askep cedera kepala
DESCRIPTION
ope ope no miTRANSCRIPT
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
Hari/Tanggal : Rabu, 3 November 2010Topik : Asuhan Keperawatan Intensif dengan Cedera Kepala BeratFasilitator : Ns. Mas Ayu Gandasari, S.Kep
KASUS :Tuan K berusia 24 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 20 Oktober 2010.
Tuan K pada saat itu sedang mengendarai sepeda motor, kemudian dari arah berlawan
datang mobil kijang dengan kecepatan tinggi menabrak Tuan K. Tuan K terpelanting ke
trotoar jalan, helm yang dikenakan Tuan K pecah, keluar darah dari hidung dan mulut Tuan
K dilarikan ke unit emergency dan sekarang menjalani perawatan intensif.
Pemeriksaan fisik :
Tuan K terpasang ETT dan mayo, Jackson rise (+), GCS 1x4, terdengar suara snoring (+),
nafas spontan tapi tidak adekuat, RR 48 x/menit, nafas cepat dangkal. Nadi teraba
119x/menit, regular. Akral dingin. Tekanan darah 131/70 mmHg. Kepala terdapat lesi pada
daerah frontal dan terdapat hematoma. Mata : pupil isokor, reaksi cahaya menurun, anemis
(+). Hidung dan mulut mengeluarkan darah.
Pemeriksaan penunjang :
Leukosit 8400/µL; Hb 7,4 gr/dL; hematokrit 21,6 %; trombosit 546.000/µL.
BGA : pH 7,28 ; pCO2 43,1 mmHg; pO2 80,2 mmHg; HCO3 22,8 mmHg; Sat O2 89 %
CT Scan Kepala : cedera otak berat
PERTANYAAN :1. Apa yang terjadi pada Tuan K pada kasus diatas ? Jelaskan !
2. Apa yang anda ketahui tentang trauma kepala ?
3. Bagaimana pastofisiologi terjadinya trauma kepala pada kasus diatas ?
4. Pemeriksaan tambahan apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa ?
5. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul untuk kasus diatas ?
6. Buatlah rencana keperawatan dengan menyertakan tujuan dan criteria hasil dari kasus
diatas !
7. Bagaimana management keperawatan intensif dan evaluasi pada pasien dengan kasus
diatas ?
PEMBAHASAN :1. Apa yang terjadi pada Tuan K pada kasus diatas ? Jelaskan !
Menurut kasus diatas, Tuan K mengalami kecelakaan lalu lintas dan terbentur keras
pada kepalanya. Setelah itu tuan K mengalami gejala seperti mengeluarkan darah dari
mulut serta hidungnya. Jackson rise (+), GCS 1x4, terdengar suara snoring (+), nafas
spontan tapi tidak adekuat, RR + 48x/menit, nafas cepat dangkal, nadi teraba 119x/menit,
regular, akral dingin, TD ; 131/70 mmHg. Kepala terdapat lesi pada derah frontal dan
hematoma. Mata pupil anisokor, reaksi cahaya menurun, anemis positif.
1 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
Sesuai kasus, Tuan K mengalami cedera kepala primer dimana terjadi benturan kepala
dengan trotoar dan terjadi mekanisme (aselerasi – deselasi rotasi) yang nantinya akan
berdampak pada jaringan otak. Menurut Mansjoer 2000, cedera kepala dapat
diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan, dan morfologi cedera. Mekanisme
cedera yang terjadi pada tuan K adalah trauma tumpul, dimana cedera ini terjadi akibat
benturan kepala pada benda keras (trotoar). Berdasarkan tingkat keparahan, tuan K
mengalami cedera kepala berat dimana GCS yaitu 1X4 ; verbal tuan K tidak dapat dikaji
karena menggunakan ETT dan mayo.
Pasien dipasang ETT dan mayo dikarenakan pasien yang kesadarannya menurun,
nafas cepat dan dangkal, terdengar suara snoring, nafas spontan tapi tidak adekuat. Disini
ETT dan mayo berfungsi untuk menjaga trakea (batang tenggorok) pasien terbuka, untuk
memungkinkan staf untuk mengeluarkan lendir atau sekret jika pasien tidak dapat batuk
sendiri serta mencegah kemungkinan sesak napas atau obstruksi jalan napas
Berdasarkan teori yang ada di literatur, gejala yang ditunjukkan oleh Tuan K mengacu
pada diagnosa cedera kepala berat, dan didukung juga oleh adanya pemeriksaan CT Scan
kepala yang menunjukkan adanya cedera otak berat.
Menurut Corwin, 2001 & Campbell, 2004, gejala cedera kepala adalah sebagai berikut :
Pada gegar otak, kesadaran sering kali menurunPola nafas abnormal (dangkal)Sakit kepala, vertigo
Muntah akibat peningkatan TIK
Perubahan perilaku kognitif dan fisik pada gerakan motorik dan berbicara dapat terjadi
dengan segera atau secara lambat
Amnesia
Kebingungan
Mengantuk
Cemas
Suara nafas snoringTakikardiTD meningkat/menurunAkral dingin dan pucatTerdapat suara nafas tambahanReaksi pupil tidak adaTerdapat perdarahan
Terdapat kontusio, laserasi, serta abrasi pada kepalaKaku kuduk
(Corwin, 2001: 244 ; Campbell, 2004 : 112)
2 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
Pemeriksaan darah lengkap yang dilakukan juga menunjukkan :
Hb 7,4 gr/dl, nilai normal pada pria 13 -18 gr/dl; terjadi penurunan nilai yang mungkin
disebabkan akibat perdarahan yang terjadi di kepala
Hematokrit, 21,6%, nilai normal 42 – 50%; terjadi penurunan nilai
Trombosit 546.000/ul, nilai normal 100.000-400.000/ul; terjadi peningkatan
Kesimpulan : terjadi anemia akibat dari perdarahan yang terjadi di kepala; curiga terdapat
hemoragi serebral
Pemeriksaan analisa gas darah yang dilakukan menunjukkan :
