =

NaOH dalam contoh =

NaOH dalam contoh = 5,92 mg/mL

Na2CO3 =

N NaOH x V NaOH x BE CH3COOH x fp x 100 %mg sampel

(b-c)mL . N HCl . BE NaOHmL bobot sampel

c x N HCl x BE Na2CO3 mL sampel

Page 14: asidi-alkali

Na2CO3 =

Na2CO3 = 57,42 mg/mL

4.4 Pembahasan

4.4.1 Penentuan Konsentrasi NaOH

Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri merupakan reaksi yang

menyangkut asam dengan basa dan merupakan cara yang tepat dan mudah untuk

menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Pada percobaan kali

ini digunakan larutan baku primer dimana larutan baku primer adalah larutan yang

diketahui konsentrasinya dengan pasti. Dimana larutan baku primer yang digunakan

pada percobaan ini adalah asam oksalat dan berfungsi

Adapun langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini saat akan menitrasi

larutan yakni dengan membilas buret dengan larutan yang akan digunakan. Hal ini

dimaksudkan agar larutan tidak terkontaminasi dengan sisa-sisa zat lain yang ada di

dalam buret sehingga hasil reaksi yang diperoleh berjalan dengan baik.

Pada pembakuan larutan NaOH 0,1 N menjadi larutan baku sekunder,

menggunakan larutan baku primer asam oksalat 0,1 N sebagai larutan baku yang bereaksi

pada kondisi titrasi yang baik dan tidak melakukan reaksi sampingan. Pembakuan

larutan NaOH menggunakan indikator P.P. yang merupakan asam diprotik dan tidak

berwarna. Pada dasarnya larutan asam oksalat adalah larutan yang bersifat asam

sedangkan NaOH sebagai zat yang digunakan untuk menitrasi bersifat basa. Sehingga

pada saat larutan asam oksalat dititrasi dengan NaOH larutan akan bersifat netral namun

Page 15: asidi-alkali

kelebihan NaOH yang diberikan akan membuat larutan perlahan-lahan bersifat basa.

Dengan demikian larutan akan berubah warna dari bening menjadi merah muda hal ini

sesuai dengan dengan teori bahwa indikator P.P digunakan pada pH 6.0 berwarna bening

dan akan berubah warna menjadi merah muda pada pH 9.6. Hal ini disebabkan karena

indikator tersebut telah kehilangan proton mejadi ion dengan sistem terkonjugasi.

Saat penitrasian dengan NaOH berlangsung, larutan mula-mula bening, namun

setelah mencapai titik akhir titrasi maka larutan berubah warna menjadi merah muda.

Sebenarnya pada penitrasian ini, yang diketahui adalah titik ekivalennya. Namun, karena

titik ekivalen sulit untuk ditandai, maka yang diambil titik akhir titrasinya saja yang

ditandai dengan adanya perubahan warna pada larutan yang dititrasi. Disini digunakan

larutan NaOH karena pada percobaan alkalimetri, larutan asam (asam oksalat) dapat

dibakukan dengan larutan baku basa yaitu NaOH.

Berdasarkan percobaan maka diperoleh konsentrasi asam oksalat yaitu 0,2 N

sedangkan konsentrasi NaOH adalah 0,17 N.

4.4.2 Penentuan Konsentrasi HCl

Larutan baku yang digunakan untuk membakukan larutan HCl 0,1 N adalah

latrutan yang terbuat dari boraks (Na2B4O7.10H2O) yang bereaksi pada kondisi titrasi

yang baik dan tidak melakukan reaksi sampingan, larutan ini adalah larutan baku primer,

karena hanya dengan menimbang zatnya, kemudian melarutkannya dalam air maka

konsentrasinya dapat diketahui. Kemudian larutan baku primer tersebut digunakan untuk

membakukan larutan HCl dengan cara menambahkan indikator Metil Orange (MO) yang

merupakan basa yang berwarna kuning dalam bentuk molekulnya dan menitrasinya

dengan larutan HCl yang akan dibakukan hingga warna larutan berubah warna sesuai

Page 16: asidi-alkali

dengan indikator yang digunakan. Asam klorida (HCl) yang berfungsi sebagai zat yang

akan digunakan untuk menitrasi bersifat asam sedangkan larutan baku primer yang akan

dititrasi dalam hal ini adalah boraks (Na2B4O7.10H2O) bersifat basa. Sehingga pada

percobaan ini titrasi boraks dengan menggunakan asam klorida (HCl) akan menyebabkan

larutan bersifat netral namun kelebihan HCl yang diberikan akan menyebabkan boraks

habis bereaksi sehingga larutan menjadi bersifat asam, sehingga akan terjadi perubahan

warna dari kining menjadi orange hal ini sesuai dengan teori bahwa indikator MO akan

memberikan warna merah dalam suasana asam. Perubahan warna pada larutan

disebabkan karena penambahan proton yang menghasilkan kation yang berwarna jingga

sehingga pH larutan berubah dan tentu saja sifat-sifat larutan juga berubah.

