askep_urolitiasis_(tresna).docx

78
ASKEP UROLITIASIS KONSEP DASAR UROLITHIASIS Pengertian Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan batu a. Faktor Endogen Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria. b. Faktor Eksogen Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum. c. Faktor lain a) Infeksi Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK) Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali. b) Stasis dan Obstruksi Urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing. c) Jenis Kelamin Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 1 d) Ras Batu Saluran Kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.

Upload: chandrafitriyaa

Post on 18-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

ASKEP UROLITIASIS

KONSEP DASAR UROLITHIASIS

PengertianUrolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.

Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan batua.Faktor EndogenFaktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.

b.Faktor EksogenFaktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.

c.Faktor laina)InfeksiInfeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK) Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.

b)Stasis dan Obstruksi UrineAdanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing.

c)Jenis KelaminLebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 1

d)RasBatu Saluran Kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.

e)KeturunanAnggota keluarga Batu Saluran Kencing lebih banyak mempunyai kesempatan

f)Air MinumMemperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.

g)PekerjaanPekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.

h)SuhuTempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringan.

i)MakananMasyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas Batu Saluran Kencing berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita Batu Saluran Kencing (buli-buli dan Urethra).

PatogenesisSebagian besar Batu Saluran Kencing adalah idiopatik, bersifat simptomatik ataupun asimptomatik.

Teori Terbentuknya Batua.Teori IntimatriksTerbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.b.Teori SupersaturasiTerjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.c.Teori Presipitasi-KristalisasiPerubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.d.Teori Berkurangnya Faktor PenghambatBerkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.

PENGKAJIAN DATA DASAR1.Riwayat atau adanya faktor resikoa.Perubahan metabolik atau dietb.Imobilitas lamac.Masukan cairan tak adekuatd.Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing sebelumnyae.Riwayat keluarga dengan pembentukan batu

2.Pemeriksaan fisik berdasarka pada survei umum dapat menunjukkan :a.Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan konstan. Batu ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang timbul yang berkurang setelah batu lewat.b.Mual dan muntah serta kemungkinan diarec.Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh dan bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat obstruksi saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat kerusakan jaringan ginjal

3.Pemeriksaan Diagnostika.Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.b.Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.c.Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.d.Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.e.IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).f.Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.g.USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

Penatalaksanaana.Menghilangkan Obstruksib.Mengobati Infeksic.Menghilangkan rasa nyerid.Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi.Komplikasia.Obstruksi Ginjalb.Perdarahanc.Infeksid.Hidronefrosis

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul1.Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal2.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal atau pada uretra.3.Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.4.Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.

II.PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN

TGLDiagnosa Keperawatan/Data PenunjangTUJUAN/KRITERIARENCANA TINDAKANrasionalNAMA PERAWAT / MAHASISWA

1 April 2002Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjalData Penunjang :-Kolik yang berlebihan-Lemes, mual, muntah, keringat dingin-Pasien gelisahTujuan :Rasa sakit dapat diatasi/hilangKriteria :-Kolik berkurang/hilang-Pasien tidak mengeluh nyeri-Dapat beristirahat dengan tenang-Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.

-Observasi adanya abdominal pain

-Kaji adanya keringat dingin, tidak dapat istirahat dan ekspresi wajah.-Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.-Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 4 liter perhari selama tidak ada kontra indikasi.-Berikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.-Ajarkan teknik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine-Kolaborasi dengan tim dokter :Pemberian Cairan Intra Vena

Pemberian obat-obatan Analgetic, Narkotic atau Anti Spasmodic.

-Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat-obat Narkotic, Analgetic dan Anti Spasmodic.-Peningkatan nyeri adalah indikatif dari obstruksi, sedangkan nyeri yang hilang tiba-tiba menunjukkan batu bergerak. Nyeri dapat menyebabkan shock.-Kemungkinan adanya penyakit/komplikasi lain.-Kemungkinan salah satu tanda shock

-Memberikan informasi tentang penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.-Cairan membantu membesihkan ginjal dandapat mengeluarkan batu kecil.

-Untuk mengurangi sumber stressor

-Untuk mengurangi/menghilang kan nyeri tanpa obat-obatan

Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual, muntah dan keringat dingin terjadi.Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri/kolik yang berlebihan

-Untuk mengetahui efek samping yang tidak diharapkan dari pemberian obat-obatan tersebut.

Hazil

2 April 2002.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal atau pada uretra.Data Penunjang :Urine out put30 cc per jamDaerah perifer dingin pucatTD100/70 mmHg,HR > 120 X/mt,RR > 28 X/mt.Pengisian kapiler > 3 detikTujuan :Gangguan perfusi dapat diatasiKriteria :-Produksi urine 30 50 cc perjam.-Perifer hangat-Tanda-tanda vital dalam batas normal :Sistolik 100 140 mmHg.Diastolik 70 90 mmHg.Nadi 60 100 X/mtPernafasan 16 24 X/mt-Pengisian kapiler3 detik-Observasi tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah dan pernafasan).-Observasi Produksi urine setiap jam.

-Observasi perubahan tingkat kesadaran.-Kolaborasi dengan tim kesehatan:Pemeriksaan laboratorium : kadar ureum/kreatinin, Hb, urine HCT.Pemberian diet rendah protein, rendah kalsium dan posfatPemberian ammonium chloride dan mandelamine.-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah-Untuk mendeteksi dini terhadap masalahUntuk mendeteksi dini terhadap masalahUntuk mencegah/ mengurangi masalahUntuk mencegah/ mengurangi masalah

Hazil

3 April 2002.Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.Data Penunjang :-Ekspresi wajah tegang, gelisah, tidak bisa tidur.-Tidak kooperatif dalam pengobatan.-HR = 125 X/mtTujuan :Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.Kriteria :-Pasien dapat nenyatakan kecemasan yang dirasakan.-Pasien dapat beristirahat dengan tenang.-Nadi dalam batas normal.-Ekspresi wajah ceria/rileks.-Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.-Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.-Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.-Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.-Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.-Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .

