asli mkalah

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik atau buruk, akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Telah kita ketahui di Indonesia memiliki banyak budaya dan adat istiadat. Dari berbagai budaya yang ada di Indonesia terdapat hubungan antara agama dan masyarakat. Selain itu ada juga hubungan lainnya, yaitu menjaga tatanan kehidupan. Maksudnya hubungan agama dalam kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat akan membentuk kehidupan yang harmonis, karena ketiganya mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain. Namun sekarang banyak orang menganggap bahwa agama hanya sebagai simbol saja, dimana seseorang hanya memeluk agama, namun tidak menjalankan segala perintah agama tersebut. Sehingga tidak tercipta kerhamonisan antara agama,budaya dan masyarakat. Namun sebaliknya di Indonesia mulai banyak kepercayaan-kepercayaan baru yang datang dan mulai mengajak/mendoktrin masyarakat Indonesia agar memeluk agama tersebut. Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun 1

Upload: raden-arimbi

Post on 24-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tentang ISBD

TRANSCRIPT

Page 1: Asli Mkalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi

untuk berahlak baik atau buruk, akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait

dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa

dan rasa aman.

Telah kita ketahui di Indonesia memiliki banyak budaya dan adat istiadat. Dari berbagai

budaya yang ada di Indonesia terdapat hubungan antara agama dan masyarakat.

Selain itu ada juga hubungan lainnya, yaitu menjaga tatanan kehidupan. Maksudnya

hubungan agama dalam kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat akan

membentuk kehidupan yang harmonis, karena ketiganya mempunyai keterkaitan yang erat

satu sama lain. Namun sekarang banyak orang menganggap bahwa agama hanya sebagai

simbol saja, dimana seseorang hanya memeluk agama, namun tidak menjalankan segala

perintah agama tersebut. Sehingga tidak tercipta kerhamonisan antara agama,budaya dan

masyarakat. Namun sebaliknya di Indonesia mulai banyak kepercayaan-kepercayaan baru

yang datang dan mulai mengajak/mendoktrin masyarakat Indonesia agar memeluk agama

tersebut.

Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik

antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia

memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Program

transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur

Indonesia.

Oleh karenanya dengan mengetahui adanya peran agama dalam masyarakat, kita

diharapkan dapat mengambil sikap yang seharusnya.

B. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial

Budaya Dasar.

Namun, seiring dalam proses pembuatan makalah ini saya menyadari bahwa betapa

pentingnya mengetahui hubungan antara Agama dan masyarakat, fungsi dan peranan agama

dalam masyarakat, ruang lingkup agama, pelembagaan agama, serta konflik dalam agama di

masyarakat.

1

Page 2: Asli Mkalah

BAB II

PERMASALAHAN

Dalam makalah ini akan dibahas :

1. Apa pengertian tentang agama dan masyarakat

2. Bagaimana fungsi dan peranan agama dalam masyarakat

3. Bagaimana ruang lingkup agama

4. Bagaimana tipe masyarakat yang berkaitan dengan masyarakat

5. Bagaimana pelembagaan agama

6. Menjelaskan tentang agama, konflik dan integrasi

Demikian diatas adalah beberapa permasalahan yang ada di agama dan masyarakat, dan

kemudian akan dibahas pada bab selanjutnya.

2

Page 3: Asli Mkalah

BAB III

PEMBAHASAN

Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang

meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi

rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan. Karena latar belakang sosial yang

berbeda dari masyarakat agama, maka masyarakat akan memiliki sikap dan nilai yang

berbeda pula. Kebutuhan dan pandangan kelompok terhadap prinsip keagamaan berbeda-

beda, kadang kala kepentingannya dapat tercemin atau tidak sama sekali. Karena itu

kebhinekaan kelompok dalam masyarakat akan mencerah, tidak hanya kondisi sosial saja

yang menyebabkan lahir dan baga,makan akan mempengaruhi tindakan manusia. Karena itu

mempelajari pengaruh struktur sosial terhadap agama, dan juga perlu mempelajari pengaruh

agama terhadap struktur sosial.

