askep preeklampsia

49
ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMPSIA MAKALAH oleh M. Rifqi Wibowo 112310101040 Kukuh Aria W 112310101059 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014

Upload: chad-gibson

Post on 26-Nov-2015

137 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Askep Preeklampsia

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMPSIA

MAKALAH

oleh

M. Rifqi Wibowo 112310101040

Kukuh Aria W 112310101059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMPSIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan klinik 7

MAKALAH

oleh

M. Rifqi Wibowo 112310101040

Kukuh Aria W 112310101059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah

memberikan berkat, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga saya dapat

menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada

Ibu Hamil Dengan Preeklampsia” ini dengan tidak ada halangan yang berarti.

Makalah ini saya susun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai

referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai Asuhan

Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsia.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap tegur sapa dan kritik yang

membangun dari para pembaca guna perbaikan dan peningkatan untuk karya

selanjutnya.

Demikian kiranya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

dan pembaca pada khususnya.

Jember, 04 Februari 2014

Penyusun

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

C. Tujuan ..................................................................................................... 3

BAB II KONSEP TEORI

A. Pengertian................................................................................................ 4

B. Insiden...................................................................................................... 5

C. Etiologi..................................................................................................... 6

D. Klasifikasi................................................................................................ 8

E. Patofisiologi............................................................................................. 10

F. Manifestasi Klinis.................................................................................... 12

G. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 13

H. Pencegahan.............................................................................................. 14

I. Penatalaksanaan....................................................................................... 15

J. Komplikasi............................................................................................... 18

BAB III PATHWAY...............................................................................................19

BAB IV..................................................................................................................20

A. Pengkajian................................................................................................ 20

B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 20

C. Intervensi.................................................................................................. 20

BAB V PENUTUP

A. Simpulan.................................................................................................. 26

B. Saran ....................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

4

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi

yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. 1.400 perempuan meninggal setiap

hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan

dan persalinan. Di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan,

persalinan dan nifas. Begitu juga dengan kematian anak, di Indonesia setiap 20

menit anak usia di bawah 5 tahun meninggal. Dengan kata lain 30.000 anak balita

meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak balita meninggal setiap tahun. Sekitar 99

% dari kematian ibu dan balita terjadi di negara miskin, terutama di Afrika dan

Asia Selatan. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena

komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain,

1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan

meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Sebagai perbandingan,

angka kematian bayi di negara maju seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000

kelahiran hidup . Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi

karena kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak

aman, tekanan darah tinggi dan persalinan lama (Anonim, 2005).

Preeklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan

penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di

Indonesia. Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan

eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan seksama.

Disamping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari

tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting dalam usaha

pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain (Sudinaya,

2003).

Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras

dan etnis. Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga

faktor lingkungan. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di

Colorado meningkatkan insiden preeklampsia. Beberapa penelitian

5

menyimpulkan bahwa wanita dengan sosio ekonominya lebih maju jarang terkena

preeklampsia. Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida dibandingkan

multigravida. Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya preeklampsia

meliputi hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit ginjal,

penyakit autoimun seperti Lupus, usia ibu yang terlalu muda atau yang terlalu tua

dan riwayat preeklampsia dalam keluarga (Sudinaya, 2003).

Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berperan sebagai

pendidik, konselor dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Oleh karena

itu pentingnya peran ibu untuk mengurangi / mencegah resiko terjadinya pre

eklampsia menjadi eklampsia.

B. RUMUSAN MASALAH

Makalah ini kami susun berdasarkan pada pengembangan dari beberapa

pokok persoalan berikut, yaitu :

1. Apa pengertian dari preeklampsia

2. Bagaimana insidensi dari preeklampsia

3. Apa etiologi dari preeklampsia

4. Bagaimana klasifikasi dari preeklampsia

5. Bagaimana patofisiologi dari preeklampsia

6. Apa manifestasi klinis dari preeklampsia

7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari preeklampsia

8. Bagaimana pencegahan dari preeklampsia

9. Bagaimana penatalaksanaan dari preeklampsia

10. Apa komplikasi dari preeklampsia

11. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan preeklampsia

C. TUJUAN

a. Untuk mengetahui pengertian dari preeklampsia

b. Untuk mengetahui insidensi dari preeklampsia

c. Untuk mengetahui etiologi dari preeklampsia

d. Untuk mengetahui klasifikasi dari preeklampsia

6

e. Untuk mengetahui patofisiologi dari preeklampsia

f. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari preeklampsia

g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari preeklampsia

h. Untuk mengetahui pencegahan dari preeklampsia

i. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari preeklampsia

j. Untuk mengetahui komplikasi dari preeklampsia

k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan

preeklampsia

7

BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Pengertian

Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling

banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan

saja pada pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari

preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat (George, 2007).

Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odem dan

protein uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam

triwulan ke 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Misalnya terdapat

Molahydatidosa (Sarwono : 2006)

Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa

berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai

dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema

akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. (Mansjoer, 2000).

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema

akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma

yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,

bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak

menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan

gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih

( Mansjoer,2008 ).

Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh

hipertensi, edema, dan proteinuria

8

Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit

digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :

1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg

atau lebih.

2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan

kualitatif;

3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam

4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium

5. Edema paru dan sianosis.

2.2 Epidemiologi

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak

faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi,

perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis dan lain-lain. Di Indonesia

frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3- 10% Sedangkan di Amerika Serikat

dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan

(23,6 kasus per 1.000 kelahiran). (Triatmojo, 2003).

Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan

dengan multigravida, terutama primigravida muda, Sudinaya (2000) mendapatkan

angka kejadian preeklampsia dan eklamsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur

sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode 1 Januari 2000

sampai 31 Desember 2000, dengan preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan

eklamsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun

dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, molahidatidosa, kehamilan

ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor

predisposisi untuk terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2005). Peningkatan

kejadian preeklampsia pada usia > 35 tahun mungkin disebabkan karena adanya

hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa dengan superimposed PIH (Deborah E

Campbell, 2006).

Di samping itu, preklamsia juga dipengaruhi oleh paritas. Surjadi, dkk

(1999) mendapatkan angka kejadian dari 30 sampel pasien preeklampsia di RSU

Dr. Hasan Sadikin Bandung paling banyak terjadi pada ibu dengan paritas 1-3

9

yaitu sebanyak 19 kasus dan juga paling banyak terjadi pada usia kehamilan diatas

37 minggu yaitu sebanyak 18 kasus. Wanita dengan kehamilan kembar bila

dibandingkan dengan kehamilan tunggal, maka memperlihatkan insiden hipertensi

gestasional (13 % : 6 %) dan preeklampsia (13 % : 5 %) yang secara bermakna

lebih tinggi. Selain itu, wanita dengan kehamilan kembar memperlihatkan

prognosis neonatus yang lebih buruk daripada wanita dengan kehamilan tunggal

(Cunningham, 2003).

2.3 Etiologi

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Tetapi

terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :

1. Spasmus arteriola

2. Retensi Na dan air

3. Koagulasi intravaskuler

Adapun teori-teori tersebut yang merupakan kemungkinan penyabab

preeclampsia adalah:

1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel

vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial

plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat.

Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstrikso

generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan

pengurangn perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume

plasma (Y. Joko, 2002).

2. Peran Faktor Imunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I

terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak

sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktivasi

komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.

3. Peran Faktor Genetik

Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada

anak dari ibu yang menderita preeklampsia.

10

4. Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus

5. Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu

mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah (Joanne, 2006).

6. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial.

Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam

patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel

endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah

wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai

pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai

dengan kemajuan kehamilan (Koerniawan, Drajat).

2.4 Klasifikasi Pre Eklamsia

1. Pre Eklamsi Ringan (PER)

a. Tekanan darah sistole 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval

pemeriksaan 6 jam.

b. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval

pemeriksaan 6 jam.

c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam 1 minggu.

d. Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif positif 1 sampai

positif 2 pada urin katerer atau urin aliran pertengahan.

2. Pre Eklamsi Berat (PEB)

a. Tekanan darah 160 / 110 mmHg.

b. Oligouria, urin kurang dari 3 cc / 24 jam.

c. Protein urin lebih dari 3 gr / liter.

d. Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri

kepala, odema paru, dan sianosis gangguan kesadaran.

e. Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan

pada retina, tromosit kurang dari 100.000 /mm. Peningkatan tanda gan

gejala pre eklamsia berat memberikan petunjuk akan terjadinya pre

eklamsia.

