askep hipofungsi adrenokortikal.docx
TRANSCRIPT
Askep Hipofungsi Adrenokortikal ( Penyakit Addison )
BAB
PEMBAHASAN
I. ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR ADRENAL
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal, terbenam dalam
jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada di luar (ekstra) peritoneal.
Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal
kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengah
ginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya
4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai berat lebih
kurang 8 g, tetapi berat dan ukurannya bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi perorangan.
Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu
masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk
sekat/septa ke dalam kelenjar.
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa tempat di sekitar
bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri suprarenalis superior, berasal dari arteri
frenika inferior; arteri suprarenalis media, berasal dari aorta ; dan arteri suprarenalis inferior,
berasal dari arteri renalis. Berbagai cabang arteri membentuk pleksus subkapsularis yang
mencabangkan tiga kelompok pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari kortex, yang banyak bercabang
membentuk jalinan kapiler diantara sel-sel parenkim (kapiler ini mengalir ke dalam kapiler medulla);
dan arteri dari medulla, yang melintasi kortex sebelum pecah membentuk bagian dari jalinan kapiler
luas dari medulla. Suplai vaskuler ganda ini memberikan medulla dengan darah arteri (melalui arteri
medularis) dan darah vena (melalui arteri kortikalis). Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi
lubang-lubang kecil yang ditutupi diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh.
Kapiler dari medulla bersama dengan kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis,
yang bergabung membentuk vena adrenal atau suprarenalis. Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri
dari:
1) Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
2) Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein
3) Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid
Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut saraf
simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal aka
menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine. Katekolamin
mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga
kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi.
Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk memenuhi
suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam
lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah.
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona
retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok hormon:
a. Glukokortikoid
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa; peningkatan
hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoid disekresikan dari korteks
adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari lobus anterior hipofisis. Penurunan sekresi
ACTH akan mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal.
Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon inflamasi pada cedera jaringan dan
menekan manifestasi alergi. Efek samping glukokortikoid mencakup kemungkinan timbulnya diabetes
militus, osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan pemecahan protein yang mengakibatkan atrofi otot
serta kesembuhan luka yang buruk dan redistribusi lemak tubuh. Dalam keadaan berlebih
glukokortikoid merupakan katabolisme protein, memecah protei menjadi karbohidrat dan
menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif.
b. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan epitelgastro intestinal untuk
meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion kalium atau
hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH. Hormon ini terutama disekresikan
sebagai respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah. Kenaikan kadar aldesteron
menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan traktus gastro intestinal yang cederung
memulihkan tekanan darah untuk kembali normal. Pelepasan aldesteron juga ditingkatkan oleh
hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon primer untuk mengatuk keseimbangan natrium jangka
panjang.
c. Hormon-hormon seks Adrenal (Androgen)
Androgen dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya didalam glandula adrenalis
dirangsang ACTH, mungkin dengan sinergisme gonadotropin. Kelompok hormon androgen ini
memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat pula
mensekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita. Sekresi androgen adrenal
dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi seperti
terlihat pada kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu. Keadaan ini disebut Sindrom Adreno Genital.
II. KLASIFIKASI INSUFISIENSI ADRENOKORTIKAL
Insufisiensi adrenokortikal akut primer
- Peningkatan mendadak glikortikoid
- Pemutusan mendadak pengunaan steroid dan destruksi adrenal massif.
- Sindrom ”waterhouse-friericson”:
- Banyak terjadi ada anak anak yang berhubungan dengan penyebaran bakteri di pembuluh adrenal.
- Gejala: infeksi sistemik oleh meningokokok (jarang oleh pneumokok, gonokok, sterptokok), hipotensi
progersif
Insufisiensi adrenokortikal kronik promer ( penyakit addison)
- Pada dewasa jarang terjadi yang disertai destriksikorteks adrenal
- Etiologi: autoimun, infeksi (tbc, histoplasma) dan metastatik kanker dari paru, gaster, mammae).
- Gejala khas adalah: hiperpigmentasi pigmen kilit dengan peningkatan ACTH serum.
Insufisiensi adrenolortikal sekunder
- Biasanya terjadi oleh karena gangguan di hipotalamus
- Tidak ada hiperpigmentasi kulit dan hiponatermia.