-Hindari konfrontasi dengan pasien.-Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan pasien.-Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.-Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.-Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.-Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.-Untuk mengurangi rasa cemas

-privacy dan lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa cemas.-Untuk dapat lebih memberikan ketenangan.-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah-Untuk mengurangi rasa cemas

-Kemampuan pemecahan masalah pasien meningkat bila lingkungan nyaman dan mendukung diberikan.-Untuk mengurangi ketegangan pasien-Informasi yang diberikan dapat membantu mengurangi kecemasan/ansietas-Untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan

-Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan pasien-Untuk mengurangi ketergantungan pasien

-Untuk meningkatkan harga diri pasien.

Hazil

4 April 2002.Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.Data Penunjang :-Pasien menyatakan belum memahami tentang penyakitnya.-Pasien bertanya-tanya tentang proses penyakit dan pengobatan.-Pasien kurang kooperatif dalam program pengobatanTujuan :Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkatKriteria-Pasien dapat menjelaskan kembali tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik.-Pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan penyakit dan program pengobatannya.-Pasien kooperatif dalam program pengobatan.-Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatannya.-Berikan penjelasan tentang penyakit, tujuan pengobatan dan program pengobatan.-Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.-Diskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 4 liter perhari selama tidak ada kontra indikasi.

-Diskusikan tentang pentingnya diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat.-Batasi aktifitas fisik yang berat.-Pengetahuan membantu mengembangkan kepatuhan pasien dan keluarga terhadap rencana terapeutik-Untuk menambah pengetahuan pasien

-Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalah

-Untuk menambah pengetahuan pasien bahwa cairan dapat membantu pembersihan ginjal dan dapat mengeluargan batu kecil-Untuk menambah pengetahuan pasien dan mencegah kekambuhan

-Untuk mencegah kekambuhan

Hazil

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (1995).Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000).Rencana Asuhan Keperawatan(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998).Rencana Asuhan KeperawatanMedikal Bedah.Volume I (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996).Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Soeparman. (1990).Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II. FKUI. Jakarta.Diposkan olehMaryadi hazildi07.14

askep urolitiasis

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBatu saluran kemih menurut tempatnya sebagai batu ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaaan tidak normal dalam ginjal, mengandung komponen kristal dan matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas pada kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau di kandung kemih.batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalisium oksalat ataupun kalsium fosfat, secara bersama dijumpai sampai sebesar 65-85 % dari jumlah keseluruhan batu ginjal.Sukahtya dan Muhamad Ali (1975) melaporkan dari 96 batu saluran kemih ditemukan batu dengan kandungan asam urat tinggi, bentuk murni sebesar 24 (25%) dan campuran bersama kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 76 (79%), sedangkan batu kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 71 (73%).Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Di negara berkembang batu saluran kemih banyak dijumpai. Epidemiologi batu saluran kemih bagian atas di negara berkembang dijumpai ada hubungan yang erat dengan perkembangan ekonomi serata dengan peningkatan pengeluaran biaya untuk kebutuhan makanan perkapita.

B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan urolitiasis?.

C. Tujuan Penulisana. Tujuan UmumUntuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan urolitiasis.

b. Tujuan Khusus1. Dapat menjelaskan pengertian urolitiasis.2. Dapat menjelaskan etiologi, patofisioloi dari penyakit urolitiasis.3. Dapat menjelaskan manifestasi klinik dari penyakit urolitiasis.4. Dapat menjelaskan penatalaksanaan medik dari penyakit urolitiasis.5. Dapat menjelaskan komplikasi dari penyakit urolitiasis6. Mampu atau dapat melakukan asuhan keperawatan dari :a. Pengkajianb. Diagnosac. Implementasid. Evaluasi

D. Ruang LingkupDalam makalah ini kami membataskan pada masalah Asuhan Keperawatan dengan Penyakit Urolitiasis. Untuk mengangkat tema dalam makalah Keperawatan Medikal Bedah ini sebagai bahan diskusi . BAB IITINJAUAN TEORI

A. Definisi UrolitiasisBatu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan statis dan infeksi.Mengacu pada adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius.Batu ginjal (kalkulus) adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksolaktat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan kristal yang lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar ke dalam ureter dan atau aliran urine terhambat, bila potensial untuk kerusakan ginjal adalah akut.

B. EtiologiUrolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkus) di traktus urinarius. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, serta sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine.Batu dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit grannuler yang kecil, yang disebut pasir atau krikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye.Faktor faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu ginjal diantaranya :Faktor infeksi, dimana penyebab tersering dari infeksi ini adalah adanya Escherichia Coli.Asidosis tubular renalMasukan vitamin D yang berlebihan.Diet yang salah.Kekurangan minum atau dehidrasi.Hyperparathiroidisme, penyakit metabolic bawaan.Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia) yang menyebabkan proliferasi abnormal sel darah merah dan sumsum tulang.C. PatofisiologiPembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibisi sitrat dan glokoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi raektan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misal penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat yang mungkin dapat mengurangi resiko agregatasi kristal dalam saluran kemih.

Aspek umum pembentukan batu saluran kemih : Usia Jenis kelamin Profesi Mentalitas Konstitusi Nutrisi Musim Ras Keturunan

Kelainan morfologiGangguan aliran urineInfeksi saluran kemihKelainan metabolikFaktor genetik

Ekskresi bahan pembetuk batu meningkatEkskresi inhibitor kristal menurun

Perubahan fisiko-kimiawi supersaturasi

Kalaianan kristaluriaAgregatsi kristalPertumbuhan kristal

Batu saluran kemih

D. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan urolitiasis adalah:1. Obstruksi saluran kemih2. Edema3. Nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.4. Nyeri tekan pada daerah kostovertebral5. Mual dan muntah6. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi7. Iritasi dan berhubungan dengan infekasi traktus urinaria8. Hematuria9. Retensi urine

E. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosis ditegakkan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih (GUK), uregrafi intravena, atau pielografi retrograde. Uji kimia darahdan urine 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH, dan volume total merupkan bagian dari upaya diagnostic.Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu pada pasien, adapun pemeriksaan diagnostiknya yaitu:a. Urinalisa : warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah; secara umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksolat), serpihan, mineral, bakteri, pus; pH mungkin asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat).b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksolat atau sistin mungkin meningkat.c. Kultur urine : mungkin meningkatkan ISK (Stapilococus aureus, Proteus, Klebsiela, Pseudomonas)d. Servei biokimia : peningkatan kadar kalsium, magnesium, asam urat, fosfat, protein, elektrolit.e. BUN : abnormal (tinggi pada serum/ rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.f. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.g. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi/ septikemia.h. SDM : biasanya normali. Hb/ Ht : abnormal bila klien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi/ gagal ginjal)

j. Hormon paratiroid : meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).k. Foto rontgen KUB : menunjukkan adanya kalkuli dan atau perubahan anatomik pada daerah ginjal dan ureter.l. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomi (distensi ueret) dan garis bentuk kalkuli.m. Sistoureterokopi : visualisasi langsug kandung kemih dan ureter dan menunjukkan batu dan atau efek obstrukasi.n. CT scan : mengidentifikasi atau menggambarkan kalkuli dan masa lain; ginjal, ureter, dan distennsi kandung kemih.o. Ultrasound ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

F. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan urolitiasis adalah:1. Hidroureter2. Hidronefrosis3. Gagal ginjal4. Sistitis5. Pielonefritis6. Hernia7. Hemoroid

G. PenatalaksanaanTujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.Farmako terapi. Natrium Bikarbonat. Asam Aksorbal. Diuretik Thiasid. Alloporinol. Pengangkatan batu melalui Pembedahan. Pielolitotomi. Uretolitotomi. Sistolitotomi. Lithotripsi ultrasonic perkutan / PUL.Keperawatan teknik relaksasi pengkajian intake dan output cairan, warna, bau, dll pemantauan asupan cairan bantuan dalam proses eliminasi

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A. PengkajianAdapun yang harus dikaji pada klien urolitiasis adalah :1. Aktivitas istirahatGejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajang pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/immobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contohnya penyakit tak sembuh, cedera spinalis).

2. SirkulasiTanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal jantung). Kulit hangat dan kemerahan, pucat.

3. EliminasiGejala : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus), penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.Tanda : oliguria, hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih.

4. Makanan/cairanGejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.Tanda : distensi abdominal, penurunan atau takadanya bising usus, dan muntah.

5. Nyeri/ kenyamananGejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung dari lokasi batu, contohnya pada pangggul di regio sudut kostovertebral, dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat paha atau genetalia.Tanda : melindungi, perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.

6. KeamananGejala : penggunaan alkohol, demam dan menggigil.

7. Penyuluhan pembelajaranGejala : riwayat kulkus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme

B. Diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien urolitiasis, sebagai berikut :1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.3. Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairan berhubungan dengan mual/muntah4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi.

C. Perencanaan ( intervensi )1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol. Kriteria hasil: klien tampak rileks, mampu beristirahat dengan tenang.

Mandiria. Catat lokasi lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non-verbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar. R/ membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus

b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri R/ memberikan kesempatan terhadap pemberian analgesi sesuai waktu membantu dalam meningkatkan kemampuan koping klien dan dapat menurunkan ansietas) dan waspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/ terjadi komplikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya batu.c. Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung dan lingkungan istirahat.R/ Meningkatkan relaksasi, menurungkan tegangan otot dan meningkatkan koping.d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik.R/ mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.e. Dorong atau bantu ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.R/ hidrasi kuat melewatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.f. Perhatikan keluhan peningkatan/ menetapnya nyeri abdomen.R/ obstrukasi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine kedalam area perirenal. Ini membutuhkan kedaruratan bedah akut.

Kolaborasia. Berikan obat sesuai indikasi :Narktik, contohnya meperidin (demoral), morfinR/ biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik uretra dan meningkatkan relaksasi otot/ mental.Antispasmodik, contoh flavoksat (Uripas), Oksibutin (Ditropan)R/menurunkan refleks spasme dapat menurunkan kolik dan nyeri.KorikosteroidR/ mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu.

b. Berikan kompres hangat pada punggung. R/ menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan refleksi spasme.c. Pertahankan patensi kateter bila digunakan. R/ mengubah stasis/ retensi urine, menurunkan resiko peningkatan tegangan dan infeksi.

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 2x24 jam diharapkan klien dapat berkemih dengan jumlah yang normal dengan frekuensi yang biasa. Dengan kriteria hasil klien tidak mengalami tanda-tanda obstruksi.

Mandiria. Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urineR/ memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infekasi dan perdarahan.perdarahan dapat mengidentifiaksikan peningkatan obstruksi atau iritasi ureter.b. Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasiR/ kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila kalkulus mendekatipertemuan urektrovesikal.c. Dorong meningkatkan pemmasukan cairanR/ peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.d. Perikas semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim kelaboratorium untuk analisa.R/ penemuan batu menmungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.e. Selidiki keluhan kandung kemih penuh; palpasi untuk distensi suprapublik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/tergantung.R/ retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ ginjal) dan potensial resiko terjadinya infekasi, gagal ginjal.f. Observasi perubahan status mental, prilaku atau tingkat kesadaran.R/ akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.

