askep klien dm dengan gangren.herman
TRANSCRIPT
ASKEP KLIEN DM DENGAN GANGREN
Gangren atau pemakan luka didefinisikan sebagaii jaringan nekrosis atau
jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri
pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat
proses inflamasi yang memanjang; perlukaan (digigit serangga, kecelakaan kerja
atau terbakar); proses degeneratif (arteriosklerosis) atau gangguan metabolik
diabetes mellitus (Tabber, dikutip Gitarja, 1999).
Ganggren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat
penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren tersebut terjadi pada daerah tungkai.
Keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula
yang hemoragik kuman yang biasa menginfeksi pada gangren diabetik adalah
streptococcus (Soeatmaji, 1999).
Faktor resiko terjadinya gangren diabetik Berbagai faktor resiko yang dapat
mempengaruhi timbulnya gangren diabetik adalah neuropati, iskemia, dan infeksi.
(Sutjahyo A, 1998 ) Iskemia disebabkan karena adanya penurunan aliran darah ke
tungkai akibat makroangiopati ( aterosklerosis ) dari pembuluh darah besar di
tungkai terutama pembuluh darah di daerah betis. Angka kejadian gangguan
pembuluh darah perifer lebih besar pada diabetes millitus dibandingkan dengan
yang bukan diabetes millitus. Menurut Ari Sutjahjo (1998 ) hal ini disebabkan
karena beberapa faktor. Resiko lebih banyak dijumpai pada diabetes mellitus
sehingga memperburuk fungsi endotel yang berperan terhadap terjadinya proses
atherosklerosis. Kerusakan endotel ini merangsang agregasi platelet dan timbul
trombosis, selanjutnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah dan timbul
hipoksia. Ischemia atau gangren pada kaki diabetik dapat terjadi akibat dari
atherosklerosis yang disertai trombosis, pembentukan mikro trombin akibat
infeksi, kolesterol emboli yang bersal dari plak atheromatous dan obat-obat
vasopressor.
Gambaran klinik yang tampak adalah penderita mengeluh nyeri tungkai bawah
waktu istirahat, kesemutan, cepat lelah, pada perabaan terasa dingin, pulsasi
pembuluh darah kurang kuat dan didapatkan ulkus atau gangren.
Adanya neurophaty perifer akan menyebabkan gangguan sensorik maupun
motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilangnya atau menurunnya
sensasi nyeri pada kaki, sehingga penderita akan mengalami trauma tanpa terasa,
yang mengakibatkan terjadinya atropi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu
yang mengakibatkan pula terjadinya ulkus pada kaki. Ulkus yang terjadi pada kaki
diabetik umumnya diakibatkan karena trauma ringan, ulkus ini timbul didaerah-
daerah yang sering mendapat tekanan atau trauma pada telapak kaki, hal ini paling
sering terjadi, didaerah sendi metatarsofalangeal satu dan lima didaerah ibu jari
kaki dan didaerah tumit.
Mula-mula inti penebalan hiper keratotik dikulit telapak kaki, kemudian
penebalan tersebut mengalami trauma disertai dengan infeksi sekunder. Ulkus
terjadi makin lama makin dalam mencapai daerah subkutis dan tampak sebagaii
sinus atau kerucut bahkan sampai ketulang. Infeksi sendiri jarang merupakan
faktor tunggal untuk terjadinya gangren.
Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang menyertai gangren akibat
ischemia dan neuropathy. Ulkus berbentuk bullae, biasanya berdiameter lebih dari
satu sentimeter dan terisi masa, sisa-sisa jaringan tanduk, lemak pus dan krusta
diatas dasar granulomatous. Ulkus berjalan progresif secara kronik, tidak terasa
nyeri tetapi kadang-kadang ada rasa sakit yang berasal dari struktur jaringan yang
lebih dalam atau lebih luar dari luka. Bila krusta dan produk-produk ulkus
dibersihkan maka tampak ulkus yang dalam seperti kerucut, ulkus ini dapat lebih
progresif bila tidak diobati dan dapat terjadi periostitis atau osteomyelitis oleh
infeksi sekunder akibatnya timbul osteoporosis, osteolisis dan destruktif tulang.
Gejala Umum Penderita dengan gangren diabetik, sebelum terjadi luka
keluhan yang timbul adalah berupa kesemutan atau kram, rasa lemah dan baal pada
tungkai dan nyeri pada waktu istirahat. Akibat dari keluhan ini, maka apabila
penderita mengalami trauma atau luka kecil hal tersebut tidak dirasakan. Luka
tersebut biasanya disebabkan karena penderita tertusuk atau terinjak paku
kemudian timbul gelembung-gelembung pada telapak kaki. Kadang menjalar
sampai punggung kaki dimana tidak menimbulkan rasa nyeri, sehingga bahayanya
mudah terjadi infeksi pada gelembung tersebut dan akan menjalar dengan cepat
(Sutjahyo A, 1998 ).
