aspirasi pneumonia new bogel
TRANSCRIPT
PNEUMONIA ASPIRASI
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.(1)
Pneumonia dikenal 2 kelompok utama yaitu pneumonia nosokomial (PN) dan
pneumonia komunitas (PK). PN adalah pneumonia yang terjadi >48 jam setelah dirawat
di rumah sakit sedangkan PK adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar RS.
Pneumonia aspirasi (PA) dapat terjadi di rumah sakit maupun di luar rumah sakit,
sehingga dapat dimasukkan ke dalam kedua kelompok pneumonia di atas, yakni
pneumonia aspirasi nosokomial (PAN) dan pneumonia aspirasi komunitas (PAK) 1
Pneumonia aspirasi (Aspiration pneumonia) adalah pneumonia yang disebabkan
oleh terbawanya bahan yang ada diorofaring pada saat respirasi ke saluran napas bawah
dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru. Kerusakan yang terjadi tergantung
jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya tahan tubuh. Sindrom aspirasi dikenal
dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan patofisiologi yang berbeda dan cara
terapi yang juga berbeda. 1
INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Beberapa studi menunjukkan bahwa 5-15% dari 4,5 juta kasus pneumonia yang
diperoleh masyarakat merupakan aspirasi pneumonia. Sekitar 10% dari pasien yang
dirawat di rumah sakit setelah overdosis obat akan menjadi pneumonitis aspirasi. Aspirasi
pneumonia dianggap sebagai penyakit yang umum, tetapi tidak ada statistik yang
tersedia. Kematian yang terkait dengan meniru yang diusahakan pneumonia aspirasi
masyarakat pneumonia sekitar 1% dan sampai dengan 25% jumlah pasien di rumah sakit
yang membutuhkan pengobatan. Tingkat kematian tergantung pada komplikasi penyakit
untuk pneumonitis kimia (sindrom Mendelson) bisa sampai 70%. 2
Di Amerika, pneumonia aspirasi yang terjadi pada komunitas (PAK) adalah
sebanyak 1200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pneumonia aspirasi
nosokomial (PAN) sebesar 800 pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun.
1
Pneumonia Aspirasi lebih sering dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan,
terutama usia anak atau usia lanjut. 1, 2
ETIOLOGI
Pneumonia Aspirasi dapat disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia
akibat aspirasi bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau
lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simpel oleh benda padat. 1
Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya polimikrobal
namun jenisnya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu dikomunitas atau di
RS. Pada PAK, kuman pathogen terutama berupa kuman anaerob obligat (41-46%) yang
terdapat disekitar gigi dan dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus yang juga
dapat disertai Klebsiella peumonia dan Stafilokokkus, atau Fusobacterium nucleatum,
Bacteriodes melaninogenicus, dan Peptostreptococcus. Pada PAN pasien di RS
kumannya berasal dari kolonisasi kuman anaerob fakultatif, batang Gram negatif,
Pseudomonas, Proteus, Serratia dan S. aureus di samping bisa juga disertai oleh kuman
anaerob obligat di atas. Pada pasien yang berasal dari rumah perawatan (nursing home)
dapat terinfeksi patogen seperti halnya pada infeksi nosokomial. Maniefestasi pneumonia
aspirasi dapat berupa bronkopneumonia, pneumonia lobar, pneumonia nekrotikans, atau
abses paru dan dapat diikuti terjadinya empiema. 1
Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulangkali adalah :
Penurunan kesadaran yang menganggu proses penutupan glottis, refleks batuk
(kejang, strok, pembiusan, cedera kepala, tumor otak).
Disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau saraf (kanker nasofaring,
skleroderma)
Kerusakan sfingter esofagus oleh selang nasogatrik. Juga berperan jumlah bahan
aspirasi, hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens saluran
nafas. 1
ANATOMI
Struktur sistem respirasi dimulai pada cavitas nasi dan berakhir pada pulmo,
terbentang dari kepala, melalui colli dan sampai di dalam cavum thoracis. Cavitas nasi
2
selain merupakan saluran udara respirasi, berfungsi juga untuk menyaring udara dan
partikel-partikel debu dan membuat temperatur udara inspirasi menjadi sesuai dengan
suhu tubuh. Pada dinding cavum nasi terdapat reseptor nervus olfactorius untuk mengenal
bau dan menerima stimulus sistema limbicum. Larings yang berada di dalam colli
mempunyai fungsi tambahan, yaitu menghasilkan bunyi (plica vocalis). Dinding toraks
mempunyai peranan yang menentukan dalam mengembangkan dan mengempeskan
pulmo. Dinding toraks yang terangkat, menyebabkan cavum thorac menjadi luas,
memberi kesempatan pulmo mengembang, dan terjadilah inspirasi. Ekspirasi terjadi
secara pasif sebagai akibat dari elastisitas dinding thoraks dan jaringan pulmo sendiri.
Fungsi lainnya dari dinding toraks dalam melindungi viscera thoracis. 3
Gambar 1. Anatomi sistem respirasi(Dikutip dari kepustakaan 4)
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam
rongga dada atau toraks. Mediastinum sternal yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
darah besar memisahkan paru tersebut. Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru)
dan dasar. Pembuluh darah paru dan bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe
memasuki tiap paru pada bagian hilus dan membentuk hilus pulmo. Paru kanan lebih
besar daripada paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fissura interlobaris. Paru kiri
dibagi menjadi dua lobus. 3,5
3
Paru-paru dibentuk oleh parenkim yang berada bersama-sama dengan bronkus
dan percabangan-percabangannya. Bentuk menyerupai konus, dipengaruhi oleh organ-
organ disekitarnya. 3,5
Paru-paru kanan
Dibagi oleh dua buah incisura interlobaris. Fissura oblik memisahkan lobus
inferior daripada lobus medius dan lobus superior, fissura ini adalah sesuai dengan fissura
oblik pada pulmo sinistra. Fissura minor memisahkan lobus superior dari lobus medius,
terletak horisontal, ujung dorsal bertemu dengan fissure oblique, ujung ventral terletak
setinggi pars cartialginis costa IV. Pada facies mediastinalis fissura horisontalis (fissura
minor) melampaui bagian dorsal hilus pulmonis. Lobus medius adalah lobus yang
terkecil dari lobus lainnya, dan berada di bagian ventro-caudal, bentuk pulmo dekstra
bentuknya lebih kecil tetapi lebih berat dan total kapasitasnya lebih besar. 3
Paru-paru kiri
Terdiri atas dua lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior yang dipisahkan
oleh fissura oblique (incisura interlobaris) yang meluas dari facies costalis sampai pada
facies mediastinalis, baik di sebelah cranial atau di sebelah caudal hilus pulmonalis.
Fissura oblik dapat diikuti mulai dari hilus, berjalan ke dorso-cranial, menyilang margo
posterior kira-kira 6 cm dari apeks pulmonis, lalu berjalan ke arah caudo-ventral pada
facies costalis menyilang margo inferior, dan kembali menuju hilus pulmonis. Dengan
demikian lobus superior meliputi apeks pulmonis, margo inferior, sebagian dari facies
costalis dan sebagian besar dari facies mediastinalis. Lobus inferior lebih besar dari lobus
superior, dan meliputi sebagian besar dari facies costalis, hampir seluruh facies
diphragmatica dan sebagian dari facies mediastinalis (bagian dorsal). 3
Pembagian Segmen Paru-paru
Lobus-lobus Pulmo dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya. Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru kiri dibagi menjadi 8.
