askep remaja
DESCRIPTION
askep remajaTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA TAHAP ANAK USIA REMAJA
A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP ANAK USIA REMAJA
1. Batasan Tahap Perkembangan
Tahap ini merupakan tahap adolense (remaja), dimulai pada saat masa puber
dan berakhir pada usia 12-18 tahun/anak. Di dalam tahap ini lingkup lingkungan
semakin luas, tidak hanya di lingkungan keluarga atau sekolah, namun juga di
masyarakat. Pencarian jati diri mulai berlangsung dalam tahap ini. Apabila seorang
remaja dalam mencari jati dirinya bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan
tercipta identitas yang baik pula. Namun sebaliknya, jika remaja bergaul dalam
lingkungan yang kurang baik maka akan timbul kekacauan identitas pada diri remaja
tersebut.
Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak dengan dewasa,
dimana pada masa itu terjadi perubahan biologis, intelektual, psikososial dan
ekonomi. Selama periode ini, individu mengalami kematangan fisik dan seksual,
peningkatan kemampuan dan mampu membuat keputusan edukasi dan okupasi.
Batasan remaja menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia) adalah usia 12
sampai 24 tahun. Remaja di tandai dengan munculnya ciri-ciri kelamin sekunder,
seperti timbulnya rambut disekitar ketiak, kemaluan, pada laki-laki tumbuh kumis,
jenggot, bulu dada, suara membesar, mimpi basah, sedangkan pada wanita mengalami
menstruasi, pinggul membesar, payudara membesar. Remaja juga mengalami
perubahan psikis atau mental emosional dan masih labil.
Remaja dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:
a. Remaja awal : antara 11 hingga 13 tahun
b. Remaja pertengahan: antara 14 hingga 16 tahun
c. Remaja akhir: antara 17 hingga 19 tahun (Thornburgh)
2. Tugas Perkembangan Keluarga
Tugas perkembangan yang pertama dan utama adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja matur dan semakin mandiri. Orang
tua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya secara
progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya ke arah suatu hubungan
yang makin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam hubungan anak dan orang tua ini
salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik sepanjang jalan
(Friedman, 1998, hal. 126).
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua
anggota keluarga, khususnya orang tua harus membuat “perubahan sistem” utama
yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja.
Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan adalah
“secara paradoks sistem keluarga yang dapat membiarkan anggotanya adalah sistem
yang akan bertahan dan menghasil sistem itu sendiri secara efektif pada generasi-
generasi berikutnya” (Friedman, 1998, hal. 126).
Orang tua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri,
tidak membiarkan anak-anaknya sering kali menemukan “revolusi”. Oleh remaja bila
perpisahan berlangsung kemudian. Orang tua dapat juga mempercayai anak agar
mandiri secara prematur dengan menyampaikan kebutuhan-kebutuhan
ketergantungannya. Dalam hal ini remaja ini dapat gagal mencapai kemandirian
(Wright an Leahey, 1984, dalam Friedman, 1998, hal. 126).
Menyangkut tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan pusat
perhatian. Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami istri adalah
memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Willson, 1988). Banyak sekali
pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan berbagai tanggung jawab
sebagai orang tua sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama
dalam kehidupan mereka. Suami biasanya menghabiskan banyak waktu di luar rumah,
karena bekerja dan melanjutkan karirnya, dan istri juga bekerja sementara mencoba
meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab sebagai orang
tua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa sedikit waktu dan energi untuk hubungan
perkawinan ( Friedman, 1998, hal. 126).
Akan tetapi di sisi lain, karena anak-anak lebih bertanggung jawab terhadap
mereka sendiri, pasangan suami istri meninggalkan rumah untuk meniti karir mereka
atau dapat menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anaknya telah
meninggalkan rumah (postparental). Mereka dapat mulai membangun pondasi untuk
tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya (Friedman, 1998, hal. 126).
Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para
anggota keluarga, khususnya orang tua dan remaja untuk berkomunikasi secara
terbuka. Karena adanya kesenjangan antara generasi, komunikasi terbuka sering kali
hanya merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita. Orang tua yang berasal dari
keluarga dengan berbagai masalah terbukti sering kali menolak dan memisahkan diri
dari anak mereka paling tua, sehingga mengurangi saluran-saluran komunikasi
terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya ( Friedman, 1998, hal. 126).
