askeb kpd
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. W DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKetuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnioritis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu
Menurut EASTMAN insidens PROM (Premature Rupture of theMembrane) ini kira-kira (12 %) dari semua kejadiannya mencapai sekitar(24%).
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatasan dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim. Persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi / janin dalam rahim. Oleh karena itu, tata laksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci, sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematur dan infeksi dalam rahim
Kasus ketuban pecah dini yang kami temukan di lapangan praktek, salah satunya yaitu di RST Ciremai Cirebon yaitu sekitar jumlah dari 60 persalinan. Diantaranya persalinan dengan anemia 30(50 %), persalinan dengan atonia uteri 5 (8,3 %), persalinan sungsang 25 (4,1 %). Untuk itu penulis tertarik untuk membuat laporan khusus tentang persalinan dengan ketuban pecah dini ini untuk dijadikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan Umum : Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini dengan menggunakan pola pikir varney dan pendokumentasian melalui SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini Ny. W .
2. Mahasiswa mampu menginterprestasi data untuk menentukan dignosa, masalah dan kebutuhan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini pada.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini pada Ny. W.
4. Mahasisiwa dapat mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera ataukolaborasi pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini pada Ny. W .
5. Mahasiswa dapat merencanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalindengan ketuban pecah dini pada Ny. W.
6. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibubersalin dengan ketuban pecah dini pada Ny. W.
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini pada Ny. W .
1.3 Metode PenulisanDalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui teknik pengumpulan data :
1.3.1 Studi PustakaYaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan topik kasus ketuban pecah dini.
1.3.2 Observsi PartisipasiYaitu dengan observasi dalam melakukan asuhan kebidanan secara langsung pada klien.
1.3.3 WawancaraYaitu menanyakan secara langsung kepada petugas, klien dan keluarga.
1.3.4 Studi DokumentasiYaitu membuat makalah ini penulis melakukan pendokumentasian dengan melihat catatan langsung pada klien yang ada di RST Ciremai Cirebon.
1.4 Sistematika PenulisanMakalah ini disusun secara sistematis, terdiri dari :
: Pendahuluan : Terdiri dari latar balakang, tujuan, metode penulisan dalam sistematika penulisan. : Tinjauan Pustaka : Terdiri dari konsep medis dan Asuhan Kebidanan (7 langkah varney). : Tinjauan kasus : terdiri dari pendokumentasian dengan menggunakan system SOAP.
BAB IV : Pembahasan : Terdiri dari pengumpulan data, interprestasi data, diagnosa potensial, tindakan kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
: Penutup : Terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis.2.1.1 Definisi2.1.1.2 Persalinan adalah proses adanya kontraksi dari fase laten, fase aktif, fase
pengeluaran, fase uri, pemantauan post partum sampai kondisi ibu baik.2.1.1.3 Persalinan adalah keluarnya janin disertai plasenta dari mulai umur
kehamilan nol bulan sampai sembilan bulan dan berakhir dengan enamjam pemantauan post partum
2.1.1.4 Persalinan adalah proses keluarnya janin, sampai plasenta dan pemantauan kala empat post partum disertai dengan kondisi dan keadaan bayi baik.
2.1.1.5 Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan.
2.1.1.6 Ketuban pecah dini atau spontaneus / early / premature rupture of themembrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
2.1.1.7 Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan.
2.1.1.8 Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan ibu bersalin dimana ketubanpecah sebelum waktunya (pembukaan masih kecil).
2.1.2 EtiologiPenyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multi faktoral yaitu sebagai berikut:
Serviks inkompeten. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion. Kelainan letak janin
dalam rahim : letak sungsang, letak lintang. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sefalopelvik disproforsi.
Kelainan bawaan dari selaput ketuban. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah2.1.3 Patofisiologi
Hipermortalitas selaput ketuban infeksi multipara ketuban Rahim terlalu tipis (amnionitis dan mal posisi pecah dini
Korioamnionitis disporposi artificial
Teregang
Selaput ketuban Pecah (KPD)Keterangan :
Adanya hipermortalitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sititis, sevitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitis rahim ini.
Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban). Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis). Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi,
cervik incompeten, dan Iain-lain. Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu
dini.
2.1.4 Penatalaksanaan Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG. Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT) untuk menilai cairan
yang keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan
lakukan pemeriksaan dalam secara digital. Tentukan ada tidaknya infeksi Tentukan tanda-tanda inpartu.
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan2.2.1 Pengkajian
A. Identitas
Nama kilen : Untuk membedakan pasien yang satu dengan yang lain (identifikasi pasien).Umur : Untuk mengetahui apakah ibu mempunyai faktor risiko atau tidak.Agama : Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu selama
persalinan.Suku / bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat / budayanya.Pendidikan : Untuk menentukan bagaimana kita memberikan konseling.Pekerjaan : Untuk mengetahui status sosial, ekonomi.Alamat : Untuk mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggalnya.
B. Anamnesa
1. Alasan utama masuk kamar bersalin pada KPD :mengatakan keluar air-air dari jalan lahir secara tiba-tiba
2. Tanda-tanda bersalin :Cenderung belum terdapat tanda-tanda bersalin hanya ketuban saja yang telah pecah.
3. Pengeluaran pervaginam :
Air ketuban : Ketuban sebelum inpartu yaitu pada primi pembukaan kurang dari 3 cm dan pada multi para pembukaan ; kurang dari 5 cm.
)4. Riwayat kehamilan sekarang :
HPHT : Untuk mengetahui tentang faal alat kandungan dan menentukan taksiran persalinan. Dengan diketahui HPHT pelaksanaan aterm / tidak.
Siklus : Untuk menentukan taksiran persalinan. ANC : Teratur / tidak untuk mendeteksi secara dini kemungkinan adanya komplikasi
pada kehamilannya.5. Riwayat imunisasi :
Untuk mencegah penyakit tetanus neonatorum, maka ibu hamil sebaiknya mendapatkan imunisasi TT 2 kali dengan interval 4 minggu.
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :Pada ketuban pecah dini, salah satu faktor predisposisinya yaitu multipara.
7. Pergerakan janin :Untuk mengetahui apakah janin masih hidup.
8. Pola nutrisi :memerlukan nutrisi yang cukup untuk proses persalinan.
9. Pola eliminasi :BAK dan BAB terakhir : bila tidak lancar, bisa menghalangi atau menghambat penurunan terendah janin.
10. Pola istirahat:Biasanya kurang istirahat.
11. Psikologi: Cenderung terjadinya ketegagan emosional (gelisah dancemas) karena menghadapi kelainan.C. Pemeriksaan
Keadaan umum : Sedang, baik, cemasKeadaan emosional : Labil dan tidak labil dalam menghadapi persalinan
Tanda-tanda vital :Tekanan darah : 90/60 mmhg-140/90 mmhg
Sistole: ≤ 140 mmhg Diastole: ≤ 60 mmhg : 80-120 x/ menit
Respirasi : 16-24 x/ menit : 36,5º C-37º C
3. Tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan kurang dari 145 cm bisa diperkirakan panggul sempit yang merupakan salah satu penyebab Ketuban Pecah Dini.
4. Pemeriksaan fisikKepala : Kulit kepala dan rambut : Kebersihan
: apakah terdapat edema pada wajah dan tangan, dan apakah terdapat Cloasma gravidarum
: Apakah pucat, tidak pucat, tidak adanya polip dan berwarna putih.
