askep mastoiditis

28
ASUHAN KEPERAWATAN MASTOIDITIS Batasan: Mastoiditis merupakan keradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari Otitis Media Kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara (mastoid air cells) yang melekat ditulang temporal. Mastoiditis adalah penyakit sekunder dari otitis media yang tidak dirawat atau perawatannya tidak adekuat. Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada saat belum ditemukan-nya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab kematian pada anak-anak serta ketulian/hilangnya pendengaran pada orang dewasa. Saat ini, terapi antibiotik ditujukan untuk pengobatan infeksi telinga tengah sebelum berkembang menjadi mastoiditis. Etiologi: Kuman aerob. - Positif gram : S. Pyogenes, S. Albus. - Negatif gram : Proteus spp, Pseudomonas spp, E. Coli, kuman anaerob. - Bakterioides spp Pathofisiologi: Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang. 1 1

Upload: salwa-aurelia-firdaus

Post on 02-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

asket tht

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Mastoiditis

ASUHAN KEPERAWATAN MASTOIDITIS

Batasan:

Mastoiditis merupakan keradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi

dari Otitis Media Kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan

epitel sel-sel mastoid udara (mastoid air cells) yang melekat ditulang temporal. Mastoiditis

adalah penyakit sekunder dari otitis media yang tidak dirawat atau perawatannya tidak

adekuat.

Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada saat belum ditemukan-

nya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab kematian pada anak-anak serta

ketulian/hilangnya pendengaran pada orang dewasa. Saat ini, terapi antibiotik ditujukan

untuk pengobatan infeksi telinga tengah sebelum berkembang menjadi mastoiditis.

Etiologi:

Kuman aerob.

- Positif gram : S. Pyogenes, S. Albus.

- Negatif gram : Proteus spp, Pseudomonas spp, E. Coli, kuman anaerob.

- Bakterioides spp

Pathofisiologi:

Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut.

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang.

1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani.

2. Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya.

3. Endogen : alergi, DM, TBC paru.

Diagnosis:

1. Anamnesis

- Otorea terus menerus/kumat-kumatan lebih dari 6-8 minggu.

- Pendengaran menurun (tuli).

2. Pemeriksaan.

1) Tipe Tubo Timpani (hipertropi, benigna).

1

1

Page 2: Askep Mastoiditis

- Perforasi sentral.

- Mukosa menebal.

- Audiogram; tuli konduktif dengan “air bone gap” sebesar 30 dB.

- X-foto mastoid: sklerotik.

2) Tipe Degeneratif

- Perforasi sentral besar.

- Granulasi/polip pada mukosa cavum timpani.

- Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 50-60 dB.

- X-foto mastoid: sklerotik.

3) Tipe Metaplastik (atikoantral maligna)

- Perforasi atik/marginal.

- Terdapat Kolesteatom

- Destruksi tulang pada margotimpani

- Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 30 atau lebih.

- X-foto mastoid: sklerotik.

4) Tipe Campuran (degeneratif metaplastik)

- Perporasi marginal besar atau total.

- Granulasi dan kolesteatom.

- Audiogram : Tuli konduktif/campuran dengan penurunan 60 dB asal lebih.

- X-Foto mastoid sklerotik/rongga.

3. Pemeriksaan tambahan : pembuatan audiogram dan X-foto mastoid.

1.Penyulit

1. Abses retro aurikula

2. Paresis/paralisis syaraf fasialis

3. Labirintitis

4. Komplikasi intra kranial: meningitis, abses extra dural, abses otak.

A. PENATALAKSANAAN KOLABORASI

B. PENGKAJIAN

Manifestasi klinik mastoiditis meliputi adanya pembengkakkan dibelakang telinga dan rasa

sakit pada saat pergerakan minimal dari tragus, pinna atau kepala. Rasa sakit tidak berku-

rang dengan tindakan Myringotomy. Selulitis timbul di kulit atau di kulit kepala luar

2

2

Page 3: Askep Mastoiditis

selama proses mastoid berlangsung. Pada pemeriksaan otostopik ditemukan adanya warna

merah, tumpul/majal, tebal, membran timpani yang tidak bergerak dengan atau tanpa per-

forasi. Nodes limpa postauricular teraba lembut dan membesar. Klien mastoiditis juga

dapat mengalami demam yang tidak begitu tinggi, malas dan anoreksia.

