askep luka dekubitus

Upload: aprina-siregar

Post on 31-Oct-2015

500 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan PBL 2 kelompok 3 blok Sensory Perception 2013 (pembahasan)

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Kulit merupakan salah satu organ perlindungan bagi tubuh. Perlindungan yang dimaksud adalah dari mikroorganisme, jamur, paparan zat kimia, maupun paparan dari sinar UV. Anatomi kulit begitu sempurna untuk melakukan perlindungan tersebut. Lapisan pertama atau lapisan epidermis berfungsi menangkal paparan dari luar lingkungan (luar tubuh) sedangkan lapisan kedua atau dermis berfungsi sebagai tempat syaraf peraba dan tekanan serta kelenjar subasea dan keringat. Selain kedua lapisan tersebut terdapat pula lapisan pendukung non-skin yaitu lapisan subcutaneous atau lapisan ikat atau hypodermis. Ketika lapisan tersebut rusak maka fungsi kulit tidak maksimal dan perlu penanganan yang tepat. Perawat memiliki tugas untuk merawat luka tersebut agar dapat beregenerasi dengan normal dan mencegah terjadinya infeksi dari mokroorganisme. Pada kasus PBL 2 telah membahas tentang luka tekan (pressure ulcer) yang di derita oleh tuan T akibat kelumpuhan (paraplegia) yang diderita. Penyusunan dari laporan ini bertujuan untuk membuat suatu intervensi untuk mengatasi permasalahan actual dari tuan T yang terangkum pada sub-pokok bahasan Asuhan Keperawatan. Laporan ini juga membahas tentang luka tekan (dekubitus) dan derajat luka tekan. Berikut adalah laporan PBL 2.

BAB IIPEMBAHASAN

A. DEFINISI DEKUBITUS(National pressure Ulcer Advisory panel (NPUAP), 1989 dalam Potter &perry (2005) mengatakan dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama.

B. ETIOLOGI DEKUBITUSDisebabkan oleh tekanan. Kulit dan jaringan dibawahnya tertekan antara tulang dengan permukaan keras lainnya, seperti tempat tidur dan meja operasi. Tekanan ringan dalam waktu yang lama sama bahayanya dengan tekanan besar dalam waktu singkat. Terjadi gangguan mikrosirkulasi lokal kemudian menyebabkan hipoksi dan nekrosis. tekanan antar muka ( interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per unit area antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan antar muka lebih besar daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh darah kapiler akan mudah kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg (corwin, 2009).

C. MANIFESTASI KLINIS DEKUBITUS1. Nyeri2. Anoreksia3. Keterbatasan gerak

D. PATOFISIOLOGI DEKUBITUS

E. DERAJAT DEKUBITUSMenurut Tambayong (2000), Ulkus Dekubitus, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa stadium atau derajat yaitu :1. Derajat 1a. Terbentuknya abrasi yang mengenai epidermisb. Luka merah, hangat, mengeras2. Derajat 2a. Mengenai seluruh dermisb. Ukuran membentuk cekungan dengan area merah disekitar tepian3. Derajat 3a. Mengenai jaringan epidermis, dermis, dan subkutanb. Menyebar sepanjang lapisan fasialc. Luka mengalirkan cairan purulen dan/atau bau tak sedapd. Dapat terjadi infeksi sistemik4. Derajat 4a. Menembus fasia, tulang, otot, jaringan penyambungb. Dapat menyebabkan osteomielitis, sepsis, dan dislokasi sendi

Gambar 1. (a, b, c, d) Derajat Dekubitus

Berikut ini merupakan table klasifikasi ulkus dekubitus :DerajatLapisan KulitPenampilan LukaPerubahan SistemikResolusi

IKetebalan parsialTidak teratur, hangat, eritema, nyeri, edemaTidak adaReversible dengan hilangnya tekanan dan pembersihan local

IIKetebalan parsialEpidermisdermisUlkus kulit dangkal, tepi berbatas, fibrosis, perubahan warna kulitTidak adaReversible dengan hilangnya tekanan dan pembersihan local

IIIKetebalan penuhEpidermisDermisLapisan subkutanTepian ulkus epidermal tebal, pigmentasi ringan dan gelap, distorsi lapisan kulit, mengalirkan cairan bau menyengatInfeksi, nekrosis lemak, kehilangan cairan dan protein, demam, dehidrasi, anemia, leukositosisHilangkan tekanan, pengobatan sistemik dengan cairan IV, diet, obat-obatan, debridement dan graft

IVKetebalan penuhEpidermisDermisFasiaOtotTulangArea terbuka besar, tulang terlihatOsteomielitis, sepsis, dislokasi sendi, dapat menjadi fatalPembedahan radikal untuk menghilangkan area nekrotik, tindakan pendukung umum (IV, diet, obat-obatan)

Jaringan subkutan tertutup dan lebih dalamTidak ada tanda eksternal sampai lanjut, bila rupture kulit; tampilan bagian dalam seperti derajat III atau VI; rongga seperti bursa dengan debris nekrotikJaringan infeksiEksisi luka, pengangkatan sakus bursa, graft flap dengan otot.

