askep bunuh diri

Download Askep Bunuh Diri

If you can't read please download the document

Upload: jalu-deva

Post on 05-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

keperawtan jiwa

TRANSCRIPT

BAB I10BAB IPENDAHULUAN A.Latar BelakangBunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri-sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Di Amerika, dilaporkan 25.000 orang bunuh diri setiap tahun (Willson dan Kneils, 1998) dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Menurut Stuart dan Sundeen (1995) faktor penyebab bunuh diri adalah perceraian,pengangguran dan isolasi sosial. Menurut Tishlers 1981 (dikutip Leahey dan Wright, 1987) melalui penelitiannya. Motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri yaitu, 51% masalah dengan orang tua, 30% masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah dan 16% masalah dengan saudara ( Keliat, Budi Anna, 1991 )Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik/percobaan bunuh diri/rencana yang spesifik untuk bunuh diri. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan keterampilan perawat yang tinggi dalam merawat klien dengan tingkah laku bunuh diri, agar klien tidak melakukan tindakan bunuh diri.B.TujuanTujuan Umum -Membantu memenuhi kebutuhan klien secara utuh baik bio-psiko-sosial-spiritual.Tujuan khususMembina hubungan saling percaya dengan klien.Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara utuh.Meningkatkan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga meninggalkan kepuasan kerja.Perawat dapat berfikir secara logis, ilmiah, sistematis dan terorganisasi.Sarana/wahana desiminasi iptek keperawatan.Dapat menuangkan ide, gagasan, pemikiran yang akurat yang dapat diterima oleh akal sehat.Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.BAB IIKONSEP DASARA.Definisi / Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri hidup. Bunuh diri mungkin merupakan koping terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Keliat, Budi Anna,1991).Rentang Respon Bunuh Diri (Beck, dkk., 1984)Respon Adaptif Respon MaladaptifHarapan Putus Harapan Yakin Percaya InspirasiTetap hati Tidak percaya Putus asaApatisGagal dan kehilangan Ragu-raguSedihDepresiBunuh diriRespon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku. Sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, yang kurang dapat diterima oleh norma sosial dan budaya setempat.Respon maladaftif Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatisIndividu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu, seolah-olah koping yang biasa bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang dapat membantu.Kehilangan, ragu-raguIndividu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realitas akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan, individu akan merasa gagal, kecewa, rendah diri, yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri.Depresi Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu keluar dari keadaan depresi berat.Bunuh diriAdalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.B.EtiologiBanyak penyebab tentang penyebab/alasan seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri-sendiri.Cara untuk mengakhiri keputusasaan.C.Faktor Predisposisi / PresipitasiMenurut Stuart dan Sundeen (1987), faktor predisposisi bunuh diri adalah: 1.Diagnostik > 96% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan skizofrenia.2.Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif dan depresi.3.Lingkungan psikososial Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.4.Riwayat keluargaRiwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.5.Faktor biokimiaData menunjukkan, bahwa secara serotogenik, apiatergik dan dopaminergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destruktif diri.Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.Perasaan terisolasi, karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri-sendiri.Cara untuk mengakhiri keputusasaan.D.PathopsikologiSeseorang yang mengalami perubahan konsep diri seperti harga diri rendah, perubahan citra tubuh, kerancunan identitas dan peran mengakibatkan seseorang itu akan malu karena tidak sesuai dengan harapannya sehingga orang tersebut akan menarik diri dari lingkungan, tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya. Menarik diri mengakibatkan seseorang malas merawat dirinya sendiri sehingga akan menimbulkan gangguan fungsi tubuh. Seseorang yang mengalami gangguan interaksi sosial, dimana orang tersebut tidak memiliki teman untuk bertukar perasaan, akan mengalami gangguan alam perasaan seperti depresi karena kesedihan, keputusasaan dan masalah yang dialaminya tidak dapat diungkapkan. Seseorang yang depresi akan mengalami gangguan pola tidur karena selalu memikirkan masalah yang dihadapinya. Kesendirian yang dialami oleh orang yang mengalami depresi juga akan menimbulkan suatu