askep+kebutuhan+eliminasi+urine
TRANSCRIPT
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 1/19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi
organ dan pergerakan badan. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urin adalah
pertumbuhan dan perkembangan, sosiokultural, psikologis, kebiasaan seseorang,
tonus otot, intake cairan dan makanan, kondisi penyakit, pembedahan, pengobatan,
pemeriksaan diagnostik dan lain-lain. Kebanyakan masyarakat sering mengabaikan
keinginannya untuk berkemih. Padahal sikap seperti itu dapat menyebabkan masalah-
masalah yang berhubungan dengan eliminasi urin, seperti retensi urin, inkontinensia
urin, dan enurisis.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien sesuai dengan
manajemen kebidanan menurut Helen Varney.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Tn. ”G” dengan urolitiasis diharapkan,mahasiswa mampu :
a. melakukan pengkajian data
b. menganalisa data
c. mendiagnosa keperawatan
d. mengidentifikasi kebutuhan segera
e. merumuskan suatu tindakan yang komprehensif
f. melaksanakan suatu tindakan sesuai rencana
g. mengevaluasi pelaksanan asuhan kebidanan
1.3 Manfaat Penulisan
a. Bagi klien
Agar mereka mengetahui bahwa urolitiasis merupakan masalah dalam tubuh,
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 2/19
karena dapat mempertinggi resiko infeksi.
b. Bagi penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan teori manajemen kebidanan
menurut Helen Varney dalam praktek kebidanan.
c. Bagi institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan dan
perbandingan pada penanganan kasus urolitiasis.
1.4 Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara langsung dengan pasien
b. Studi dokumentasi
Melengkapi data sesuai format yang ada
c. Observasi
Melakukan pengamatan langsung dan pemeriksaan fisik pada pasien.
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 3/19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEBUTUHAN ELIMINASI URIN
2.1 Definisi
- Eliminasi urin adalah pengeluaran cairan proses pengeluaran ini sangat
tergantung pada fungsi organ-organ eliminasi seperti ginjal, ureter, bledder dan
uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urin. Ureter
mengalirkan urin ke bledder. Dalam bledder urin di tampung sampai mencapai
batas tertentu yang kemudian di keluarkan melalui uretra.
- Eliminasi urin adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh yang
berupa cairan yang tergantung dari fungsi ginjal, ureter, kandung kemih dan
uretra. Sehingga urin dapat keluar dengan baik
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urin
1. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin pada orang
tua volume bledder berkurang demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi
berkemih juga akan lebih sering.2. Sosiokultural
Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat
tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat kemih pada lokasi terbuka
3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih
4. Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemihdi toilet, sehingga ia tidak dapat
berkemih dengan menggunakan pot urine
5. Tonus otot
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot bledder, otot abdomen dan pelvis untuk
berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan
berkurang.
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 4/19
6. Intake cairan dan makanan
Alkohol menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH) untuk meningkatkan
pembuangan urin, kopi, teh, coklat, cola (mengandung kafein) dapat
meningkatkan pembuangan dan ekskresi urin
7. Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyaj
cairan yang di keluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
menimbulkan retensi urin.
8. Pembedahan
Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin akan
menurun.
9. Pengobatan
Penggunaan diuretik menigkatkan output urin, antikolinergik dan anti hipertensi
menimbulkan retensi urin.
10. Pemeriksaan diagnostik
Intravenus pyelogram dimana pasien di batasi intake sebelum prosedur untuk
mengurangi output urin.
2.3 Masalah-masalah Eliminasi Urin1. Retensi urin
Merupakan penumpukan urin dalam bladder dan ketidak mampuan bladder untuk
mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urin yang
terdapat dalam bladder melebihi dari 400 ml. Normalnya adalah 250-400 ml.
2. Inkontinensia urin
Adalah ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urin. Ada 2 jenis inkontinensia
a. Stres inkontinensia yaitu stres yang terjadi pada saat tekana intra abdomen
meningkat seperti pada saat batuk, tertawa
b. Urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin
berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 5/19
3. Enurisis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang di akibatkan
tidak mempunyai mongontrol spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak
atu pada oarang jompo.
2.4 Perubahan pola berkemih
1. Frekuensi
Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat, biasanya
terjadi pada cystitis, stres dan wanita hamil
2. Urgensy
Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena
kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3. Dysuria
Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran kemih,
trauma dan struktur uretra.
4. Polyuria (Diuresis)
Produksi urin melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya pada
pasien DM.
5.
