askep rhd sgd 5

53
ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATIC HEART DISEASE (RHD) OLEH : SGD 5 Ni Putu Aries Susanti (0802105002) Ni Luh Putu Shinta Devi (0802105010) Ni Putu Prima Wulandari (0802105016) Ni Wayan Budi Arthini (0802105023) I Putu Wira Pradana (0802105027) Ni Komang Ayu Ariati (0802105035) Si Ayu Dwipayani (0802105047) Komang Yogi Triana (0802105055) A.A Sg. Istri Kusumadewi (0802105064) Putu Agus Sugiartama (0802105066)

Upload: fuzy-brengoz

Post on 06-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP RHD SGD 5

ASUHAN KEPERAWATAN

RHEUMATIC HEART DISEASE (RHD)

OLEH :

SGD 5

Ni Putu Aries Susanti (0802105002)

Ni Luh Putu Shinta Devi (0802105010)

Ni Putu Prima Wulandari (0802105016)

Ni Wayan Budi Arthini (0802105023)

I Putu Wira Pradana (0802105027)

Ni Komang Ayu Ariati (0802105035)

Si Ayu Dwipayani (0802105047)

Komang Yogi Triana (0802105055)

A.A Sg. Istri Kusumadewi (0802105064)

Putu Agus Sugiartama (0802105066)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2009

Page 2: ASKEP RHD SGD 5

TINJAUAN TEORI

a. Pengertian

Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart

Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung

yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis

katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).

b. Etiologi / penyebab

Rheumatic Heart Disease terjadi setelah terinfeksi bakteri streptoccus beta

hemolyticus grup A

c. Epidemiologi

Prevalensi penyakit jantung rematik yang diperoleh dan penelitian WHO mulai

tahun 1984 di 16 negara sedang berkembang di Afrika, Amerika Latin, Timur

tengah, Asia Tenggara dan Pasifik Barat berkisar 0,1 sampai 12,6 % dari jumlah

penduduk keseluruhan, dengan prevalensi rata-rata sebesar 2,2 %.

pada tahun 1990-an berkisar Dari suatu penelitian yang dilakukan di India Selatan

diperoleh prevalensi sebesar 4,9 %, sementara angka yang didapatkan di Thailand

sebesar 1,2 sampai 2,1 %.Prevalensi jantung rematik di Indonesia menunjukkan

bahwa Prevalensi penyakit jantung rematik berkisar 0,3 sampai 0,8 % setiap

tahunnya. Di AS setiap tahun dilaporkan sekitar 10.000 – 15.000 penderita

dengan jantung rematik

d. Manifestasi klinis / tanda dan gejala

Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah

mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di

kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea),

atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut

Page 3: ASKEP RHD SGD 5

menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu

saja demam.

e. Patofisiologi

Streptococcus

Kuman melekat pada sel epitel saluran pernafasan bagian atas

Sel ß memproduksi anti bodi antistreptococcus

Reaksi antigen anti bodi

Demam rematik Hipertermia

Streptococcus menghasilkan enzim yang bersifat merusak, menyebar ke seluruh jaringan tubuh melalui darah hingga sampai ke katup jantung

Enzim merusak katup jantung

RHD

Akut Kronik

Menyebebkan infeksi Terbentuk jaringan parutpada pericardium, miokardium,endokardium

Inflamasi

Oedema pada jantung

Obstruksi pembentukan darah

Ganguan aliran atau sirkulasi darah jantung

Gangguan Gangguan aliran Ganguan Penurunan

aliran darah darah ke jaringan aliran darah curah jantung perifer ke muskoloskeletal

Page 4: ASKEP RHD SGD 5

Substansi pengangkut O2 Kekurangan O2 Kekurangan O2

berkurangSubstansi Kekurangan O2 Kekurangan O2

pengangkut O2

berkurang terjadi

sianosis

Metabolisme basalGangguan tergangguperfusi jaringan

Energi yang terbentuk O2 menuju Metabolisme anaerob berkurangparu-paru berkurang Kelelahan

Sesak nafas Penimbunan Intoleransi aktivitasAsam laktat

Gangguan rasa nyaman/ nyeri

Pola nafas Tidak efektif

f. Pemeriksaan diagnostic

Selain dengan adanya tanda dan gejala yang tampak secara langsung dari fisik,

umumnya akan dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, misalnya;

pemeriksaan darah rutin, ASTO, CRP, dan kultur ulasan tenggorokan. Bentuk

pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan dilakukannya echocardiografi

untuk melihat kondisi katup-katup jantung dan otot jantung.

g. Penatalaksanaan

Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih ada

infeksi oleh kuman Streptococcus, maka hal utama yang dilakukan adalah

Page 5: ASKEP RHD SGD 5

pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika

penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi

terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau

golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah

Cortisone and Aspirin.

Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan

terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal

jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet

bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.

Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi.

Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik

untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi

surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih

terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan

follow up jangka panjang.

h. Prognosis

Prognosis RHD terdiri dari lama penyakit, kesempatan komplikasi dari penyakit,

kemungkinan hasil, prospek untuk pemulihan, pemulihan periode untuk penyakit,

harga hidup, tingkat kematian, dan hasil kemungkinan lainnya dalam keseluruhan

prognosa dari penyakit jantung reumatik.

Page 6: ASKEP RHD SGD 5

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 April 2009, pkl 07.30 wita, dengan sumber data dari

pasien, keluarga, dan catatan medik.

1. Identitas

Pasien Penanggung jawab

Nama AN JK

Umur 10 tahun 48 tahun

Jenis kelamin Perempuan Laki-laki

Pendidikan SD SLTA

Pekerjaan Siswa pegawai swasta

Agama Hindu Hindu

Status belum kawin kawin

Suku bangsa Bali/Indonesia Bali/Indonesia

Alamat Jalan Imam Bonjol 338X

Dps

Jalan Imam Bonjol 338X

Dps

Hubungan dengan pasien Ayah kandung

2. Keluhan Utama

Saat MRS (Masuk Rumah Sakit) : Pasien mengatakan demam dan nyeri sendi dan

nyeri bertambah saat sendi digerakkan

3. Riwayat penyakit

Page 7: ASKEP RHD SGD 5

Berdasarkan riwayat kesehatan dari ibunya, anak mengalami nyeri di tenggorokan

sekitar sebulan yang lalu dan sembuh sendiri sehingga pemeriksaan diarahkan

pada kemungkinan demam rematik.

4. Data Biopsikososial-spiritual

a. Oksigen

Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas baik

inspirasi maupun ekspirasi.

Saat pengkajian pasien mengatakan bahwa ia sulit bernafas dan pola

nafasnya tidak teratur.

b. Nutrisi

Pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk,

sayur, kadang-kadang buah. Pasien minum 6-8 gelas sehari air putih ±

(1200 cc – 1600 cc).

Saat pengkajian ibu pasien mengatakan merasa mual, tidak nafsu makan,

makanan hanya habis 1/4 porsi. Pasien hanya makan 2 kali sehari. Pasien

mengatakan minum air putih 3-5 gelas sehari ± (600 cc – 1000 cc)

c. Eliminasi (BAB / BAK)

Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari di kamar mandi dengan

konsistensi lembek berwarna kuning, bau khas faeses. Pasien BAK 5-6

kali sehari ± (1100 cc – 1300 cc), bau pesing, warna kuning.

Saat pengkajian pasien mengatakan BAB 1 kali sehari di kamar mandi

dengan konsistensi lembek berwarna kuning, bau khas faeses. Pasien BAK

5-6 kali sehari ± (1100 cc – 1300 cc), bau pesing, warna kuning.

d. Gerak dan aktifitas

Sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktivitas seperti biasa (sekolah,

dan bermain).

Page 8: ASKEP RHD SGD 5

Saat pengkajian pasien mengatakan merasa nyeri yang sangat hebat

sehingga menolak untuk disentuh. Pasien mengeluh nyeri pada sekitar

umbilical sampai ke area diafragma,pasien tampak meringis akibat nyeri,

tampak lesu, dan tidak bergairah.

e. Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit pasien biasa tidur ± 8 jam sehari yaitu dari pukul 22.00-

06.00 wita. Pasien tidak biasa tidur siang.

Saat pengkajian ibu pasien mengatakan pasien megalami susah tidur

akibat nyeri yang dirasakan. Pasien terbangun tiap 2 jam sekali.

f. Pengaturan suhu tubuh

Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami peningkatan suhu

tubuh.

Saat pengkajian pasien mengalami peningkatan suhu tubuh. Pasien tampak

menggigil.

g. Rasa Nyaman

Pasien mengeluh merasa nyeri yang sangat hebat sehingga menolak untuk

disentuh. Pasien mengeluh nyeri pada sekitar umbilical sampai ke area

diafragma,sendi pergelangan tangan, pergelangan kaki, lutut, sikut yang

muncul bergantian, pasien tampak meringis.

h. Kebersihan Diri

Pasien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari dengan sabun dan

dikeringkan dengan handuk, mencuci rambut 2 kali seminggu, gosok gigi

2 kali sehari, pasien mengganti pakaian 1 kali sehari, pasien mengatakan

memotong kuku apabila panjang.