III. DEFINISI HIPOFUNGSI ANDRENOKORTIKAL (PENYAKIT ADDISON)
- Penyakit Addison adalah: penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan hormone-hormone korteks adrenal (Soediman, 1996 )
- Penyakit Addison adalah: lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik, biasanya
autoimun atau tuberkulosa.(Baroon, 1994).
- Penyakit Addison, atau insufisiensi andrenokortikal, terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal. Atrofi autoimun atau
idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit Addison (Stern &
Tuck, 1994).
IV. ETIOLOGI
a. Tuberculosis
b. Histoplasmosis
c. Koksidiodomikosis
d. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
e. Kanker metastatik (ca paru, lambung, payudara, melanoma, limfoma)
f. Adrenalitis autoimun
V. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi pengangkatan kedua
kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan histoplasmosis
merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar
adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah menggantikan tuberculosis
sebagai penyebab penyakit Addison, namun peningkatan insidens tuberculosis yang terjadi akhir-
akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman pemyakit infeksi ini kedalam daftar diagnosis.
Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal
akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak terapi
hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap keadaan stres dan
mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap hari
selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Oleh sebab itu kemungkinan Addison
harus di anitsipasi pada pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid.
Pathway
VI. MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal: kelemahan otot, fatique, anoreksia, nausea, muntah, BB menurun, emasiasi (tubuh
kurus kering), mudah lelah.
Astenia (gejala cardinal): pasien kelemahan yang berlebih
Hiperpigmentasi (menghitam seperti: perunggu, coklat seperti terkena sinar matahari) biasanya pada
kulit buku jari, lutut, siku, serta membrane mukosa
Hipotensi (TD: 80/50 mmHg / kurang), kadar glukosa darah dan natrium serum yang rendah, kadar
kalium serum tinggi.
Pada kasus yang berat, gangguan metabollisme natirum dan kalium dapat ditandai oleh
pengurangan natrium dan air, serta dehidrasi yang kronis dan berat.
Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai hipotensi akut sebagai akibat dari hipokortikotisme,
pasien akan mengalami krisis addisonian yang ditandai oleh sianosis, panas dan tanda-tanda klasik
syok: pucat, perasaan cemas, denyut nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat serta tekanan darah
rendah. Disamping itu, pasien dapat mengeluh sakit kepala, mual, nyeri abdomen serta diare, dan
memperlihatkan tanda-tanda kebingungan serta kegelisahan. Bahkan aktifitas jasmani yang sedikit
berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi yang akut atau penurunan asupan garam dapat
menimbulkan kolaps sirkulasi, syok dan kematian jika tidak segera diatasi. Stress pembedahan atau
dehidrasi yang terjadi akibat periapan untuk berbagai pemerisaan diagnostic atau pembedahan
dapat memicu krisis addisonian atau krisis hipertensif.
VII. PENATALAKSANAAN
a) Medik
- Prednison (7.5 mg/hari) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
- Fludrokortison: 0,05-0,1 mg per oral dipagi hari
- Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi darah, memberikan cairan,
melakukan terapi penggantian kortikosteroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 sampai
50 mg/hari, memantau tanda-tanda vital dan menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk
dengan kedua tungkai ditinggikan. Hidrokortison (Solu-Cortef) disuntikkan secara intravena yang
kemudian diikuti dengan pemberian infuse dekstrosa 5% dalam larutan normal saline. Preparat
vasopresor amina mungkin diperlukan jika keadaan hipotensi bertahan.
- Antibiotik dapat diberikan jika infeksi memicu krisis adrenal pada penderita insufisiensi kronis adrenal.
Disamping itu, pengkajian kondisi pasien harus dilakukan dengan ketat untuk mengenali faktor-faktor
lain, yaitu stresor atau keadaan sakit yang menimbulkan serangan akut.
- Asupan per oral dapat dimulai segera setelah pasien dapat menerimanya. Secara perlahan-lahan
pemberian infus dikurangi ketika asupan cairan per oral sudah adekuat, untuk mencegah
hipovolemia.