pH : 7,28, nilai normal 7,35 – 7,45, terjadi penurunan pH
pCO2 : 43,1 mmHg, nilai normal 35-42 mmHg, nilai pCO2 dalam batas normal
pO2 : 80,2 mmHg, nilai normal 90-100 mmHg, terjadi penurunan
HCO3 : 22,8 mmHg, nilai normal 23-26 mmHg, nilai HCO3 dalam batas normal
Saturasi O2 89%, nilai normal 95%, terjadi penurunan saturasi
Kesimpulan : pasien mengalami asidosis
2. Apa yang anda ketahui tentang trauma kepala ?
a. PengertianTrauma kepala adalah (terbuka dan tertutup) terdiri dari : fraktur tengkorak, komusio
(gegar) serebri, kontusio (memar)/ laserasi dan perdarahan serebral (subarakhnoid,
subdural, epidural, intraserebral, batang otak). (Doenges, 2000: 270)
Cedera kepala mengacu pada trauma kepala. Hal ini mungkin atau mungkin tidak
termasuk trauma pada otak. Namun, istilah cedera otak dan cedera kepala sering
digunakan secara bergantian dalam literatur kedokteran. (Wikipedia, 2009)
Cedera kepala dapat didefinisikan sebagai segala perubahan dalam fungsi mental
atau fisik yang berkaitan dengan pukulan ke kepala. (Medscape, 2009)
Gambar 1. Fraktur tengkorak pada trauma kepala
3 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
b. Penyebab/Faktor PredisposisiPenyebab cedera kepala adalah tabrakan lalu lintas kendaraan bermotor, rumah
dan kecelakaan kerja, jatuh, dan serangan. Kecelakaan sepeda juga merupakan
penyebab umum cedera kepala yang berhubungan dengan kematian dan cacat,
terutama di kalangan anak-anak. (Wikipedia, 2009)
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi pada kecelakaan lalu
lintas. (Mansjoer, 2000:3)
c. Tanda dan GejalaGangguan tanda vital, apatis, letargi, berkurangnya perhatian, menurunnya
kemampuan untuk mempergunakan percakapan kongnitif yang tinggi,
hemianoksia, hemiparesis, kelainan pupil, pusing menetap, sakit kepala,
gangguan tidur, gangguan bicara, hipoksia, hipotensi sistemik, hilangnya
autoregulasi aliran darah, inflamsi,edema, peningkatan ICP yang terjadi dalam
waktu singkat. (Price. 2003: 1177 )
Menurut Doengoes (2000: 270-272) tanda dan gejala dari cedera kepala yaitu:
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Perasaan tidak enak, (malaise), keterbatasan yang ditimbulkan
oleh kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak,
hipotonia.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa
penyakit jantung kongenital (abses otak).
Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat
(berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat
vasomotor). Takikardi, disritmia (pada fase akut).
3) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut).
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
4) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada
periode akut).
5) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya
berat), parestesia, terasa kaku pada semua pernafasan yang
terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf kranial),
4 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
gangguan dalam penglihatan seperti diplopia (fase awal dari
beberapa infeksi).
Tanda : Status mental/tingkat kesadaran, letargi sampai kebingungan yang
berat sehingga menjadi koma, delusi dan halusinasi/psikosis
organik (ensefalitis).
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan
diperburuk oleh ketegangan leher/punggung kaku, nyeri pada
gerakan okular, fotosensitivitas, sakit tenggorok nyeri.
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi/ gelisah, menangis/
mengaduh/ mengeluh.
7) Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak).
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (episode awal), perubahan mental
(letargi sampai koma) dan gelisah.
Gambar 2. Tanda dan Gejala Cedera Kepala
d. KlasifikasiCedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan, dan
morfologi cedera (Mansjoer, 2000: 3)
1) Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi durameter
a) Trauma Tumpul
Contohnya : Trauma akibat kecepatan tinggi (tabrakan mobil) dan
kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)
5 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
b) Trauma Tembus
Contohnya : luka tembus peluru, dan cedera tembus lainnya
2) Keparahan Cedera : berdasarkan skala koma Glasgow (GCS)
a) Ringan : GCS 14-15
b) Sedang : GCS 9-13
c) Berat : GCS 3-8
3) Morfologi
a) Fraktur Tengkorak :
Kranium : linear/stelatum; depresi/nondepresi; terbuka/tertutup.
Basis :dengan/tanpa kebocoran cairan serebrospinal;
dengan/tanpa kelumpuhan nervus VII
b) Lesi Intrakranial
Fokal : epidural, subdural, intraserebral
Difus : konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus
Menurut Doenges (2000: 270) klasifikasi cedera kepala dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Trauma otak primer terjadi karena benturan langsung atau tak langsung
(akselerasi/deselerasi otak).
2) Trauma otak sekunder merupakan akibat dari trauma saraf (melalui akson)
yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea atau hipotensi
sistemik.
Sementara menurut Price (2003:1174) cedera kepala diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Hematoma Epidural
Hematoma epidural paling sering terjadi di daerah parietotemporal akibat
robekan arterial mengineal media. Tanda dan gejala tampak bervariasi,
penderita hematoepidural yang khas memiliki riwayat cedera kepala dengan
periode tidak sadar dalam jangka waktu pendek, diikuti periode lusid.
Gambar 3. Hematoma epidural dalam fosa temporalis (Price, 2006: 1174)
6 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
2) Hematoma Subdural
Pada umumnya hematoma subdural berasal dari vena. Hematoma ini timbul
akibat ruptur vena yang terjadi dalam ruangan subdural. Hematoma subdural
dibagi lagi menjadi tipe akut, subakut dan kronik yang memiliki gejala dan
prognosis yang berbeda-beda.