Saat pengkajian pasien mengatakan tidak bisa ke kamar mandi sendiri dan

memakai pakaian sendiri, pasien mengatakan susah keramas dan

menggosok gigi sehingga membutuhkan bantuan orang lain.

Page 9: ASKEP RHD SGD 5

i. Rasa Aman

Pasien mengatakan merasa aman di Rumah sakit karena ada keluarga dan

petugas yang siap membantunya.

j. Sosialisasi

Hubungan pasien dengan petugas baik, dengan keluarga baik,

berkomunikasi inter dan antar keluarga baik.

k. Melaksanakan ibadah

Pasien beragama Hindu. Pasien sering berdoa.Pasien mengatakan

penyakitnya bukan disebabkan oleh ilmu hitam. Pasien yakin penyakitnya

karena masalah kesehatan.

l. Rekreasi

Pasien mengatakan memiliki hobi bermain bersama teman sebayanya.

m. Prestasi

Pasien mengatakan memiliki prestasi sebagai peringkat 10 besar di

kelasnya..

n. Belajar

Pasien mengatakan tidak memahami mengenai pencegahan penyakitnya,

perawatan dan tindakan yang harus dilakukan, pasien tampak bertanya

pencegahan, perawatan dan pengobatannya.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : kesadaran compos mentis, bangun tubuh sedang, postur

tubuh tegak, turgor kulit menurun, warna kulit sawo matang, BB 23 kg,

TB 127cm.

Page 10: ASKEP RHD SGD 5

b. Gejala kardinal 385 0C, nadi 55 kali/menit, respirasi 35 kali/menit, tekanan

darah 90/55 mmHg

c. Keadaan fisik

1) Kepala

Bentuk normochepali, warna rambut hitam, keriting, tidak ada

ketombe, nyeri tekan ada.

2) Wajah

Bentuk simetris, ada pembengkakan di bagian mata.

3) Mata

Konjungtiva palbebra merah muda +/+, sklera putih +/+, kornea

bening, reflek pupil +/+, pergerakan bola mata baik.

4) Telinga

Bentuk simetris, pendengaran baik, tidak ada serumen

5) Hidung

Bentuk simetris, ada pernapasan cuping hidung, mukosa hidung

merah muda, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan, kebersihan

cukup.

6) Gigi dan Mulut

Mukosa bibir kering, gigi lengkap, caries tidak ada, gusi pucat,

kebersihan gigi cukup.

7) Leher

Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,

tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, serta tidak ada bendungan

vena jugularis.

8) Thorax

Bentuk simetris, gerakan simetris, frekuensi nafas 35 kali/menit,

ada nyeri tekan.bunyi jantung melemah, terdengar murmur mid-

diastolik pada daerah apeks.

9) Abdomen

Bentuk simetris, ada nyeri tekan.

10) Ekstremitas

Page 11: ASKEP RHD SGD 5

Atas : bentuk simetris, ada sianosis, edema ada.

Bawah : bentuk simetris, ada sianosis, edema ada.

Kekuatan otot 222 222

222 222

6. Pemeriksaan diagnostik

1) Friction rub (+)

2) Pemeriksaan EKG

Terdapat P-R interval 0,24 mm

3) Pemeriksaan darah

LED : 20/35

CRP : (+)

ASTO : 350 Tood Unit

Leukosit : 27000

Page 12: ASKEP RHD SGD 5

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

I. Analisis Data

No

Hari /

tanggal

Waktu

Data StandarMasalah

Keperawatan

1 Selasa/7 April

2009

Pk 08.00 wita

DS : -

DO :

Suhu tubuh pasien

meningkat yaitu : 38,5

°C

Pasien tampak

menggigil.

DS : -

DO :

Suhu tubuh

pasien normal

(36,7 ± 0,5 ) °C

Pasien tidak

menggigil

Hypertermi

2 Selasa/7 April

2009

Pk 08.00 wita

DS :

Ibu pasien mengatakan

pasien mudah lelah dan

tidak bergairah

Pasien mengeluh sesak

napas

DO :

Tekanan darah menurun

90/55 mmHg

Nadi menurun 55 kali

permenit

Pasien tampak pucat

DS :

pasien tidak

mudah lelah

Pasien tidak

sesak napas

DO :

Tekanan darah

normal yaitu

110/65 kali

permenit

Nadi normal 75-

Penurunan

Curah Jantung

Page 13: ASKEP RHD SGD 5

Ada sianosis

Ada edema

100 kali

permenit

Tidak ada

sianosis

Tidak ada edema

3 Selasa/7 April

2009

Pk 08.00 wita

DS :

Pasien mengeluh sesak

nafas

DO :

Frekuensi pernapasan 35

kali permenit.