halusinasi baik dengar maupun penglihatan sebagai respon dalam menghadapi masalahnya. Jika koping individu tidak kuat dan halusinasi yang dialaminya tidak dapat dikontrol orang tersebut akan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan bahkan akan melakukan percobaan bunuh diri karena halusinasinya telah mengendalikannya. Seseorang yang terus berusaha melakukan percobaan bunuh diri akan menganggu seseorang dalam pemenuhan kebutuhan sendiri seperti makan, minum, beraktifitas, eliminasi, istirahat-tidur.E.Gejala / TandaPengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut telah membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut.Petunjuk Gejala-Keputusasaan-Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga-Alam perasaan : depresi-Agitasi dan gelisah-Insomnia yang menetap-Penurunan berat badan-Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosialPenyakit Psikiatrik-Upaya bunuh diri sebelumnya-Kelainan afektif-Alkoholisme dan penyalahgunaan obat-Kelainan tindakan dan depresi pada remaja-Dimensia dini / status kekacauan mental pada lansia-Kombinasi dari kondisi di atas.Riwayat Psikososial-Baru berpisah, bercerai/kehilangan-Hidup sendiri-Tidak bekerja, perubahan/kehilangan pekerjaan yang baru dialami-Stres kehidupan multipel (pindah, kehilangan)Faktor-faktor kepribadian-Impulsif, agresif, rasa bermusuhan-Kekuatan kognitif dan negatif-Keputusasaan -Harga diri rendah-Batasan/gangguan kepribadian antisosial.F.Penatalaksanaan Tujuan utama Askep adalah melindungi klien sampai ia dapat melindungi diri sendiri. Melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan alternatif pemecahan masalah bunuh diri. Intervensi yang dibuat dan dilaksanakan harus mengacu pada etiologi dari diagnosa keperawatan serta sesuai dengan tujuan yang akan tercapai. Menurut Stuart dan Sundeen (1987), mengidentifikasi intervensi utama pada klien tingkah laku bunuh diri sebagai berikut:Melindungi Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai dirinya. Tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi, perlu dilakukan pengawasan selama 24 jam.Meningkatkan harga diriKlien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu klien mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian pada hal yang positif.Menguatkan koping yang konstruktif/sehatPerawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian/penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif perlu dimodifikasi/dipelajari koping baru.Menggali perasaan Perawat membantu klien mengenal perasaannya. Bersama mencari faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.Menggerakkan dukungan sosial Biasanya klien yang mempunyai kecenderungan bunuh diri, tidak/kurang dukungan sosial untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan sistem sosial klien yaitu keluarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien.STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)Masalah : Prilaku Percobaan Bunuh DiriPertemuan : Hari PertamaA.Proses Keperawatan 1.Kondisi :Klien datang ke RSJ diantar oleh keluarga, karena sering mengamuk, gelisah dan sulit tidur, omongan klien ngelantur, pernah melakukan percobaan bunuh diri.2.Diagnosa :Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan prilaku percobaan bunuh diri.3.TUK :1. Membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.B.Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)1.Orientasi a.Selamat pagi, nama saya Kadek Sukma, Panggil saya Kadek, nama Ibu siapa? Lebih senang saya panggil apa? Saya dan teman-teman saya akan merawat Bu Leli.b.Evaluasi/validasi Ada apa sewaktu di rumah sampai Bu Leli dibawa ke sini?c.Kontrak -Topik :Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan Bu Leli ingin bunuh diri.-Tempat :Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?-Waktu :Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit.2.Kerja -Apa yang Bu Leli rasakan saat ini?-Apakah ada sesuatu yang membuat Bu Leli merasa sedih dan kecewa?-Apakah sering Bu Leli mengalami kesedihan dan kekecewaan?-Apa yang menyebabkan Bu Leli merasa sedih dan kecewa?-Jadi yang menyebabkan Bu Leli merasa sedih dan kecewa adalah ...3.Terminasi a.Evaluasi subyektif Bagaimana perasaan Bu Leli setelah kita bercakap-cakap?b.Evaluasi obyektifCoba sebutkan hal-hal yang menyebabkan Ibu merasa sedih dan kecewa.c.Rencana tindak lanjut Baiklah waktu kita sudah habis. Nanti coba Bu Leli ingat lagi, penyebab Bu Leli ingin bunuh diri yang belum kita bicarakan.d.Kontrak-Topik :Pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan bagaimana perasaan Bu Leli saat ingin melakukan percobaan bunuh diri.-Tempat :Bu Leli mau kita bicara dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu saja?