askep kejang 1

18
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kejang Demam Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 0 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000) Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Taslim. 1989) Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954) Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba- tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996). Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996). Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak- anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995). Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia <> 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun. B. Etiologi Kejang Demam

Upload: aloeng-inarabka

Post on 23-Dec-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ASDVBNM

TRANSCRIPT

Page 1: askep kejang 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kejang DemamKejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Taslim. 1989)Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954)Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia <> 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008)Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

 

B. Etiologi Kejang Demam

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).

1)      Intrakranial

 

Asfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemik

Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular

Infeksi : Bakteri, virus, parasit

Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith – Lemli – Opitz.

Page 2: askep kejang 1

 

2)      Ekstra cranial

 

Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K)

Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.

Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.

 

3)      Idiopatik

 

Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)

b. Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.

Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.

Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter

Page 3: askep kejang 1

sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.

Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis

                          

            Peningkatan suhu tubuh

                    ↓

Metabolism meningkat            resiko tinggi gangguan keb. nutrisi

 

                                   O2 ke otak menurun

 

            Kejang demam                TIK meningkat

 

Kejang demam         kejang demam               gangguan perfusi jaringan

 Sederhana                  komplek                                    

                                   

 

 

Resiko injuri                      resikotinggi berulang    resiko tgg gangguan tumbuh kembang

 

D. Klasifikasi Kejang Demam

Menurut Livingston ( 1954) Kejang demam di bagi atas dua :1.Kejang demam sederhana : Kejang demam yang berlangsung singkat. Yang digolongkan kejang demam sederhana adalaha. kejang umumb. waktunya singkatc. umur serangan kurang dari 6 tahund. frekuensi serangan 1-4 kali per tahune. EEG normal

 

   

Page 4: askep kejang 1

Sedangkan menurut subbagian saraf anak FKUI, memodifikasi criteria livingston untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu :a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahunb. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.c. Kejang bersifat umum.d. Kejang timbul dalam 16 jam pertamae. Pemeriksaan neurologist sebelum dan sesudah kejang normalf. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.g. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.(Taslim. 1989)

E. Manifestasi klinisGejala berupa1. Suhu anak tinggi.2. Anak pucat / diam saja3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.6. Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )7. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit8. Seringkali kejang berhenti sendiri.(Arif Mansjoer. 2000)

 

 

 

F. KomplikasiMenurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :1. Kerusakan sel otak2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat unilateral3. Kelumpuhan (Lumbatobing,1989)

G. Pemeriksaan laboratorium1. EEGUntuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.2. CT SCANUntuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral, dan Abses.3. Pungsi LumbalPungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis4. LaboratoriumDarah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila ada

Page 5: askep kejang 1

komplikasi dan penyakit kejang demam.(Suryati, 2008), ( Arif Mansyoer,2000), (Lumbatobing,1989)

H. Penatalaksanaan MedisPada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :

1). Pengobatan Fase AkutSeringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.Obat yang paling cepat menghentikan kejangadalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.

2). Mencari dan mengobati penyebabPemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama.

3). Pengobatan profilaksisAda 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau (2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan

Page 6: askep kejang 1

Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu :1. sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara dan menetap.3. Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.4. bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.( Arif Mansyoer,2000)

                                  

 

 

 

 

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEJANG DEMAM ANAK

A.PengkajianMenurut Doenges (1993 ) dasar data pengkajian pasien adalah :

a). Aktifitas / IstirahatGejala : Keletihan, kelemahan umumKeterbatasan dalam beraktifitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri / orang terdekat / pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.Tanda : Perubahan tonus / kekuatan ototGerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot.

b). SirkulasiGejala : Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sianosisPosiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.

c). EliminasiGejala : Inkontinensia episodik.Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih dan

Page 7: askep kejang 1

tonus sfingter.Posiktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia ( baik urine / fekal ).

d). Makanan dan cairanGejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yangberhubungan dengan aktifitas kejang.

e). NeurosensoriGejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.

f). Nyeri / kenyamanGejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati –hati.Perubahan pada tonus otot.Tingkah laku distraksi / gelisah.

g). Pernafasan

Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat, peningkatan sekresi mukus.Fase posiktal : apnea.

B.Pemeriksaan diagnostik

1. Periksa darah / lab : Hb. Ht, Leukosit, Trombosit

2. EEG

3. Lumbal punksi

4. CT-SCAN

C. Diagnosa keperawatan

1.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis

2. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu    tubuh

3.Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus

4.Resiko tinggi kejang berulang b.d riwayat kejang

5.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

D. Intervensi keperawatan

v    Dx 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis

NOC : Setelah diilakukan tindakan keperawatan 3×24 jam suhu tubuh normal, dengan

Page 8: askep kejang 1

Criteria hasil :                   

-          TTV stabil, suhu tubuh dalam batas normal

NIC : Manajemen suhu tubuh

a).guidance

kaji tanda-tanda vital

R/ mengetahui status kesehatan pasien

b).support

bantu pasien dalam beraktifitas

R/ membantu pasien

c).teaching

ajarkan keluarga untuk memberikan kompres

R/ menurunkan suhu tubuh

d).developmen environment

ciptakan lingkungan bersih dan tenang

R/memberikan kenyamanan dalam beristirahat

e).kolaborasi

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipyretic

 

v    Dx 2.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

NOC  : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam kebutuhan cairan klien terpenuhi.

Kriteria hasil:

-Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

– Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat.