DS :

Pasien tidak

sesak nafas

DO :

Frekuensi

pernapasan

normal 20-30

kali permenit

Pola nafas tidak

efektif

4 Selasa/7 April

2009

Pk 08.00 wita

DS :

Pasien mengeluh nyeri

pada bagian persendian,

sekitar umbilical sampai

ke area diafragma

sehingga menolak untuk

disentuh

DO :

Pasien tampak meringis

DS :

Tidak ada nyeri

DO :

Pasien tidak

meringis

Gangguan rasa

nyaman

5 Selasa/7 April

2009

Pk 08.00 wita

DS :

Ibu pasien mengatakan

pasien mudah lelah dan

tidak bergairah

Pasien mengeluh nyeri

pada bagian persendian,

sekitar umbilical sampai

ke area diafragma

DS :

Pasien tidak

mudah lelah

Pasien tidak

nyeri

Intoleransi

aktivitas

Page 14: ASKEP RHD SGD 5

sehingga menolak untuk

disentuh

DO :

Pasien tampak meringis

Pasien tampak lemas

Pasien tampak pucat

DO :

Pasien tidak

meringis

Pasien tidak

lemas

Pasien tidak

pucat

6. Selasa/7 April

2009

Pk 08.00 wita

DS :

Pasien mengeluh nyeri

pada bagian persendian,

sekitar umbilical sampai

ke area diafragma

sehingga menolak untuk

disentuh

DO :

Ada sianosis

Pasien terlihat pucat

Ada edema

DS :

Pasien tidak

merasa nyeri

DO :

Tidak ada

sianosis

Pasien tidak

pucat

Tidak ada edema

Gangguan

perfusi jaringan

II. Analisa Masalah

1. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat

infeksi penyakit.

Gangguan saaraf pusat (kejang)

Hypertermi

Kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi penyakit

Page 15: ASKEP RHD SGD 5

Suhu tubuh pasien meningkat yaitu : 38,5 °C, pasien tampak menggigil

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium.

Sesak nafas

Penurunan curah jantung

Disfungsi miokardium

Pasien mudah lelah dan tidak bergairah, tekanan darah menurun (90/55 mmHg),

nadi menurun (55 kali permenit), pasien tampak pucat, ada sianosis, pasien mengeluh

sesak napas, ada edema

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen

menuju paru-paru

Kerusakan neurovaskuler

Pola nafas tidak efektif

Ketidakadekuatan oksigen menuju paru-paru

Pasien sesak nafas, frekuensi pernapasan 35 kali permenit

Page 16: ASKEP RHD SGD 5

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam

laktat pada sendi

Shock dan stres

Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Penimbunan asam laktat pada sendi

Pasien nyeri pada bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma

sehingga menolak untuk disentuh, serta pasien tampak meringis

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu

Ttidak bisa beraktivitas secara mandiri

Intoleransi aktivitas

Metabolisme basal terganggu

Pasien mudah lelah dan tidak bergairah, nyeri pada bagian persendian, sekitar

umbilical sampai ke area diafragma, tampak meringis, lemas, pucat.

Page 17: ASKEP RHD SGD 5

6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah

sekunder akibat inflamasi

Sianosis

Gangguan perfusi jaringan

Gangguan aliran darah sekunder akibat inflamasi

Pasien nyeri pada bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma

sehingga menolak untuk disentuh, ada sianosis, pasien terlihat pucat, ada edema

III. Rumusan Diagnosa Keperawatan

1. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi

penyakit ditandai dengan suhu tubuh pasien meningkat yaitu : 38,5 °C, pasien

tampak menggigil.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium ditandai

dengan pasien mudah lelah dan tidak bergairah, tekanan darah menurun (90/55

mmHg), nadi menurun (55 kali permenit), pasien tampak pucat, ada sianosis,

pasien mengeluh sesak napas, ada edema.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju

paru-paru ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, frekuensi pernapasan 35

kali permenit.

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat

pada sendi ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada bagian persendian, sekitar

umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak untuk disentuh, serta

pasien tampak meringis.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu ditandai

dengan pasien mudah lelah dan tidak bergairah, pasien mengeluh nyeri pada

Page 18: ASKEP RHD SGD 5

bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak

untuk disentuh, pasien tampak meringis, pasien tampak lemas, dan pasien tampak

pucat.

6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder

akibat inflamasi ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada bagian persendian,

sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak untuk disentuh, ada

sianosis, pasien terlihat pucat, ada edema.