Apabila luka tersebut tidak sembuh-sembuh, bahkan bertambah luas baru
penderita menyadari dan mencari pengobatan. Biasanya gejala yang menyertai
adalah kemerahan yang makin meluas, rasa nyeri makin meningkat, panas badan
dan adanya nanah yang makin banyak serta adanya bau yang makin tajam.
Pengobatan dan perawatan Pengobatan dari gangren diabetik sangat dipengaruhi
oleh derajat dan dalamnya ulkus, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus
dilakukan pemeriksaan yang seksama untuk menentukan kondisi ulkus dan besar
kecilnya debridement yang akan dilakukan.
Dari penatalaksanaan perawatan luka diabetik ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai, antara lain :
•Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
•Optimalisasi suanana lingkungan luka dalam kondisi lembab
•Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi, kontrol DM, kontrol faktor
penyerta)
•Meningkatkan edukasi klien dan keluarga Perawatan luka diabetik Mencuci
luka Mencuci luka merupakan hal pokok untuk meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan
terjaadinya infeksi.
Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan
luka yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada
permukaan luka. Cairan yang terbaik dan teraman untuk mencuci luka adalah yang
non toksik pada proses penyembuhan luka (misalnya NaCl 0,9%).
Penggunaan hidrogenperoxida, hypoclorite solution dan beberapa cairan
debridement lainnya, sebaliknya hanya digunakan pada jaringan nekrosis / slough
dan tidak digunakan pada jaringan granulasi.
Cairan antiseptik seperti provine iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka
terinfeksi atau tubuh pada keadaan penurunan imunitas, yang kemudian dilakukan
pembilasan kembali dengan saline. (Gitarja, 1999 ).
Debridement Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough
pada luka. Debridement dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi atau
selulitis, karena jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan adanya peningkatan
jumlah bakteri. Setelah debridement, jumlah bakteri akan menurun dengan
sendirinya yang diikuti dengan kemampuan tubuh secara efektif melawan infeksi.
Secara alami dalam keadaan lembab tubuh akan membuang sendiri jaringan
nekrosis atau slough yang menempel pada luka (peristiwa autolysis).
Autolysis adalah peristiwa pecahnya atau rusaknya jaringan nekrotik oleh
leukosit dan enzim lyzomatik. Debridement dengan sistem autolysis dengan
menggunakan occlusive dressing merupakan cara teraman dilakukan pada klien
dengan luka diabetik. Terutama untuk menghindari resiko infeksi. (Gitarja W,
1999; hal. 16).
Terapi Antibiotika Pemberian antibiotika biasanya diberikan peroral yang
bersifat menghambat kuman gram positip dan gram negatip. Apabila tidak
dijumpai perbaikan pada luka tersebut, maka terapi antibiotika dapat diberikan
perparenteral yang sesuai dengan kepekaan kuman. (Sutjahyo A, 1998 ).
Nutrisi Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan
dalam penyembuhan luka. Penderita dengan ganren diabetik biasanya diberikan
diet B1 dengan nilai gizi : yaitu 60% kalori karbohidrat, 20% kalori lemak, 20%
kalori protein. (Tjokroprawiro, A, 1998 ).
Pemilihan jenis balutan Tujuan pemilihan jenis balutan adalah memilih jenis
balutan yang dapat mempertahankan suasana lingkungan luka dalam keadaan
lembab, mempercepat proses penyembuhan hingga 50%, absorbsi eksudat / cairan
luka yanag keluar berlebihan, membuang jaringan nekrosis / slough (support
autolysis ), kontrol terhadap infeksi / terhindar dari kontaminasi, nyaman
digunakan dan menurunkan rasa sakit saat mengganti balutan dan menurunkan
jumlah biaya dan waktu perawatan (cost effektive).
Jenis balutan: absorbent dressing, hydroactive gel, hydrocoloid. (Gitarja, 1999 ).
Selain pengobatan dan perawatan diatas, perlu juga pemeriksaan Hb dan
albumin minimal satu minggu sekali, karena adanya anemia dan hipoalbumin akan
sangat berpengaruh dalam penyembuhan luka.
Diusahakan agar Hb lebih 12 g/dl dan albumin darah dipertahankan lebih 3,5
g/dl. Dan perlu juga dilakukan monitor glukosa darah secara ketat, Karena bila
didapatkan peningkatan glukosa darah yang sulit dikendalikan, ini merupakan
salah satu tanda memburuknya infeksi yang ada sehingga luka sukar sembuh.
