askep+kebutuhan+eliminasi+urine

19
 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan pergerakan badan. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urin adalah pertumbuhan dan perkembangan, sosiokultural, psikologis, kebiasaan seseorang, tonus otot, intake cairan dan makanan, kondisi penyakit, pembedahan, pengobatan, pemeriksaan diagnostik dan lain-lain. Kebanyakan masyarakat sering mengabaikan keinginannya untuk berkemih. Padahal sikap seperti itu dapat menyebabkan masalah- masalah yang berhubungan dengan eliminasi urin, seperti retensi urin, inkontinensia urin, dan enurisis. 1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien sesuai dengan manajemen kebidanan menurut Helen Varney. 2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Tn. ”G” dengan urolitiasis diharapkan, mahasiswa mampu : a. melakukan pengkajian data b. menganalisa data c. mendiagnosa keperawatan d. mengidentifikasi kebutuhan segera e. merumuskan suatu tindakan yang komprehensif f. melaksanakan suatu tindakan sesuai rencana g. mengevaluasi pelaksanan asuhan kebidanan 1.3 Manfaat Penulisan a. Bagi klien Agar mereka mengetahui bahwa urolitiasis merupakan masalah dalam tubuh,

Upload: edy-dwi-permana

Post on 10-Jul-2015

680 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 1/19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi

organ dan pergerakan badan. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urin adalah

pertumbuhan dan perkembangan, sosiokultural, psikologis, kebiasaan seseorang,

tonus otot, intake cairan dan makanan, kondisi penyakit, pembedahan, pengobatan,

pemeriksaan diagnostik dan lain-lain. Kebanyakan masyarakat sering mengabaikan

keinginannya untuk berkemih. Padahal sikap seperti itu dapat menyebabkan masalah-

masalah yang berhubungan dengan eliminasi urin, seperti retensi urin, inkontinensia

urin, dan enurisis.

1.2 Tujuan

1.  Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien sesuai dengan

manajemen kebidanan menurut Helen Varney.

2.  Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Tn. ”G” dengan urolitiasis diharapkan,mahasiswa mampu :

a.  melakukan pengkajian data

b.  menganalisa data

c.  mendiagnosa keperawatan

d.  mengidentifikasi kebutuhan segera

e.  merumuskan suatu tindakan yang komprehensif 

f.  melaksanakan suatu tindakan sesuai rencana

g.  mengevaluasi pelaksanan asuhan kebidanan

1.3 Manfaat Penulisan

a.  Bagi klien

Agar mereka mengetahui bahwa urolitiasis merupakan masalah dalam tubuh,

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 2/19

karena dapat mempertinggi resiko infeksi.

b.  Bagi penulis

Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan teori manajemen kebidanan

menurut Helen Varney dalam praktek kebidanan.

c.  Bagi institusi

Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan dan

perbandingan pada penanganan kasus urolitiasis.

1.4 Cara Pengumpulan Data

a.  Wawancara

Wawancara langsung dengan pasien

b.  Studi dokumentasi

Melengkapi data sesuai format yang ada

c.  Observasi

Melakukan pengamatan langsung dan pemeriksaan fisik pada pasien.

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 3/19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KEBUTUHAN ELIMINASI URIN

2.1  Definisi

-  Eliminasi urin adalah pengeluaran cairan proses pengeluaran ini sangat

tergantung pada fungsi organ-organ eliminasi seperti ginjal, ureter, bledder dan

uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urin. Ureter

mengalirkan urin ke bledder. Dalam bledder urin di tampung sampai mencapai

batas tertentu yang kemudian di keluarkan melalui uretra.

-  Eliminasi urin adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh yang

berupa cairan yang tergantung dari fungsi ginjal, ureter, kandung kemih dan

uretra. Sehingga urin dapat keluar dengan baik 

2.2  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urin

1.  Pertumbuhan dan perkembangan

Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin pada orang

tua volume bledder berkurang demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi

berkemih juga akan lebih sering.2.  Sosiokultural

Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat

tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat kemih pada lokasi terbuka

3.  Psikologis

Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih

4.  Kebiasaan seseorang

Misalnya seseorang hanya bisa berkemihdi toilet, sehingga ia tidak dapat

berkemih dengan menggunakan pot urine

5.  Tonus otot

Eliminasi urin membutuhkan tonus otot bledder, otot abdomen dan pelvis untuk 

berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan

berkurang.