Urinary suppresionKeadaan dimana ginjal tidak memproduksi urin secara tiba-tiba. Anuria (urin
kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urin : 100-500 ml/24 jam)
2.5 Proses Berkemih
Berkemih (mictio, mycturi, voiding atau urination) adalah proses pengosongan
vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini di mulai dengan terkumpulnya urine
dalam vesika urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika
urinaria (bagian reseptor). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila
berisi kurang lebih 250-450 cc (pada oprang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-
anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urin yang dapat
menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis di hantarkan ke pusat pengontrol
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 6/19
berkemih yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan
impuls/rangsangan melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta
terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter internal.
Komposisi urin
1. Air (96%)
2. Larutan (4%)
a. Larutan organik
urea, amonia, kreatin, dan uric acid
b. Larutan anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium(potasium), sulfat, magnesium, dan fosfor,
Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak
2.6 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi
Sistem tubuh yang berperan dalma terjadinya proses eliminasi urin adalah
ginjal, kandung kemih, dan uretra
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut) terdiri
atas ginjal sebelh kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur
komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk di buangdalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan
menahannya agar tidak bercampur dengan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada
bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih satu juta) yang merupakan unit
dari struktur ginjal. Melalui nefron urin disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal,
kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.
2. Kandung kemih
Kandung kemih (buli-buli bladder) merupakan sebuah kantong yang terdiri
atas otot halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat
beberapa lapisan jaringan otot yang paling dalam, memanjang di tengah, dan
melingkar yang disebut sebagai detrusor, berfungsi untuk mengeluarkan urine bila
terjadi kontraksi. Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 7/19
berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar yang berfungsi
menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga uretra dapat
menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar tubu.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke toto
lingkar bagian dalam di atur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot
lingkar menjadi kendor dan terjadi kontraksi sfinter bagian dalam sehingga urine
tetap tinggal dalam kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan
motoris kandung kemih dan rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar.
Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya
sfingter.
3. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar.
Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra
digunakan sebagai tempat pengaliran urin dan sistem reproduksi, berukuran panjang
13,7 – 16,2 cm, dan terdiri atas tiga bagian, yaitu prostat. Selaput (membran) dan
bagian yang berongga (ruang).
Pada wanita, uretra memiliki panjang 3,7 – 6,2 cm dan hanya berfungsi
sebagai tempat menyalurkan urine ke bagian luar tubuhSaluran perkemihan dilapisi oleh membran mukosa, dimulai dari meatus
uretra hingga ginjal. Meskipun mikroorganisme secara normal tidak ada yang bisa
melewati uretra bagian bawah, membran mukosa ini, pada keadaan patologis, yang
terus menerus akan menjadikannya media yang baik untuk pertumbuhan beberapa
patogen.
2.7 Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urin
1. Pengumpulan urin untuk bahan pemeriksaan
Cara pengambilan urin tersebut, antara lain : pengambilan urin biasa,
pengambilan uri steril, dan pengumpulan selama 24 jam.
a. Pengambilan urin biasa merupakan pengambilan urin dengan mengeluarkan
urin secara biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya di gunakan untuk
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 8/19
pemeriksaan kadar gula dalam urin, kehamilan, dan lain-lain
b. Pengambilan urin steril merupakan pengambilan urin dengan menggunakan
alat steril, di lakukan dengan kateterisasi yang bertujuan mengetahui adanya
infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.
c. Pengambilan urin selama 24 jam merupakan pengambilan urin yang di
kumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urin
selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan output, serta mengetahui
fungsi ginjal.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Botol penampung beserta penutup
2. Etiket khusus
Prosedur kerja (untuk pasien mampu buang air kecil sendiri)
1. Cuci tangan
3. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan
4. Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, maka bantu untuk buang
air kecil. Keluarkan urin, kemudian tampung ke dalam botol.
5. Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri, maka anjurkan pasien
untuk buang air kecil dan biarkan urin yang pertama keluar dahulu. Kemudian
anjurkan menampung urin ke dalam botol6. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan
7. Cuci tangan
2. Menolong Buang Air Kecil denagn Menggunakan Urineal
Tindakan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di
kamar kecil di lakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal). Hal tersebut
di lakukan untuk menampung urin dan mengetahui kelainan dari urin (warna dan
jumlah)
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 9/19
ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. pola berkemih
b. gejala dari perubahan berkemih
c. faktor yang mempengaruhi berkemih
2. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus
b. Genetalia wanita : Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan
atropi jaringan vagina
c. Genetalia laki-laki : Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran
skrotum
3. Intake dan output cairan
a. kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam)
b. kebiasaan minum di rumah
c. intake : cairan infus, oral, makanan, NGT
d.