Hidung : ada atau tidak ada polip : Mulut bersih, gigi lengkap, caries geraham dan perdarahan pada gusi. : Pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah benig :
Jantung : irama jantung regulerParu-paru : Suara Wheezing, kadang pasien mengeluh sesak nafas, suara roachi.Payudara : payudara terlihat tegang dan membesar, putting susu menonjol bentuk simetris dan
ada benjolan atau tidak ada aerob mammae = hiperpegentasih. Abdomen
Pembesaran : sesuai dengan umur kehamilan Bekas luka operasi : Bila ada tidak mempengaruhi keadaan persalinan dengan KPD
- Pemeriksa keadaan pada klien dengan persalinan KPD dilakukan palpasi dan disertai denga linea alba, linea nigrae, dan adanya striae livida
- PalpasiKontraksi : ada saat diraba
Leopold : Untuk menentukan umur kehamilan dan bagian apa yang terdapat difundus. KPD dapat terjadi kelainan letak janin (letak sunsang dan lintang).
Leopold II : Untuk menentukan punggung bayi.Leopold III : Untuk menentukan bagian terendah janin dan sudah masuk PAP atau belum.
Leopold IV : Untuk mengukur seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP. Ketuban pecah dini dapat terjadi akibat bagian terendah belum masuk PAP.
- AuskultasiDjj normal : 120-140x /menitV. AnogenitalInpeksi : Tidak ada odema dan varises
Palpasi : vulva/vagina warna merah kebiru-biruan (bayi tidak chedwick), tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini dan kelenjar skene, anus tidak haemoroid.
j. Pemeriksaan dalamVulva vagiana tidak ada kelainan portid tebal, tipis dan posisi partio antefleksi, retrofleksi, dan pembukaan dengan persalinan KPD primis < 3 cm, dan multi < 5 cm.
Persentase : Apakah kepala, apakah bokong, letak sungsang dan lintang dapat menyebabkan KPD.D. Uji Diagnotik
1. Tes lakmus (tes nitrazine) : Bila menjadi biru air ketuban Bila menjadi merah air kemih
2. Tes LEA (Leukosit Esterase) : leukosit darah > 15.000 / mm33. Pemeriksaan pH perviks posterior pada PROM pH adalah
basa (air ketuban).4. Pemeriksaan histopatologi air ketuban.5. Abonzation dan sitologi air ketuban.
2.2.2 Interpretasi DataDiagnosa : G ....P…. A…. parturient aterem kala…. Janin hidup tunggal intro uterine dengan
Ketuban Pecah diniMasalah : Ibu cemas dalam menghadapi persalinan.Kebutuhan : Konseling dan kaji lebih lanjut.
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah PotensialIbu : Partus lama, infeksi puerpuralis, perdarahan post partum, atonia uteri.Janin : IUFD dan IPFD, asfiksia, prematuritas.
2.2.4 Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera / kolaborasiPolindes puskesmas : Rujuk kerumah sakitRumah sakit : Konsultasi dengan DSOG.
2.2.5 Merencanakan asuhan yang menyeluruha. Di Polindes / puskesmas 1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksan.2. Observasi keadaan ibu dan janin.3. Rujukb. Di rumah sakit
Konservatif
1. Rawat di rumah sakit2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan3. Kaji ulang diagnosa4. Observasi tanda ivfeksi dan distress janin.5. Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak ada ampisilin) dan
metronidazol 2 x 500 mg 7 hari).
6. Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
7. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-) : beri dextametason, observasi tanda infeksi dan kesejahteran janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
8. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), dexametason dan induksi sesudah 24 jam.
9. Jika usia kehamilan 32-34 minggu ada infeksi, berikan antibiotic dan lakukan induksi.10. Pada usia kehamilan 32 - 34 minggu berikan steroid intencid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau kemungkinan periksa kadar lesitin dan spingomiclin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tanggal selama 2 hari, dexametason 1 M 5 mg 6 jam sebanyak 4 . kali. Aktif
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bilagagal SC.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggidan persalinan diakhiri :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, laluinduksi bila tidak berhasil, akhiri persalinan denganSC.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan patuspervaginam
2.2.6 Penatalaksanaan :a. Konservatif1. Merawat di rumah sakit.2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.3. Mengkaji ulang diagnosa.4. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan distres janin.5. Memberikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin
bila tidak ada ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama7 hari).