- Jika kelenjar adrenal tidak berfungsi kembali , pasien memerlukan terapi penggantian perparat
kortikosteroid dan mineralokortikoid seumur hidup untuk mencegah timbulnya kembali insufisiensi
adrenal serta krisis addisonian pada keadaan stress atau sakit. Selain itu, pasien mungkin akan
memerlukan suplemen makanan dengan penambahan garam, pada saat terjadi kehilangan cairan
dari saluran cerna akibat muntah dan diare.
b) Keperawatan
- Pengukuran TTV
- Memberikan rasa nyaman dengan mengatur atau menyediakan waktu istirahat pasien
- Menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan
- Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam
- Follow up: mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang normal disertai regresi
gambaran klinis
- Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan adanya krisis Addison
VIII. KOMPLIKASI
- Syok (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
- Kolaps sirkulasi
- Dehidrasi
- Hiperkalemia
- Sepsis
- Krisis Addison disebabkan karena hipotensiakut (hiperkortisolisme) ditandai dengan sianosis, panas,
pucat, cemas, nadi cepat.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INSUFISIENSI ANDRENAL
(PENYAKIT ADDISON)
A. Pengkajian
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
Keluhan utama : klien mengeluh mual, muntah, anoreksia, dan mudah lelah.
Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
- Riwayat kesehatan masa lalu : meliputi penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya, termasuk
tuberculosis, kanker, penyakit autoimun, dsb.
- Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat psikosiospiritual
Meliputi kegiatan klien sehari-hari, serta bagaimana kondisi lingkungan klien. Bagaimanakah peran
serta orang-orang terdekat klien. Merasa kehilangan kemampuan dan harapan, cemas terhadap
lingkungan baru, Depresi, mengingkari, kecemasan, takut, cepat terangsang, perubahan mood, dan
tampak bingung. Apakah klien sering melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Pemeriksaan Fisik :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lelah, nyeri/ kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari. Tidak mampu beraktivitas atau
bekerja
Tanda : Peningkatan denyut jantung atau denyut nadi pada aktivitas yang minimal. Penurunan kekuatan dan
rentang gerak sendi. Depresi, gangguan konsentrasi. Letargi
b. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi termasuk hipotensi postural, Takikardi, disritmia, suara jantung melemah, Nadi perifer
melemah, Pengisian kapiler memanjang, Ekstremitas dingin, sianosis, dan pucat
c. Integritas ego
Gejala : adanya riwayat riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau pembedahan.
Perubahan gaya hidup. Ketidakmampuan mengatasi stress
Tanda : Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil
d. Eliminasi
Gejala : diare, sampai adanya konstipasi, Kram abdomen, Perubahan frekuensi dan karakteristik urin
Tanda : Diuresis yang diikuti oliguria
e. Makanan atau cairan
Gejala : Anoreksia berat, mual, muntah, kekurangan zat garam, BB menurun dengan cepat
Tanda : Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope, gemetar kelemahan otot, kesemutan
Tanda : disorientasi terhadap waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental,
peka rangsangan,cemas, koma (dalam keadaan krisis)
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, Nyeri tulang belakang, abdomen, ekstrimitas (pada keadaan krisis)
h. Pernapasan
Gejala : Dipsnea
Tanda : Pernapasan meningkat, takipnea, suara nafas: krekels, ronkhi pada keadaan infeksi
i. Keamanan
Gejala : tidak toleran terhadap panas, cuaca udara panas
Tanda : Hiperpigmentasi kulit (coklat kehitaman karena terkena sinar matahari) menyeluruh atau berbintik
bintik. Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan hipotermi (keadaan krisis)
j. Seksualitas
Gejala : Adanya riwayat menopause dini, amenore. Hilangnya tanda tanda seks sekunder (berkurangnya
rambut rambut pada tubuh terutama pada wanita). Hilangnya libido
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
- Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan hiponatremia)
- Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)
- Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
- Penurunan kadar kortisol serum
- Kadar kortisol plasma rendah
- ADH meningkat
- Analisa gas darah: asidosis metabolic
- Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat (karena hemokonsentrasi) jumlah
limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.
b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi diadrenal
c. CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive hubungannya dengan insufisiensi
pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif malignan dan non malignan, dan haemoragik
adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder akibat
adanya abnormalitas elektrolit
e. Tes stimulasi dan supresi untuk fungsi adrenokortikoid
1) Tes tetrakosaktrin singkat
Prosedur standar cepat adalah mengukur respon kortisol plasma trhdp ponpeptida kortikotrotin
sintetik,tetrakosaktrin (synacthen, Ciba).Interpretasi: pd org normal nilai dsr > 250nmol/l, dan terdapat
penngkatan sekurang-kurangnya 300nmol/l di atas nilai dasar pada menit ke 30. pada sindroma
cushing (hyperplasia) mungkin ada respon berlebihan; tumor adrenalis autonom tak berespon.
