asuhan keperawatan pada lansia tn. m dengan …
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA TN. M DENGAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR RASA AMAN DAN
NYAMAN PADA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
PENGLIHATAN: KATARAK DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA BUDI MULIA 2
CENGKARENG
TANGGAL 4-6 2017
Disusun Oleh :
ABDUL MUSLIMIN
2014750001
PROGRAM STUDI D IIIKEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur saya Kepada Allah Azza Wajalla, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua makhluknya, sehingga dengan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada Lansia Tn. M Dengan Katarak” di Panti Sosial Tresna Wreda
Budhi Mulia 2 Cengkareng”.
Selama proses pembuatan laporan kasus ini, penulis banyak menemui hambatan
dan kesulitan, namun berkat pembimbing dan pengarahan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan UMJ
2. Ibu Ns. Titin sutini, M.Kep.,Sp. Kep.An Selaku Ka, Prodi FIK UMJ
3. Ibu Ns. Lily Herlina, M.Kep.Sp.Kep.Kom selaku dosen dan pembimbing
Keperawatan Gerontik yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan dan
pengarahan yang sangat berguna dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, serta
selaku penguji pertama pada ujian akhir program studi DIII Keperawatan FIK
UMJ.
4. Drs.Dedi Muhdiana, M.Kes selaku wali tingkat angkatan 32 yang telah
menemani dan membimbing kami dengan penuh kesabaran selama 1 tahun.
5. Ibu Yuli Selaku Pembimbing Lapangan saat Praktek di Panti Sosial Tresna
Wreda Budhi Dharma Bekasi.
6. Dosen dan para stap D III Keperawatan RSIJ FIK UMJ yang telah banyak
memberikan ilmu dan mengajari saya selama 3 tahun ini.
7. Kepala ruangan dan staf yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Darma Bekasi yang telah memberikan data-data untuk menujang karya tulis
ilmiah..
v
8. Orang tua tercinta dan keluarga yang telah banyak memberikan motivasi dan
do’a dari awal sampai ahkir pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Tim georontik (Abdul, Dika, Veggi, Mitha, Windi, Eka, Lala, Wardah.) terima
kasih atas kerja samanya dengan baik dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini tepat pada waktunya bersama-sama.
10. Temen seperjuangan selama di kampus yaitu: (Abdul Muslimin, Dika Fernanda,
Satya wira wijakasana)
11. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi angkatan 32 yang telah banyak
memberikan dukungan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir dari penulis menyadari dari Karya Tulis Ilmiah ini banyak kekurangannya,
oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran ataupun
kritikan yang membangun dari semua pihak dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak terutama bidang kesehatan.
Jakarta, 8 Juni 2017
Abdul Muslimin
2104750001
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJAN ……………………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 4
1. Tujuan Umum ............................................................................. 4
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 5
C. Ruang Lingkup ................................................................................... 5
D. Metode Penulisan ............................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................... 7
A. Konsep Dasar Proses Menua .............................................................. 7
1. Pengertian .................................................................................... 7
2. Klasifikasi Lanjut Usia ................................................................ 8
3. Teori Proses Menua..................................................................... 8
4. Perubahan Terjadi pada Lansia ................................................... 11
B. Konsep Dasar Masalah Kesehatan Katarak ....................................... 28
1. Pengertian .................................................................................... 28
2. Klasifikasi ................................................................................... 29
3. Etiologi ........................................................................................ 30
4. Patofisiologi ................................................................................ 32
5. Manifestasi Klinis ....................................................................... 32
6. Komplikasi .................................................................................. 33
7. Penatalaksanaan .......................................................................... 34
8. Data Penunjang ........................................................................... 35
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia .................................................... 35
D. Konsep Proses Keperawatan Lansia .................................................. 37
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................. 37
vii
2. Diagnosa Keperawatan................................................................ 43
3. Perencanaan Keperawatan .......................................................... 44
4. Pelaksanaan Keperawatan ........................................................... 51
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 52
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................... 53
A. Pengkajian Keperawatan ............................................................. 53
B. Diagnosa Keperawatan................................................................ 65
C. Perencanaan Keperawatan .......................................................... 68
D. Pelaksanaan Keperawatan ........................................................... 75
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 81
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 91
A. Pengkajian Keperawatan ............................................................... 91
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 93
C. Perencanaan Keperawata .............................................................. 94
D. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................. 95
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 95
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 97
A. Kesimpulan .................................................................................. 97
B. Saran ............................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................99
LAMPIRAN.......................................................................................................100
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dampak ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dalam bidang
kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu
”melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka
kematian, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga
kualitas dan umur harapan hidup meningkat (Nugroho, 2008). Usia Harapan
Hidup (UHH) adalah salah satu indikator pembangunan kesehatan.
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (2011), pada tahun 2005-
2010 UHH adalah 69,1% dan pada tahun 2010-2015 UHH meningkat menjadi
70,1%, angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan
UHH menjadi 77,6% (kemenkes, 2013).
Saat ini, diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta
jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025,
usia lanjut akan mencapai 1,2 milyar. Indonesia salah satu Negara
berkembang yang mengalami peningkatan penduduk lanjut usia. Jumlah
penduduk berusia 60 tahun keatas makin meningkat. Pada tahun 2016 jumlah
lansia mencapai 25 juta, pada tahun 2020 menjadi 28,7 juta atau 11,34 %,
sedangkan pada tahun 2050 diperkirakan akan terdapat 80 juta lansia, dengan
rasio 60-69 tahun berjumlah 35,8 juta dan 80 tahun keatas berjumlah 11,8
juta. Berdasarkan BPS, Susenas (2014), prevlensi lansia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan terdapat empat provinsi dengan proporsi lansia
terbesar yaitu Yogyakarta 13,05 %, Jawa Tengah 11,11 %, Jawa Timur 10,96
% dan Bali 10,05 %. Sementara itu terdapat tiga provinsi dengan proporsi
terkecil yaitu Papua 2,43 %, Papua Barat 3,62 %, dan Kepulauan Riau 3,75%.
Dengan meningkatnya jumlah Lanjut usia (lansia) harus mendapatkan
perhatian khusus untuk kesejahteraan baik dari pemerintah, lembaga
2
masyarakat, maupun dari masyarakat itu sendiri. Perhatian yang diberikan
dapat bersumber dari berbagai aspek, baik aspek kehidupan, sosial, ekonomi,
dan kesehatan.
Menurut Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Nugroho, 2012). Proses menua adalah suatu proses alami yang
tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan.
Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi fisiologis, dan biokimia
pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh
secara keseluruhan. Menua atau menjadi tua bukanlah suatau penyakit tetapi
merupakan suatu peroses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam atau luar tubuh yang masih dikatagorikan sebagai hal
alamiah (Aspiani, 2014).
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan
ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan keseimbangan
kesehatan dan kondisi stres fisiologis nya. Berdasarkan karakteristik sosial
masarakat yang mengangap bahwa orang telah tua jika menujukan ciri fisik
seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran
masyarakat tidak biasa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti
pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk
wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang
dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam masyarakat kepulauan
pasifik, seseorang dianggap tua ketika dia berfungsi sebagai kepala dari garis
keturunan keluarganya (azizah, 2011).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap
sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong
semakin berkembangnya anggaapan bahwa menjadi tua itu identik dengan
3
semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut
usia cenderung di pandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang
yang sakit- sakitan. Berbagai masalah kesehatan yang muncul di lansia akibat
regenerative atau akibat usia yang semakin bertamabah yaitu salah satunya
katarak. Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina (istiqomah, 2012).
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan.(Menurut WHO, 2011) katarak merupakan penyebab
kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di
dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita
kebutaan akibat katarak. Angka kebutaan di Indonesia tertinggi di Wilayah
Asia Tenggara. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara insiden
(kejadian baru) katarak yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah
operasi katarak yang hanya 80.000 orang per tahun. Kondisi ini
mengakibatkan jumlah katarak yang cukup tinggi (Depkes, 2011).
Tanda gejala yang biasa muncul pada lanjut usia yang mengalami katarak
adalah pandangan mata yang kabur, suram atau seperti ada bayangan awan
atau asap, sulit terdapat lingkaran cahaya saat memandang sinar,
membutuhkan cahaya yang terang untuk membaca atau ketika beraktifitas,
warna memudar atau cenderung menguning saat melihat, dan pandangan
ganda jika melihat dengan satu mata. persepsi sensori mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk saling berhubungan dengan orang lain dan untuk
memelihara atau membentuk hubungan yang baru, berespon terhadap bahaya,
dan menginterprestasikan masukan sensori dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari (AKS). Persepsi sensoris juga memberikan pertahan sebagai respon
terhadap lingkungan serta bertindak sebagai sistem keamanan seseorang
terhadap sesuatu yang dapat mengakibatkan permasalahan. Penyebab dari
4
katarak seperti usia, trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam atau
tumpul, terpapar sinar X atau benda-benda radioaktif, penyakit mata, penyakit
DM, dan infeksi virus di masa pertumbuhan janin. Dampak katarak pada
lanjut usia dapat mengakibatkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, seperti kebutuhan mobilisasi dapat terjadinya resiko jatuh karena
penglihatan yang tidak jelas karena terdapat kabut yang menghalangi objek
( Sarif La Ode, 2012).