6. Jika umur kehamilan < 32 - 34 minggu dirawat selama airketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluarlagi.
7. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, belum inpartu, tes busa(-) berikan dektametason, observasi tanda infeksi dankesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
8. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu sudah inpartu, tidak adainfeksi berikan tokolitik (salbutamol), deksametason daninduksi sesudah 24 jam.
9. Jika usia kehamilan 32 - 34 minggu ada infeksi beri antibiotikdan lakukan induksi.
10. Pada usia kehamilan 32 - 34 minggu berikan steroid. Aktif
1. Usia kehamilan < 37 minggu, induksi dengan oksitosin bilagagal SC. Dapat diberikan misoprostal 50 mg intra vaginaltiap 6 jam
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggidan persalinan diakhiri :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, laluinduksi dan jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan SC.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan partus pervaginam
2.2.7 EvaluasiDengan penanganan yang cepat dan tepat diharapkan :
• Tekanandarah : Dalam batas normal (120 / 80 mmHg)
Nadi : Dalam batas normal (80 - 100 x /menitj
Pernafasan : Dalam batas normal (16 - 20 x / menit)
Suhu : Dalam batas normal (36,5 - 37,5°C)
• DJJ : Frekuensi 120- 160 x/ menit
• Air ketuban tidak kering.
• Keadaan umum ibu dan bayi baik
• Diagnosa potensial tidak terjadi
BAB IIITINJAUAN KASUS
Tanggal : 19 Januari, Pukul 12.30 WIB3.1 Data SubjektifA. Identitas
Nama Klien : Ny. W Nama : Tn. TUmur : 26 Tahun Umur : 35 TahunKebangsaan : Jawa/Indonesia Kebangsaan : Jawa/IndonesiaAgama : Islam Agama : IslamPendidikan : SMU Pendidikan : SMUPekerjaan : Tidak Bekarja Pekerjaan : Wiraswasta
B. Anamnesa
1. Alasan utama
Ibu datang ke RS merasa hamil 9 bulan anak yang I dan merasa
mau melahirkan karena keluar air-air.
2. Keluhan
Keluar air-air sejak tanggal 19 Januari 2008 Puku 12.30 WIB
3. Pengeluaran pervaginam
Darah lendir : Tidak ada
Airketuban : Pecah sejak Pukul 12.30 WIB
4. Masalah khusus
Tidak ada
5. Riwayat kehamilan sekarang :
HPHT : 16 April 2007
TP : 23 Januari 2008
ANC : 5 kali
6. Riwayat imunisasi
TT lengkap.
7. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir :
Sering
8. Pola nutrisi
Makan dan minum terakhir pukul 13.00 WIB
Jenis : Nasi putih, ikan, air teh manis.
9. Pola eliminasi
BAK terakhir pukul
BAB terakhir pukul
10. Pola aktivitas
Tidur siang : ± 1 jam.
Tidur malam : ± 6 - 8 jam
11. Psikologi
Ibu merasa cemas menghadapi persalinan.
3.2 Data Obyektif
1. Keadaan umum : Sedang
Keadaan emosional : Labil
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanandarah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37°C
3. Tinggi badan : 156 cm
Berat badan : 54 kg
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Rambut, kulit kepala bersih.
Muka : Tidak ada oedem, konjungtiva tidak pucat, sclera putih.
Hidung : Tidak ada benjolan.
Mulut : Tidak ada caries, tidak ada perdarahan, gusi, tidak ada tonsilitis.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening.
Dada : Jantung : Seirama
Paru-paru : Wheezing (-), Ronchi (-)
Payudara : Bentuk simetris, areola mammae hiperpygmentasi, puting susu menonjol.
Kebersihan :Cukup, colostrum (-), benjolan(-)
Punggung dan pinggang : Posisi tulang belakang : Lordosis
CVAT : - / -
Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak cyanosis, palmar tidak pucat.