Mempertahankan etika dan standar keluarga merupakan tugas-tugas
perkembangan keluarga lainnya (Duvall dan Miller, 1985). Meskipun aturan-aturan
dalam keluarga belum diubah, etika dan standar moral keluarga belum tetap
dipertahankan oleh orang tua. Remaja sangat sensitive terhadap ketidakcocokan
antara apa dikatakan dengan apa yang dipraktikkan. Namun, orang tua dan anak-anak
dapat belajar dari satu sama lain dalam masyarakat yang majemuk dan berubah
dengan cepat saat ini. Transformasi nilai dari kaum muda juga mentransformasikan
keluarga. Adopsi gaya hidup yang lebih bebas dan sederhana melambangkan
transformasi nilai yang mempengaruhi setiap tahap kehidupan keluarga
(Yankelowich, 1975, dalam Friedman, 1998, hal. 126).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi).
b. Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan remaja yang harus dipenuhi
seperti:
a. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama
jenis maupun lawan jenis
b. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
c. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
d. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
e. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
f. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
h. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya
kompetensi sebagai warga negara
i. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara
sosial
j. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku
(Havighurst dalam Hurlock, 1973).
3. Risiko Masalah yang Mungkin Muncul
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga terus-menerus mengritik atau
membuat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku
anggota keluarga sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini
hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia,
terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat
tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa
aman. Mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas
perkembangan masa remaja. Jika hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan,
perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki
kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih matang.
Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan
hubungan yang buruk dengan orang-orang di luar rumah. Meskipun semua hubungan,
baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak kadang-kadang tegang,
namun orang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap
tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial
yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-
anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh,
canggung, dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan.
Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya
karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita, dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting
dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan
gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya.
Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng dengan menjadi anggota geng
mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus
terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari
kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan
ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya secara
individual. Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang
berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai
kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan
tetapi di sisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual
di luar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi,
bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan
ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya. Syarat-syarat ini sangat berat dan
mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari
kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno.
Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi
mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi. Cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi kontrol secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara
bertahap sampai akhirnya dewasa.
Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam
memenuhi tugas-tugas perkembangan keluarga, yaitu:
a. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan
kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial,
tugas dan nilai-nilai.
b. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas
pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau
penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan
lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Dalam buku fundamental keperawatan Potter & Perry, masalah kesehatan
remaja ada 5 (lima), yaitu:
a. Cedera tidak disengaja. Hampir 70% remaja meninggal karena kecelakaan
kendaraan bermotor,kecelakan ini sering berkaitan dengan inkoksikasi alkohol
atau penyalahgunaan obat. ,penyebab lainnya tawuran, tenggelam dan senjata api.
b. Penggunaan senjata api dan kekerasan. Kekerasan adalah salah satu penyebab
utama kematian di kalangan anak muda, terutama laki-laki.
c. Penggunaan serutu, alkohol dan obat. Remaja menyakini bahwa zat yang
mengubah alam perassaan menciptakan perasaan sejahtera atau membuktikan
tingkat penampilan.
d. Bunuh diri, ini merupakan penyebab utama ketiga kematian remaja, hal ini karena
sifat remaja yag memiliki tingkat emosional tinggi dan tingkat depresi yang tinggi.
Perawat harus mewasapada terhadap tanda perinagatan berikut, yang sering terjadi
setidaknya sebulan sebelum melakukan usaha bunuh diri ( mattsson, 1992):
1) Penurunan kinerja disekolah
2) Menarik diri
3) Hilangnya inisiatif
4) Kesepian, kesedihan, dan menangis
5) Gangguan selera dan tidur
6) Verbalisasi gagasan bunuh diri
e. Penyakit menular seksual. Penyakit Menular Seksual biasanya dialami oleh
remaja yang aktif secara seksual, seperti sering gonta-ganti pcar / pasangan
ataupun remaja yang sering menggunakan jasa pekerja seks. Beberapa diantaranya
seperti gonore, sifilis, klamidia, herpes genitalis, kondiloma akuminata, HIV dan
lain-lain. Penyakit menular remaja dialami sekitar 10juta orang per tahun dibawah
usia 25 tahun.