Untuk mencegah timbulnya gangren diabetik dibutuhkan kerja sama antara
dokter, perawat dan penderita sehingga tindakan pencegahan, deteksi dini beserta
terapi yang rasional bisa dilaksanakan dengan harapan biaya yang besar,
morbiditas penderita gangren dapat ditekan serendah-rendahnya. Upaya untuk
pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dimana masing-masing
profesi mempunyai peranan yang saling menunjang. Dalam memberikan
penyuluhan pada penderita ada beberapa petunjuk perawatan kaki diabetik
(Sutjahyo A, 1998 ):
•Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat berjalan dan
jangan bertelanjang kaki bila berjalan
•Cucilah kaki setiap hari dan keringkan dengan baik serta memberikan
perhatian khusus pada daerah sela-sela jari kaki
•Janganlah mengobati sendiri apabila terdapat kalus, tonjolan kaki atau jamur
pada kuku kaki
•Suhu air yang digunakan untuk mecuci kaki antara 29,5 – 30 derajat celsius
dan diukur dulu dengan termometer
•Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air
panas
•Langkah-langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas
bawah yang harus dilakukan, yaitu : - Hindari kebiasaan merokok - Hindari
bertumpang kaki duduk - Lindungi kaki dari kedinginan - Hindari merendam kaki
dalam air dingin
•Gunakan kaos kaki atau stoking yang tidak menyebabkan tekanan pada
tungkai atau daerah tertentu
•Periksalah kaki setiap hari dan laporkan bila terdapat luka, bullae kemerahan
atau tanda-tanda radang, sehingga segera dilakukan tindakan awal
•Jika kulit kaki kering gunakan pelembab atau cream
B. ANALISA DATA
NOTGL /
JAMDATA PROBLEM ETIOLOGI
1
Diisi pada
saat
tanggal
pengkajian
Berisi data
subjektif dan
data objektif
yang didapat
dari pengkajian
keperawatan
masalah yang sedang
dialami pasien seperti
gangguan pola nafas,
gangguan
keseimbangan suhu
tubuh, gangguan pola
aktiviatas,dll
Etiologi
berisi
tentang
penyakit
yang diderita
pasien
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik
jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan
tingginya kadar gula darah.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.
Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NODIAGNOSA
KEPERAWATANTUJUAN PERENCANAAN
1
Gangguan perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
melemahnya /
menurunnya aliran
darah ke daerah
gangren akibat
adanya obstruksi
mempertahankan
sirkulasi perifer
tetap normal
Dengan Kriteria
Hasil :
- Denyut nadi
perifer teraba
kuat dan reguler
- Warna kulit
11 Ajarkan pasien
untuk melakukan
mobilisasi
11 Ajarkan tentang
faktor-faktor yang
dapat meningkatkan
aliran darah :
Tinggikan kaki
pembuluh darah sekitar luka tidak
pucat/sianosis
- Kulit sekitar
luka teraba
hangat.
- Oedema tidak
terjadi dan luka
tidak bertambah
parah.
- Sensorik dan
motorik
membaik
sedikit lebih rendah
dari jantung ( posisi
elevasi pada waktu
istirahat ), hindari
penyilangkan kaki,
hindari balutan ketat,
hindari penggunaan
bantal, di belakang
lutut dan sebagainya.
11 Ajarkan tentang
modifikasi faktor-
faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi
kolestrol, teknik
relaksasi,
menghentikan
kebiasaan merokok,
dan penggunaan obat
vasokontriksi.
11 Kerja sama dengan
tim kesehatan lain
dalam pemberian
vasodilator,
pemeriksaan gula
darah secara rutin
dan terapi oksigen
( HBO ).
2
Gangguan integritas
jaringan
berhubungan
dengan adanya
gangren pada
ekstrimitas.
Tercapainya
proses
penyembuhan
luka.
Kriteria Hasil :
1.Berkurangnya
oedema sekitar
luka.
2. pus dan
jaringan
berkurang
3. Adanya
jaringan
granulasi.
4. Bau busuk
luka berkurang.
11 Kaji luas dan
keadaan luka serta
proses penyembuhan
11 Rawat luka dengan
baik dan benar :
membersihkan luka
secara abseptik
menggunakan larutan
yang tidak iritatif,
angkat sisa balutan
yang menempel pada
luka dan nekrotomi
jaringan yang mati.
11 Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian insulin,
pemeriksaan kultur
pus pemeriksaan
gula darah
pemberian anti
biotik.
3 Gangguan rasa
nyaman ( nyeri )
berhubungan
dengan iskemik
jaringan.
rasa nyeri
hilang/berkurang
Kriteria Hasil :
1.Penderita
secara verbal
mengatakan
nyeri
berkurang/hilang
.
2. Penderita
dapat melakukan
metode atau
tindakan untuk
mengatasi atau
mengurangi
nyeri .
3. Pergerakan
penderita
bertambah luas.
4. Tidak ada
keringat dingin,
tanda vital dalam
batas normal.
( S : 36 – 37,5
0C, N: 60 – 80
x /menit, T : 100
11 Kaji tingkat,
frekuensi, dan reaksi
nyeri yang dialami
pasien.
11 Jelaskan pada pasien
tentang sebab-sebab
timbulnya nyeri.
111 Ciptakan lingkungan
yang tenang
111 Ajarkan teknik
distraksi dan
relaksasi.
111 Atur posisi pasien
senyaman mungkin
sesuai keinginan
pasien.
111 Lakukan massage
dan kompres luka
dengan BWC saat
rawat luka.
111 Kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian analgesik.
– 130 mmHg,
RR : 18 – 20
x /menit ).