asma (stase paru)
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
1/27
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang memilikiarti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas, batuk, dan mengi
yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan
peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan
diproduksinya cairan kental yang berlebih (Prasetyo, 2!".
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan #$lymphocytes terhadap
stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, %hi&&ing, dan batuk akibat obstruksi jalan
napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang ('runner )uddarth,
2!".
*enurut Prasetyo (2!" Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama yang biasa kita
pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan penyakit menular, tetapi
faktor keturunan (genetic" sangat punya peranan besar di sini. )aluran pernafasan penderita
asma sangat sensitif dan memberikan respon yang sangat berlebihan jika mengalami
rangsangan atau ganguan. )aluran pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan
menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan salah
satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas pendek, tersengal$
sengal, hingga nafas yang berbunyi +ngik$ngik+ (adibroto et al, 2-".
1.2 Epidemiologi
)urvei Kesehatan umah #angga ()K#"
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di /ndonesia, hal
itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga ()K#" di berbagai
propinsi di /ndonesia. )urvei kesehatan rumah tangga ()K#" !01- menunjukkan asma
menduduki urutan ke$ dari ! penyebab kesakitan (morbiditi" bersama$sama dengan
bronkitis kronik dan emfisema. Pada )K# !002, asma, bronkitis kronik dan emfisema
sebagai penyebab kematian (mortaliti" ke$3 di /ndonesia atau sebesar ,- 4. #ahun !00, prevalensi asma di seluruh /ndonesia sebesar !56 !, dibandingkan bronkitis kronik !!6
! dan obstruksi paru 26 !.
Penelitian lain, 'erbagai penelitian menunjukkan bervariasinya prevalensi asma ,
bergantung kepada populasi target studi, kondisi %ilayah, metodologi yang digunakan
dan sebagainya. Asma pada anak 7oolcock dan Konthen pada tahun !00 di 'ali
mendapatkan prevalensi asma pada anak dengan hipereaktiviti bronkus 2,34 dan
hipereaktiviti bronkus serta gangguan faal paru adalah ,84. )tudi pada anak usia )9#P
di )emarang dengan menggunakan kuesioner /nternational )tudy of Asthma and
Allergies in :hildhood (/)AA:", didapatkan hasil dari 32 kuesioner yang kembali dengan
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
2/27
2
rata$rata umur !5,1 ; ,1 tahun didapatkan prevalensi asma (gejala asma !2 bulan
terakhir6 recent asthma" -,24 yang -34 di antaranya mempunyai gejala klasik. 'agian
Anak akarta Pusat pada !00$!00- dengan menggunakan kuesioner modifikasi dari A#)
!081, /)AA: dan obertson, serta melakukan uji provokasi bronkus secara acak.
Pedoman ?iagnosis Penatalaksanaan Asma !5 ?i /ndonesia )eluruhnya !20- sis%a
dengan usia !! tahun bulan @!1 tahun 3 bulan, didapatkan !3,84 dengan ri%ayat asma
dan ,14 dengan recent asthma. #ahun 2!, Yunus dkk melakukan studi prevalensi asma
pada sis%a )9#P se >akarta #imur, sebanyak 2253 anak usia !5$!3 tahun melalui
kuesioner /)AA: (/nternational )tudy of Asthma and Allergies in :hildhood", dan
pemeriksaan spirometri dan uji provokasi bronkus pada sebagian subjek yang dipilih
secara acak. ?ari studi tersebut didapatkan prevalensi asma (recent asthma " 1,04
dan prevalensi kumulatif (ri%ayat asma" !!,4. Asma pada de%asa #ahun !005 =P< Paru
)=? dr. )utomo, )urabaya melakukan penelitian di lingkungan 58 puskesmas di >a%a#imur dengan menggunakan kuesioner modifikasi A#) yaitu Proyek Pneumobile /ndonesia
dan espiratory symptoms uestioner of /nstitute of espiratory *edicine, Be% )outh
7ales,dan pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APC" menggunakan alat peak flo% meter dan
uji bronkodilator. )eluruhnya ---2 responden usia !5$8 tahun (rata$rata 5,- tahun"
mendapatkan prevalensi asma sebesar 8,84, dengan rincian laki$kali 0,24 dan perempuan
-,-4.umah )akit umah sakit Persahabatan, >akarta merupakan pusat rujukan nasional
penyakit paru di /ndonesia, dan salah satu rumah sakit tipe ' di >akarta, menunjukkan data
pera%atan penyakit asma sebagai tergambar pada tabel 2. ?ata dari )=? dr.)oetomo,
)urabaya, >a%a #imur, menunjukkan kasus ra%at interval 3 tahun, yaitu tahun !01-, !00,
dan !003. ?idapatkan frekuensi proporsi ra%at inap asma menurun, hal tersebut
kemungkinan karena keberhasilan penanganan asma ra%at jalan dan pemberian
penyuluhan sehingga kasus asma yang dira%at menurun. Pada tabel 5 dapat dilihat data
ra%at inap di =P< Paru ) dr. )oetomo, )urabaya. /)AA: mendapatkan prevalensi gejala
asma dalam !2 bulan berdasarkan kuesioner tertulis di beberapa negara. Pada gambar
dapat dilihat /ndonesia berada di urutan paling rendah dalam prevalensi asma
1.3 Etiologi
)ampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum diketahui. 'erbagai teori sudah
diajukan, akan tetapi yang paling disepakati adalah adanya gangguan parasimpatis
(hiperaktivitas saraf kolinergik", gangguan simpatis (blok pada reseptor beta adrenergic dan
hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik".
'erdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 5 tipe, yaitu D
!. Ckstrinsik (alergik".
?itandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor$faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat$obatan (antibiotic dan aspirin"dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
3/27
3
genetik terhadap alergi. Eleh karena itu jika ada faktor$faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. /ntrinsik (non alergik".
?itandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. )erangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya %aktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. 'eberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
5. Asma gabungan
'entuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non$alergik.
'erdasarkan Keparahan Penyakitnya D
a. Asma intermiten
Fejala muncul G ! kali dalam ! minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa
jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi G 2 kali dalam ! bulan, fungsi paru
normal dan asimtomatik di antara %aktu serangan, Peak CHpiratory
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
4/27
4
dengan foktor pencetus. )elain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
2.
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
5/27
5
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen, virus,
iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat
dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma tipe lambat.
eaksi Asma #ipe :epat
Alergen akan terikat pada /gC yang menempel pada sel mast dan terjadi degranulasi sel
mast tersebut. ?egranulasi tersebut mengeluarkan preformed mediator seperti histamin,
protease dan ne%ly generated mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan PA< yang
menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.
eaksi
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
6/27
6
teraktivasi. Cosinofil berperan sebagai efektor dan mensintesis sejumlah sitokin antara
lain /9$5, /9$, /9$-, F*$:)
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
7/27
7
A/7AY C*E?C9/BF
Proses inflamasi kronik pada asma akan meimbulkan kerusakan jaringan yang secara
fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing process" yang menghasilkan perbaikan (repair" dan pergantian selsel mati6rusak dengan sel$sel yang baru. Proses
penyembuhan tersebut melibatkan regenerasi6perbaikan jaringan yang rusak6injuri dengan
jenis sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak6injuri dengan jaringan
peyambung yang menghasilkan jaringan skar. Pada asma, kedua proses tersebut berkontribusi
dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan
struktur yang mempunyai mekanisme sangat kompleks dan banyak belum diketahui dikenal
dengan air%ay remodeling. *ekanisme tersebut sangat heterogen dengan proses yang sangat
dinamis dari diferensiasi, migrasi, maturasi, dediferensiasi sel sebagaimana deposit jaringan
penyambung dengan diikuti oleh restitusi6pergantian atau perubahan struktur dan fungsi yang
dipahami sebagai fibrosis dan peningkatan otot polos dan kelenjar mukus.
