asuha keperawatan hipoglikemia
TRANSCRIPT
ASUHA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA
Diposkan oleh Rizki Kurniadi DEFINISI Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar
glukosa darah turun dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L). (Brunner and Suddarth,
2002).
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah.(http://WWW.Medicastore.com, 2005).
ETIOLOGI
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh :
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa hati
Secara umum, hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan
dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat.
Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan
berhubungan dengan obat.
Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi
menjadi :
- Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa
- Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan,
biasanya karbohidrat
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea)
yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darah.
Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini
terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal
dan kelenjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua
hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah
yang rendah.
Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS juga bisa
menyebabkan hipoglikemia.
Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diam-
diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemia untuk dirinya.
Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama
bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor.
Olah raga dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan
hipoglikemia.
Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit
lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi
sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan
sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang adekuat.
TANDA DAN GEJALA
Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori : gejela
adrenergik dan gejala sistem saraf pusat.
*. Hipoglikemia ringan : Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti : perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi dan rasa lapar.* Hipoglikemia sedang : Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fisik pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, prilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi semua gejala ini (disamping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.* Hipoglikemia berat : Fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup prilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran. Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepaskan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsang, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, prilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik peroral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
DIAGNOSA Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dL. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil pemeriksaan kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika
dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap insulin. Untuk mengetahui adanya tumor penghasil insulin, dilakukan pengukuran kadar insulin dalam darah selama berpuasa (kadang sampai 72 jam). Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum pembedahan, dilakukan untuk menentukan lokasi tumor.
PATOFISIOLOGI
PERUBAHAN BERHUBUNGAN DENGAN USIA
Penurunan reabsorbsi makanan Penurunan metabolisme tubuh Penurunan fungsi organ pencernaan Penurunan produksi enzim Tidak nafsu makan
PENGARUH NEGATIF DARI FUNGSI YANG TERGANGGU
Lemas Letih Penuruan kesadaran Gelisah Mual-muntah Gangguan nutrisi Dan lain-lain
FAKTOR RESIKO
Terlambat makan Aktifitas berlebih Pola makan yang tidak Benar Jenis makanan
PENANGANAN
Penanganan harus segera diberikan bila terjadi hipoglikemia. Rekomendasi
biasanya berupa pemberian 10 hingga 15 gram gula yang bekerja cepat peroral :
2-4 tablet glukosa yang dapat dibeli diapotik
4-6 ons sari buah atau teh yang manis
6-10 butir permen khusus atau permen manis lainnya
2-3 sendok teh sirup atau madu
PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK
Tanggal Pengkajian : 28 September 2005
I. IDENTITAS
Nama : Ny. K
Tempat / Tgl. Lahir : Menganti, Banyumas Jawa Tengah / 1930
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : -
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Stasiun Gg. Keluarga No. 311 Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas
Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Alamat : Jl. Stasiun Gg. Keluarga No. 311 Kelurahan
Harjosari II Kecamatan Medan Amplas
Hubungan : Anak kandung
II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Keluhan utama lansia : Pusing, lemas, letih dan terkadang kedua kaki sakit.
Penyebab : Kadar gula darah rendah (hipoglikemia)
Timbul keluhan secara : Bertahap, timbul jika terlambat makan
Faktor yang memperberat : Jika sudah lemas kemudian klien makan setelah makan badan klien terasa semakin
lemas.
Kemampuan lansia yang dapat dilakukan untuk meringankan penyakitnya : minum susu bendera.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita : Sakit pada kedua kaki (asam urat) dan sakit lambung (maag)
Mulainya kapan : Sakit pada kaki dan sakit lambung dirasakan klien sejak 1 tahun lebih
Bagaimana pengobatannya : Makan obat yang dibeli dari Apotik (asam urat : piroxicam, dexamethason dan asam
mefenamat. Sakit maag : promaag)
Bagaimana tindakan medisnya : Klien berobat ke klinik saja
IV. RIWAYAT KAJIAN FISIK
Persepsi lansia terhadap sehat sakit : Sehat adalah tidak merasa sakit dan sakit adalah seseorang yang merasa sakit
pada tubuhnya.
: Terkadan klien minum kopi. Dulu klien suka makan cabe. Klien masih suka makan
makanan yang keras seperti jagung goreng, kacang goreng, peyek dan kerupuk
: Klien makan 3 x sehari, terkadang pagi hanya makan roti dan teh manis, klien tidak
mempunyai jam makan, makan kalau selera makan dan terkadang klien tidak selera
makan
Pola istirahat / tidur : Pada siang hari klien tidur 1-2 jam dan pada malam hari klien tidur 5-6 jam
Pola eliminasi : BAB 1x sehari dan BAK sebanyak 5-6 x sehari
Kebiasaan berolah raga : Klien tidak memiliki kebiasaan berolah raga
Kemampuan melakukan aktifitas : Klien kurang melakukan aktifitas karena bila klien melakukan aktifitas yang berat
maka klien akan merasa lemas
VI. RIWAYAT PSIKOLOGI
Aspek psikologi lansia : Emosi klien dalam keadaan stabil, klien tampak tenang, kooperatif saat berkomunikasi
dengan perawat dan klien melakukan sahalat 5 waktu walaupun terkadang ada yang
tinggal, klien juga ikut perwiritan ibu-ibu.