Page 19: ASKEP RHD SGD 5

III. INTERVENSI

I. Menyusun Prioritas

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju

paru-paru.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder

akibat inflamasi.

4. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi

penyakit.

5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat

pada sendi.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu.

II. Rencana Keperawatan

N

o

Hari

Tanggal

/

Waktu

Diagnosa

keperawatan

Tujuan /

Out comeIntervensi Rasional

1. Selasa/7

April

2009

Pk

08.30

wita

Pola nafas

tidak efektif

berhubungan

dengan

ketidakadekuat

an oksigen

menuju paru-

paru ditandai

dengan pasien

Setelah

diberikan

askep

selama

2x24 jam

diharapkan

pola nafas

efektif

dengan out

Mandiri

- Evaluasi frekuensi

pernapasan dan

kedalaman. Catat

upaya pernapasan,

contoh adanya

dispnea,

penggunaan obat

bantu napas,

Mandiri

- Respon pasien

bervariasi.

Kecepatan dan

upaya mungkin

meningkat

karena nyeri,

takut, demam,

penurunan

Page 20: ASKEP RHD SGD 5

mengeluh

sesak nafas,

frekuensi

pernapasan 35

kali permenit

come :

Pasien

tidak

sesak

nafas

Frekuensi

pernapasa

n normal

(20-30

kali

permenit)

pelebaran nasal.

- Auskultasi bunyi

napas. Catat area

yang menurun

atau tidak adanya

bunyi napas dan

adanya bunyi

napas tambahan,

contoh krekels

atau ronki

volume sirkulasi

(kehilangan

darah atau

cairan),

akumulasi

secret, hipoksia

atau distensi

gaster.

Penekanan

pernapasan

(penurunan

kecepatan) dapat

terjadi dari

penggunaan

analgesic

berlebihan.

Pengenalan dini

dan pengobatan

ventilasi

abnormal dapat

mencegah

komplikasi.

- Auskultasi

bunyi napas

ditujukan untuk

mengetahui

adanya bunyi

napas tambahan.

Page 21: ASKEP RHD SGD 5

Kolaborasi

- Bant

u dalam

pemasangan

kembali selang

dada atau

torakosentesis bila

diindikasikan

Kolaborasi

- Re

ekspansi paru

dengan

pelepasan

akumulasi

darah atau

udara dari

tekanan

negative

pleural.

2. Selasa/7

April

2009

Pk

08.30

wita

Penurunan

curah jantung

berhubungan

dengan

disfungsi

miokardium

ditandai

dengan, pasien

mudah lelah

dan tidak

bergairah,

Tekanan darah

menurun 90/55

mmHg, nadi

menurun 55

kali permenit,

pasien tampak

pucat, ada

sianosis, Pasien

mengeluh

Setelah

diberikan

askep

selama

3x24 jam

diharapkan

curah

jantung

normal.

Dengan out

come :

pasien

tidak

mudah

lelah

Pasien

tidak

sesak

napas

Tekanan

Mandiri

- Kaji/

pantau tekanan

darah. Ukur pada

kedua tangan

/paha untuk

evaluasi awal.

Gunakan ukuran

manset yang tepat

dan teknik yang

akurat.

Mandiri

- Perbandingan

dari tekanan

memberikan

gambaran yang

lebih lengkap

tentang

keterlibatan/bida

ng masalah

vaskular.

Hipertensi berat

diklarifikasikan

pada orang

dewasa sebagai

peningkatan

tekanan

diastolik sampai

130; hasil

pengukuran

diastolik diatas

Page 22: ASKEP RHD SGD 5

sesak napas,

ada edema.

darah

normal

yaitu

110/65

kali

permenit

Nadi

normal

75-100

kali

permenit

Tidak ada

sianosis

Tidak ada

edema

- Catat

keberadaan,

kualitas denyutan

sentral dan

perifer.

130

dipertimbangka

n sebagai

peningkatan

pertama,

kemudian

maligna.

Hipertensi

sistolik juga

merupakan

faktor resiko

yang ditentukan

untuk penyakit

serebrovaskular

dan penyakit

iskemi jantung

bila tekanan

diastolik 90

sampai 115.

- Denyutan

karotis,

jugularis,

radialis, dan

femoralis

mungkin

teramati/

terpalpasi.

Denyut pada

tungkai

mungkin

menurun,

Page 23: ASKEP RHD SGD 5

- Amat

i warna kulit,

kelembaban,

suhu, dan masa

pengisian kapiler.

