askep tuli konduktif dan sensori

Upload: fitri-wahyuni-putri

Post on 09-Mar-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tidak ada

TRANSCRIPT

ASKEP TULI KONDUKTIF DAN SENSORI

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangBerkurangnyapendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu ataupun kedua telinga.SedangkanTuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat beratyangbisa disebabkan olehsuatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif). Selain itu disebabkan oleh kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otakyang merupakanpenurunan fungsi pendengaran sensorineural(Billy Antony, 2008).Gangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling sering pada populasi manusia, mempengaruhi lebih dari 250 juta orang di dunia.Di dunia, menurut perkiraan WHO pada tahun 2005 terdapat 278 juta orang menderita gangguan pendengaran, 75 - 140 juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Sedangkan pada bayi, terdapat 0,1 0,2% menderita tuli sejak lahir atau setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 1 2 bayi yang menderita tuli. Dari hasil "WHO Multi Center Study" pada tahun 1998, Indonesia termasuk 4 (empat) negara di Asia Tenggara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi (4,6%) yang dapat menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat.Ketulian dibagi menjadi dua. Ketuliandibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna sampai dengan tulang pendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong baik dengan pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli persepsi(sensori neural hearing-loss)dimana letak kelainan mulaidariorgan korti di koklea sampai dengan pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam pengobatannya.Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan disebut tuli campuran.

1.2Tujuan Penulisan1.2.1Tujuan UmumDapat menganalisa asuhan keperawatan pada klien dengantuli konduksi dansensorineural.1.2.2Tujuan Khusus1.Menjelaskan definisi darituli konduksi dansensorineural.2.Menjelaskan etoilogi darituli konduksi dansensorineural.3.Menjelaskan klasifikasi darituli konduksi dansensorineural.4.Menjelaskan patofisiologi darituli konduksi dansensorineural.5.Menjelaskan manifestasi klinis darituli konduksi dansensorineural.6.Menjelaskan penetalaksanaan medis darituli konduksi dansensorineural.7.Menjelaskan pengkajian pada asuhan keperawatan klientuli konduksi dansensorineural.8.Menjelaskan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan klientuli konduksi dansensorineural.9.Menjelaskan rencana tindakan/intervensi pada asuhan keperawatantuli konduksi dansensorineural.10.Menjelaskan kriteria hasil pada setiap diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan kliendengantuli konduksi dansensorineural.

1.3Manfaat1.3.1Bagi MahasiswaMahasiswa dapat lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengantuli konduksi dansensorineural.1.3.2Bagi PerawatPerawat atau tenaga kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih luas tentangtuli konduksi dansensorineural sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan secara profesional.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.KONSEP TELINGA1.ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENDENGARANTelinga dibagi 3 bagian, yaitu:a.Telinga luar (auris eksterna)Aurikulum : menangkap gelombang suara dan meneruskannya ke MAEMeatus akustikus eksternus : meneruskan gelombang suara ke membrane timpaniMembran timpani : untuk proses resonansib.Telinga tengah (auris media)Kavum timpani: tempat tulang tulang pendengaran beradaTuba Eustachius: saluran yang menghubungkan antara telinga tengah dengan telinga dalamAntrum & sel-sel mastoidb.Telinga dalam (auris interna = labirin)Koklea (organ auditivus): untuk keseimbanganLabirin vestibuler (organ vestibuler /status) : untuk keseimbangan

2.PROSES PENDENGARANGelombang suara yang berasal dari udara ditangkap oleh aurikulla kemudian diteruskan ke MAE ( Meatus Akustikus Externa ), kemudian dilanjutkan ke membran timpani. Setelah masuk di membran timpani, gelombang udara tersebut menggerakkan tulang tulang pendengaran, yang terdiri dari tulang incus, stapes dan maleus. Setelah itu menuju ke foramen ovale. Dari foramen ovale, merangsang Koklea untuk mengeluarkan cairan. Cairan koklea tersebut kemudian menuju ke membran basilaris, merangsang pergerakan hair cells. Diteruskan ke cortex auditorius. Kemudian kita dapat mendengar suatu bunyi.B.KONSEP TULI KONDUKTIF1.DEFINISITuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini reversible karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah(Purnawan Junadi,dkk. 1997, hal. 238).Tuli kondusif adalah kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga. Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli kondusif adalah otalgia, atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna maligna, dan osteoma liang teliga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli kondusif ialah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanisklerosia, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran. (Indro Soetirto: 2003)