Perbedaan preeklampsia ringan dengan preeklampsia berat, yaitu :

Efek Preeklampsia ringan Preeklampsia beratEfek Maternal

11

Tekanan Darah Kenaikan TD sistolik pada angka ≥ 30 mmHg atau lebih, kenaikan TD diastolik pada angka ≥ 15 mmHg atau hasil pemeriksaan sebesar 140/90 mmHg dua kali dengan jarak 6 jam.

Peningkatan menjadi ≥ 160/110 mmHg pada dua kali pemeriksaan dengan jarak 6 jam pada ibu hamil yang beristirahat di tempat tidur.

Peningkatan BB Peningkatan BB > 0,5 Kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga atau peningkatan BB yang tiba-tiba sebesar 2 Kg/minggu kapan saja.

Sama seperti preeklampsia ringan.

Proteinuria 300 mg/L dalam 24 jam atau > 1 g/L secara random dengan memakai contoh urine siang hari yang dikumpulkan pada dua waktu dengan jarak 6 jam secara terpisah karena pengurangan protein dapat bervariasi.

5-10 g/L dalam jangka waktu 24 jam atau ≥ + 2 protein dipstick.

Edema Beberapa pembengkakan di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar.

Edema umum, pembengkakan yang dapat dilihat pada mata, wajah, jari, bunyi paru bisa terdengar.

Refleks Hiperfleksi + 3, tidak ada klomus di pergelangan kaki.

Hiperfleksi ≥ + 3, klonus dipergelangan kaki.

Haluaran urin Keluaran sama dengan masukan, ≥ 30 ml/jam.

Oliguria, < 30 ml/jam atau 120 ml/4jam.

Nyeri Kepala Sementara BeratGangguan penglihatan

Tidak ada Kabur

Iritabilitas Sementara BeratNyeri ulu hati Tidak ada AdaCreatinin serum Normal MeningkatTrombositopenia

Tidak ada Ada

Peningkatan AST

Minimal Jelas

Hematokrit Meningkat MeningkatEfek pada janinPerfusi plasenta Menurun Perfusi menurun, DJJ

deselerasi lambat.Premature placental aging

Tidak jelas Pada waktu lahir plasenta terlihat lebih kecil daripada plasenta normal.

12

2.5 Patofisiologi

Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi

garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.

Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat

dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh

mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi

tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan

berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan

dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air

dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi

perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan

patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh

vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003).

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan

respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan)

yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet.  Penumpukan

trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai

dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat

menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar

dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes

fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume

intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh

perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan

trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan

janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).

Perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiovaskuler

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada

preeklamsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan

dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang

secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia

13

kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik /

kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam

ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).

2. Metablisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak

diketahui penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada

penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita

dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan

sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi

glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.

Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada

preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya

dalam batas normal (Trijatmo,2005).

3. Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu

dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan

merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain

yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia

adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya

perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau

didalam retina (Rustam,1998).

4. Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia

pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan

(Trijatmo,2005).

5. Uterus

Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada

plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan

oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi

peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad

partus prematur.

14

6. Paru-Paru

Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh

edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi

pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).

2.6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada ibu hamil dengan preeklampsia secara umum adalah

sebagai berikut, yaitu :

1. Gejala subjektif

Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,

diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-

muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat

dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul. Tekanan darahpun akan

meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat (Trijatmo,

2005).

2. Tanda Objektif

Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan

tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat

lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan darah pada preklamsia berat meningkat lebih

dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga

akan menemukan takikarda, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi

ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak (Michael,2005).

Sedangkan berdasarkan klasifikasinya manifestasi klinis dari preeklampsia adalah

sebagai berikut, yaitu :

1. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :

a. Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau

lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu

kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.

b. Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada

urine kateter atau midstearm.

2. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :

a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

15

b. Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+

c. Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di

epigastrium.

e. Terdapat edema paru dan sianosis

f. Trombositopeni

g. Gangguan fungsi hati

h. Pertumbuhan janin terhambat (Lanak, 2004).