Banyaknya khasus bahaya dan dampak yang ditimbulkan akibat dari katarak
peran perawat sangat penting dalam pelayanan terhadap lanjut usia yang
mengalami katarak diantaranya aspek promotif, preventif, kuratif, dan
rehabililatif. Aspek promotif pada keperawatan dalah dengan memberikan
penyuluhann kesehatan tentang katarak pada lanjut usia, aspek preventif yaitu
upaya pencegahan terjadinya resiko jatuh karena penglihatan yang tidak jelas
karena terdapat kabut yang menghalangi objek dan kebutaan, aspek kuratif
yaitu upaya untuk pengobatan dan oprasi terhadap katarak, aspek
rehabilitative yaitu upaya untuk memulihkan fungsi mata setelah tinakaan
pembedahan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih
dalam mengenai pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia dengan masalah
sistem persepsi sensoris: katarak. Maka penulisan mengambil judul karya tulis
ilmiah “Asuhan Keperatan Pada lansia Tn. M Dengan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Pada Gangguan Sistem Persepsi Sensoris : Katarak Di Panti Sosial
Teresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Pada Tanggal 4-7 April 2017”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam memberikan pemenuhan kebutuhan
dasar pada lansia Tn. M dengan katarak.
5
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M
dengan katarak
b. Mampu menentukan diagnosa Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn.
M dengan katarak
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar pada Tn. M dengan katarak
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar pada Tn. M dengan katarak.
e. Mampu mengevaluasi tindakan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn.
M dengan Katarak.
f. Mampu mengidentifikasi perbedaan yang terjadi amtara teori dan
kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, faktor penghambat, serta
dapat mencari solusi yang baik.
h. Mampu mendokumentasi semua kegiatan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar pada Tn. M dengan Katarak yang telah di laksanakan sesuai
proses asuhan keperawatan.
C. Ruang Lingkup
Menerangkan batasan penulisan makalah ilmiah sesuai dengan asuhan
keperawatan yang di berikan kepada usia lanjut Tn. M dengan Katarak di
panti social Tresna Wreda Budi Mulia 2 Cengkareng pada tanggal 4-7 April
2017.
D. Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah dengan
metode deskriftif atau studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan
yang di gunakan adalah ; studi kasus, dimana peserta didik mengelola satu
kasus menggunakan proses keperawatan. Dalam metode ini di sebutkan juga
6
bagaimana peserta didik memperoleh data informasi dengan (wawancara
secara langsung dari klien (Tn. M ) dan tidak langsung dari petugas kesehatan,
observasi, dan pemeriksaan fisik).
E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : Membahas tentang konsep dasar masalah kesehatan yang
terdiri dari pengertian, patofisiologi dan penatalaksanaan
dan konsep lanjut usia secara teori meliputi : pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
BAB III : Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari h asil
langsung tentang asuhan keperawatan lanjut usia meliputi
: pengkajian, diagnosa, perenca-naan, implem-entasi dan
evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang membahas kesenjangan teori dengan
kasus, analisa dari faktor-faktor pendukung dan
penghambat serta alternatif pemecahan masalah dalam
memberikan asuhan keperawatan di tiap-tiap tahapan
yang meliputi pengkajian,diagnosa,perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
BAB V : Kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penuan
1. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
menggati dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
( Aspiani, 2014).
WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteran lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan
bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang bengangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).
Lanjut usia adalah sebagian dari proses tumbuh kembang. Manusia
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembangdari bayi, anak-
anak, dewasa dan akhirnya menajdi tua. Hal yang normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi
pada semua orang saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental
dan sosial secara bertahap. (Azizah, 2012).
8
2. Klasifikasi Lanjut Usia
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, ada 4 tahap yakni:
1) Usia pertengahan ( Middle age, 45- 59 tahun).
2) Lanjut Usia (Elderly 60-74 tahun)
3) Lanjut Usia Tua ( Old 75-90)
4) Usia Sangat Tua ( Verry Old, diatas 90 tahun).
b. Menurut Dep. Kes.RI Departemen kesehatan republik Indonesia
membagi lanjut usia menjadi sebagai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 tahun), keadaan
ini dikatakan sebagai masa virilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa
pensiunan.
3) Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang
dikatakan sebagai masa senium.
c. Menurut prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ, lanjut usia
dikelompokan sebagai berikut:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) (18/20-25 tahun).
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturasi (25-65
tahun).
3) Lanjut usia (geriatric age) (lebih dari 65/70 tahun).
4) Young old (70-75 tahun).
5) Old (75-80 tahun).
6) Very old (usia lebih dari 80 tahun).
3. Teori-teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, psikososial, teori lingkungan. (Aspiani, 2014).
a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara
genetic/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai
9
batas usia yang berbeda beda yang tela di putar menurut
replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia
akan mati.
2) Teori Non Genetik
a) Teori Penurunan system imun tubuh (auto immunetheory)
mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemapuan system imun tubuh mengenai dirinya sendiri
(Self Recognition). Jika mutasi yang merusak membrane
sel, akan menyebabkan system imun tidak mengenalinya
sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto imun pada lanjut usia.
b) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)
Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang
terdapat di lingkungan seperti ;Asap kendaraan bermotor,
asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, Sinar
ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan
pigment dan kolagen pada proses menua.
c) Teori menua akibat metabolisme
bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa
menghambat petumbuhan dan memperpanjang umur,
sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan
kegemukan dapat memperpendek umur (Darmojo, 1999).
d) Teori rantai silang
Teory ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh
lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul
kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada
membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan
yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses
menua.
10
e) Teori fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsic dan ekstrinsik, terdiri
atas teori oksidasi stress, dan teori dipakai aus (wear and
tear theory). Disini terjadi kelebihan usai dan stress
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kastabilan lingkungan
internal).
b. Teori Sosiologis
1) Teori interaksi social
Pokok pokok social exchange theory antara lain ;
a) Masyarakat terdiri atas aktor social yang berupaya
mencapai tujuannya masing masing.
b) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi social yang
memerlukan biaya dan waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak di capai,seorang actor
mengeluarkan biaya.
2) Teori aktivitas atau kegiatan
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung.Teori ini menyaatakan bahwa lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut
serta dalan kegiatan social.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara system social dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai
lanjut usia.
11
3) Teori kepribadian berlanjut ( Continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas
yang dimilikinya.Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.
4) Teori pembebasan/ penarikan diri ( disengagement theory)
teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
5) pokok-pokok disengagement theory
a) Pada pria, kehilangan peran hidup utam terjadi pada masa
pensiun. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam
keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa
dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
b) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini
karena lanjut usia dapat merasakan tekanan social
berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh
kesempatan kerja yang lebih baik.
c) Ada 3 aspek utamadalam teori ini yang perlu diperhatikan:
1. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup.
2. Prosestersebut tidak dapat di hindari.
3. Hal ini di terima lanjut busia dan masyarakat.
4. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
a. Sel
Jumlah sel menurun/ lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, jumlah
cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di
otak, otot ginjal, darah dan hati menurun, jumlah sel otak menurun,
mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi, beratnya
berkurang 5-10%, lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan
melebar.
12
b. Sistem Persarafan
Menurun hubungan persarafan, Berat otak menurun 10-20% (sel
saraf setiap orang berkurang setiap harinya), respon dan waktu
untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress, saraf panca indra
mengecil, penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap
perubahan, kurang sensitive terhadap sentuhan, defisit Memori.
c. Sistem Pendengaran
Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50% terjadi pada usia di
atas 65 tahun,Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis, terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin, fungsi pendengaran semakin menurun pada
lanjut usia yang mengalami ketegangan atau stress, tinitus (bising
yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggiatau rendh, bisa
terus menerus atau intermiten), vertigo (perasaan tidak stabilyang
terasa seperti bergoyang atau berputar).
d. Sistem Penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan respons terhadap sinar
menghilang, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa), menjdai katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan, meningkatnya ambang, pengamatan sinar,
daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat
dalam gelap, Penurunan atau hilangnya daya akomodasi, dengan
manifestasi prebiosfia, seseorang sulit melihat dekat yang di
pengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapang pandang
menururn, luas pandang berkurang, daya membedakan warna
menurun, terutama warna biru atau hijau pada skala.
13
Mata adalah organ sensorik yang mentrasmisikan rangsang melalui
jaras pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini
diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi tentunya
banyak perubahan yang terjadi:
Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan) akibat
penuaan :
Perubahan Normal yang b.d
Penuaan
Implikasi Klinis
1. Penurunan kemampuan
akomodasi.
2. Kontriksi pupil sinilis.
3. Peningkatan kekeruhan
lensa dengan perubahan
warna menjadi menguning.
1. Kesukaran dalam membaca
huruf-huruf yang kecil.
2. Penyempitan lapang
pandang
3. Sensitivitas terhadap cahaya
Penurunan penglihatan
pada malam hari.
Gangguan penglihatan
1. Perubahan struktur kelopak mata
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran
seluruh jaringan kelopak mata. Perubahan ini yang juga
disebut dengan perubahan involusional terjadi pada :
1) M.orbicular
2) Retractor palpebra inferior
3) Tartus
4) Tendo kantus medial/lateral
5) Aponeurosis muskulus levator palpebral
6) Kulit
2. Perubahan sistim lakrimalis
Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos.
Kegagalan fungsi pompa pada system kanalis lakrimalis
disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi
14
punctum atau malposisi palpebra sehingga akan
menimbulkan keluhan epifora. Namun sumbatan system
kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis
sering dijumpai pada usia lanjut, diman dikatakan bahwa
dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada
wanita dibanding pria. Adapun patogenesia yang pasti
terjadinya sumbatan ductus nasolakrimalis masih belum
jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses jaringan
mukosa dan berakibat terjadinya sumbatan.