A. Pengertian Agama dan Masyarakat

Dengan singkat definisi agama menurut sosiologi adalah definisi yang empiris.

Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative (menilai). Sosiologi

angkat tangan mengenai hakikat agama, baiknya atau buruknya agama atau agama–agama

yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini sosiologi hanya sanggup memberikan definisi

deskriptif (menggambarkan apa adanya) yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan

dialami pemeluk-pemeluknya.

Definisi agama menurut Durkheim adalah suatu “sistem kepercayaan dan praktek yang

telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus kepercayaan-kepercayaan dan

praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal.” Dari definisi ini

ada dua unsur yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu “sifat

kudus” dari agama dan “praktek-praktek ritual” dari agama. Agama tidak harus melibatkan

adanya konsep mengenai suatu mahluk supranatural, tetapi agama tidak dapat melepaskan

kedua unsur di atas, karena ia akan menjadi bukan agama lagi, ketika salah satu unsur

tersebut terlepas. Di sini terlihat bahwa sesuatu dapat disebut agama bukan dilihat dari

substansi isinya tetapi dari bentuknya, yang melibatkan dua ciri tersebut.

Sedangkan menurut pendapat Hendro puspito, agama adalah suatu jenis sosial yang

dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan

masyarakat luas umumya. Dalam kamus sosiologi, pengertian agama ada 3 macam yaitu:

a. Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual

3

Page 4: Asli Mkalah

b. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan

tersendiri

c. Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural

B. Ruang Lingkup Agama

Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup :

a. Hubungan manusia dengan tuhannya

Hubungan dengan tuhan disebut ibadah. Ibadah bertujuan untuk mendekatkan diri

manusia kepada tuhannya.

b. Hubungan manusia dengan manusia

Agama memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan dan kemasyarakatan.

Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran agama

mengenai hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran

kemasyarakatan. Sebagai contoh setiap ajaran agama mengajarkan tolong-

menolong terhadap sesama manusia.

c. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya.

Di setiap ajaran agama diajarkan bahwa manusia selalu menjaga keharmonisan

antara makluk hidup dengan lingkungan sekitar supaya manusia dapat melanjutkan

kehidupannya.

C. Fungsi dan Peranan Agama dalam Masyarakat

Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi persoalan-

persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat   dipecahkan   secara   empiris  

karena   adanya   keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan

agama menjalankan   fungsinya   sehingga   masyarakat   merasa   sejahtera, aman, stabil, dan

sebagainya. Agama dalam masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut :

a. Fungsi edukatif.

Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara petugas-

petugasnya (fungsionaris) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru

agama dan lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah,

renungan (meditasi) pendalaman rohani, dsb.

b. Fungsi penyelamatan.

Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini

maupun sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan

dalam agama. Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral”

4

Page 5: Asli Mkalah

dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga

dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia

inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah dengan

Tuhan dengan jalan pengampunan dan Penyucian batin.

c. Fungsi pengawasan sosial (social control)

Fungsi agama sebagai kontrol sosial yaitu :

- Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik bagi

kehidupan moral warga masyarakat.

- Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral ( yang dianggap

baik )dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara

modern.

d. Fungsi memupuk Persaudaraan.

Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-

manusia yang didirikan atas unsur kesamaan.

- Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti liberalism,

komunisme, dan sosialisme.

- Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsa-bangsa

bergabung dalam sistem kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN dll.

- Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi

karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari

dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas

yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama.

e. Fungsi transformatif

Fungsi transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan baru

atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih

bermanfaat.

Sedangkan  menurut   Thomas   F.  O’Dea  menuliskan   enam  fungsi agama dan

masyarakat yaitu:

Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.

Sarana hubungan  transendental  melalui  pemujaan dan upacara Ibadat.

Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.

Pengoreksi fungsi yang sudah ada.

Pemberi identitas diri.

Pendewasaan agama.

