asuhan kebidanan kegawat daruratan perdarahan trimester i dan iii
DESCRIPTION
bbbbbbbbbnnjjjhhhnnnTRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN PERDARAHAN
TRIMESTER I DAN III
A. Abortus
1. Definisi
Abortus didefinisikan sebagai keluarnya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari
1000 gr atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu
(manuaba,1998:214)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu0 atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan
(sarwono,2006)
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum
janin dapat bertahan hidup. Yaitu sebelum kehamilan berusia 22
minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram. Abortus
biasanya di tandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita yang
sedang hamil,dengan adanya peralatan usg sekarang dapat di
ketahui bahwa abortus dapat di bedakan menjadi 2 jenis, yang
pertama adalah abortus karena kegagalan perkembangan janin di
mna gambaran usg menunjukkan kantong kehamilan yang
kosong ,sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena
kematian janin,dimana janin tidak menunjukan tanda-tanda
kehidupan seperti denyut jantung janin atau pergerakan yang sesuai
dengan usia kehamilan (obstetric patologi fk unpad)
Sampai saat ini janin yang terkecil yang di laporkan dapat hidup
diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir,
akan tetapi karena janin yang di lahirkan dengan berat badan di
bawah 500 gram dapat hidup terus maka definisi abortus yaitu :
berakhirnya suatu ke hamilan ( oleh akibat-akibat tertentu) pada
waktu sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu hidup di luar kandungan (ilmi kebidanan ,2006)
2. Etiologi
Bebrapa faktor yang dapat menyebabkan abortus antara lain :
a. Faktor janin. Faktor jani penyebab keguguran adalah
kelainan genetic dan ini terjadi pada 50 %- 60 % kasus
keguguran, faktor kelainan yang paling sering di jumpai,
pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zogit kelainan
tersebut bisanya menyebabkan abortus pada trimester
pertama yakni : (1) kalianan telur,telur kosong ( blighted
ovum),kerusakan emrio atau kelainan
kromosom<(monosomi trisomi atau poliploldi.(2) embio
dengan kelainan local. (3) abnormalitas pembentukan
plasenta (hipoplasi trofoblas).
b. Faktor ibu
- Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan
tiroid
- Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit
lupus anti phospholipid syndrome
- Infeksi di duga akibat beberapa virus seperti cacar
air,campak jerman,toksoplasma herpes kiamidia
- Kelemahan otot leher rahim
- Kelaianan bentuk rahim
c. Faktor bapak
d. Faktor genetic
Faktor genetic dan faktor malfungsi endometrium
menyebabkan abortus dalam trimester pertama dan kelainan
anatomis menjadi sebuah abortus dalam trimester kedua atau
lebih.
3. Patofisiologi
Pada awal abortus terajdi perdarahan dalam desidua,di ikuti
nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan di
anggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila
pada kehamilan kurang dari 8 minggu nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat
di keluarkan seluruhnay. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi
khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak
dapat di lepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan
dari pada plasenta.
Hasil konsepsi pada abortus dapat di keluarakan dalam berbagai
bentuk, adanya kala kantong amnion kososng tampak di dalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) mungkin pula
janin telah mati lama (missed aborted)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas di kelarkan
ialah terjadinya maserasi kulterklapas, tengkorak menjadi lembek
perut membesar karena terasa cairan dan seluruhnya janin
berwarna kemerah-merahan. (sarwono 2006).