Pada asma terdapat saling ketergantungan antara proses inflamasi dan remodeling.
/nfiltrasi sel$sel inflamasi terlibat dalam proses remodeling, juga komponen lainnya seperti
matriks ekstraselular, membran retikular basal, matriks interstisial, fibrogenic gro%th factor,
protease dan inhibitornya, pembuluh darah, otot polos, kelenjar mukus.
Perubahan struktur yang terjadi D
M ipertrofi dan hiperplasia otot polos jalan napas
M ipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus
M Penebalan membran reticular basal
M Pembuluh darah meningkat
M *atriks ekstraselular fungsinya meningkat
M Perubahan struktur parenkim
M Peningkatan fibrogenic gro%th factor menjadikan fibrosis
1.% &e'ala Klinis
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi
yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (%hee&ing",
batuk yang disertai serangn napas yang kumat$kumatan. Pada beberapa penderita asma,
keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak,
dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba$tiba menjadi lebih berat.
7hee&ing terutama terdengar saat ekspirasi. 'erat ringannya %hee&ing tergantung
cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. 'ila dijumpai obstruksi ringanatau kelelahan otot pernapasan, %hee&ing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
8/27
8
sama sekali. 'atuk hamper selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih.
)elain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.
?alam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk
membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga
pada pasien dengan :hronic Ebstructive Pulmonary ?isease (:EP?". #anda lain yang
menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama
pernapasan.
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
9/27
9
b. Pemeriksaan darah
$ Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
$ Kadang pada darah terdapat peningkatan dari )FE# dan 9?.
$ iponatremia dan kadar leukosit kadang$kadang di atas !.6mm5 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.$ Pada pemeriksaan faktor$faktor alergi terjadi peningkatan dari /g C pada %aktu
serangan dan menurun pada %aktu bebas dari serangan.
c. Pemeriksaan adiologi
Fambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada %aktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru$paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikutD
$ 'ila disertai dengan bronkitis, maka bercak$bercak di hilus akan bertambah.
$ 'ila terdapat komplikasi empisema (:EP?", maka gambaran radiolusen akansemakin bertambah.
$ 'ila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
$ ?apat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
$ 'ila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru$paru.
d. Pemeriksaan tes kulit
?ilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.
e. Clektrokardiografi
Fambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 5
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu D
$ Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right aHis deviasi dan
clock%ise rotation.
$ #erdapatnya tanda$tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya '' (ight
bundle branch block".
$ #anda$tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, )IC), dan
$ IC) atau terjadinya depresi segmen )# negative.
f. )pirometri
=ntuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebuli&er" golongan adrenergik. Peningkatan
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
10/27
10
tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
(*edicafarma,21"
g. =ji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis
Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling rasional,
karena sasaran obat$obat tersebut langsung pada faktor$faktor yang menyebabkan
bronkospasme. Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka
panjang, dengan cara kerja obat sebagai berikut D
a. *enghambat pelepasan mediator.
b. *enekan hiperaktivitas bronkus.
asil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah D
a. 'ila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.
b. *enghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.
c. *engurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.
d. *engurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frek%ensi serangan danmeringankan beratnya serangan.
Ebat profilaksis yang biasanya digunakan adalah D
a. )teroid dalam bentuk aerosol.
b. ?isodium :romolyn.
c. Ketotifen.
d. #ranilast.
1.- Penatala+sanaan
PCCB:ABAAB PCBFE'A#AB >ABFKA PAB>ABF
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma
terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam %aktu satu bulan (asma
terkontrol, lihat program penatalaksanaan"
?alam menetapkan atau merencanakan pengobatan jangka panjang untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma yang terkontrol, terdapat 5 faktor yang perlu
dipertimbangkan D
M *edikasi (obat$obatan"
M #ahapan pengobatan
M Penanganan asma mandiri (pelangi asma"
*edikasi Asma
*edikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri
atas pengontrol dan pelega.
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
11/27
11
Pengontrol (:ontrollers"
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan
setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma
persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol D
M Kortikosteroid inhalasi
M Kortikosteroid sistemik
M )odium kromoglikat
M Bedokromil sodium
M *etilsantin
M Agonis beta$2 kerja lama, inhalasi
M Agonis beta$2 kerja lama, oral
M 9eukotrien modifiers
M Antihistamin generasi ke dua (antagonis $!"
M 9ain$lain
Pelega (eliever"
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan
atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di
dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif
jalan napas.
#ermasuk pelega adalah D
M Agonis beta2 kerja singkat
M Kortikosteroid sistemik. ()teroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan
bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya
dikombinasikan dengan bronkodilator lain".
M Antikolinergik
M Aminofillin
M Adrenalin
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
12/27
12
ute pemberian medikasi
*edikasi asma dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu inhalasi, oral dan parenteral
(subkutan, intramuskular, intravena". Kelebihan pemberian medikasi langsung ke jalan napas
(inhalasi" adalah D
M lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan napas
M efek sistemik minimal atau dihindarkan
M beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak terabsorpsi pada
pemberian oral (antikolinergik dan kromolin". 7aktu kerja bronkodilator adalah lebih
cepat bila diberikan inhalasi daripada oral.
*acam$macam cara pemberian obat inhalasi
M /nhalasi dosis terukur (/?#"6 metered$dose inhaler (*?/"
M /?# dengan alat 'antu (spacer"
M 'reath$actuated *?/M ?ry po%der inhaler (?P/"
M #urbuhaler
M Bebuliser
Kekurangan /?# adalah sulit mengkoordinasikan dua kegiatan (menekan inhaler dan
menarik napas" dalam satu %aktu, sehingga harus dilakukan latihan berulang$ulang agar
penderita trampil. Penggunaan alat 'antu (spacer" mengatasi kesulitan tersebut dan
memperbaiki penghantaran obat melalui /?# (bukti A". )elain spacer juga mengurangi
deposit obat di mulut dan orofaring, mengurangi batuk akibat /?# dan mengurangikemungkinan kandidiasis bila dalam inhalasi kortikosteroid (bukti A"O serta mengurangi
bioavailibiliti sistemik dan risiko efek samping sistemik.(bukti '". 'erbagai studi di luar
maupun di /ndonesia menunjukkan inhalasi agonis beta$2 kerja singkat dengan /?# dan
spacer memberikan efek bronkodilatasi yang sama dengan pemberian secara nebulisasi dan
pemberian melalui /?# dan spacer terbukti memberikan efek bronkodilatasi yang lebih baik
daripada melalui ?P/ (bukti '".