Berdasarkan tipenya, penatalaksanaan terapi dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tipe tubo timpanal stadium aktif:

- Antibiotika: ampisilin/amoxillin (3-4 x 500 mg oral), klindamisin (3x150 mg – 300 mg

oral) per hari selama 5-7 hari.

- Pengobatan sumber infeksi dirongga hidung dan sekitarnya.

- Perawatan lokal dengan Perhidrol 3 % dan tetes telinga Chloramphenicol 1-2 %.

- Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi.

Pada stadium tenang (kering) dilakukan Miringoplasty).

2. Tipe degeneratif:

- Atikoantrotomi

- Timpanoplastik

3. Tipe metaplastik/campuran.

- Mastoidektomi radikal

- Mastoidektomi radikal & rekonstruksi

Paresis/paralisis syaraf fasialis

1. Menentukan lokasi lesi

- Dengan tes Scheimer : supra/intra ganglion.

- Refleks stapedeus: positif lesi dibawah M. Stapedeus.

negatif lesi diatasnya

2. Mastoidektomi, urgen dan dekompresi syarap fasialis.

3. Rehabilitasi.

2.Intervensi

C. PENATALAKSANAAN TANPA PEMBEDAHAN. TERAPI ANTIBIOTIK

DITUJUKAN UNTUK MENCEGAH PENYE-BARAN INFEKSI DARI OTITIS

MEDIA ATAU MASTOIDITIS, NAMUN JUGA ADA BATAS PENGGUNAAN

UNTUK PENGOBATAN MASTOIDITIS KARENA ADANYA KESULITAN

UNTUK MENERIMA EFEK ANTIBIOTIK SAMPAI KEDALAM STRUKTUR

TULANG MASTOID YANG MENONJOL. DARI PEMERIKSAAN BIAKAN

DAPAT DITENTU-KAN KESENSITIFAN ORGANISME YANG MENGINFEKSI

3

3

Page 4: Askep Mastoiditis

TERHADAP ANTIBIOTIK TERTENTU. BAHAN UNTUK BIAKAN

DIPEROLEH DARI CAIRAN TELINGA ATAU DARI TINDAKAN

MYRINGOTOMY.

a. Penatalaksanaan Pembedahan

Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada

respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total

yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-

lihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran.

Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian

yang lain.

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang se-

muanya atau ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga te-

ngah. Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial

wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke

arah sam-ping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke

samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis,

abses otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi.

1) TYMPANOPLASTY

Ahli bedah berusaha memulihkan kembali telinga tengah untuk memperbaiki pendengaran

yang hilang. Prosedur pembedahan yang ada bervariasi, mulai dari cara pemulihan yang

sederhana pada membran timpani atau dikenal dengan istilah myringoplasty sampai

penggantian ossicles didalam telinga tengah. Tipe I tympanoplasty digunakan pada

myringoplasty. Tindakan tympanoplasty yang bermutu tinggi digunakan untuk kerusakan

yang lebih besar serta disiapkan untuk pemulihan yang lebih ekstensif/lebih luas.

3.Perawatan Pre-Operasi

Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijadwalkan untuk menjalani

tympanoplasty. Antibiotik tetes diberikan sebelum pembedahan untuk membunuh

organisme yang menginfeksi, cairan yang terdiri dari cuka dan air steril dengan perban-

dingan yang sama diberikan untuk mengirigasi telinga, yang bertujuan untuk

4

4

Page 5: Askep Mastoiditis

mengembalikan ke pH normal.

Hal-hal yang harus dilakukan klien agar tidak terjadi infeksi pre-operasi seperti:

- menghindari orang-orang yang terinfeksi saluran pernafasan atas.

- beristirahat yang cukup.

- mengkonsumsi diet yang seimbang.

- mempertahankan intake cairan yang adekuat.