2) Tes tetrakosaktrin yang diperpanjang
Interpretasi: pada orang yang normal terdapat peningkatan kortisol plasma pada hari pertama sampai
di atas 1400 nmol/l. pada penyakit Addison tak ada peningkatan walaupun sampai 3 hari, sedangkan
pada hipofungsi adrenokortikal sekunder terhadap difisiensi pituitaria nilai ini bisa melebihi dari
700nmol/l setelah suntikan ke 3.
3) Tes supresi deksametason
Interperetasi: pada orang normal kortikostiroid dan plasma tertekan pada dosis lebih rendah di bawah
50% nilai dasar. Pada deksametashon dalam dosis lebih rendah, pasien dengan sindroma cushing
akan memperlihatkan tak adanya supresi tanpa memandang sebabnya, pada dosis lebih tinggi yang
dengan hyperplasia mendapat supresi 50% atau lebih, sedangkan yang dengan adenoma atau
karsinoma ataupun pembentukan ACTH ektopik tak dipengaruhi.
4) Tes metirapon
Interpretasi: orang normal memperlihatkan peningkatan nilai kortikostiroid urina sekurang-kurangnya
35umol/24jam dan peningkatan 2x lipat di atas kadar istirahat. Respon subnormal dengan adanya
fungsi adreno atau pituitaria anterior. Sebagai tambahan, pasien dengan tumor korteks adrenalis
autonom tak berespon.
5) Tes lainnya
Ini terutama digunakan dalam keadaan khusus dan harus mengikuti prosdur setempat. Ia mengikuti
penggunaan hipoglikemia yang diinduksi insulin atau pirogen sebagai agen stress bagi hipotalamus
melalui pusat yang lebih tinggi atau menggunakan lisin-vasopresin sebagai corticotrophin releasing
factor sintetic untuk merangsang pituitaria anterior.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar
keringat, saluran gastrointestinal (karena kekurangan aldosteron)
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat (mual, muntah,
anoreksia),defisiensi glukokortikoid
c. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik.
d. Perubahan proses pikir b/d penurunan kadar natrium (hipotremia), penurunan kadar glukosa
(hipoglikemia), gangguan keseimbangan asam basa
e. Harga diri rendah b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh
f. Kurang pengetahuan tentang: penyakit, prognosis, pengobatan b/d kurang pemajanan/ mengingat,
keterbatasan kognitif
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.
C. Rencana Tindakan
Dx. 1 : Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan
melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena kekurangan
aldosteron)
Tujuan : dalam waktu 1 × 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria : Klien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembab, turgor kulit normal,
tanda – tanda vital dalam batas normal.
INTERVENSI RASIONAL
a) Pantau status cairan ( turgor kulit,
membrane mukosa, dan keluaran urine ).
b) Kaji sumber – sumber kehilangan cairan.
c) Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan,
ukur dalam keadaan berbaring, duduk,
atau, berdiri bila memungkinkan.
d) Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi
perifer, dan dihaforesis secara teratur.
e) Timbang berat badan setiap hari.
f) Pantau frekuensi jantung dan irama.
g) Pantau frekuensi jantung dan irama.
h) Kolaborasi :
Pertahankan pemberian cairan secara
intravena.
Monitor hasil pemeriksaan diagnostic :
platelet, Hb / Hct, dan bekuan darah.
a) Jumlah dan tipe cairan pengganti
ditentukan dari keadaan status cairan.
Penurunan volume cairan mengakibatkan
menurunnya produksi urine. Pemantauan
yang ketat pada produksi urine < 600 ml /
hari merupakan tanda – tanda terjadinya
syok kardiogenik.
b) Kehilangan cairan bisa berasal dari faktor
ginjal dan diluar ginjal.Penyakit yang
mendasari terjadinya kekurangan volume
cairan ini juga harus diatasi Perdarahan
harus dikendalikan.Muntah dapat diatasi
dengan obat – obat antiemetic dan diare
dengan antidiare.
c) Hipotensi bisa terjadi pada hipovolemi yang
memberikan manifestasi sudah terlibatnya
system kardiovaskuler untuk melakukan
kompensasi mempertahankan tekanan
darah.
d) Mengetahui adanya pengaruh peningkatan
tahanan perifer.
e) Sebagai ukuran keadekuatan volume
cairan, intake yang lebih besar dari output
dapat diindikasikan menjadi renal obstruksi.
f) Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukkan komplikasi disritmia.
g) Jalur yang paten penting untuk pemberian
cairan cepat dan memudahkan perawat
dalam melakukan control intake dan output
cairan.
h) Bila platelet < 20.000 / mm ( akibat
pengaruh sekunder obat neoplastik ), klien
cenderung mengalami perdarahan.