VII. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Aspek sosial ekonomi lansia : Klien dulunya bekerja sebagai petani, tetapi sekarang klien tidak bertani karena merasa
tubuhnya tidak kuat lagi. Sumber pendapatan dipenuni oleh anak klien yang bekerja
di pabrik dan jualan dan tinggal bersama klien
VIII. RIWAYAT SPIRITUAL
Aspek spiritual lansia : Klien melakukan sholat 5 waktu, walaupun kadang ada yang tinggal, klien juga ikut
perwiritan ibu-ibu
IX. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Aspek psikososial lansia : Klien memiliki komunikasi yang baik dengan keluarga yaitu suami, anak dan cucu yang
tinggal satu rumah dengan klien, maupun yang tinggal berdekatan dengan rumah
klien. Klien dapat berinteraksi dengan tetangga sekitar rumah dengan baik dan juga
ikut dalam kegiatan perwiritan ibu – ibu
X. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Kesadaran klien compos mentis dan keadaan umum baik
Tanda vital : TD : 140 / 70 mmHg HR : 74 x/I BB : 51 kg
RR : 24 x/i T : 37O C TB : 147 cm
Kepala : Bentuk bulat, simetris dan anatomis. Tidak dijumpai tanda peradangan, rambut menyebar merata dan beruban
Mata : Klien masih mampu melihat benda dengan jarak 2 M, walaupun agak kabur, konjungtiva anemis
Telinga : Terkadang klien kurang mendengar suara lawan bicaranya dengan suara normalHidung : Bentuk anatomis dan simetris, tidak dijumpai adanya perdarahan dan tanda
peradanganMulut / tenggorokan : Tidak dijumpai perdarahan dan tanda-tanda peradangan, gigi atas sebelah kanan
sudah banyak yang tanggal, gigi bawah masih banyak yang utuh Pernafasan : Pola nafas reguler dengan frekuensi 24 x/ISirkulasi : Pada extremitas atas dan bawah tidak dijumpai adanya edemaAbdomen : Bentuk simetris, peristaltik 10 x/i, nyeri ulu hati tidak ada, lingkar perut 108 cmEliminasi (BAB/BAK) : BAB 1x sehari dan BAK 5-6 x sehariGastrointestinal : Di dalam teori di katakan bahwa salah satu perubahan fisik pada lansia adalah
perubahan Gastrointestinal di mana di dalam saluran GI ini dinding usus kehilangan kekutan dan elastisitas seiring bertambahnya umur sehingga mengakibatkan gangguan pencernaan dan penyerapan zat gizi sehingga dapat menimbulkan keadaan atau kondisi Hypoglikemia.
Neurologis : Klien tidak mengalami paralysis dan pareseMuskuloskletal : Mobilisasi baik tetapi klien mengurangi mobilisasi karena takut lemas, klien tidak
mengalami kiposis dan klien tidak mengalami kesulitan dalam melakukan ROMKulit : Elastis kulit berkurang karena faktor usia
XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan kadar gula darah pada tanggal 05 oktober 2005 : 70 mg/dL
XII. RIWAYAT TERAPIPiroxicam 20 mgDexamethason 0,75 mgAsam Mefenamat 500mg
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1
2
3
DS : - Klien mengatakan lemas, pusing dan letih jika terlambat makan dan bekerja berat
- Klien mengatakan terkadang malas makanDO : - Klien tampak lemas dan sering duduk
- KGD tanggal 5 oktober 2005 70 mg/dL- Klien menderita penyakit maag- BB : 51 kg dan TB : 147 cm- Konjungtiva tampak pucat- Porsi makanan yang dihabiskan hanya satu
sendok nasi - Frekuensi makan 3 x/hari, terkadang pagi
hanya makan roti dan teh manis, klien tidak
mempunyai jam makan, makan kalau selera
makan dan terkadang klien tidak selera makan
DS : Klien mengatakan kadang-kadang nyeri pada kedua kakinya
DO : - Klien mengkonsumsi obat Piroxicam 20 mg, Dexamethason 0,75 mg dan Asam Mefenamat 500 mg
- Klien memijat kakinya yang sakit
DS : - Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab sakit/ nyeri pada kaki dan lemas yang dialaminya
- Klien mengatakan hanya minum obat yang dibelinya di apotik DO : Klien bertanya tentang penyakitnya
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Nyeri akut / kronik
Kurang pengetahuan mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan makanan yang kurang
d/d klien mengatakan lemas, pusing dan letih jika terlambat makan dan bekerja berat.
Klien mengatakan malas makan, KGD pada saat puasa tanggal 5 oktober 2005 70
mg/dL . BB : 51 kg, TB : 147 cm. Klien mengatakan menderita penyakit maag,
konjungtiva tampak pucat, porsi makan yang dihabiskan hanya 1 sendok nasi,
frekuensi makan 3 kali sehari, terkadang pagi hanya makan roti dan teh manis, klien
tidak mempunyai jam makan, makan kalau selera makan dan terkadang klien tidak
selera makan
2. Nyeri akut / kronik b/d peningkatan asam urat yang memicu pembentukan kristal d/d klien mengatakan terkadang kedua kakinya terasa nyeri
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurangnya informasi tentang penyakitnya d/d klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya dan klien sering bertanya tentang penyakitnya
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
Diposkan oleh Rizki Kurniadi 1. Defenisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang dikarakteristikkan oleh
hiperglikemi, dan diakibatkan dari kerusakan produksi insulin, sekresi, atau
penggunaannya. (Sandra. M. Nettina, 2002)
2. Etiologi
Diabetes tipe I (IDDM, Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Faktor genetik : penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi/kecendrungan genetik kearah terjadinya
diabetes tipe I.
Faktor immunologi : terdapat suatu respon otoimun yang merupakan repon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah jaringan asing.