-Waktu :Besok sekitar pukul 10.00 saya dan teman-teman akan datang lagi ya Bu Leli.STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)Masalah : Prilaku Percobaan Bunuh DiriPertemuan : Hari KeduaA.Proses Keperawatan 1.Kondisi :Klien dapat menyebutkan penyebab rasa sedih dan kecewa pada dirinya.2.Diagnosa :Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan prilaku percobaan bunuh diri.3.TUK :3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala serta akibat dari prilaku bunuh diri.4. Klien mampu mencegah prilaku percobaan bunuh diri.B.Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)1.Orientasi a.Salam terapeutikSelamat pagi Bu Lelib.Evaluasi/validasi -Bagaimana perasaan Bu Leli saat ini?-Apakah masih ada penyebab lain untuk mendorong Bu Leli melakukan prilaku percobaan bunuh diri.c.Kontrak -Topik :Baiklah kita akan membicarakan bagaimana perasaan Bu Leli saat ingin melakukan prilaku percobaan bunuh diri.-Tempat :Mau dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu.-Waktu :Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit.2.Kerja -Bagaimana perasaan Bu Leli saat ingin melakukan percobaan bunuh diri ?-Apa yang membuat Bu Leli ingin melakukan percobaan bunuh diri?-Apa yang biasanya Bu Leli lakukan bila ingin mencoba untuk bunuh diri?-Apakah Bu Leli pernah mencoba untuk bunuh diri sebelumnya?-Nah. Bagaimana perasaan Bu Leli setelah mencoba bunuh diri?-Apakah Bu Leli merasakan masalah yang ibu hadapi selesai?-Betul ibu jadi sakit dan masalahnya tidak selesai.-Bagaimana Bu Leli, maukah belajar cara mengatasi masalah yang benar dan sehat.-Baiklah waktu kita sudah habis.3.Terminasi d.Evaluasi subyektif Bagaimana perasaan Bu Leli setelah kita bercakap-cakap?e.Evaluasi obyektif-Apa saja yang tadi kita bicarakan.-Benar, perasaan saat ingin melakukan percobaan bunuh diri, lalu apa lagi.-Akibat Bu Leli melakukan percobaan bunuh diri apa saja? Ya betul.f.Rencana tindak lanjut Baiklah, sudah banyak yang telah kita bicarakan, nanti coba diingat-ingat lagi perasaan Bu Leli saat ingin mencoba untuk bunuh diri serta akibat yang terjadi. Kalau di RS Jiwa keinginan untuk bunuh diri muncul lagi langsung beritahu perawat.g.Kontrak-Topik :Baiklah waktu kita sudah habis, nanti siang kita berbicara lagi.-Tempat :Bagaimana kalau disini lagi?-Waktu :Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00.STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)Masalah : Halusinasi Pertemuan : Hari Ketiga A.Proses Keperawatan 1.Kondisi :Klien dapat menyebutkan salah satu penyebab klien bunuh diri.2.Diagnosa :Prilaku percobaan bunuh diri berhubungan dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar.3.TUK :1.Klien dapat mengenal halusinasinya.2. Klien dapat mengendalikan halusinasinya.B.Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)1.Orientasi a.Salam terapeutikSelamat pagi Bu Lelib.Evaluasi/validasi -Bagaimana perasaan Bu Leli saat ini?-Apakah kemarin malam bisa tidur? Apa yang menyebabkan Bu Leli tidak bisa tidur? Apakah ibu mendengar suara-suara aneh?-Bagaimana perasaan Bu Leli saat mendengar suara-suara aneh itu?c.Kontrak -Topik :Baiklah kita akan membicarakan tentang halusinasi Bu Leli dan bagaimana cara mengendalikannya.-Tempat :Mau dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu.-Waktu :Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit.2.Kerja -Bagaimana perasaan Bu Leli saat halusinasi timbul?-Apa yang biasa Ibu lakukan bila halusinasi timbul?-Nah, sekarang kita akan membicarakan cara-cara untuk mengendalikan halusinasi ibu, salah satu cara yaitu dengan mengalihkan perhatian misalnya berkomunikasi dengan teman atau perawat.-Jadi kalau halusinasi timbul lagi Bu Leli bisa memanggil perawat.3.Terminasi a.Evaluasi subyektif Bagaimana Bu Leli apakah Ibu mau mencoba apa yang saya ajarkan tadi?b.Evaluasi obyektifCoba apa yang saya ajarkan tadi bila halusinasi timbul?c.Rencana tindak lanjut -Nah Bu Leli mulai sekarang Ibu harus berusaha menerapkan cara yang saya ajarkan untuk mengendalikan halusinasi.-Bu Leli jangan khawatir saya dan teman-teman akan bersedia membantu Ibu.d.Kontrak-Topik :Nah waktu kita sudah habis, nanti siang kita akan belajar cara lain.-Tempat :Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00.-Waktu :Mau dimana? Disini lagi, baik, sampai nanti.BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LS DENGAN PRILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRIDI RUANG SAHADEWA BPK RSJ PROP BALI BANGLI TGL 23 30 NOVEMBER 2004PENGKAJIANPengkajian dilakukan pada hari Selasa, 23 November 2004 pukul 14.00 wita, menggunakan teknik anamnesa yaitu autoanamnesa ( Klien ) dan heteroanamnesa yaitu observasi, pemeriksaan fisik serta catatan medis di Ruang Sahadewa BPK RSJ Provinsi Bali di Bangli.A.Identitas KlienPenanggungNama : LSNPUmur : 30 tahun-Jenis kelamin: PerempuanLaki-lakiPendidikan: SMA-Suku/bangsa: Bali/IndonesiaBali/IndonesiaAgama: HinduHinduStatus: Janda-Alamat: Br. Tegal, Ds Sembung, Kec. MengwiHubungan dengan keluarga :Sepupu B.Alasan Masuk Klien dibawa ke RSJ diantar