Penurunan Hb / Hct berindikasi terhadap
perdarahan.
Dx. 2 : Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat
(mual, muntah, anoreksia), defisiensi glukokortikoid
Tujuan : dalam waktu 2 × 24 jam nutrisi klien terpenuhi
Kriteria : Klien tidak mengeluh mual dan muntah, nafsu makan klien meningkat, BB
meningkat.
INTERVENSI RASIONAL
a) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan
yang disukai. Observasi dan catat
masukan makanan klien.
b) Berikan makan sedikit dan makanan
tambahan kecil yang tepat. Pertahankan
jadwal penimbangan berat badan secara
teratur.
c) Diskusikan yang disukai klien dan
masukan dalam diet murni.
d) Observasi dan catat kejadian mual/
muntah, dan gejala lain yang berhubunga
e) Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke
ahli gizi.
a) Mengawasi masukan kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi makanan.
b) Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian
makan terlalu cepat setelah periode
anoreksia
c) Dapat meningkatkan masukan,
meningkatkan rasa berpartisipasi/ control
d) Gejala GI dapat menunjukan efek anemia
(hipoksia) pada organ
e) Perlu bantuan dalam perencanaan diet
yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
Dx. 3 : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : aktivitas sehari – hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan
beraktivitas.
Kriteria : klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala – gejala yang berat,
terutama mobilisasi di tempat tidur.
INTERVENSI RASIONAL
a) Catat frekuensi dan irama jantung, serta
perubahan tekanan darah selama dan
sesudah aktivitas.
b) Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan
berikan aktivitas senggang yang tidak
berat.
c) Jelaskan pada peningkatan bertahap
dari tingkat aktivitas, contoh bangun dari
kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama 1 jam setelah makan.
d) Pertahankan klien tirah baring
sementara sakit akut.
e) Pertahankan rentang gerak pasif selama
sakit kritis.
f) Evaluasi tanda vital saat kemajuan
aktivitas terjadi.
g) Berikan waktu istirahat diantara waktu
aktivitas.
h) Selama aktivitas kaji EKG, dispnea,
sianosis, kerja dan frekuensi nafas serta
keluhan subyektif.
a) Respons klien terhadap aktivitas dapat
mengindikasikan penurunan oksigen
miokardium.
b) Menurunkan kerja miokardium / konsumsi
oksigen.
c) Aktivitas yang maju memberikan control
jantung, meningkatkan regangan dan
mencegah aktivitas berlebihan.
d) Untuk mengurangi beban jantung.
e) Meningkatkan kontraksi otot sehingga
membantu aliran vena balik.
f) Untuk mengetahui fungsi jantung, bila
dikaitkan dengan aktivitas.
g) Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi
bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja
jantung.
h) Melihat dampak dari aktivitas terhadap
fungsi jantung.
Dx. 4 : Perubahan proses pikir b/d penurunan kadar natrium (hipotremia), penurunan
kadar glukosa (hipoglikemia), gangguan keseimbangan asam basa
Tujuan: dalam waktu …x24 jam setelah dilakukan intervensi klien dapat memaksimalkan
status mentalnya dan tidak terjadi perubahan proses pikir.
Kriteria : mempertahankan orientasi realita umumnya dan mengenali perubahan dalam
berpikir/prilaku dan factor penyebab.
INTERVENSI RASIONAL
a) Kaji proses pikir klien seperti memori,
rentang perhatian, orientasi terhadap
tempat, waktu, orang.
a) Menentukan adanya kelainan pada proses
sensori.
b) Catat adanya perubahan tingkah laku b) Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat
beristirahat, sensitivitas meningkat, atau
mungkin berkembang menjadi psikotik yang
sesungguhnya.
c) Orientasi klien pada tempat dan waktu c) Bantu untuk mengembangkan dan
mempertahankan kesadarasn pada realita
dan lingkungan.
d) Hadirkan pada realitas secara terus
menerus dan secara gambling tanpa
melawan pikiran yang tidak logis.
d) Membatasi reaksi yang menentang.
e) Berikan tindakan yang aman seperti
bantalan penghalang pada tempat tidur,
pengikatan yang lembut, supervise yang
ketat.
e) Mencegah trauma pada klien yang mengalami
haluinasi disorientasi.