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 4/19

6.  Intake cairan dan makanan

Alkohol menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH) untuk meningkatkan

pembuangan urin, kopi, teh, coklat, cola (mengandung kafein) dapat

meningkatkan pembuangan dan ekskresi urin

7.  Kondisi penyakit

Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyaj

cairan yang di keluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih

menimbulkan retensi urin.

8.  Pembedahan

Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin akan

menurun.

9.  Pengobatan

Penggunaan diuretik menigkatkan output urin, antikolinergik dan anti hipertensi

menimbulkan retensi urin.

10. Pemeriksaan diagnostik 

Intravenus pyelogram dimana pasien di batasi intake sebelum prosedur untuk 

mengurangi output urin.

2.3 Masalah-masalah Eliminasi Urin1.  Retensi urin

Merupakan penumpukan urin dalam bladder dan ketidak mampuan bladder untuk 

mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urin yang

terdapat dalam bladder melebihi dari 400 ml. Normalnya adalah 250-400 ml.

2.  Inkontinensia urin

Adalah ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap untuk 

mengontrol ekskresi urin. Ada 2 jenis inkontinensia

a.  Stres inkontinensia yaitu stres yang terjadi pada saat tekana intra abdomen

meningkat seperti pada saat batuk, tertawa

b.  Urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin

berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 5/19

3.  Enurisis

Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang di akibatkan

tidak mempunyai mongontrol spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak 

atu pada oarang jompo.

2.4  Perubahan pola berkemih

1.  Frekuensi

Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat, biasanya

terjadi pada cystitis, stres dan wanita hamil

2.  Urgensy

Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena

kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.

3.  Dysuria

Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran kemih,

trauma dan struktur uretra.

4.  Polyuria (Diuresis)

Produksi urin melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya pada

pasien DM.

5. 

Urinary suppresionKeadaan dimana ginjal tidak memproduksi urin secara tiba-tiba. Anuria (urin

kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urin : 100-500 ml/24 jam)

2.5  Proses Berkemih

Berkemih (mictio, mycturi, voiding atau urination) adalah proses pengosongan

vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini di mulai dengan terkumpulnya urine

dalam vesika urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika

urinaria (bagian reseptor). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila

berisi kurang lebih 250-450 cc (pada oprang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-

anak).

Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urin yang dapat

menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis di hantarkan ke pusat pengontrol

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 6/19

berkemih yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan

impuls/rangsangan melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta

terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter internal.

Komposisi urin

1. Air (96%)

2. Larutan (4%)

a.  Larutan organik 

urea, amonia, kreatin, dan uric acid

b.  Larutan anorganik 

Natrium (sodium), klorida, kalium(potasium), sulfat, magnesium, dan fosfor,

Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak 

2.6  Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi

Sistem tubuh yang berperan dalma terjadinya proses eliminasi urin adalah

ginjal, kandung kemih, dan uretra

1. Ginjal

Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut) terdiri

atas ginjal sebelh kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur

komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk di buangdalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan

menahannya agar tidak bercampur dengan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada

bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih satu juta) yang merupakan unit

dari struktur ginjal. Melalui nefron urin disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal,

kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.

2. Kandung kemih

Kandung kemih (buli-buli bladder) merupakan sebuah kantong yang terdiri

atas otot halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat

beberapa lapisan jaringan otot yang paling dalam, memanjang di tengah, dan

melingkar yang disebut sebagai detrusor, berfungsi untuk mengeluarkan urine bila

terjadi kontraksi. Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 7/19

berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar yang berfungsi

menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga uretra dapat

menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar tubu.

Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke toto

lingkar bagian dalam di atur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot

lingkar menjadi kendor dan terjadi kontraksi sfinter bagian dalam sehingga urine

tetap tinggal dalam kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan

motoris kandung kemih dan rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar.

Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya

sfingter.

3. Uretra

Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar.

Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra

digunakan sebagai tempat pengaliran urin dan sistem reproduksi, berukuran panjang

13,7 – 16,2 cm, dan terdiri atas tiga bagian, yaitu prostat. Selaput (membran) dan

bagian yang berongga (ruang).

Pada wanita, uretra memiliki panjang 3,7 – 6,2 cm dan hanya berfungsi

sebagai tempat menyalurkan urine ke bagian luar tubuhSaluran perkemihan dilapisi oleh membran mukosa, dimulai dari meatus

uretra hingga ginjal. Meskipun mikroorganisme secara normal tidak ada yang bisa

melewati uretra bagian bawah, membran mukosa ini, pada keadaan patologis, yang

terus menerus akan menjadikannya media yang baik untuk pertumbuhan beberapa

patogen.