Kelebihan dry po%der inhalation6?P/ adalah tidak menggunakan campuran yaitu
propelan freon, dan relatif lebih mudah digunakan dibandingkan /?#. )aat inhalasi hanya
dibutuhkan kecepatan aliran udara inspirasi minimal, oleh sebab itu ?P/ sulit digunakan saat
eksaserbasi, sehingga dosis harus disesuaikan. )ebagian ?P/ terdiri atas obat murni, dan
sebagian lagi mengandung campuran laktosa, tetapi ?P/ tidak mengandung
klorofluorokarbon sehingga lebih baik untuk ekologi tetapi lebih sulit pada udara dengan
kelembaban tinggi. Klorofluorokarbon (:
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
13/27
13
Karena perbedaan kemurnian obat dan teknik penghantaran obat antara ?P/ dan /?#, maka
perlu penyesuaian dosis obat saat mengganti obat melalui ?P/ ke /?# atau sebaliknya.
Pengontrol
!. Flukokortikosteroid inhalasi
Adalah medikasi jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma. 'erbagai
penelitian menunjukkan penggunaan steroid inhalasi menghasilkan perbaikan faal paru,
menurunkan hiperesponsif jalan napas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan berat
serangan dan memperbaiki kualiti hidup (bukti A". )teroid inhalasi adalah pilihan bagi
pengobatan asma persisten (ringan sampai berat". )teroid inhalasi ditoleransi dengan baik
dan aman pada dosis yang direkomendasikan.
2. Flukokortikosteroid sistemik
:ara pemberian melalui oral atau parenteral. Kemungkinan digunakan sebagai
pengontrol pada keadaan asma persisten berat (setiap hari atau selang sehari", tetapi
penggunaannya terbatas mengingat risiko efek sistemik. arus selalu diingat indeks terapi
(efek6 efek samping", steroid inhalasi jangka panjang lebih baik daripada steroid oral jangka
panjang. >angka panjang lebih efektif menggunakan steroid inhalasi daripada steroid oral
selang sehari. >ika steroid oral terpaksa harus diberikan misalnya pada keadaan asma
persisten berat yang dalam terapi maksimal belum terkontrol (%alau telah menggunakan
paduan pengoabatn sesuai berat asma", maka dibutuhkan steroid oral selama jangka %aktutertentu. al itu terjadi juga pada steroid dependen. ?i /ndonesia, steroid oral jangka panjang
terpaksa diberikan apabila penderita asma persisten sedang$berat tetapi tidak mampu untuk
membeli steroid inhalasi, maka dianjurkan pemberiannya mempertimbangkan berbagai hal di
ba%ah ini untuk mengurangi efek samping sistemik. 'eberapa hal yang harus
dipertimbangkan saat memberi steroid oral D
M gunakan prednison, prednisolon, atau metilprednisolon karena mempunyai efek
mineralokortikoid minimal, %aktu paruh pendek dan efek striae pada otot minimal
M bentuk oral, bukan parenteral
M penggunaan selang sehari atau sekali sehari pagi hari
Cfek samping sistemik penggunaan glukokortikosteroid oral6 parenteral jangka panjang
adalah osteoporosis, hipertensi, diabetes, supresi aksis adrenal pituitari hipotalamus, katarak,
glaukoma, obesiti, penipisan kulit, striae dan kelemahan otot. Perhatian dan supervisi ketat
dianjurkan pada pemberian steroid oral pada penderita asma dengan penyakit lain seperti
tuberkulosis paru, infeksi parasit, osteoporosis, glaukoma, diabetes, depresi berat dan tukak
lambung. Flukokortikosteroid oral juga meningkatkan risiko infeksi herpes &oster. Pada
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
14/27
14
keadaan infeksi virus herpes atau varisela, maka glukokortikosteroid sistemik harus
dihentikan.
5. Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium"
*ekanisme yang pasti dari sodium kromoglikat dan nedokromil sodium belum
sepenuhnya dipahami, tetapi diketahui merupakan antiinflamasi nonsteroid, menghambat
penglepasan mediator dari sel mast melalui reaksi yang diperantarai /gC yang bergantung
kepada dosis dan seleksi serta supresi sel inflamasi tertentu (makrofag, eosinofil, monosit"O
selain kemungkinan menghambat saluran kalsium pada sel target. Pemberiannya secara
inhalasi. ?igunakan sebagai pengontrol pada asma persisten ringan. )tudi klinis
menunjukkan pemberian sodium kromoglikat dapat memperbaiki faal paru dan gejala,
menurunkan hiperesponsif jalan napas %alau tidak seefektif glukokortikosteroid inhalasi
(bukti '". ?ibutuhkan %aktu 3$- minggu pengobatan untuk menetapkan apakah obat ini bermanfaat atau tidak. Cfek samping umumnya minimal seperti batuk atau rasa obat tidak
enak saat melakukan inhalasi .
3. *etilsantin
#eofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek ekstrapulmoner seperti
antiinflamasi. Cfek bronkodilatasi berhubungan dengan hambatan fosfodiesterase yang dapat
terjadi pada konsentrasi tinggi (J! mg6dl", sedangkan efek antiinflamasi melalui mekanisme
yang belum jelas terjadi pada konsentrasi rendah ($! mg6dl". Pada dosis yang sangat rendah
efek antiinflamasinya minim pada inflamasi kronik jalan napas dan studi menunjukkan tidak
berefek pada hiperesponsif jalan napas. #eofilin juga digunakan sebagai bronkodilator
tambahan pada serangan asma berat. )ebagai pelega, teofilin6aminofilin oral diberikan
bersama6kombinasi dengan agonis beta$2 kerja singkat, sebagai alternatif bronkodilator jika
dibutuhkan.
#eofilin atau aminofilin lepas lambat dapat digunakan sebagai obat pengontrol,
berbagai studi menunjukkan pemberian jangka lama efektif mengontrol gejala dan
memperbaiki faal paru. Preparat lepas lambat mempunyai aksi6%aktu kerja yang lamasehingga digunakan untuk mengontrol gejala asma malam dikombinasi dengan antiinflamasi
yang la&im. )tudi menunjukkan metilsantiin sebagai terapi tambahan glukokortikosteroid
inhalasi dosis rendah atau tinggi adalah efektif mengontrol asma (bukti '", %alau disadari
peran sebagai terapi tambahan tidak seefektif agonis beta$2 kerja lama inhalasi (bukti A",
tetapi merupakan suatu pilihan karena harga yang jauh lebih murah.
Cfek samping berpotensi terjadi pada dosis tinggi ( Q! mg6kg''6 hari atau lebih"O hal
itu dapat dicegah dengan pemberian dosis yang tepat dengan monitor ketat. Fejala
gastrointestinal nausea, muntah adalah efek samping yang paling dulu dan sering terjadi. Cfek
kardiopulmoner seperti takikardia, aritmia dan kadangkala merangsang pusat napas./ntoksikasi teofilin dapat menyebabkan kejang bahkan kematian. ?i /ndonesia, sering
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
15/27
15
digunakan kombinasi oral teofilin6aminofilin dengan agonis beta$2 kerja singkat sebagai
bronkodilatorO maka diingatkan sebaiknya tidak memberikan teofilin6aminofilin baik tunggal
ataupun dalam kombinasi sebagai pelega6bronkodilator bila penderita dalam terapi teofilin6
aminofilin lepas lambat sebagai pengontrol. ?ianjurkan memonitor kadar teofilin6aminofilin
serum penderita dalam pengobatan jangka panjang. =mumnya efek toksik serius tidak terjadi bila kadar dalam serum G ! ug6ml, %alau terdapat variasi individual tetapi umumnya dalam
pengobatan jangka panjang kadar teoflin serum $! ug6ml (21$1u*" adalah efektif dan
tidak menimbulkan efek samping.. Perhatikan berbagai keadaan yang dapat mengubah
metabolisme teofilin antara lain. demam, hamil, penyakit hati, gagal jantung, merokok yang
menyebabkan perubahan dosis pemberian teofilin6aminofilin. )elain itu perlu diketahui
seringnya interaksi dengan obat lain yang mempengaruhi dosis pemberian obat lain tersebut
misalnya simetidin, kuinolon dan makrolid.