Dx. 5 : Harga diri rendah b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan
karakteristik tubuh
Tujuan: dalam waktu ….x 24 jam setelah dilakukan intervensi klien tidak lagi mengalmi
harga diri rendah dengan perubahan penampilan tubuhnya atau menerima keadaan
dirinya.
Criteria: mengungkapkan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri diungkapkan
sevara verbal, menunjukksn kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi
dengan ditandai oleh merencanakan tujuan yang realistic dan berpartisipasi aktif di
dalam bekerja/bermain berhubungan dengan orang lain.
Intervensi Rasional
a) Atur periode singkat untuk bicara tanpa
diganggu dan dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan tentang
keadaan nya, misalnya perubahan
penampilan, peran, pengaruh penyakit
pada pekerjaannya. Tunjukkan
perhatian bersikap tidak menghakimi.
a) Membina hubungan dan meningkatkan
keterbukaan dengan pasaien. Membantu
dalam mengevaluasi berapa banyak masalah
yang dapat diubah oleh pasien.
b) Kurangi stimulasi berlebihan pada
lingkungan, berikan ruang tersendiri jika
tidak ada indikasi. Sarankan pasien
untuk menggunkan keterampilan
manajemen stress. Misalnya tekhnik
relaksasi, visualisasi dan bimbingan
imajinasi.
b) Meminimalkan perasaan stress, frustasi,
meningkatkan kemampuan koping dan
meningkatkan kemampuan mengendalikan
diri.
c) Dorong pasien untuk membuat daftar
bantuan orang terdekat dalam
menghadapi stress.
c) Pasien tidak akan merasa sendiirian jika
bercerita pada orang lain dan meminta
bantuan memecahkan masalah. Ini juga
dapat memelihara pengertian dan merasa
berguna dalam berhubungan dengan orang
lain.
d) Dorong pasien untuk membuat pilihan
dan berpartisipasi dalam perawatan diri
sendiri.
d) Dapat membantu meningkatkan kepercayaan
diri, memperbaiki harga diri, menurunkan
ppikiran terus menerus terhadap perubahan,
dan meningkatkan perasaan terhadap
pengendalian diri.
e) Fokuskan pada perbaikan yang sedang
terjadi dan pengobatan misalnya,
menurunkan pigmentasi kulit,
menurunkan berat badan, meningkatkan
pertumbuhan rambut, dan perbaikan
siklus menstruasi normal.
e) Ungkapan seperti ini dapat mengangkat
semangat pasien dan meningkatkan harga
diri.
f) Sarankan untuk mengunjungi seseorang
yang penyakitnya telah terkontrol dan
gejalanya telah berkurang.
f) Dapat menolong pasien untuk melihat has ail
dari pengobatan yang telah dilakukan.
g) Rujuk ke pelayanan social, konseling
dan kelompok pendukung sesuai
kebutuhan.
g) Pendektan secara komprehensif dapat
membantu memenuhi kebutuhan pasien
untuk memelihara tingkahlaku koping.
Dx. 6 : Kurang pengetahuan tentang: penyakit, prognosis, pengobatan b/d kurang
pemajanan/ mengingat, keterbatasan kognitif
Tujuan: dalam waktu ..X 24 jam setelah dilakukan intervensi klien mengerti tentang
penyakit yang dialami dan cara pengobatannya.
Criteria: mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, mengidentifikasi hubungan
tanda dan gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan factor
penyebab
INTERVENSI RASIONAL
a) Ciptakan lingkungan saling percaya
dengan mendengarkan penuh
perhatian, selalu ada untuk pasien.
a) Menanggapi dan memperhatikan perlu
diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.
b) Bekerja dengan pasien dalam menata
tujuan belajar yang diharapkan
b) Partisipasi dalam perencanaan
meningkatkan antusias dan kerjasama
passion dengan prinsip-prinsip yang
dipelajari
c) Pilih berbagai strategi belajar, seperti
tekhnik demonstrasi yang memerlukan
c) Penggunaan cara yang berbeda tentang
mengakses informasi meningkatkan
keterampilan dan biarkan pasien
mendemostrasikan ulang, gabungkan
keterampilan baru ini kedalam rutinitas
rumah sakit sehari-hari.