Faktor lingkungan : virus/toksin dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
Diabetes tipe II (NIDDM, Non- Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin selain itu terdapat pula
faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe
II. Faktor-faktor ini adalah :
Usia (resistensi insulin cendrung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
Obesitas
Riwayat keluarga
Kelompok etnik
Gaya hidup
Merokok
( Brunner & Suddart, 2002)
3. Patofisiologi
Faktor resiko:
Toleransi glukosa terganggu (Intoleransi glukosa) Pola makan dan jenis makan (diet buruk) Kurang aktivitas fisik Faktor psikososial (isolasi diri, depresi Pengambilan glukosa oleh jaringan tidak efektif
Perubahan yang berhubungan
dengan penuaan:
Penurunan fungsi pankreas Penurunan kemampuan tubuh bereaksi terhadap
insulin Perubahan sekresi insulin Perubahan resistensi insulin Penurunan kemampuan tubuh menyerap
karbohidrat (lean body mass)
Konsekuensi fungsional negatif:
Kelelahan Iritabilitas Penurunan kemampuan Poliuria Polidipsi Luka pada kulit yang lama sembuh Pandangan kabur
4. Manifestasi Klinis
Dari pasien diabetes mellitus sensiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang
berobat kedokter dan kemudian didiagnosa sebagai diabetes melitus ialah keluhan
(Sarwono Waspadji, 1996)
Poliuria
Polidipsia
Polifagia
Berat badan menurun
Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul
Kelebihan genekologis: keputihan
Kesemutan, rasa baal
Kelemahan tubuh
Luka atau bisul-bisul yang tidak sembuh-sembuh
Infeksi saluran kemih
Visus menurun (Sarwono Waspadji, 1996)
5. Klasifikasi
a. Tipe I (IDDM) : pankreas memproduksi sedikit/tidak produksi insulin endogen dan
harus diatasi dengan injeksi insulin untuk mengontrol diabetes dan mencegah
ketoasidosis
b. Tipe II (NIDDM) : penyakit yang diakibatkan dari defek pembuatan insulin dan
pelepasan dari sel beta, serta resistensi insulin pada jaringan perifer.
c. Diabetes gestasional
Awitan selama kehamilan, terjadi pada trimester ke 2 dan ke 3
Disebabkan oleh hormon yang disekresi plasenta dan menghambat kerja
insulin
Faktor resiko : obesitas, usia diatas 30 tahun, riwayat diabetes dalam keluarga,
pernah melahirkan bayi yang besar > 4,5 Kg
Pemeriksaan screning (tes toleransi glukosa) harus dilakukan pada semua
wanita hamil dengan usia kehamilan 24-28 minggu.
d. Toleransi glukosa terganggu
Kadar glukosa darah diantara kadar normal dan kadar diabetes
Kerentanan terhadap penyakit aterosklerosis diatas normal
Komplikasi renal dan retina biasanya tidak signifikant
6. Komplikasi
a. Akut
Koma hipoglikemia
Ketoasidosis
Koma hiperosmolar non ketotik
b. Kronik
Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar: pada jantung, pada tepi, pada otak
Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopat diabetik, nefropati diabetik.
Neuropati diabetik
Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran kemih
Kaki diabetik
(Arif Mansjoer, 1999)
F. Pemeriksaan penunjang
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji Diagnostik
DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala/tanda DM. Sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak
bergejala, yang mempunyai resiko DM. Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada
kelompok dengan salah satu resiko DM sbb:
1.Usia > 45 tahun
2.Berat badan lebih, BBR > 110 % BB idaman atau IMT > 23 kg/m2
3.Hipertensi (>140/90 mmhg)
4.Riwayat DM dalam garis keturunan
5.Riwayat abortus berulang,melahirkan bayi cacat atau BB lahir > 4000 gr
6.Kolesterol HDL < 35 mg/dl atau trigliserida > 250 mg/dl.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
Sewaktu 2 jam sesudah makan (post prandial, pp). Bila hasilnya belum memastikan
diagnosa DM, kemudian diikuti dengan pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO). Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya
negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulangan setiap tahun.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)
3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan, makan seperti biasa (karbohidrat cukup)
Kegiatan jasmani seperti yang biasa dilakukan
Puasa paling sedikit 8 jam, mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air putih
diperbolehkan.
Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak), dilarutkan
dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
Selama proses pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
G. Komplikasi
1. Makroangiopati
Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi
Pembuluh darah otak
2. Mikroangiopati
Pembuluh darah kapiler retina mata
Pembuluh darah kapiler ginjal
3. Neuropati
Contoh penyulit dengan mekanisme gabungan:
Kardiopati: penyakit jantung koroner dan kardiomiopati
Rentan infeksi, misalnya TB.Paru, gingivitis dan infeksi saluran kemih
Kaki diabetik
Disfungsi ereksi
8. Penatalaksanaan Medik
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler, serta neuropatik. Ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan diabetes ;
Diit
Latihan
Pemantauan
Terapi (jika diperlukan)
Pendidikan/penyuluhan tentang DM
a. Penatalaksanaan Diet
Prinsip umum
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan
berikut ini :
Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral)
Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
Memenuhi kebutuhan energi
Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang
aman dan praktis
Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Perencanaan makan
Komposisi
KH : 60-70%
Lemak : 20-25%
Protein : 10-15 %
Jumlah kalori yang disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi, umur, status
akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal.
Kolesterol < 300 mg/H, kandungan serat ± 25 gr/H
Konsumsi garam dibatasi ( ada hipertensi)
b. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama ± 0,5 jam yang
sifatnya sesuai CRIPE ( continous, rytmical, interval, progresive, endurance training).