oleh sepupunya, karena sering mengamuk, gelisah dan sulit tidur dan omongan klien ngelantur, pernah melakukan percobaan bunuh diri, klien dibawa masuk pada tgl 28 11- 2003.C.Faktor PredisposisiKlien sudah pernah masuk RSJ 5 kali dari tahun 1998, terakhir kali klien masuk pada tanggal 24 Februari 2003 dan keluar tanggal 28 Maret 2003, klien kembali masuk RSJ pada tanggal 28 November 2003 dengan kasus yang sama yaitu sering ngomong ngelantur, gelisah, ngamuk dan sulit tidur. Klien mengatakan dia sudah sakit-sakitan semenjak tamat SMA. Jika kumat klien mengatakan dirinya sering keluyuran, bingung, gelisah dan berbicara ngawur. Keluarga mengatakan klien pernah dibawa ke dukun untuk mengobati sakitnya, tetapi dukun tersebut juga telah menghamili klien, akhirnya dukun tersebut menikah dengan klien dan mempunyai seorang anak perempuan. Dalam perkawinannya klien mengatakan dirinya sering dipukul oleh suaminya, kemudian akhirnya klien diceraikan oleh suaminya. Saat itu klien mengatakan sangat sedih dan kecewa sehingga klien mencoba bunuh diri dengan minum rinso. Setelah minum rinso klien mengatakan kesemutan pada seluruh tubuhnya dan dibawa ke dokter dan juga ke dukun, tetapi pengobatan tidak berhasil. Di rumah klien tidak teratur minum obat, karena kurangnya perhatian dari keluargaD.Fisik TD = 110/70 mmHgN= 84x/mntS = 370CTB= 168 cmR = 20x/mntBB= 70 kgE.Psikososial Genogram 30Keterangan : = laki-laki= Perempuan = Meninggal= Tinggal serumah= Cerai= Klien = Orang terdekat Penjelasan:Klien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, klien berumur 30 tahun. Klien adalah seorang janda yang memiliki satu anak, setelah cerai anak klien dibawa oleh suaminya.Setelah cerai Klien tinggal bersama ayahnya, dalam keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Ayahnya merupakan orang yang terdekat bagi klien.Konsep diria.Citra tubuhKlien mengatakan dirinya jelek, tidak cantik dan tidak menyukai tubuhnya karena gemuk.b.IdentitasKlien menyadari dirinya sebagai seorang perempuan, klien mengatakan menyukai nama yang diberikan karena mengandung arti dapat menyembuhkan dirinya sendiri.c.PeranDulu klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan merawat anak, klien merasa senang berperan sebagai ibu rumah tangga. Tetapi sekarang klien merasa sepi tidak bisa melihat anaknya dan karena kesemutan klien merasa lesu dan lemas serta malas melakukan pekerjaan.Klien merasa kecewa tidak lagi bisa menjadi ibu rumah tangga.d.Ideal diriKlien mengatakan tidak mempunyai cita-cita, klien hanya ingin menjadi petani dan dapat bekerja keras. Saat ini klien berharap cepat sembuh dari penyakitnya.e.Harga diriKlien mengatakan dirinya sudah tidak bisa melakukan apa-apa dan tidak berguna klien mengatakan dirinya tidak cantik dan tidak sepadan dengan suaminya. Masalah keperawatan : gangguan konsep diri.Hubungan sosial a.Orang terdekat bagi klien adalah ayahnya, saat diceraikan, ayahnya yang mengajak klien.b.Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan di masyarakat.c.Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien mengatakan tidak mempunyai teman dan kurang bergaul dengan masyarakat, klien mengatakan lebih senang sendiri dan malas untuk mencari teman.Masalah keperawatan: kerusakan interaksi sosial : menarik diri.Spirituala.Nilai dan keyakinanKlien beragama Hindu, klien mengatakan tidak tahu menahu mengenai penyakitnya, klien bingung apakah penyakitnya karena medis atau non medis.b.Kegiatan ibadah Klien mengatakan di rumah kadang-kadang beribadah di sanggahnya.F.Status Mental1.Penampilan Penampilan klien tidak rapi : rambut acak-acakan, baju tidak diganti-ganti, kuku klien panjang dan kotor, klien jarang mandi.Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri.2.Pembicaraan Klien berbicara lancar dengan perawat dan mau menjawab pertanyaan yang diajukan perawat.3.Aktivitas motorik Klien gelisah, klien terus mondar-mandir. Masalah keperawatan : Risiko tinggi terhadap cidera.4.Alam perasaan Klien mengatakan diri sudah putus asa akan pengobatan yang tidak membuat klien sembuh, klien merasa bersalah atas prilakunya kepada temannya yang melarang berhubungan dengan suaminya, klien mengatakan dirinya takut karena terus diancam-ancam oleh suara temannya itu sehingga klien ingin bunuh diri.Masalah keperawatan : Gangguan alam perasaan : depresi 5.AfekSaat pengkajian emosi klien labil yaitu emosinya cepat berubah-ubah. Klien terus meminta racun untuk bunuh diri kemudian meminta senjata tajam.Masalah keperawatan : Prilaku percobaan bunuh diri.6.Interaksi selama wawancara Saat pengkajian klien kooperatif, kontak mata dengan perawat ada.7.PersepsiSaat pengkajian klien mengatakan dirinya mendengar suara temannya yang terus mengancam klien, sehingga klien ketakutan, karena diancam untuk dibunuh, dan klien juga mengatakan mendengar suara Bu Megawati ingin memutuskan simpul saraf otaknya. Halusinasinya