2.ETIOLOGIPada telinga luar dan telinga tengah proses degenerasi dapat menyebabkan perubahan atau kelainan diantaranya sebagai berikut :a.Berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran daun telinga (pinna)b.Atropi dan bertambah kakunya liang telingac.Penumpukan serumend.Membrane tympani bertambah tebal dan kakue.Kekuatan sendi tulang-tulang pendengaranf.Kelainan bawaan (Kongenital)Atresia liang telinga, hipoplasia telinga tengah, kelainan posisi tulang-tulang pendengaran dan otosklerosis.Penyakit otosklerosis banyak ditemukan pada bangsa kulit putihg.Gangguan pendengaran yang didapat, misal otitis media

3.MANIFESTASI KLINISa.rasa penuh pada telingab.pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luarc.rasa gatald.traumae.tinnitus4.PATOFISIOLOGISaat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bias saja menimbulkan luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.

5.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKAudiometriX-ray6.PENALAKSANAANLiang telinga di bersihkan secara teratur. dapat diberikan larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol yang di teteskan ke liang teling atau salep anti jamur. Tes suara bisikan, Tes garputala.

C.KONSEP TULI SENSORINEURAL1.DEFINISITuli sensorineural adalah kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan saraf otak yang terbagi atas tuli sensorineural koklea dan tuli sensorineural retrokoklea.Tuli sensorineural koklea disebabkan aplasia, labirinitis, intoksikasi obat ototaksik atau alkohol.Dapat juga disebabkan tuli mendadak, tauma kapitis, trauma akustik dan pemaparan bising tuli sensorineural retrokoklea disebabkan neuoroma akustik, tumor sudut pons serebellum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak, dan kelainan otak lainnya. (Indro Soetirto: 2003)

2.ETIOLOGIFaktor-faktor resiko tinggi yang penyebab tuli sensorineural yaitu:a.Tuli Bawaan (Genetik).b.Tuli Rubella.c.Tuli dan Kelahiran Prematurd.Tuli Ototosik.

3.KLASIFIKASIDibagi menjadi tuli sensori neural coklea atau retrokoklea.a.Tuli sensori neural coclea- Aplasia (kongenital)- Labirintitis oleh bakteri/virus- Intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol.- Trauma kapitis- Trauma akustik- Pemaparan bising- Presbicusisb.Tuli sensori neural retrokoklea- Neuroma akustik- Tumor sudut pons serebellum- Cidera otak- Perdarahan otak

4.MANIFESTASI KLINISRasa tidak enak ditelinga, tersumbat, danpendengaranterganggu. Rasa nyeri akan timbul bila benda asing tersebut adalah serangga yang masuk dan bergerak serta melukai dinding liangtelinga. Pada inspeksitelingadengan atau tanpa corongtelingaakan tampak benda asing tersebut.