4. Predisposisi
Menurut sastrawinata (2004) faktor predisposisi terjadinya abortus
dapat di tinjau dari faktor ibu seperti :
a. Umur ibu : umur yang baik bagi ibu hamil dalam
melahirkan adalah kurun waktu reproduksi sehat,antara
umur 20-35 tahun, di luar umur tersebut dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin. Keadaan tersebut akan semakin menyulitkan bila
ditambah dengan tekanan psikologi ekonomi yang
memudahkan terjadinya abortus atau keguguran ,persalinan
premature dan mudah terjadi infeksi (manuaba,2010)
b. Kehamilan atau gravid: menurut manuaba 2010 gravida
adalah jumlah kehamilan yang pernah di alami ibu. Jumlah
kehamilan tau gravid merupakan penyebab di alami oleh
sang ibu dalam jumlah yang lebih atau sama dengan 5 kali
dapat membahayakan jiwa ibu.
c. Jarak kehamilan : jarak kehamilan yang ideal yaitu dua
sampai empat tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
yaitu kurang dari dua tahun menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan janin terhambat, hal ini di pengaruhi oleh
keadaan umum dan gizi ibu. Kemunduran pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan sangat erat
kaitannya dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan
efisiensi plasenta,sehingga nutrisi yang di salurkan ke bayi
terhambat dampaknya terjadilah abortus. (markum,2003)
5. Komplikasi
Komplikasi yang berbahay pada abortus ialah perdarahan
perforasi ,infeksi dan syok
- Perdarahan: perdarahan dapat di atasi dengan
pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak di
berikan pada waktunya
- Perforasi : perforasi uters pada kerokan dapat terjadi
terutama pada uterus dalam posisi hiperrentrofleksi
- Infeksi : pada abortus sptic virulensi bakteri tinggi dan
infeksi menyebabkan ke miometrium , tuba
parametrium dan peritoneum . Apabila infeksi
menyebar lebih jauh terjadilah peritonitis umum atau
sepsis dan kemungkinan diikuti oleh syok.
- Syok : syok pada abortus biasanya terjadi karena
perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
- Degenerasi gamason : keguguran dapat menjadi dikario
karsinoma sekitar 15-20%. Gejala kario karsinoma
adalah terdapat perdarahan berlangsung lama, terjadi
pembesaran /perlukaan rahim (trias akostasiston)
6. Penanganan
Secara umum penanganan di lakukan sebelum melakukan
penanganan secara khusus /spesifik lakukan penanganan awal
terllebih dahulu yang terkena abortus antara lain :
- Lakukan penilaian secara tepat/cepat mengenai keadaan
umum pasien, termasuk tanda-tanda vital (nadi tekanan
darah pernapasan dan suhu.)
- Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat
banyak,pingsan,tekanan sistolik kurang dari 90 mmhg,
nadi lebih cepat lebih dari 112x/menit
- Jika di ketahui syok, segera mulai penangana syok, jika
tidak terlihat tanda-tanda syok ,tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi karena kemungkina kondisinya bisa berubah-
ubah.
- Jika pasien dengan keadaan syok pikirkan kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu
- Pasang infuse dengan jarum besar (16 g atau lebih
besar) ,berikan larutan garam fisiologik atau ringer
laktat dengan tetesan cepat 500ml dalam 2 jam
pertama). Kemudian setelah di ketahui abortus apa yang
terjadi lakukan penanganan yang spesifik sesuai abortus
yang terjadi
B. Mola hidatidosa
1. Definisi
Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik
gestosional yang di sebabkan oleh kelaianan pada villi khoronix
yang di sebabkan oleh prolifeskasi trofoblastik dan edema.
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang
tumbuh bergana berupa gelumbung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau
mata ikon.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dengan cirri-ciri
stoma villus korialis langka,vaskularisasi dan edemotus janin
biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan
edematous itu hidup dan tum,buh terus gambaran yang diberikan
adalah gugusan buah anggur (wiknjosastro,2007)
2. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak di ketahui secara pasti, namun
faktor penyebabnya adalah :
- Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga
mati tetapi terlambat di keluarkan
- Omunoselektif dari tropoblast
- Keadaan sosio –ekonomi rendah
- Paritas tinggi, kekurangan protein, infeksi virus dan
faktor kromosom yang belum jelas.
3. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat di bagi 2 yaitu :
- Mola hidatidosa komplek (klasik) jika tidak di temukan
janin merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio
yang seluruhnya villi kariolisnya mengalami degenerasi
hidropik yang menyerupai anggur. Mikroskopik tampak
edema stroma villi tanpa sirkulasi di sertai hiperlasi dari
kedua lapisan trofoblas ,satu ovum di buahi oleh satu
sperma tapi kadang ,di buahi oleh dua sperma
(dispermi)
4. Predisposisi
- Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
- Riwayat operasi di daerah tuba dan / tubektomi
- Riwayat penggunaan akdr
- Infertilitas
- Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan
reproduktif /assited reproductive technology/art)
- Riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory
disease/pid
- Merokok
- Riwayat abortus sebelumnya
- Riwayat promiskuitas
- Riwayat seksio sesarea sebelumnya
5. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat
kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat atau pendekatan
tatalaksana. Kegagalan penengakan diagnosis secara tepat dan
cepat dapat mengakibatkan terjadinya rupture tuba atau uterus
tergantung lokasi kehamilan dan hal ini dapat menyebabkan
perdaraha massif ,syok,dic, dan kematian
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain perdrahan
infeksi ,kerusakan organ sekira (usus, kandung kemih, ureter, dan
pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait
tindakan anestesi
6. Penanganan
- Penderita yang di sangka ket harus segera di rawat inap
di rumah sakit untuk penanggulangannya
- Bila wanita dalam keadaan syok perbaiki keadaan
umunya dengan pemberian cairan yang cukup
(deksstross 5%,glokosa %% gram fisiologis dan
transfuse darah
- Setelah di diagnosisi jelas ket dan keadaan umum baik
atau lumayan baik segera lakukan laparatomi untuk
menghilangkan sumber perdarahan: dicari lalu di klem
dan di eksisi sebersih mungkin (salpingektomi)
kemudian diikat.
- Sisa darah di keluarkan dan di bersihkan supaya
penyembuhan lebih cepat
- Berikan antibiotika sesuai indikasi dan obat inflamasi
- Setelah itu pasang infuse dekstrose 5% yang berisi 50
satuan oksitosin baru setelah itu di evaluasi isi kavum
- Kalau peradarahn banyak barikan transfuse darah dan
lakukan tampon uterovaginal selama 24 jam
- Bahan jaringan dikirim untuk hispopatologik dalam 2
porsi
Porsi 1. Yang di keluarkan dengan cunam kavum
Porsi 2. Yang di keluarkan dengan kuretase.
- Berikan obat- obatan antibiotika ,uterotonika dan
perbaikan keadaan umum
- 7-10 hari sesudah kerokan pertama di lakukan kerokan
kedua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan dan di
kirim lagi hasilnya untuk lab
- Histeroktomi total di lakukan untuk resiko tinggi usia
lebih dari 30 tahun , paritas 4 tau lebih dan uterus yang
sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih
- Periksa ulang
C. Kehamilan ektopik terganggu
1. Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur
dibuahi berimplementasi dan tumbuh di luar endometrium kavum
uteri (ilmu kebidanan,2002)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di luar rahim (uterus).
Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi diberbagai segmen tuba
fallopi dengan 5% sisanya terdapat di ovarium , rongga peritoneum
atau di dalam serviks.
2. Etiologi
Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri
menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita
kehamilan ektopik.
a. Infeksi saluran telur (salpingitis) dapat menimbulkan
gangguan pada matilitas saluran telur
b. Riwayat operasi tuba
c. Cacat bawaan pada tuba seperti tuba sangat panjang
d. Kehamilan ektopik sebelumnya
e. Aborsi tuba dan memakai iud
f. Kelainan zigot yaitu kelaianan kromosom
g. Bekas radang pada tuba : disini radang menyebabkan
perubahan-perubahan pada endosalping sehingga walaupun
fertiusasi dapat terjadi gerakan ovum ke uterus terlambat
h. Abortus buatan
3. Tanda dan gejala
Tanda
a. Nyeri abdomen bawah dan pelvic, di sertai amenorchea
atau spotting atau perdarahan vaginal
b. Menstruasi abnormal
c. Abdomen dan pelvis yang lunak
d. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong kesatu sisi
oleh massa kehamilan atau tergeser akibat perdarahan.
