asp pengukuran kinerja sektor publik

21
A. PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi. Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain: 1.Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat. 2.Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. 3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut. Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non- finansial. A.1. TUJUAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA Secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:

Upload: wahyu-surya-saputra

Post on 29-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jh

TRANSCRIPT

Page 1: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

A. PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA 

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan

untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem

pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor

publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem

pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran program

unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik

dalam memberikan layanan kepada masyarakat.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan

keputusan.

3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan kelayakan biaya

pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik karena mereka

tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari pelayanan

yang diterima tersebut.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat

digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena

sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran

finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan

ukuran kerja non-finansial.

A.1. TUJUAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA

Secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).

2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur

berkembangan pencapaian strateginya.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta motivasi

untuk mencapai good congruence.

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif

yang rasional.

A.2. MANFAAT PENGUKURAN KINERJA

Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:

1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen

2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

3. Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target

kinerja serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki kinerja.

Page 2: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment).

5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja

organisasi.

6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

B.  PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN UKURAN KINERJA

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-ukuran kinerja instansi

yang sesuai dengan skema indikator:

Evaluasi kembali ukuran yang ada Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh

manajemen. Apabila skema indikator kinerja

sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan

mengembangkan skema baru.

Mengukur kegiatan yang penting,

tidak hanya hasil

Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil

sering diformulasikan dalam rasio keuangan.

Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya

permasalahan. Hasil tersebut tidak akan

menunjukkan diagnosis hasil.

Pengukuran harus mendorong tim

kerja yang akan mencapai tujuan

Pembagian proses pengukuran menciptakan

lingkungan tim kerja yang aktivitasnya diarahkan

pada pencapaian tujuan organisasi.

Pengukuran harus merupakan

perangkat yang terintegrasi,

seimbang dalam penerapannya

Agar efektif, sistem pengukuran harus diciptakan

sebagai perangkat terintegrasi yang diperoleh dari

strategi perusahaan. Sebagian besar perusahaan

berusaha meminimalkan biaya, meningkatkan

kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan produksi

dan menciptakan pengembalian investasi yang

wajar.

Pengukuran harus memiliki fokus

eksternal jika memungkinkan

Ukuran internal yang umum dipakai dalam

sebuah organisasi perbandingan kinerja dari tahun

ke tahun. Suatu perbandingan tertentu dapat

dilakukan ke tingkatan mikro: divisi, departemen,

kelompok, bahkan individu.

E.  SKALA PENGUKURAN

Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

Page 3: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

a. Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya karena denga skala ini

obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan

kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan berdasarkan tingkatan, karena

kelompok yang satu tidak dapat dikatakan lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada

kelompok yang lain, tetapi hanya sekedar berbeda.

b.  Skala Ordinal

Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal karena selain memiliki ciri-

ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek dalam golongan yang

berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal, yaitu bahwa golongan-golongan

atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu

golongan dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.

c. Skala Interval

Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama, sehingga jarak antara

satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan golongan yang lain dapat diketahui.

d. Skala rasio

Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini mempunyai ciri-ciri

yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio memiliki titik nol yang sebenarnya yang

berarti bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada pada titik nol, maka gejala

atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.

C. SIKLUS PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:

1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaan strategi, yang

berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan, program operasional san

kegiatan/aktivitas.

2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah perumusan strategi.

Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat dihitung, contohnya adalah jumlah klaim

yang diproses.

3.  Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga langkah, yaitu: pertama,

meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus pengukuran kinerja. Kedua, mengukur

kinerja dengan data yang tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data pengukuran

yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang dapat dimengerti dan bermanfaat.

4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas indikator hasil

(outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting dibandingkan dengan pemikiran

kembali atas indikator masukan (inputs) dan keluaran (outputs).

Page 4: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran kinerja tersedian

secara efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data organisasi dapat dijadikan alat

untuk memotivasi tindakan dalam organisasi.

D. INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA

1. Informasi Finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian

tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan

anggaran yang dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada :

1. Varians pendapatan (revenue varians)

Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan

utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

2.  Varians pengeluaran (expenditure variance)

● Varians belanja rutin

Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk  membiayai kegiatan-kegiatan

yang sifatnya  lancar dan terus menerus yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda

pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.

●  Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)

Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun

anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah

anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan.