. Agonis beta$2 kerja lama
#ermasuk di dalam agonis beta$2 kerja lama inhalasi adalah salmeterol dan formoterol yang
mempunyai %aktu kerja lama (J !2 jam". )eperti la&imnya agonis beta$2 mempunyai efek
relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti
pembuluh darah dan memodulasi penglepasan mediator dari sel mast dan basofil.
Kenyataannya pada pemberian jangka lama, mempunyai efek antiinflamasi %alau kecil.
/nhalasi agonis beta$2 kerja lama yang diberikan jangka lama mempunyai efek protektif
terhadap rangsang bronkokonstriktor. Pemberian inhalasi agonis beta$2 kerja lama,
menghasilkan efek bronkodilatasi lebih baik dibandingkan preparat oral. Perannya dalamterapi sebagai pengontrol bersama dengan glukokortikosteroid inhalasi dibuktikan oleh
berbagai penelitian, inhalasi agonis beta$2 kerja lama sebaiknya diberikan ketika dosis
standar glukokortikosteroid inhalasi gagal mengontrol dan, sebelum meningkatkan dosis
glukokortikosteroid inhalasi tersebut (bukti A". Karena pengobatan jangka lama dengan
agonis beta$2 kerja lama tidak mengubah inflamasi yang sudah ada, maka sebaiknya selalu
dikombinasikan dengan glukokortikosteroid inhalasi (bukti A". Penambahan agonis beta$2
kerja lama inhalasi pada pengobatan harian dengan glukokortikosteroid inhalasi,
memperbaiki gejala, menurunkan asma malam, memperbaiki faal paru, menurunkan
kebutuhan agonis beta$2 kerja singkat (pelega" dan menurunkan frekuensi serangan asma
(bukti A". 'erbagai studi menunjukkan bah%a penambahan agonis beta$2 kerja lama inhalasi
(salmeterol atau formoterol" pada asma yang tidak terkontrol dengan glukokortikosteroid
inhalasi dosis rendah atau tinggi, akan memperbaiki faal paru dan gejala serta mengontrol
asma lebih baik daripada meningkatkan dosis glukokortikosteroid inhalasi 2 kali lipat (bukti
A". 'erbagai penelitian juga menunjukkan bah%a memberikan glukokortikosteroid
kombinasi dengan agonis beta$2 kerja lama dalam satu kemasan inhalasi adalah sama
efektifnya dengan memberikan keduanya dalam kemasan inhalasi yang terpisah (bukti '"O
hanya kombinasi dalam satu kemasan (fiHed combination" inhaler lebih nyaman untuk
penderita, dosis yang diberikan masing$masing lebih kecil, meningkatkan kepatuhan, dan
harganya lebih murah daripada diberikan dosis yang ditentukan masing$masing lebih kecildalam 2 kemasan obat yang terpisah.
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
16/27
16
Agonis beta$2 kerja lama inhalasi dapat memberikan efek samping sistemik
(rangsangan kardiovaskular, tremor otot rangka dan hipokalemia" yang lebih sedikit atau
jarang daripada pemberian oral. 'entuk oral juga dapat mengontrol asma, yang beredar di
/ndonesia adalah salbutamol lepas lambat, prokaterol dan bambuterol. *ekanisme kerja dan
perannya dalam terapi sama saja dengan bentuk inhalasi agonis beta$2 kerja lama, hanya efek sampingnya lebih banyak. Cfek samping berupa rangsangan kardiovaskular, ansieti dan
tremor otot rangka.
-. 9eukotriene modifiers
Ebat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya melalui oral.
*ekanisme kerjanya menghambat $lipoksigenase sehingga memblok sintesis semua
leukotrin (contohnya &ileuton" atau memblok reseptor$reseptor leukotrien sisteinil pada sel
target (contohnya montelukas, pranlukas, &afirlukas". *ekanisme kerja tersebutmenghasilkan efek bronkodilator minimal dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen,
sulfurdioksida dan eHercise. )elain bersifat bronkodilator, juga mempunyai efek
antiinflamasi. 'erbagai studi menunjukkan bah%a penambahan leukotriene modifiers dapat
menurunkan kebutuhan dosis glukokortikosteroid inhalasi penderita asma persisten sedang
sampai berat, mengontrol asma pada penderita dengan asma yang tidak terkontrol %alau
dengan glukokortikosteroid inhalasi (bukti '". ?iketahui sebagai terapi tambahan tersebut,
leukotriene modifiers tidak seefektif agonis beta$2 kerja lama (bukti '". Kelebihan obat ini
adalah preparatnya dalam bentuk tablet (oral" sehingga mudah diberikan. Penderita dengan
aspirin induced asthma menunjukkan respons yang baik dengan pengobatan leukotrienemodifiers.
)aat ini yang beredar di /ndonesia adalah &afirlukas (antagonis reseptor leukotrien
sisteinil". Cfek samping jarang ditemukan. Rileuton dihubungkan dengan toksik hati,
sehingga monitor fungsi hati dianjurkan apabila diberikan terapi &ileuton.
Pelega
!. Agonis beta$2 kerja singkat
#ermasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan prokaterol yang
telah beredar di /ndonesia. *empunyai %aktu mulai kerja (onset" yang cepat.
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
17/27
17
direkomendasikan bila diperlukan untuk mengatasi gejala. Kebutuhan yang meningkat atau
bahkan setiap hari adalah petanda perburukan asma dan menunjukkan perlunya terapi
antiinflamasi. ?emikian pula, gagal melegakan jalan napas segera atau respons tidak
memuaskan dengan agonis beta$2 kerja singkat saat serangan asma adalah petanda
dibutuhkannya glukokortikosteroid oral..
Cfek sampingnya adalah rangsangan kardiovaskular, tremor otot rangka dan
hipokalemia. Pemberian secara inhalasi jauh lebih sedikit menimbulkan efek samping
daripada oral. ?ianjurkan pemberian inhalasi, kecuali pada penderita yang tidak
dapat6mungkin menggunakan terapi inhalasi.
2. *etilsantin
#ermasuk dalam bronkodilator %alau efek bronkodilatasinya lebih lemah dibandingkan
agonis beta$2 kerja singkat. Aminofillin kerja singkat dapat dipertimbangkan untuk mengatasi
gejala %alau disadari onsetnya lebih lama daripada agonis beta$2 kerja singkat (bukti A".
#eofilin kerja singkat tidak menambah efek bronkodilatasi agonis beta$2 kerja singkat dosis
adekuat, tetapi mempunyai manfaat untuk respiratory drive, memperkuat fungsi otot
pernapasan dan mempertahankan respons terhadap agonis beta$2 kerja singkat di antara
pemberian satu dengan berikutnya.