Proses patologis seperti pneumonia seringkali terbatas pada satu lobus dan segmen. 3
Segmen bronkopulmonis terbentuk sesuai dengan percabangan bronchus yang
terletak pada lobus pulmonis. 3
4
Lobus superior dekstra terbagi menjadi:
- Segmen apical
- Segmen posterior
- Segmen anterior
Lobus medius dekstra terbagi menjadi:
- Segmen lateral
- Segmen medial
Lobus inferior dekstra terbagi menjadi:
- Segmen apical
- Segmen mediobasalis
- Segmen anterobasalis
- Segmen laterobasalis
- Segmen posterobasalis
Lobus superior sinistra terbagi menjadi:
a. bagian superior
- Segmen apicoposterior
- Segmen anterior
b. bagian inferior
- Segmen lingula superior
- Segmen lingula inferior
Lobus inferior sinistra terbagi menjadi:
- Segmen apical
- Segmen anteromediobasalis
- Segmen laterobasalis
- Segmen posterolaterali. (3)
Pleura merupakan suatu lapisan tipis kontinu yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis, melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru
(pleura viseralis). Diantara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan tipis
cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
5
pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru, yang akan saling melekat
jika ada air. Hal yang sama juga berlaku pada cairan pleura di antara paru dan toraks.
Tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan pleura parietalis dan pleura viseralis
sehingga apa yang disebut sebagai rongga pleura atau kavitas pleura hanyalah suatu
ruang potensial. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer,
sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami
peradangan, atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan
paru tertekan atau kolaps. 5
Gambar 3. Anatomi paru-paru tampak anterior(Dikutip dari kepustakaan 7)
PATOFISIOLOGI
Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat sekret
orofaringeal, nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah.
Kebanyakan individu mengaspirasi sedikit sekret orofangeal selama tidur, dan sekret
6
tersebut akan dibersihkan secara normal tanpa gejala sisa melalui mekanisme pertahanan
normal. Aspirasi dapat terjadi lebih sering dan dapat menjadi lebih berat pada individu
dengan derajat kesadaran yang terganggu (misalnya alkoholik, penyalahgunaan obat,
pasien setelah kejang, stroke, atau anestesi umum), disfungsi neurologis orofaring dan
gangguan menelan atau mekanisme impedimen (misalnya pipa nasogastrik dan
endotrakea). Adanya refleks batuk yang terganggu atau disfungsi makrofag mukosiliaris
atau alveolar akan meningkatkan resiko pneumonia.5, 8, 9
Tiga sindrom aspirasi berbeda harus dibedakan karena perbedaan sifat bahan yang
diaspirasi, tanda dan gejala, serta patofisiologinya.5
1. Infeksi
Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara
infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang tersering dan menyebabkan pneumonia
bakteri. Pneumonia anerobik disebabkan oleh aspirasi sekret orofaringeal yang terdiri
dari mikroorganisme anaerob seperti Bacteroides, Fuscobacterium, Peptococcus, dan
Pepetostreptococcus yang merupakan spesies yang tersering ditemukan diantara pasien-
pasien dengan kebersihan gigi yang buruk. Pneumonia anaerobik paling sering mengenai
pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit dan orang dengan alkoholisme kronik dengan
infeksi pada gusi dan predisposisi mengalami aspirasi. Akhir-akhir ini, semua kasus
pneumonia yang didapat di rumah sakit disebabkan oleh campuran mikroorganisme
anaerobik dan aerobik (misal, basal gram-negatif, S. aureus). 5
2. Aspirasi Asam
Sindrom aspirasi tipe kedua yang disebut sindrom Mendelson berkaitan dengan
regurgitasi dan aspirasi isi asam lambung. Bertolak belakang dengan pneumonia
abaerobik yang berawitan lambat, pneumonitis berkembang dalam waktu beberapa jam
dan sangat parah. Inhalasi masif isi gaster dapat menyebabkan kematian mendadak akibat
obstruksi, sedangkan aspirasi sedikit isi gaster dapat menyebabkan edema yang meluas,
takipnea, dispnea, takikardia, demam, leukositosis, dan gagal napas. Luas dan beratnya
kondisi pasien sering tergantung kepada volume dan keasaman cairan lambung. Jumlah
asam lambung yang banyak dapat menimbulkan gangguan pernapasan akut dalam waktu
7
1 jam setelah obstruksi sebagai akibat dari aspirat atau cairan yang masuk ke saluran
napas. Namun biasanya aspirasi sedikit hingga hanya menimbulkan sakit ringan. 5