Perawat meyakinkan klien bahwa prosedur yang dilaksanakan bertujuan untuk

memperbaiki pendengaran, meskipun pada awalnya pendengarannya akan berkurang kare-

na adanya balutan di kanal. Perawat menerangkan pentingnya bernafas dalam setelah ope-

rasi. Mengenai cara batuk yang benar juga perlu diterangkan dan hindari batuk yang kuat,

karena dapat meningkatkan tekanan di telinga tengah.

Prosedur Operatif

Pada awalnya tindakan pembedahan dilakukan hanya bila di telinga tengah dan tuba

eusthacia bebas dari infeksi. Apabila terjadi infeksi, maka hasil dari tindakan

graft/pemindahan kulit kemungkinan besar menjadi infeksi dan tidak sembuh sebagaimana

mestinya. Pada pembedahan membran timpani dan ossicles mengharuskan penggunaan

mikroskop dan dipertimbangkan sebagai prosedur yang sulit. Anestesi lokal dapat

digunakan meskipun yang sering dipilih adalah anestesi general untuk mencegah klien agar

tidak cepat sadar.

Ahli bedah dapat memperbaiki membran timpani dengan menggunakan bahan-

bahan seperti otot fascia temporal, mengambil bagian yang tebal untuk dilakukan skin graft

dan jaringan vena. Apabila ossicles rusak, tindakan yang lebih ekstensif harus diambil

untuk memperbaiki atau mengganti tulang yang kecil tersebut. Ahli bedah menjangkau

ossicles dengan salah satu dari 3 cara berikut ini:

1. Pendekatan Transkanal (Transcanal Approach).

2. Insisi Endaural (Endaural Incision).

3. Mengarahkan Postauricular melalui Mastoidektomi (The Postauricular Route via

Mastoidectomy).

Ahli bedah kemudian membuang jaringan penyakit dan membersihkan rongga telinga te-

ngah. Tingkat kerusakan ossicles dikaji dengan teliti agar dapat diperbaiki atau diganti jika

perlu. Ahli bedah menggunakan kartilago autogenous atau tulang, ossicles pada mayat

(cadaver), kawat stainless steel atau komponen polytetrafluoroethylene (teflon) untuk

5

5

Page 6: Askep Mastoiditis

memperbaiki atau mengganti ossicles.

4.Perawatan Post Operasi

Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-

uze), dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural,

dressing luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-

an dan kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing.

Klien tetap dalam posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam

post operasi. Terapi antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan.

Umumnya klien melaporkan mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal

dilepaskan. Sampai saat itu, perawat menggunakan teknik komunikasi khusus karena

adanya gangguan pendengaran pada klien dan melakukan percakapan langsung pada

telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien mengenai perawatan post operasi dan

pembatasan aktifitas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat timbul:

1. Perubahan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah

atau kerusakan di syaraf pendengaran.

Hasil yang diharapkan: Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensori

pendengaran sampai pada tingkat fungsional.

NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.

2.

Kaji tanda-tanda awal kehilangan pendengaran.

Bersihkan serumen yang tersembunyi dengan cara

irigasi.

- Pastikan bahwa klien tidak mengalami perforasi

pada membran timpaninya atau tidak mengalami

Diagnosa awal terhadap kea-

daan telinga atau terhadap

masalah-masalah pendengar-

an yang ada memungkinkan

pemberian intervensi sebelum

pendengaran rusak secara

permanen.

Serumen yang letaknya ter-

sembunyi dapat menyebab-

kan tuli konduktif sehingga

menambah masalah pende-

6

6

Page 7: Askep Mastoiditis

3.

4.

5.

otitis media.

- Hangatkan cairan untuk irigasi sesuai dengan su-

hu tubuh.

Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh do-sis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat

alat pendengaran secara tepat.

Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-tek-

nik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya

ketulian lebih jauh.

ngaran yang sudah ada.

Penghentian terapi antibiotik

sebelum waktunya dapat me-

nyebabkan organisme sisa

berkembang biak sehingga

infeksi akan berlanjut.

Keefektifan alat pendengaran

tergantung pada tipe ganggu-

an/ketulian, pemakaian serta

perawatannya yang tepat.

Apabila penyebab pokok ke-

tulian tidak progresif, maka

pendengaran yang tersisa

sensitif terhadap trauma dan

infeksi sehingga harus dilin-

dungi.