Kolaborasia. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kreatinin.R/ peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.b. Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas.R/ menentukan adanya ISK, yang menyebabkan gejala komplikasi.c. Berikan obat sesuai inidikasi, contoh :Asetazolamid (Diamox), alupurional (Ziloprim)R/ meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurunkan pembentukan batu asamHidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), klortalidon (Higroton)R/ mencegah stasis urine dan menurunkan pembentukan batu kalsium bila tidak berhubungan dengan proses penyakit dasr seperti hipertiroidisme atau abnormalitas vitamin D.Amonium klorida; kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)R/ menurunkan pembentukan batu fosfat.Agen Antigout, contoh alupurinol (Ziloprim)R/ menurunkan prrosuksi asam urat/ potensial pembentukan batu.AntibiotikR/ adanya ISK/ alkalin urine potensial pembentuk abtu.Natrium bikarbonatR/ mengganti kehilangan yang tidak dapat retensi selama pembuangan bikarbonat atau alkalinisasi urine dapat menurunkan / mencegah pembentukan beberapa kalkuli.Asam askorbatR/ mengasamkan urine untuk mencegah berulangnya pembentukan alkalin.d. Perhatikan patensi kateter tak menetap (uretral, ureteral atau nefrostomi) bila menggunakan.R/ membantu aliran urine/ mencegah retensi dan komplikasi.e. Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi.R/ mengubah pH urine dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.f. Siapkan klien/ bantu untuk prosedur endoskopi, contoh :Prosedur basketR/ kalkulus pada ureter distal dan tengah mungkin digerakkan oleh sistoskop endoskopi dengan penangkapan batu ginjal dalam kantung kateter.Stents ureteralR/ kateter diposisikan diatas batu untuk meningkatkan dilatasi uretra/ lewatnya batu. Irigasi kontinu atau intermiten dapat dilakukan untuk membilas ureter da mempertahankan pH urine.Pielolitotomi terbuka atau perkutaneus, nefrolitotomi, ureterolitotomiR/ pembedahan mungkin perlu untuk membuang batu yang terlalu besar untuk melewati ureter.Litotripsi ultrasonik perkuteneusR/ tindakan gelombang syok invasif untuk batu pelvis/ kaliks ginjal atau ureter atas.Litotripsi gelombang syok ekstrakorporealR/ prosedur non-invasif dimana batu ginjal dihancurkan dengan gelombang dari luar tubuh.

3. Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairan berhubungan dengan mual/muntahTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi kekurang volume cairan dan dapat mempertahankan kesimbangan cairan yang adekuat. Dengan kriteria hasil :1) TTV stabil, BB normal, nadi perifer normal2) Membrane mukosa lembab3) Turgor kulit membaik

Mandiria. Awasi pemasukan dan pengeluaran cairanR/ membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membanu dalam evaluasi adanya kerusakan ginjalb. Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah dan diare, juga kejadian yang menyertai atau mencetuskan.R/ Mual/muntah secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena sartaf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung. Pencatatan dapat membantu mengesampingkan kejadian abdominal lain yang menyebabkan nyeri atau menunjukkan kalkulus.c. Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi jantung.R/ Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis juga tindakan mencuci yang dapat membilas batu keluar. Dehidrai dan ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap kehilangan cairan berlebih (muntah dan diare).d. Awasi tanda vital. Evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan membran mukosa.R/ indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensie. Timbang berat badan tiap hari.R/ peningkatan berat badan yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi.

Kolaborasia. Awasi Hb/Ht, elektrolitR/ mengkaji hidrasi dan keefektifan/ kebutuhan intervensi.b. Berikan cairan IVR/ mempertahankan volume sirkulasi meningkatkan fungsi ginjalc. Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi.R/ makanan mudah cerna menurunkan aktivitas GI/ iritasi dan membantu mempertahankan caiatan dan keseimbangan nutrisi.d. Berikan obat sesuai indikasi: antiemetik, contoh proklorperazin (Compaxin).R/ menurunkan mual/muntah.

4. Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi.Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien dapat memahami tentang penyakit dan proses terapi yang diberikan. Dengan kriteria hasil klien melaporkan tentang pemahaman penyakit dan proses perawatan yang diberikan.

Mandiria. Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datangR/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat piihan berdasarkan informasi.b. Tekankan pentingnya peningkatan pemasukan cairan, contoh 3-4 L/hari. Dorong klien untuk melaporkan mulut kering, diuresis berlebihan/ berkeringat dan untuk meningkatkan pemasukan cairan baik bila haus atau tidak.R/ pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan stasis ginjal dan pembentukan batu. Peningkatan kehilangan cairan/dehidrasi memerlukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari.c. Diet rendah purin, contohya membatasi daging berlemak, tumbuhan polong, gandum dan alkohol.R/ menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.d. Diet rendah kalsium, contohnya membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau.R/ menurunkan pembentukan batu kalsium.e. Diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40 ml, 30 menit per jam.R/ mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk presipitat yang tidak larut dalam traktus GI, mengurangi beban nefron ginjal. Juga efektif melawan bentuk kalkulus kalsium lain.f. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik contohnya hematuria, oliguria.R/ dengan peningkatan kemungkinan berulangnya batu, intervensi segera dapat mencegah komplikasi serius.

D. Evaluasi Dari intervensi yang dilakukan beberapa hasil yang kita harapkan adalah sebagai berikut :1. Menunjukkan berkurannya nyeri2. Menunjukkan peningkatan perilaku sehat untuk mencegah kekambuhana. Mengkonsumsi masukan cairan dalam jumlah besar (10-12 gelas setiap hari)b. Melakukan aktifitas yang sesuaic. Mengkonsumsi diet yang diresepkan untuk mengurangi faktor predisposisi pembentuk batu.d. Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan ke tenaga kesehatan (demam, menggigil, nyeri panggul, hematuria).e. Memantau pH urine sesuai anjuran.f. Mematuhi medikasi serta yang dianjurkan untuk mengurangi pembentukan batu.3. Tidak adanya komplikasi.a. Tidak memperlihatkan tanda sepsis dan infeksi.b. Berkemih sebanyak 200 sampai 400 ml urine jernih tanpa mengandung sel darah merah setiap kali berkemih.c. Melaporkan tidak adanya disuria, frekuensi dan hesitensi.

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanBatu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan statis dan infeksi.Mengacu pada adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius. Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkus) di traktus urinarius. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat.Penangan batu saluran kemih dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi faktor resiko batu saluran kemih. Terapi diberikan untuk mengatasi keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat batu saluran kemih. Pengambilan batu dapat dilakukan dengan pemebdahan atau litotripsi dan terpenting adalah pengenalan faktor resiko sehingga diharapkan dapat memberikan hasil pengobatan dan memberikan pencegahan timbulnya batu saluran kemih yang lebih baik.