Bawah : Oedem : - / -
Varices : - / -
Reflek : +/ +
Abdomen : Pemeriksaan : Sesuai dengan umur kehamilan
Luka bekas operasi : Tidak ada
Linea nigra : Ada
Konsistensi : Tegang saat ada kontraksi
5. Pemeriksaan kebidanan
a. Palpasi
Leopold I : TFU 32 cm, fundus berisi bokong.
Leopold II : Puka
Leopold III : Sudah masuk PAP
Leopold IV : Penurunan 4/5
Auskultasi : DJJ (+) Frekuensi 139 x/menit, irama 11-12-11
Anogenital (inspeksi)
Vulva / vagina : Tidak ada kelainan
Kelenjar bartolini : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar skene : Tidak ada pembengkakan
Perineum : Tidak ada luka parut
Anus : Tidak ada haemoroid
Pemeriksaan dalam : V/V : tak
Portio : tebal
Pembukaan : 2 cm
Ketuban : (-)
Presentasi : Kepala
Penurunan : 4/5
III. ASSESMENT
G1PoAo parturient aterm kala I fase latent janin tunggal hidup, DJJ 139 x/menit,
intra uterin presentasi kepala U dengan ketuban pecah dini. Ibu merasa cemas dalam
menghadapi persalinan.
Potensial : Amnionitis, kala I memanjang, infeksi intra uterin, prolaps tali pusat, asfiksia, IUFD,
IUGR.
Ibu : Keadaan umum ibu baik dengan TD : 120/80 mmHg, Nadi : 84x /menit, pernafasan
20x /menit, suhu : 370C
Janin : Keadaan umum janin tunggal hidup intra uterin baik dengan Djj 139x /menit dan
persentasi kepala.
IV. PLANNING
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan Ibu tahu tentang
kondisi kesehatannya.
2. Memberikan dukungan moral dan membiarkan suami / keluarga
menemaninya Ibu merasa lebih tenang.
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi sesuai dengan kemauan
ibu Ibu memilih miring ke kiri, kaki ditinggikan.
4. Memberikan nutrisi cukup minum Ibu sudah makan.
5. Menganjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk therapy lebih lanjut.Advis dokter :
drip oksitosin Oksitosin 10 unit sudah diberikan.Pada infus D 5 % dengan tetesan
20 tetes dinaikkan 4 tetes / 15 menit.
7. Merencanakan pemeriksaan dalam ulang dalam 4 jam kemudian :
Pukul 12.30 WIB : TD : 120/80 mmHg
PL : DJJ 140 x/menit, kontraksi 3 x 30' PD : V/V tak, Portio : tebal, pemkaan 5 cm,
kepala H II.
Pukul 16.30 WIB : TD : 110/80 mmHg
PL : DJJ 144 x/menit, kontracsi 4 x 40'
PD : V/V tak, Portio : tebal, pembukaan 7 cm, kepala H II. –
Pukul 20.30 WIB : TD : 120/80 mmHg
PL : DJJ 140 x/menit, kontraksi 4x50'
PD : V/V tak, Portio : tipis, pembukaan 8 cm,penurunan 2/5.
III. ASSESMENT
G1P0A2 parturient aterm kala I fase aktif janin tunggal hidup, intra uterin presentasi
U dengan ketuban pecah dini.
Ibu merasa cemas dalam menghadapi persalinannya.
Potensial : Amnionitis, infeksi, prolaps tali pusat, asfiksia, IUFD, IUGR.
IV. PLANNING
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan Ibu tahu tentang hasil pemeriksaan.
2. Advis dokter teruskan yaitu D 5 % + Oksitosin 10 menit.
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi Ibu memilihmiring ke kiri.
4. Memberikan ibu untuk makan dan minum Ibu sudah makan danminum.
5. Menyiapkan alat-alat partus set steril Sudah terlaksana
6. Memberikan dukungan moral Ibu merasa cukup tenang.
7. Mengobservasi kemajuan persalinan dengan partograf Kemajuan persalinan
terlampir dalam partograf.
