asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan halusinasi
DESCRIPTION
ccccccTRANSCRIPT
Asuhan keperawatan pada Klien dengan Gangguan Halusinasi
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HALUSINASI
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
OLEH :
Ani Nurjanah (NIM: 044 143 11 003)
AisaWanci (NIM : 044 143 11 003 )
Falia Dwi Mentari (NIM: 044 143 11 004)
Ira Puji Sariyanti ( NIM: 044 143 11 007)
Akademi Keperawatan Kebonjati
Bandung
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan
karunianyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini, juga kepada orang tua kami yang
telah memberikan dorongan baik moril maupun materil serta semangat kepada penyusun.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami mengenai asuhan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, mengingat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun semangat, agar
kedepan kami bias membuat makalah dengan lebih baik. Dan kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami, khususnya pembaca dan pihak yang memerlukan pada umumnya.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat serta karunianNya kepada semua pihak yang
telah turut membantu penyusunan makalah ini.
Penulis
Bandung, 17 Mei 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata Keperawatan Jiwa. Dimana dapat mengetahui tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.
B. TUJUAN
Makalah ini di harapkan dapat membantu mahasiswa untuk
1. Mengerti dan mengetahui pengertian dari halusinasi
2. Mengetahui asuhan keparawatan pada pasien dengan halusinasi
C. SISTEMATIKA PENULISAN
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
BAB II : ISI
A. Pengertian Halusinasi
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Tanda dan Gejala
E. Penatalaksanaan
F. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi
BAB III: PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat simulus
(Yosep, 2009).
Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or experiences”
yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera. (Sundeen's, 2004).
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang
pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,
psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).
Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan bentuk kesalahan
pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang
adekuat.
B. Klasifikasi
Menurut Maramis, (1995) terdapat beberapa jenis halusinasi di antaranya:
1. Halusinasi penglihatan ( visual, optik ) :
tak berbentuk ( sinar, kalipan atau pola cahaya ) atau berbentuk ( orang, binatang atau barang
lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak
2. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) :
suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik
3. Halusinasi pencium (olfaktorik) :
mencium sesuatu bau
4. Halusinasi pengecap (gustatorik) :
merasa/mengecap sesuatu
5. Halusinasi peraba (taktil) :
merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya
6. Halusinasi kinestetik :
merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak (umpamanya
anggota badan bayangan atau “phantom limb”).
7. Halusinasi viseral :
perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
8. Halusinasi hipnagogik :
terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja
salah
9. Halusinasi hipnopompik : seperti no.8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun samasekali dari
tidurnya.
Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.
10. Halusinasi histerik : timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.
C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang meenyebabkan halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan
lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan,
kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami
seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan
zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung
mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini
f. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah :
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (1999) dikutip
oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri;
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon verbal yang lambat.;
3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain;
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata;
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi dengan
pengalaman sensorinya;
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan takut;
8. Sulit berhubungan dengan orang lain;
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;
E. Penatalaksanaan
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan
ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau
mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya
pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
2. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong
pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,
majalah dan permainan.
3. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang
di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati
agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
4. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang
merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat
dengan pasien.
5. Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan
gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
6. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga pasien dan petugas lain
sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam
proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia
sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu
tidak terdengar jelas.
Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga
pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.
Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi
1. Pengkajian
Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki
klien (Keliat, 2005).
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir pengkajian
dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.
Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut :
a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui observasi atau
pemeriksaan langsung oleh perawat.
b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini
diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data yang langsung didapat
oleh perawat disebut sebagai data primer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan
lain sebagai data sekunder.
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang
dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut :
a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
1) Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya memerlukan pemeliharaan
kesehatan dan memerlukan tindak lanjut secara periodik karena tidak ada masalah serta klien
telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.
2) Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi, sebagai program
antisipasi terhadap masalah.
b. Ada masalah dengan kemungkinan
1) Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.
2) Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung merumuskan masalah
keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID pada tahun 1983 dan INJF di tahun 1996,
umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon
masalah (Keliat, 2005).
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah utama adalah
prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah
utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari
beberapa masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula
disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat adalah adalah salah
satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama.
Berikut adalah pohon masalah dengan masalah utama perubahan persepsi sensori :
halusinasi.
Gambar 2.2 Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Keliat, 2005)
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Stuart dan Laraia yang dikutip oleh Keliat (2005) diagnosa keperawatan adalah
identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik aktual maupun potensial.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul klien dengan masalah utama perubahan persepsi
sensori : halusinasi menurut Yosep (2009) adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan.
b. Perubahan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi sosial.
d. Harga diri rendah kronis.
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan atau perencanaan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi
keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan
tujuan pemulangan (Doenges, 1999).
Intervensi keperawatan klien dengan masalah utama perubahan persepsi sensori halusinasi
(Komite Keperawatan RSKD. Atma Husada Mahakam Samarinda, 2009) adalah :
a. Membina Hubungan Saling Percaya
1) Klien
a) Tujuan
Klien mampu membina hubungan saling percaya.
b) Kriteria evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keadaannya saat ini secara verbal.
c) Iintervensi
(1) Salam terapeutik;
(2) Perkenalkan diri;
(3) Jelaskan tujuan interaksi;
(4) Ciptakan lingkungan yang tenang;
(5) Buat kontrak yang jelas;
(6) Yakinkan bahwa kerahasiaan pasien senantiasa terjaga;
(7) Tanyakan harapan terhadap pertemuan.