B. SaranAgar tidak terjadi peningkatan penyakit urolitiasis atau batu kandung kemih diharapkan melakukan pencegahan sedini mungkin dengan cara membatasi konsumsi kalsium oksalat, kalsium fosfat dan memperbanyak minum.Untuk asuhan keperawatan yang diberikan pada klien urolitiasis diutamakan pada menghilangkan nyeri, mempertahankan fungsi ginjal adekuat, mencegah komlikasi dan memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan kebutuhan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGCSmeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGCSuyono. Slamet. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUIDiposkan oleh HENDI PRAYUDA di 18.31

askep urolithiasis

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Urolithiasis atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih. Urotialisis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan mesir kuno dengan ditemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari system kaliks ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hyperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi. Penyakit batu saluran kemih menyebar ke seluruh dunia dengan perbedaan di Negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli, sedangkan di Negara yang lebih maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih di bagian atas ( ginjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas a penduduk aktivitas sehari- hari. Angka prevalensi rata-rata seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.Penyakit Urolithiasis di masyarakat luas pada umumnya dikenal dengan batu ginjal. Penyakit ini akan menjadi kronik bila tidak mendapat pengobatan secara dini yaitu terjadinya kerusakan ginjal yang akut ditandai dengan tidak berfungsinya ginjal.Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang kesehatan berdampak positif dan negatif terhadap pola hidup masyarakat termasuk perubahan pola dan gaya hidup masyarakat sehinga kita dapat melihat dampak negatif yang bisa kita lihat yaitu banyaknya penyakit yang muncul misalnya hipertensi, jantung dan juga ginjal.

Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang sehat adalah batu pada saluran kencing, yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Karena hal tersebut di atas sebagai perawat kita ikut berperan dalam mengatasi masalah ini antara lain dengan rasa memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang urolithiasis dan vesikolithiasis/batu buli-buli khususnya serta cara pencegahannya.Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal.Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang pencegahan terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 4 liter/hari), diit yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada saluran kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar tidak terjadinya pembentukan batu yang baru. Hal yang harus diperhatikan oleh penderita adalah diet makanan dan pemeliharaan kesehatan seperti berobat ke dokter, minum obat secara teratur dan menghindari penyakit infeksi yang menjadi salah satu penyebab timbulnya urolithiasis.

B. TUJUAN 1. Tujuan umumMahasiswa mampu mengartikan dan menjelaskan tentang penyakit Urotiliasis, serta dapat mengetahui cara memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan diagnosa urotiliasis dan memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan penyakit batu saluran kemih serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Memperdalam anatomi fisiologi dan patologi sistem perkemihan yang merupakan dasar dalam melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan.

2. Tujuan KhususDiharapkan mahasiswa mampu :a. Menjelaskan definisi penyakit urolithiasis.b. Menjelaskan penyebab penyakit urolithiasis.c. Menjelaskan gejala dan tanda penyakit urolithiasis.d. Menjelaskan patofisiologi penyakit urolithiasis.e. Melakukan pemeriksaan fisik.f. Melakukan pemeriksaan diagnostik.g. Melakukan penatalaksanaan penyakit urolithiasis.h. Menentukan cara pencegahan penyakit urolithiasis.i. Mengetahui komplikasi.j. Melakukan pengkajian.k. Menentukan diagnosa.l. Menentukan perencanaan tindakan.m. Melakukan tindakan keperawatan.n. Menentukan evaluasi keperawatan.o. Melakukan dokumentasi.

BAB IIKONSEP PENYAKITA. ANATOMI FISIOLOGI Sistem perkemihan terdiri atas : 1. Ginjal2. Ureter3. Kandung kemih4. uretraGinjal mengeluarkan sekret urine; ureter mengeluarkan urine dari ginjal ke kandung kemih; kandung kemih berkerja sebagai penampung urine dan uretra mengeluarkan urine dan kandung kemih.Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum, atau di luar peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 6-7,5 cm, tebal 1,5-2,5 cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar suprenalis atau kelenjar adrenal.Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dan jaringan fibrus dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur ginjal berwarna ungu tua yang terdiri atas korteks disebelah luar dan medula di sebelah dalam. Bagian medula tersusun atas 15-16 massa piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubungkannya dengan pelvis ginjal.Nefron adalah struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal. Jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam pada ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron. Dari sini tubulus berjalan berkelok-kelok dan sebagian lurus. Bagian pertama berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat sebuah simpa yang disebut simpai henle. Kemudian, tubulus itu berkelok-kelok lagi, disebut kelokan kedua atau tubulus distal, yang tersambung dengan tubulus penampung yang berjalan melintasi korteks medula, lalu berakhir di salah satu piramidalis.Pembuluh arteri yaitu arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan menjadi arteriola aferen serta masing-masing membentuk simpul dari kapiler-kapiler di dalam salah satu badan malphigi, yaitu glomerulus. Arteriola aferen membawa darah dari glomerulus, kemudian dibagi ke dalam jaringan peritubular kapiler. Kepiler ini menyuplai tubulus dan menerima materi yang direabsopsi oleh struktur tubular. Pembuluh eferen menjadi arteriola eferen yang becabang-cabang membentuk jaringan kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler ini bergabung membentuk vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior. Kapiler arteriola eferen lainya membentuk vasa vecta yang berperan dalam mekanisme kosentrasi ginjal.Fungsi Ginjal : 1. Sebagai tempat mengatur air. 2. Sebagai tempat mengatur kosentrasi garam dalam darah. 3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam basa darah. 4. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam.Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal, glomerulus berfungsi sebagai saringan. Setiap menit, kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma mengalir melalui semua glomerulus, dan sekitar 100 cc (10%), disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lainya disaring. Namun, sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori saringan dan tetap tinggi dalam darah. Cairan yang disaring, yaitu filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui tubulus renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh serta membuang yang tidak diperlukan. Dalam keadaan normal, semua glukosa dan sebagian besar air diabsorpsi kembali, sedangkan produk buangan dikeluarkan. Faktor yang mempengaruhi sekresi adalah filtrasi glomerulus, reabsorpsinya tubulus, dan sekresi tubulus.