kaji perubahan volume urin untuk mengetahui ketidakseimbangan cairane. output urin dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi
f. karakteristik urin : warna kejernihan, bau, kepekatan
4. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : distensi bladder, pembesaran abdomen, bising usus, nyeri
abdomen, adanya kelainan abdomen yang lain
b. Genetalia wanita : implamasi, lesi, nodul, adanya sekret dari meatus, vaginitas
atropi
c. Pemeriksaan genetalia laki-laki : adanya pengeluaran dari meatus uretra,
adanya lesi, tenderness, pembesaran skrotum
5. Pemeriksaan diagnostik
a. pemeriksaan urin : warna, kejernihan, dan bau
b. kultur urin : leukosit, eritrosit, glukosa, dan pH
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 10/19
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi urin : inkontinensia
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengontrol dalam pengeluaran
urin.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Gangguan neuromuskuler
b. Spasme bladder
c. Trauma pelvic
d. Infeksi saluran kemih
e. Trauma medulla spinalis
Kemungkinan data yang di temukan :
a. Inkontinensia
b. Keinginan berkemih yang segera
c. sering ke toilet
d. menghindari minum
e. Spasme bladder
f. Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml
Tujuan yang di harapkan
a.
Klien dapat mengontrol pengeluaran urin setiap 4 jamb. Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urin
c. Klien berkemih dalam keadaan rileks
Intervensi dan rasional
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Rasional : membantu mencegah distensi/ komplikasi
2. Tingkatkan aktifitas dengan kolaborasi dokter/ fisioterapi
Rasional : meningkatkan kekuatan otot ginjal dan fungsi bladder
3 Kolaborasi dalam bladder training
Rasional : menguatkan otot dasar pelvis
4. Hindari faktor pencetus inkontinensia urin seperti cemas
Rasional : mengurangi/ menghindari inkontinensia
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 11/19
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateterisasi
Rasional : mengatasi faktor penyebab
6. Jelaskan tentang pengobatan, kateter, penyebab, tindakan lainnya
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan di harapkan pasien lebih kooperatif
2. Retensi urin
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara
tuntas
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Obstruksi mekanik
b. Pembesaran prostat
c. Trauma
d. Pembedahan
e. Kehamilan
Kemungkinan di temukan data :
a. Tidak tuntasnya pengeluaran urin
b. Distensi bladder
c. Hipertropi prostat
d.
Kankere. Infeksi saluran kemih
f. Pembedahan besar abdomen
Tujuan yang di harapkan :
a. Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam
b. Tanda dan gejala retensi urin tidak ada
Intervensi dan rasional
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Rasional : menentukan masalah
2. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
Rasional : memonitor keseimbangan cairan
3. Berikan cairan 2000 ml/hari dengan kolaborasi
Rasional : menjaga defisit cairan
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 12/19
4. Kurangi minum setelah jam 6 malam
Rasional : menjaga nokturia
5. Kaji dan monitor analisis urin elektrolit dan berat badan
Rasional : membantu memonitor keseimbangan cairan
6. Lakukan latihan pergerakan
Rasional : meningkatkan fungsi ginjal dan bladder
7. Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih
Rasional : relaksasi pikiran dapat meningkatkan kemampuan berkemih
8. Ajarkan teknik latihan dengan kolaborasi dokter/ fisioterapi
Rasional : menguatkan otot pelvis
9. Kolaborasi dalam pemasangan kateter
Rasional : mengeluarkan urin
Persiapan alat dan bahan
1. urineal
2. pengalas
3. tisu
Prosedur kerja
1. cuci tangan
2.
jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan3. pasang alas urineal di bawah glutea
4. lepas pakaian bawah pasien
5. pasang urineal di bawah glutea/ pinggul atau di antara kedua paha
6. anjurkan pasien untuk berkemih
7. setelah selesai, rapikan alat
8. cuci tangan, catat warna, dan jumlah produksi urine
3. Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter ke dalam kandung kemih
melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, eliminasi, sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, kateterisasi terbagi
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 13/19
menjadi dua tipe indikasi, yaitu tipe intermitent (straight kateter) dan tipe
indwelling (falley kateter)
Indikasi
Tipe Intermitent
1. Tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
2. Retensi akut setelah trauma uretra
3. Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik
4. Cedera tulang belakang
5. Degenerasi neuromuskular secara progresif
6. Untuk mengeluarkan urine residual
Tipe indwelling
1. Obstruksi aliran urine
2. post op uretra dan struktur disekitarnya (Tur – P)
3. obstruksi uretra
4. inkontinensia dan disorientasi berat
Persiapan alat dan bahan
1. Sarung tangan steril
2.
Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis)3. Duk steril
4. Minyak pelumas / jelly
5. Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)
6. Spuit yang berisi cairan
7. Perlak dan alasnya
8. Pinset anatomi
9. Belgkok
10. urineal bag
11. sampiran
prosedur kerja (pada perempuan)
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 14/19
3. Atur ruangan
4. Pasang perlak / alas
5. Gunakan sarung steril
6. Pasang duk steril
7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (+ 3 kali hingga
bersih)
8. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian
dalam
9. Kateter diberi minyak pelumas pada ujungnya, lalu asupan pelan-pelan sambil
anjurkan untuk tarik napas, asupan (2,5 – 5 cm) atau hingga urine keluar
10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades atau sejenisnya dengan
menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap. Bila tidak dipasang tetap, tarik
kembali sambil pasien disuruh napas dalam
11. sambung kateter dengan urineal bag dan fiksasi ke arah samping
12. Rapikan alat
13. Cuci tangan
(Kebutuhan Dasar Manusia, Aziz Alimul, 2006 Jilid 2, hal 79 – 103)
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 15/19
UROLITIASIS
1. Pengertian
Urolitiasis merupakan batu ginjal atau (kalkulus) adalah bentuk deposit
mineral,paling umum oksalat Ca²+ dan fosfat Ca²+,namun asam urat dan kristal lain
jaga pembentuk batu.Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari
saluran perkemihan batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik
ginjal.Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar ke dalam ureter dan atau
aliran urin terhambat,bila potensial untuk kerusakan ginjal adalah akut.
2. Diagnosis
Diagnosis batu saluran kencing dapat di tegakkan dengan beberapa cara:
1. Gambaran klinis
2. Laboratorium
Pada pemeriksaan urin di dapatkan hematuria, dan bila terjadi obstruksi yang
lama akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
3. Pielografi intravena
Dapat melihat besarnya batu, letaknya dan adanya tanda-tanda obstruksi, terutama
untuk batu yang tidak tembus sinar.4. Sistoskopi
Dapat membantu pada keadaan-keadaan yang meragukan di dalam buli-buli.
5. Ultra-sonografi
Dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di dalam buli-buli, dan
adanya tanda-tanda obstruksi urin.
6. Pielografi retrograd
Dilakukan terutama pada jenis batu yang radiolusen
3. Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan batu saluran kencing adalah:
1. menghilangkan obstruksi
2. mengobati infeksi
3. menghilangkan rasa nyeri
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 16/19
4. mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi.
Untuk mencapai tujuan ini, langkah-langkah yang dapat di ambil adalah sebagai
berikut:
1. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya dan besarnya batu
2. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kencing:
- rasa nyeri
- obstruksi di sertai perubahab-perubahan pada ginjal
- infeksi
- adanya gangguan fungsi ginjal
3. Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri
4. Analisis batu
5. Mencari latar belakang terjadinya batu
6. Mengusahakan pencegahan terjadi rekurensi
4. Prognosis
Prognosis batu saluran kencing tergantung dari faktor-faktor antara lain:
1. besar batu
2.
letak batu3. adanya infeksi
4. adanya obstruksi
Makin besar batu makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan
obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan
dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan
fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.
5. Patogenesis
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik
ataupun asimtomatik.
Teori terbentuknya batu antara lain:
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 17/19
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia organik
sebagai inti. Substansia organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti
sistin,santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada
urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat,
sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat
d. Teori berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,polifosfat,
sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu
saluran kencing.
6. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya batu saluran kencing harus di lihat faktor-faktor
yang ikut berperan mempengaruhi kalkuligenesis. Analisis batu untuk mengetahui jenis batu dapat membantu dalam langkah pencegahan terjadinya rekurensi.
Dengan menghilangnya faktor-faktor yang mempengaruhi kalkuligenesis serta
pengaturan jenis makanan dan minuman terhadap penderita-penderita yang telah di
ketahui jenis batunya, terjadinya batu saluran kencing dan kemungkinan terjadinya
rekurensi akan dapat di cegah.
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 18/19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Tn. ”G” dengan urolitiasis sehubungan dengan
gangguan kebutuhan eliminasi urin. Bapak merasa sakit saat BAK dan sulit keluar
kemudian pasien dibawa ke Bapelkes RSD Jombang tanggal 12 Juli 2009. Pasien
masuk melalui UGD dipindah di Paviliyun Mawar . Evaluasi tanggal 17 Juli 2009
sedikit berjalan baik.
3.2 Saran
1. Bagi pasien
Hendaklah pasien bisa bekerja sama dengan tenaga kesehatan dalam melakukan
asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan baik dan teliti.
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat melaksanakan teori manajemen keperawatan dalam praktek
keperawatan.
5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 19/19
DAFTAR PUSTAKA
Marilyn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC : Jakarta
Rahardjo Pudji, 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2
Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Salemba Medika, Jakarta
Potter Perry, 2006, hal 167
Wartonah, Tarwoto, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia, Salemba Medika : Jakarta