Continous
Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti. Contoh
bila dipilih joging 30 menit, maka selama 30 menit pasien melakukan joging tanpa
istirahat.
Rythmical
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan
rileksasi secara teratur. Contoh jalan kaki : joging, lari, berenang, bersepeda,
mendayung, main golf, tenis dan badminton tidak memenuhi syarat karena banyak
berhenti
Interval
Latihan dilakukan secara selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Contoh jalan
cepat diselingi jalan lambat, joging diselingi jalan, dan sebagainya.
Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas riogen sampai
sedang hingga mencapai 30-60 menit.
Sasaran heart rate : 75-85 %
Max heart rate : 920 umur
Endurance Training
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan
( jalan santai/cepat, sesuai umur), joging, berenang dan bersepeda.
c. Terapi
Obat hipoglikemi oral (OHO)
Sulfonilurea
Bekerja dengan cara:
- menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan
- menurunkan ambang sekresi insulin
- menaikkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal
Inhibitor α glukosidase : obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja
enzim α glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.
Insulin sensitizing agent : thoazolidinediones adalah golongan obat yang
mempunyai efek farmakologi menaikkan sensetivitas insulin sehingga bisa
mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi
insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
Insulin
Indikasi pengunaan insulin pada NIDDM adalah
DM dengan berat badan menuruncepat/kurus
Ketoasidosis, asidosis laktat dan koma hiperosmolar
DM mengalami stres berat ( infeksi sistemik, operasi berat dan lain-lain)
DM dengan kehamilan / DM gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis
maksimal atau ada kontra indikasi dengan obat tersebut
d. Penyuluhan
Penyuluhan untuk pencegahan primer : Kelompok resiko tinggi
Materi penyuluhan : Faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya diabetes dan
usaha untuk mengurangi faktor resiko tersebut
Penyuluhan untuk pencegahan skunder : Kelompok pasien diabetes terutama yang
baru
Materi penyuluhan
- Apa itu diabetes mellirus
- Penatalaksanaan diabetes
- Obat-obat untuk diabetes
- Perencanaan makan
- Diabetes dengan kegiatan jasmani/olah raga
Materi penyuluhan tingkat lanjutan
- Mengenai dan mencegah komplikasi akut DM
- Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain
- Makan diluar rumah
- Perencanaan untuk kegiatan-kegiatan khusus
- Pemeliharaan/ perawatan kaki
Penyuluhan untuk pencegahan tersier : Pasien diabetes yang sudah mengalami
komplikasi
Materi penyuluhan
- Maksud dan tujuan cara pengobatan pada komplikasi kronik diabetes
- Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
- Kesabaran dan ketangguhan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan
dengan komplikasi kronik
PANDUAN PRAKTIS UNTUK DIET PENYAKIT DM
a. Makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita DM
Makanan yang cepat terserap menjadi gula, spt: gula pasir, gula jawa, buah-
buahan yang diawetkan dengan gula, dodol, bolu,selai, kue-kue manis, permen,
permen cokelat, biscuit, sirup, soft drink, susu kental manis dan es krim.
b. Makanan yang dianjurkan
Makanan yang nengandung karbohidrat dan tinggi serat dan tidak terlalu
halus, spt: roti biji gandum, ubi jalar, kentang, talas, biscuit berserat, sayur-sayuran,
kacang-kacangan, dan buah-buahan segar.
c. Sumber serat dari sayur-sayuran
Kembang kol, tauge, ketimun, rebung, jamur segar, seledri, kangkung, pepaya
muda, labu siam, selada, gambas, lobak, cabai hijau besar, labu, terong, tomat dan
sawi.
d. Buah-buahan yang dianjurkan
Buah-buahan yang kurang manis, spt: pepaya, kedondong, salak, pisang, apel.
e. Buah-buahan yang dihindari/dibatasi, spt :
Sawo, nenas, rambutan, durian, nangka, anggur.
Contoh Menu Berdasarkan Daftar Bahan Makanan Penukar
KEBUTUHAN BAHAN MAKANAN DALAM PENUKAR DIET 1700 KALORI
SEHARI
(P)
PAGI
(P)
SIANG
(P)
SORE
(P)
SNACK
(P)
Nasi/Penukar
Ikan/Penukar
Daging/Penukar
Tempe/Penukar
Sayuran A
Sayuran B
Buah/Penukar
Minyak/Penukar
5
2
1
3
S
2
4
4
1
-
1
-
S
-
-
-
2
1
-
1
1
1
2
2
1
-
1
S
1
1
2
-
-
-
-
-
2
-
Ket : S = Sekehendak
CONTOH MENU DM 1700 KALORI
Waktu Bhn Makanan Penukar Kebutuhan Bahan Contoh Menu
PAGI Roti
Margarin
Telur
2 iris
½ sdm
1 btr
Roti panggang
Margarin
Telur rebus
Teh panas
10.00 Pisang 1 buah Pisang
SIANG Nasi
Udang
Tahu
Minyak
Sayuran
Kelapa
Jeruk
11/2 gelas
5 ekor
1 potong
½ sdm
1 gelas
5 sdm
1 buah
Nasi
Oseng-oseng
Udang,tahu,cabe ijo
Urap sayuran
Jeruk
16.00 Duku 16 buah Duku
MALAM Nasi
Ayam
Kacang merah
Sayuran
Minyak
Apel Malang
11/2 gelas
1 potong
2 sdm
1 gelas
½ sdm
1 buah
Nasi
Sop ayam + Kacang merah
Tumis sayuran
Apel
Sumber : * Practice guidelines for medical nutrition therapy provided by dietition for persons with
NIDDM. J Am Diet Assoc. 1995.