3. Proses penuaan pada kornea
Arcus Senilis (Gerontoxon, Arcus Cornea)
Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang
sering dijumpai. Keberadaan arcus senilis ini tidak
memberikan keluhan, hanya secara kosmetik sering
menjadi masalah. Kelainan ini berupa infiltrasi bahan
lemak yang berwarna keputihan, berbentuk cincin dibagian
tepi kornea. Mula-mula timbulnya dibagian inferior
kemudian diikuti bagian superior berangsung meluas dan
akhirnya membentuk cincin.
4. Perubahan muskulus siliaris
Dengan bertambahnya usia, bentuk dari pada muskulus
siliaris akan mengalami perubahan. Pada masa kanak-kanak
muskulus tersebut cenderung flat, namun semakin
bertambah usia seseorang maka serabut otot dan jaringan
ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi
lebih tebal, terutama bagian interior. Proses tersebut
berlanjut dan mencapai tebal maksimal pada usia + 45
tahun. Setelah itu terjadi proses degenerasi pengerutan dan
ini diduga untuk mempertahankan bentuk. Dengan usia
makin lanjut selain muskulus siliaris mengalami proses
15
atropi, juga terjadi hialinisasi. Tampak peningkatan
jaringan ikat diantara serabut-serabut muskulus siliaris dan
nukleusnya menipis. Tampak pula butiran-butiran lemak
dan deposit kalsium diantara serabut muskulus tersebut.
5. Produksi humor aqueous
Pada mata sehat dengan pemeriksaan Fluorofotometer
diperkirkan produksi H.Aqueous 2.4 + 0,06 micro
liter/menit. Beberapa factor berpengaruh pada produksi
H.Aqueous. dengan pemeriksaan fluorofotometer
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia terjadi
penurunan produksi H.Aqueous 2% (0,06 mikro
liter/menit) tiap decade. Penurunan ini tidsak sebanyak
yang diperkirakan, oleh karena dengan bertambahnya usia
sebenarnya produksi H.Aqueous lebih stabil disbanding
perubahan tekanan intra okuler atau volume COA.
6. Perubahan refraksi
Pada orang muda, hipermetrop dapat diatasi dengan
kontraksi muskulus silisris. Dengan bertambahnya usia
hipermetrop laten menjadi lebih manifest karena hilangnya
cadangan akomodasi. Namun bila terjadi sclerosis nucleus
pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang atau terjadi
miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa
cenderung lebih cenbung.
Perubahan astigmat mulai terlihat pada umur 10-20 tahun
dengan astigmat with the rule 75,5% dan astigmat against
the rule 6,8%. Pada umur 70-80 tahun didapatkan keadaan
astigmat with the rule 37,2% dan against the rule 35%.
Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan astigmat
antara lain kornea yang mengkerut oleh karena perubahan
hidrasi pada kornea, proses penuaan pada kornea.
16
7. Perubahan struktur jaringan dalam bola mata
1) Lensa Cyrstallina
Bentuk cakram biconvex ; berukuran diameter 9mm
dan tebal bagian sentral 4mm.
Susunan anatominya :
a) Kapsul
b) Korteks
c) Nucleus
Pada usia muda lensa tidak bernukleus, pada usia
20tahun nucleus mulai terbentuk. Semakin bertambah
umur nucleus makin membesar dan padat, sedangkan
volume lensa tetap, sehingga bagian korteks makin
menipis, elastisitas lensa berkurang, indeks bias
berubah (membias sinar jadi lemah). Lensa yang mula-
mula bening transparan, menjadi tampak keruh
(Sklerosis).
2) Iris
Mengalami proses degenerasi, menjadi kurang
cemerlang dan mengalami depigmentasi tampak ada
bercak berwarna merah muda sampai putih.
3) Pupil
Kontriksi, mula-mula berdiameter 3mm, pada usia tua
terjadi 1mm, reflek direk lemah.
4) Badan Kaca (Vitreous)
Terjadi degenerasi, konsistensi lebih encer (Synchisis),
dapat menimbulkan keluhan Photopsia (melihat kilatan
cahaya saat ada perubahan posisi bola mata).
5) Retina
Terjadi degenerasi (Senile Degeneration). Gambaran
fundus mata mula-mula merah jingga cemerlang,
menjadi suram dan ada jalur-jalur berpigment (Tigroid
Appearance) terkesan seperti kulit harimau. Jumlah sel
17
fotoreseptor berkurang sehingga adaptasi gelap dan
terang memanjang dan terjadi penyempitan lapang
pandang.
8. Perubahan fungsional
Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam
bola mata, media refrakta menjadi kurang cemerlang dan
sel-sel reseptor berkurang, visus tajam dibandingkan pada
usia muda. Keluhan silau (foto-fobi) timbul akibat proses
penuaan pada kornea dan lensa.
9. Aspek Klinik
1) Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa
mata, penyebab umum kehilangan penglihatan yang
bertahap. Lensa yang keruh menghalangi cahaya
menenbus kornea, yang pada akhirnya mengamburkan
tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya, otak
menginterprestasikan bayangan yang kabur.
Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi
katarak di masing-masing mata memburuk sendiri-
sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic, yang
biasanya unilateral, dan katarak congenital, yang
kondisinya dapat tidak berubah. Katarak merupakan
penyakit yang paling banyak terjadi pada orang diatas
usia 70 tahun. Pembedahan memperbaiki penglihatan
pada sekitar 95% pasien. Tampa pembedahan, katarak
akhirnya menyebabkan kehilangan penglihatan total.
18
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, Elastisitas dinding aorta
menurun, Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hali ini menyebabkan
kontraksi dan volume menururn (frekuensi denyut jantung
maksimal = 200-umur), curah jantung menurun (isi semenit
jantung menurun), kehilangan elastisitas pembuluh darah,
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang,
perubahan posisi dari tidur ke duduk( duduk ke berdiri), kinerja
jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan,
tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer
meningkat.sistole normal ±95 mmHg.
f. Sistem pengaturan suhu tubuh
Temperatur tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologis ± 35◦c ini
akibat metabolism yang menurun, pada kondisi ini, Lansia akan
merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah,
keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi penurunan aktifitas otot.
g. Sistem Pernapasan
Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan dan menjadi kaku, aktivitas silia menurun, paru
kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan
kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dan jumlah
berkurang, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri
menurun menjadi 75 mmHg, karbondioksida pada arteri tidak
berganti. Pertukaran gas tergnggu, refleks dan kemampuan batuk
berkurang, sensitifitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun,
sering terjadi emfisemia similis, kemampuan pegas dinding dada
dan kekuatan otot pernafasan menurun seiring petambahan usia.
19
h. Sistem Pencernaan
Kehilangan gigi, penyebab utama kehilangan periodontal disease
yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun,
adanya iritasi selaput lender yang kronis, atrofi indra pengecap
(±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama
rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap
rasa asin, asam, dan pahit, esofagus melebar, rasa lapar menurun,
asam lambung menurun, motilitas dan waktu pengososngan
lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi, fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu,
terutama karbohidrat), hati semakin mengecil dan tempat
penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
i. Sistem Reproduksi
1) Wanita
a) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
b) Ovari menciut,uterus mengalami atrofi
c) Atrofi payudara
d) Atrofi viva
e) selaput lendir vagina menurun,permukaan menjadi
halus,sekresi berkurang,sifatnya menjadi alkali dan terjadi
peubahan warna
2) Pria
a) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan berangsur-angsur.
b) Dorongan seksual menetap sampai usia 70 tahun,asal
kondisi kesehatannya baik,yaitu:
c) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia.
d) Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual.
e) Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah.
20
f) Sebanyak 75% pria usia di atas 65 tahun mengalami
pembesaran prostat.
j. Sistem genitourinaria
1) Ginjal.
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal,disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya
di glomerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi,aliran darah
ke ginjal menurun samapi 50% sehingga fungsi tubulus
berkurang. Akibatnya kemampuan mengonsentrasi urine
menurun, brat jenis urine menurun , proteinuria (biasanya +1),
BUN (Blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan
elekrtolit lebih mudah terganggu bila di bandingkan dengan
usia muda. Renal Plasma flow (RPF) dan Glomerular filtration
rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun secara linier sjak 30
tahun (cox Jr. dkk.,1985). Jumlah darah yang di filtrasi oleh
ginjal berkurang.
2) Vesika Urinaria.
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada
pria lanjut usia , Vesika urinaria sulit di kosongkan sehingga
mengakibatkan retensi urine meningkat.
3) Pembesaran Prostat.
Kurang lebih 75% dialami oleh pria pada usia diatas 65 tahun.
4) Pembesaran Prostat.
Seseorang yang semakin menua, Kebutuhan seksualnya masih
ada. Tidak ada batasan umur tetentu kapan fungsi seksual
seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung
menurun secara bertahap setiap tahun. tetapi kapasitas untuk
melakukannya dan menikmatinya berjalan terus sampai tua.
21
k. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia
yang memproduksi hormone. Hormon pertumbuhan berperan
sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan,
dan metabolism organ tubuh yang termasuk hormone kelamin
adalah :
1) Estrogen, progesterone, dan testosterone yang meelihara alat
reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
2) Kelenjar pancreas, yang memproduksi insulin dan sangat
penting dalam pengaturan gula darah.
3) Kelenjar adrenal/ anak ginjal yang memproduksi adrenalin
4) Produksi hamper semuaa hormone menurun
5) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
6) Hipofisis; pertumbuhan hormone ada, tetapi rendah dan hanya
ada di pembuluh darah, berkurangnya reproduksi ACTH, TSH,
FSH, dan LH.