Tabel 1.1Jumlah yang disaring dan dikeluarkan glomerulus setiap hariNO.BAHANDISARINGDIKELUARKAN1.AIR150 LITER11/2 LITER2.GARAM1.700 GRAM15 GRAM3.GLUKOSA170 GRAM0 GRAMSumber : Peace E.C, Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia pustaka utama,1995, hal 249. Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut atau terbawa dalam urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. bila ginjal mengencerkan urine ( misalnya sesudah minum air), maka berat jenisnya kurang dari 1.010. Bila ginjal memekatkan urine, maka berat jenis (BJ) urine lebih dari 1.010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi. Ureter merupakan saluran retroperitonium yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Pada awalnya, ureter berjalan melalui fasia gerota dan kemudian menyilang muskulus psoas dan pembuluh darah iliaka komunis. Ureter berjalan sepanjang sisi posterior pelvis, di bawah vas deferen, dan memasuki basis vesika pada trigonum. Pasoka darah ureter berasal dari pembuluh darah renalis, gonad, aorta, iliaka komunis,dan iliaka interna. Susunan saraf otonom pada dinding ureter memberikan aktvitas peristaltik, dimana kontraksi berirama berasal dari pemacu proksimal yang mengendalikan transpor halus dan efisien bagi urine dari pelvis renalis ke kandung kemih. Kandung kemih (vesika Urinaria-VU) berfungsi sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir atau kendi. Kandung kemih terletak di dalam punggul besar, di depan isi lainnya, dan di belakang simpisis pubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi. Bagian terbawah adalah berbasis sedangkan bagian atas adalah fundus. Puncaknya mengarah ke depan bawah dan ada di belakang simpisis. Dinding kandung kemih terdiri atas lapisan serus sebelah luar, lapisan berotot, lapisan submukosa, dan lapisan mukosa dari epitelium transisional. Tiga saluran bersambung dengan kandung kemih. Dua ureter bermuara secara oblik di sebelah basis, letak oblik menghindarkan urine mengalir kembali ke dalam ureter. Uretra keluar dari kandung kemih sebelah depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan uretra disebut segitiga kandung kemih (trigonum vesica urinarius). Pada wanita, kandung kemih terletak di antara simpisis pubis, utrus, dan vagina. Dari uretrus, kandung kemih dipisahkan oleh lipatan peritoneu ruang uterovesikal atau ruang dounglas. Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher andung kemih ke lubang luar, dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung kemih. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot melingkar, membentuk sfingter uretra. Panjang uretra pada wanita sekitar 2,5-3,5 cm, sedangkan pria 17-22,5 cm. Proses perkemihan, mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Keinginan berkemih disebabkan oleh penambahan tekanan dalam kandung kemih dan isi urine didalamnya. Jumlah urine yang ditampung kandung kemih dan menyebabkan miksi yaitu 170-230 ml. Mikturisi merupakan gerakan yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persyarafan. Kandung kemih dikendalikan oleh syaraf pelvis dan serabut saraf simpatik dari pleksus hipogastrik.

B. PENGERTIANa. Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth, 2002, hal. 1460).b. Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595).c. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).d. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih, yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).e. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium ( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).

C. ETIOLOGISampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :1. GinjalTubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.2. ImmobilisasiKurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti pembentukan batu.4. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi terbentuknya batu saluran kemih.8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.

D. KLASIFIKASI Teori pembentukan batu renal :a. Teori IntimatriksTerbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.b. Teori SupersaturasiTerjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.c. Teori Presipitasi-KristalisasiPerubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.d. Teori Berkurangnya Faktor PenghambatBerkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.

Jenis Batu-batu renal :1. Batu kalsiumTerutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut.Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :a. HiperkalsiuriaDapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder terhadap absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria absorptif dapat juga disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang produksi vitamin D3.Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada reabsorbsi kalsium di tubulus ginjal, yang mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.b. HipositraturiaSitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik tiazid.c. HiperoksalouriaTerdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari). Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang merupakan autosan resesif yang secara bermakna meningkatkan ekskresi oksalat dalam urin, pembentukan batu yang berulang dan gagal ginjal pada anak.d. HiperurikorsuriaKadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat asam urat dalam urin dapat bersumber dari konsumsi makanan yang kaya purin/ berasal dari metabolisme endogen.e. HipomagnesiuriaSeperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena di dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.2. Batu asam uratBatu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu radiolusen di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria dan urin asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai pada pasien gout, Ph Urin yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu pembentukan batu asam urat. Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu terbentuk pada PH dibawah 5,5.

3. Batu struvitSering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita, diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease, biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti tanduk rusa jantan. Dalam urin, kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.obat antibiotik.

E. MANIFESTASI KLINIKManifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.a. - Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.- Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.- Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.b. Batu di piala ginjal- Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.- Hematuri dan piuria dapat dijumpai.- Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.- Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah.- Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.c. Batu yang terjebak di ureter- Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia.- Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.- Hematuri akibat aksi abrasi batu.- Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.d. Batu yang terjebak di kandung kemih- Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri.- Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.

F. PATOFISIOLOGIMekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal. Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal.Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.Skema patofisiologi

DP. NYERI

s

G. PEMERIKSAAN FISIK FISIK 1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif. 2. Nyeri tekan/ ketok pinggang/ daerah kortekoserebral. 3. Batu uretra anterior bisa diraba.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan elektrolit.5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.8. Sel darah merah : biasanya normal.9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan efek obstruksi.14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

I. PENATALAKSANAAN1. Tujuannya :a. Menghilangkan Batub. Menentukan jenis Batuc. Mencegah kerusakan nefrond. Mengendalikan infeksie. Mengurangi obstuksi yang terjadif. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).

2. Cara penanganan :a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan menjamin haluaran urine yang besar.b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan. - Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut. - Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system urinarius. - Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin, untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine. - Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi. - Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi, modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontane. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa pembedahan mayor.f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

J. PENCEGAHAN1. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai diuresis 1,5 liter/hari.2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi sisa asam, diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.