PB PERKENI, 1993: Konsensus pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia
Anjuran gizi seimbang pada penderita Diabetes
1. Makanlah aneka ragam makanan.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi (capai dan pertahankan berat
badan normal).
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, sebagian dari kebutuhan energi (pilih
karbohidrat kompleks dan serat, batasi karbohidrat sederhana)
4. Batasi konsumsi lemak, minyak dan santan sampai seperempat kecukupan energi.
5. Gunakan garam beryodium (gunakan garam secukupnya saja).
6. Makanlah makanan sumber zat besi (Fe)
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan
8. Biasakan makan pagi
9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya
10. Lakukan kegiatan fisik dan jasmani secara teratur
11. Hindari minuman beralkohol
12. Makan makanan yang aman bagi kesehatan
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pasien diabetes mellitus harus berfokus pada hipoglikemia dan
hiperglikemia. Luka pada kulit dan ketrampilan perawatan mandiri diabetes serta
tindakan untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
Pengkajian dilakukan untuk mendeteksi hipoglikemia dan hiperglikemia disertai
pemantauan glukosa kapiler yang sering (biasanya diinstruksikan dokter sebelum
jam-jam makan serta pada saat akan tidur malam). Pengkajian kulit yang cermat,
khususnya pada daerah-daerah yang menonjol dan pada ekstremitas bawah,
merupakan tindakan yang penting. Pengkajian ini dilakukan untuk memeriksa apakah
kulit pasien kering, pecah-pecah, terluka dan kemerahan. Kepada pasien ditanyakan
tentang gejala neuropati, seperti: perasaan kesemutan dsn nyeri atau pati rasa pada
kaki.
Pengkajian terhadap ketrampilan perawatan diri / mandiri diabetes dilakukan
sedini mungkin untuk menentukan apakah pasien memerlukan pengajaran lebih lanjut
tentang penyakit diabetes. Pengetahuan tentang diet dapat dikaji dengan bantuan ahli
gizi dengan bertanya langsung atau meninjau pilihan pasien terhadap menu, tanda-
tanda, penanganan dan pencegahan keadaan hipoglikemia serta hiperglikemia harus
ditanyakan pada pasien. Pengetahuan pasien tentang faktor resiko penyakit
makrovaskuler, yang mencakup hipertensi, peningkatan kadar lemak darah, dan
kebiasaan merokok, perlu dikaji.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
nutrisi yang tidak adekuat, masukan dibatasi.
2 Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik, insufisiensi
insulin,
peningkatan kebutuhan energi.
3. Perubahan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek obat, xerostomia,
kesulitan mengunyah, perubahan pengecapan, oral hygiene tidak adekuat, gigi
rusak atau hilang.
4, Kurang pengetahuan tentang masalah dan penanganan penyakit berhubungan
dengan kurang mendapat informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan keperawatan: Menjamin masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi Rasional
1.Timbang berat badan klien (tanyakan berapa
berat badan terakhir).
2.Anjurkan klien makan makanan porsi sedikit tapi
sering.
3.Anjurkan klien untuk menghindari kopi, alkohol,
dan merokok
4.Anjurkan mengkonsumsi vitamin B kompleks,
tambahan diet lain sesuai indikasi.
5.Berikan klien petunjuk makanan sehari-hari untuk
lansia
1.Memberikan informasi tentang kebutuhan
diet/keefektifan intervensi.
2.Makanan sedikit menurunkan kelemahan dan
membantu proses pemulihan.
3.Kafein dapat meningkatkan aktivitas lambung,
rokok dapat mengurangi sekresi pancreas
sehingga menghambat netralisasi asam lambung,
juga memacu kerja jantung.
4.Memperbaiki kekurangan dan membantu proses
penyembuhan.
5.Membantu klien untuk mengatur pola diet sehari-
hari.
Diagnosa 2 : Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
kebutuhan energi meningkat.
Tujuan keperawatan : Menunjukkan peningkatan tingkat energi
Intervensi Rasional
1.Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang
dapat ditoleransi\
2.Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup
3.Kaji faktor yang dapat meningkatkan dan
mengurangi kelelahan
4.Diskusikan bersama klien hal-hal apa yang dapat
menimbulkan kelelahan
1.Mencegah kelelahan yang berlebihan
2.Mengembalikan energi yang telah terpakai /
pengumpulan energi.
3.Membantu dalam pembuatan diagnosa dan
kebutuhan terapi ataupun intervensi
4.Memberi kesempatan kepada klien untuk bersama-
sama perawat mengidentifikasi hal-hal / aktivitas
yang perlu dihindari.
Diagnosa 3 : Perubahan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek obat,
xerostomia, kesulitan mengunyah, perubahan pengecapan, oral hygiene tidak adekuat,
gigi rusak atau hilang.
Tujuan keperawatan : Menjamin perbaikan membran mukosa mulut
Intervensi Rasional
1.Beritahu klien bahwa mulut yang kering dapat
disebabkan oleh efek obat dan harus dievaluasi
sebelum memulai obat simptomatik.
2.Beri tahu klien bahwa mengunyah permen karet
atau menhisap permen yang asem dapat
merangsang produksi saliva (bila dapat
ditoleransi)
3.Anjurkan klien untuk minum 10-12 gelas/hari
4.Anjurkan klien untuk menghindari mencuci mulut
dengan bahan yang mengandung alkohol.
5.Anjurkan klien untuk menghindari rokok
6.Anjurkan klien agar teratur dalam melakukan oral
hygiene
1.Memberikan pemahaman kepada klien tentang
sebab keringnya mukosa mulut dan pentingnya
untuk melakukan evaluasi.