Berdasarkan percobaan diperoleh konsentrasi boraks 0,4 N yaitu sedangkan

konsentrasi HCl adalah 0,37N.

4.4.3 Penentuan Kadar asam asetat dalam cuka

Pada penentuan asam asetat ini, digunakan cuka sebagai contoh, karena harganya

yang relatif lebih murah dibandingkan dengan asam-asam yang lain. Cuka adalah larutan

encer asam cuka dalam air. Indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah

indikator PP. larutan akan berwarna bening dan ketika dititrasi dengan larutan NaOH

maka akan berubah warna menjadi merah muda setelah mencapai titik akhir titrasi. Hal

yang sama akan terjadi pula pada penentuan konsentrasi NaOH sebab indikator yang

digunakan sama dan juga menggunakan larutan baku sekunder yang sama pula (NaOH)

sehingga perubahan warna yang dihasilkan sama pula.

Kadar asam asetat yang diperoleh berdasarkan perhitungan pada percobaan ini

adalah 2,19% angka ini sangat kecil dari yang seharusnya yakni 100%. Kesalahan-

Page 17: asidi-alkali

kesalahn yang mungkin timbul adalah diakibatkan kelebihan dalam penambahan

indikator atau kelebihan pada saat melakukan titrasi dapat pula disebabkan oleh

kemungkinan adanya zat pengotor yang terdapat dalam larutan.

4.4.3 Penentuan Kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda

Pada penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda digunakan larutan

baku boraks dimana pada saat penambahan indikator P.P larutan akan berubah warna dari

merah muda menjadi bening. Kemudiaan setelah beberapa saat setelah penitrasian

dengan HCl, ditambahkan indikator M.O sehingga warna larutan berubah dari bening

menjadi kuning dan setelah dititrasi lagi dengan larutan HCl dan telah mencapai titik

akhir titrasinya, maka larutan berubah warna menjadi menjadi orange atau jingga. Hal ini

disebabkan karena pengaruh penambahan indikator yang berbeda, maka perubahan warna

yang dihasilkan juga berbeda. Disini digunakan dua indikator karena sesuai dengan zat

yang akan dianalisis dari cautic soda juga ada dua yakni NaOH dan Na2CO3. Saat awal

penitrasian digunakan indikator P.P dimaksudkan untuk mengetahui kadar NaOH yang

terkandung dalam cautic soda yang mana diketahui bahwa P.P akan berubah warna dalam

kisaran pH pada suasana basa. Sedangkan pada penitrasian selanjutnya digunakan

indikator Metil orange untuk mengindikasi kadar Na2CO3 dalam cautic soda sebab

indikator Metil orange pun akan berubah warna pada kisaran pH dalam suasana asam.

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa NaOH dalam caustic soda sebesar 57,42

mg/mL. Adanya kesalahan yang mungkin terjadi disebabkan pada saat menitrasi terlalu

banyak larutan asam atau basa yang digunakan atau biasa juga disebut keslahan titrasi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 18: asidi-alkali

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Konsentrasi NaOH yang diperoleh sebesar 0,17 N dan konsentrasi HCl sebesar

0,37 N.

2. Kadar CH3COOH dalam cuka sebesar 2,19 %

3. Kadar NaOH sebesar 5,92 mg/mL dan Kadar Na2CO3 sebesar 57,42 mg/mL

dalam caustic soda.

5.2 Saran

Adapun saran yang perlu diperhatikan disini adalah sebaiknya digunakan sampel

basa atau asam yang lain serta dengan menggunakan indikator yang berbeda pula

sehingga hasilnya dapat dibandingkan satu sama lainnya dan agar wawasan praktikan

juga bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: asidi-alkali

Day, R. A. dan Underwood, A. l., 1998, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.

Hardjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT. Gramedia, Jakarta.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.

Liong, S., 2007, Penuntun Praktikum Kimia Analisis, Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UNHAS, Makassar.

Rivai, H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM

Page 20: asidi-alkali

ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

NAMA : ASRAWATINIM : H 311 04 003REGU : VII (TUJUH)HARI/ TGL PERC. : RABU, 7 FEBRUARI 2007ASISTEN : FITRIYANA

LABORATORIUM KIMIA ANALITIKJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2007

Page 21: asidi-alkali

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 7 Februari 2007

Asisten Praktikan

(FITRIYANA) ( ASRAWATI)

Page 22: asidi-alkali