Gambar 4. Hematoma subdural (Price, 2006: 1174)
a) Hematoma subdural akut
Hematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologik yang penting
dan serius dalam 24 - 48 jam setelah cedera. Hematoma subdural akut
terjadi pada pasien yang meminum obat antikoagulan terus menerus
yang tampaknya mengalami trauma kepala minor dan sering kali
berkaitan dengan cedera deselerasi akibat kecelakaan bermotor. Defisit
neurologik progresif disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak dan
herniasi batang otak ke dalam foramen magnum yang selanjutnya
menimbulkan tekanan. Keadaan ini cepat menimbulkan henti nafas dan
hilangnya kontrol atas denyut nadi dan tekanan darah.
b) Hematoma subdural subakut
Hematoma subdural subakut menyebabkan defisit neurologik bermakna
dalam jangka waktu lebih dari 48 jam tetapi kurang dari 2 minggu setelah
cedera. Hematoma ini disebabkan oleh pendarahan vena kedalam ruang
subdural. Riwayat klinis yang khas pada penderita hemotoma subdural
subakut adalah adanya trauma kepala yang menyebabkan
ketidakkesadaran, selanjutnya diikuti perbaikan status neurologik yang
bertahap.
c) Hematoma subdural kronik
Trauma otak yang menjadi penyebab dapat sangat sepele atau
terlupakan dan sering kali akibat cedera ringan. Tanda dan gejala dari
Hematoma subdural kronik biasanya tidak spesifik, tidak terlokalisasi dan
dapat disebabkan oleh banyak proses penyakit lain.
7 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
Gambar 5. Brain Hematoma (Wikipedia, 2009)
3. Bagaimana pastofisiologi terjadinya trauma kepala pada kasus diatas ?
Mekanisme cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya trauma kepala yang terjadi. Ada 2 mekanisme cedera yang terjadi pada Tuan K,
yaitu cedera percepatan (aselerasi) dan cedera perlambatan (deselerasi). Cedera
percepatan (aselerasi) terjadi ketika benda yang bergerak membentur kepala yang diam.
Sedangkan, cedera perlambatan (deselerasi) terjadi ketika kepala membentur objek yang
relatif tidak bergerak, misalnya tanah. (Gallo, 1996 : 226)Trauma kepala pada Tuan K terjadi akibat mekanisme cedera aselerasi dan
deselerasi. Cedera aselerasi terjadi ketika mobil yang berkecepatan tinggi menabrak Tuan
K. Sedangkan, cedera deselerasi terjadi ketika Tuan K terpelanting dan membentur trotoar.
Kombinasi mekanisme ini mengakibatkan terjadinya cedera pada jaringan otak dan
menimbulkan kerusakan pada sawar darah otak (Blood Brain Barrier). Cedera jaringan
tersebut mengakibatkan degranulasi sel - sel mast yang terdapat dalam jaringan otak.
Degranulasi ini memacu pelepasan histamin yang menimbulkan efek vaskuler berupa
peningkatan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. (Price, 2005 : 62)Peningkatan permeabilitas kapiler memicu terjadinya eksudasi cairan dari
intravaskuler ke jaringan interstisiil otak dan menimbulkan edema serebral. (Price, 2005 : 1168)
Selain itu, trauma yang terjadi menimbulkan destruksi pada vaskuler di daerah kepala.
Destruksi ini menimbulkan hematoma. Hematoma dan edema serebral dapat berpengaruh
pada peningkatan TIK. Peningkatan TIK didefinisikan sebagai peningkatan tekanan dalam
rongga kranialis. Ruang intrakranial ditempati oleh jaringan otak (1400 gram), darah (sekitar
75 ml), dan cairan serebrospinal (sekitar 75 ml). Keseluruhan volume tersebut
menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal sebesar 4 - 15 mmHg. Peningkatan
volume pada salah satu dari ketiga komponen ini mengakibatkan desakan pada ruang dan
menaikkan tekanan intrakranial. (Price, 2005 : 1167)
8 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
Pada kasus Tuan K ini, peningkatan TIK yang terjadi mempengaruhi kecepatan aliran
darah ke otak dan penekanan pada pusat pernafasan medulla oblongata dan pons.
Penurunan kecepatan aliran darah ke otak (Cerebral Blood Flow) mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke otak, sehingga memunculkan masalah perfusi jaringan
serebral tidak efektif. (Nanda, 2005 : 233) Sedangkan, penekanan pada medulla oblongata
dan pons menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi pernafasan. (Guyton, 2007 : 539) Gangguan ini menimbulkan masalah keperawatan berupa pola nafas tidak efektif.
(Nanda, 2005 : 27) Kombinasi antara gangguan suplai O2 ke otak dan gangguan pada
fungsi pernafasan akibat penekanan fungsi pernafasan membutuhkan tindakan
pemasangan ETT dan mayo pada Tuan K yang bertujuan untuk mempertahankan
kepatenan jalan nafas dan membantu pemenuhan kebutuhan oksigen secara adekuat.
Keadaan ini dapat mengurangi respon batuk pada pasien, dan membuat sekret menumpuk
pada saluran pernafasan. Penumpukan sekret ini menimbulkan masalah keperawatan
berupa bersihan jalan nafas tidak efektif. (Nanda, 2005 : 4)Selain itu, trauma kepala juga mengakibatkan terjadinya destruksi vaskuler. Destruksi
ini mengakibatkan hilangnya/ berkurangnya cairan dalam intravaskuler. Keadaan ini
menimbulkan masalah keperawatan berupa kekurangan volume cairan tubuh. (Nanda, 2005 : 89) Selain itu, trauma kepala juga menimbulkan lesi pada daerah kepala. Lesi ini
dapat menjadi pintu masuk bagi agen infeksius untuk menyerang pertahanan tubuh.