2.Sebagai informasi bagi klien tentang cara lain
untuk mencegah mulut kering
3.Membantu memberikan kelembaban pada mukosa
mulut.
4.Dapat menimbulkan eksoserbasi pada mulut.
5.Rokok dapat menimbulkan eksoserbasi pada mulut
dan dapat mengiritasi membran mukosa mulut.
6.Mulut yang kering dapat meningkatkan resiko
kerusakan lidah dan gigi.
Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan tentang masalah dan penanganannya berhubungan
dengan kurang mendapat informasi.
Tujuan keperawatan : Meningkatkan pengetahuan klien tentang pengertian penyakit,
faktor yang dapat mendukung munculnya masalah kesehatan yang dihadapi dan
penanganannya: Meningkatkan kesadaran klien tentang pengaturan diet dan
kebiasaan makan.
Intervensi Rasional
1.Kaji pengetahuan klien tentang masalah kesehatan
yang dialami.
2.Identifikasi bersama klien kebiasaan yang
memungkinkan munculnya masalah
3.Anjurkan klien untuk teratur mengkonsumsi obat-
obatan penurun glukosa darah sesuai resep
(kolaborasi)
4.Berikan klien daftar zat-zat yang harus dihindari
(misalnya: kafein, nikotin, permen, coklat,
makanan yang manis, dll)
5.Anjurkan klien untuk menyesuaikan diet dengan
makanan yang disukai, pola makan dan jumlah
yang dibutuhkan.
6.Jelaskan kepada klien informasi tentang diabetes
mellitus yang meliputi: pengertian, penyebab,
gejala klinik dan cara penanggulangannya.
7.Berikan dorongan kepada klien untuk mematuhi
semua saran-saran yang disampaikan oleh
perawat.
8.Berikan klien kesempatan bertanya tentang hal-
hal yang berhubungan dengan masalah yang
sedang dihadapi
1.Membantu menentukan hal spesifik yang akan
menjadi topik/materi penyuluhan.
2.Membantu klien mengidentifikasi hubungan
kebiasaan dengan masalah yang dihadapi saat ini.
3.Memberikan dorongan kepada klien agar konsisten
terhadap program penyembuhan.
4.Memberikan informasi kepada klien dan panduan
agar dapat dipatuhi.
5.Memberi kesempatan kepada klien untuk
bekerjasama dengan perawat dalam pengaturan
diet.
6.Informasi yang diberikan kepada klien bertujuan
untuk memberikan pemahaman tentang hal-hal
yang berhubungan dengan DM dan
penanganannya.
7.Meningkatkan kesadaran klien tentang pengaturan
diet dan kebiasaan makan.
8.Memberikan kesempatan kepada klien untuk
mencari informasi tentang hal-hal yang belum
diketahui dan dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3,Jilid I, Media Aesculapius
FKUI Jakarta
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah, volume 2. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E, et all. (1999). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC
Miller, C.A. (1995). Nursing care of Older Adults, Theory and Practice. Philadelphia :
J.B. Lippincott Company
Nettina, S.M. (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Penerbit EGC Jakarta
Soeparman & Waspadji,. (1998),. Ilmu penyakit dalam, (jilid 1). Jakarta: FK UI
Utama, H. (2004). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.s Jakarta: FK UI
PB. PERKENI. (2002). Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia.
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Dr. Suparyanto, M.Kes
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
CAIRAN TUBUH Cairan tubuh adalah larutan isotonik yang tersusun atas air dan zat terlarut
(mineral) Bayi: 75 % BB air Dewasa laki: 60% BB air Dewasa wanita: 50% BB air Orang tua: 50% BB air ICF = 40%, ECF = 20% (ISF =15%, IVF = 5%) Ion Na → kation utama ECF Ion K → kation utama ICF
KETIDAK SEIMBANGAN VOLUME CAIRAN TUBUH Defisit volume ECF adalah berkurangnya cairan isotonik plasma (serta
hilangnya ion Na dan air yang relatif seimbang) → disebut dehidrasi
1. Penurunan 2% : dehidrasi ringan2. Penurunan 5% : dehidrasi sedang3. Penurunan 8% : dehidrasi berat
CAUSA DEHIDRASIEkstrarenal:
Gastrointestinal: muntah, diare, ileostomi, fistula biliaris, perdarahan Kulit: diaforesis, luka bakar Ruang ketiga: obstruksi usus, peritonitis, ascites, pankreatitis, efusi pleura,
hipoalbuminuria, fraktur paha
Renal: Penyakit ginjal: nefritis, GGA, diuretik, DM, defisiensi aldosteron, penyakit
Addison
GAMBARAN KLINIS DEHIDRASI Lesu, lemah dan lelah Anoreksia, haus, hipotensi Mukosa mulut kering, lidah kering, turgor menurun Oligouria Takikardi, pusing, sinkop Kesadaran menurun
PENATALAKSANAAN DEHIDRASIKetentuan Umum:
Berikan maintenance cairan dan ganti cairan yang hilang Ganti kehilangan cairan yang masih berlangsung, volume per volume Pemberian cairan dibagi rata dalam 24 jam, kecuali keadaan khusus