Penumonia bakterial yang berkembang sebagian oleh bahan kimia akibat reaksi
cairan gaster dan sebagian lagi akibat superinfeksi bakterial yang timbul setelah beberapa
hari dari organisme yang mungkin hidup di mulut atau di lambung.1,5
3. Aspirasi Non Asam
Jenis ketiga sindrom aspirasi berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya
makanan) atau cairan bukan asam (misalnya, karena hampir tenggelam atau saat
pemberian makanan) yang menyebabkan obstruksi mekanik. Bila cairan teraspirasi,
trakea harus segera diisap untuk menghilangkan obstruksinya. Bila yang diaspirasi adalah
bahan padat, maka gejala yang terlihat akan bergantung pada ukuran bahan tersebut dan
lokasinya dalam saluran pernapasan. Jika bahan itu tersangkut dalam bagian trakea, akan
menyebabkan obstruksi total, apnea, aphonia, dan dapat terjadi kematian cepat. Bila
bahan tersebut tidak dapat dikeluarkan dengan bantuan jari atau dengan manuver
Heimlich, maka harus segera dilakukan trakeotomi (krikotirotomi). Jika bahan (misalnya,
kacang) tersangkut pada bagian saluran pernapasan yang kecil, tanda dan gejala yang
timbul dapat berupa batuk kronik dan infeksi berulang. Pengobatan dengan cara
mengeluarkan bahan yang tersangkut, biasanya dengan bronkoskopi. 5
Gambar 4. Patofisiologi Pneumonia
(Dikutip dari kepustakaan 10)
8
Gambar 5. Patofisiologi Pneumonia Aspirasi(Dikutip dari kepustakaan 11)
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, gambaran radiologi, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan histopatologis. Keempat hal tersebut sedapatnya
menyokong adanya kemungkinan aspirasi yaitu pada pasien yang beresiko untuk
mengalami pneumonia aspirasi.1
GEJALA KLINIS
Gejala klinisnya yaitu pasien yang mendadak batuk dan sesak sesudah makan
atau minum. Umumnya pasien datang 1-2 minggu sesudah aspirasi, dengan keluhan
demam menggigil, nyeri pleuritik, batuk, dan dahak purulen berbau (pada 50% kasus).
Kemudian bisa ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat badan. Pada
pneumonia aspirasi akibat infeksi, awitan gejala biasanya terjadi secara perlahan-lahan
selama 1 hingga 2 minggu, dengan demam, penurunan berat badan, anemia, leukositosis,
dispnea, dan batuk disertai produksi sputum berbau busuk. 1, 5
Pada pneumonia aspirasi akibat aspirasi asam, yang terjadi dengan segera adalah
sesak nafas dan peningkatan denyut jantung. Gejala lainnya berupa demam, dahak
9
kemerahan dan sianosis. Pada pneumonia aspirasi akibat aspirasi non asam, penyumbatan
mekanik saluran pernafasan bisa disebabkan oleh terhirupnya partikel atau benda asing.
Anak kecil beresiko tinggi karena sering memasukkan benda ke dalam mulutnya dan
menelan mainan kecil atau bagian-bagian dari mainan. Obstruksi juga dapat terjadi pada
orang dewasa, terutama jika daging terhirup pada saat makan. Jika benda menyumbat
trakea, pasien tidak dapat bernafas atau bicara. Jika benda tersebut tidak dikeluarkan
dengan segera penderita akan segera meninggal. Dilakukan Manuver Heimlich, untuk
mengeluarkan benda asing dan tindakan ini biasanya dapat menyelamatkan nyawa
penderita. Jika benda asing tertahan di bagian yang lebih bawah dari saluran pernafasan,
bisa terjadi batuk iritatif menahun dan infeksi yang berulang. benda asing biasanya
dikeluarkan dengan bronkoskopi.12
GAMBARAN RADIOLOGIS
Foto Toraks
Pemeriksaan radiologi pilihan untuk pneumonia aspirasi adalah foto toraks.13
Gambaran radiologi pneumonia aspirasi bervariasi tergantung pada beratnya penyakit dan
lokasinya. Lobus bawah dan lobus tengah kanan paling sering terkena, Tetapi lobus
bawah kiri juga sering. Ditemukan area-area ireguler yang tidak berbatas tegas yang
mengalami peningkatan densitas. Pada tahap awal area densitas tinggi tersebut hanya
lokal, akan tetapi pada tahap lanjut akan berkelompok/ menyatu (infiltrat). Pada beberapa
kasus pneumonia aspirasi bersifat akut dan akan bersih dengan cepat ketika penyebab
yang menimbulkan aspirasi telah teratasi. Pada beberapa kasus, pneumonia disebabkan
oleh penyakit kronik dan aspirasi berulang akan mengakibatkan pneumonitis basis paru
kronik yang menampilkan bercak berawan (perselubungan inhomogen). 14,15
10
Gambar 6. Aspiration pneumonia. Memperlihatkan infiltrat pada paru
(Dikutip dari kepustakaan 15)
Gambaran radiologi klasik dari pneumonia adalah perselubungan inhomogen
(konsolidasi) dengan air bronchograms sign, dengan distribusi segmental atau lobar.