Pukul 21.00 WIB tampak dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva
membuka, dilakukan pemeriksaan dalam : V/V : tak, portio: tidak teraba,
pembukaan : 10 cm, penurunan kepala di H III.
III. ASSESMENT
G1 P0 A0 parturient aterm kala II janin tunggal intra uterine dengan Ketuban Pecah
Dini.
Potensial : Partus lama, infeksi, asfiksia.
IV. PLANNING
1. Memberitahu itu tentang hasil pemeriksaan Ibu tahu tentang
hasil pemeriksaan.
2. Advis dokter teruskan Infus D 5 % + Oksitosin 10 menit.
3. Memberikan dukungan moral pada ibu Ibu merasa tenang.
4. Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan Ibu dalam posisi setengah
duduk.
5. Mengajari ibu cara mengedan yang benar Ibu sudah tahu
cara mengedan yang benar.
6. Memimpin ibu untuk mengedan Ibu sudah dipimpin menera jika adahis, dan
istirahat jika tidak ada his.
7. Melakukan pertolongan persalinan Pukul, bayi lahirspontan segera menangis,
jenis kelamin laki-laki, berat badan : 3600 gram, panjang badan : 51 cm, a/s . 8/9.
III. ASSESMENT
Tanggal 19 Februari 2008, pukul 21.35 wib
G1PoAo kala III dengan ketuban pecah dini, keadaan ibu dan bayi baik.
Potensial : Atonia uteri, infeksi.
IV. PLANNING
Melakukan manajemen aktif kala III.
1. Mengecek fundus uteri Fundvs uteri sudah dicek dan tidak ada bayi kedua.
2. Memberitahu ibu akan disuntik dan menyuntikan oksitosin Oksitosin sudah
diberikan 1 ampul IM pada paha kanan.
3. Melakukan PTT PTT dilakukan.
4. Melahirkan placenta Pukul 21.23 WIB placenta lahir spontan lengkap.
5. Melakukan masase uterus dan cek perdarahan Kontraksi baik, uterus keras,
placenta lengkap, perdarahan ± 100 ml, perineum utuh.
6. Advis dokter Teruskan.
III. ASSESMENT
Pi Ao kala IV dengan ketuban pecah dini, keadaan ibu dan bayi baik.
Potensial : HPP, infeksi puerperalis.
IV. PLANNING
1. Mengajari ibu tentang bagaimana melakukan masase ibu mengerti dan mau
melakukan massase uterus.
2. Mebersihkan ibu dari darah dan membantu ibu mengganti pakaian bersih dan
merasa nyaman.
3. Mendokumentasikan alat alat sudah dibersihkan.
4. Melengkapi partograf partograf terisi.
5. Mengobservasi kala iv persalinan selama 2 jam pp pemantauan kala IV terlampir
dalam partrograf.
6. Advis dokter teruskan
BAB IVPEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan pengkajian pada ibu bersalin Ny. W dengan KPD)
penulis mendapat perbedaan-perbedaan antara teori dengan lahan prakek yaitu :
4.1 Pengkajian
Pada tanggal 19 Februari 2008 penulis melakukan pengkajian pada Ny. W dengan
kasus KPD ditemukan T : 120/80 ramHg, P : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,8°C
dan ditemukan data dengan umur 23 tahun. Dari data tersebut tidak adanya resiko
tinggi karena pada kasus KPD bisa terjadi pada umur > 35 tahun dan bisa terjadi pada
ibu bersalin primi dan multigravida selain itu juga ditemukan partus lama prematur,
fetal distress sedangkan menurut teori kasus KPD bisa terjadi pada usia terlalu muda
atau terlalu tua dan bisa menyebabkan terjadi partus lama prematur fetal distress
maka tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan.