#eofilin berpotensi menimbulkan efek samping sebagaimana metilsantin, tetapi dapat
dicegah dengan dosis yang sesuai dan dilakukan pemantauan. #eofilin kerja singkat
sebaiknya tidak diberikan pada penderita yang sedang dalam terapi teofilin lepas lambat
kecuali diketahui dan dipantau ketat kadar teofilin dalam serum .
5. Antikolinergik
Pemberiannya secara inhalasi. *ekanisme kerjanya memblok efek penglepasan
asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas. *enimbulkan bronkodilatasi dengan
menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik, selain itu juga menghambat refleks bronkokostriksi yang disebabkan iritan. Cfek bronkodilatasi tidak seefektif agonis beta$2
kerja singkat, onsetnya lama dan dibutuhkan 5$- menit untuk mencapai efek maksimum.
#idak mempengaruhi reaksi alergi tipe cepat ataupun tipe lambat dan juga tidak berpengaruh
terhadap inflamasi.
#ermasuk dalam golongan ini adalah ipratropium bromide dan tiotropium bromide.
Analisis meta penelitian menunjukkan ipratropium bromide mempunyai efek meningkatkan
bronkodilatasi agonis beta$2 kerja singkat pada serangan asma, memperbaiki faal paru dan
menurunkan risiko pera%atan rumah sakit secara bermakna (bukti '". Eleh karena disarankan
menggunakan kombinasi inhalasi antikolinergik dan agnonis beta$2 kerja singkat sebagai
bronkodilator pada terapi a%al serangan asma berat atau pada serangan asma yang kurang
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
18/27
18
respons dengan agonis beta$2 saja, sehingga dicapai efek bronkodilatasi maksimal. #idak
bermanfaat diberikan jangka panjang, dianjurkan sebagai alternatif pelega pada penderita
yang menunjukkan efek samping dengan agonis beta$2 kerja singkat inhalasi seperti
takikardia, aritmia dan tremor. Cfek samping berupa rasa kering di mulut dan rasa pahit.
#idak ada bukti mengenai efeknya pada sekresi mukus.
3. Adrenalin
?apat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang sampai berat, bila tidak tersedia
agonis beta$2, atau tidak respons dengan agonis beta$2 kerja singkat. Pemberian secara
subkutan harus dilakukan hati$hati pada penderita usia lanjut atau dengan gangguan
kardiovaskular. Pemberian intravena dapat diberikan bila dibutuhkan, tetapi harus dengan
penga%asan ketat (bedside monitoring".
*etode alternatif pengobatan asma
)elain pemberian obat pelega dan obat pengontrol asma, beberapa cara dipakai orang
untuk mengobati asma. :aratersebut antara lain homeopati, pengobatan dengan herbal,
ayuverdic medicine, ioni&er, osteopati dan manipulasi chiropractic, spleoterapi, buteyko,
akupuntur, hypnosis dan lain$lain. )ejauh ini belum cukup bukti dan belum jelas efektiviti
metode$metode alternatif tersebut sebagai pengobatan asma.
#ahapan penanganan asma
Pengobatan jangka panjang berdasarkan derajat berat asma seperti telah dijelaskan
sebelumnya (lihat klasifikasi", agar tercapai tujuan pengobatan dengan menggunakan
medikasi seminimal mungkin. Pendekatan dalam memulai pengobatan jangka panjang harus
melalui pemberian terapi maksimum pada a%al pengobatan sesuai derajat asma termasuk
glukokortikosteroid oral dan atau glukokortikosteroid inhalasi dosis penuh ditambah dengan
agonis beta$2 kerja lama untuk segera mengontrol asma (bukti ?"O setelah asma terkontrol
dosis diturunkan bertahap sampai seminimal mungkin dengan tetap mempertahankan kondisiasma terkontrol. :ara itu disebut stepdo%n therapy. Pendekatan lain adalah step$up therapy
yaitu memulai terapi sesuai berat asma dan meningkatkan terapi secara bertahap jika
dibutuhkan untuk mencapai asma terkontrol.
Perhimpunan ?okter Paru /ndonesia (P?P/" menyarankan stepdo%n therapy untuk
penanganan asma yaitu memulai pengobatan dengan upaya menekan inflamasi jalan napas
dan mencapai keadaan asma terkontrol sesegera mungkin, dan menurunkan terapi sampai
seminimal mungkin dengan tetap mengontrol asma. 'ila terdapat keadaan asma yang tetap
tidak terkontrol dengan terapi a%al6maksimal tersebut (misalnya setelah ! bulan terapi", maka
pertimbangkan untuk evaluasi kembali diagnosis sambil tetap memberikan pengobata asma
sesuai beratnya gejala.
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
19/27
19
Pengo)atan )e*dasa*+an de*a'at )e*at asma
Asma Inte*miten
#ermasuk pula dalam asma intermiten penderita alergi dengan pajanan alergen,
asmanya kambuh tetapi di luar itu bebas gejala dan faal paru normal. ?emikian pula penderita eHercise$induced asthma atau kambuh hanya bila cuaca buruk, tetapi di luar
pajanan pencetus tersebut gejala tidak ada dan faal paru normal. )erangan berat umumnya
jarang pada asma intermiten %alaupun mungkin terjadi. 'ila terjadi serangan berat pada asma
intermiten, selanjutnya penderita diobati sebagai asma persisten sedang (bukti '".
Pengobatan yang la&im adalah agonis beta$2 kerja singkat hanya jika dibutuhkan
(bukti A", atau sebelum eHercise pada eHercise$induced asthma, dengan alternatif kromolin
atau leukotriene modifiers (bukti '"O atau setelah pajanan alergen dengan alternatif kromolin
(bukti '". 'ila terjadi serangan, obat pilihan agonis beta$2 kerja singkat inhalasi, alternatif
agonis beta$2 kerja singkat oral, kombinasi teofilin kerja singkat dan agonis beta$2 kerja
singkat oral atau antikolinergik inhalasi. >ika dibutuhkan bronkodilator lebih dari sekali
seminggu selama 5 bulan, maka sebaiknya penderita diperlakukan sebagai asma persisten
ringan.
Asma Pe*sisten #ingan
Penderita asma persisten ringan membutuhkan obat pengontrol setiap hari untuk
mengontrol asmanya dan mencegah agar asmanya tidak bertambah beraO sehingga terapi
utama pada asma persisten ringan adalah antiinflamasi setiap hari dengan glukokortikosteroid
inhalasi dosis rendah (bukti A". ?osis yang dianjurkan 2$3 ug '?6 hari atau !$2 ug
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
20/27
20
inhalasi sebagai pelega adalah agonis beta$2 kerja singkat oral, atau kombinasi oral teofilin
kerja singkat dan agonis beta$2 kerja singkat. #eofilin kerja singkat sebaiknya tidak
digunakan bila penderita telah menggunakan teofilin lepas lambat sebagai pengontrol.
Asma Pe*sisten Be*at
#ujuan terapi pada keadaan ini adalah mencapai kondisi sebaik mungkin, gejala
seringan mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal mungkin, faal paru (APC" mencapai
nilai terbaik, variabiliti APC seminimal mungkin dan efek samping obat seminimal mungkin.