Pneumonia aspirasi dapat terjadi pada pasien yang kesulitan menelan. Pneumonia
disebabkan oleh aspirasi bahan-bahan yang terinfeksi dari orofaring dan esophagus ke
dalam saluran napas bawah. Keadaan ini sering ditemui pada pasien yang tidak sadar dan
pada pasien dengan penyakit neuromuscular atau kelainan esophagus yang menimbulkan
refluks (refluks gastroesofageal) Segmen posterior lobus atas kanan atau segmen
superior lobus bawah kanan yang sering terkena. Infiltrat pada basis lobus bawah
bilateral juga pertanda pneumonia aspirasi. Aspirasi dalam jumlah kecil tetapi berulang-
ulang akan memberikan gambaran infiltrate difus. 16
Pada foto toraks terlihat gambaran infiltrat pada segmen paru unilateral yang
dependen dan mungkin disertai kavitasi dan efusi pleura. Lokasi tersering adalah lobus
kanan tengan dan/atau lobus atas, meskipun lokasi ini tergantung kepada jumlah aspirat
dan posisi badan pada saat aspirasi.8
11
Gambar 7. Foto toraks seorang pasien dengan pneumonia aspirasi besar dari paru kanan(Dikutip dari kepustakaan 16)
Gambar 8. Aspirasi pneumonia. Seorang pria berusia 84 tahun dengan kondisi umum baik, demam dan batuk. Foto toraks PA tampak radioopak pada lobus bawah kiri.
(Dikutip dari kepustakaan 17)
12
Gambar 9. Aspirasi pneumonia.
Pasien 84 tahun. Foto Thoraks lateral. Lokasi kelainan di lobus bawah kiri.
(Dikutip dari kepustakaan 18)
Computed Tomography Scanning (CT scan) Toraks
Pemeriksaan CT scan lebih unggul dibanding dengan foto konvensional dalam
menentukan sifat, luas, dan komplikasi aspirasi. Multidetektor CT (MDCT) telah terbukti
efektif dalam mengevaluasi adanya benda asing atau cairan. Pada pasien yang diduga
aspirasi benda asing, dalam hubungannya dengan MDCT, dapat menggambarkan lokasi
yang sesungguhnya. CT scan juga dapat menentukan kelainan anatomi di kepala, leher,
dan toraks. Temuan ini mungkin dapat membantu penyebab aspirasi seperti fistulla atau
tumor tenggorokan, laring, atau kerongkongan.18
Gambaran CT scan yang dapat kita peroleh pada pneumonia aspirasi adalah
adanya peningkatan densitas dari paru-paru yang terkena bahan aspirasi berupa bayangan
opak. Bayangan ini terlihat seperti konsolidasi dan ground-glass opacities.13,15
13
Gambar 10a. Aspirasi pneumonia. CT scan melalui bronkus lobus bawah menunjukkan benda logam di kiri bawah bronkus lobus.