2. Rasa cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

Hasil yang diharapkan: Klien akan menyatakan bahwa rasa cemas mengenai komu-

nikasi yang terganggu berkurang dan akan lebih pandai dalam

menggunkan alternatif teknik komunikasi.

NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Demonstrasikan aktifitas yang dapat meningkatkan

pemahaman terhadap komunikasi verbal.

- Atur posisi perawat langsung didepan klien.

- Yakinkan wajah anda (perawat) dan wajah klien

berada dalam pencahayaan yang cukup.

- Dapatkan perhatian klien terlebih dahulu sebe-

Menunjukkan kepada klien

bahwa dia dapat berkomuni-

kasi dengan efektif tanpa

menggunakan alat khusus, se-

hingga dapat mengurangi ra-

sa cemasnya.

7

7

Page 8: Askep Mastoiditis

2.

3.

lum anda mulai bicara.

- Atur jarak anda sedekat mungkin dengan klien.

- Gunakan nada suara yang normal.

- Jangan berteriak.

- Jauhkan tangan & benda lain dari mulut anda ke-

tika berbicara dengan klien (karena dapat meng-

halangi klien untuk melihat gerak bibir anda).

- Apabila memungkinkan, lakukan percakapan di

ruang pribadi/tertutup tanpa ada gangguan suara

luar.

- Validasikan dengan klien mengenai pemahaman-

nya terhadap pernyataan perawat dengan cara:

suruh klien untuk mengulangi atau menjelaskan

kembali pernyataan tersebut dengan mengguna-

kan kata-kata klien sendiri.

- Gunakan indera atau media lain selama ber-

komunikasi, seperti:

Gerakan tangan.

Perubahan/mimik wajah.

Sentuhan.

Gambar-gambar.

Tulisan.

Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengaran nya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.

Kaji kemampuan klien dalam membaca & menulis.

Harapan-harapan yang tidak

realistik tidak dapat mengura-

ngi kecemasan, justru malah

menimbulkan ketidakpercaya

an klien terhadap perawat.

Komunikasi dengan cara me-

nulis dapat efektif dalam

mempertahankan kemandiri-

an klien, harga diri serta kon-

8

8

Page 9: Askep Mastoiditis

4.

5.

6.

Beritahukan/kenalkan pada klien semua alternatif

metode komunikasi (seperti bahasa isyarat &

membaca bibir) dengan langkah yang tepat untuk

masing-masing klien.

Berikan informasi mengenai kelompok yang juga

pernah mengalami gangguan seperti yang dialami

klien untuk memberikan dukungan kepada klien.

Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan

alat-alat yang tersedia yang dapat membantu klien.

tak sosialnya; bagaimanapun

komunikasi dengan cara ini

tidak nyaman atau tidak me-

mungkinkan bagi klien yang

minim keterampilan memba-

ca & menulisnya.

Memungkinkan klien untuk

memilih metode komunikasi

yang paling tepat untuk kehi-

dupannya sehari-hari disesu-

aikan dengan tingkat kete-

rampilannya sehingga dapat

mengurangi rasa cemas &

frustasinya.

Dukungan dari beberapa

orang yang memiliki penga-

laman yang sama akan sangat

membantu klien.

Agar klien menyadari sum-

ber-sumber apa saja yang ada

disekitarnya yang dapat men-

dukung dia untuk berkomu-

nikasi.

3. Kerusakan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.

Kriteria hasil:

Klien akan:

- Memakai alat bantu dengar (jika sesuai).

- Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal: komunikasi tulisan, bahasa lam-

bang, berbicara dengan jelas pada telinga yang “baik”.

9

9

Page 10: Askep Mastoiditis

NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.

2.

Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan

& catat pada rencana perawatan metode yang

diguna-kan oleh staf dan klien, seperti:

Tulisan.

Berbicara.

Bahasa isyarat.

Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara ver-

bal.

a. Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, ber-

bicara dengan perlahan & dengan jelas langsung ke

telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada

berbicara dengan keras).

- Tempatkan klien dengan telinga yang baik

berhadapan dengan pintu.

- Dekati klien dari sisi telinga yang baik.

b. Jika klien dapat membaca ucapan:

- Lihat langsung pada klien & bicaralah lam-

bat & jelas.