=ntuk mencapai hal tersebut umumnya membutuhkan beberapa obat pengontrol tidak cukup
hanya satu pengontrol. #erapi utama adalah kombinasi inhalasi glukokortikosteroid dosis
tinggi (J 1 ug '?6 hari atau ekivalennya" dan agonis beta$2 kerja lama 2 kali sehari (bukti
A". Kadangkala kontrol lebih tercapai dengan pemberian glukokortikosteroid inhalasi terbagi
3 kali sehari daripada 2 kali sehari (bukti A".
#eofilin lepas lambat, agonis beta$2 kerja lama oral dan leukotriene modifiers dapat
sebagai alternatif agonis beta$2 kerja lama inhalasi dalam perannya sebagai kombinasi
dengan glukokortikosteroid inhalasi, tetapi juga dapat sebagai tambahan terapi selain
kombinasi terapi yang la&im (glukokortikosteroid inhalasi dan agonis beta$2 kerja lama
inhalasi" (bukti '". >ika sangat dibutuhkan, maka dapat diberikan glukokortikosteroid oral
dengan dosis seminimal mungkin, dianjurkan sekaligus single dose pagi hari untuk
mengurangi efek samping. Pemberian budesonid secara nebulisasi pada pengobatan jangka
lama untuk mencapai dosis tinggi glukokortikosteroid inhalasi adalah menghasilkan efek
samping sistemik yang sama dengan pemberian oral, padahal harganya jauh lebih mahal dan
menimbulkan efek samping lokal seperti sakit tenggorok6 mulut. )ehngga tidak dianjurkanuntuk memberikan glukokortikosteroid nebulisasi pada asma di luar serangan6 stabil atau
sebagai penatalaksanaan jangka panjang.
/ndikator asma tidak terkontrol
M Asma malam, terbangun malam hari karena gejala$gejala asma
M Kunjungan ke darurat ga%at, ke dokter karena serangan akut
M Kebutuhan obat pelega meningkat (bukan akibat infeksi pernapasan, atau eHercise$
induced asthma"
Pertimbangkan beberapa hal seperti kekerapan6 frekuensi tanda$tanda (indikator" tersebut di
atas, alasan6 kemungkinan lain, penilaian dokterO maka tetapkan langkah terapi, apakah perlu
ditingkatkan atau tidak.
Alasan 6 kemungkinan asma tidak terkontrol D
M #eknik inhalasi D Cvaluasi teknik inhalasi penderita
M Kepatuhan D #anyakan kapan dan berapa banyak penderita
menggunakan obat$obatan asma
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
21/27
21
M 9ingkungan D #anyakan penderita, adakah perubahan di sekitar lingkungan penderita
atau lingkungan tidak terkontrol
M Konkomitan penyakit saluran napas yang memperberat seperti sinusitis, bronkitis dan
lain$lain 'ila semua baik pertimbangkan alternatif diagnosis lain.
Penanganan Asma "andi*i
ubungan penderita$dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk terjadi kepatuhan
dan efektif penatalaksanaan asma. ?engan kata lain dokter penting untuk berkomunikasi
dengan penderita6 keluarga, dengarkan mereka, ajukan pertanyaan terbuka dan jangan
melakukan penilaian sebelumnya, lakukan dialog sederhana dan berikan nasehat atau
komentar sesuai kemampuan6 pendidikan penderita. Komunikasi yang terbuka dan selalu
bersedia mendengarkan keluhan atau pernyataan penderita adalah kunci keberhasilan pengobatan.
encanakan pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi penderita, realistik6
memungkinkan bagi penderita dengan maksud mengontrol asma. 'ila memungkinkan,
ajaklah pera%at, farmasi, tenaga fisioterapi pernapasan dan lain$lainnya untuk membantu
memberikan edukasi dan menunjang keberhasilan pengobatan penderita.
Penatala+sanaan Se*angan A+,t
)erangan asma bervariasi dari ringan sampai berat bahkan dapat bersifat fatal atau
mengancam ji%a. )eringnya serangan asma menunjukkan penanganan asma sehari$hari yang
kurang tepat. ?engan kata lain penanganan asma ditekankan kepada penanganan jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan serangan asma akut atau perburukan gejala dengan
memberikan pengobatan yang tepat.
Penilaian berat serangan merupakan kunci pertama dalam penanganan serangan akut.
9angkah berikutnya adalah memberikan pengobatan tepat, selanjutnya menilai respons
pengobatan, dan berikutnya memahami tindakan apa yang sebaiknya dilakukan pada
penderita (pulang, observasi, ra%at inap, intubasi, membutuhkan ventilator, /:=, dan lain$
lain" 9angkah$langkah tersebut mutlak dilakukan, sayangnya seringkali yang dicermati
hanyalah bagian pengobatan tanpa memahami kapan dan bagaimana sebenarnya penanganan
serangan asma.
Penanganan serangan yang tidak tepat antara lain penilaian berat serangan di darurat
ga%at yang tidak tepat dan berakibat pada pengobatan yang tidak adekuat, memulangkan
penderita terlalu dini dari darurat ga%at, pemberian pengobatan (saat pulang" yang tidak
tepat, penilaian respons pengobatan yang kurang tepat menyebabkan tindakan selanjutnya
menjadi tidak tepat. Kondisi penanganan tersebut di atas menyebabkan perburukan asma
yang menetap, menyebabkan serangan berulang dan semakin berat sehingga berisiko jatuh
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
22/27
22
dalam keadaan asma akut berat bahkan fatal. Pada serangan ringan obat yang diberikan
agonis beta$2 kerja singkat inhalasi dapat berbentuk /?#, lebih dianjurkan dengan spacer,
?P/ atau nebulisasi. /?# dengan spacer menghasilkan efek yang sama dengan nebulisasi,
mempunyai onset yang lebih cepat, efek samping lebih minimal dan membutuhkan %aktu
yang lebih cepat, sehingga lebih mudah dikerjakan di rumah maupun di darurat ga%at6 rumahsakit (bukti A". 7alaupun pada beberapa keadaan pemberian nebulisasi lebih superior misal
pada penderita asma anak. 'ila di rumah tidak tersedia obat inhalasi, dapat diberikan agonis
beta$2 kerja singkat oral, atau kombinasi oral agonis kerja singkat dan teofilin. ?osis agonis
beta$2 kerja singkat, inhalasi 2$3 semprot setiap 5$3 jam, atau oral setiap -$1 jam. #erapi
tambahan tidak dibutuhkan jika pengobatan tersebut di atas menghasilkan respons komplet
(APC J 14 nilai terbaik6 prediksi" dan respons tersebut bertahan minimal sampai 5$3 jam.
9anjutkan terapi tersebut selama 23$31 jam. Pada penderita dalam inhalasi steroid, selain
terapi agonis beta$2 , tingkatkan dosis steroid inhalasi, maksimal sampai dengan 2 kali lipat
dosis sebelumnya. Anjurkan penderita untuk mengunjungi dokter. 'ila memberikan respons
komplet, pertahankan terapi tersebut sampai dengan $8 hari bebas serangan, kemudian
kembali kepada terapi sebelumnya. Pada serangan asma sedang $berat, bronkodilator saja
tidak cukup untuk mengatasi serangan karena tidak hanya terjadi bronkospasme tetapi juga
peningkatan inflamasi jalan napas, oleh karena itu mutlak dibutuhkan kortikosteroid. ?engan
kata lain pada keadaan tidak ada respons dengan agonis beta$2 kerja singkat inhalasi, atau
bahkan perburukan, dapat dianjurkan menggunakan glukokortikosteroid oral ,$! mg6kg''
dalam 23 jam pertama, dan segera ke dokter.