Tabel 1. Klasifikasi Ulkus Dekubitus (Tambayong, 2000)

Derajat Dekubitus berdasarkan NPUAP1. Deep Tissue InjuryDeep tissue injury ditandai dengan lokalisasi area berwarna ungu atau merah marun atau blister yang terisi darah pada kulit utuh akibat kerusakan jaringan lunak yang disebabkan karena tekanan atau gesekan. Cedera dapat didahului rasa nyeri, tegas, lunak, hangat atau dingin pada jaringan. Deep tissue injury kadang sulit dideteksi pada individu dengan warna kulit gelap.Deep tissue injury biasanya tampak kulitnya utuh berwarna kebiruan atau keunguan, tetapi sebenarnya didalamnya sudah membusuk (William, 2008).2. UnstageableUnstageable ditandai dengan area kulit berwarna kehitaman. Sehingga pada Unstageable sulit dideteksi pada derajat berapa lukanya, karena tidak diketahui kedalaman luka sudah mengenai otot dan tulang atau belum.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKUlkus dekubitus didiagnosis dengan bantuan riwayat yang menunjang dan hasil pemeriksaan fisik. Orang yang beresiko terkena ulkus harus diperiksa untuk mengetahui derajat ulkus. Derajat awal ditandai dengan kulit yang tetap pucat (kemerahan) akibat tekanan yang lama.Pengkajian Fisik Kulit1. Inspeksi kulitPengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk membrane mukosa, kulit kepala, rambut dan kuku. Tampilan kulit yang perlu dikaji yaitu warna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularitas. Yang harusdiperhatikan oleh perawat yaitu :a. Warna, dipengaruhi oleh aliran darah, oksigenasi, suhu badan dan produksi pigmen.b. Edema, Selama inspeksi kulit, perawat mencatat lokasi, distribusi dan warna dari daerah edema.c. Kelembaban, Normalnya, kelembaban meningkat karena peningkatan aktivita satu suhu lingkungan yang tinggi kulit kering dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan kering atau lembab yang tidak cocok, intake cairan yang inadekuat, proses menua.d. Integritas, Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna, distribusi, apakah ada drainase atau infeksi.e. Kebersihan kulitf. Vaskularisasi, Perdarahan dari pembuluh darah menghasilkan petechie dan echimosis.2. Palpasi kulit, Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit, kelembaban, suhu, tekstur atau elastisitas, turgor kulit (kozier, 2009).

G. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAANPencegahan, menurut Potter & Perry (2005)Tahap pertama pencegahan adalah mengkaji factor-factor resiko klien. Kemudian perawat mengurangi factor-factor lingkungan yang mempercepat terjadi decubitus seperti kelembaban atau linen tempat tidur yang berkerut. 3 area intervensi keperawatan utama mencegah terjadi decubitus adalah :

1. Hygiene dan perawatan kulitPerawat harus menjaga kulit klien agar tetap bersih dan kering. Ketika kulit klien dibersihkan maka sabun dan air panas harus dihindari pemakaiannya. Sabun dan lotion yang mengandung alcohol dapat menyebabkan kulit kering dan meninggalkan residu alkalin pada kulit. Residu alkalin pada kulit akan menghambat pertumbuhan bakteri normal pada kulit, dan meningkatkan pertumbuhan oportunistik yang berlebihan yang nantinya dapat masuk kedalam luka terbuka.2. Pengaturan posisiIntervensi pengaturan posisi diberikan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit. Dengan menjaga bagian kepala tempat tidur setinggi 20o atau kurang akan menurunkan peluang terjadi decubitus akibat gaya gesek. Posisi klien imobilisasi harus diubah sesuai dengan tingkat aktivitas, kemampuan persepsi dan rutinitas sehari hari. 3. Pendidikan Penyuluhan klien tentang matras dan tempat tidur terapeutik kepada pasien dan keluarga pasien.