2.7  Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urin

1.  Pengumpulan urin untuk bahan pemeriksaan

Cara pengambilan urin tersebut, antara lain : pengambilan urin biasa,

pengambilan uri steril, dan pengumpulan selama 24 jam.

a.  Pengambilan urin biasa merupakan pengambilan urin dengan mengeluarkan

urin secara biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya di gunakan untuk 

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 8/19

pemeriksaan kadar gula dalam urin, kehamilan, dan lain-lain

b.  Pengambilan urin steril merupakan pengambilan urin dengan menggunakan

alat steril, di lakukan dengan kateterisasi yang bertujuan mengetahui adanya

infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.

c.  Pengambilan urin selama 24 jam merupakan pengambilan urin yang di

kumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urin

selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan output, serta mengetahui

fungsi ginjal.

Persiapan Alat dan Bahan :

1.  Botol penampung beserta penutup

2.  Etiket khusus

Prosedur kerja (untuk pasien mampu buang air kecil sendiri)

1.  Cuci tangan

3.  Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan

4.  Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, maka bantu untuk buang

air kecil. Keluarkan urin, kemudian tampung ke dalam botol.

5.  Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri, maka anjurkan pasien

untuk buang air kecil dan biarkan urin yang pertama keluar dahulu. Kemudian

anjurkan menampung urin ke dalam botol6.  Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan

7.  Cuci tangan

2.  Menolong Buang Air Kecil denagn Menggunakan Urineal

Tindakan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di

kamar kecil di lakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal). Hal tersebut

di lakukan untuk menampung urin dan mengetahui kelainan dari urin (warna dan

 jumlah)

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 9/19

ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI

A.  Pengkajian

1.  Riwayat keperawatan

a. pola berkemih

b. gejala dari perubahan berkemih

c. faktor yang mempengaruhi berkemih

2.  Pemeriksaan fisik 

a.  Abdomen : Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,

pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus

b.  Genetalia wanita : Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan

atropi jaringan vagina

c.  Genetalia laki-laki : Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran

skrotum

3.  Intake dan output cairan

a.  kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam)

b.  kebiasaan minum di rumah

c.  intake : cairan infus, oral, makanan, NGT

d. 

kaji perubahan volume urin untuk mengetahui ketidakseimbangan cairane.  output urin dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi

f.  karakteristik urin : warna kejernihan, bau, kepekatan

4.  Pemeriksaan fisik 

a.  Abdomen : distensi bladder, pembesaran abdomen, bising usus, nyeri

abdomen, adanya kelainan abdomen yang lain

b.  Genetalia wanita : implamasi, lesi, nodul, adanya sekret dari meatus, vaginitas

atropi

c.  Pemeriksaan genetalia laki-laki : adanya pengeluaran dari meatus uretra,

adanya lesi, tenderness, pembesaran skrotum

5.  Pemeriksaan diagnostik 

a.  pemeriksaan urin : warna, kejernihan, dan bau

b.  kultur urin : leukosit, eritrosit, glukosa, dan pH

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 10/19

B.  Diagnosa Keperawatan

1.  Gangguan pola eliminasi urin : inkontinensia

Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengontrol dalam pengeluaran

urin.

Kemungkinan berhubungan dengan :

a.  Gangguan neuromuskuler

b.  Spasme bladder

c.  Trauma pelvic

d.  Infeksi saluran kemih

e.  Trauma medulla spinalis

Kemungkinan data yang di temukan :

a. Inkontinensia

b. Keinginan berkemih yang segera

c. sering ke toilet

d. menghindari minum

e. Spasme bladder

f. Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml

Tujuan yang di harapkan

a. 