e. Penurunan tekanan darah takikardi bila terjadi hipovelemi
f. Kolaps dan kekebalan
g. Pucat
h. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
i. Nyeri palpasi perut terasa tegang dan agak gembung
j. Gangguan kencing
k. Pembesaran uterus
l. Nyeri pada toucher
m. Tomur dalam rongga panggul
n. Perubahan darah
Gejala
a. Nyeri
b. Perdarahan
c. Amenorhea
4. Patofisiologi
Proses implantasi ovun di tuba pada dasarnya sama dengan yang
terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnor atau
interkolumnor. Pada nidasi secara kolomnar telur bernidasi pada
ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur,selanjutnta
di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati
secara dini dan direabsorbi. Pada nidasi interkulumnar telur
bernidasi antara dua jonjot endosalping.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan
antara 6-1- minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil
konsepsi tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam
uterus. Beberapa yang mungkin terjadi.
- Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
- Abortus ke dalam lumen tuba
- Rupture dinding tuba
5. Predisposisi
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
- Riwayat operasi di daerah tuba dan/atau tubektomi
- Riwayat penggunaan akdr
- Infertilitas
- Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif
(assisted reproductive technology/art)
- Riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory
disease/pid
- Merokok
- Riwayat abortus sebelumnya
- Riwayat promiskuitas
- Riwayat seksio sesarea sebelumnya
6. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat
kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan
tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat
dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan
masif, syok, dic, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah
perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih,
ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi
terkait tindakan anestesi.
7. Penanganan
Tatalaksana umum
- Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid nacl 0,9% atau
ringer laktat (500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2 l dalam 2
jam pertama.
- Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
Tatalaksana khusus
- Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi
- Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba
fallopii:
Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi
(eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)
Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan
salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi
dikeluarkan, tuba dipertahankan)
Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk
penggunaan kontrasepsi.jadwalkan kunjungan ulang setelah 4
minggu. Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus
60 mg/hari selama 6 bulan
D. Kehamilan mola hidatidosa
1. Definisi
Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional,
yang disebabkan oleh kelainan pada villi khorionik yang disebabkan
oleh proliferasi trofoblastik dan edem
2. Diagnosis
- Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga berjumlah
banyak
- Mual dan muntah hebat
- Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
- Tidak ditemukan janin intrauteri
- Nyeri perut
- Serviks terbuka
- Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin
- Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis)
Penegakkan diagnosis kehamilan mola dapat dibantu dengan
pemeriksaan usg
3. Predisposisi
a. Umur : kehamilan yang terlalu muda /tua
mola lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur <>
35 tahun, pada usia 45 tahun biasanya kejadian hamil mola 10x
lebih tinggi
b. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
c. Etnik : lebih banyak dijumpai pada mongoloid dari pada
kalikasis
d. Genetic : wanita dengan balanced translacation mempunyai
resiko lebih tinggi
e. Gzi : molahidatisoda banyak di temukan pada mereka yang
kekurangan protein
f. Sosial ekonomi rendah
g. Paritas tinggi
4. Komplikasi
a. Karena perdarahan yang berulang bisa menyebabkan anemia
b. Syok
c. Infeksi
d. Perforasi misalnya oleh banyak mola distruens di mana
gelembung menembus dinding rahim
e. Resiko tinggi terjadi keganasan
(koriokarsinoma ).koriokarsinoma setelah molahidatidosa antar
2-8% dan makin tinggi pada umur tua (mansjoer, 2001)
5. Penanganan
a. Terapi
- Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola ,atasi syok
dan perbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan dan
transfuse darah. Tindakan pertama dengan manual digital baru
setelah itu evaluasi sisanya dengan kuratase.
- Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil
Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperbesar
permukaan selama 12 jam.