7) Aktivitas tiroid, BMR (Basal metabolic rate) dan daya
pertukaran zat menurun.
8) Produksi oldesteron menurun
9) Sekresi hormone kelamin, misalnya progesterone, ekstrogen,
dan testosterone menurun.
l. Sistem Integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit cenderung kusam, kasar, bersisik (karena
kehilangan proses kreatinasi serta perubahan ukuran bentuk sel
epidermis), timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis
yang tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-
bintik atau noda cokelat, terjadi perubahan pada daerah sekitar
mata, tumbuhnya kerut kerut halus di ujung mata akibat lapisan
kulit menipis, respon terhadap trauma menurun, mekanisme
proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis verwarna
22
kelabu, ambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya
elastisitasakibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kuku menjadi pudar, kurang bercahaya, kuku kaki tumbuh
secara berlebihan dan seperti tanduk, jumlah dan fungsi kelenjar
keringat berkurang.
m. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, gangguan
tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi, kekuatan dan
stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan
paha, kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak dan aus, kifosis, gerakan pinggang, lutut dan jari-jari
pergelangan terbatas, gangguan gaya berjalan, kekakuan jaringan
penghubung, diskus intervetebralis menipis dan menjadi pendek,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mengalami sclerosis, atrofi serabut otot, komposisi otot berubah
sepanjang waktu, aliran darah keotot berkurang sejalan dengan
proses menua, otot polos tidak begitu berpengaruh.
1. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, (dalam bukunya
“keperawatan lanjut usia” (Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah).
a. Memory (daya ingat, ingatan)
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan dan
menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang pernah dialami
seseorang. Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi
kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan.
Ingatan jangka panjang (long term memory) kurang mengalami
perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory)
atau seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan dalam
mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu
23
menarik perhatiannya dan informasi baru seperti TV dan film.
Keadaan ini sering menimbulkan salah paham dalam keluarga.
Oleh sebab itu dalam proses pelayanan sangat perlu dibuatkan
tanda-tanda atau rambu-rambu baik berupa tulisan, atau gambar
untuk membantu daya ingat mereka. Misalnya dengan tulisan
JUM’AT, TANGGAL 4 APRIL 2017 dan sebagainya, ditempatkan
pada tempat yang strategis yang mudah terlihat/dibaca.
b. IQ (intellegent quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika
(analisa, linier, sekuensial) dan perkataan verbal. Tetapi persepsi
dan daya membayangkan (fantasi) menurun. Walaupun mengalami
kontrofersi, tes intelegensia kurang memperlihatkan adanya
penurunan kecerdasan pada lansia. Hal ini terutama dalam bidang
vokabulari (kosakata), keterampilan praktis, dan pengetahuan
umum. Fungsi intelektual yang stabil ini disebut sebagai
crystallized intelligent. Sedangkan fungsi intelektual yang
mengalami kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat
daftar, memori bentuk geometri, kecepatan menemukan kata,
penyelesaian masalah, kecepatan berespon, dan perhatian cepat
teralih.
c. Kemampuan pemahaman
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia
mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan
fungsi pendengarannya lansia yang mengalami penurunan. Dalam
pelayanan terhadap lanjut usia agar tidak timbul salah paham
sebaiknya dalam komunikasi dilakukan kontak mata (saling
pandang). Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir
lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat
diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap
yang hangat dalam komunikasi akan menimbulkan rasa aman dan
24
diterima, sehingga merka akan lebih tenang, lebih senang merasa
dihormati.
d. Pemecahan masalah (problem solving)
Pada lanjut usia masalah-masalah yang dipahami tentu semakin
banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat
dipecahkan menjadi terhambat karena terjadinya penurunan fungsi
indara pada lanjut usia. Hambatan yang lain dapat berasal dari
penurunan daya ingat., pemahaman dan lain-lain,yang yang
berakibat bahwa pemecahan masalah menjadi lebih lama. Dalam
menyikapi hal ini pendekatan pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia
perlu diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien lanjut usia.
e. Pengambilan keputusan (decision making)
Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan
masalah. Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan data
yang terkumpul, kemudian dianalisa, dipertimbangkan, dan dipilih
alternatif yang dinilai positif (menguntungkan), kemudian baru
diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan pada lanjut usia
sering lambat atau seolah-olah menjadi tertunda. Oleh sebab itu,
merka membutuhkan petugas dan pendamping yang dengan sabar
sering mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil tanpa
dibicarakan dengan mereka, akan menimbulkan kekecewaan dan
mungkin dapat memperburuk kondisinya. Oleh karena itu
pengambilan keputusan, kaum tua tetap dalam posisi yang
dihormati.
f. Kebijaksanaan (wisdom)
Kebijaksan (wisdom) adalah aspek kepribadian (personality) dan
kombinasi dari aspek kognitif. Kebijaksaan menggambarkan sifat
dan sikap individu yang mampu mempertimbangkan antara baik
dan buruk serta utung ruginya sehingga dapat bertindak secara adil
25
da bijaksana. Pada lansia semakin bijaksana dalam menghadapi
suatu permasalahan. Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat
kematangan kepribadian seseorang dan pengalaman hidup yang
dijalani. Atas dasar hal tersebut, dalam melayani lanjut usia harus
degan penuh bijaksana sehingga kebijaksanaan yang pada masing-
masing individu yang dilayani tetap terpelihara.
g. Kinerja (performance)
Pada lanjut usia akan terlihat penurunan kinerja baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan yang membutuhkan
kecepatan dan waktu mengalami penurunan. Penurunan itu bersifat
wajar sesuai perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan
yang sifatnya patologis.
h. Motivasi
Motivasi atau fenomena kejiwaan yang mendorong seseorang
untuk bertingkah laku demi mencapai sesuatu yang diinginkan atau
yang dituntut oleh lingkunganya. Motivasi dapat bersumber dari
fungus kognitif dan fungsi afektif. Motif kognitif lebih
menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan untuk
mencapai tujuan tertentu.motif ini kan mendorong manusia untuk
mencari dan mencapai kesenangan dan kepuasan baik fisik, psikis
dan social, dalam kehidupannya dan individu akan menghayatinya
secara subjektif. Pada lanjut usia, motivasi baik kognitif maupun
afektif akan mencapai/memperoleh sesuatu cukup besar, namun
motivasi tersebut seringkali kurang memperoleh dukungan kuat
fisik maupun psikologis, sehingga hal-hal diinginkan banyak
berhenti ditengah jalan.
26
2. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam
kehidupanya. Lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaanya.
Hal ini dapat terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
Spiritualitas pada lansia bersifat universal, interinsik dan merupakan
proses individu yang berkembang sepanjang rentan kehidupan. Karena
aliran siklus kehilangan tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara
menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya
dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan
memunginkan individu dengan keimananspiritual atau religius untuk
bersikap untuk menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai
kematian.
3. Perubahan psikososial
a. Pensiun
Bila seorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan
antara lain:
1) Kehilangan finansial
2) Kehilangan status ( dulu punya jabatan yang tinggi dan segala
fasilitasnya)
b. Keluarga (emptiness): kesendirian, kehampaan.
c. Teman: ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul
perasaankapan akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus
akan cepat pikun (tidak berkembang).
d. Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal
(dicubit, tidak diberi makan).
e. Masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan aset dan
kekayaanpribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
f. Pensiun: kalau menjadi pns akan ada tabungan (dana
pensiun).Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.
g. Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
cocokbagi lansia dan income security.
27
h. Rekreasi: untuk ketenangan batin.
i. Keamanan: jatuh, terpeleset.
j. Transportasi: kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok
bagilansia.
k. Politik: kesempatan yang sama untuk terlibat dan
memberikanmasukan dalam sistem politik yang berlaku.
l. Pendidikan: berkaitan dengan pengentasan buta aksara
dankesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi
manusia.
m. Agama: melaksanakan ibadah.
n. Panti jompo: merasa dibuang/ diasingkan.
4. Perubahan mental pada lansia
Dalam pekembangan lansia dan perubahan yang dialaminya akibat
proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut :
a. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harusbergantung
pada orang lain.
b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup
beralasanuntuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola
hidupnya.
c. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahanstatus
ekonomi dan kondisi fisik.
d. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yangtelah
meninggal atau pergi jauh dan/ atau cacat.
e. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luangyang
semakin bertambah.
f. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagaiorang
dewasa.
g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara
khususdirencanakan untuk orang dewasa.
28
h. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai
untuklansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama
yang berat dengan yang lebih cocok.
B. Konsep Dasar Katarak
1. Pengertian
Katarak berasal dari bahasa yunani katarrhakies, inggeris cataract, dan
latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa terjadi akibat kedua-duanya (utama, 2015).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak
merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap,
derajat disabilitas yang di timbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh
lokasi dan denistasi keburaman (istiqomah, 2012).
Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab
umum kehilangan penglihatan yang bertahap. Lensa yang keruh
menghalangi cahaya menenbus kornea, yang pada akhirnya
mengamburkan tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya,
otak menginterprestasikan bayangan yang kabur.
Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di
masing-masing mata memburuk sendiri-sendiri. Pengecualian pada
katarak traumatic, yang biasanya unilateral, dan katarak congenital,
yang kondisinya dapat tidak berubah. Katarak merupakan penyakit
yang paling banyak terjadi pada orang diatas usia 70 tahun.
Pembedahan memperbaiki penglihatan pada sekitar 95% pasien.