Klien dapat mengontrol pengeluaran urin setiap 4 jamb.  Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urin

c.  Klien berkemih dalam keadaan rileks

Intervensi dan rasional

1.  Monitor keadaan bladder setiap 2 jam

Rasional : membantu mencegah distensi/ komplikasi

2.  Tingkatkan aktifitas dengan kolaborasi dokter/ fisioterapi

Rasional : meningkatkan kekuatan otot ginjal dan fungsi bladder

3  Kolaborasi dalam bladder training

Rasional : menguatkan otot dasar pelvis

4.  Hindari faktor pencetus inkontinensia urin seperti cemas

Rasional : mengurangi/ menghindari inkontinensia

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 11/19

5.  Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateterisasi

Rasional : mengatasi faktor penyebab

6.  Jelaskan tentang pengobatan, kateter, penyebab, tindakan lainnya

Rasional : meningkatkan pengetahuan dan di harapkan pasien lebih kooperatif 

2.  Retensi urin

Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara

tuntas

Kemungkinan berhubungan dengan :

a. Obstruksi mekanik 

b. Pembesaran prostat

c. Trauma

d. Pembedahan

e. Kehamilan

Kemungkinan di temukan data :

a.  Tidak tuntasnya pengeluaran urin

b.  Distensi bladder

c.  Hipertropi prostat

d. 

Kankere.  Infeksi saluran kemih

f.  Pembedahan besar abdomen

Tujuan yang di harapkan :

a.  Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam

b.  Tanda dan gejala retensi urin tidak ada

Intervensi dan rasional

1.  Monitor keadaan bladder setiap 2 jam

Rasional : menentukan masalah

2.  Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam

Rasional : memonitor keseimbangan cairan

3. Berikan cairan 2000 ml/hari dengan kolaborasi

Rasional : menjaga defisit cairan

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 12/19

4.  Kurangi minum setelah jam 6 malam

Rasional : menjaga nokturia

5.  Kaji dan monitor analisis urin elektrolit dan berat badan

Rasional : membantu memonitor keseimbangan cairan

6.  Lakukan latihan pergerakan

Rasional : meningkatkan fungsi ginjal dan bladder

7.  Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih

Rasional : relaksasi pikiran dapat meningkatkan kemampuan berkemih

8.  Ajarkan teknik latihan dengan kolaborasi dokter/ fisioterapi

Rasional : menguatkan otot pelvis

9.  Kolaborasi dalam pemasangan kateter

Rasional : mengeluarkan urin

Persiapan alat dan bahan

1.  urineal

2.  pengalas

3.  tisu

Prosedur kerja

1.  cuci tangan

2. 

 jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan3.  pasang alas urineal di bawah glutea

4.  lepas pakaian bawah pasien

5.  pasang urineal di bawah glutea/ pinggul atau di antara kedua paha

6.  anjurkan pasien untuk berkemih

7.  setelah selesai, rapikan alat

8.  cuci tangan, catat warna, dan jumlah produksi urine

3.  Melakukan Kateterisasi

Kateterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter ke dalam kandung kemih

melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai

pengambilan bahan pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, eliminasi, sebagai

pengambilan bahan pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, kateterisasi terbagi

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 13/19

menjadi dua tipe indikasi, yaitu tipe intermitent (straight kateter) dan tipe

indwelling (falley kateter)

Indikasi

Tipe Intermitent

1.  Tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi

2.  Retensi akut setelah trauma uretra

3.  Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik 

4.  Cedera tulang belakang

5.  Degenerasi neuromuskular secara progresif 

6.  Untuk mengeluarkan urine residual

Tipe indwelling

1.  Obstruksi aliran urine

2.  post op uretra dan struktur disekitarnya (Tur – P)

3.  obstruksi uretra

4.  inkontinensia dan disorientasi berat

Persiapan alat dan bahan

1.  Sarung tangan steril

2. 

Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis)3.  Duk steril

4.  Minyak pelumas / jelly

5.  Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)

6.  Spuit yang berisi cairan

7.  Perlak dan alasnya

8.  Pinset anatomi

9.  Belgkok 

10. urineal bag

11. sampiran

prosedur kerja (pada perempuan)

1.  Cuci tangan

2.  Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 14/19

3.  Atur ruangan

4.  Pasang perlak / alas

5.  Gunakan sarung steril

6.  Pasang duk steril

7.  Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (+ 3 kali hingga

bersih)

8.  Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian

dalam

9.  Kateter diberi minyak pelumas pada ujungnya, lalu asupan pelan-pelan sambil

anjurkan untuk tarik napas, asupan (2,5 – 5 cm) atau hingga urine keluar

10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades atau sejenisnya dengan

menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap. Bila tidak dipasang tetap, tarik 

kembali sambil pasien disuruh napas dalam

11. sambung kateter dengan urineal bag dan fiksasi ke arah samping

12. Rapikan alat

13. Cuci tangan

(Kebutuhan Dasar Manusia, Aziz Alimul, 2006 Jilid 2, hal 79 – 103)

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 15/19

UROLITIASIS

1.  Pengertian

Urolitiasis merupakan batu ginjal atau (kalkulus) adalah bentuk deposit

mineral,paling umum oksalat Ca²+ dan fosfat Ca²+,namun asam urat dan kristal lain

  jaga pembentuk batu.Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari

saluran perkemihan batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik 

ginjal.Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar ke dalam ureter dan atau

aliran urin terhambat,bila potensial untuk kerusakan ginjal adalah akut.