- Hindari berdiri didepan cahaya karena dapat

menyebabkan klien tidak dapat membaca

bibir anda.

c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat kon-

sentrasi klien.

- Minimalkan percakapan jika klien kelelah-

an atau gunakan komunikasi tertulis.

- Tegaskan komunikasi penting dengan me-

nuliskannya.

d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan

penerjemah. Alamatkan semua komunikasi

pada klien, tidak kepada penterjemah. Jadi

seolah-olah perawat sendiri yang langsung

Dengan mengetahui metode

komunikasi yang diinginkan

oleh klien maka metode yang

akan digunakan dapat dise-

suaikan dengan kemampuan

& keterbatasan klien.

Pesan yang ingin disampai-

kan oleh perawat kepada kli-

en dapat diterima dengan ba-

ik oleh klien.

10

10

Page 11: Askep Mastoiditis

3.

berbicara kepada klien dengan mengabaikan

keberadaan penterjemah.

Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pende-ngaran dan pemahaman. Bicara dengan jelas, menghadap individu.

Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi

pembicaraan.

Gunakan rabaan & isyarat untuk

meningkatkan komunikasi.

Validasi pemahaman individu

dengan menga- jukan pertanyaan yang

memerlukan jawaban lebih dari “ya” atau

“tidak”.

Memungkinkan komunikasi

dua arah antara perawat de-

ngan klien dapat berjalan de-

ngan baik & klien dapat me-

nerima pesan perawat secara

tepat.

PENGKAJIAN DATA

I. Identitas Klien

Nama : Ny. SM

Umur : 31 tahun

TTL : -

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Candu RT I RW I Blitar.

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

11

11

Page 12: Askep Mastoiditis

Lama bekerja : -

MRS : 5 April 2001

Keluarga terdekat : Suami

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Candu RT I RW I Blitar.

II. Status Kesehatan Saat Ini:

1. Alasan kunjungan ke RS: Pendengaran menurun/tidak mendengar sejak 2 tahun,

telinga kanan dan kiri.

2. Keluhan utama saat ini:Otore kanan dan kiri sejak 2 tahun, kumat-kumatan. 1 bulan

ini telinga kanan dan kiri sering basah.

3. Lama keluhan : 1 bulan.

4. Timbulnya keluhan: Hilang-timbul.

5. Faktor yang memperberat: Bila batuk pilek.

6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: Bila kambuh, berobat ke RSU Wlingi

Blitar dan ke dokter praktek.

7. Diagnosa medik: Mastoiditis (tanggal 5 April 2001). Tanggal 5 April 2001 post

op Myringoplasty.

III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:

Tuli konduksi D/S, perforasi membran timpani/perforasi sub total D/S. Sudah 2 tahun

berobat ke RSU Wlingi Blitar dan ke dokter praktek. Klien tidak memiliki riwayat

alergi.

IV. Pengkajian Fisik

Tanggal April 2001:

1. Sistem Pernafasan (B 1)

RR = 20 x/mnt, tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki riwayat

asma dan suara nafas normal.

2. Sistem Hemodinamika (B 2)

TD = 130/80 mmHg, nadi = 84 x/mnt, suhu = 36,5 oC, suara jantung vesikuler.

Perfusi perifer baik, turgor baik, intake-output seimbang, infus RL 20 tts/mnt, klien

12

12

Page 13: Askep Mastoiditis

tampak gelisah.

3. Sistem Kesadaran dan Otak (B 3)

Kadang-kadang kepala pusing/vertigo, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil

normal, orientasi baik, tuli konduksi telinga kiri dan kanan. Tidak ada tanda-tanda

parese pada syaraf VII. Post op Myringoplasty tanggal 6 April 2001, verban

tampak terpasang dan terawat baik.

Audiogram tanggal:

Tanggal

K1 K1 K1 K1 K1

125 250 500 1 K 2 K 4 K 8 K

4. Sistem Perkemihan (B 4)

Baik 2-3 x/hr, warna kuning jernih.

5. Sistem Pencernaan (B 5)

Nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr pagi dan sore. Klien tidak

ada sakit maag.