Penatala+sanaan di #,ma/ sa+it
)erangan akut berat adalah darurat ga%at dan membutuhkan bantuan medis segera,
penanganan harus cepat dan sebaiknya dilakukan di rumah sakit6 ga%at darurat.
Penilaian
'erat serangan dinilai berdasarkan ri%ayat singkat serangan termasuk gejala, pemeriksaan
fisis dan sebaiknya pemeriksaan faal paruO untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang
tepat. Pada prinsipnya tidak diperkenankan pemeriksaan faal paru dan laboratorium
menjadikan keterlambatan dalam pengobatan6 tindakan.
i%ayat singkat serangan meliputi gejala, pengobatan yang telah digunakan, respons
pengobatan, %aktu mula terjadinya dan penyebab6 pencetus serangan saat itu, dan ada
tidaknya risiko tinggi untuk mendapatkan keadaan fatal6 kematian yaituD
M i%ayat serangan asma yang membutuhkan intubasi6 ventilasi mekanis
M i%ayat pera%atan di rumah sakit atau kunjungan ke darurat ga%at dalam satu tahun terakhir
M )aat serangan, masih dalam glukokortikosteroid oral, atau baru saja menghentikan
salbutamol atau ekivalennya
M ?engan gangguan6 penyakit psikiatri atau masalah psikososial termasuk penggunaan sedasi
M i%ayat tidak patuh dengan pengobatan (jangka panjang" asma.
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
23/27
23
Pemeriksaan fisis dan penilaian fungsi paru
?inilai berdasarkan gambaran klinis penderita (lihat klasifikasi berat serangan". Pada
fasiliti layanan kesehatan sederhana dengan kemampuan sumber daya manusia terbatas, dapathanya menekankan kepada posisi penderita, cara bicara, frekuensi napas, nadi, ada tidak
mengi dan bila dianjurkan penilaian fungsi paru yaitu APC. Pada serangan asma, ICP! atau
APC sebaiknya diperiksa sebelum pengobatan, tanpa menunda pemberian pengobatan.
Pemantauan saturasi oksigen sebaiknya dilakukan terutama pada penderita anak, karena
sulitnya melakukan pemeriksaan APC6 ICP! pada anak dan saturasi E2 02 4 adalah
prediktor yang baik yang menunjukkan kebutuhan pera%atan di rumah sakit. Pemeriksaan
analisis gas darah, tidak rutin dilakukan, tetapi sebaiknya dilakukan pada penderita dengan
APC 5$4 prediksi6 nilai terbaik, atau tidak respons dengan pengobatan a%al, dan
penderita yang membutuhkan pera%atan. ?emikian pula dengan pemeriksaan foto toraks,
tidak rutin dlakukan, kecuali pada keadaan penderita dengan komplikasi proses
kardiopulmoner (pneumonia, pneumomediastinum, pneumotoraks, gagal jantung, dan
sebagainya", penderita yang membutuhkan pera%atan dan penderita yang tidak respons
dengan pengobatan.
Pengobatan
Pengobatan diberikan bersamaan untuk mempercepat resolusi serangan akut.
!. EksigenD
Pada serangan asma segera berikan oksigen untuk mencapai kadar saturasi oksigen Q 04 dan
dipantau dengan oksimetri.
2. Agonis beta$2D
?ianjurkan pemberian inhalasi dengan nebuliser atau dengan /?# dan spacer yang
menghasilkan efek bronkodilatasi yang sama dengan cara nebulisasi, onset yang cepat, efek samping lebih sedikit dan membutuhkan %aktu lebih singkat dan mudah di darurat ga%at
(bukti A". Pemberian inhalasi ipratropium bromide kombinasi dengan agonis beta$2 kerja
singkat inhalasi meningkatkan respons bronkodilatasi (bukti '" dan sebaiknya diberikan
sebelum pemberian aminofilin. Kombinasi tersebut menurunkan risiko pera%atan di rumah
sakit (bukti A" dan perbaikan faal paru (APC dan ICP!" (bukti '". Alternatif pemberian
adalah pemberian injeksi (subkutan atau intravena", pada pemberian intravena harus
dilakukan pemantauan ketat (bedside monitoring". Alternatif agonis beta$2 kerja singkat
injeksi adalah epinefrin (adrenalin" subkutan atau intramuskular. 'ila dibutuhkan dapat
ditambahkan bronkodilator aminofilin intravena dengan dosis $- mg6 kg ''6 bolus yang
diberikan dengan dilarutkan dalam larutan Ba:9 fisiologis ,04 atau dekstrosa 4 dengan
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
24/27
24
perbandingan !D!. Pada penderita yang sedang menggunakan aminofilin - jam sebelumnya
maka dosis diturunkan setengahnyaO untuk mempertahankan kadar aminofilin dalam darah,
pemberian dilanjutkan secara drip dosis ,$,0 mg6 kg''6 jam.
5. Flukokortikosteroid
Flukokortikosteroid sistemik diberikan untuk mempercepat resolusi pada serangan asma
derajat manapun kecuali serangan ringan (bukti A", terutama jikaD
M Pemberian agonis beta$2 kerja singkat inhalasi pada pengobatan a%al tidak
memberikan respons
M )erangan terjadi %alau penderita sedang dalam pengobatan
M )erangan asma berat
Flukokortikosteroid sistemik dapat diberikan oral atau intravena, pemberian oral lebih
disukai karena tidak invasif dan tidak mahal. Pada penderita yang tidak dapat diberikan oral
karena gangguan absorpsi gastrointestinal atau lainnya maka dianjurkan pemberian
intravena.Flukokortikosteroid sistemik membutuhkan paling tidak 3 jam untuk tercapai
perbaikan klinis. Analisis meta menunjukkan glukokortikosteroid sistemik metilprednisolon
-$1 mg atau 5$3 mg hidrokortison atau ekivalennya adalah adekuat untuk penderita
dalam pera%atan. 'ahkan 3 mg metilprednisolon atau 2 mg hidrokortison sudah adekuat
(bukti '". Flukokortikosteroid oral (prednison" dapat dilanjutkan sampai !$!3 hari .
Pengamatan menunjukkan tidak bermanfaat menurunkan dosis dalam %aktu terlalu singkat
ataupun terlalu lama sampai beberapa minggu (bukti '".
3. Antibiotik
#idak rutin diberikan kecuali pada keadaan disertai infeksi bakteri (pneumonia,
bronkitis akut, sinusitis" yang ditandai dengan gejala sputum purulen dan demam. /nfeksi
bakteri yang sering menyertai serangan asma adalah bakteri gram positif, dan bakteri atipik
kecuali pada keadaan dicurigai ada infeksi bakteri gram negatif (penyakit6 gangguan pernapasan kronik" dan bahkan anaerob seperti sinusitis, bronkiektasis atau penyakit paru
obstruksi kronik (PPEK".