(Dikutip dari kepustakaan 18)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) Toraks
Beberapa penelitian besar dari MRI yang didedikasikan untuk penyakit aspirasi
pneumonia ini telah dilakukan. Namun, hasil dari studi kasus dipublikasikan untuk
mengkonfirmasi akurasi pencitraan MRI untuk kondisi-kondisi seperti peradangan akut,
granuloma, dan fibrosis. MRI berkerja baik dalam mendefinisikan sifat aspirasi dan
reaksi tubuh terhadap aspirasi. Beberapa penulis telah menemukan bahwa MRI lebih
unggul daripada CT scan dalam diagnosis lipoid aspirasi.18
Gambar 10b. gambaran pneumonia dengan menggunakan MRI terlihat
pada panah yang terbesar.
Kedokteran Nuklir
14
Sebuah salivagram radionuklida bisa menunjukkan aspirasi air liur. Salivagrams
dapat menjelaskan aspirasi liur sebagai sumber pneumonia berulang, sering pada anak-
anak dengan gangguan neurologis. 18
Gambar 10c. Pneumonia dengan radiography nuklir
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada pemeriksaan dengan pewarnaan gram terhadap bahan sputum saluran napas
dijumpai banyak neutrofil dan kuman campuran.Terdapat leukositosis dan laju endap
darah (LED) meningkat. Perlu dilakukan pemeriksaan elektrolit, BUN dan kreatinin,
analisis gas darah dan kultur darah.1
HISTOPATOLOGI
Pneumonia interstisial dapat dikatakan sebagai pneumonia fokal/difus, di mana
terjadi infiltrasi edema dan sel-sel radang terhadap jaringan interstisial paru. Septum
alveolus berisi infiltrat limfosit, histiosit, sel plasma dan neutrofil. Dapat timbul pleuritis
apabila peradangan mengenai pleura visceral. .8
15
Gambar 11. Gambaran patologi anatomi pada pasien Aspirasi Pneumonia(Dikutip dari kepustakaan 17)
Gambaran 12. Gambaran histopatologis dari aspirasi pneumonia dengan defisit neurologis. Terdapat reaksi foreign-body giant cell. Kasus otopsi.
(Dikutip dari kepustakaan 19)
DIAGNOSIS BANDING
1. Atelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang
tidak mengandung udara dan kolaps. Atelektasis sebenarnya bukan penyakit,
tetapi ada kaitannya dengan penyakit parenkim paru. Atelektasis timbul karena
alveoli menjadi kurang berkembang atau tidak berkembang. Terdapat dua
penyebab utama kolaps yaitu atelektasis absorpsi sekunder dari obstruksi bronkus
atau beronkiolus, dan atelektasis yang disebabkan oleh penekanan. 5
16
Gambaran 13. Atelektasis. Lobus kiri atas tertarik. Tampak bagian atas aorta knob. (Dikutip dari kepustakaan 20)
2. Efusi pleura
Efusi Pleura (Fluid in the chest; Pleural fluid) adalah pengumpulan cairan
di dalam rongga pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara
selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.Dalam keadaan normal, hanya
ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura. Jenis
cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah,
cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi. 21
Gambaran 14. Gambar Foto toraks posisi PA tegak menunjukkan efusi pleura sisi kiri dan hilangnya sudut costophrenikus kiri lateral.
(Dikutip dari kepustakaan 22)
17
3. Massa di Paru
Karsinoma bronkogen dimulai sebagai bayangan noduler kecil di perifer
paru dan akan berkembang menjadi suatu massa sebelum terjadi keluhan.
Biasanya massa di paru sebesar 4-12 cm berbentuk bulat atau oval yang berbenjol
(globulated) dan kadang-kadang pada pemeriksaan tomografi terlihat gambaran
radiolusen yang menunjukkan adanya nekrosis di dalam tumor . 23
Gambar 15. Foto Toraks. Massa paru kanan atas.
Gambar ini adalah X-ray dada dari seseorang dengan massa paru-paru. Massa di kanan atas paru-paru ditunjukkan dengan tanda panah
(Dikutip dari kepustakaan 24)
PENGOBATAN
Pada orang dewasa, pencegahan aspirasi penting pada pasien yang beresiko.