- Catat

edema umum/

tertentu

- Anju

rkan teknik

relaksasi, panduan

mencerminkan

efek dari

vasokontriksi

(peningkatan

SVR), dan

kongesti vena.

- Adanya pucat,

dingin, kulit

lembab dan

masa pengisian

kapiler lambat

mungkin

berkaitan

dengan

vasokontriksi

atau

mencerminkan

dekompensasi

/penurunan

curah jantung.

- Dapat

mengindikasika

n gagal jantung,

kerusakan ginjal

atau vaskular.

-Dapat

menurunkan

rangsangan yang

menimbulkan

stres, membuat

efek tenang,

Page 24: ASKEP RHD SGD 5

imajinasi,aktivitas

pengalihan

- Catat edema

umum/tertentu.

- Anju

rkan teknik

relaksasi, panduan

imajinasi,

aktivitas

pengalihan.

- Panta

u respon terhadap

obat untuk

mengontrol

tekanan darah.

sehingga akan

menurunkan

TD.

- Dapat

mengindikasika

n gagal jantung,

kerusakan ginjal

atau vaskuler.

- Dapat

menurunkan

rangsangan yang

menimbulakan

stres, membuat

efek tenang,

sehingga akan

menurunkan

TD.

- Respon

terhadap terapi

obat “steppen”

(yang terdiri

atas neureting,

inhibitor

simpatis dan

vasodilator)

tergantung pada

individu dan

efek sinergis

obat. Karena

efek samping

tersebut, maka

Page 25: ASKEP RHD SGD 5

Kolaborasi

- Berik

an pembatasan

cairan dan diet

natrium sesuai

indikasi

penting untuk

menggunakan

obat dalam

jumlah paling

sedikit dan dosis

paling rendah

Kolaborasi

- Pembatasan ini

dapat

menangani

retensi cairan

dengan respon

hipertensif,

dengan

demikian

menurunkan

beban gagal

jantung.

3. Selasa/7

April

2009

Pk

08.30

wita

Gangguan

perfusi jaringan

berhubungan

dengan

gangguan

aliran darah

sekunder akibat

inflamasi

ditandai

dengan pasien

mengeluh nyeri

pada bagian

Setelah

diberikan

askep

selama

3x24 jam

diharapkan

tidak ada

gangguan

perfusi

jaringan

dengan out

come :

Mandiri

- Selid

iki perubahan

tiba-tiba atau

gangguan mental

kontinyu, contoh:

cemas, bingung,

letargi, pingsan.

Mandiri

- Perfusi serebral

secara langsung

sehubungan

dengan curah

jantung dan juga

dipengaruhi oleh

elektrolit atau

variasi asam

basa, hipoksia,

atau emboli

sistemik.

Page 26: ASKEP RHD SGD 5

persendian,

sekitar

umbilical

sampai ke area

diafragma

sehingga

menolak untuk

disentuh, ada

sianosis, pasien

terlihat pucat,

ada edema.

Pasien

tidak

merasa

nyeri

Tidak ada

sianosis

Pasien

tidak

pucat

Tidak ada

edema

- Lihat

pucat, sianosis,

belang, kulit

dingin atau

lembab. Catat

kekuatan nadi

perifer.

- Kaji

tanda edema.

- Panta

u pernapasan,

catat kerja

pernapasan.

Kolaborasi

- Pantau data

laboratorium,

- Vasokontriksi

sistemik

diakibatkan oleh

penurunan curah

jantung

mungkin

dibuktikan oleh

penurunan

perfusi kulit dan

penurunan nadi.

- Indikator

trombosis vena

dalam.

- Pompa jantung

gagal dapat

mencetuskan

distress

pernapasan.

Namun dispnea

tiba-tiba atau

berlanjut

menunjukkkan

komplikasi

tromboemboli

paru.

Kolaborasi

- Indikator

perfusi atau

fungsi organ.

Page 27: ASKEP RHD SGD 5

contoh: GDA,

BUN,

creatinin, dan

elektrolit.

4. Selasa/7

April

2009

Pk

08.30

wita

Hypertermi

berhubungan

dengan

kerusakan

kontrol suhu

sekunder akibat

infeksi

penyakit

ditandai

dengan suhu

tubuh pasien

meningkat

yaitu : 38,5 °C,

pasien tampak

menggigil

Setelah

diberikan

askep

selama

1x24 jam

diharapkan

suhu tubuh

kembali

normal

dengan out

come :

Suhu

tubuh

pasien

normal

(36,7 ±

0,5 ) °C

Pasien

tidak

menggigil

Mandiri

- Panta

u suhu pasien

(derajat dan pola)

perhatikan

menggigil atau

diaforesis.