Setelah dilakukan analisis varians maka tahap selanjutnya dilakukan identifikasi sumber penyebab

terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah.

b.  Informasi Nonfinansial

Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian

manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai

organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Metode Balanced Scorecard merupakan

pengukuran kinerja organisasi berdasarkan aspek finansial dan juga aspek nonfinasial.  Balanced

Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik karena Balanced Scorecard tidak hanya

menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal

tersebut sejalan dengan sektor publik yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja

utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007).

Pengukuran dengan metode ini melibatkan empat aspek, antara lain :

1.Perspektif finansial (financial perspective)

Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran keuangan

merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh pengambilan

keputusan. Aspek keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari

Page 5: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan

adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:

● Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki

potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan

suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem,

infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan

mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

● Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi

dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba

mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.

● Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil investasi ditahap-

tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi pembangunan kemampuan baru,

kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan.

2.Perspektif  kepuasan pelanggan (customer perspective)

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal untuk

peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif

ini peran riset pasar sangat besar. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:

● Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:

·   Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh

sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan uang yang

dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.

·   Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat dimana perusahaan dapat

mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui

besarnya presentase pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang asa saat ini.

·   Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini menunjukkan tingkat dimana suatu

unit bisnis mampu menarik pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur

dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen yang ada.

·   Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini berfungsi untuk mengukur tingkat

kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria spesifik dalam value proportion.

● Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada Core value

proportiondidasarkan pada atribut sebagai berikut:

·   Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga dan kualitas. Perusahaan

harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.

·   Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan pendekatan agar perasaan

pelanggan merasa puas atau produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

·   Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga

kualitas seperti yang dijanjikan.

Page 6: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

3.   Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)

Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:

● Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan salah satu

kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan

mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan. Proses

inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:

·      Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan

·      Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.

● Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih menitikberatkan

pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada

pelanggan.

● Pelayanan Purna Jual

Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya pengukuran terhadap

pelayanan purna jual kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam

proses bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan

pelanggan.

4.   Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).

Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus

mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan

karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan

meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga

perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi

merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektifBalanced

Scorecard.

Perspekti/Faktor yang Dinilai  Misi atau Visi

Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci. Variabel kunci adalah

variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi penyebab kesuksesan organisasi.

Karakteristik variabel kunci, yaitu :

1)  Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi

2)  Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat

3)  Perubahannya tidak dapat diprediksi

4)  Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera

5) Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran

antara (surrogate). Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung akan

Page 7: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan dan demonstrasi dapat

dijadikan variabel kunci.

Contoh Variabel Kunci

Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci

Rumah Sakit dan

hotel

Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah total

kamar yang tersedia)

Klinik Kesehatan Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per hari

Perusahaan Listrik

Negara

KWH yang terjual

Perusahaan

Telekomunikasi

Jumlah pulsa yang terjual

Perusahaan Air

Minum

Jumlah debit air yang terjual

DLLAJ Jumlah alat angkutan umum

Paid seats/capacity seats

Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki

Panjang jalan yang disapu/dibersihkan

Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani

Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas

Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani

DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang tertangani

Jumlah rapat yang dilakukan

Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam

Jumlah peserta rapat per total anggota

Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul

Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-hal yang perlu

diperhatikan:

a.    Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan segera.

Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai upaya pengukuran kinerja

dan tidak perlu mengharap pngukuran kinerja akan langsung sempurna. Nantinya, perbaikan atas

pengukuran kinerja akan dilakukan.

b.    Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-going process)

c.   Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses ini merupakan suatu

cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya memperbaiki kinerja.

d.   Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi

Page 8: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya organisasi, budaya, visi,

tujuan, dan struktur organisasi.

E. PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA

Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Indikator

kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi (critical success

factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator).

Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja

organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan memperhatika variabel-variabel

kunci finansial dan non-finansial pada kondisi waktu tertentu.

Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran

kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non-finansial untuk melaksanakan operasi dan

kinerja unit bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian

kinerja.

Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :

a. Biaya pelayanan (cost of service)

Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost),misalnya biaya per unit pelayanan

(panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut, biaya per siswa). Beberapa

pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya karena output yang dihasilkan tidak dapat

dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut

maka dibuat indikator kinerja produksi misalnya belanja per kapita.

b.Penggunaan (utilization)

Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan(supply of service) dengan

permintaan publik (public demand).Indikator ini harus mempertimbangkan preferensi publik

sedangkan pengukurannya berupa volume absolut atau presentase tertentu, misalnya presentase

penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu rata-rata jumlah penumpang per bus yang dioperasikan.

Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang

digunakan pada tiap-tiap jalur.

c.  Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut pertimbangan yang

sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.

d. Cakupan pelayanan (coverage)

Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan perundangan yang

mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

e.  Kepuasan (satisfaction)

Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung. Bagi pemerintah

daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment) dapat juga digunakan untuk

Page 9: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

menetapkan indikator kepuasan. Namun, dapat juga digunakan indikator proksi misalnya jumlah

komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut memerlukan kerjasama antar unit kerja.

Contoh Pengembangan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja

Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masukBiaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per pasien yang masukBiaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per pasien yang masukPenggunaan fasilitasRata-rata masa tinggal pasien di rumah sakitJumlah pasien rata-rata per bed per tahunRasio antara pasien baru dengan pasien lama yang masuk kembaliProporsi tingkat hunian

Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah total penduduk untuk wilayah tertentu

Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total panjang jalanPanjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total panjang jalanKondisi jalanKeamanan jalan (road safety)

Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah kriminalitas yang terdeteksi/tercatat% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu lintas% Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani/Jumlah total pengaduan masyarakat yang masuk

DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang tertangani/Jumlah total aspirasi yang masukJumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahunJumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun% Jumlah peserta rapat per total anggota

Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

F. INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Menurut Mahmdi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik

menyatakan karakteristik indikator kinerja sebagai berikut :

a. Sederhana dan mudah dipahami,

b. Dapat diukur,

c. Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan angka,

d. Diakitkan dengan standar atau target kinerja,

e. Berfokus pada costumer service, kualitas dan efisiensi,

f. Dikaji secara teratur.

Page 10: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada

tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Value for money merupakan inti dari pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan pengukuran kinerja adalah

sulitnya mengukur output karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa output berwujud tetapi

lebih banyak berupa intangible output. Untuk dapat mengukur kinerja pemerintah maka perlu

diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja. Mekanisme yang diperlukan

untuk menentukan indikator kinerja, antara lain :

1) Sistem perencanaan dan pengendalian

Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah

dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai komando

yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi, kewenangan serta

tanggungjawab.

2) Spesifikasi dan standarisasi

Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan menggunakan spesifikasi teknis

secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi teknis tersebut dijadikan sebagai standar

penilaian.

3) Kompetensi teknis dan profesionalisme

Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan standarisasi yang ditetapkan maka

diperlukan personel yang memiliki kompetensi teknis dan professional dalam bekerja.

4) Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar

Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman (reward and

punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber

daya yang menjamin terpenuhinya value for money. Ukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk

memberikan penghargaan dan hukuman (alat pembinaan).

5) Mekanisme sumber daya manusia

Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk memotivasi stafnya untuk memperbaiki

kinerja personal dan organisasi.

Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :

a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi

b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan

c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial

d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan

e. Untuk menunjukkan standar kinerja

f. Untuk menunjukkan efektivitas

g. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling baik untuk

mencapai target sasaran

Page 11: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan

penghematan biaya.

G. PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Kriteria pokok manajemen publik  didasari atas : ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan

akuntabilitas publik. Dengan tujuan yang dikehendaki masyarakat mencakup pertanggungjawaban

atas pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hermat cermat) dalam pengadaan dan alokasi

sumberdaya, efisiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumberdaya, serta efektif (berhasil guna)

dalam arti mencapai tujuan atau sasaran.

Untuk mengukur kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif  digunakanlah indikator

kinerja, yang idealnya terkait paada efisiensi biaya dan kualitas pelayanan.

H. PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY

Peran indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk

pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian, yaitu: indikator alokasi

biaya (ekonomi dan efisisensi), dan indikator kualitas pelayanan (Efektifitas). Indikator kinerja harus

dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal dan juga akan membantu pemerintah dalam

proses pengambilan keputusan anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran.

a. Tiga pokok bahasan dalam indikator value for money:

·     Ekonomi

Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan maukan (cost of input). Dengan kata lain, ekonomi adalah

praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas teretentu pada harga terbaik yang

dimungkinkan (spending less).

·    Efisiensi

Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitasnya. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan

menggunakan perbandingan antara output yang dihasilakn terhadap input yang diguakan (cosh of

output), dan dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai

dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (Spending well).