Penanganan untuk membebaskan dari ketergantungan zat dan ketergantungan alkohol
dapat sangat mengurangi intoksikasi sehingga aspirasi dapat dicegah. Pemberian
makanan dengan posisi tegak akan mengurangi resiko aspirasi pada pasien dysphagia,
pasien yang diberikan makanan dengan slang misalnya nasogastric tube atau orogastric
18
tubes, atau dengan gastrostomy tube atau jejunostomy tubes. Meningkatkan pH asam
lambung dengan pemberian antasida (empat kali sehari) atau proton pump inhibitors
(omeprazole 20 mg/d orally) akan menurunkan derajat kerusakan paru pada silent
aspiration. 9, 25
Obat-obat prokinetik yang meningkatkan tonus sfingter bawah esophagus dan
yang merangsang pengosongan lambung bermanfaat dalam menangani refluks
gastroesofageal sehingga dapat mencegah aspirasi pada pasien yang beresiko. Obat-obat
tersebut misalnya bethanecol 25 mg empat kali sehari, metoclopramide 10 mg sebelum
makan dan saat mau tidur, dan cisapride 10 mg sebelum makan dan pada saat mau tidur. 9, 25
Untuk pasien yang telah mengalami aspirasi akut yang simptomatik, maka
obstruksi saluran napas harus diatasi dengan cepat dan ventilasi harus dinilai dengan
cepat. Hipoksia harus diatasi dengan pemberian oksigen, dan intubasi jika perlu.
Aerosolized bronchodilators bermanfaat untuk spasme bronkus akibat aspirasi. Pada
pasien yang syok, pemberian cairan intravena, dan kalau perlu diberikan vasopressor.9, 25
Pasien yang mengalami aspirasi tetapi tidak mengalami hipoksia dan tidak
memperlihatkan infiltrat pada foto thoraks dapat diobservasi untuk melihat kemungkinan
terjadinya infeksi. Dan kemungkinan tidak memerlukan antibiotik. Pasien usia lanjut atau
pasien penyakit kronik yang memperlihatkan tanda dan gejala-gejala infeksi harus
diberikan antibiotik. Secara umum, harus dilakukan kultur darah, kultur urin atau kultur
sputum jika ada dan sebelum hasil kultur ada diberikan terapi antibiotik. Bakteri anaerob
mendominasi pada pneumonia aspirasi dan antibiotik yang terbukti efektif adalah
clindamycin 450 sampai 900 mg IV setiap 8 jam untuk orang dewasa, atau cefoxitin 2.0
g IV setiap 8 jam untuk orang dewasa, atau ticarcillin-clavulanate 3.1 g IV setiap 6 jam,
atau piperacillin-tazobactam 3.375 g IV setiap 6 jam. 9, 25
Dapat dilakukan bronkoskopi untuk pasien yang mengaspirasi benda-benda besar
yang masuk ke saluran napas bawah. Pada pasien yang mengaspirasi bahan kental atau
sekret kental harus dilakukan bronchoalveolar lavage untuk mengeluarkannya. Pasien
yang mengalami hemoptisis berwarna kopi harus menjalani pemeriksaan bronkoskopi
untuk mengetahui apakah terjadi aspirasi serta untuk penanganan. 24
19
Pada anak, pada aspirasi isi lambung akut harus segera dicegah dengan suction
orofaring dan memperbaiki posisi anak.. Dilakukan intubasi trakea jika refleks saluran
napas tidak adekuat atau jika terdapat gagal napas. Harus diberikan bantuan oksigen.
Berikutnya infeksinya ditangani. 25
Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi maka dilakukan observasi. Jika berikutnya
terdapat tanda infeksi maka diberikan antibiotik empiris sebelum hasil kultur ada.