Kebutuhan volume 24 jam/m2 Maintenance: 1500 ml/m2 BSA (Body Surface Area) Kekurangan volume cairan sedang + maintenance (penurunan BB mendadak
<5%) 2400 ml/m2 BSA Kekurangan volume cairan yang berat + maintenance (penurunan BB mendadak >5%) 3000 ml/m2 BSA
KELEBIHAN VOLUME ECF Edema: penumpukan cairan interstisial yang berlebihan Edema disebabkan oleh 4 mekanisme:
1. Peningkatan tekanan hidrostatis kapiler (gagal gantung kongestif)2. COP (colloid osmotic presure) yang menurun (hipoalbumin pd sirosis)3. Peningkatan permiabilitas kapiler pada peradangan4. Obstruksi aliran limfe (post mastektomi)
GAMBARAN KLINIS OVERLOAD CAIRAN ECF Destensi vena jugularis Peningkatan tekanan v sentral (>11 cm H2O) Peningkatan tekanan darah Denyut nadi penuh, kuat Melambatnya waktu pengosongan vena tangan (> 3-5 detik) Edeme perifer dan periorbita Asites, efusi pleura
PERUBAHAN LABORATORIUM Penurunan hematokrit Protein serum rendah Ion Na serum normal, ion Na urine rendah (<10 mEq/24jam) Penambahan 2%
= kelebihan ringan Penambahan 5% = kelebihan sedang Penambahan 8% = kelebihan berat
PENATALAKSANAAN Tergantung penyebabnya → prinsip pembatasan asupan ion Na dan cairan
Edema paru → perlu tindakan cepat, untuk menghindari preload yang besar
(beban yang masuk jantung) → dengan cara: Posisi fowler, Pemberian diuretik kuat, Pemberian oksigen
KETIDAK SEIMBANGAN OSMOLALITAS Ketidakseimbangan osmolalitas adalah ketidakseimbangan konsentrasi zat
yang terlarut (mineral) dalam cairan tubuh Karena ion Na merupakan partikel utama ECF → hipo/hiperosmolalitas → mencerminkan hipo/hipernatremia Hiperglikemia → kejadian khusus pada kasus DM, akibat defisiensi H. Insulin
HIPONATREMIA Disebabkan air yang berlebihan atau ion Na yang berkurang (Na+ serum <
135 mEq/L) Menyebabkan pembengkakan sel (karena perpindahan air dari ECF ke ICF) → mengancam jiwa → jika edem terjadi di sel otak Terapi → membuang air yang berlebihan atau menganti ion Na
HIPERNATREMIA Hipernatremia: kadar Na serum >145 mEq/L → menyebabkan
hiperosmolalitas (ECF) → dehidrasi ICF dan pengerutan sel
Penyebab utamanya: Kehilangan air (mengandung Na) Penambahan ion Na dengan kekurangan air
PENATALAKSANAAN HIPERNATREMIA Menurunkan ion Na serum, sebelum mencapai kadar kritis (>160 mEq/L) Hipernatremia dengan normovolemia → D5 per oral atau IV Hipernatremia dengan hipervolemik → D5 dan diuretik Diabetes insipidus → desmopresin
HIPOKALEMIA Hipokalemia → kadar ion K serum <3,5mEq/L ( K ion utama ICF)
Hipokalemia berkaitan dengan alkalosis (karena alkalosis menyebabkan ion K berpindah dari ECF ke ICF) Etiologi: asupan K ↓, kehilangan K lewat: saluran cerna, ginjal, luka bakar
EFEK HIPOKALEMIA Perlu diingat: diuretik, digitalis, hipokalemia merupakan kombinasi yang
mematikan, karena diuretik → hipokalemia → meningkatkan efek digitalis → disritmia jantung → mati
PENATALAKSANAAN HIPOKALEMIA Prinsip: memulihkan ke normovolemia Hipokalemia → peningkatan asupan
ion K per oral atau IV (tidak boleh >20mEq/L), bolus KCl tidak boleh IV → dapat menyebabkan henti jantung
HIPERKALEMIA
Hiperkalemia: peningkatan kadar ion K serum >5,5mEq/L Hiperkalemia → keadaan darurat medis yang perlu segera dikenali dan
ditangani untuk menghindari disritmia dan henti jantung (cardiac arrest)
ETIOLOGI HIPERKALEMIA Pengambilan darah vena yang buruk → lisis sel darah → ion K keluar sel Ekskresi tidak memadai:
1. GGA dan GGK2. Insufisiensi adrenal3. Hipoaldosteronisme4. Penyakit Addison5. Diuretik hemat kalium (spironolakton)
Berpindahnya ion K dari ICF ke ECF
1. Asidosis metabolik (pada gagal ginjal)2. Kerusakan jaringan (luka bakar luas, cedera remuk berat, perdarahan internal)
Asupan yang berlebihan:
1. Pemberian cepat larutan infus IV yang mengandung ion K2. Pemberian cepat transfusi darah yang disimpan3. Makan pengganti garam pada pasien gagal ginjal
GAMBARAN KLINIS HIPERKALEMIANeuromaskuler:
kelemahan otot → paralisis flasid pd tungkai bawah lalu ke badan dan lengan, Parestesia wajah, lidah, kaki, dan tangan
Saluran cerna: Mual, diare, kolik usus
Ginjal: Oliguria → anuria
PENATALAKSANAAN HIPERKALEMIA Pada ion K sangat tinggi (7-8mEq/L) atau ada perubahan EKG sangat
mencolok → menunjukan adanya ancaman henti jantung → ion K harus dirunkan dalam waktu 5 menit →
10 ml kalsium glukonat 10% IV secara perlahan, dengan pemantauan EKG 500 ml glukose 10% dengan insulin dalam waktu 30 menit
Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa
oleh: Kuntarti, Skp., M. Biomed #
Pendahuluan
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.