2.  Diagnosis

Diagnosis batu saluran kencing dapat di tegakkan dengan beberapa cara:

1.  Gambaran klinis

2.  Laboratorium

Pada pemeriksaan urin di dapatkan hematuria, dan bila terjadi obstruksi yang

lama akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

3.  Pielografi intravena

Dapat melihat besarnya batu, letaknya dan adanya tanda-tanda obstruksi, terutama

untuk batu yang tidak tembus sinar.4.  Sistoskopi

Dapat membantu pada keadaan-keadaan yang meragukan di dalam buli-buli.

5.  Ultra-sonografi

Dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di dalam buli-buli, dan

adanya tanda-tanda obstruksi urin.

6.  Pielografi retrograd

Dilakukan terutama pada jenis batu yang radiolusen

3.  Penatalaksanaan

Tujuan pengelolaan batu saluran kencing adalah:

1.  menghilangkan obstruksi

2.  mengobati infeksi

3.  menghilangkan rasa nyeri

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 16/19

4.  mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya

rekurensi.

Untuk mencapai tujuan ini, langkah-langkah yang dapat di ambil adalah sebagai

berikut:

1.  Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya dan besarnya batu

2.  Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kencing:

-  rasa nyeri

-  obstruksi di sertai perubahab-perubahan pada ginjal

-  infeksi

-  adanya gangguan fungsi ginjal

3.  Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri

4.  Analisis batu

5.  Mencari latar belakang terjadinya batu

6.  Mengusahakan pencegahan terjadi rekurensi

4.  Prognosis

Prognosis batu saluran kencing tergantung dari faktor-faktor antara lain:

1.  besar batu

2. 

letak batu3.  adanya infeksi

4.  adanya obstruksi

Makin besar batu makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan

obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan

dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan

fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.

5.  Patogenesis

Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik 

ataupun asimtomatik.

Teori terbentuknya batu antara lain:

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 17/19

a.  Teori inti matriks

Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia organik 

sebagai inti. Substansia organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan

mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi

pembentuk batu.

b.  Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti

sistin,santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

c.  Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada

urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat,

sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat

d.  Teori berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,polifosfat,

sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu

saluran kencing.

6.  Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya batu saluran kencing harus di lihat faktor-faktor

yang ikut berperan mempengaruhi kalkuligenesis. Analisis batu untuk mengetahui jenis batu dapat membantu dalam langkah pencegahan terjadinya rekurensi.

Dengan menghilangnya faktor-faktor yang mempengaruhi kalkuligenesis serta

pengaturan jenis makanan dan minuman terhadap penderita-penderita yang telah di

ketahui jenis batunya, terjadinya batu saluran kencing dan kemungkinan terjadinya

rekurensi akan dapat di cegah.

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 18/19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada Tn. ”G” dengan urolitiasis sehubungan dengan

gangguan kebutuhan eliminasi urin. Bapak merasa sakit saat BAK dan sulit keluar

kemudian pasien dibawa ke Bapelkes RSD Jombang tanggal 12 Juli 2009. Pasien

masuk melalui UGD dipindah di Paviliyun Mawar . Evaluasi tanggal 17 Juli 2009

sedikit berjalan baik.

3.2 Saran

1.  Bagi pasien

Hendaklah pasien bisa bekerja sama dengan tenaga kesehatan dalam melakukan

asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan baik dan teliti.

2.  Bagi mahasiswa

Mahasiswa dapat melaksanakan teori manajemen keperawatan dalam praktek 

keperawatan.

5/10/2018 Askep+Kebutuhan+Eliminasi+Urine - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepkebutuhaneliminasiurine 19/19

DAFTAR PUSTAKA

Marilyn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC : Jakarta

Rahardjo Pudji, 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Salemba Medika, Jakarta

Potter Perry, 2006, hal 167

Wartonah, Tarwoto, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia, Salemba Medika : Jakarta