Antibiotik pilihan sesuai bakteri penyebab atau pengobatan empiris yang tepat untuk
gram positif dan atipikO yaitu makrolid , golongan kuinolon dan alternatif amoksisilin6
amoksisilin dengan asam klavulanat.
. 9ain$lain
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
25/27
25
*ukolitik tidak menunjukkan manfaat berarti pada serangan asma, bahkan
memperburuk batuk dan obstruksi jalan napas pada serangan asma berat. )edasi
sebaiknya dihindarkan karena berpotensi menimbulkan depresi napas. Antihistamin dan
terapi fisis dada (fisioterapi" tidak berperan banyak pada serangan asma.
Kriteria untuk melanjutkan observasi (di klinik, praktek dokter6 puskesmas", bergantung
kepada fasiliti yang tersedia D
M espons terapi tidak adekuat dalam !$2 jam
M Ebstruksi jalan napas yang menetap (APC G 54 nilai terbaik6 prediksi"
M i%ayat serangan asma berat, pera%atan rumah sakit6 /:= sebelumnya
M ?engan risiko tinggi (lihat di ri%ayat serangan"
M Fejala memburuk yang berkepanjangan sebelum datang membutuhkan pertolongansaat itu
M Pengobatan yang tidak adekuat sebelumnya
M Kondisi rumah yang sulit6 tidak menolong
M *asalah6 kesulitan dalam transport atau mobilisasi ke rumah sakit
K*ite*ia p,lang ata, *a0at inap
Pertimbangan untuk memulangkan atau pera%atan rumah sakit (ra%at inap" pada penderita diga%at darurat, berdasarkan berat serangan, respons pengobatan baik klinis maupun faal paru.
'erdasarkan penilaian fungsi,pertimbangan pulang atau ra%at inap, adalahD
M Penderita dira%at inap bila ICP! atau APC sebelum pengobatan a%al G 24 nilai
terbaik6 prediksiO atau ICP! 6APC G 34 nilai terbaik6 prediksi setelah pengobatan
a%al diberikan
M Penderita berpotensi untuk dapat dipulangkan, bila ICP!6APC 3$-4 nilai
terbaik6 prediksi setelah pengobatan a%al, dengan diyakini tindak lanjut adekuat dan
kepatuhan berobat.
M Penderita dengan respons pengobatan a%al memberikan ICP!6APC J -4 nilai
terbaik6 prediksi, umumnya dapat dipulangkan
K*ite*ia pe*a0atan intensif IU
M )erangan berat dan tidak respons %alau telah diberikan pengobatan adekuat
M Penurunan kesadaran, gelisah
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
26/27
26
M Fagal napas yang ditunjukkan dengan AF?A yaitu Pa E2 G - mmg dan atau
Pa:E2 J 3 mmg, saturasi E2 S 04 pada penderita anak. Fagal napas dapat
terjadi dengan Pa:E2 rendah atau meningkat.
/ntubasi dan Ientilasi mekanis
/ntubasi dibutuhkan bila terjadi perburukan klinis %alau dengan pengobatan optimal,
penderita tampak kelelahan dan atau Pa:E2 meningkat terus. #idak ada kriteria absolut
untuk intubasi, tetapi dianjurkan sesuai pengalaman dan ketrampilan dokter dalam
penanganan masalah pernapasan. Penanganan umum penderita dalam ventilasi mekanis
secara umum adalah sama dengan penderita tanpa ventilasi mekanis, yaitu pemberian adekuat
oksigenasi, bronkodilator dan glukokortikosteroid sistemik.
K$NT#$! TE#ATU#
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting diperhatikan oleh dokter
yaitu D
!. #indak lanjut (follo%$up" teratur
2. ujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
?okter sebaiknya menganjurkan penderita untuk kontrol tidak hanya bila terjadi serangan
akut, tetapi kontrol teratur terjadual, interval berkisar !$ - bulan bergantung kepada keadaan
asma. al tersebut untuk meyakinkan bah%a asma tetap terkontrol dengan mengupayakan
penurunan terapi seminimal mungkin.
ujuk kasus ke ahli paru layak dilakukan pada keadaan D
M #idak respons dengan pengobatan
M Pada serangan akut yang mengancam ji%a
M #anda dan gejala tidak jelas(atipik", atau masalah dalam diagnosis banding, atau komplikasi
atau penyakit penyerta (komorbid"O seperti sinusitis, polip hidung, aspergilosis
(A'PA", rinitis berat, disfungsi pita suara, refluks gastroesofagus dan PPEK M ?ibutuhkan pemeriksaan6 uji lainnya di luar pemeriksaan standar, seperti uji kulit (uji alergi",
pemeriksaan faal paru lengkap, uji provokasi bronkus, uji latih (kardiopulmonary
eHercise test", bronkoskopi dan sebagainya.
P$!A IDUP SEAT
!. *eningkatkan kebugaran fisis
Elahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum, menambah rasa percaya diri dan
meningkatkan ketahanan tubuh. 7alaupun terdapat salah satu bentuk asma yang timbul
-
8/16/2019 Asma (Stase Paru)
27/27
serangan sesudah eHercise (eHercise$induced asthma6 C/A", akan tetapi tidak berarti penderita
C/A dilarang melakukan olahraga. 'ila dikha%atirkan terjadi serangan asma akibat olahraga,
maka dianjurkan menggunakan beta2$agonis sebelum melakukan olahraga.
)enam Asma /ndonesia ()A/" adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan
karena melatih dan menguatkan otot$otot pernapasan khususnya, selain manfaat lain pada
olahraga umumnya. )enam asma /ndonesia dikenalkan oleh Yayasan Asma /ndonesia dan
dilakukan di setiap klub asma di %ilayah yayasan asma di seluruh /ndonesia. *anfaat senam
asma telah diteliti baik manfaat subjektif (kuesioner" maupun objektif (faal paru"O didapatkan
manfaat yang bermakna setelah melakukan senam asma secara teratur dalam %aktu 5 @ -
bulan, terutama manfaat subjektif dan peningkatan IE2maH.
2. 'erhenti atau tidak pernah merokok
Asap rokok merupakan oksidan, menimbulkan inflamasi dan menyebabkan ketidak
seimbangan protease antiprotease. Penderita asma yang merokok akan mempercepat
perburukan fungsi paru dan mempunyai risiko mendapatkan bronkitis kronik dan atau
emfisema sebagaimana perokok lainnya dengan gambaran perburukan gejala klinis, berisiko
mendapatkan kecacatan, semakin tidak produktif dan menurunkan kualiti hidup. Eleh karena
itu penderita asma dianjurkan untuk tidak merokok. Penderita asma yang sudah merokok
diperingatkan agar menghentikan kebiasaan tersebut karena dapat memperberat penyakitnya.
5. 9ingkungan Kerja
'ahan$bahan di tempat kerja dapat merupakan faktor pencetus serangan asma, terutama pada
penderita asma kerja. Penderita asma dianjurkan untuk bekerja pada lingkungan yang tidak
mengandung bahan$bahan yang dapat mencetuskan serangan asma. Apabila serangan asma
sering terjadi di tempat kerja perlu dipertimbangkan untuk pindah pekerjaan. 9ingkungan
kerja diusahakan bebas dari polusi udara dan asap rokok serta bahan$bahan iritan lainnya.