Komposisi Cairan Tubuh
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Perpindahan Substansi Antar Kompartmen
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel
selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.2. Peningkatan permeabilitas.3. Peningkatan luas permukaan difusi.4. Berat molekul substansi.5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid
exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
1. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
2. mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal. 2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.
Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
2. katabolisme zat organik3. disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia,
misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh3. mempengaruhi konsentrasi ion K
bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan3. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Ketidakseimbangan Asam-Basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting.
KESIMPULAN
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN pemenuhan KEBUTUHAN DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT
I. PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatana. Identitas klien
Nama Alamat Umur Jenis kelamin Tingkat pendidikan
b. Intake dan output cairan- Intake meliputi : semua cairan yg masuk secara oral dan intravena, naogastrik dan
nasointestinal- Output : urin, insensibel water loss, drainase.
1. Uraikan kebiasaan bekemih;
2. Apakah ada perubahan baik dalam jumlah maupun.frekuensi;
3. Bagaimana karakteristik urin
4. Apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan, bila ya, melalui apa? Muntah, diare,
keringat.
Rata-rata asupan dan kehilangan cairan normal perhari untuk orang dewasa
Asupan Kehilangan
Hasil metabolisme : 300 ml
Masukan per oral : 1100 – 1400 ml
Makanan : 800 – 1000
ml
Ginjal :1200 – 1500 ml
Kulit : 500 – 600 ml
Paru : 400 ml
Sal GI : 100 – 200 ml
Total : 2200 – 2700 ml Total : 2200 – 2700
ml
c. Evaluasi status hidrasi klien meliputi adanya edema, rasa haus yang berlebihan,
kering pada membran mukosa
Baca Selengkapnya...
d. Apakah klien sedang dalam proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan dan elektrolit : DM, Kanker, Luka Bakar
e. Riwayat pengobatan yang dapat mengancam gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit : Steroid, Diuretik dan Dialisis
read more
c. Pemeriksaan Fisik
1. Integumen : turgor kulit, edeme, kelemahan otot, sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung.
3. Mata : cekung, air mata kering.
4. Neurologi : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5. Gastrointestinal : mukosa mulut kering, mulut, lidah, bising usus.
Tanda-tanda klinis dehidrasi
Tanda/gejala Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
Tingkat kesadaran Sadar letargi Pre koma
Capillary Refill 2 detik 2 – 4 detik Lebih 4 detik, akral
dingin
Membrane mucus Normal Kering Kering, pecah-pecah
Tears Normal berkurang Tidak ada
Denyut jantung Meningkat Meningkat tinggi
RR Normal meningkat Meningkat dan
hiperpnea
Td Normal Normal tapi
hipotensi bila bangun
Menurun
Pulsa / nadi Normal Terpalpasi lemah Dalam, tdk
terpalpasi.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap meliputi Haematokrit Ht dan Haemoglobin.
2. Pemeriksaan serum elektrolit : Kadar kalium, natrium, klorida dan ion bikarbonat.
3. Ph dan berat jenis urine : ph normal : 4,5 – 8 dan Bj 1.003 – 1.030
4. Analisa gas darah: 60
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Lingkup diagnosa utama:
1 Perubahan volume cairan: kelebihan
2 Perubahan volume cairan: potensial kekerungan
3 Perubahan volume cairan: actual kekurangan
III. Perencanaan dan implementasi
Tujuan
- mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- mengurangi overload
- mempertahankan berat jenis dalam batas normal.
- Menunjukkan prilaku yang dapat meningkatkan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Mencegah komplikasi akiabt pemberian terapi.
Kriteria hasil:
1 Turgor kulit elastis
2 Membran mukosa mulut lembab
3 Kelopak mata tidak cekung
4 BB stabil
5 Tidak ada keluhan mual,muntah
6 Frekuensi b a b kurang dari 4 kali, konsistensi lembek
INTERVENSI
A. Kekurangan volume cairan
1 Kaji status hidrasi: kelopak mata, turgor kulit, membrane mukosa mulut
2 Kaji dan pantau pengeluaran urin dan pemasukan cairan
3 Kaji pemahaman klien tentang perlunya mempertahankan hidrasi serta metode
mempertahankan intake cairan.
4 Kaji minuman yang disukai dan tidak disukai.
5 Anjurkan klien membuat buku catatan yg berisi asupan cairan, haluran urin dan BB
harian.
6 Timbang BB setiap hari: penurnan 2–4 % dehidrasi ringan; 5–9 % dehidrasi sedang.
7 Hindari minuman yang bersifat deuretik: kopi, teh.
8 Berikan cairan dan elektrolit sesuai program (oralit,cairan parenteral bila ada
indikasi)
9 Monitor hasil laboratorium: elektrolit, Ht, Albumin serum
10 Monitor tanda-tanda vital
11 Monitor intake dan output cairan
12 Pemberian terapi intra vena
B. Kelebihan Volume Cairan
1. Identifikasi factor penyebab (kelebihan asupan natium, asupan protein yg tdk adekut,
stasis vena).
2. catat I dan O cairan setiap hari.
3. Batasi asupan natrium
4. Anjurkan klien melakukan aktivitas horizontal (meninggikan kaki, dan aktivitas
vertical berdiri dengan kaki bergantian, hindari menyilangkan kaki.
5. letakkan ekstremitas yg edema lebih tinggi dari jantung.
6. pada pasien immobilisasi :ubah posisi setia 2 jam , lakukan ROM.
7. pada klien ang edema berat, timbang bb setiap hari.
iv. Evaluasi
a. Output urine seimbang dengan intake cairan
b. Karakteristik urine menunjukan fungsi ginjal baik
c. Pasien mengkonsumsi cairan sesuai program