· Efektifitas

Pada dasarnya berhubungan erat dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna).

Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir

kebijakan (spending wisely).

Dari uraian diatas value for money sangat berkaitan. Ekonomi membahas masukan (input), efisiensi

membahas masukan (input) dan keluaran (output), dan efektifitas membahas mengenai keluaran

(output) dan dampak (outcome). Dan hubungan nya dapat digambarkan sebagai berikut:

b.  Indikator efektifitas biaya (Cost-Effectiveness)

Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena disatu pihak

mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisien akan tetapi output yang

dihasilkan tidak sesuai target. Sedang dipihak lain, program dikatakan efektif dalam mencapai tujuan,

Page 12: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

tetapi tidak dicapai dengan cara ekonomis dan efisien. Jika suatu program efektif dan efisien maka

program tersebut dikatakan cost-effectivenness.

I. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

●  Pengukuran Ekonomi

Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan dan merupakan ukuran

relatif.

●  Pengukuran Efisiensi

Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output dengan input.

Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk relative, karena efisiensi

diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan

dengan cara:

-   Meningkatkan output pada tingkat input yang sama

-   Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input.

-  Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

-   Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output.

●  Pengukuran Efektifitas

Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu

organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.

●  Pengukuran Outcome

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi

nilainya daripada output, karenaoutput hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap

masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan (Smith, 1996)

●  Estimasi Indikator Kinerja

Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan :

a.  Kinerja tahun lalu

Digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja. Karena merupakan perbandingan bagi

unit untuk melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan. Disamping itu terdapat time lag antara

aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak yang timbul dari aktivitas tersebut. Dampak yang

timbul pada tahun sekarang dapat dirasakan pada tahun yang akan datang.

b. Expert Judgement

Digunakan karena kinerja tahun lalu yang sangat berpengaruh terhadap kinerja berikutnya. Teknik ini

menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam mengestimasi indikator kinerja. Expert

judgrmentdigunakan untuk melakukan estimasi kinerja. Selain itu dari segi biaya juga tidak terlalu

mahal. Tetapi mempunyai kelemahan yaitu sangat tergantung pada pandangan subyektif para

pengambil keputusan. Dampak dari pencapaian kinerja tidak secara otomatis dapat dikatakan bahwa

unit tersebut mengalami peningkatan kinerja.

c. Trend

Page 13: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu dalam pencapaian

kinerja unit kerja.

d.   Regresi

Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen mampu

mempengaruhi variabel dependen.

●  Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja

Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan efektivitas adalah

memahami operasi dalam menganalisis kegiatan dan program yang akan dilaksanakan. Terdapat dua

jenis kebijakan yaitu input dan proses yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi sumber

daya input untuk dikonversi menjadi output melalui satu atau beberapa proses konversi atau operasi.

Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu : output, akibat, dampak, dan distribusi

manfaat. Output yang diproduksi diharapkan akan memberikan sejumlah akibat dan dampak yang

positif tehadap tujuan program. Hal ini disebut denganoutcome program.

Apabila ukuran outcome tidak bersedia dan ukuran efektivitas suatu program yang dapat

dikuantifikasi tidak dapat ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran kinerja antara. Karena ukuran

kinerja pengganti tidak dapat mengukur secara tepat dalam pencapaian program. Terlalu banyak

perhatian terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan perilaku disfungsional pada

manajer dan pengambilan keputusan.

Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi

Pertimbangan Input

Input Mahasiswa -       Latar belakang sosial ekonomi-       Latar belakang budaya

Sumber Daya -       Jumlah dosen-       Fasilitas

Indikator Proses

Staf -       Kualitas dosen-       Tingkat perpindahan dosen

Perkuliahan -       Frekuensi temu kelas dan konsultasi-       Rasio dosen

Kurikulum -       Mata kuliah utama-       Mata kuliah pilihan

Daya Dukung Pendidikan -       Forum-forum ilmiah-       Saran olahraga

Organisasi -       Manajemen perguruan tinggi-       Organisasi mahasiswa

Mutually -       Tingkat ekspektasi dosen-       Tingkat tanggung jawab mahasiswa

Indikator Output

Mahsiswa -       Sikap dan perilaku masasiswa-       Tingkat kehadiran dan ketidak hadiran

Dosen -       Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran

Page 14: ASP Pengukuran Kinerja Sektor Publik

-       Keterlambatan