5

Page 6: Asli Mkalah

Sedangkan menurut  Hendropuspito, fungsi   agama   dan masyarakat adalah  

edukatif,   penyelamat,   pengawasan   sosial, memupuk persaudaraan, dan transformatif.

Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan

masyarakat, karena agama memberikan sebuah system nilai yang memiliki derivasi

pada norma-norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan pembenaran dalam

mengatur pola perilaku manusia, baik di level individu dan masyarakat. Agama

menjadi sebuah pedoman hidup singkatnya. Dalam memandang nilai, dapat kita lihat dari dua

sudut pandang. Pertama, nilai  agama dilihat dari sudut intelektual yang menjadikan nilai

agama sebagai norma  atau prinsip. Kedua, nilai agama dirasakan di sudut pandang

emosional yang menyebabkan adanya sebuah dorongan rasa dalam diri yang disebut

mistisme.

D. Tipe Masyarakat yang berkaitan dengan masyarakat

Kaitan agama dangan masyarakat dapat mencermikan tiga tipe, meskipun tidak

menggambarkan sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954) :

1) Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-Nilai Sakral

Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat meganut

agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam

kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas

yang lain. Sifat-sifatnya :

1) Agama memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem nilai masyarakat

secara mutlak.

2) Dalam keadaan lembaga lain sealain keluarga relatif belum berkembang, agama

jelas menjadi fokus utama bagi penginterasian dan persatuan dari masyarakat

secara keseluruan. Dalam hal ini nilai-nilai agama sering meningkatkan

konservatisme dan menghalangi peruahan.

2) Masyarakat-asyarakat Perindustrian yang sedang Berkembang

Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi

dari pada tipe yang pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem dalam

tip masyarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sakral dan yang

sekular itu sedikit-banyaknya masih dapat dibedakan. Fase-fase kehidupan sosial

diisi dengan upacara-upacara tertentu. Di lain pihak, agama tidak memberikan

dukungan sempurna terhadap aktifitas sehari-hari, agama hanya agama hanya

memberikan dukungan terhadap adat istiadat, dan terkadang merupakan suatu sistem

6

Page 7: Asli Mkalah

tingkah laku tandingan terhadap sistem yang telah disahkan. Nilai-nilai keagamaan

dalam masyarakat menempatkan fokus utamanya pada pengintegrasian tingkah laku

perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.

3) Masyarakat-masyarakat Industri Sekular

Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap

semua aspek kehidupan, sebagai besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik,

tetapi yang penting adalah penyesuaian-penyesuaian dalam hubungan-hubungan

kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai

konsekuensi penting bagi agama. Salah satu akibanya adalah anggota masyarakat

semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi

dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekuler

semakin meluas, sering kali dengan pengorbanan yang sakral. Watak masyarakat

sekuler, menurut ronald robertson (1984), tidak perlu memberikan tanggapan

langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan-

kebiasaan agama peranannya sedikit. Pada umumnya kecederungan sekulrisasi

mempersempit ruang gerak kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman

keagamaan yang terbatas pada aspek yang lebih kecil dan bersifat khusus dalam

kehidupan masyarakat dan angota-anggotanya. Pernyataan di atas menimbulkan

pertanyaan, apakah masyarakat sekular akan mampu secara efektif mempertahankan

ketertiban umum tanpa kekerasan institusional apabila pengaruh agama telah semakin

berkurang. Barangkali agama akan bereaksi terhadap institusionalisme,

impersonalitas, dan birokrasi masyarakat modern yang semakin bertambah. Akan

tetapi bukan agama yang menerima nilai-nilai institusionalisme baru, melainkan

agama yang bersifat aliran-aliran.

E. Pelembagaan Agama

Lembaga agama adalah suatu organisasi, yang disahkan oleh pemerintah dan berjalan

menurut keyakinan yang dianut oleh masing-masing agama. Penduduk Indonesia pada

umumnya telah menjadi penganut formal salah satu dari lima agama resmi yang diakui

pemerintah. Lembaga-lembaga keagamaan patut bersyukur atas kenyataan itu. Namun

nampaknya belum bisa berbangga. Perpindahan penganut agama suku ke salah satu agama

resmi itu banyak yang tidak murni.