Keadaan ini menimbulkan masalah keperawatan berupa risiko infeksi. (Nanda, 2005 : 121)
9 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
Suplai O2 ke jaringan otak
Cerebral Blood Flow
vasodilatasi dan permeabilitas kapiler
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
WOC TRAUMA KEPALA
10 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
Mekanisme cedera
aselerasi dan deselerasi
Trauma Kepala
Cedera jaringan otak,
kerusakan sawar darah otak
Degranulasi sel - sel mast
Pelepasan histamin
Eksudasi cairan dari intravaskuler
ke jaringan interstisiil otak
Edema Serebral
Peningkatan TIK
Lesi pada kepala
Pertahanan primer tubuh
(kulit) tidak adekuat
Port entry
agen infeksius
Risiko Infeksi
Destruksi vaskuler
Hematoma
Berkurangnya
volume cairan
intravaskuler
Kekurangan Volume
Cairan Tubuh
Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
Penekanan pusat pernafasan di
medulla oblongata dan pons
Fungsi pernafasan terganggu
Pola Nafas Tidak Efektif
Pemasangan ETT
dan mayo
Penumpukan sekret pada
saluran pernafasan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
4. Pemeriksaan tambahan apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa ?
MRI : sama dengan CT scan dengan/tanpa menggunakan kontras.
Angiografi serebral menunujukan kelainan serkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
EEG untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis.
Sinar X mendeteksi adanya perubahaan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur
dari garis tengah (karena perdarahan, edema) adanya fragmen tulang.
Pungsi lumba, CSS : Dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarakhnoid.
GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah arteri atau oksigenasi yang akan
dapat meningkatkan TIK.
Kimia/Elaktrolit darah : mengetahui ketidak seimbangan yang berperan dalam
meningkatkan TIK/perubahan mental.
Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap
penurunan kesadaran. (Doenges, 2000 : 272)
5. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul untuk kasus diatas ?
a. Pengkajian Berdasarkan Kasus di Atas1) Pengkajian Awal (A,B,C)
PengkajianData
MasalahObjektif Subjektif
Airway Adanya suara nafas tambahan :
terdengar adanya suara snoring
(+)
Terpasang ETT, mayo
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Breathing Frekuensi nafas 48x /menit
(Takipnea)
Irama nafas abnormal (cepat
dan dangkal)
Nafas spontan tetapi tidak
adekuat
Pola nafas tidak efektif
Circulation Perubahan tekanan darah : TD
131/70mmHg
Perubahan frekuensi jantung
(takikardia)
Akral dingin
Hidung dan mulut
mengeluarkan darah
Anemis (+)
Hb : 7,4 gr/dl
Kekurangan volume
cairan
11 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
Disability Mata : pupil anisokor
Reaksi cahaya menurun
GCS 1 x 4 (perubahan reaksi
pupil, abnormalitas berbicara,
perubahan respon motorik)
Perfusi jaringan
(serebral) tidak efektif
Eksposure Kepala terdapat lesi pada
daerah frontal dan terdapat
hematoma
Resiko Infeksi
Five Intervention//full set of vital sign
Tanda vital (TD : 131/70 mmHg,
Nadi : 119 x/mnt regular)
Pemeriksaan lab
Leukosit : 8400/µl (normal)
Hb : 7,4 gr/dl (menurun)
Hematokrit : 21,6 %
(menurun)
Trombosit : 546.000/ µl
(meningkat)
pH : 7,28 (menurun)
pCO2 : 43,1 mmHg (normal)
pO2 : 80,2 mmHg (menurun)
HCO3 : 22,8 mmHg (normal)
Saturasi O2 : 89%
CT Scan Kepala : cedera
otak berat
Perfusi jaringan
(serebral) tidak efektif
2) Pengkajian Dasar (Persistem)
Pengkajian Data Masalah
Objektif Subjektif
Breathing Adanya Suara nafas
tambahan : terdengar
adanya suara snoring (+)
Terpasang ETT, mayo
Frekuensi nafas 48x /
menit
Irama nafas abnormal
(cepat dan dangkal).
Nafas spontan tetapi tidak
adekuat
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Pola nafas tidak
efektif
12 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
Blood Perubahan tekanan darah :
TD 131/70mmHg
Nadi : 119 x/mnt regular
Perubahan frekuensi
jantung (takikardia)
Akral dingin
Hidung dan mulut
mengeluarkan darah
Anemis (+)
pCO2 : 43, 1 mmHg
pO2 : 80,2 mmHg
HCO3 : 22,8 mmHg
Hb : 7,4 gr/dl
Hematokrit : 21,6 %
Saturasi O2 : 89%
Leukosit : 8400/µl
Trombosit : 546.000/ µl
BGA : pH 7,28
Perfusi jaringan
(seberal) tidak
efektif
Kekurangan
volume cairan
Brain Kepala terdapat lesi pada
daerah frontal dan terdapat
hematoma.
CT Scan Kepala : cedera
otak berat
GCS 1 x 4
Perfusi jaringan
(serebral) tidak
efektif
Risiko infeksi
Bladder -
Bowel -
Bone -
b. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan pembentukan
lendir/sekret yang berkaitan dengan pernapasan buatan ditandai dengan
pemasangan ETT, mayo, adanya suara nafas tambahan : terdengar adanya
suara snoring (+), frekuensi nafas 48x / menit (takipnea), Irama nafas
abnormal (cepat dan dangkal)
2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuscular karena
penurunan aliran darah otak dan penekanan pusat pernafasan di medulla
oblongata dan pons ditandai dengan frekuensi nafas 48x / menit (takipnea),
Irama nafas abnormal (cepat dan dangkal), Nafas spontan tetapi tidak
13 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
adekuat
3 Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan kerusakan
transportasi oksigen melewati membran kapiler atau alveolar karena
peningkatan TIK ditandai dengan mata : pupil anisokor, reaksi cahaya
menurun, GCS 1 x 4 (perubahan reaksi pupil, abnormalitas berbicara,
perubahan respon motorik), BGA : pH 7,28; pO2 80,2 mmHg, TD 131/70
mmHg, nadi 119x/mnt. saturasi O2 89%
4 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dengan kehilangan volume
cairan tubuh secara aktif ditandai dengan perubahan tekanan darah : TD
131/70mmHg, nadi 119 x/mnt regular), perubahan frekuensi jantung
(takikardia), GCS 1x4, akral dingin , hidung dan mulut mengeluarkan darah,
anemis (+), Hb : 7,4 gr/dl, hematokrit : 21,6 %
5 Risiko infeksi berhubungan dengan port entry kuman (destruksi jaringan di
daerah frontal dan peningkatan paparan lingkungan)