- Lakukan evakuasi dengan menggunakan aspirasi vakum
manual (avm) dan kosongkan isi uterus secara cepat (lihat
lampiran a.3 dan a.4). Pastikan tersedia tiga tabung avm yang
siap dipakai karena banyaknya jaringan yang dievakuasi.
Aspirasi vakum elektrik lebih diutamakan bila tersedia.
- Sementara proses evakuasi berlangsung, pasang infus oksitosin
10 unit dalam 500 ml nacl 0.9% atau rl dengan kecepatan 40-60
tetes/menit untuk mencegah perdarahan.
- Ibu dianjurkan menggunakan kontrasepsi hormonal bila masih
ingin memiliki anak, atau tubektomi bila ingin menghentikan
kesuburan
- Selanjutnya ibu dipantau:
o Pemeriksaan hcg serum setiap 2 minggu.
o Bila hasil hcg serum terus menetap atau naik dalam 2
kali pemeriksaan berturut-turut, ibu dirujuk ke rumah sakit
rujukan tersier yang mempunyai fasilitas kemoterapi.
o Hcg urin yang belum memberi hasil negatif setelah 8
minggu juga mengindikasikan ibu perlu dirujuk ke rumah
sakit rujukan tersier
E. Solusio plasenta
1. Definisi
Solusio plasenta merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri yang terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.
Kejadian ini sering terjadi dalam kehamilan triwulan ketiga dan bisa
juga pada setiap saat dalam kehamilan > 22 minggu dengan berat janin
> 500 gram disertai dengan pembekuan darah.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan yang tejadi pada
kehamilan 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. (rustam 2002).
Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunya plasenta
itu secara terlepasnya anak lahir jadi plasenta terlepas sebelum waktu
kalau terlepas sebelum anak lahir.
Jadi definisi yang lengkap ialah : solusio plasenta adalah sebagian atau
seluruhnya plasenta yang normal implantasinya antara 22 minggu dan
lahirnya anak (menurut buku obstetric patologi 2002)
2. Jenis –jenis solusio plasenta
Menurut cara terlepasnya di bagi menjadi : solusio plasenta parsialis di
mana hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas dari
tempatnya perlekatannya : solusio plasenta totalis atau komplit di
mana plasenta terlepas seluruhnya dari tempat perlekatannya
Secara klinis solusio plasenta di bagi menjadi :
- Solusio plasenta ringan
- Solusio plasenta sedang
- Solusio plasenta berat
3. Diagnosis
a. Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap
b. Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika
solusio plasenta relative baru
c. Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar
d. Anemia berat
e. Gawat janin atau kehilangan denyut jantung janin
f. Uterus tegang terus-menerus
4. Etiologi
Solusio plasenta hingga kini belum di ketahui jelas walaupun beberapa
keadaan tertentu dapat menyertai.:
a. Preeklamsia
b. Hipertensi kronis
c. Merorok
d. Hidraminion
e. Kehamilan kembar
f. Pecandu alcohol
g. Riwayat solusio plasenta
h. Mioma uteri
i. Penggunaan cocain
5. Patofisologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan menderita, perdarahan antar uterus dan
plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalapun tidak jelas.
Kejadian baru di ketahui setelah plasenta lahir yang pada pemeriksaan
di dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan
darah yang berwarna kehitam –hitaman.
Biasanya peradarahan akan berlangsung terus – menerus karena otot
uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk
lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya,
hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sabagian dan
seluruhnya plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau
mengadakan ekstravasasi di antara serabut – serabut otot uterus.
Oleh karena itu didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka
uterus tak mampu berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah
tersebut. Darah dapat merembes ke pinggiran membrane dan keluar
dari uterus maka terjadilah perdarahan yang keluar (revraled
hemorrhage).