Sejarah mencatat bahwa tidak jarang terjadi peralihan sebab terpaksa. Pemaksaan

terjadi melalui “perselingkuhan” antara lembaga agama dengan lembaga kekuasaan.

7

Page 8: Asli Mkalah

Keduanya mempunyai kepentingan. Pemerintah butuh ketentraman sedangkan lembaga

agama membutuhkan penganut atau pengikut. Kerjasama (atau lebih tepat disebut saling

memanfaatkan) itu terjadi sejak dahulu kala. Para penyiar agama sering membonceng pada

suatu kekuasaan (kebetulan menjadi penganut agama tersebut) yang mengadakan invansi ke

daerah lain. Penduduk daerah atau negara yang baru ditaklukkan itu dipaksa (suka atau tidak

suka) menjadi penganut agama penguasa baru.

Kasus-kasus itu tidak hanya terjadi di Indonesia atau Asia dan Afrika pada umumnya

tetapi juga terjadi di Eropa pada saat agama monoteis mulai diperkenalkan. Di Indonesia

“tradisi” saling memanfaatkan berlanjut pada zaman orde Baru.Pemerintah orde baru tidak

mengenal penganut di luar lima agama resmi. Inilah pemaksaan tahap kedua. Penganut di

luar lima agama resmi, termasuk penganut agama suku, terpaksa memilih salah satu dari lima

agama resmi versi pemerintah.

Namun ternyata masalah belum selesai. Kenyataannya banyak orang yang menjadi

penganut suatu agama tetapi hanya sebagai formalitas belaka. Dampak keadaan demikian

terhadap kehidupan keberagaan di Indonesia sangat besar. Para penganut yang formalitas itu,

dalam kehidupan kesehariannya lebih banyak mempraktekkan ajaran agam suku, yang dianut

sebelumnya, daripada agama barunya. Pra rohaniwan agama monoteis, umumnya mempunyai

sikap bersebrangan dengan prak keagamaan demikian. Lagi pula pengangut agama suku

umumnya telah dicap sebagai kekafiran. Berbagai cara telah dilakukan supaya praktek agama

suku ditinggalkan, misalnya pemberlakukan siasat/disiplin gerejawi. Namun nampaknya

tidak terlalu efektif. Upacara-upacara yang bernuansa agama suku bukannya semakin

berkurang tetapi kelihatannya semakin marak di mana-mana terutama di desa - desa.

Demi pariwisata yang mendatangkan banyak uang bagi para pelaku pariwisata, maka

upacara-upacara adat yang notabene adalah upacara agama suku mulai dihidupkan di daerah-

daerah. Upacara-upacara agama sukuyang selama ini ditekan dan dimarjinalisasikan tumbuh

sangat subur bagaikan tumbuhan yang mendapat siraman air dan pupuk yang segar.

Anehnya sebab bukan hanya orang yang masih tinggal di kampung yang menyambut

angin segar itu dengan antusias tetapi ternyata orang yang lama tinggal di kotapun

menyambutnya dengan semangat membara. Bahkan di kota-kotapun sering ditemukan

praktek hidup yang sebenarnya berakar dalam agama suku. Misalnya pemilihan hari-hari

tertentu yang diklaim sebagai hari baik untuk melaksanakan suatu upacara. Hal ini semakin

menarik sebab mereka itu pada umumnya merupakan pemeluk yang “ fanatik” dari salah satu

agama monoteis bahkan pejabat atau pimpinan agama.

8

Page 9: Asli Mkalah

Agama sangat universal, permanen, dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak

memahami agama, maka akan sulit memahami masyarakat. Hal yang harus diketahui dalam

memahami lembaga agama adalah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya

serta fungsi dan struktur dari agama.