4. Tumbuh Kembang Individu yang Menjadi Fokus
a. Pertumbuhan Masa Remaja (Wong, 2004)
1) Remaja awal (usia 11 – 14 tahun)
Pertumbuhan meningkat cepat, mencapai puncak kecepatan, dan tampak
karakteristik seks sekunder (Wong, 2004).
2) Remaja tengah (usia 14 – 17 tahun)
Pertumbuhan melambat pada anak perempuan, bentuk tubuh mencapai 95 %
tinggi orang dewasa, karakteristik seks sekunder tercapai dengan baik. (Wong,
2004).
3) Remaja akhir (usia 17 – 20 tahun)
Matang secara fisik, struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir lengkap.
(Wong, 2004).
b. Perkembangan Masa Remaja (Wong, 2004)
1) Remaja awal (usia 11 – 14 tahun)
a) Kognitif
Menggali kemampuan baru untuk pikiran abstrak yang terbatas, mencari-cari
nilai dan energi baru, perbandingan terhadap “normalitas” dengan sebaya yang
jenis kelaminnya sama (Wong, 2004).
b) Identitas
Terus menerus memikirkan perubahan tubuh yang cepat, mencoba berbagai
peran, pengukuran ketertarikan dengan penerimaan atau penolakan terhadap
sebaya, menegaskan norma-norma kelompok. Pada fase ini remaja dihadapkan
pada krisis identitas kelompok versus pengasingan diri (Wong, 2004).
c) Hubungan dengan orang tua
Mendefinisikan batasan kemandirian ketergantungan, keinginan yang kuat
untuk tetap tergantung pada orang tua, sambil mencoba untuk memisahkan
diri, tidak ada konflik utama terhadap kontrol parental (Wong, 2004).
d) Hubungan dengan sebaya
Mencari afiliasi sebaya untuk menghadapi ketidaksetabilan yang diakibatkan
oleh perubahan yang cepat, peningkatan pertemanan ideal yang dekat dengan
anggota, dengan jenis kelamin yang sama, berjuang untuk menguasai dan
mengambil tempat di dalam kelompok (Wong, 2004)
e) Seksualitas
Eksplorasi diri dan evaluasi kencan terbatas. Pada fase ini, remaja memilih
pasangan berdasarkan karakteristik fisik dan kepribadian yang diterima oleh
kelompok teman sebaya. Dengan adanya hubungan ini remaja mengeksplorasi
dan memahami perasaan romantis (Wong, 2004).
f) Psikologis
Pada masa tersebut mulai muncul tingkah laku impulsif secara bertahap tanpa
adanya kemampuan kognitif untuk memahami tingkah laku tersebut. Rasa
marah diekspresikan dengan kemurungan, ungkapan yang meledak-ledak
(Rudolph, 2006)
2) Remaja tengah (usia 14 – 17 tahun)
a) Kognitif
Mengembangkan kapasitas untuk berfikir abstrak, menikmati kekuatan
intelektual, sering dalam istilah idealistis, prihatin dengan filosofis, politis, dan
masalah social. Hal tersebut terjadi karena pada fase ini, remaja mampu
berpikir tentang pikiran mereka sendiri dan pikiran orang lain. Remaja mulai
mampu membedakan pikiran orang lain dan pikiran mereka sendiri dan
mengintepretasikan pikiran orang lain secara lebih akurat. Mereka mampu
memahami bahwa beberapa konsep adalah mutlak atau tidak, bergantung pada
faktor-faktor pengaruh lainnya (Wong, 2004).
b) Identitas.
Mengubah citra diri menjadi sangat berfokus pada diri sendiri, narsisme
(kecintaan pada diri sendiri) meningkat. Individu berharap untuk memperoleh
otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan dari
difusi peran ((Wong, 2009).
c) Hubungan dengan orang tua.
Konflik utama terhadap kemandirian dan control. Fase ini merupakan titik
terendah dalam hubungan orang tua – anak. Remaja menjadi lebih kompeten
sehingga remaja memelukan otonomi yang lebih besar, sementara kekurangan
uang atau rintangan dari orang tua menjadi penghalang (Wong, 2009).
d) Hubungan dengan sebaya.
Kebutuhan identitas yang kuat untuk memantapkan citra diri, setandard
perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya, penerimaan oleh sebaya sangat
penting/rasa takut akan penolakan dan eksplorasi terhadap kemampuan untuk
menarik lawan jenis.
e) Seksualitas.