-Turgor kulit baik

– membrane mukosa mulut lembab

Page 9: askep kejang 1

NIC : Manajemen cairan

a).Guidance

Ukur dan catat jumlah muntah yang dikleuarkan, warna, konsistensi.R/ : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan tubuhb).Support

Berikan cairan sesuai kebutuhan pasienR/ : memnuhi kebutuhan cairan pasienc).Teaching

Aujurkan pasien banyak minum air putih

R/ : meningkatkan konsumsi cairan klien

d.Dev.environment

Ciptakan lingkungan yang bersih dan tenang

R/:Memberikan kenyamanan dalam beristirahat

e. Kolaborasi

berikan pengobatan seperti obat antimual.

R/ : menurunkan dan menghentikan muntah klien

v    Dx 3. Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas b.d Peningkatan Sekresi Mukus

NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan bersihan jalan nafas kembali efektif

Kriteria hasil:

-Pasien dapat bernafas efektif kembali

-sekresi mukus berkurang

NIC  :Manajemen bersihan jalan nafas

a.Guidance

Kaji pola napas pasien

R/ : untuk mengetahui pola napas pasien.

b.Support

 Lakukan penghisapan lendir

Page 10: askep kejang 1

R/ : menurunkan resiko aspirasi

c.teaching

Ajarkan keluarga pasien untuk memposisikan pasien semi fowler atau high fowler

R/ : memudahkan pasien dalam proses respirasi

d.developmen environment

Batasi kunjungan dan berikan ketenangan

R/ memberikan kenyamanan dalam beristirahat

e.colaboration

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

v    Dx. 4.Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.

NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam terjadi Peningkatan status nutrisi

a).guidance

kaji intake dan output nutrisi

R/mengetahui intake dan output nutrisi

 b). support

Bantu klien makanR/ membantu klien makan.

c).teaching

 Ajarkan kepada keluarga pasien untuk  menyelingi makan dengan minum

R/ memudahkan makanan untuk masuk.

d).developmen environment

 mengurangi gangguan seperti bising/berisik, menjaga kebersihan ruangan.R/ cara khusus meningkatkan napsu makan.

e).kolaborasi

kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi pasien

Page 11: askep kejang 1

E. Evaluasi

1. Kekurangan volume cairan tidak terjadi

2. Bersihan Jalan Nafas kembali efektif

3. Keseimbangan kebutuhan cairan klien tercukupi.

4. Resiko tinggi kejang berulang tidak terjadi5. kebutuhan Nutrisi klien dapat terpenuhi.

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

1. A.     Kesimpulan

Dari makalah ini dapat penulis ambil kesimpulan bahwa Kejang demam merupakan kelainan neurologic anak yang berlangsung lama menyebabkan gangguan fungsi kognitif, yang berpengaruh terhadap kecepatan reaksi memori.

Kejang demam yang utama disebabkan oleh demam yang tinggi yang serig di sebabkan oleh: Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA),Gangguan metabolik,Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis,Keracunan obat,Faktor herediter,Idiopatik.Gejala kejang demam berupa:Suhu anak tinggi,Anak pucat / diam saja, Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan,Umumnya kejang demam berlangsung singkat, Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal,Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri ),Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit, Seringkali kejang berhenti sendiri.komplikasi kejang demam yaitu: Kerusakan sel otak,Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat unilateral, Kelumpuhan (Lumbatobing,1989)

B.Saran

Berdasarkan perumusan dan hambatan yang dijumpai selama melakukan asuhan keperawatan penulis mengemukakan beberapa saran untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan yang mungkin dapat berguna bagi usaha peningkatan mutu pelayanan keperawatan di masa mendatang, saran yang dapat penulis kemukakan

Page 12: askep kejang 1

adalah sebagai berikut :

1. Perawat dan keluarga dapat bekerja sama dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

2. Dengan tenaga perawat yang terbatas, perawat diharapkan dapat bekerja secara profesional dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai serta komunikasi yang sesuai dengan usia anak.

3. Mahasiswa untuk lebih memahami konsep-konsep asuhan keperawatan pada pasien kejang demam anak

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI

Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, hal 847. Cetakan ke 9. 2000 bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

khaidirmuhaj (http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/askep-anak-kejang-demam.html)http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/04/kejang-demam.html

Page 13: askep kejang 1

skep kejang demam

BAB I

A. Latar Belakang

Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa yang menakutkan pada kebanyakan orang tua karena kejadiannya yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak tahu harus berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38°C) yang disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang orang tua khawatir jika anaknya panas, apakah nanti akan kejang atau tidak.

Dari penelitian, kejadian kejang demam sendiri tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2-4 %, artinya dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 yang mengalami kejang. Kejang demam terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan terbanyak terjadi pada usia 17-23 bulan. Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tidak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah parah kesalahan orang tua adalah kurang tepat dalam menangani kejang demam itu sendiri yang kemungkian terbesar adalah disebabkan karena kurang pengetahuan orang tua dalam menangani.

( Ike Mardiati Agustin, 2008 )

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

Berdasarkan hal tersebut penulis mengangkat judul “ Asuhan Keperawatan Pada An. H Dengan Kejang Demam di Ruang Lukman RS.Roemani Semarang “.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan kejang demam.

2. Tujuan Khusus

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis mampu :

Page 14: askep kejang 1

a. Memahami masalah-masalah keperawatan yang timbul pada pasien dengan kejang demam.

b. Memahami alternatif pemecahan masalah keperawatan yang timbul pada pasien dengan Kejang Demam.

c. Mengidentifikasikan faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kejang Demam.

C. Metode Penulisan

Cara yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data guna menyusun Karya Tulis Ilmiah yaitu sebagai berikut :

1. Observasi partisipatif : penulis melakukan pengamatan dan turut serta dalam melakukan tindakan pelayanan keperawatan.

2. Interview : penulis melakukan pengumpulam data dengan cara tanya jawab.

3. Studi dokumenter : penulis melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari catatan medik pasien.

4. Studi pustaka : penulis melakukan pengumpulan data dengan pedoman buku.

D. Sistematika