2) Keluarga
a) Tujuan
Keluarga mampu membina hubungan saling percaya.
b) Kriteria evaluasi
Keluarga dapat mengungkapkan perasaannya dan keadaannya pasien saat ini.
c) Intervensi
(1) Salam terapeutik;
(2) Perkenalkan diri
(3) Jelaskan tujuan interaksi;
(4) Ciptakan lingkungan yang tenang;
(5) Buat kontrak yang jelas;
(6) Tanyakan harapan terhadap pertemuan;
(7) Tepati waktu
b. Rencana Tindakan Keperawatan Pada Klien Halusinasi
1) Klien
a) Tujuan
Klien mampu : mengenali halusinasi yang dialaminya, mengontrol halusinasinya, dan mengikuti
program pengobatan secara optimal.
b) Kriteria evaluasi
(1) Tujuan
Klien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan dan mampu
memperagakan cara mengontrol halusinasinya.
(2) Klien dapat menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara
bercakap-cakap dengan orang lain.
(3) Klien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu membuat jadwal
kegiatan sehari-hari serta mampu memperagakannya.
(4) Klien mampu menyebutkan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan mampu menyebutkan
manfaat dari program pengobatan.
c) Intervensi
(1) Bantu klien mengenal halusinasinya :
(a) Isi;
(b) Waktu terjadinya;
(c) Frekuensi;
(d) Situasi pencetus;
(e) Perasaan saat terjadi halusinasi.
(2) Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, tahapan tindakannya meliputi :
(a) Jelaskan cara menghardik halusinasi;
(b) Peragakan cara menghardik;
(c) Minta klien memperagakan ulang;
(d) Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku klien;
(e) Masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari.
2) Keluarga
a) Tujuan
Keluarga mampu merawat klien dengan halusinasi di rumah dan menjadi sistem pendukung yang
efektif bagi klien.
b) Kriteria evaluasi
(1) Keluarga mampu menjelaskan tentang halusinasi.
(2) Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara
merawat klien serta mampu membuat jadwal keluarga.
(3) Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu melaksanakan follow
up rujukan.
(4) Intervensi
(a) Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat kllien;
(b) Jelaskan tentang pengetahuan tentang halusinasi;
c. Rencana Tindakan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial
1) Klien
a) Tujuan
Klien mampu : menyadari penyebab isolasi sosial dan berinteraksi dengan orang lain.
b) Kriteria evaluasi
(1) Klien dapat menyebutkan : mengenal penyebab isolasi sosial, menyebutkan keuntungan dan
kerugian berinteraksi dengan orang lain, dan melakukan interaksi dengan orang lain secara
bertahap (dengan seorang perawat).
(2) Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap (dengan 1 orang klien).
(3) Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap (dengan 2 orang klien atau
lebih).
2) Keluarga
a) Tujuan
Keluarga mampu merawat klien dengan isolasi sosial di rumah dan menjadi sistem pendukung
yang efektif bagi klien.
b) Kriteria evaluasi
(1) Keluarga mampu menjelaskan tentang : pengertian isolasi sosial, tanda dan gejala isolasi sosial,
penyebab isolasi sosial, dampak isolasi sosial, cara merawat klien isolasi sosial, sikap keluarga
untuk membantu klien mengatasi isolasi sosial, pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah
putus obat, tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi klien.
(2) Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara
merawat klien serta mampu membuat jadwal keluarga
(3) Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara
merawat klien serta mampu membuat jadwal keluarga.
(4) Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu melaksanakan follow
up rujukan.
c) Intervensi
(1) Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat klien;
(2) Jelaskan tentang :
(a) Pengertian tentangisoalsi sosial;
(b) Tanda dan gejala isolasi sosial;
(c) Penyebab klien isolasi sosial;
(d) Dampak menarik diri (cara berkomunkasi, pemberian obat, dan pemberian aktifitas kepada
klien).
3) Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau;
4) Bermain peran cara merawat klien;
5) Rencana tindak lanjut keluarga dan jadwal keluarga untuk merawat klien.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan
komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan tehnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistemis,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi
(Asmadi, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien (Keliat, 2005). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir.
S, merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dapat diukur dengan menanyakan “bagaimana perasaan Ibu setelah latihan nafas dalam?”.
O, merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan. Atau
menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil
observasi.
A, adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah
yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P, merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien
yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh perawat.
6. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting dari praktik keperawatan yaitu sebagai
segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti
bagi individu yang berwenang. Dokumentasi keperawatan juga mendeskripsikan tentang status
dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan klien
(Potter & Perry, 2005). Dokumentasikan semua tindakan beserta respon klien (Keliat, 2005).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Jadi dari beberapa pendapat dapat di simpulkan bahwa halusinasi ialah adanya rangsang
apapun pada panca indera seorang, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, atau bentuk
kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus
fisik yang adekuat.
B. Saran
Akhirnya terselesaikannya makalah ini kami selaku mahasiswi menyadari dalam penyusunan
makalah ini yang membahas tentang sistem perkemihan masih jauh dari kesempurnaan baik dari
tata cara penulisan dan bahasa yang dipergunakan maupun dari segi penyajian materinya.
Untuk itu kritik dan saran dari pembimbing atau dosen yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini yang bersifat positif dan membangun sangat kami harapkan supaya dalam penugasan
makalah yang akan datang lebih baik dan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :EGC.
Doenges, Mrylin E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.