4.2 Diagnosa
G1P0A0 Parturient arterm kala I fase laten Janin tunggal hidup intra uterin persentase U
dengan Ketuban Pecah D
Dalam diagnosa yang ditegakan pada kasus KPD adalah infeksi, partus lama, asfiksia,
fetal distress, dinyatakan sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2002: 218). Dan dari
pemeriksaan tanda-tanda vitalnya pada Ny. W, T : 120/80 mmHg, maka tidak ada
kesenjangan antara teori dan diagnosa di lapangan.
4.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Masalah diagnosa atau masalah potensial yang ditegakan adalah infeksi, partus
lama, dan asfiksia, fetal distress, atonia uteri, IUFD. (Prawirohardjo, 2002 : 219). Pada
Ny. W terjadi partus lama tetapi tidak terjadi atonia uteri, IUFD, dan asfiksia.
4.4 Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera / Kolaborasi
Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek karena
bidan melakukan kolaborasi dengan dokter DSOG.. Pada Ny. W dilakukan segera
dan berkolaborasi dengan DSOG. Tindakan segera
4.5 Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada tahap merencanakan asuhan yang menyeluruh berpedoman pada teori yaitu
dilakukan observasi keadaan umum ibu dan janin, dan kolaborasi dengan DSOG.
(Prawirohardjo, 2002 : M-114). Pada Ny. W dilakukan sesuai dengan teori yaitu
dilakukan tirah baring, observasi keadaan umum ibu dan janin, dan kolaborasi dengan
DSOG.
4.6 Pelaksanaan
Dalam melaksanakan asuhan menurut teori yaitu melakukan tirah baring, observasi
keadaan umum ibu dan janin, dan kolaborasi dengan DSOG. Pada Ny. W
dilaksanakan sesuai dengan teori yaitu tirah baring, observasi keadaan umum ibu dan
janin, dan kolaborasidengan DSOG.
4.7 Evaluasi
Pada langkah evaluasi tiap 15 menit jam pertama, 30 menit jam kedua, dan 6 - 8 jam
hari pertama.. Pada Ny. W penulis hanyamengobservasi 2 jam post partum
selanjutnya perawatan dipantau di ruang nifas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian .
Setelah melakukan pengkajian pada Ny. W penulis tidak mengalami kesulitan karena
selama penulis melakukan pengkajian klien sangat kooperatif. Sehingga penulis
mendapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Diagnosa
Dalam menegakan diagnosa penulis tidak menemukan
adanyakesenjangan antara teori dengan lahan praktek karena dalam
menegakan diagnosa sesuai dengan teori yang ada.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Dalam mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial penulis
tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan lahan praktek.
4. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera / Kolaborasi
Setiap pasien yang ada di RS sangat memerlukan pengawasan bersama bidan untuk
mencegah komplikasi yang akan terjadi. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan praktek.
5. Perencanaan
Dalam menyusun rencana, penulis menyusun berdasarkan teori seperti penanganan 2
jam post partum sampai 6 jam post partum
6. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, penulis menemukan kesenjangan pada saat sebelum ada
tanda-tanda persalinan ketuban sudah pecah dahulu, maka penulis melakukan
pemantauan dari mulai ketuban pecah sampai berlangsungnya persalinan.
7. Evaluasi
Pada hari kesatu keadaan umum ibu baik, pengeluaran ASI positif, kontraksi uterus
baik, pola nutrisi baik, mobilisasi positif, kandung kemih kosong dan ibu sudah mulai
menyusui bayinya dan diperbolehkan pulang pada tanggal 20 Februari 2008 . Akan
tetapi karena keterbatasan waktu maka penulis tidak dapat mengetahui perkembangan
klien selanjutnya.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi RS
Untuk meningkatkan profesionalisme sehingga pelayanan pada klien sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pendidikan lebih banyak meningkatkan prosedur
belajar mengajar mengenai manajemen kebidanan karena penulis masih
sangat kurang dalam hal pemahaman tersebut.
5.2.3 Bagi Ny.W
Hendaknya waspada terhadap komplikasi yang mungkin terjadi seperti halnya
ketuban pecah dini (KPD).