timbul saat klien bengong.Masalah keperawatan : Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.8.Proses pikirPembicaraan klien sesuai, menjawab apa yang ditanya.9.Isi pikirKlien tidak mengalami waham, phobia, obsesi dll.10.Tingkat kesadaran Saat pengkajian orientasi waktu, tempat, orang baik.11.MemoriKlien mampu mengingat kejadian yang terjadi di masa yang lalu dan kejadian yang terjadi saat ini.12.Tingkat konsentrasiKlien berkonsentrasi saat diajak bicara dan mampu menjawab saat diberi soal hitungan.13.Kemampuan penilaian Klien mampu mengambil keputusan sederhana seperti memilih waktu untuk mandi.14.Daya tilik diriKlien sadar bahwa dirinya sakit dan klien ingin bisa cepat sembuh dan pulang.G.Kebutuhan Persiapan Pulang 1.MakanKlien makan 3x sehari sesuai program di rumah sakit, klien dapat menghabiskan satu porsi makanan yang disediakan, klien makan dengan tangan, sebelum makan klien tidak mencuci tangan, setelah makan klien mau mencuci tangan.2.BAB/BAK Klien BAB 1x sehari, dan BAK + 4x sehari dan setelahnya klien sudah membersihkannya.3.Mandi Klien jarang mandi, klien mandi tidak menggunakan sabun, klien tidak pernah sikat gigi dan keramas, kebersihan klien kurang.4.Berpakaian Pakaian klien kurang rapi, klien jarang mengganti baju.5.Istirahat dan tidurKlien sering berbaring di tempat tidur, tetapi tidak bisa tidur lelap/ nyenyak, klien tidak pernah merapikan tempat tidur.6.Penggunaan obatKlien teratur minum obat dengan diawasi oleh perawat, klien minum dua jenis obat (Promactil dan TXP/ Trihexyphenidyl) 2 x 1 sehari.7.Pemeliharaan kesehatan Klien di rumah sakit hanya dipantau oleh perawat dan dokter.8.Aktivitas di dalam rumah Klien mengatakan dulu dirinya sering membantu pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, saat ini klien hanya menyendiri dan bengong.9.Aktivitas di luar rumah Klien jarang keluar dan bersosialisasi dengan masyarakat.Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri dan gangguan pola tidur.H.Mekanisme KopingKlien jika ada masalah sering diam dan menyendiri.Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif.I.Masalah Psikososial dan LingkunganKlien mengatakan lebih suka menyendiri dan jarang bergaul dengan teman-temannya dan masyarakat di lingkungan rumahnya.Masalah keperawatan : Kerusakan interaksi sosial : menarik diri.J.Pengetahuan Klien mengatakan dirinya sudah tamat SMA. Klien sedikit mengetahui tentang gangguan yang dialami.K.Aspek Medik1.Diagnosa Medis : Skizofrenia Hebefrenik 2.Therapi: Promactil 100 mg 2 x 1 tablet. Trihexyphenidyl 2 mg 2 x 1 tablet.Rumusan Masalah :1.Gangguan konsep diri. 2.Prilaku percobaan bunuh diri3.Kerusakan interaksi sosial : menarik diri.4.Defisit perawatan diri.5.Risiko tinggi terhadap cidera.6.Gangguan alam perasaan : depresi.7.Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.8.Gangguan pola tidur.9.Koping individu tidak efektif.Pohon Masalah :Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari .(E)Prilaku percobaan bunuh diri .(CP)Risiko tinggi terjadi cedera.Gangguan pola tidur Perubahan persepsi sensori : (C)halusinasi dengar.Gangguan alam perasaan : depresi Defisit perawatan diri Koping individu tidak efektif Gangguan konsep diri Kerusakan interaksi sosial : menarik diri DIAGNOSA KEPERAWATAN Prioritas diagnosa :Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan prilaku percobaan bunuh diri.Prilaku percobaan bunuh diri berhubungan dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar.29RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LSDENGAN PRILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRIDI RUANG SAHADEWA BPK RSJ PROPINSI BALI DI BANGLITANGGAL 23 30 NOVEMBER 2004 No. Hari/Tgl./ Jam DiagnosaKeperawatanTujuanKriteria EvaluasiRencana Tindakan Rasional123456728Rabu, 24 November 2004 Gangguan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari berhubungan dengan prilaku percobaan bunuh diri ditandai dengan penampilan kurang rapi, klien jarang mandi, klien meminta rinso untuk bunuh diri, klien mengatakan kurang tidur.TUM : Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.TUK 1 :Klien dapat membina hubungan saling percaya.Klien mau berjabat tangan, menyebutkan nama, menjawab salam.Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan terapeutik.-Sapa klien dengan ramah.-Perkenalkan diri dengan sopan.-Tanyakan nama pasien.-Jelaskan tujuan pertemuan.Rasa percaya akan meningkatkan interaksi terapeutik antara perawat dengan klien.1234567-Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian terhadap klien.-Terima klien apa adanya.29TUK : 2Klien dapat mengungkapkan perasaannya.Klien dapat mengungkapkan perasaan yang dirasakannya. Menciptakan lingkungan yang hangat dan bersahabat.Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.Ajak klien membicarakan hal-hal nyata yang ada di lingkungan.Dapat membantu mengurangi permasalahan yang dialami.TUK : 3 Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala serta akibat dari prilaku bunuh diri.3.1 Klien dapat mengenal bagaimana tanda dan gejala serta akibat dari prilaku bunuh diri.3.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyebab klien mau bunuh diri.1234567303.1.2Diskusikan bersama klien bagaimana tanda dan gejala serta akibat dari bunuh diri.3.1.3Identifikasi bersama klien mengenai kemampuan yang dimiliki.3.1.4Berikan penghargaan positif terhadap kemampuan yang dimiliki.3.1.5Lakukan evaluasi dengan cara menanyakan kembali pada klien tentang tanda dan gejala serta akibat dari bunuh diri.123456731TUK : 4Klien mampu mencegah prilaku percobaan bunuh diri.4.1 Klien tidak melakukan prilaku percobaan bunuh diri.Identifikasi bersama tindakan yang dilakukan bila keinginan untuk bunuh diri muncul.Arahkan klien untuk melakukan tindakan yang positif jika keinginan bunuh diri muncul.Dorong klien untuk menggunakan tindakan yang efektif untuk mencegah percobaan bunuh diri.TUK 5 :Klien dapat dukungan 5.1Keluarga mau mendukung klien dapat pemenuhan Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.123456732keluarga untuk mencegah prilaku percobaan bunuh diri.kebutuhan hidup sehari-hari dan mencegah prilaku percobaan bunuh diri.Kaji pengetahuan keluarga mengenai prilaku percobaan bunuh diri dan tindakan yang dilakukan untuk merawat klien.Beri penghargaan untuk tindakan yang positif bagi keluarga.Diskusikan dengan keluarga tanda, gejala, serta akibat prilaku percobaan bunuh diri dan cara merawat klien di rumah.TUK : 6Klien dapat menggunakan obat untuk mencegah prilaku bunuh diri.6.1 Klien dapat menggunakan obat dengan teratur sesuai dengan program.Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat untuk mengendalikan halusinasi.1234567Bantu klien untuk pastikan klien minum obat sesuai dengan program dokter.Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efek samping obat.33Prilaku percobaan bunuh diri berhubungan dengan halusinasi dengar.TUM :Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri.TUK : 1Klien dapat mengenal halusinasinya.1.1 Klien mampu mengenal halusinasinya yaitu isi, waktu, frekuensi timbulnya halusinasi.Adakan kontak sering dan singkat.Observasi prilaku verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasinya.Dengan mengenal halusinasinya klien dapat menghindari prilaku yang diakibatkan oleh halusinasi.123456734Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat.Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi.Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan ketika halusinasi muncul.Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi halusinasi.123456735TUK : 2Klien dapat mengendalikan halusinasinya.2.1 Klien mampu mengendalikan halusinasinya.Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila suara-suara tersebut ada.Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang positif.Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengendalikan halusinasi. Contoh: bicara dengan orang lain, mengatakan pada suara saya tidak mau dengar.Dengan mengendalikan halusinasi, klien dapat mengontrol tindakannya untuk bunuh diri.1234567Dorong klien untuk memilih cara yang akan digunakannya dalam menghadapi halusinasi.36Beri penguatan dan pujian terhadap pemilihan pilihan klien yang benar.Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang telah dipilih dalam menghadapi halusinasinya.Diskusikan dengan klien hasil upaya yang telah dilakukan.Beri penguatan atas upaya yang berhasil dan beri jalan keluar atas upaya yang belum berhasil.123456737TUK : 3 Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.-Keluarga memberi dukungan.-Klien dapat mengendalikan halusinasinya.3.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.3.1.2Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi, dan tindakan yang dilakukan dalam merawat klien.3.1.3Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang positif.3.1.4Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan cara merawat klien di rumah.Dengan memberi dukungan, klien akan memiliki motivasi untuk menengendalikan halusinasinya.3.1.5Anjurkan keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien di rumah.3.1.6Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang tepat.1234567TUK : 4 Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya.Klien dapat minum obat dengan teratur.Klien dapat mengendalikan halusinasinya.Bantu klien untuk pastikan bahwa klien minum obat sesuai program dokter.Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efek samping obat.Membantu untuk mengendalikan halusinasinya.38IMPLEMENTASI PADA KLIEN LS DENGANPRILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI DI RUANG SAHADEWA BPK RSJ PROVINSI BALI BANGLITANGGAL 23-30 NOVEMBER 2004Hari/Tgl.Dx Kep Implementasi Respon Klien Paraf 12345Selasa 23-11-04Dx 11.Membina hubungan saling percaya.DS:Klien memperkenalkan identitasnya pada perawat.DO:-Klien mau berkenalan.