14 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
6. Buatlah rencana keperawatan dengan menyertakan tujuan dan kriteria hasil dari kasus diatas !
NO.DIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN &KRITERIA HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1 Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan
pembentukan lendir/sekret
yang berkaitan dengan
pernapasan buatan ditandai
dengan pemasangan ETT,
mayo, adanya suara nafas
tambahan : terdengar
adanya suara snoring (+),
frekuensi nafas 48x / menit
(takipnea), Irama nafas
abnormal (cepat dan
dangkal)
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 X 15 menit
diharapkan pasien dapat
mempertahankan kepatenan jalan
nafas dengan kriteria hasil :
Tidak terdapat suara nafas
tambahan (rales, ronchi,
wheezing, crakels, snoring)
Frekuensi nafas dalam batas
normal (RR 16-24x/menit)
Irama nafas regular
Tidak terdapat produksi
sekret/sputum
Ekspansi dada simetris, tidak
terdapat penggunaan otot bantu
pernafasan, tidak ada retraksi
dada
Tidak ada dispnea, orthopnea
Mandiri :
1. Kaji kepatenan jalan nafas
2. Evaluasi gerakan dada dan auskultasi
untuk bunyi nafas bilateral
3. Awasi letak selang endotrakeal
Mandiri :
1. Obstruksi dapat disebabkan oleh
akumulasi sekret, perlengketan
mukosa, perdarahan, spasme
bronkus, dan/atau masalah dengan
posisi trakeostomi/selang endotrakeal
2. Gerakan dada simetris dengan bunyi
nafas melalui area paru menunjukkan
letak selang tepat/ tak menutup jalan
nafas. Obstruksi jalan nafas bawah
(mis. Pneumonia/atelektasis)
menghasilkan perubahan pada bunyi
nafas seperti ronchi, mengi
3. Selang endotrakeal dapat masuk ke
bronkus kanan, sehingga
menghambat aliran udara ke paru kiri
dan pasien berisiko untuk
15 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
4. Catat peningkatan dispnea, sekret
terlihat pada selang
endotrakeal/trakeostomi, suara nafas
tambahan (rales, ronchi, wheezing,
crakels, snoring)
5. Hisap sekret sesuai kebutuhan, batasi
penghisapan 15 detik atau kurang
6. Ubah posisi/berikan cairan dalam
kemampuan individu
7. Ubah posisi/berikan cairan dalam
kemampuan individu
Kolaborasi :
8. Berikan bronkodilator IV dan aerosol
sesuai indikasi
pneumothorak tegangan
4. Pasien intubasi biasanya mengalami
reflek batuk tak efektif atau pasien
dapat mengalami gangguan
neuromuskuler atau neurosensori
5. Penghisapan tidak harus rutin, dan
lamanya harus dibatasi untuk
menurunkan bahaya hipoksia.
6. Meningkatkan drainase sekret dan
ventilasi pada semua segmen paru,
menurunkan risiko atelektasis
7. Meningkatkan ventilasi pada semua
segmen paru dan alat drainase sekret
Kolaborasi :
8. Meningkatkan ventilasi dan
membuang sekret dengan relaksasi
otot halus/spasme bronkus
2 Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan asuhan Mandiri : Mandiri :
16 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
berhubungan dengan
disfungsi neuromuscular
karena penurunan aliran
darah otak dan penekanan
pusat pernafasan di medulla
oblongata dan pons ditandai
frekuensi nafas 48x / menit
(takipnea), Irama nafas
abnormal (cepat dan
dangkal), nafas spontan
tetapi tidak adekuat
keperawatan selama 3 X 15 menit
diharapkan pola nafas pasien efektif
dengan kriteria hasil :
Tidak terdapat suara nafas
tambahan (rales, ronchi,
wheezing, crakels, snoring)
Frekuensi nafas dalam batas
normal (RR 16-24x/menit)
Irama nafas regular
Refleks gag dan reflex menelan
(+)
1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman
pernapasan
2. Auskultasi suara napas dan adanya suara-
suara tambahan yang tidak normal
3. Kaji reflex yang penting untuk bernapas
“gag” reflek dan reflex menelan
4. Pertahankan ketinggian bagian kepala
tempat tidur
5. Pantau penggunaan dari obat-obatan
depresan pernapasan, seperti sedative
1. Intubasi, ventilasi mekanik lama,
ketidakmampuan umum, malnutrisi, usia,
dan prosedur invansif adalah factor dimana
pasien potensial mengalami infeksi dan
lama sembuh
2. Untuk mengidentifikasi adanya masalah
paru atau obstruksi jalan napas yang
membahayakan oksigenasi serebral
3. Kemampuan memobilisasi atau
membersihkan sekresi penting untuk
pemeliharaan jalan napas.