Remaja mulai mengembangkan perasaan romantis, dan kebanyakan remaja
memulai percobaan seksual. Pada fase ini, remaja memilih pasangan
berdasarkan karakteristik fisik dan kepribadian yang diterima oleh kelompok
teman sebaya. Dengan adanya hubungan ini remaja mengeksplorasi dan
memahami perasaan romantis (Wong, 2009).
f) Psikologis.
Pertumbuhan kognitif cepat disertai dengan pemikiran operasional formal
sehingga mampu memahami konsep-konsep yang kompleks, yang memicu
pertanyaan pada pemikiran dan tingkah laku layaknya orang dewasa. Lebih
instrospektif, kecenderungan untuk menarik diri ketika marah atau psaat
merasakan sakit hati, ketidakstabilan emosi (kebimbangan), dan tingkah laku
yang impulsif (Rudolph, 2006)
3) Remaja akhir (usia 17 – 20 tahun)
a) Kognitif
Mencapai pikiran abstrak, dapat menerima dan bertindak pada pelaksanaan
jangka panjang, mampu memandang masalah secara komprehensif, identitas
intelektual dan fungsional terbentuk. (Wong, 2004).
b) Identitas
Definisi citra tubuh dan peran jender hampir menetap, identitas seksual
matang, fase konsolidasi tentang identitas, stabilitas harga diri, nyaman
dengan pertumbuhan fisik, peran sosial terdefinisi dan terartikulasi (Wong,
2009).
c) Hubungan dengan orang tua
Perpisahan emosional dan fisik dari orang tua terselesaikan, bebas dari orang
tua dengan sedikit konflik dan emansipasi hampir terjamin. Konflik dengan
keluarga mengenai masalah moral dan etik timbul karena pandangan
sosiosentrik dan bukan lagi sebagai masalah egosentrik (Rudolph, 2006).
d) Hubungan dengan sebaya.
Kepentingan individu dalam kelompok yang bersifat pertemanan sebaya mulai
berkurang, mereka mulai masuk pada tahap hubungan yang lebih serius dari
sekedar pertemanan biasa. Mereka mulai menjajagi kemungkinan hubungan
yang permanen antara pria danwanita (Wong, 2009).
e) Seksualitas.
Membentuk hubungan yang stabil dan saling tertarik, meningkatkan kapasitas
untuk mutualitas, berkencan sebagai pasangan pria-wanita, keintiman
melibatkan komitmen dari pada eksplorasi dan romantisme. Pilihan pasangan
kemungkinan lebih didasarkan pada karakteristik dan ketertarikan pribadi
(Wong, 2009).
f) Kesehatan psikologis
Identitas personal telah terbentuk, Emosi lebih konstan dan perasaan marah
lebih terkontrol (Rudolph, 2006)
c. Teori Perkembangan (A.Aziz Alimul Hidayat, 2008)
1) Teori Perkembangan menurut Freud (Psikoseksual)
Pada perkembangan psikoseksual anak, pertama kali dikemukakan oleh
Sigmund Freud yang merupakan proses dalam perkembangan anak dengan
pertambahan kematangan fungsi struktur serta kejiwaan yang dapat menimbulkan
dorongan untuk mencari rangsangan dan kesenangan secara umum untuk
menjadikan diri anak menjadi orang dewasa.
Pada masa remaja anak berada pada tahap genital (Organ genital menjadi
sumber utama ketegangan dan kesenangan seksual). yaitu terjadi pada umur lebih
dari 12 tahun. Tahap ini dimulai pada saat pubertas dengan maturasi sistem
reproduksi dan produksi hormone-hormon seks.Kepuasan pada masa anak pada
fase ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang
terhadap lawan jenis. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).
2) Teori Perkembangan menurut Erikson (Psikososial)
Merupakan perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial,
perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson bahwa anak dalam
perkembangannya selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan untuk mencapai
kematangan kepribadian anak.
Tahap identitas dan kebingungan peran terjadi pada masa remaja dengan
perkembangan sebagai berikut, terjadi perubahan dalam diri anak khususnya
dalam pisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukan
identitas dirinya seperti siapa saya, kemudian apabila kondisi tidak sesuai dengan
suasana hati maka dapat menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran.