K. KOMPLIKASI 1. Sumbatan : akibat pecahan batu 2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan batu ginjal

BAB IIIASKEP UROLITHIASISA. Pengkajian I. Identitas Nama : Umur : Paling sering 30 50 tahun Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria Alamat : Tinggal di daerah panas Pekerjaan : perkerja berat

II. Keluhan Utama1. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.2. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.

III. Riwayat Penyakit Dahulu1. Pernah menderita infeksi saluran kemih.2. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.3. Bekerja di lingkungan panas.4. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.5. Olahragawan.

IV. Riwayat Penyakit Sekarang1. Nyeri2. Mual / Muntah3. Hematuria4. Diare5. Oliguria6. Demam7. Disururia

V. Riwayat Penyakit Keluarga1. Pernah menderita urolitiasis2. Riwayat ISK dalam keluarga3. Riwayat hipertensi

Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.

VI. Dasar Dasar Pengkajian1. Aktifitas/istirahat- Gejala : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).- 2. Sirkulasi- Tanda : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal).Kulit hangat dan kemerahan ;pucat.

3. Eliminasi- Gejala : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan kemih.- Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.

4. Makanan/cairan- Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin, kalsium oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup.- Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.

5. Nyeri/ketidaknyamanan- Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar ke seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.- Tanda : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.

6. Penyuluhan/ pembelajaran- Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout, ISK Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin.

B. Diagnosis Keperawatan Pre operasi :1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal atau uretral.3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran kemih (ginjal).5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah interpertasi informasi.Post operasi1. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik2. Nyeri b.d insisi bedah3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter4. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.

E. INTERVENSI KEPERAWATANPre operasiDiagnosa 1Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretralTujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol - Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.

IntervensiRasionalCatat lokasi, lamanya intensitas (0-10) dan penyebaran

Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan tentang perubahann kejadian / karakyeristik nyeri.

Berikan tindakan nyaman contoh pijatan punggung lingkungan istirahat.

Perhatikan keluhan/menetap nya nyeri abdomen.

Berikan banyak cairan bila tidak ada mual, lakukan dan pertahankan terapi IV yang diprogramkan bila mual dan muntah terjadi.

Dorong aktivitas sesuai toleransi, berikan analgesic dan anti emetic sebelum bergerak bila mungkin.Membantu mengevaluasi tempat abstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus

Berikan kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu (membantu dalam meningkatkan koping pasien dan dapat menurunkan ansietas).

Menaikkan relaksasi menurunkan tegangan otot dan menaikkan koping

Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine ke dalam area perineal.

Cairan membantu membersihkan ginjal dan dapat mengeluarkan batu kecil.

Gerakan dapat meningkatkan pasase dari beberapa batu kecil dan mengurangi urine statis. Kenmyamanan meningkatkan istirahat dan penyembuhan mual disebabkan oleh peningkatan nyeri. Diagnosa 2Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal oleh ureteralTujuan - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya - Tidak mengalami tanda obstruksi

IntervensiRasionalAwasi pemasukan dan keluaran serta karakteristik urine

Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi

Dorong meningkatjkan pemasukan cairan

periksa semua urine catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa

Observasi perubahan status mental,perilaku atau tingkat kesadaran

Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh BUN,elektrolit,kreatinin.Memberikan informasi tentang fungsi ginjal, dan adanya komplikasi contoh infeksi dan perdarahan

Kalkulus dapat menyebabkan ekstibilitas yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera

Peningkatan hidrasi membilas bakteri,darah dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.

Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.

Akumulasi sisa uremik dank e tidak seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik di SSP.

Peninggian BUN,kreatinin dan elektrolit mengidentifikasikan disfungsi ginjal.

Diagnosa 3Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntahTujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan - Membran mukosa lembab - Turgor kulit baik

IntervensiRasionalAwasi intake dan Output

Catat insiden muntah,diare perhatikan karakteristik dan frekuensi mual / muntah dan diare.

Awasi Hb /Ht, elektrolit

Berikan cairan IV

Berikan diet tepat,cairan jernih,makanan lembut sesuai toleransi.Membandingkan keluaran actual dan yang diantisifikasi membantu dalam evaluasi adanya / derajat statis / kerusakan ginjal.

Mual / muntah, diare secara umum berdasarkan baik kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung.

Mengkaji hidrasi dan efektifian / kebutuhan intervensi.

Mempertahankan volume sirkulasi / bila pemasukan oral tidak cukup,/ menaik fungsi ginjal.

Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas GI / iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi.

Diagnosa 4Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal- Urine berwarna kuning / kuning jernih- Tidak nyeri waktu berkemih.

IntervensiRasionalPantau :- Urine berwarna,bau / tiap 8 jam- Masukan dan haluaran tiap 8 jam- PH urine- TTV setiap 4 jam

Saring semua urine,observasi terhadap kristal. Simpan kristal untuk dilihat dokter kirim ke laboratorium

Konsultasi dengan dokter bila pasien sering berkemih,jumlah urine sedikit dan terus menerus,perubahan urine.

Berikan obat-obatan sesuai program untuk mempertahankan PH urine tepat.Untuk deteksi dini terhadap masalah.

Untuk mendaptakan data- data keluarnya batu,perubahan diet yang didasari oleh komposisi batu

Temuan-temuan ini menunjukkan perkembangan obstruksi dan kebutuhan intervensi progresif.

Dengan perubahan PH urine / peningkatan keasamaan / alkalinitas,factor solubilitas untuk batu dapat di control.

Diagnosa 5Tujuan : - menyatakan pemahaman proses penyakit.- Menghubungkan gejala dan faktor penyebab.- Melakukan perubahan prilaku yang perlu dan berpastrisipasi dalam program pengobatan.

IntervensiRasional1. kaji ulang proses penyakit dan harapan di masa yang datang.

2. tekankan pentingnya peningkatan pemasukan cairan , contoh 3-4 liter per hari/ 6-8 liter/ hari. Dorong pasien melaporkan mulut kering, diuresis (keringat berlebihan) dan untuk peningkatan pemasukan cairan baik bila haus atau tidak.3. diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum dan alkohol.4. diet rendah kalsium, contoh membatasi ,susu,keju,sayur, berdaun hijau, yogurt.5. diet rendah oksalat, contoh membatasi makan coklat, minuman mengandung kafein, bit, bayam.6. diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40 ml, 30 menit/jam.

7. diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas dan membaca semua label produk/ kandungan dalam makanan.8. mendengar dengan aktif tentang terapi / perubahan pola hidup.

9. tunjukan perawatan yang tepat terhadap insisi/ kateter bila ada.1. memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.2. pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan statis ginjal atau pembentukan batu.

3. menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.

4. menurunkan resiko pembentukan batu kalsium.5. menurunkan pembentukan batu oksalat.

6. mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk presipitrat yang larut dalam traktus GI, menguragi beban nefron ginjal.7. obat-obatan diberikan untuk mengasamkan mengakalikan urine, tergantung pada penyebab dasar pembentukan batu.8. membantu pasien berkerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa kontrol apa yang terjadi.9. meningkatkan kemampuan perawatan diri, dan kemandirian.

Post operasiDiagnosa 1Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik / hipovolemikTujuan : - tanda tanda vital stabil- kulit kering dan elastic- intake output seimbang- insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selangIntervensirasional1. Kaji balutan selang kateter terhadap perdarahan setiap jam dan lapor dokter.2. Anjurkan pasien untuk mengubah posisi selang atau kateter saat mengubah posisi.3. Pantau dan catat intake output tiap 4 jam, dan laporan ketidak seimbangan.4. Kaji tanda vital dan turgor kulit, suhu tiap 4-8 jam.

1. mengetahui adanya perdarahan.

2. mencegah perdarahan pada luka insisi

3. mengetahui kesimbangan dalam tubuh.

4. dapat menunjukan adanya dehidrasi / kurangnya volume cairan

Diagnosa 2Nyeri berhubungan dengan insisi bedahTujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan mudah untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.IntervensiRasional1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus daan penghalang factor nyeri.2. Berikan tindakan kenyamanan non farmakologis, anjarkan tehnik relaksasi, bantu pasien memilih posisi yang nyaman.3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan kemerahan.4. Anjurkan pasien untuk menahan daerah insisi dengan kedua tangan bila sedang batuk.5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.

1. menentukan tindakan selanjutnya

2. dengan otot relkas posisi dan kenyamanan dapat mengurangi nyeri.3. peradangan dapat menimbulkan nyeri.

4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/ obat5. analgetik dapat mengurangi nyeri.

Diagnosa 3Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik ( kateter).Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.IntervensiRasional1. Kaji pola berkemih normal pasien.

2. Kaji keluhan distensi kandung kemih tiap 4 jam3.Ukur intake output cairan.4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri.5. Anjurkan klien untuk minum air putih 2 Lt /sehari , bila tidak ada kontra indikasi.

1.untuk membandingkan apakah ada perubahan pola berkemih.2. kandung kemih yang tegang disebabkan karena sumbatan kateter. 3. untuk mengetahui keseimbangan cairan4. untuk mengetahui fungsi ginjal.5. untuk melancarkan urine.

Diagnosa 4Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.- Drainase dan selang kateter bersih.IntervensiRasional1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala infeksi luka (demam, kemerahan, bengkak, nyeri tekan dan pus)2. Kaji suhu tiap 4 jam.

3. Anjurkan klien untuk menghindari atau menyentuk insisi.

4. Pertahankan tehnik steril untuk mengganti balutan dan perawatan luka.

1. mengintervensi tindakan selanjutnya.

2. peningkatan suhu menandakan adanya infeksi.

3. menghindarkan infeksi.

4. menghindari infeksi silang

F. IMPLEMENTASI Perencanaan yang dilaksanakan diantaranya : mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji dan menjelaskan penyebab nyeri dan menganjurkan pasien melakukan teknik relaksasi : napas dalam, imajinasi dan visualisasi bila timbul nyeri, memantau dan mengobservasi keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen, mengawasi dan menganjurkan pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan sedikitnya 2-3 liter perhari karena pasien yang ditemui sudah lansia, mengawasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine, mengkaji pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi, mengkaji keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk menilai adanya distensi suprapubik, mengkaji ulang pengetahuan pasien tentang penyakit; penyebab, tanda/gejala dan komplikasi penyakit, mendengarkan ungkapan pasien tentang program terapi/perubahan pola hidup, mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik : nyeri berulang, hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan dan menjelaskan kepada pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.

G. EVALUASI Melaksanakan tindakan sesuai dengan tujuan.

BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULAN Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta makanan yang dapat mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang khas pada penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu. Gejala yang tersering adalah nyeri dan gangguan pola berkemih.Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri harus pula diimbangi dengan minum banyak 2-3 liter perhari, banyak melakukan aktivitas, olahraga secara teratur dan mengurangi makanan yang tinggi kalsium, purin dan oksalat.Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan secara total jika cepat mendapat pertolongan dan penanganan dan juga bisa kambuh apabila tidak merubah kebiasaan yang salah seperti : kurang minum, kurang bergerak/banyak duduk, mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, purin dan oksalat.B. SARAN Sebagai perawat profesional sangat penting memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang proses terjadinya batu dan pencegahannya, sehingga pasien dan keluarga dapat mengerti dan bekerja sama untuk mendapatkan kesembuhan yang maksimal.

LAMPIRANGambar

Macam macam batu

Macam- macam batu batu struvit

DAFTAR PUSTAKABrunner and Suddarths (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi kedelapan). Jakarta : EGC.Baradero, Mary, MN, SPC,Dkk,(2005). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGCDoengoes, Marilynn E, RN. BSN, MA, CS (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi ketiga). Jakarta : EGC.Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. (Buku 3). Bandung : IAPK Padjajaran.Noer, H.M, Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Jilid kedua, Edisi ketiga). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.Nursalam, DR. M.Nurs,dkk.(2006). System Perkemihan. Jakarta : salemba medikaPrice, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (Edisi keempat). Jakarta : EGC. -== nh