4. Untuk memudahkan ekspansi
paru/ventilasi paru dan dapat menurunkan
adanya kemungkinan lidah jatuh dan
menyumbat saluran pernapasan serta
menghindari risiko peningkatan TIK
5. Dapat meningkatkan gangguan/ komplikasi
pernapasan
3 Perfusi jaringan jaringan
serebral tidak efektif
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 X 15 menit
Mandiri :1. Kaji tanda-tanda vital :
Mandiri :1. Pengkajian tanda – tanda vital
17 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
berhubungan dengan
kerusakan transportasi
oksigen melewati membran
kapiler atau alveolar karena
peningkatan TIK ditandai
dengan mata : pupil
anisokor, reaksi cahaya
menurun, GCS 1x4
(perubahan reaksi pupil,
abnormalitas berbicara,
perubahan respon motorik),
TD 131/70 mmHg, nadi
119x/mnt, BGA : pH 7,28;
pO2 80,2 mmHg), saturasi
O2 89 %
diharapkan perfusi jaringan serebral
efektif dengan kriteria hasil :
Reaksi pupil positif, isokor
GCS 9 - 13
TTV normal (TD 120 - 90/ 90 -
70 mmHg; Nadi 80 - 100x/menit
regular)
BGA dalam batas normal (pH
7,35 – 7,40; PaCO2 35-45mmHg;
PaO2 95 - 100mmHg)
Saturasi O2 : 95 - 100%
Pantau tekanan darah, catat adanya
hipertensi sistolik dan tekanan nadi
Frekuensi jantung, catat adanya
bradikardia, takikardia, atau bentuk
disritmia lainnya
2. Kaji tingkat kesadaran dengan GCS
3. Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran,
ketajaman, kesamaan antara kiri dan
kanan, dan reaksinya terhadap cahaya
mengindikasikan :
Peningkatan tekanan darah sistemik
yang diikuti oleh penurunan tekanan
darah diastolik (nadi yang membesar)
merupakan tanda terjadinya
peningkatan TIK
Perubahan pada ritme (paling sering
bradikardia) dan disritmia dapat timbul
yang mencerminkan adanya
depresi/trauma batang otak pada
pasien yang tidak mempunyai kelainan
jantung sebelumnya
2. Mengkaji adanya kecenderungan pada
tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK dan bermanfaat dalam
menentukan lokasi, perluasan, dan
perkembangan kerusakan SSP.
3. Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial III
(okulomotor) dan berguna untuk
menentukan apakah batang otak masih
baik. Ukuran/kesamaan ditentukan oleh
keseimbangan antara persarafan simpatis
dan parasimpatis. Respon terhadap
18 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
4. Pertahakan kepala/leher pada posisi
tengah atau pada posisi netral, hindari
pemakaian bantal besar pada kepala
5. Tinggikan kepala pasien 15-450 sesuai
indikasi/yang dapat ditolerir
6. Monitor BGA dan/atau saturasi O2
Kolaborasi :7. Berikan obat sesuai indikasi :
cahaya mencerminkan fungsi yang
terkombinasi dari saraf kranial optikus dan
okulomotor.
4. Kepala yang miring pada salah satu sisi
menekan vena jugularis menghambat
aliran darah vena, yang selanjutnya akan
meningkatkan TIK
5. Meningkatkan aliran balik vena dari kepala
sehingga akan mengurangi kongesti dan
edema atau risiko terjadinya peningkatan
TIK
6. Menentukan kecukupan pernapasan
(kemunculan dari hipoksia/asidosis) dan
mengindikasikan kebutuhan akan terapi;
adekuatnya oksigen sangat penting dalam
mempertahankan metabolisme otak
Kolaborasi :7. Memberikan obat sesuai indikasi :
Diuretik dapat digunakan pada fase akut
untuk menurunkan TIK
Menurunkan inflamasi
19 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
Diuretik, mis. manitol, furosemid
Steroid, mis. deksametason, metil
prednisolon,
Antikonvulsan, mis. fenitoin
Analgesik
Sedatif
Antipiretik
8. Kolaborasi pemberian oksigen
Obat pilihan untuk mengatasi dan
mencegah terjadinya aktivitas kejang
Dapat diindikasikan untuk
menghilangkan nyeri dan dapat
berakibat negatif pada TIK tetapi harus
digunakan dengan hati-hati untuk
mencegah gangguan pernapasan
Dapat digunakan untuk mengendalikan
kegelisahan, agitasi
Menurunkan atau mengendalikan
demam dan meningkatakan
metabolisme serebral atau peningkatan
kebutuhan terhadap oksigen
8. Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat
meningkatkan vasodilatasi dan volume
darah serebral yang meningkatkan TIK
4 Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan
dengan kehilangan volume
cairan tubuh secara aktif
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 X 6 jam
diharapkan volume cairan adekuat
Mandiri :1. Kaji tanda-tanda vital (terutama tekanan
darah dan frekuensi jantung/nadi)
Mandiri :1. Perubahan dapat menunjukkan efek
hipovolemia (perdarahan/dehidrasi).
Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi
20 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
ditandai dengan perubahan
tekanan darah : TD
131/70mmHg, nadi 119
x/mnt regular), perubahan
frekuensi jantung
(takikardia), GCS 1x4, akral
dingin , hidung dan mulut
mengeluarkan darah,
anemis (+), Hb : 7,4 gr/dl,
hematokrit : 21,6%
dengan kriteria hasil :
TTV normal (TD 120-90/90-70
mmHg, Nadi 80-100x/menit)
GCS 8-13
Hematokrit : 42-50%
Hb : 13-18 gr/dl
Tidak terjadi tanda-tanda anemis
Turgor kulit normal/baik (elastis)
Akral hangat
2. Observasi demam, perubahan tingkat
kesadaran , turgor kulit buruk, kulit dan
membran mukosa kering, akral dingin,
konjungtiva pucat
3. Monitor dan pertahankan intake dan output
cairan
Kolaborasi:4. Berikan cairan IV sesuai indikasi
5. Berikan tranfusi darah sesuai indikasi
dari peningkatan kehilangan cairan
mengakibatkan hipotensi dan takikardia
2. Gejala-gejala tersebut menunjukkkan
dehidrasi/hemokonsentrasi dan tanda –
tanda anemis
3. Pamasukan pasien dapat menurun
selama periode krisis. Dehidrasi dapat
menurunkan haluaran urin
Kolaborasi :4. Mempertahankan keseimbangan
cairan/elektrolit pada tak adanya
pemasukan melalui oral. Cairan harus
diberikan segera (khususnya pada
keterlibatan SSP) untuk menurunkan
hemokonsentrasi dan mencegah infark
5. Memperbaiki/menornalkan kapasitas
pembawa oksigen untuk memperbaiki
anemia, dan berguna untuk mengatasi
perdarahan. Penggantian cairan/darah
tergantung pada derajat hipovolemia dan
21 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
6. Monitor hasil laboratorium (pemeriksaan
hematokrit, Hb, elektrolit serum, dan urine)
lamanya perdarahan (akut atau kronis)
6. Peningkatan menunjukkan
hemokonsentrasi. Kehilangan
kemampuan ginjal untuk
mengkonsentrasikan urine dapat
mengakibatkan penrunan elektrolit
serum.