5.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKa.Pemeriksaan Dengan GarputalaPada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan menempatkan garputala yang telah digetarkan di dekat telinga sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke telinga.Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran telinga, telinga tengah, telinga dalam, sarat pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak.Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung pegangan garputala yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di belakang telinga).Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf, yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang saraf pendengaran.Pemeriksaan ini hanya menilai telinga dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak. Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif.Jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensorineural. Kadang pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaanb.AudiometriAudiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah.Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.c.Audimetri Ambang BicaraAudiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu. Dilakukan perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata yang diucapkan dengan benar.d.DiskriminasiDengan diskriminasi dilakukan penilaian terhadap kemampuan untuk membedakan kata-kata yang bunyinya hampir sama. Digunakan kata-kata yang terdiri dari 1 suku kata, yang bunyinya hampir sama.Pada tuli konduktif, nilai diskriminasi (persentasi kata-kata yang diulang dengan benar)biasanya berada dalam batas normal.Pada tuli sensori, nilai diskriminasi berada di bawahnormal.Pada tuli neural, nilai diskriminasi berada jauh di bawah normal.e.TimpanometriTimpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan) pada telinga tengah.Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif.Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan padaanak-anak.Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapabanyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan tekanan di saluran telinga.Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa:penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan hidung bagian belakang)cairan di dalam telinga tengahkelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan suara melalui telinga tengah.Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada kontraksi otot stapedius, yangmelekat pada tulang stapes (salah satu tulang pendengaran di telinga tengah).Dalam keadaan normal, otot ini memberikan respon terhadap suara-suara yang keras/gaduh(refleks akustik) sehingga mengurangi penghantaran suara dan melindungi telinga tengah.Jika terjadi penurunan fungsi pendengaran neural, maka refleks akustik akan berubah ataumenjadi lambat. Dengan refleks yang lambat, otot stapedius tidak dapat tetap berkontraksiselama telinga menerima suara yang gaduh.f.Respon Auditoris Batang OtakPemeriksaan ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul akibat rangsangan pada saraf pendengaran.Respon auditoris batang otak juga dapat digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu pada penderita koma atau penderita yang menjalani pembedahan otak.g.ElektrokokleografiElektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran.Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsipendengaran sensorineural.Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilaipendengaran pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadarterhadap suara.Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).Beberapa pemeriksaan pendengaran bisa mengetahui adanya kelainan pada daerah yang mengolah pendengaran di otak.Pemeriksaan tersebut mengukur kemampuan untuk:mengartikan dan memahami percakapan yang dikacaukanmemahami pesan yang disampaikan ke telinga kanan pada saat telinga kiri menerima pesan yang lainmenggabungkan pesan yang tidak lengkap yang disampaikan pada kedua telinga menjadi pesan yang bermaknamenentukan sumber suara pada saat suara diperdengarkan di kedua telinga pada waktu yangbersamaan.Jalur saraf dari setiap telinga menyilang ke sisi otak yang berlawanan, karena itu kelainan pada otak kanan akan mempengaruhi pendengaran pada telinga kiri. Kelainan pada batang otak bisa mempengaruhi kemampuan dalam menggabungkan pesan yang tidak lengkap menjadi pesan yang bermakna dan dalam menentukan sumber suara.Beberapa pemeriksaan yang khusus dilakukan pada anak anak adalah:1.Free Field TestDilakukan pada ruangan kedap suara dan diberikan rangsangan suara dalam berbagai frekuensi untuk menilai respons anak terhadap bunyi2.Behavioral Observation (0 6 bulan)Pada pemeriksaan ini diamati respons terhadap sumber bunyi berupa perubahan sikap atau refleks pada bayi yang sedang diperiksa3.Conditioned Test (2 4 tahun)Anak dilatih untuk melakukan suatu kegiatan saat mendengar suara stimuli tertentu.4.B.E.R.A (Brain Evoked Response Audiometry)Dapat menilai fungsi pendengaran anak atau bayi yang tidak kooperatif

6.PENATALAKSANAANPengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung kepada penyebabnya.Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga tengah atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran tersebut.Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau kadang dilakukan pencangkokan koklea.a.Alat bantu dengarAlat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar.Alat bantu dengar terdiri dari:- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara- Sebuah amplifier untuk meningkatkan volume suara- Sebuah speaker utnuk menghantarkan suara yang volumenya telah dinaikkan.Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran). Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Dalam menentukan suatu alat bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan mempertimbangkan hal-hal berikut:- kemampuan mendengar penderita- aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja- keterbatasan fisik- keadaan medis- penampilan- harga1)Alat Bantu Dengar Hantaran UdaraAlat ini paling banyak digunakan, biasanya dipasang di dalam saluran telinga dengan sebuah penutup kedap udara atau sebuah selang kecil yang terbuka.2)Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di BadanDigunakan pada penderita tuli dan merupakan alat bantu dengar yang paling kuat. Alat ini disimpan dalam saku kemeja atau celana dan dihubungkan dengan sebuah kabel ke alat yang dipasang di saluran telinga.Alat ini seringkali dipakai oleh bayi dan anak-anak karena pemakaiannya lebih mudah dan tidak mudah rusak.3)Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di Belakang TelingaDigunakan untuk penderita gangguan fungsi pendengaran sedang sampai berat.Alat ini dipasang di belakang telinga dan relatif tidak terlihat oleh orang lain.4)CROS (contralateral routing of signals)Alat ini digunakan oleh penderita yang hanya mengalami gangguan fungsi pendengaran pada salah satu telinganya.Mikrofon dipasang pada telinga yang tidak berfungsi dan suaranya diarahkan kepada telinga yang berfungsi melalui sebuah kabel atau sebuah transmiter radio berukuran mini.Dengan alat ini, penderita dapat mendengarkan suara dari sisi telinga yang tidak berfungsi.5)BICROS (bilateral CROS)Jika telinga yang masih berfungsi juga mengalami penuruna fungsi pendengaran yang ringan,maka suara dari kedua telinga bisa diperkeras dengan alat ini.6)Alat Bantu Dengar Hantaran TulangAlat ini digunakan oleh penderita yang tidak dapat memakai alat bantu dengar hantaran udara, misalnya penderita yang terlahir tanpa saluran telinga atau jika dari telinganya keluar cairan otore. Alat ini dipasang di kepala, biasanya di belakang telinga dengan bantuan sebuah pita elastis.Suara dihantarkan melalui tulang tengkorak ke telinga dalam. Beberapa alat bantu dengar hantaran tulang bisa ditanamkan pada tulang di belakang telinga.b.Pencangkokan kokleaPencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar. Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian:Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitarSebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang tertangkap oleh mikrofonSebuah transmiter dan stimulator/penerima yang berfungsi menerima sinyal dari prosesor percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrikElektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan mengirimnya ke otak.Suatu implan tidak mengembalikan ataupun menciptakan fungsi pendengaran yang normal, tetapi bisa memberikan pemahaman auditoris kepada penderita tuli dan membantu mereka dalam memahami percakapan. Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu dengar. Alat bantu dengar berfungsi memperkeras suara. Implan koklea menggantikan fungsi dari bagian telinga dalam yang mengalami kerusakan.Jika fungsi pendengaran normal, gelombang suara diubah menjadi gelombang listrik oleh telinga dalam.Gelombang listrik ini lalu dikirim ke otak dan kita menerimanya sebagai suara. Implan koklea bekerja dengan cara yang sama. Secara elektronik, implan koklea menemukan bunyi yang berarti dan kemudian mengirimnya ke otak.