Mandiri

- Suhu 38,9o –

41,1o C

menunjukan

proses penyakit

infeksius akut.

Pola demam

dapat

membantu

dalam

diagnosis ;

misal kurva

demam lanjut

berakhir lebih

dari 24 jam

menunjukkan

pneumonia

pnuemokokal,

demam scarlet

atau tifoit ;

demam remiten

(bervariasi

hanya beberapa

derajat pada

arah tertentu)

menunjukan

Page 28: ASKEP RHD SGD 5

- Berik

an kompres mandi

hangat ; hindari

penggunan

infeksi paru ;

kurva

intermiten atau

demam yang

kembali normal

sekali dalam

periode 24 jam

menunjukan

episode septic,

endokarditis

septic, atau TB.

Menggigil

sering

mendahului

puncak suhu.

Catatan :

penggunaan

antipirektik

mengubah pola

demam dan

dapat dibatasi

sampai

diagnosis

dibuat atau bila

demam tetap

lebih besar dari

38,9o C.

- Dapat

membantu

mengurangi

demam.

Page 29: ASKEP RHD SGD 5

alcohol.

Kolaborasi

- Berik

an antipirektik,

misalnya : ASA

(aspirin),

asetaminofen

(Tylenol).

Catatan :

penggunaan air

es atau alcohol

mungkin

menyebabkan

kedinginan,

peningkatan

suhu secara

actual. Selain

itu, alcohol

dapat

mengeringkan

kulit.

Kolaborasi

- Digunakan

untuk

mengurangi

demam dengan

aksi sentralnya

pada

hipotalamus,

meskipun

demam mungkin

dapat berguna

dalam

membatasi

pertumbuhan

organisme, dan

meningkatkan

outodestruksi

dari sel-sel yang

Page 30: ASKEP RHD SGD 5

terinfeksi.

5. Selasa/7

April

2009

Pk

08.30

wita

Gangguan rasa

nyaman (nyeri)

berhubungan

dengan

penimbunan

asam laktat

pada sendi

ditandai

dengan pasien

mengeluh nyeri

pada bagian

persendian,

sekitar

umbilical

sampai ke area

diafragma

sehingga

menolak untuk

disentuh, serta

pasien tampak

meringis.

Setelah

diberikan

askep

selama

2x24 jam,

diharapkan

pasien

merasa

nyaman

dengan out

come :

Tidak ada

nyeri

Pasien

tidak

meringis

Mandiri

- Keta

hui adanya nyeri.

Dengarkan

dengan penuh

perhatian

mengenai nyeri.

- Beri

tahu teknik untuk

menurunkan

ketegangan otot

rangka, yang

dapat menurunkan

intensitas nyeri.

- Ajar

kan strategi

relaksasi khusus

(missal: bernafas

perlahan, teratur

atau nafas dalam

– kepalkan tinju –

menguap).

Mandiri

- Dengan

mengetahui dan

mendengarkan

penuh perhatian

mengenai nyeri,

akan dapat

dilakukan

tindakan yang

tepat untuk

mengatasi nyeri.

- Teknik

penurunan

ketegangan otot

rangka dapat

menurunkan

intensitas nyeri.

- Str

ategi relaksasi

dapat

meningkatkan

rasa nyaman

6. Selasa/7

April

2009

Intoleransi

aktivitas

berhubungan

Setelah

diberikan

askep

Mandiri

- Perik

sa tanda vital

Mandiri

- Hipertensi

ortostatik dapat

Page 31: ASKEP RHD SGD 5

Pk

08.30

wita

dengan

metabolisme

basal terganggu

ditandai

dengan pasien

mudah lelah

dan tidak

bergairah,

pasien

mengeluh nyeri

pada bagian

persendian,

sekitar

umbilical

sampai ke area

diafragma

sehingga

menolak untuk

disentuh,

pasien tampak

meringis,

pasien tampak

lemas, dan

pasien tampak

pucat.

selama

2x24 jam,

diharapkan

pasien dapat

melakukan

aktivitas

dengan

mandiri

dengan out

come :

Pasien

tidak

mudah

lelah

Pasien

tidak

nyeri

Pasien

tidak

meringis

Pasien

tidak

lemas

Pasien

tidak

pucat

sebelum dan

segera setelah

aktivitas,

khususnya bila

pasien

menggunakan

vasolidator,

diuretik, penyekat

beta.

- Catat

respon

kardiopulmonal

terhadap aktifitas,

catat takikardi,

disritmia, dispnea,

berkeringat, pusat.