6. Sistem Integumen dan Muskuloskeletal (B 6)

Mandi 2 x/hr pagi dan sore, kulit bersih, tidak ada nyeri otot dan persendian.

V. Pengkajian Psikososial

1. Pola pikir dan persepsi: kesulitan yang dialami klien: klien kesulitan melakukan

komunikasi dengan orang lain.

2. Persepsi diri: saat ini selain klien memikirkan penyakitnya, juga memikirkan kelu-

arganya (suami dan anak-anaknya).

3. Suasana hati: gelisah dan khawatir memikirkan bagaimana bisa membeli alat bantu

pendengaran (masalah keuangan).

4. Hubungan/komunikasi: bicara dengan klien harus keras dan menggunakan isyarat

dengan tangan, jarak harus dekat dengan klien.

5. Kehidupan keluarga:

13

13

Page 14: Askep Mastoiditis

- Adat istiadat yang dianut: Jawa.

- Pembuat keputusan dalam keluarga: suami.

- Pola komunikasi: suami memutuskan setiap permasalahan yang perlu pengambilan

keputusan.

- Keuangan: pas-pasan.

VI. Data Laboratorium dan Radiologi:

Tanggal 7 Maret 2001

Foto Ro: - Mastoiditis bilateral tipe sklerotik.

- Cor: besar dan bentuk normal.

- Pulmo: tidak tampak kelainan.

- Sinus phrenice-costalis kiri dan kanan.

Tanggal 7 Maret 2001

Laboratorium:

- Urea N: 6 mg/dl.

- Kreatinin serum: 0,7 mg/dl.

- Bilirubin direk: 0,18 mg/dl.

- Bilirubin total: 0,73 mg/dl.

- SGOT: 20 U/L.

- SGPT: 18 U/L.

VII. Terapi/Pengobatan

- Infus RL 20 tts/mnt.

- Klindamycin 3x300 mg.

- Mefenamat acid 3x500 mg k/p.

- Rawat luka (ganti verban).

- Operasi Myringoplasty tanggal 6 April 2001.

Analisa Data

TGL KELOMPOK DATA KEMUNGKINANPENYEBAB

MASALAH DIAGNOSA

9/4/2001

DS:Klien mengatakan ia ti-dak bisa mendengar, bi-la diajak berbicara ha-rus keras & dekat.

Penurunan pende-ngaran.

Kerusakan Ko-munikasi

Kerusakan ko-munikasi ber-hubungan de-ngan penurun-

14

14

Page 15: Askep Mastoiditis

10/4/2001

10/4/2001

DO: - Audiogram klien tuli konduksi sedang kanan & kiri.- Diajak bicara lebih

banyak diam.- Bicara dengan kli-

en harus keras.

DS: Klien mengeluh pu-sing sewaktu duduk/ bangun tidur.

DO: -TD: 130/80 mmHg, nadi: 84x/mnt, RR: 20 x/mnt.- Gelisah.- Post op Myringo-

plasty.

DS: Klien menanyakan bagaimana cara mera-wat telinganya bila pulang nanti.

DO: -Klien gelisah.- Bicara harus keras.- Komunikasi deng-

an orang lain sulit.- Klien tinggal diluar

kota Surabaya, yai-tu di Wlingi, Bli-tar.

Vertigo

Ketidakcukupan pengetahuan

Cedera

Ketidak efek-tifan penata-laksanaan program terapeutik.

an pendengaran

Resiko terha-dap cedera berhubungan dengan vertigo

Ketidak efek-tifak penata-laksanaan program tera-peutik berhu-bungan dengan ketidak cukup-an pengetahu-an tentang pe-rawatan telinga & tanda-tanda gejala kompli-kasi.

15

15

Page 16: Askep Mastoiditis

NO TGL DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI1. 10/4/

2001Kerusakan komunikasi berhubungan dengan penu-runan pendengaran.

Klian mampu melakukan komunikasi dengan setiap orang.

Klien mampu:-menerima pe-

san-pesan me-lalui metoda alternatif.

1. Gunakan fak-tor-fakto yang meningkatkan pendengaran & pengertian.

2. Berikan meto-da alternatif komunikasi.

3. Berikan ling-kungan yang tenang.

4. Tulis & bicara pesan-pesan yang penting.

Memaksimalkan kemampuan ko-munikasi klien.