-Klien mau berjabat tangan.Rabu24-11-04Dx 12.Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.DS:Klien mengatakan dirinya dibenci dan putus asa dengan pengobatan yang dilaksanakan dan ingin mati.DO:Klien tampak bingung.Rabu24-11-04Dx 13.Membantu klien mengenal tanda- gejala serta akibat dari prilaku bunuh diri.DS:Klien mengatakan dirinya terus diancam oleh halusinasinya dan klien merasa putus asa, tidak sembuh dan mencoba bunuh diri.DO:Klien mau menjawab pertanyaan yang diberikan.3912345Rabu24-11-04Dx 1Mengarahkan klien untuk melakukan tindakan yang positif untuk mencegah keinginan bunuh diri DS:Klien mengatakan dirinya ingin minta maaf lewat surat.DO:Klien menulis surat dan isinya minta maaf kepada teman-temannya yang mengancam.Rabu24-11-04Dx 1 Membantu klien minum obat sesuai dengan program dokter.DS:-DO:Obat telah diminum oleh klien secara teratur sesuai dosis yang diberikan.Rabu 24-11-04Dx 2Membantu klien mengidentifikasi tentang waktu munculnya halusinasi, isi halusinasi dan frekwensi timbulnya halusinasi.DS:Klien mengatakan timbulnya halusinasi disaat bengong, isinya tentang suara temannya yang mengancam klien dan timbulnya sewaktu-waktu.DO:Klien tampak bengong, klien mau mengungkapkan waktu, isi dan frekwensi timbulnya halusinasi.40Kamis25-11-04Dx 2Membantu klien untuk mengendalikan halusinasinya.DS:Klien mengatakan tidak lagi mendengar suara.DO:Klien tampak tenang, tapi masih bengong dan menyendiri. 12345Kamis 25-11-04Dx 2Membantu klien untuk minum obat sesuai dengan program dokter.DS:-DO:Obat telah diminum oleh klien secara teratur sesuai dengan dosis yang diberikan.Jumat 26-11-04Dx 1Membantu klien mengungkapkan perasaannya.DS:Klien mengatakan tidak ingin bunuh diri lagi, klien menyadari kemarin penyakitnya kambuh lagi.DO:Klien mau mengungkapkan perasaannya, klien mau mandi dan bisa tidur.Sabtu 27-11-04Dx 1Membantu klien mengungkapkan perasaannya.DS:-Klien mengatakan ingin menggambar. -Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh.DO:Klien menggambar sebuah pemandangan.41Senin 29-11-04Dx 2 Membantu klien mengungkapkan persannya.DS:Klien mengatakan kembali mendengar suara yang ramai saat bengong, klien mengatakan takut.DO:Klien mau mengungkapkan perasaannya, klien mau berkomunikasi dengan perawat saat halusinasinya 12345muncul, klien tampak cemas. Klien mau melakukan cara yang diberikan perawat untuk mengendalikan halusinasinya.Dx 2Mendiskusikan dengan klien tentang cara mengendalikan halusinasi yaitu bicara dengan orang lain, menutup telinga dan mengatakan pada suara saya tidak mau mendengar.DS:Klien mengatakan dirinya akan mencoba cara yang diajarkan oleh perawat.DO:Klien terlihat bicara tetapi hanya sedikit.Selasa 30-11-04Dx 2Membantu klien mengungkapkan perasaannya.DS:Klien mengatakan tidak bisa tidur, masih mendengar suara-suara, mengatakan malas berbicara, klien mengatakan takut dan cemas karena dicari-cari oleh seseorang dalam halusinasinya.DO:Klien mau mengungkapkan perasaannya, klien terlihat cemas, bengong.Dx 2Membantu klien minum obat sesuai dengan program dokter.DS:-DO:Obat telah diminum oleh klien secara teratur sesuai dosis yang diberikan.42EVALUASI KEPERAWATAN PADA KLIEN LS DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DI RUANG SAHADEWA BPK RSJ PROVINSI BALI BANGLITANGGAL 23 30 NOVEMBER 2004No Hari/Tgl.Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf 12345Selasa 23-11-04Dx 1S:Klien memperkenalkan identitasnya kepada perawat.O:-Klien mau berkenalan.-Klien mau berjabat tangan.A:Tuk 1 tercapai.P:Lanjutan rencana perawatan.Rabu 24-11-04Dx 1 dan Dx 2S:-Klien mengatakan dirinya dibenci dan putus asa dengan pengobatan yang dilaksanakan dan ingin mati.-Klien mengatakan dirinya terus diancam oleh halusinasinya dan klien merasa putus asa, tidak sembuh dan mencoba bunuh diri.-Klien mengatakan dirinya ingin minta maaf lewat surat.-Klien mengatakan timbulnya halusinasi disaat bengong, isinya tentang suara temannya yang mengancam klien dan timbulnya sewaktu-waktu.O:-Klien tampak bingung, klien mau menjawab pertanyaan yang diberikan, klien menulis surat dan isinya minta maaf kepada temannya yang mengancam dirinya.4312345-Obat telah diminum klien secara teratur sesuai dosis yang diberikan.-Klien tampak bengong, klien mau mengungkapkan waktu, isi dan frekwensi timbulnya halusinasi.A:-Tuk 2, Tuk 3, Tuk 4, Tuk 6 tercapai, Tuk 5 belum tercapai.-Tuk 1 dari Dx 2 tercapai. P:Lanjutan rencana perawatan.Kamis25-11-04Dx 2 S:-Klien mengatakan tidak lagi mendengar suara.O:-Klien tampak tenang, tapi masih bengong dan menyendiri.-Obat telah diminum oleh klien secara teratur sesuai dengan dosis yang diberikan.A:Tuk 2, Tuk 4 tercapai.P:Lanjutan rencana perawatan.44Jumat,26-11-04Dx 1S:Klien mengatakan tidak ingin bunuh diri lagi, klien menyadari kemarin penyakitnya kambuh lagi.O:Klien mau mengungkapkan perasaannya, klien mau mandi dan bisa tidur.A:Tuk 2 tercapai.P:Lanjutan rencana perawatan.12345Sabtu27-11-04Dx 1 S:-Klien mengatakan mau menggambar.-Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh.O:Klien menggambar sebuah pemandangan.A:Tuk 2 tercapai.P:Lanjutan rencana perawatan.Senin,29-11-04Dx 2S:Klien mengatakan kembali mendengar suara yang ramai saat bengong, klien mengatakan takut.O:-Klien mau mengungkapkan perasaannya, klien mau melakukan cara yang diberikan perawat untuk mengendalikan halusinasinya.-Klien terlihat bicara tapi hanya sedikit.A:Tuk 1, Tuk 2 tercapai.P:Lanjutan rencana perawatan.Selasa, 30-11-04Dx 2 S:Klien mengatakan tidak bisa tidur, masih mendengar suara-suara dan dicari-cari oleh seseorang.O:-Klien mau mengungkapkan perasaannya, klien terlihat cemas, bengong.-Obat telah diminum oleh klien secara teratur sesuai dengan dosis yang diberikan.A:Tuk 1,2,3,4,6 pada Dx I tercapai, Tuk 1,2,4 pd Dx 2 tercapai masalah belum teratasi.P:Lanjutan rencana perawatan.45BAB IVPENUTUPA.KesimpulanTingkah laku bunuh diri merupakan kedaruratan yang memerlukan tindakan pencegahan yang segera. Pasien yang pernah mengatakan ingin bunuh diri perlu diwaspadai dan harus mendapatkan pengawasan yang ketat dari petugas. Mulai intervensi yang aktif, intensif dan efektif yaitu dengan:1.Melindungi dan mencegah klien melukai dirinya.2.Meningkatkan harga diri klien.3.Menguatkan koping yang konstruktif atau sehat.4.Menggali perasaan dan mencari faktor-faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.5.Menggerakkan dukungan sosial, yaitu dukungan dari keluarga, teman dekat atau lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien.Diharapkan klien akan merubah koping yang maladaptif (bunuh diri) menjadi koping yang adaptif (pemecahan masalah).B.Saran1.46Perawat, keluarga, dan orang di sekitar klien harus mewaspadai sedini mungkin tanda-tanda dan gejala prilaku pasien yang mengarah pada percobaan bunuh diri.2.Perawat memperhatikan kondisi lingkungan yang mendukung klien untuk melakukan percobaan bunuh diri.3.Dukungan orang-orang terdekat klien sangat dibutuhkan untuk meningkatkan harga diri klien dan memotivasi klien untuk menguatkan koping yang konstruktif dan sehat.47SUMBER PUSTAKAStuart, Sundeen, 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC, JakartaKeliat, Budi Anna, 1998, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, JakartaKeliat, Budi Anna, 1991, Tingkah Laku Bunuh Diri, Arcan, Jakarta48ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LSDENGAN PRILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRIDI RUANG SAHADEWA BPK RSJ PROV. BALI BANGLITGL. 23 30 NOVEMBER 2004Oleh : Kelompok A II1.I Made Sukma Wijaya2.I Nyoman Pariastra3.Ni Putu Tatik Sumarni4.G.P. Eka Prapta Cintia5.Ni Kadek Sri Sadia Asih6.Ni Made Mas Sri Ulati7.Gst. Ngurah AstinaPOLTEKKES DENPASARJURUSAN KEPERAWATANSEMESTER V2004KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Dalam Asuhan Keperawatan ini kami mengambil topik mengenai prilaku percobaan bunuh diri yang akhir-akhir ini semakin banyak terjadi baik dikalangan remaja, dewasa, lansia, bahkan dapat terjadi pada anak-anak.Sebagai penulis kami menyadari bahwa apa yang kami tulis dalam Asuhan Keperawatan ini tidaklah sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk mengisi kekurangan-kekurangan dalam karya tulis ini untuk penyempurnaan karya tulis ini.Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing akademik dan pembimbing praktek yang selama ini telah membimbing kami dan juga kepada Kepala Ruangan dan tenaga keperawatan yang telah mendorong dan membantu kami dalam penyusunan Asuhan Keperawatan Pada Klien LS dengan Prilaku Percobaan Bunuh Diri Di Ruang Sahadewa BPK RSJ Provinsi Bali Bangli. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi institusi maupun mahasiswa yang membutuhkannya. Desember 2004PenulisDAFTAR ISIKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiLEMBARAN PERSETUJUAN iiiBAB I PENDAHULUAN 1Latar Belakang Masalah 1Tujuan 1Metode 2Sistematika penulisan 2BAB II KONSEP DASAR 3Definisi/pengertian 3Etiologi 4Faktor Predisposisi/ Presipitasi 5Pathopsikologi 6Gejala/ Tanda 7Penatalaksanaan 8Strategi Pelaksanaan 10BAB III TINJAUAN KASUS 18Pengkajian 18Diagnosa 27Perencanaan 28Pelaksanaan 39Evaluasi 43BAB IV PENUTUP 46KesimpulanSaranSUMBER PUSTAKA 48LEMBAR PERSETUJUAN :ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LSDENGAN PRILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRIDI RUANG SAHADEWA BPK RSJ PROVINSI BALIDI BANGLI TANGGAL 23 -30 NOVEMBER 2004Oleh :Kelompok A III Made Sukma WijayaI Nyoman PariastraNi Putu Tatik SumarniG.P. Eka Prapta CintiaNi Kadek Sadia AsihNi Made Mas Sri UlatiGst. Ngurah AstinaTELAH DIKOREKSI DAN DISETUJUI OLEH PEMBIMBING PADA :HARI :TANGGAL :BULAN :TAHUN : PEMBIMBING PRAKTEKPEMBIMBING AKADEMIK ( )( ) NIP :NIP :