Perdarahan
- Terjadi efusi darah di belakang plasenta dengan tepi yang
masih utuh
- Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput
ketuban masih menempel dengan baik pada dinding uterus
- Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan
selaput ketuban
- Kepala janin umumnya sangat menekan sbr sehingga darah
sulit keluar
- Bekuan darah dapat masuk ke dalam miometrium sehingga
menyebabkan uterus couvellair.
6. Komplikasi
Komliukasi yang terjadi bisa pada ibu maupun janin yang di
kandungnya dengan criteria :
- Komplikasi pada ibu yaitu perdarahan yang dapat
menimbulkan variasi turunya tekanan darah sampai keadaan
syok, perdarahan tidak sesuai penderita anemis sampai syok
kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
- Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit kedalam
sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravskuler
dan di sertai homolisis terjadinya penurunan fibrinogen
sehingga hifobrigen dapat mengganggu pembekuan darah.
- Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomelurus ginjal
dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
- Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai
berat terjadi infilirasi darah ke otak rahim, sehingga
mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena
atonia uteri, kegagalan pembekuan darah menambah beratnya
perdarahan.
- Sementara komplikasi yang terjadi pada janin antar lain :
asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin, karena
perdarahan yang tertimbun di belakang plasenta yang
mengganggu sirkulais dan nutrisi kea rah janin. Rintangan
kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
tergantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari
implantasinya di fundus uteri.
-
7. Predisposisi
- Hipertensi
- Versi luar
- Trauma abdomen
- Hidramnion
- Gemeli
- Defisiensi besi
8. Penanganan
Penangan pada pasien yang mengalami solusio palsenta tergantung
dari berat ringannya kejadian dibawah ini akan di jelaskan antar lain :
a. Pada kondisi solusio plasenta ringan, jika keadaan janin masih baik
dapat dilakukan penanganan secara konservatif kemudian,
menganjurkan ibu untuk melakukan posisi semi fowler atau
setengah duduk, mengobservasi tanda-tanda vital 15 menit
memantau bunyi jantung
b. Inspeksi tempat perdarahan, menganjurkan ibu untuk melakukan
pemeriksaan cardiotopografi ctg) untuk meminitor keadaan janin,
jika perdarah berhenti dan keadaan janin baik pada kehamilan
premature, menganjurkan ibu untuk di rawat inap, bila ada
perbaikan (perdarahan berhenti kontraksi uterus tidak ada dan janin
hidup ) menganjurkan ibu melakukan pemeriksaan usg dan ktg lalu
tunggu persalinan spontan bila ada perburukan bila ada perburukan
(perdarahan berlangsung terus-menerus dan uterus berkontraksi ini
dapat mengancam ibu dan janin. Usahakan partus pervaginam
dengan anatomi atau oksitosin bila pembukaan > 6 cm. Jika terus
perdarahan ,skor pelvic kurang dari suatu persalinan masih lama
pembukaan 6 cm, maka segera lakukan seksio sesarea.
c. Solusio plasenta sedang : lakukan pemasangan infuse rl 20
tets/menit dan transfuse darah, melakukan pemecahan ketuban,
melakukan induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea
d. Solusio plasenta berat : melakukan rujukan kerumah sakit,
sebelumnya melakukan : memperbaiki keadaan umum ibu,
melakukan penmasangan infuse rl 20 tets/menit, tidak
diperbolehkan melakukan pemeriksaan dalam saat merujuk harus
diantar oleh petugas kesehatan yang dapat pertolongan
mempersiapkan donor darah dari masyarakat atau keluarganya.
F. Plasenta previa
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta ada didepan jalan lahir (proe:
didepan vias:jalan) , jadi yang di maksud adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi
seluruhnya atau sebagian ostium internum , implantasi plasenta
yang normal adalah pada dinding depan atau dinding belakang
rahim di daerah fundus uteri. ( winjnjosatro 1999)
2. Tanda dan gejala
a. Perdarahan pervaginam, wran merah segar dan tampa nyeri
biasanya berulang
b. Bagian terdepan janin tinggi (poating)sering di jumpai kelainan
letak janin
c. Bagian terbawah janin belum masuk panggul
d. Tidak di sertai gejala nyeri (tanda khas plasenta previa)
e. Pada pemeriksaan jalan lahir teraba jarinagn plasenta (lunak)
f. Dapat disertai gawat janin sampai kematian janin tergantung
beratnya.