penerapan pada individu yang belajar.
d) Diskusikan tentang rencana diet,
penggunaan makanan tinggi serat dan
cara untuk melakukan makan diluar
rumah.
d) Kesadaran tentang pentingnnya control diet
akan membantu pasien dalam
merencanakan mmakan/mentaati
program.serat dapat memperlambat absorpsi
glukosa yang akan menurunkan fluktuasi
kadar gula dalam darah, tetapi dapat
menyebabkan ketidak nyamanan pada
saluran cerna, flatus meningkat, dan
mempengaruhi absopsi vitamin/mineral.
e) Tinjau ulang program pengobatan
meliputi awitan, puncak dan lamanya
dosis insulin yang diresepkan, bila
disesuaikan dengan pasien atau
keluarga.
e) Pemahaman tentang semua aspek yang
digunakan obat meningkatkan penggunaan
yang tepat.
f) Demostrasikan tekhnik penanganan
stress, seperti latihan napas dalam,
bimbingan imajinasi, dan mengalihkan
perhatian.
f) Meningkatkan relaksasi dan pengendalian
terhadap respons stress ysng dapat
membantu untuk membatasi peristiwa
ketidakseimbangan glukosa.
g) Identifikasi sumber-sumber yang ada di
masyarakat, bila ada
g) Dukungan kontinu biasanya penting untuk
menopang perubahan gaya hidup dan
meningkatkan penerimaan atas diri sendiri.
h) Identifikasi gejala hipoglikemia (mis.
Lemah, pusing, letargi, lapar, peka
rangsang, diaphoresis, pucat,
takikardia,tremor, sakit kepala, dan
perubahan mental) dan jelaskan
penyebabnya.
h) Dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan
lebih awal dan mencegah atau mengurangi
kejadiannya.
Dx. 7 : Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan
Tujuan: dalam waktu ..X 24 jam setelah dilakukan intervensi klien dapat tenang
Kriteria: tampak rileks, melaporkan ansietas berkurang
INTERVENSI RASIONAL
a) Observasi tingkah laku yang menunjukkan
tingkat ansietas.
a) Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan
peka rangsang dan insomnia.ansietas berat
yang berkembang kedalaman keadaan panik
dapat menimbulkan perasaan terancam,
terror, ketidakmampuan untuk bicara dan
bergerak.
b) Tinggal bersama pasien,mempertahankan
sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab
kekuatirannya dan mengizinkan prilaku
pasien yang umum.
b) Menegaskan pada pasien atau orang
terdekat bahwa walaupun perasaan pasien
diluar control, lingkungannya tetap aman.
Menghindari respons pribadi pada ucapan
c) Jelaskan prosedur,lingkungan disekeliling
atau suara yang mungkin didengar oleh
pasien.
c) Memberi informasi akurat yang dapat
menurunkan distorsi/kesalahan interpretasi
yang dapat berperanan pada reaksi ansietas
atau ketakutan.
d) Bicara yang singkat dengan kata yang
sederhana.
d) Rentang perhatian mungkin menjadi
pendek,konsentrasi berkurang,yang
membatasi kemampuan untuk mengasimilasi
informasi.
e) Kurangi stimulasi dari luar: tempatkan pada
ruangan yang tenang,berikan
kelembutan,music yang nyaman,kurangi
lampu yang terlalu terang,kurangi jumlah
orang yang berhubungan dengan pasien.
e) Menciptakan lingkungan yang
terapeutik;menunjukkan penerimaan bahwa
aktivitas unit/personel dapat meningkatkan
ansietas pasien.
f) Diskusikan dengan pasien atau orang
terdekat penyebab emosional yang
labil/reaksi psikotik.
f) Memahami bahwa tingkah laku didasarkan
atas fisiologis dapat memungkinkan
respons/pendekatan yang
berbeda,penerimaan terhadap situasi.
g) Rujuk pada system penyokong sesuai
dengan kebutuhan seperti konseling,ahli
agama,dan pelayanan social.
g) Terapi penyokong yang terus menerus
mungkin dimamfaatkan/dibutuhkan pasien
atau orang terdekat jika krisis itu
menimbulkan perubahan gaya hidup pada
pasien itu sendiri.
Diposkan oleh myhusband.mywife di 20.05