Pneumonia yang di dapat diluar rumah sakit (dalam masyarakat) diberikan golongan
penisilin sedangkan infeksi nosokomial kombinasi klindamisin dan gentamisin. Jika
resisten terhadap penisilin maka biasanya digunakan klindamisin atau tikarsilin
klavulanat. 25
Gambar 16. Algoritma penanganan pasien Pneumonia Aspirasi
(Dikutip dari
kepustakaan 11)
PROGNOSIS
20
Angka mortalitas pneumonitis yang tidak disertai komplikasi adalah sebesar 5%,
sedangkan pada aspirasi massif dengan/tanpa disertai Sindrom Mendelson mencapai
70%.1
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, A; Setiyohadi, B; Alwi, I; dkk. Pneumonia Bentuk Khusus. Dalam: Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : FKUI; 2006. Hal.974, 982-3
2. Swaminathan, A. Overview Pneumonia Aspiration. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/807600-overview Updated May 5, 2009
3. Luhulima JW. Anatomi Systema Respiratorium. Makassar: Bagian Anatomi FK Unhas; 2004. Hal. 25-32
4. NN, Anatomy of the Respiratory System . Available from: http://www.nebraskamed.com/manageHealth/libraries
5. Wilson, L. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan dan Penyakit Pernapasan Restriktif. Dalam: Patofisologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol. 2 Edisi 6. Jakarta : EGC; 2006. Hal. 736-9, 804-10
6. Pabst, R ; Putz, R. Atlas Anatomi Manusia SOBOTTA, Edisi 22. Jakarta:EGC; 2007 Bagian 2. Hal. 94
7. NN, Mesothelioma & Asbestos Pictures Gallery. Available from: http://mesotheliomacg.com/mesothelioma-pictures-gallery.php
8. Stead L. G, Stead S. M, Kaufman M. S. Aspiration Pneumonia in First Aid for the
Emergency Medicine Clerkship. Singapore: The McGraw-Hill Companies; 2002.
p. 116
9. Karlinsky JB, King TE, Crapo JD, Glassroth J. Aspiration Pneumonia in Anaerobic and other Infection Syndromes. In: Baum’s textbook of pulmonary diseases.7th Ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2004.p. 405-8.
10. NN, pathophysiology of aspiration pneumonia. Available from: http://www.health-res.com/pathophysiology-of-aspiration-pneumonia
11. NN, Hospital Acquired Aspiration Pneumonia. Available from: http://www.health-res.com/index.php/
12. NN, Pneumonia Aspirasi (Aspiration pneumonia). Available from: http://medicastore.com/penyakit/451/Pneumonia_Aspirasi_Aspiration_pneumonia.html
13. Mettler AF. Chest dalam Essentials of Radiology. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. p 94
22
14. Eisenberg, Ronald L. Aspiration Pneumonia. In: Comprehensive Radiographic Pathology. United States of America: Mosby Elsevier; 2007. p 48
15. Gurney WJ, Muram, Winer HT. Aspiration Pneumonia. In: Pocket Radiologist Chest Top 100 Diagnoses. China: Amirsys; 2003. p. 6-8
16. Swaminathan, A.; Pneumonia Aspiration: Multimedia. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/807600-media. Updated May 5, 2009
17. NN, Aspiration Pneumonia. Available from: http://www.brown.edu/Courses/Digital_Path/systemic_path/pulmonary/aspiration.html
18. Lee, J. Aspiration Pneumonia: Imaging. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/353329-imaging. Updated Dec 17, 2008
19. NN, Aspiration Pneumonia, Classification and External Resources. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Aspiration_pneumonia
20. Madappa,T. Atelectasis: Multimedia. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/296468-media. Updated Aug 25, 2009.
21. NN, Efusi Pleura. Available from: http://medicastore.com/penyakit/147/Efusi_Pleura.html
22. Mechem, C. Pleura; Multimedia. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/807375-media. Updated Nov 13, 2009/
23. Rasad S, Kusumawidjaja K. Tumor Ganas Paru. Dalam: Radiologi Diagnostik edisi II. Jakarta: FKUI; 2009. Hal 148-9
24. NN, Lung Disease. Overview. Available from: http://www.umm.edu/ency/article/000066.htm. Updated Agust 29, 2008
25. Goldman L, Ausiello. Aspiration Pneumonitis. In: Chapter 90 Physical, Chemical, and Aspiration Injuries of the Lung. Cecil Textbook of Medicine 22nd Edition. United States of America: Saunders an Imprint of Elsevier; 2004. p. 542-3
23
LAMPIRAN
24
25