3) Teori Perkembangan menurut Piaget (Kognitif)
Perkembangan kognitif pada anak, Piaget membagi dengan empat tahap,
diantaranya tahap sensori motor, tahap pra operasional, tahap konkrit, dan tahap
formal operasional.
Pada usia 11 sampai 15 tahun terjadi tahap formal operasional. Remaja
dapat berfikir dengan menggunakan istilah-istilah abstrak, menggunakan simbol
abstrak, dan menarik kesimpulan logis dari serangkaian observasi. Mereka dapat
membuat hipotesis dan mengujinya, mempertiimbangkan hal-hal yang abstrak,
teori dan filosofi.
BAH 11
ASUHAN KEPERAWATAN
B. PROSES KEPERWATAN
Pengkajian
1. Data Umum
1) Identitas kepala keluarga
2) Komposisi anggota keluarga
3) Tipe keluarga
4) Genogram
5) Suku bangsa
6) Agama
7) Status sosial ekonomi keluarga
2. Pengkajian Lingkungan
1) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
2) Sistem pendukung keluarga
3. Struktur keluarga.
1) Pola komunikasi keluarga.
2) Struktur Kekuatan keluarga.
3) Struktur Peran.
4. Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif.
2) Fungsi Sosialisasi
3) Fungsi ekonumi
5. Stres dan koping keluarga
1) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
2) Strategi koping yang diigunakan
6. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
7. Pengkajian data fokus keluarga dengan anak usia remaja dalam Suprajitno (2004, hal.
37) meliputi:
1) Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah?
2) Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang?
3) Bagaimana perilaku anak selama di rumah?
4) Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah
atau bermain?
5) Siapa saja yang berada di rumah selama anak remaja di rumah?
6) Bagaimana prestasi anak di sekolah dan prestasi apa yang pernah diperoleh anak?
7) Apa kegiatan di luar rumah selain disekolah, berapa kali, berapa lama, dan di
mana?
8) Apa kebiasaan anak di rumah?
9) Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri?
10) Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak?
11) Siapa yang menjadi figur bagi anak?
12) Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak?
13) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Diagnosa Keperawtan
1. Koping individu tidak efektif
2. Perilaku destruktif
3. Depresi
4. Nutrisi kurang/lebih
5. Resiko terjadi cedera
6. Resiko terjadi penyimpangan seksual
7. Kurang perawatan diri
8. Distress spritual
9. Resiko penyalahgunaan obat
10. Potensial peningkatan kebugaran fisik
11. Potensial peningkatan aktualitasi diri
12. Konflik keluarga
13. Gangguan citra tubuh
Rencana Asuhan Keperawatan Keluraga
Resiko tinggi konflik keluarga (hubungan keluarga tidak harmonis) berhubungan dengan
ketidakmampuan mengenal masalah yang terjadi pada remaja.
Intervensi
1. Diskusikan faktor penyebab
2. Diskusikan tugas perkembangan keluarga
3. Diskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
4. Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
5. Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
6. Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
7. Berikan pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membuat
alternatif
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A & Azis, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak 1. Salemba Medika.
Wong Donna L. 2004. Pedoman Klinis Kperawatan Pediatrik edisi 4.
Wong Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1.
Patricia A. Potter & Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Rudolph Abraham M. 2006. Buku Ajar Pediatri. Jakarta: EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN 1
Bina hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga serta menjelaskan cirri
perkembangan remaja yang normal dan menyimpang.
Fase orientasi:
“ass wr wb.selamat pagi bu,saya suster mutia dari akper depkes yang sedang dinas di PKM
jeulingke,seperti yang saya sampaikan hari saya ingin bertemu dengan adik niar dan ibu
untuk mendiskusikan perkembangan adi niar yang sudah remaja.apa kabar niar? Di mana kita
akan bicara bu,niar? Kira kira sekitar 20-30 menit saja,apakah niar dan ibu bersedia? Di mana
kita akan bicara ? di ruangan ini? Baiklah kita akan diskusikaan selama kurang lebih 30 menit
bu ,niar.
Fase kerja:
Ini saya bawakan leaflet tentang perkembngan remaja,silakan ibu dan niar membacanya.di
situ ada di tuliskan cirri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang.apakah
menurut ibu perkembangan niar sudah sesuai dengan yang tertulis di situ? Sebagian sudah?