D.KONSEP ASUHAN KEPERAWATANa.PengkajianRiwayat :identitas pasien,riwayat adanya kelainan nyeri,infeksi saluran nafas atas yang berulang,riwayat infeksinyeri telingarasa penuh dan penurunan pendengaransuhu meningkatmalaisevertigoAktifitas terbatasTakut mengahadapi tindakan pembedahan

b.Pemeriksaan fisikB1(breathing): infeksi saluran pernafasan atas yangberulangB2(blood): tidak ada kelainan pada sistemkardiovaskulerB3(brain): pusing, vertigo,nyeri, rasa penuh padatelinggaB4(bladder): tidak ada kelainanB5(bowel): tidak ada kelainanB6(bone&muskuluskeletal): malaise, aktivitas terbatas, suhu meningkat

c.Diagnosa keperawatan1.Nyeri berhubungan dengan proses peradangan2.Gangguan sensori / presepsi berhubungan dengan kerusakan pada telingatengah3.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri4.Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otore5.Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan6.Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatan7.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.8.Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan berkurangnya pendengaran.

d.Intervensi Keperawatan1.Nyeri berhubungan dengan proses peradanganTujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeriIntervensi:Kaji nyeri, lokasi,karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas, gunakan tingkat ukuran nyeriR/ : untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnyaAjarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya imajinasi, musik, relaksasi)R/ : pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeriUbah posisi setiap 2 sampai 4 jamR/ : posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri.Berikan analgesik jika dipesankanR/ : analgesic dapat mengurangi nyeri.

2.Gangguan sensori / persepsi berhubungan dengan kerusakan pada telinga tengahTujuan : Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baikIntervensi:Kaji tingkat gangguan persepsi pendengaran klienR/ : untuk mengukur tingkat pendengaran pasien guna intervensi selanjutnyaBerbicara pada bagian sisi telinga yang baikR/ : berbicara pada bagian sisi telinga yang baik dapat membatu klien dalam proses komunikasiBersihkan bagian telinga yang kotorR/ : telinga yang bersih dapat membantu dalam proses pendengaran yang baikKolaborasi dengan dokter dengan tindakan pembedahanR/: tindakan pembedahan dapat membatu klien memperoleh pendengaran yang baik3.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeriTujuan : klien dapat melakukan aktivitas dengan baikIntervensi:Kaji tingkat intoleransi klienR/ : Untuk mengetahui tingkat aktivitas klien guna intervensi selanjutnyaBantu klien untuk melakukan aktifitas sehari-hariR/ : Bantuan terhadap aktifitas klien dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan klienAnjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang ringanR/ : Aktivitas yang ringan dapat membantu mengurangi energy yang keluarLibatkan keluarga untuk proses perawatan dan aktivitas klienR/ : Keluarga memiliki peranan penting dalam aktifitas sehari-hari klien selama perawatanAjurkan klien untuk istirahat yang cukupR/ : Istirahat yang cukup dapat mebantu meminimalkan pengeluaran energy.