5 Risiko infeksi berhubungan
dengan port entry kuman
(destruksi jaringan di daerah
frontal dan peningkatan
paparan lingkungan)
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 X 24 jam
diharapkan tidak terjadi infeksi
dengan kriteria hasil :
TTV normal (Tax 36,50 – 37,20C)
Hasil pemeriksaan laboratorium
normal (Leukosit 5.000 – 10.000/
µl)
Tidak terjadi tanda – tanda
infeksi pada lesi/ luka (color,
dolor, rubor, dan tumor)
Tidak terdapat produksi
sekret/sputum
Mandiri :
1. Berikan perawatan aseptik dan
antiseptik, pertahankan tehnik cuci
tangan yang baik
2. Observasi daerah kulit yang
mengalami kerusakan, catat
karakteristik dari drainase dan adanya
inflamasi
3. Kaji tanda-tanda vital, terutama suhu
Mandiri :
1. Untuk menghindari terjadinya infeksi
nosokomial dari petugas kesehatan
kepada pasien
2. Deteksi dini perkembangan infeksi
memungkinkan untuk melakukan
tindakan dengan segera dan
pencegahan terhadap komplikasi
selanjutnya.
3. Mengkaji keadaan umum pasien;
peningkatan suhu merupakan salah
22 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
Mulut pasien tampak bersih
4. Batasi pengunjung yang dapat
menularkan infeksi
5. Lakukan perawatan luka pada lesi
6. Lakukan oral hygiene
Kolaborasi
7. Berikan antibiotik sesuai indikasi
8. Ambil bahan pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi (khususnya leukosit)
satu indikator terjadinya infeksi
4. Menurunkan pemajanan terhadap
pembawa kuman penyebab infeksi
5. Menghindari terjadinya infeksi yang
lebih luas
6. Menurunkan kemungkinan terjadinya
pertumbuhan bakteri pada mulut
akibat penggunaan ETT
Kolaborasi
7. Terapi profilaktik dapat digunakan
pada psien yang mengalami trauma
(perlukaan), kebocoran CSS, atau
setelah dilakukan pembedahan untuk
menurunkan risioko terjadinya infeksi
nosokomial
8. Peningkatan/ penurunan nilai leukosit
mastikan adanya infeksi dan
mengidentifikasi organism penyebab
dan untuk menentukan obat pilihan
23 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
yang sesuai.
24 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
7. Bagaimana manajemen keperawatan intensif dan evaluasi pada pasien dengan kasus
diatas ?
No Manajemen Evaluasi
1 Oksigenasi Kaji kondisi awal dan kondisi
dasar pasien, serta indikasi
bantuan napas yang diperlukan
oleh pasien.
Awasi klien dengan alat invasif
seperti trakeostomi Jackson
hindari terjadinya regurgitasi dan
aspirasi ke dalam laring.
Pasien dapat diposisikan miring
atau seperti posisi koma untuk
mengurangi aspirasi.
Hindari untuk memfleksikan leher
karena berpengaruh buruk pada
jalan napas dan peningkatan TIK.
Perubahan posisi yang teratur
dan penggunaan tempat tidur
rotokinetik dapat mengurangi
penumpukan sekret pada lapang
paru dependent
Secara rutin dan terus- menerus
perawat harus mengkaji frekuensi
dan upaya pernapasan klien, bila
diperlukan lakukan pemeriksaan
AGD untuk mengetahui efektivitas
ventilasi pasien.
Bila penghisapan diperlukan
maka pasien harus
dihiperoksigenasi sebelum,
selama dan sesudahnya untuk
menghindari cedera otak
sekunder akibat hipoksia dan
peningkatan TIK.
Pada pasien dengan ventilator
untuk mengukur pola napas
(kemampuan mandiri pasien)
dapat digunakan kapnografi
Tidak terdapat suara nafas
tambahan (rales, ronchi,
wheezing, crakels, snoring)
Frekuensi nafas dalam batas
normal (RR 16-24x/menit)
Irama nafas regular
Tidak terdapat produksi
sekret/sputum
Ekspansi dada simetris, tidak
terdapat penggunaan otot bantu
pernafasan, tidak ada retraksi
dada
Tidak ada dispnea, orthopnea
Refleks gag dan reflex menelan
(+)
Reaksi pupil positif, isokor
GCS 9 - 13
TTV normal (TD 120 - 90/ 90 -
70 mmHg; Nadi 80 - 100x/menit
regular)
BGA dalam batas normal (pH
7,35 – 7,40; PaCO2 35-
45mmHg; PaO2 95 - 100mmHg)
Saturasi O2 : 95 - 100%
2 Mobilisasi Berikan posisi yang benar kepada Kepala pasien pada posisi 15o-
25 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
Pasien pasien karena hal ini dapat
membantu menghambat tonus
abnormal
Perhatikan bila terjadi postur
tubuh abnormal : hal ini umum
terjadi pada pasien cedera kepala
adalah posisi opistotonik. Rotasi
batang tubuh dan fleksi
ekstremitas bawah akan
membantu menghentikan posisi
ini. Usahakan untuk
merelaksasikan tonus-tonus otot.