Sebagian lagi masih belum ya,yang mana? Ibu dan niar bisa berkembang lebih baik? Kalau
begitu akan saya jelaskan caranya.tugas utama remaja adalah mencapai identitas diri nya
yang berrti mengenai jati dirinya,kelebihan,kekurangan,tujuan hidup,peran di keluarga dan
masyarakat,bila remaja tidak bisa mencapai tugas tersebut maka pada tahap sselanjutnya akan
mengalami kebingungan, ketidakpastiaan hidup, kesulitan mengambil keputusan.supaya niar
bisa mencapai identitas diri maka niar harus bergaul dengan banyak orang,mengikuti kegiatan
di luar kegiatan sekolah ,punya orang yang bisadi ajak curhat.selain itu ibu juga harus
berperan sebagai model interaksi social bagi niar dan perlu di ciptakan lingkungan yang
nyaman bagi niar untuk bisa beraktivitas dengan teman temannya.
Fase terminasi:
Apakah menurut ibu dan niar hal itu bisa di lakukan ? belum tahu ya? Kalau begitu silahkan
ibu dan niar pikirkan lagi kemungkinan nya, kita bisa diskusikan lagi minggu depan.kira kira
hari apa ibu? Baiklah apakah masih ada yang ingin di tanyakan lagi? Kalu tidak ada lagi saya
ucapkan terimakasih untuk waktunya dan silahkan ibu membaca dan mencoba cara yang
tertulis di leaflet itu.saya akan kesini lagi.minggu depan untuk mendiskusikan cara yang akan
ibu lakukan.ass wr wb.
STRATEGI PELAKSANAAN 11
Melatih dan mendemonstrasikan cara memfasilitasi perkembangan remaja.
Fase orientasi:
“assalamualaikum wr wb.selamat pagi .apakabar ibu ? sesuai dengan perjanjian kita
kemarin,hari ini saya dating lagi untuk mendiskusikan cara yang ibu lakukan untuk
memfalisitasi perkembangan niar.menurut ibu apakah ada perubahan perilaku naira sesudah
kita bicarakan minggu lalu ? belum ada? Di mana kita akan bicara ibu? Di teras ini saja?
Baiaklah kita akan bicarakan selama kurang lebih 30 menit ya.bisakan niar di ajak diskusikan
juga ,nanti setelah kita selesai diskusi .kalau kebetulan niar ada ,aya jugan akan berbicara
dengan anda.
Fase kerja:
“kemarin kita sudah bicarakan tengtang cara membuat perkembangan niar lebih optimal,
apakah ibu sudah melakukan beberapa cara yang tertulis di leafleat ini ? apakah ibu
mengalami kesulitan untuk melakukannya? Apa penyebabnya? Baiklah kita diskusikan
bersama disini .
“apa kabar niar.bagaimana sekolah tadi ? masih ingat saya kan? Saya mau ajak niar soal
kelebihan dan kekurangan yang niar miliki dan menurut niar apayang dapat lakukan untuk
keluarga? Menurut niar, apa kelebihan yang niar punya? Dari fisik,social,prestasi dan lain
lainnya,sekarang kekurangan niar apa? Dengan kelebihan dan kekurangan itu,bagaimana
pendapat niar tentang diri niar sendiri? Menurut niar apayang sudah niar lakukan untuk
keluarga? Coba Tanya pada orang tua niar, apa yang membuat mereka bangga pada niar, nah
niar,bahwa niar tahu berbicara langsung dengan orang tua juga menyenangkan dan niar juga
jadi tahu bahwa orang tua niar juga bangga kan.
“tadi ibu sudah melihat bagaimans saya membantu niar mengenali dirinya,ibu dapat
menerusakan dengan memfasilitasi kegiatan lainnya supaya dia lebih merasa punya
percayadiri dan dapat berinteraksi dengan orang lian.
Fase terminasi:
Nah ibu dan niar kita sudah selesai mendiskusikan kelebihan ,kekurangan dan peran niar.ibu
dapat meneruskan kegiatan simulasi lainya untuk niar. Apakah masih ada hal lain yang ingin
ibu tanyakan? Sudah cukup? Kalau begitu saya permisi dulu dan kalu kesulitan hubungi saya
di puskesmas jeulingke, saya bertugas di sana dan saya akan senang sekali membantu
ibu.terimakasih untuk waktunya bu, assalamualaikum.