4.Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otorrhea.Tujuan : pola koping klien adekuatIntervensi:Kaji tingkat koping klien terhadap penyakit yang dialaminyaR/ : Untuk mengetahui tingkat koping pasien terhadap penyakitnya guna intervensi selanjutnya.Kaji tingkat pola koping keluarga terhadap penyakit yang dialami klienR/ : Pola koping keluarga mempengaruhi koping pasien terhadap penykitnyaBerikan informasi yang adekuat mengenai penyakit yang dialami klien.R/ : Informasi adekuat dapat memperbaiki koping pasien terhadap penyakitnyaBerikan motivasi kepada klien dalam menghadapi penyakitnyaR/ : Motivasi dapat membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani pengobatan sehingga klien tidak merasa sendirian.Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien.R/ : Motivasi dari keluarga sangat membantu proses koping pasien.

5.Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhanTujuan : klien dapat mengerti mengenai penyakitnya.Intervensi:Kaji tingkat pendidikan klienR/ : Untuk mengetahui tingkat pendidikan klien guna intervensi selanjutnyaKaji tingkat pengetahuan klien tentang prognosis penyakitnyaR/ : untuk mengukur sejauh mana klien mengetahui tentang penyakitnyaBerikan informasi yang lengkap mengenai penyakit klien.R/ : informasi yang lengkap dapat menambah pengetahuan klien sekaligus mengurangi tingkat kecemasanBerikan informasi yang akurat jika klien membutuhkan informasi tentang penyakitnya.R/ : pemberian informasi yang akurat dapat menambah informasi tentang penyakit yang dialami klien

6.Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatanTujuan : klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria.Intervensi:Kaji tingkat ansietas klien terhadap penyakitnyaR/ : untuk mengukur tingakt kecemasan klien terhadap penyakitnya guna implementasi selanjutnya.Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnyaR/ : sebagai tolak ukur untuk memberikan informasi selanjutnya mengenai penyakit yang di alaminya.Berikan informasi klien tentang penyakitnya.R/: Informasi yang adekuat dapat mengurangi kecemassan klien terhadap penyakitnyaBerikan dorongan pada klien dalam menghadapi penyakitnya.R/: Dorongan yang adekuat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien sekaligus memberikan perhatian kepada klien.Libatkan keluarga klien dalam proses pengobatanR/: Keluarga klien memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan dan menurunkan tingkat kecemasan klien.

7.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.Tujuan: Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.Kriteria hasil: Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekhawatirannya.Intervensi Keperawatan :Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.R/ Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.R/ Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.R/ Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

8.Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan berkurangnya pendengaran.Tujuan: Pendengaran menjadi normal, sehingga meningkatkan rasa percaya diri klienKriteria Hasil : Percaya diri klien meningkat karena dapat mendengar dengan normal.Intervensi keperawatan :Menggunakan alat bantu pendengaran, seperti koklear implant.R/ dengan menggunakan alat bantu pendengaran meningkatkan respon pendengaran klien, sehingga klien dapat mendengar suara dengan normal, sehingga komunikasi klien dengan orang lain tetap lancar.Ajari klien menggunakan bahasa isyarat, atau body language dan media tulisan.R/ Klien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat lainnya dan bisa juga dengan ditulis, sehingga komunikasi klien tetap lancar.Ajari keluarga dan kolega klien untuk berbicara lebih keras atau cenderungmendekat ke telinga yang sehat.R/Memudahkan klien untuk mendengar, sehingga komunikasi klien tetap lancar, harga diri klien meningkat.e.ImplementasiImplementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi klien.f.Evaluasi1.Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri2.Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik3.Klien dapat melakukan aktivitas dengan baik4.Pola koping klien adekuat5.Klien dapat mengeti dengan penyakitnya6.Klien memperlihatkan ekspresi wajah yangceria

BAB IIIPENUTUP

A.KesimpulanKetuliandibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainanterletak antara meatus akustikus eksterna sampai dengana tulangpendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya dapatditolong dengan memuaskan, baik dengan pengobatan ataudengan suatu tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli persepsi(sensori neural hearing-loss)dimana letak kelainan mulaidariorgan korti di kokleasampai dengan pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi inibiasanya sulit dalam pengobatannya.Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan,disebut tuli campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan pemeriksaanpendengaran.B.SaranUntuk mencgah terjadinyatuli perepsi maupun tuli konduksi, sebaiknya :1.Hindari suara keras, ramai dan kebisingan.2.Hindari diet yang berlemak.Hal-hal lain yang dianjurkan ialah hindari dingin yang berlebihan, rokok yang berlebihan dan stres. Anemia, kekuranganvitamin dan insufisiensi kardiovaskular juga harus segera diobati