Hindari terjadinya kontraktur
dengan menggerakkan secara
rutin atau terapi ROM secara
pasif dan reguler pada pasien.
Hindari kerusakan kulit karena
hilangnya fungsi motorik pasien.
Hal ini terjadi karena penekanan,
kelembaban, gesekan dan
penurunan sensasi.
Tempat tidur yang digunakan
harus mendistribusikan BB pasien
secara merata.
Penggunaan bantalan lunak
diatas dan dibawah tonjolan
tulang.
45o sesuai indikasi/yang dapat
ditolerir
Tidak terjadi atrofi otot – otot
ekstrimitas
Tidak terdapat dekubitus
Tidak terdapat suara nafas
tambahan (rales, ronchi,
wheezing, crakels, snoring)
Frekuensi nafas dalam batas
normal (RR 16-24x/menit)
Irama nafas regular
Tidak terdapat produksi
sekret/sputum
Ekspansi dada simetris, tidak
terdapat penggunaan otot bantu
pernafasan, tidak ada retraksi
dada
Tidak ada dispnea, orthopnea
3 Infeksi Perawat yang bekerja di ICU
terutama harus menyadari praktik
aseptik. Klien berisiko terhadap
infeksi karena alasan sebagai
berikut :
1) Klien ICU merupakan klien
penyakit kritis dan sering kali
memiliki lebih banyak penyakit
yang mendasari dibanding
klien lainnya.
2) Peralatan invasif seperti
selang intravena dan
TTV normal (Tax 36,50 – 37,20C)
Hasil pemeriksaan laboratorium
normal (Leukosit 5.000 –
10.000/ µl)
Tidak terjadi tanda – tanda
infeksi pada lesi/ luka (color,
dolor, rubor, dan tumor)
Tidak terdapat produksi
sekret/sputum
Mulut pasien tampak bersih
26 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
intraarterial lebih banyak
digunakan
3) Penggunaan antibiotik
spektrum luas secara
berlebihan, menimbulkan
mikroorganisme resistan yang
nantinya menyebabkan infeksi.
Perawat mengkaji mekanisme
pertahanan tubuh yang dimiliki
oleh klien di ICU
Petugas ICU selalu ingat untuk
melakukan standar precauion dan
APD
Melakukan kontrol dan eliminasi
agen infeksius, dengan
megindikasikan tempat-tempat
yang mungkin menjadi sumber
infeksi bagi klien (desinfektan,
sterilisasi)
Lakukan personal hyigene secara
teratur pada klien, terutama klien
yang tidak sadar dalam waktu
yang lama
Lakukan tindakan aseptik untuk
tindakan medis dan perawat
untuk mengurangi paparan
organisme pada klien ICU.
Penuhi asupan akan nutrisi dan
cairan klien untuk menjaga
metabolisme tetap adekuat.
Lakukan kontrol dan eliminasi
reservoar
Awasi dan batasi interaksi klien
dan pengunjung yang berisiko.
4 Pemenuhan Nutrisi
Pemberian terapi nutrisi
disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan klien, seperti: alat
invasif yang terpasang pada
tubuh klien.
Perawat harus memantau
Berat badan sesuai dengan
berat badan ideal pasien
Tonus otot pasien dalam
batas normal
Albumin 3,0 – 5,5 gr/dL
LDL < 100mg/dL
27 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
perkembangan kemampuan
pasien terhadap penerimaan
nutrisi yang diberikan, seperti
penghentian parenteral untuk
kemudian mengubahnya dalam
bentuk enteral dengan pelatihan
menelan sebelumnya.
Ha l- hal yang harus diperhatikan
untuk pemenuhan nutrisi pasien
ICU :
1) kemampuan menelan pasien,
2) status pernapasan klien,
3) kekuatan batuk klien,
HDL > 55 mg/dL
Trigliserida < 150 mg/dL
Glukosa darah puasa 70 –
115 mg/dL
Kolesterol 150 – 310 mg/dL
Natrium 135 – 145 mEq/L
Kalium 3,5 – 5,2 mEq/L
5 Farmakologi Mengkaji kebutuhan pasien
terhadap obat-obatan sesuai
dengan terapi medis yang
diberikan
Kaji riwayat reaksi sensitifitas
pada klien
Lakukan penyimpanan obat
dengan instruksi sebelumnya
kepada pasien dan keluarga
mengenai indikasi dan efek
obatnya, penyimpanan sebaiknya
dilakukan secara sentral untuk
semua pasien.
Pemberian sesuai dengan
prinsip 6 B plus (Benar obat,
orang, cara pemberian,
waktu, dosis, dokumentasi,
efek samping terhadap obat
yang lain, dan efek samping
terhadap makanan)
Tidak terjadi tanda – tanda
alergi (sesak, mual, muntah,
gatal – gatal, dll)
(Gallo, 1996)
28 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)
CRITICAL CARE NURSE (ccN) 2010
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, J.E. 2004. BTLS: Basic Trauma Life Support for EMT-B and the First Responden, 4th
Ed. New Jersey: Pearson Education
Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Gallo, Hudak. 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Guyton. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika
Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Penyakit Volume 1 dan 2. Jakarta : EGC
Wikipedia, the Free Encyclopedia. 2009. Brain Injury. (Online).
(http://en.Wikipedia.org/wiki/braininjury, Diakses tanggal 26 Maret 2010).
29 Asuhan Keperawatan Intensif pada Tn. K dengan Cedera Kepala Berat (Program
Studi Ilmu Keperawatan, Semester VII, SGD 5)