2.7 Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

1) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal

hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

3) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

b. Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati

1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

4) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat

( N= 15-45 u/ml )

5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT )

meningkat ( N= <31 u/l )

6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

2. Radiologi

a. Ultrasonografi

16

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan

intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban

sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.

2.7 Komplikasi

Resiko pre eklampsi pada ibu yaitu:

a. perubahan pada sistem saraf pusat mencakup refleks berlebihan dan kejang

b. sindrom hemolisis, kenaikan enzim hati, dan hitung trombosit rendah

(HELP SINDROME).

Resiko pre eklampsi-eklampsi pada bayi yaitu:

a. prematuritas

b. keterbatasan pertumbuhan intrauterine ( Intrauterine Growth )

Penanganan komplikasi hipertensi dalam kehamilan:

a. Jika pertumbuhan janin terhambat lakukan terminasi kehamilan

b. Jika terjadi penurunan kesadaran atau koma, kemungkinan terjadi perdara-

han serebral : turunkan tekanan darah pelan-pelan, berikan terapi suportif

c. Jika terjadi gagal jantung, ginjal atau hati berikan terapi suportif

d. Jika uji beku darah menunjukkan gangguan tekanan darah kemungkinan

terdapat koagulopati

e. Jika pasien mendapat infus dan dipasang kateter, perhatikan upaya pence-

gahan infeksi

f. Jika pasien mendapat cairan perinfus, perlu dipantau jumlah cairan masuk

dan keluar agar tidak terjadi overload cairan

2.8 Pencegahan

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-

tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan

semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan

adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas.

Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun

frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan

17

pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan

tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak

selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu

dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi

protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan

yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia

dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat

antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan

antenatal yang baik. 

2.9 Penatalaksanaan

1. Preeklamsia ringan (PER)

a. Rawat jalan

1. Anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur > 8 jam malam

hari jika susah tidur beri fenobarbital 3 x 30 mg / hari

2. Diberikan obat penunjang antara lain : vit b komplex, vit c / vit e

dan zat besi

3. Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu kemudian untuk menilai

perkembangan kehamilan dan kesejahteraan janin.

4. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam) 

b. Rawat tinggal

Kriteria untuk rawat tinggal bagi px yang telah diterapi dalam 2x

kunjungan selang 1 minggu tidak ada perbaikan klinis / laboratorium 

2. Preeklamsia berat (PEB)

a. Preeklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu

1. Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru

dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah

sebagai berikut :

a. Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler

kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler

setiap (selama tidak ada kontraindikasi)

18

b. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus

dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-

eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi)

c. Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor,

serta berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan,

sambil mengawasi timbulnya lagi gejala

d. Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi

kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung

keadaan

Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin,

maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37  minggu:

b. Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu

1. Penderita dirawat inap

a. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi

b. Berikan diit rendah garam dan tinggi protein

c. Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler, 4 gr di

bokong kanan dan 4 gr di bokong kiri

d. Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam

e. Syarat pemberian MgSO4 adalah: reflex patella positif; dieresis

100 cc dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus

tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul

10 cc

f. Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat

2. Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 ampul i.m. dan

selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali

½ tablet sehari

3. Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema

paru dan kegagalan jantung kongerstif.Untuk itu dapat disuntikan 1

ampul intravena Lasix.

4. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi

partus dengan atau tanpa amniotomi.Untuk induksi dipakai oksitosin

(pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infuse tetes

19

5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum atau forceps, jadi

ibu dilarang mengedan

6. Jangan diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi

perdarahan yang disebabkan atonia uteri

7. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi,

kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam

postpartum

8. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea.