- Kaji

presipitator

terjadidengan

aktivitas karena

efek obat

(vasodilasi),

perpindahan

cairan (diuretik)

atau pengaruh

fungsi jantung

- Penurunan

/ketidakmampua

n miokardium

untuk

meningkatkan

volume

sekuncup

selama aktivitas,

dapat

menyebabkan

peningkatan

segera pada

frekuensi

jantung dan

kebutuhan

oksigen, juga

peningkatan

kelelahan dan

kelemahan.

- Kelemahan

adalah efek

samping dari

beberapa obat

Page 32: ASKEP RHD SGD 5

/penyebab

kelemahan contoh

pengobatan, nyeri,

obat.

- Eval

uasi peningkatan

intoleran aktivitas.

- Berik

an bantuan dalam

aktivitas

perawatan diri

sesuai indikasi.

Selingi periode

aktivitas dengan

periode istirahat.

Kolaborasi

- Implementasikan

(beta bloker,

traquilizer dan

sedatif). Nyeri

dan program

penuh stres juga

memerlukan

energi dan

menyebabkan

kelemahan.

- Dapat

menunjukkan

peningkatan

dekompensasi

jantung daripada

kelebihan

aktivitas.

- Pemenuhan

kebutuhan

perawatan diri

pasien tanpa

mempengaruhi

stres miokard/

kebutuhan

oksigen

berlebihan.

Kolaborasi

- Peningkatan

bertahap pada

aktivitas

menghindari

kerja

Page 33: ASKEP RHD SGD 5

program

rehabilitasi

jantung/aktifitas.

jantung/konsum

si oksigen

berlebihan.

Penguatan dan

perbaikan fungsi

jantung dibawah

stres, bila

disfungsi

jantung tidak

dapat membaik

kembali.

Page 34: ASKEP RHD SGD 5

IV. EVALUASI

No.

Dx

Hari/Tanggal

JamDiagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif

1. Kamis/9

April 2009

Pk 08.30

wita

Pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan

ketidakadekuatan oksigen

menuju paru-paru.

- S :

Pasien tidak sesak nafas

- O :

Frekuensi pernapasan normal

(20 kali permenit)

- A : Tujuan tercapai.

- P : Pertahankan kondisi pasien.

2. Jumat/10

April 2009

Pk 08.30

wita

Penurunan curah jantung

berhubungan dengan disfungsi

miokardium.

-S :

Pasien mengatakan sudah

tidak mudah lelah

Pasien mengatakan sudah

tidak sesak napas

-O :

Tekanan darah normal yaitu

110/65 kali permenit

Nadi normal (80 kali

permenit)

Tidak ada sianosis

Page 35: ASKEP RHD SGD 5

Tidak ada edema

- A : Tujuan tercapai.

- P : Pertahankan kondisi pasien.

3. Jumat/10

April 2009

Pk 08.30

wita

Gangguan perfusi jaringan

berhubungan dengan gangguan

aliran darah sekunder akibat

inflamasi.

- S :

Pasien mengatakan sudah

tidak merasa nyeri

O :

Tidak ada sianosis

Pasien tidak pucat

Tidak ada edema

- A : Tujuan tercapai.

- P : Pertahankan kondisi pasien.

4. Rabu/8 April

2009

Pk 08.30

wita

Hypertermi berhubungan

dengan kerusakan kontrol suhu

sekunder akibat infeksi

penyakit.

- S : -

- O :

Suhu tubuh pasien normal

(36,7°C)

Pasien tidak menggigil

- A : Tujuan tercapai.

- P : Pertahankan kondisi pasien.

5. Kamis/9

April 2009

Pk 08.30

wita

Gangguan rasa nyaman (nyeri)

berhubungan dengan

penimbunan asam laktat pada

sendi.

- S :

Pasien sudah merasa tidak ada

nyeri

- O :

Pasien tidak meringis

- A : Tujuan tercapai.

- P : Pertahankan kondisi pasien.

6. Kamis/9

April 2009

Pk 08.30

wita

Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

metabolisme basal terganggu.

- S :

Pasien mengatakan sudah

tidak mudah lelah

Pasien mengatakan tidak

Page 36: ASKEP RHD SGD 5

merasa nyeri

- O :

Pasien tidak meringis

Pasien tidak lemas

Pasien tidak pucat

- A : Tujuan tercapai.

- P : Pertahankan kondisi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Doenges, Marilynn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Ners Semarang. 2008. Penyakit Jantung Rematik.

http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05.html [4 April 2009]

Putra Jati Melayu. 2008. Penyakit Jantung Rematik.

http://jundul.wordpress.com/2008/09/15/penyakit-jantung-rematik-pjr/. [4 April 2009]