Penatalaksanaan 1. Pencegahan ulkus decubitus sangatlah penting yaitu berupa mengubah posisi pasien yang bertirah baring paling sedikit 2 jam. Selain itu juga asupan kalori pasien harus dipertahankan tetap tinggi untuk merangsang fungsi imun dan mempertahankan kesehatan.2. Menghilangkan tekanan pada kulit yang memerah, dan penempatan pembalut yang bersih, rata dan tipis jika telah terbentk ulkus decubitus (corwin, 2009).

ASKEPKasus : Tn T Jatuh

Pasien Tn. T, umur 50 tahun, menderita paraplegi karena terjatuh dari pohon kelapa. Akibat dari paraplegi, klien hanya bisa terbaring di tempat tidur. Sudah sebulan ini klien dirawat dirumah sakit karena luka dekubitus yang luas di daerah sakrum. Saat perawatan luka, lukanya terlihat dalam sampai jaringan otot dan tulang. Di bagian tumit klien, terlihat tanda ada kemerah-merahan yang tidak hilang walau sudah ditekan.

Glosarium:Paraplegi: Paralisis bagian bawah tubuh termasuk tungkai (Dorland, 2008).Dekubitus: Nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama (Potter & Perry, 2005).Sakrum: Tulang berbentuk baji tepat di bawah vertebrae lumbales, biasanya terbentuk melalui penyatuan lima vertebra yang terletak pada bagian dorsal diantara kedua tulang pinggul (Dorland, 2008).

ANALISIS DATA

PROBLEMETIOLOGYSIGN & SYMPTOM

Kerusakan integritas kulitImobilisasi fisikDO :1. Terdapat luka dekubitus yang luas di daerah sakrum2. Luka dekubitus terlihat dalam sampai otot dan tulang3. Terdapat tanda kemerahan yang tidak hilang dengan penekanan di bagian tumit klien

Risiko InfeksiPertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh)DO :1. Terdapat luka dekubitus yang luas di daerah sakrum2. Luka dekubitus terlihat dalam sampai otot dan tulang

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATANNOCNICRASIONAL

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisikSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam, diharapkan integritas kulit klien utuh, dengan kriteria hasil :Integritas Jaringan : Kulit dan membrane mukosaIndikatorAwalTujuan

a. Sensasi sesuai yang diharapkanb. Elastisitas sesuai yang diharapkan c. Warna sesuai yang diharapkand. Tekstur sesuai yang diharapkane. Ketebalan sesuai yang diharapkanf. Bebas lesi jaringang. Perfusi jaringan2

2

2

2

1

1

14

4

4

4

3

3

3

Manajemen Daerah Tekanan1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering3. Mobilisasi pasien (mengubah posisi yang sesuai)4. Monitor status nutrisi pasien5. Gunakan kasur dekubitus6. Berikan perawatan luka sesuai derajat dekubitus (Tahap 1 di tumit diberikan balutan film atau hidrokoloid, tahap 4 di sakrum diberikan balutan hidrokoloid, hidrogel, atau balutan kasa)1. Pakaian ketat akan menambah tekanan2. Kulit kotor dapat menyebabkan infeksi3. Menghindari tekanan terus menerus di satu bagian4. Nutrisi berkaitan dengan proses penyembuhan luka5. Kasur dekubitus dapat menditribusikan tekanan agar tekanan merata6. Balutan yang sesuai dapat meningkatkan proses penyembuhan luka

Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam, diharapkan infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil :Kontrol RisikoIndikatorAwalTujuan

a. Pengetahuan tentang risikob. Mengem-bangkan strategi kontrol risiko yang efektifc. Melaksana-kan strategi kontrol risiko yang dipilihd. Meng-hindari paparan yang bisa mengancam kesehatane. Mengenali perubahan status kesehatan1

1

1

2

24

4

4

5

4

Kontrol Infeksi1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain2. Batasi pengunjung bila perlu3. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah meninggalkan pasien4. Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan5. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan6. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung7. Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan luka8. Tingkatkan intake nutrisi1. Agen infeksi dapat ditularkan melalui pasien lain2. Pengunjung dapat membawa berbagai agen infeksi dari lingkungan3. Cuci tangan dapat mengurangi agen infeksi4. Sabun anti mikroba dapat menghilangkan agen infeksi5. Cuci tangan dapat mengurangi agen infeksi6. Baju dan sarung tangan dapat melindungi infeksi dari perawat ke pasien dan sebaliknya7. Lingkungan aseptik mengurangi risiko pajanan agen infeksi8. Nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan imunitas pasien