3. Diagnosis
Menurut mochtar (1998) diagnosis ditegakkan dengan adanya gejal
–gejala klinis dan beberapa pemeriksaan sebagi berikut
a. Anamnesa plasenta previa
- Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu
- Sifat perdarahan tanpa sebab (causeless) tanpa nyeri (painless)
dan berulang (recurrent)
b. Infeksi
- Dapat dilihat dari pendarahan pervaginam banyak sedikit darah
beku
- Kalau sudah darah banyak maka ibu kelihatan pucat/anemis
c. Palpasi abdomen
- Janin yang belum cukup bulan , fundus uteri masih rendah
- Sering di jumpai kelainan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun
- Dapat dirasakan suatu bantalan di sbr
d. Pemeriksaan fisik ibu
- Di jumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampi syok
- Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai
koma
- Pada pemeriksaan dapat dijumpai tekanan darah ,nadi, dan
pernapasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi dan
pernapasan meningkat dan daerah ujung menjadi dingin serta
tampak anemis
4. Etiologi
Perdrahan tanpa alas an dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama dan pertama dari plasenta previa. Dengan bertambahnya
tua kehamilan segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi
dan serviks akan membuka. Apabila plasenta tumbuh pada
segmen bawah uterus, perlebaran segmen bawaan uterus dan
pembukaan serviks tidak dapat di ikuti oleh placenta yang
melekat di situ tanpa terlepasnya. Sebagian plasenta dari
dinding uterus pada saat itulah mulai terjdi perdarahan.
Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang
disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna hitam –
kehitaman (winkjosastro 1999)
5. Predisposisi
Menurut mochtar 1998, faktor predisposisi dan presipitasi yang
dapat mengerti bahkan terjadinya plasenta previa yaitu :
a. Melebarnya pertumbuhan plasenta
- Kehamilan kembar (gemeli)
- Tumbuh kembang plasenta tipis
b. Kurang suburnya endometrium
- Malnutrisi ibu hamil
- Melebarnya plasenta karena gemeli
- Bekas seksio sesarea
- Sering di jumpai pada grandemultipara
c. Terlambat implantasi
- Endometrium fundus kurang subur
- Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk
blastula yang siap untuk nidasi
6. Patofisologi
Perdarahan anterpatum akibat plasenta previa sejak kehamilanb 10
minggu saat segmen uterus membentuk mulai dari melebar serta
menipis umumnya terjadi pada ttrimester ketiga karena segmen
bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan segmen bawah
uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek
karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan
sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segemn bawah uterus untuk
berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. Segmen bawah
uterus pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks
tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di dinding uterus.
Pada saat ini mulailah terjadi perdarahan, darah berwaran merah
segar.
7. Komplikasi
Menurut manuaba (2001)
a. Komplikasi pada ibu
- Perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan
insersio di depan, infeksi karena anemis, robekan implantasi
plasenta dibagian belakang segmen bawah rahim, terjadinya
rupture uteri karena susunan jarinagn rapuh dan sulit
diketahui.
b. Komplikasi pada janin
- Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi ,mudah
infeksi karena anemia sertai daya tahan rendah, asfiksia
intrauterine
c. Prolaps tali pusat
d. Prolaps plasenta
e. Plasenta melekat
f. Infeksi karena perdarahan banyak
8. Penanganan
a. Terapi ekspresif
Syarat-syarat terapi ekspresif
- Keadaaan umum ibu baik
- Rawat inap, istirahat baring berikan antibiotika prolaksis
- Lakukan pemeriksaan usg untuk mengetahui implantasi
plasenta usia kehamilan letak dan presentasi janin
- Berikan tokolitik bila ada kontraksi mgso4 iv dosis awal di
lanjutkan 4 g setiap 6 jam, hiferidin 3x20 mg/hari,
betamethason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan
paru janin
- Uji pematangan paru janin
b. Terafi aktif
- Wanita hamil i atas 22 minggu engan perdarahan
pervaginam yang aktif an banyak, harus segera
ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin.
- Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan di
penuhi lakukan pdmd
1) Transfuse darah telah terpasang kamar dan tim
operasi siap
2) Kehamilan >37 minggu (berat badan > 2500 gram)
dan inpartu
3) Janin telah meninggal atau terdapat anomaly
congenital mayor
4) Perdarahan bagian terbawah janin telah jauh
melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada
palpasi lua).
G. Rupture uteri
1. Definisi
Rupture uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim
akibat dilampauinya daya regang miometruim.
rupture uteri adalah robekan dinding uterus pada saat kehamilan
atau sadalam persalinan dengan tanpa robeknya perineum visceral
(obsetri ginekologi)
2. Tanda dan gejala
- Paritas
a) Nyeri tajam yang sangat pada abdomen bawah saat
kontraksi hebat memuncak
b) Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa
nyeri
c) Perdarahan vagina (dalam jumlah sedikit atau
hemoragi)
d) Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi
meningkat,tekanan darah menurun dan nafas pendek
(sesak)
e) Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan
temuan terdahulu
f) Bagian presentasi ddapat digerakkan di atas rongga
panggul
g) Janin dapat teroposisi atau relaksasi secara dramatis
dalam abdomen ibu
h) Bagian janin lebih muah di palpasi
i) Gerakan janin dapat lebih kuat an kemudian menurun
menjadi tidak ada gerakan djj sama/sekali djj masih
terdengar
j) Lingkar uterus an kepadatannya (kontraksi) dapat
dirasakan di samping janin (janin seperti berada di luar
uterus)
- Tenang
a) Kemungkinan terjadi muntah
b) Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
c) Nyeri berat pada suprapubis
d) Kontraksi uterus hipotonik
e) Perkembangan persalinan menurun
f) Perasaan ingin pingsan
g) Hemturi (kadang-kadang kencing darah)
h) Perdarahan vagina
i) Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek
pada serviks atau kontraksi mungkin tidak di rasakan
j) Djj mungkin akan hilang
3. Etiologi
a. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
b. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan
yang lama
c. Presentasi abnormal (terutama terjadi penipisan pada
segmen bawah uterus)
4. Predisposisi
a. Multiparitas/grandemultipara
b. Pemakaian oksitosin untuk induksi/stimulasi persalinan
yang tidak tepat
c. Kelaianan letak an implantasi plasenta umpamanya paa
plasenta akreta plasenta,inkerta plasenta perkreta.
d. Kelainan bentuk uterus umpamanya uterus bikornis
e. Hidramion.
5. Patofisiologi
a. Rupture uteri spontan terjadi secara spontan pada uterus
yang utuh (tanpa parut)
b. Rupture uteri traumatic rupture uteri yang di sebabkan oleh
trauma dapat terjadi karena jatuh/kecelakaan
6. Komplikasi
a. Gawat janin
b. Syok hipovelemik
c. Sepsis
d. Kecacatan dan morbiditas
7. Penanganan
a. Perbaikai kehilangan darah dengan pemberian infuse
intravena cairan (nacl 0.9% atau ringer laktat) sebelum
pembedahan
b. Siapkan untuk transfuse darah
c. Lakukan seksio sesarea segera lahir bayi dan dilahirkan
plasenta segera setelah kondisi ibu stabil
d. Jika nuterus dapat iperbaiki dengan seksio operasi lebih
rendah dari pada resiko paa histerektomi dan ujung rupture
uterus tidak relaksasi lakukan histerektomi, tindakan ini
mengurangi waktu dan kehilangan arah saat histerektomi
e. Lakukan perbaikan robekan pada dinding uterus
(histerektomi).