Lembaga keagamaan berkembang sebagai pola ibadah, pola ide-ide, ketentuan

(keyakinan), dan tampil sebagai bentuk asosiasi atau organisasi. Pelembagaan agama

puncaknya terjadi pada tingkat intelektual, tingkat pemujaan (ibadat), tingkat organisasi.

Tampilnya organisasi agama adalah akibat adanya “perubahan batin” atau kedalaman

beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas,

produksi, pendidikan, dan sebagainya. Agama menuju ke pengkhususan fungsional.

Pengkaitan agama tersebut mengambil bentuk dalam berbagai corak organisasi keagamaan.

F. Agama, Konflik dan Integrasi

Agama, dalam kaitannya dengan masyarakat, mempunyai dampak positif berupa daya

penyatu (sentripetal), dan dampak negatif berupa daya pemecah (sentrifugal). Agama yang

mempunyai sistem kepercayaan dimulai dengan penciptaan pandangan dunia baru yang

didalamnya konsepsi lama dan pelembagaannya bisa kehilangan dasar adanya. Meskipun

ajaran pokok suatu agama bisa bersifat universal, namun mula-mula ditujukan kepada

sekelompok orang yang sedikit-banyak homogen. Agama menjadi dasar solidaritas kelompok

baru yang tertentu.

Perpecahanpun timbul manakala timbul penolakan terhadap pandangan hidup lama atau

yang berbeda dengan agama. Perpecahan itu timbul disebabkan oleh klaim agana akan

kemutlakan agamanya, dan sering diekspresikan dalam bentuk-bentuk yang keras dan tanpa

kompromi.

Dalam kajian ilmu sosial, tentang daya pemecah agama ini berkaitan dengan akronim

SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Artinya menyejajarkan persoalan agama

dengan suku, ras, dan golongan politik tertentu, atau hal yang rawan, peka, dan tahu untuk

dibicarakan. Tetapi dibalik itu semua, demi kajian ilmiah dan kepentingan untuk masa depan,

akronim itu tidak perlu ada. Kajian ilmiah pun mengalami kesulitan dalam menghadapi para

“pemeluk teguh”, apabila agama dijadikan objek kajian ilmiah, ide, dan ligika internnya

sendiri.

Daya penyatu dan pemecah itu berlangsung sejak awal pertumbuhan sampai

berkembang dan mekarnya suatu agama guna mencapai sasaran yang lebih tinggi dengan cara

“peningkatan” dan “intensifikasi” dalam tubuh masyarakat agama. Sasaran yang lebih tinggi

9

Page 10: Asli Mkalah

ini sampai pada suatu bentuk piramia pemahaman terhadap agama, terwujud suatu kelompok

kecil dari kalangan pemeluknya sendiri. Adanya kelompok kecil puncak piramida tersebut,

terjalin karena pengalaman keagamaan dan adanya pendalaman dengan rumusan-rumusan

ajaran yang lebih tegas serta pengorganisasian yang ketat. Pada tingkat perkembangan

ini,pemecahan diatas tidak lagi bersifat antaragama, tetapi intraagama. Agama menciptakan

kelompok, dan kelompok mendorong pengembangan (pemahaman) agama. Kelompok yang

menemukan bentuk “autentik” dalam peribadatan, mendorong terbentuknya kelompok baru

dengan “pengenalan diri” secara tegas, dan terciptalah ideologi kelompok disertai proses

pengembangannya. Bila memperoleh kemenangan, kelompok tadi dengan leluasa

menetapkan hukum dan memaksakan kepemimpinan sehingga timbul pergolakan agama.

Mahzab-mahzab dalam agama merupakan usaha rasionalisasi dan sistematisasi yang

berpusat pada tokoh-tokoh sentral, melahirkan teori dan praktek peribadatan, serta kultus

tokoh mahzab acapkali lebih banyak menjadi sumber perhatian pemeluk daripada pendiri

agama atau “Tuhan”-nya sendiri, sehingga simbol lebih penting daripada fungsi, dan

solidaritas lebih utama daripada pemahaman. Perkembangan teologi, yakni pengolanahn

intelektual pokok – pokok ajaran agama, hanay menyibukkan kaum elit para pemikir agama (

teolog ), padahal pengikat solidaritas terdapat pada keyakinan yang dasar. Dan perlu diingat,

bahwa doktrin teologis yang mempunyai dampak hanya dipuyai oleh ritus tertentu, yang

tumbuh pada individu pengamal rasa nyata dari keagamaanya.