1. Bicara terang & jelas mengha-dap kearah kli-en.

2. Mengulangi & mempersingkat kata.

3. Menyentuh ta-ngan & bahu klien untuk me-ningkatkan ko-minikasi.

4. Menggunakan kertas & pensil untuk berkomu-nikasi.

5. Mengurangi gangguan eks-ternal.

6. Menganjurkan klien untuk menggunakan waktu bicara yang cukup & menggunakan kata-kata serta gerrakan bibir yang jelas.

7. Menulis & bi-cara pada klien mengenai pesan & perintah yang penting menge-nai perawatan & pengobatan-nya.

Klien mampu melakukan komunikasi walau harus bicara dengan keras.

16

16

Page 17: Askep Mastoiditis

2.

3.

10/4/2001

10/4/2001

Resiko terhadap cedera berhubungan dengan verti-go.

Ketidakefektifan penata-laksanaan program tera-peutik berhubungan deng-an ketidakcukupan penge-tahuan tentang perawatan telinga; tanda-tanda gejala dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Cedera tidak terjadi

Penatalaksanaan program terapeutik efektif.

-Pusing/vertigo berkurang/hilang.-Kllien tidak ge-lisah lagi.

Klien mampu menjelaskan kembali/mengu-lang kembali apa yang telah dije-laskan perawat.

1. Orientasikan klien terhadap sekelilingnya.

2. Awasi klien secara ketat.

3. Pertahankan tempat tidur pada ketinggi-an yang pa-ling rendah.

4. Berikan terapi analgesik: Asam Mefe-namat 500 mg 3x1 tab.

1. Identifikasi faktor-faktor penyebab yang meng-hambat pene-talaksanaan yang efektif.

2. Jelaskan & bi-carakan pro-ses penyakit, aturan pera-watan & pengobatan, perubahan ga-

Agar klien tahu dimana ia bera-da.

Untuk menghin-dari & memper-kecil kemungki-nan cedera.

Memudahkan klien untuk turun naik tempat ti-dur.

Untuk menghi-langkan/mengu-rangi nyeri.

Segera dapat me-ngetahui & me-ngatasi faktor yang menghala-ngi penatalaksa-naan yang efektif

Agar klien me-ngetahui & me-ngerti tentang perawatan & pe-ngobatan penya-kitnya.

1. Menjelaskan kondisi diruang

an.2. Menganjurkan

keluarga untuk mendampingi klien bila ingin kekamar mandi/ WC.

3. Menyarankan klien untuk ti-dak langsung bangun/duduk.

4. Menyetel tem-pat tidur seren-dah mungkin.

5. Memberikan asam Mefena-mat 500 mg.

1. Menanyakan masalah-masa-lah yang mem-buat klien geli-sah & khawa-tir.

2. Menjelaskan bahwa:

- kemampuan pendengaran klien tetap tidak pulih, tetapi ke-luhan-keluhan-nya dulu akan hilang.

-Pusing/verti-go tidak terja-di.-Cedera tidak terjadi.

-Klien & ke-luarga dapat mengerti apa yang telah di jelaskan & akan tetap kontrol ke RS bila telah sembuh.-Klien dapat memahami & mengerti ha-rus kemana bila mengala-mi kesulitan

17

17

Page 18: Askep Mastoiditis

ya hidup, sumber-sum-ber dukungan yang tersedia.

3. Jelaskan bah-wa perubahan dalam gaya hidup & kebu-tuhan belajar akan membu-tuhkan waktu untuk terinte-grasi.

Setiap perubahan memerlukan pro-ses adaptasi yang lama.

- Agar kontrol secara teratur.

- Menganjurkan untuk membeli alat bantu de-ngar.

3. Memberikan materi penjelas-an secara berta-hap & tertulis.

4. Menganjurkan klien untuk me-ngunjungi dok-ter spesialis THT dikotanya, agar ia mempe-roleh penjelasan atas kesulitan yang dihadapi bila telah pu-lang nanti.

mengenai pe-rawatan te-linganya.

18

18

Page 19: Askep Mastoiditis

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.

Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta.

Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu

Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.

19

19