Tampa pembedahan, katarak akhirnya menyebabkan kehilangan
penglihatan total.
29
2. Klasifikasi katarak
a. Katarak konginetal
Katarak konginetal merupakan kekeruhan lensa yang di dapatkan
sejak lahir. Katarak konginetal terbagi atas :
1. Katarak remetar dan zonular
Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan
kemudian menjadi gangguan perkembangan serat lensa.
2. Katarak polaris posterior
Katarak ini terjadi karena akibat arteri siloid yang menetap
pada saat tidak di butuhkan lagi oleh lensa untuk
metabolismenya.
3. Katarak Polaris anterior
Katarak ini akibat gannguan perkembangan lensa pada saat
mulai terbentuknya plakoda lensa.
4. Katarak sentral
Katarak ini merupakan katarak halus yang terlihat pada bagian
nucleus embrional.
b. Katarak senile
Katarak senil adalah katarak yang semua kekeruhan lensa yg
terdapat pada usia lanjut yaitu usia di atas 30 tahun, katarak senile
terbagi atas :
1. Katarak insipiens
Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa
kekeruhan, akan mengeluh gangguan pengelihatan seperti
melihat ganda dengan satu matanya
2. Katarak ematur
Dimana pada stadium ini lensa yang degenerative mulai
terserap cairan mata kedalam lensa sehingga lensa menjadi
cembung.
3. Katarak matur,
30
Dimana merupakan proses degenerasi lanjut lensa dimana
terjadi kekeruhan seluruh lensa.
c. Katarak traumatic
Adalah katarak yang terjadi akibat trauma lensa mata,serta robekan
pada kapsul sebagai akibat taraum dari benda tajam.
d. Katarak juvenile
Adalah katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.
e. Katarak komplikata
Katarak yang terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel
lensa,factor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan
kejernihan lensa
.
f. Katarak diabetika
Katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes (aspiani, 2014)
3. Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang
diturunkan, peradangan didalam kehamilan, keadaan ini disebut
sebagai katarak congenital. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan katarak komplikata.
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Fisik
Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan
mempengaruhi keadaan lensa.
b. Kimia
Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau
akibat paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat
menyebabkan katarak.
31
c. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga
akan menurun dan mengakibatkan katarak.
d. Infeksi virus masa pertumbuhan janin
Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit
yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut akan mempengaruhi
tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang mengandung
menderita rubella.
e. Penyakit
Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis.
4. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung 3 komponen anatomis. Pada
zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transportasi,
perubahan pada searabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari
badan selier ke sekitar daerah diluar lensa misalnya dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalan cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam
lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma
maupun sistemis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan
konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Katarak dapat bersifat
kongenital dan dapat diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat
didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
32
permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu yang lama.
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak
merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air,
peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat
larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara
bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan
densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central
serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi
dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang
padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak
terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak
diatas menyebabkan ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan
metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan
yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan
lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau
kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea
dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan
bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak
menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak
yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah
kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna ( Istiqomah, 2012).
5. Manisfestasi Klinis
a. Penglihatan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram.
Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti
asap.
b. Kesulitan melihat ketika malam hari.
33
c. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.
d. Bayangan cahaya yang di tangkap seperti sebuah lingkaran.
e. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup yang terang untuk
membaca atau beraktivitas lainnya.
f. Sering menganti kaca mata atau lensa kontak karena sudah merasa
tidak nyaman mengunakannya.
g. Warnah cahaya memudar dan cenderung berubah warnah saat
melihat, misalnya cahaya putih yang di tangkap menjadi cahaya
kuning.
h. Jika melihat dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat
ganda.
6. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut :
a. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk
jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
b. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata
sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan
Pemeriksaan Diagnostik
1) Uji mata
2) Keratometri
3) Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4) A-scan ultrasound (echography)
5) Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan
pembedahan.
34
7. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan
pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai
kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan
lensa sebelum dil akukan pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari,
maka penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak
terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan
fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain -
lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok
bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila
koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah
20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak adalah pembedahan
yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun
keatas. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local
(retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata). Obat
penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan
klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan
katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi
bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas
normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau
mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti
retinopati diabetika.
35
8. Data Penujang
a. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu
denang kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humer, kesalahan
refraksi, penyakit system saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karna masa tumor,
karotis, glukoma.
c. Pengukuran tonografi : TIO (12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskop membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
e. Tes provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma.
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internalokuler, atrofi lempeng
optik, papiledema, pendrahan.
g. Darah lengkap, LED : menujukan anemis sistemik/ infeksi.
h. EKG, kolestrol serum, lipid, tes tolernsi glukoma : control DM.
C. Konsep Dasar Kebutuhan menurut Abraham Maslow
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham
Maslow dalam Potter dan Perry, dapat dikemukakan untuk menjelaskan
kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :
a. Kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi
(makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual, stimulus / rangsangan.
36
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan
fisik dan perlindungan psikologis.
1) Perlindungan fisik, meliputi perlindungan atas ancaman
terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa
penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.
2) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang
dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena
merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan
orang lain, dan sebagainya.
c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan di miliki, antara lain
memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan
keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan
sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain.
Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan,
meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu,
orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam
hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang
lain/ lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya (Aziz Alimul,
2014)
Masalah kebutuhan yang muncul pada kasus katarak yang mencakup
pada kebutuhan dasar menurut maslow adalah sebagai berikut :
1. kebutuhan rasa nyaman
mengungkapkan kenyamanan /rasa nyaman adalah suatu keadaan
telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusis yaitu kebutuhan atau
kententraman (suatu kepuasan yg meningkatkan penamapilan
sehari-hari), kelegaaan (kebutuhan yang terpenuhi) dan transeeden
37
(keadaan tentang sesuatau yang melebihi masalah dan nyeri).
kenyaman mesti dipandang secara holistik yg mencakup empat
aspek:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan internasional
c. Psikospiritual, berhubungan denagan keawaspadaan internal
dalam diri sendiri meliputi harga diri sendiri, seksualaiatas,
makna kehidupan)
d. lingkungan,berhubungan dengan latara belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, tempratur, bunyi, unsur
alamiah
meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah
memberikan kekuatan, Harapan, Dukungan, dan bantuan.
secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa
nyam adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri,
hipo/hipertemia. hal ini disebabakan karena mempengaruhi
kondisi tidak nyaman pasien dengan timbulnya gejala dan
tanda pada pasien.
D. Konsep Proses Keperawatan Lansia
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Umur, katarak bias terjadi pada semua umur tetapi umumnya
pada usia lanjut.
2) Riwayat trauma, trauma tembus atau tumpul dapat merusak
kapsul lensa.
3) Riwayat pekerjaan, pada pekerja laboratorium atau yang
berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar radio
aktif/sinar x.
4) Riwayat penyakit : trutama mata, penggunaan obat
kortikosteroid, penyakit diabetes melitus, hipotiroid, uveitis,
glaucoma.
38
5) Riwayat keluhan gangguan : stadium katarak
6) Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko
jatuh, berkendara.
b. Pengkajian khusus mata
1) Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa
(berkas putih) pada lensa.
2) Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut
3) Penurunan tajam penglihatan (miopia).
4) Bila mata depan menyempit.
5) Tanda glaukoma (akibat komplikasi).
c. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi system
tubuh
2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah
head to toe (dari ujung kepala sampai ke ujung kaki) dan
system tubuh
d. Psikologis
1) Apakah mengenal masalah utamanya
2) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaannya
3) Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
4) Apakah memandang kehidupan dengan optimis
5) Bagaimana mengatasi stress yang dialami
6) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
7) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
8) Apakah harapan pada saat ini dan akan dating
9) Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses
pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam
penyelesaian masalah.
39
e. Social-ekonomi
1) Sumber keuangan lanjut usia
2) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
3) Dengan siapa ia tinggal
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
5) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
6) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar
rumah
7) Siapa saja yang biasa mengunjungi
8) Seberapa besar ketergantungannya
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan
fasilitas yang ada.
f. Spiritual
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan
3) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah
dengan berdoa
4) Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.
g. Pengkajian dasar
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat
mendasar pada psoses menua yang meliputi seluruh organ tubuh,
dalam melakukan pengkajian, perawat memerlukan pertimbangan
khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua system,
status gizi, dan aspek psikososialnya.
1. Temperature/suhu tubuh
a. Mungkin (hipotermi) ± 35ºC
b. Lebih teliti diperiksa di sublingual
2. Denyut nadi
40
a. Kecepatan, irama, volume
b. Apical, radial, pedal
3. Respirasi (pernapasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman
b. Pernapasan tidak teratur
4. Tekanan darah
a. Saat berbaring, duduk, berdiri
b. Hipotensi akibat posisi tubuh
5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir
6. Tingkat orientasi
7. Memori (ingatan)
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial
h. System persarafan
1) Kesimetrisan raut wajah
2) Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
a. Tidak semua orang menjadi senil
b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah
3) Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4) Pupil : kesamaan, dilatasi
5) Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
a. Jangan diuji didepan jendela
b. Gunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi kacamata
6) Gangguan sensori
7) Ketajaman pendengaran
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tinnitus
c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8) Adanya rasa sakit atau nyeri
41
i. System Kardiovaskuler
1) Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2) Auskultasi denyut nadi apical
3) Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4) PusingSakit/nyeri
5) Edema
j. System Gastrointestinal
1) Status gizi
2) Asupan diet
3) Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
4) Mengunyah, menelan
5) Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
6) Auskultasi bising usus
7) Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
8) Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi
k. System Genitourinaria
1) Urine (warna dan bau)
2) Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan
untuk buang air)
3) Frekuensi, tekanan, atau desakan
4) Pemasukan dan pengeluaran cairan
5) Dysuria
6) Seksualitas
a. Kurang minat melakukan hubungan seks
b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
d. Dorongan/daya seks menurun
e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas
f. Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas
seksual.