Terlepas dari relevan atau tidaknya pada masa sekarang, hasil penelitian Geertz dalam

The Relegion Of Java (1960), masyarakat jawa secera realistis terpilah tiga menjadi abangan,

santri, dan priyayi atass daasar orieantasi agama dan traisi budaya. Meskipun banyak kritik

bahwa penggolongan tersebut pada satu sistem klasifikasi yang sama, tetapi pemilahan

abangan dan santri, dapat merupakan cerminan strukturalisasi masyarakat agama di jawa atas

dasar ketaatan menjalakna ibadah agama, yang sumbernya dari menemukan atau tidaknya

bentuk “bentuk autentik” dalam peribadatan. Satri dan abangan merupakan bentukan

pengenalan diri secara tegas, terjalin akibat pengalaman keagamaan dan pendalama disertai

rumusan agama yang tegas.

Mengenai agama dan stratifikasi sosial, pengertiannya terletak pada “kecenderungan

keagamaan” masing-masing klas atau lapisan masyarakat. Misalnya dalam menentukan arah,

ada yang menuju pada keselamatan, etika rasional, etika pembalasan, dan “etika teoilogis”.

Konflik dalam lapisan sosial ini ada, tetapi biasanya ada pindahan konflik ketingkat ekonomi

atau politik.

10

Page 11: Asli Mkalah

Agama dan integrasi sosial terwujud dalam ajaran tidak dibenarkan memaksakan

keyakinan dan kepercayannya kepada orang lain yang berbeda keyakinannya. Mekanisme

sosial lain, selain dari sumber ajaran agama itu sendiri, ialah integrasi sosial didukung oleh

adanya perasaan berkebudayaan satu seperti peringatan hari besar. Dari segi pola keagamaan

biasanya tidak terwujud secara langsung dalam bentuk sosial secara murni dan sederhana,

tetapi banyak likunya, ada janji-janji kepada klas, tetangga, dan sebagainya cenderung

seimbang, timbul individu dan kelompok “tipe campuran”.

BAB IV

11

Page 12: Asli Mkalah

PENUTUP

A. Simpulan

Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang

meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi

rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan.

Karena latar belakang sosial yang berbeda dari masyarakat agama, maka masyarakat

akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda pula. Kebutuhan dan pandangan kelompok

terhadap prinsip keagamaan berbeda-beda, kadang kala kepentingannya dapat tercemin atau

tidak sama sekali. Karena itu kebhinekaan kelompok dalam masyarakat akan mencerah, tidak

hanya kondisi sosial saja yang menyebabkan lahir dan baga,makan akan mempengaruhi

tindakan manusia. Karena itu mempelajari pengaruh struktur sosial terhadap agama, dan juga

perlu mempelajari pengaruh agama terhadap struktur sosial.

B. Saran

Dengan dibuat nya makalah ini kami mengharapkan kepada pembaca agar bisa

memahami dan dapat menerangkan hubungan antara agama dan masyarakat. Hubungan

antara agama dan masyarakat yang kompleks diharapkan pembaca mencari sumber yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 13: Asli Mkalah

Drs. D. Hendropuspito. O.C. 1983. Sosiologi Agama. Kanisius: Yogjakarta

http://bennydaniarsa.blog.fisip.uns.ac.id/2011/03/13/agama-dan-masyarakat/

http://rudyansyah08.blogspot.com/2012/01/agama-dan-masyarakat.html

Nottingham, Elizabeth. K. 1997. Agama dan Masyarakat. Rajawali Pers: Jakarta

Suwarno,dkk. 2008. Ilmu Social Budaya Dasar. Surakarta: BP/FKIP UMS

13