20

BAB 3 PATHWAY

Faktor Risiko

Preeklampsia Tidak mendapat paparan informasi yang adekuat

Tidak mendapat informasi Spasme pembuluh darah klien tidak mengerti dengan penyakitnya

↓ Suplai darah ke plasenta

Maladaptasi uterus hipoksia plasenta ↓prostaglandin plasenta

iskemi Gangguan pertumbuhan ↓ Suplai O2 dan nutrisi

Plasenta pada janin

Pelepasan pelepasan rennin Mengaktifkan angiotensinogen

Tropoblastik uterus menjadi angiotensin I Intrauterine growth

retardasi

Endotheliosis Endotheliosis pada pelepasan Oleh enzim

Glomelurus trombloplastin yang dihasilkan

Pecahnya pembuluh di paru mengubah lahir prematur

darah dan RBC menjadi angiotensin II

21

Kurang pengetahuan

Risiko tinggi cedera janin

cemas

paru-paru janin system persyarafan bayi belum

↓ Hb perdarahan Merangsang korteks adrenal belum terbentuk sempurna terbentuk sempurna

menghasilkan aldosteron gangguan trermoregulasi

Endotheliosis pada glomerulus

↑ Permeabilitas kapiler terhadap protein

proteinuria

↓ Kadar albumin dalam darah (hipoalbuminnemia)

↓ Tekanan onkotik plasma

Perpindahan cairan intravaskuler ke intersisiil

edema ↓ volume cairan di dalam pembuluh darah

Visikositas darah ↑

↓ produksi urin edeme di paru-paru ↓ suplai darah perifer

oligouria Gangguan pertukaran O2 dan CO2

22

PK: anemia PK: perdarahan

Ketidak efektifan termo regulasi

Gangguan perfusi jaringan perifer

Kelebihan volume cairan

Risiko tinggi kerusakan pertukaran

gas pada janin

nyeri

sesak napas

tubuh

23

Intoleransi aktifitas

Gangguan eliminasi urin

Gangguan pertukaran gas

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian

Pada tahap pengkajian meliputi:

1. Identitas pasien

a. Nama Klien : Ny. b. Tempat Tgl Lahir : c. Umur Klien : d. Jenis Kelamin : Wanitae. Alamat : f. Status Perkawinan : kawing. Agama : h. Suku : i. Pendidikan : j. Pekerjaan : k. Tanggal MRS : l. NO. RM : m. Tanggal Pengkajian : n. Diagnosa medis : Preeklampsia

Identitas penanggung jawab

a. Nama :b. Agama :c. Pekerjaan :d. Pendidikan :e. Status perkawinan :f. Suku bangsa :g. Alamat :h. Hubungan dengan pasien :i. Alasam MRS :

2. Riwayat kesehatan

Pengakajian riwayat kesehatan didapatkan melalui anamnesa, baik dengan

pasien maupun dengan keluarga pasien. Riwayat pengkajian pasien terdiri dari:

a. Riwayat kesehatan dahulu

1. Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.

24

2. Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan

terdahulu.

3. Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.

4. Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.

b. Riwayat kesehatan sekarang

1. Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.

2. Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.

3. Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.

4. Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan

tidak tenang.

5. Edema pada ekstremitas.

6. Tengkuk terasa berat.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan tanda-tanda vital:

a. Keadaan umum : tampak lemah

b. Tekanan darah : tekanan darah tinggi (diatas 140/90 mmHg)

c. Nadi : meningkat

d. Suhu : normal

1. Kepala

- Klien mengeluhkan nyeri pada kepala

- Pasien mengeluh pusing

2. Mata

- konjungtifa sedikit anemis

- edema pada retina.

3. Telinga

- Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka keluhan

yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh.

4. Hidung

- Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka keluhan

yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh

5. Mulut

25

- Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka keluhan

yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh

6. Leher

- Terdapat nyeri dileher akibat perdarahan diabdomen yang mencapai

diafragma.

7. Dada

- Terdapat nyeri didada akibat perdarahan diabdomen yang mencapai

diafragma.

8. Pencernaan abdomen

- Nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah.

9. Ekstremitas

- Edema pada kaki juga pada tangan juga pada jari-jari.

10. Genituorinaria               

- oligura, proteinuria.

11. Pemeriksaan janin

- bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin melemah.

4. Pemeriksaan penunjang

a)   Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

1) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal

hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

3) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

b. Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati

1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

26

4) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat

( N= 15-45 u/ml )

5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT )

meningkat ( N= <31 u/l )

6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

1. Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan

intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban

sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.

4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus

dan pembukaan jalan lahir

2. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak

efektif terhadap proses persalinan

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai darah perifer

4. Kelebihan volume cairan b/d kerusakan fungsi glomerolus skunder ter-

hadap penurunan cardiac output.