42
l. Sistem Kulit
1) Kulit
a. Temperature, tingkat kelembapan
b. Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan
c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen
2) Adanya jaringan parut
3) Keadaan kuku
4) Keadaan rambut
5) Adanya gangguan umum
m. Sistem Muskuloskeletal
1) Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatan gerakan sendi
2) Tingkat mobilisasi
a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan
3) Gerakan sendi
4) Paralisis
5) Kifosis
6) Psikososial
a. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan
b. Fokus pada diri bertambah
c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
d. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih sayang yang berlebihan
43
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari
individu atau kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Nuratif dan Kusuma, 2015)
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada pasien dengan penyakit katarak adalah:
Pre Oprasi
a. Ketakutan b.d kehilangan pandangan komplit, jadwal pembedahan
atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan
b. Resiko cidera b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
c. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d. penurunan
ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi
tentang penyakit ditandai dengan.
Post Oprasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan
prosedur invasif.
b. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive (bedah dan pengangkatan).
44
3. Perencanaan Keperawatan (menurut nuratif dan kusuma 2015)
a. Pre oprasi
No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Ketakutan b.d
kehilangan
pandangan komplit,
jadwal
pembedahan, atau
ketidakmampuan
mendapatkan
pandangan
kriteria hasil :
1. Tingkat ketakutan :
keparahan manifestasi rasa
takut, ketegangan atau
kegelisahan berasal dari
sumber yang di ketahui.
2. Pengendalian diri terhadap
ketakutan : tindakan
individu untuk mengurangi
atau menurunkan tidak
mampu akibat rasa
takut.ketegangan atau
kegelisahan berasal dari
sumber yang di kenali.
3. Mencari informasi untuk
menurunkan ketakutan
4. Menghindari sumber
ketakutan bila mungkin
5. Menggunakan teknik
relaksasi untuk menurunkan
ketakutan
1. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan.
2. Berusaha untuk memahami
perspektif pasien dari
situasi stress.
3. Memberikan informasi
yang actual tentang
diagnosis,pengobatan,dan.
prognos.
4. Tetap dengan pasien untuk
meningkatkan keselamatan
dan mengurangi rasa takut.
5. Dorong keluarga untuk
tinggal dengan pasien.
6. Menyediakan benda yang
melambangkan
keselamatan/keamanan.
7. Mendengarkan dengan
perhatian.
1. agar dapat membuat pasien
tenang.
2. sebagai profilaksi untuk dapat
membuat pasien mengetahui
dampak stress.
3. agar pasien mengetahui tentang
penyakit,serta komplikasi yang
akan terjadi,jadwal pengobatan
dan keberhasian pengobatan.
4. agar pasien terhindar dari cedera
dan membantu dalam mengatasi
cemas akibat penyakit ataupun
pengobatan yang akan di
lakukan.
5. membantu dalam mengurangi
cidera.
6. penurunan terhadap kecemasan
saat pasien membutuhkan
bantuan tenaga kesehatan.
7. mengurangi kecemasan
45
2 Resiko cidera b.d
peningkatan
tekanan intra okuler
(TIO)
kriteria hasil :
1. Klien terbebas dari cidera.
2. Klien mampu menjelaskan
cara/metode untuk mencegah
cidera.
3. kllien mampu menjelaskan
factor resiko dari
lingkungan/perilaku
personal.
4. Mampu memodifikasi gaya
hidup untuk mencegah
cidera.
5. Mampu mengenali
perubahan status kesehatan
1. Sediakan lingkungan yang
aman untuk untuk pasien.
2. Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien.
3. Menghindari lingkungan
yang berbahaya.
4. Memasang side rall
tempat tidur
5. Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
6. Membatasi pengunjung
1. membantu pasien untuk tetap
merasa aman dan tenang.
2. penurunan kecemasan.
3. menurunkan cidera akibat
pengobatan.
4. mengurangi cidera.
5. membantu dalam mengurangi
cidera dan membuat pasien
merasa nyaman.
6. membantu pasien dalam
meningkatkan istirahat.
3 Gangguan persepsi
sensori: penglihatan
berhubungan
dengan gangguan
penurunan
ketajaman
penglihatan,
penglihatan ganda.
kriteria hasil :
Mengenal gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap peru
bahan, mengidentifikasi atau
memperbaiki potensial bahaya
dalam lingkungan
1. Tentukan ketajaman
penglihatan, catat apakah
satu atau kedua mata
terlibat.
2. Orientasikan
pasien terhadap
lingkungan, staf, orang lain
disekitarnya.
3. Observasi tanda dan gejala
disorientasi. Pertahankan
pagar tempat tidur sampai
benar- benar sembuh.
1. Kebutuhan individu dan pilihan
intervensi bervariasi,sebab
kehilangan penglihatan terjadi
secara lambat dan progresif.
2. Memberikan peningkatan
kenyamanan dan
kekeluargaan,menurunkan cemas
dan disorientasi pasca operasi.
3. Terbangun dalam lingkungan
tidak dikenal dan keterbatasan
penglihatan dapat mengakibatkan
bingung pada orang tua.
46
4. Pendekatan dari sisi yang
tidak dioperasi, bicara dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien.
5. Perhatikan tentang suram/
penglihatan kabur dan
iritasi mata.
dimana dapat terjadi bila
menggunakan obat teles
mata.
4. Meningkatkan resiko jatuh bila
bingung/tidak tahu ukuran
tempat tidur Memberikan
rangsang sensori tepat terhadap
isolasi dan menurunkan bingung.
5. Gangguan penglihatan atau iritasi
dapat berakhir 1-2 jam setelah
tetesan mata tetapi secara
bertahap.
b. Post oprasi
No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa
nyaman (nyeri
akut) berhubungan
dengan prosedur
invasif.
Kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri)
3. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
4. Tanda vital dalam rentang
normal
1. Bantu klien dalam
mengidentifikasi tindakan
penghilangan nyeri yang
efektif.
2. Jelaskan bahwa nyeri dapat
akan terjadi sampai beberapa
jam setelah pembedahan.
3. Lakukan tindakan
penghilanagn nyeri non
invasif atau non farmakologik,
seperti berikut;
a. Posisi: tinggikan bagian
kepala tempat tidur,
1. Membantu dalam membuat
diagnosa dan kebutuhan
terapi.
2. Nyeri post op dapat terjadi
sampai 6 jam post op.
3. Beberapa tindakan
penghilang nyeri non
invasif adalah tindakan
mandiri yang dapat
dilaksanakan perawat
dalam usaha meningkatkan
kenyamanan pada klien.
4. Analgesik mambantu
47
berubah-ubah antara
berbaring pada punggung
dan pada sisi yang tidak
dioperasi.
b. Distraksi
c. Latihan relaksasi
4. Berikan dukungan tindakan
penghilangan nyeri dengan
aalgesik yang diresepkan.
5. Beritahu doker jika nyeri tidak
hilang setelah ½ jam
pemberian obat, jika nyeri
disertai mual atau jika anda
memperhatikan drainase pada
pelindung mata.
dalam menekan respon
nyeri dan menimbulkan
kenyamanan pada klien.
5. Tanda ini menunjukkan
peningaktan tekanan intra
okuli (TIO) atau
komplikasi lain.
2 Resiko tinggi
terjadinya infeksi
berhubungan
dengan prosedur
invasif (bedah
pengangkatan).
Kriteria hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
2. Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya,
3. Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit dalam
batas normal
5. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
1. Diskusikan pentingnya
mencuci tangan sebelum
menyentuh/ mengobati mata.
2. Gunakan/tunjukan teknik yang
tepat untuk membersihkan
mata dari dalam keluar dengan
tisu basah/ bola kapas untuk
tiap usap, ganti balutan, dan
masukan lensa kontak bila
menggunakan.
3. Tekankan pentingnya tidak
menyentuh /menggaruk mata
yang dioperasi.
4. Observasi /diskusikan tanda
terjadinya infeksi contoh
1. Menurunkan jumlah bakteri
pada tangan, mencegah
kontaminasi area operasi.
2. Teknik aseptik menurunkan
resiko penyebaran bakteri
dan kontaminasi silang.
3. Mencegah kontaminasi dan
kerusakan sisi operasi.
4. Infeksi mata terjadi 2-3 hari
setelah prosedur dan
memerlukan upaya
intervensi. Adanya ISK
meningkatkan kontaminasi
silang.
Kolaborasi:
48
kemerahan , kelopak bengkak
, drainase purulen.
Indentifikasi tindakan
kewaspadaan bila terjadi ISK.
Kolaborasi:
5. Beri obat sesuai indikasi:
a. Antibiotik(topical,
parenteral, atau
subkonjungtival).
b. Streoid
a. Sediakan topikal diguna
setelah profilaksis, dimana
terapi lebih agresif
diperlukan bila terjadi
infeksi. Catatan: Steriod
mungkin ditambahkan
pada antibiotik topikal bila
pasien mengalami
implantasi IOL.
b. Digunakan untuk
menurunkan inflamasi.
51
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi
tindakan keperawatan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Independent Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa
petunjuk dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan
keperawatan independent.
10. Mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
11. Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai respon klien yang
memerlukan intervensi keperawatan
12. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan
atau memulihkan kesehatan klien
13. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
b. Interdependent Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dari
tenaga kesehatan lain.
c. Dependent Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis
Pelaksanaan keperawatan dengan Rheumatoid Artritis mempunyai
beberapa prinsip yaitu :
1) Menguangi rasa nyeri
2) Mencegah terjadiny kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
3) Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
4) Mencegah terjadinya deformitas
5) Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
6) Memperhatikan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada
orang lain.
52
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas
proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan dan dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana. Perumusan evaluasi
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori,
perencanaan).
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Ada tiga kemungkinan hasil
evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan.
a. Tujuan tercapai, jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan
b. Tujuan tercapai sebagian, jika klien menunjukan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai, jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan
dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.
53
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada BAB ini disampaikan satu khasus pada lansia dengan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada Lansia Tn. M dengan Katarak yang bertempat
tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng. Untuk
melengkapi data, penulis mengadakan pengambilan data dengan
memperoleh informasi melalui wawancara secara langsung dari klien Tn.
M dan tidak langsung, petugas kesehatan, Observasi, dan Pemeriksaan
Fisik.
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Tn. M dengan Katarak yang
mulai dilakukan pada tanggal 4 –7 april 2017. Dalam memberikan
pemenuhan kebutuhan pada lansia, pendekatan yang dilakukan adalah
proses keperawatan yang meliputi lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan lansia. Dari hasil pengumpulan data
pada lansia diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien
Pasien bernama Tn. M berasal dari Cirebon, Tn. M tidak
mengingat tanggal lahirnya, berjenis kelamin laki-laki, beragama
islam, klien tidak bersekolah, status perkawinan menikah, suku
bangsa berasal dari jawa, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa Indonesia dan jawa. Klien tidak mengingat alamat
rumahnya. Klien tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
2 Cengkareng sudah 4 tahun namun klien tidak mengingat sejak
kapan.
54
b. Riwayat keluarga
Klien menikah dengan Ny. I sekarang istrinya tinggal dirumah
bersama anak dan keluarganya, namun sekarang tidak tahu lagi
kabarnya bagaimana semenjak klien kabur dari rumah.
c. Riwayat pekerjaan
Klien saat ini sudah tidak bekerja, sebelumnya klien berkeja
sebagai seorang petani, dalam memenuhi kebutuhannya sehari –
hari klien memperoleh pendapatannya dari hasil petani saja. Tapi
sekarang klien hanya memperoleh pendapatan dari tamu – tamu
yang datang berkunjung, keluarganya tidak pernah datang karana
tidah tahu bahwa Tn.M ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Mulia 2 Cengkareng
d. Riwayat lingkungan rumah tinggal
Dahulu klien tinggal di Cirebon dan memiliki rumah sendiri, klien
di rumah tinggal dengan istri dan anak angkatnya, klien merupakan
orang yang tertutup dengan masalah – masalah yang dihadapi baik
dengan keluarga maupun dengan lingkungan. Sekarang klien
tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2 Cengkareng
di Wisma A kamar pisang raja, jumlah yang tinggal di Wisma A
kamar pisang raja sekitar 20 orang, barang – barang disimpan
sendiri di lemari masing-masing.
e. Riwayat rekreasi
Klien tidak memiliki hobi yang khusus namun senang melakukan
olahraga atau senam, tidak mengikuti kegiatan – kegiatan
organisasi apapun karena tidak pernah sekolah. Jika libur klien
hanya di rumah atau di kamar saja.
f. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
Keluhan saat ini, klien merasa penglihatannya sedikit kabur,
berkabut dan terkadang klien jika berjalan merasa jingjet.
Tidak ada obat obatan yang di konsumsi.
55
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Klien juga
mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit.
3) Riwayat penyakit keluarga
Klien tidak mengetahui keluarga klien memiliki riwayat
penyakit atau tidak.
g. Pemenuhan kebutuhan sehari – hari
1) Nutrisi
Klien makan sehari 3x sehari, klien tidak mengkonsumsi atau
membeli makanan dari luar, klien hanya makan yang
disediakan dipanti. Masalah yang mempengaruhi asupan
makan klien saat ini tidak ada hanya saja klien suka malas
makan. Selama berada dipanti klien tidak tahu berat badannya
naik atau turun karena tidak pernah menimbang berat badan
namun diperkirakan 50kg.
2) Personal hygine
Klien mandi 2x sehari namun terkadang tidak menggunakan
sabun, mencuci rambut 1x sehari namun tidak pernah
menggunakan shampo karena sering lupa, kuku bersih dan
tidak panjang, mulut bersih tidak ada sariawan, klien terlihat
rapih dan bersih namun badan sedikit bau karena mandi
terkadang tidak menggunakan sabun, dan tidak pernah cuci
tangan menggunakan sabun sehabis makan. Klien jarang
merapikan kamarnya.
3) Aktivitas atau istirahat
Klien masih mampu melakukan aktivitas sehari – hari seperti
makan, mandi, mencuci pakaian walaupun tidak pernah
menggunakan sabun. Klien mampu mengikuti kegiatan
pengajian, bimbingan social, senam/olahraga dipanti. Klien
tidak menggunakan alat bantu/protesa selama berada dipanti.
Klien tidur malam baik tidak masalah. klien juga terkadang
sering tidur siang.
56
4) Eliminasi
Klien Buang Air Besar biasanya 2 hari sekali dan Buang Air
Kecil ± 4x sehari. Tidak ada kesulitan atau masalah saat
eliminasi.
5) Oksigenasi
Pola nafas klien normal, frekuensi nafas 20x/menit, klien tidak
memiliki keluhan batuk, pilek, sesak dll. Klien tidak memiliki
riwayat alergi obat dan makanan.
6) Spiritual
Hubungan klien dengan Allah SWT baik, klien rutin
melakukan ibadah seperti shalat 5 waktu dan mengikuti
pengajian rutin setiap hari selasa. Tidak memiliki kebiasaan
khusus, klien mampu melaksanakan ibadah secara mandiri.
h. Tinjauan system
1) Kondisi dari system tubuh yang ada
Terjadi gangguan pada orientasi waktu, orang, dan tempat.
2) Masalah/gangguan pada system tubuh
Terjadi kerusakan memori.
3) Penggunaan protesa
Klien tidak menggunakan alat bantu untuk beraktivitas.
2. Pengkajian psikologis
a. Proses pikir (lupa, bingung, pikun, curiga)
Saat ditanya pada kejadian dahulu klien tidak mampu
mengingatnya dengan baik. Klien juga tidak mampu mengingat
dengan baik kejadian yang baru ± 1 jam yang lalu, sering
mengulang pertanyaan ketika sedang berbicara.
b. Gangguan perasaan (depresi, wajah tanpa ekspresi, kelelahan, acuh
tak acuh, mudah tersinggung)
Saat diwawancara klien menunjukan wajah senang, klien terlihat
lesu dan sering menyendiri di ruang tamu sambil melamun dan
menyendiri.
57
c. Komunikasi (penggunaan protesa, kesulitan berkomunikasi, putus
asa, dll)
Klien berkomunikasi dengan baik. Namun terkadang suka
mengulang kata – kata atau pertanyaan.
d. Orientasi (tempat, waktu, dll)
Klien mengalami disorientasi waktu, orang dan tempat. Klien tidak
mampu mengingat sekarang hari apa, jam berapa, sedang dimana,
dan dengan siapa saja.
e. Sikap klien terhadap lansia
Klien berhubungan baik dengan lansia lainnya, hanya saja klien
sedikit pendiam dan tertutup. Klien dapat menerima kondisinya
yang sudah menua,
f. Mekanisme koping terhadap masalah yang ada
Jika ada masalah klien tidak pernah bercerita kepada siapapun,
biasanya klien tidak mengambil pusing masalahnya dan lebih
senang diam dan menyendiri saja.
3. Pengkajian social ekonomi
a. Latar belakang klien
Klien dahulu seorang kepala keluarga, memiliki 1 orang istri dan 1
orang anak. Klien dahulu bekerja sebagai seorang petani dengan
penghasilan yang tidak seberapa menyebabkan klien sering
bertengkar dengan istrinya. Sehingga klien memutuskan untuk
kabur dari rumahnya ke Jakarta, semenjak kabuur klien tidak
mengetahui kedaan atau kabar keluarganya.
b. Frekuensi hubungan sehari – hari
1) Dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarganya saat ini tidak baik karena
penghasilan yang tidak seberapa menyebabkan hubungan
antara klien dan keluarganya tidak baik.
2) Dengan masyarakat
58
Hubungan klien dengan masyarakat kurang begitu baik, karena
selama di Wisma A1 PSTW klien tidak mau bersosialisasi
dengan lansia lainnya. Klien lebih sering menyendiri dan
melamun.
3) Aktivitas klien di panti
Klien mengikuti kegiatan di panti seperti; senam atau olahraga,
pengajian, keterampilan dan bimbingan social.
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda – tanda vital
1) Keadaan umum : keadaan umum klien baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Suhu : 36,5ºC
4) Nadi : 86x/menit
5) Tekanan darah : 110/80 mmHg
6) Pernapasan : 20x/menit
7) Tinggi badan : 153 cm
8) Berat badan : 50 kg
b. Pemeriksaan dan kebersihan perorangan
1) Kepala :
a) Rambut : bersih, pendek berwarna putih, tidak ada rontok,
tidak ada benjolan, sedikit bau.
b) Mata : simetris, pupil isokor, konjungtiva an-anemis, sclera
an-ikterik, terlihat cekung dan adanya kantung mata,
terlihat lesu.
c) Hidung : bersih, tidak ada polip, penciuman baik, tidak ada
pembesaran sinus
d) Telinga : sedikit kotor, tidak ada gangguan pendengaran,
tidak ada cairan.