5. Gangguan eliminasi urin b/d gangguan filtrasi glomerulus : anuri dan

oligouri.

6. Ketidakseimbangan  nutrisi:  kurang dari kebutuhan berhubungan den-

gan intake yang tidak adekuat.

4.3 Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan

pembukaan jalan lahir

Tujuan :

27

Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan

dapat mengantisipasi rasa nyerinya

Kriteria Hasil :

1. Ibu mengerti penyebab nyerinya

2. Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi :

1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien

R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat

menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien

terhadap nyerinya

2. Jelaskan penyebab nyerinya

R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif

3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul

R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi

vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan

02 pada jaringan terpenuhi

4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri

R/. untuk mengalihkan perhatian pasien

 

2. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak

efektif terhadap proses persalinan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau

hilang

28

Kriteria Hasil :

1. Ibu tampak tenang

2. Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan

3. Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan ibu

R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan

pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan

medikamentosa

2. Jelaskan mekanisme proses persalinan

R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi

emosional ibu yang maladaptif

3. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif

R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki

ibu efektif

4. Beri support system pada ibu

R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang

sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan

hati

3.  Kelebihan volume cairan intertisial berhubungan dangan penurunan

tekanan osmatic, perubahan permibilitas pembuluh darah, retensi sodium

dan air.

29

Tujuan : Volume cairan kembali seimbang

Intervensi :

1. Monitor dan catat intake dan output setiap hari

R/ : dengan memonitor intake dan output diharapkan dapat diketahui

adanya keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan dan

kerusakan glomerulus.

2. Monitor vital sign, catatan pengisian kapiler

R/ : Dengan memonitor vital sign dan pengisian kapiler dapat dijadikan

pedoman untuk pegganti cairan atau menilai respon dari kardiovaskular.

3.  Monitor atau timbang berat badab klien

R/ : Dengan memonitor berat badan klien dapat diketahui berat badan

yang merupakan indicator yang tepat untuk mrnunjukan keseimbangan

cairan

4. Observasi keadaan oedema

R/ : Keadaan oedema merupakan indicator keadaan cairan dalam tubuh

5. Berikan diit rendah garam sesuai dengan kolaborasi dengan ahli gizi

R/ : Diit rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan

6.  Kaji distensi vena jugularis dan perifer

R/ : Retensi cairan yang berlebihan bisa dimanifestasikan dengan pele-

baran vena jugularis dan oedema perifer

7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretika

R/ : Diuretika dapat meningkatkan filtrasi glomerulus dam menghambat

penyerapan sodium dan air dalam tubulus ginjal.

4.4 Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan perawat

dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien sesuai intervensi yang telah

dibuat.

30

4.5 Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada setiap diagnose dengan menggunakan metode

SOAP, yaitu:

S: kondisi pasien secara subyektif setelah dilakukan tindakan asuhan

keperawatan, data dapat didapatkan melalui kata-kata dari respon pasien

O: kondisi pasien secara obyektif setelah dilakukan tindakan asuhan

keperawatan, data dapat didapatkan melalui kondisi fisik pasien

A: analisis data, apakah tindakan asuhan keperawatan yang diberikan sudah

berhasil secara keseluruhan, hanya sebagaian, atau gagal total

P: rencana yang akan dilakuakn selanjutnya

31

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odem dan

protein uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi

dalam triwulan ke 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya.

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.

Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan

penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada

memberikan jawaban yang memuaskan. Pada preeklampsia didapatkan sakit

kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah

epigastrium, mual atau muntah-muntah.

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-

tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan

semestinya.

5.2 Saran

1. Preeklampsia adalah salah satu penyakit yang berbahaya pada ibu hamil,

oleh karena itu hendaknya upaya preventif dilakukan agar tidak terjadi

masalah tersebut.

2. Ibu yang hamil hendaknya memeiksakan kehamilannya secara teratur

untuk mengetahui jika ada tanda-tanda dini preeklampsia.

32

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat. Chrisdiono. 2003. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:

EGC

Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi

9. Jakarta: EGC

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisologis dan

Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:

EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan

Ginekologi. Jakarta: EGC.

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama.

Jakarta: Media Ausculapius.

Sudinaya, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidannan, Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta EGC

Triatmodjo. 2005. Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo:

Jakarta.

33