59
2) Leher :
Normal, Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
3) Dada/thorax :
a) Dada : simetris antara dada kanan dan kiri tidak ada
kelainan.
b) Paru-paru : suara napas vasikuler, irama regular.
c) Jantung : normal, tidak ada bunyi murmur, tidak ada
bunyi gallop, suara jantung 1 dan 2 normal.
4) Abdomen :
Lunak, terdengar suara timpani, tidak ada distensi, hepar tidak
terasa, bising usus 8x/menit.
5) Muskuluskeletal :
6) Tidak ada tanda – tanda gangguan otot atau kelemahan otot,
kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
7) Lain – lain :
Extremitas atas dan bawah tidak ada edema, score MMSE 15
(25 : terdapat gangguan kognitif).
8) Keadaan lingkungan :
Kamar klien sedikit kurang rapih dan sedikit bau, terlihat
kurang nyaman.
5. Informasi penunjang
1) Diagnose medis : Katarak
2) Labotarium : -
3) Terapi medis : -
60
B. Resume pengkajian
Klien sudah lanjut usia datang kejakarta ingin mencari pekerjaan karena
dikampung berkeja sebagai seorang buruh tani, Klien masih memiliki istri
dan anak. Klien tidak merasa nyaman tinggal bersama keluarganya karena
sering cek-cok dan bertengkar bersama keluarganya, klien tidak ingin
kembali ke kampungnya karena sudah merasa nyaman tinggal dijakarta.
Klien berkeja sebagai pengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di
Jakarta dan tidak mempunyai tempat tinggal klien hidupnya pun
menggeladang. Klien terkena penertiban di jakarta saat mengemis lalu
klien di bawa ke “Panti Asuhan Tresna werdha Budi Mulia 2
Cengkareng”.
C. DATA FOKUS
Data subyktif Data obyektif
1. Klien mengatakan penglihatan
sedikit berkabut.
2. Klien mengatakan penglihatan
buram dan tidak jelas.
3. Klien mengatakan kadang-
kadang jika melihat benda
seakan bergoyang.
4. Klien Mengatakan saat melihat
terasa gelap dan pandangan
berbayang.
5. Klien mengatakan mata
sebelah kanan pernah di oprasi
tapi gagal.
6. Klien mengatakan takut
terhadap keadaanya.
7. Klien mengatakan takut jika
kataraknya di angkat/oprasi.
1. TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- N : 85x/menit
- R : 18x/menit
- S : 37 ºC
- Kesadaran : Composmentis
- Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
- TB : 153 cm
- BB : 50 kg
- Score MMSE : 23
2. Klien terlihat berhati-hati saat
berjalan
3. Saat berjalan klien terlihat agak
lamabat
4. Klien terlihat cemas dan takut
5. Klien tampak gelisah
6. Klien sering bertanya-tanya
61
8. Klien mengatakan tidak tahu
tentang penyakitnya
tentang penyakitnya
7. Rambut : bersih, pendek
berwarna putih, tidak ada
rontok, tidak ada benjolan,
sedikit bau,
8. Mata: simetris, pupil isokor,
konjungtiva an-anemis, sclera
an-ikterik, terlihat cekung dan
adanya kantung mata, terlihat
lesu,
9. Mukosa mulut lembab, turgor
kulit tidak elastis,
10. Abdomen : Lunak, terdengar
suara timpani, tidak ada
distensi, hepar tidak terasa.
D. ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1 Ds:
Klien mengatakan
penglihatan sedikit
berkabut.
Klien mengatakan
penglihatan buram dan
tidak jelas.
Klien mengatakan
kadang-kadang jika
melihat benda seakan
Resiko tinggi
terhadap cedera
Keterbatasan
penglihatan
62
bergoyang.
Klien Mengatakan saat
melihat terasa gelap dan
pandangan berbayang.
Do :
Klien terlihat berhati-hati
saat berjalan
Saat berjalan klien
terlihat agak lambat
TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- N : 85x/menit
- R : 18x/menit
- S : 37 ºC
- Kesadaran:
Composmentis
- Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
- TB : 153 cm
- BB : 50 kg
- Score MMSE : 23
Rambut : bersih, pendek
berwarna putih, tidak
ada rontok, tidak ada
benjolan, sedikit bau,
Mata: simetris, pupil
isokor, konjungtiva an-
anemis, sclera an-
ikterik, terlihat cekung
dan adanya kantung
63
mata, terlihat lesu,
Mukosa mulut lembab,
turgor kulit tidak elastis,
Abdomen: Lunak,
bising usus normal.
2 Ds :
Klien mengatakan mata
sebelah kanan pernah di
oprasi tapi gagal.
Klien mengatakan takut
terhadap keadaanya.
Klien mengatakan takut
jika kataraknya di
angkat/oprasi.
Do :
Klien terlihat cemas dan
takut
Klien sering bertanya-
tanya tentang
penyakitnya
TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N : 94x/menit
- R : 19x/menit
- S : 37 ºC
- Kesadaran:
Composmentis
Ketakutan Kehilangan
pandangan
komplit, jadwal
pembedahan,
atau ketidak
mampuan
mendapatkan
pandangan
64
3 Ds :
Klien mengatakan takut
terhadap keadaanya.
Klien mengatakan takut
jika kataraknya di
angkat/oprasi.
Klien mengatakan tidak
tahu tentang penyakitnya
Do :
Klien tampak cemas dan
takut
Klien tampak gelisah
TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N : 94x/menit
- R : 19x/menit
- S : 37 ºC
- Kesadaran:
Composmentis
Kurang
pengetahuan
Kurang
informasi tentang
penyakit
65
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tanggal di
temukan
Tanggal
teratasi
1 Resiko tinggi terhadap cedera
berhubungan dengan Keterbatasan
penglihatan di tandai dengan
Ds :
Klien mengatakan penglihatan
sedikit berkabut.
Klien mengatakan penglihatan
buram dan tidak jelas.
Klien mengatakan kadang-
kadang jika melihat benda
seakan bergoyang.
Klien Mengatakan saat melihat
terasa gelap dan pandangan
berbayang.
Do :
Klien terlihat berhati-hati saat
berjalan
Saat berjalan klien terlihat agak
lambat
TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- N : 85x/menit
- R : 18x/menit
- S : 37 ºC
- Kesadaran: Composmentis
- Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
04-04-2017 07-042017
66
- TB : 153 cm
- BB : 50 kg
- Score MMSE : 23
Rambut : bersih, pendek
berwarna putih, tidak ada
rontok, tidak ada benjolan,
sedikit bau,
Mata: simetris, pupil isokor,
konjungtiva an-anemis, sclera
an-ikterik, terlihat cekung dan
adanya kantung mata, terlihat
lesu,
Mukosa mulut lembab, turgor
kulit tidak elastis,
Abdomen : Lunak, bising usus
normal, tidak ada distensi,
hepar tidak terasa
2 Ketakutan berhubungan dengan
Kehilangan pandangan komplit, jadwal
pembedahan, atau ketidak mampuan
mendapatkan pandangan ditandai
dengan
Ds :
Klien mengatakan mata sebelah
kanan pernah di oprasi tapi
gagal.
Klien mengatakan takut
terhadap keadaanya.
Klien mengatakan takut jika
kataraknya di angkat/oprasi.
Do :
04-042017 07-042017
67
Klien terlihat cemas dan takut
Klien sering bertanya-tanya
tentang penyakitnya
TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N : 94x/menit
- R : 19x/menit
- S : 37 ºC
- Kesadaran: Composmentis
3 Kurang pengetahuan berhubungan
dengan Kurang informasi tentang
penyakit ditandai dengan
Ds :
Klien mengatakan takut
terhadap keadaanya.
Klien mengatakan takut jika
kataraknya di angkat/oprasi.
Klien mengatakan tidak tahu
tentang penyakitnya
Do :
Klien tampak cemas dan takut
Klien tampak gelisah
TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N : 94x/menit
- R : 19x/menit
- S : 37 ºC
- Kesadaran: Composmentis
04-04-2017 07-04-2017
68
F. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
1 Resiko tinggi terhadap cedera
berhubungan dengan
Keterbatasan penglihatan di
tandai dengan
Ds :
Klien mengatakan
penglihatan sedikit
berkabut.
Klien mengatakan
penglihatan buram dan
tidak jelas.
Klien mengatakan
kadang-kadang jika
melihat benda seakan
bergoyang.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam di harapkan resiko
cidera dapat di cegah
dengan kriteria hasil :
Menyatakan
pemahaman factor
yang terlibat dalam
kemungkinanceder
a
Mengubah
lingkungan sesuai
indikasi untuk
meningkatkan
keamanan
1. Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien
2. Sediakan lingkungan
yang aman untuk untuk
pasien
3. Anjurkan untuk
menghindari
lingkungan yang
berbahaya
4. Memasang side rall
tempat tidur
5. Menyediakan tempat
tidur yang nyaman dan
bersih
1. penurunan kecemasan
2. membantu pasien
untuk tetap merasa
aman dan tenang.
3. menurunkan cidera
akibat pengobatan
4. mengurangi cidera
5. membantu dalam
mengurangi cidera dan
membuat pasien
merasa nyaman
69
Klien Mengatakan saat
melihat terasa gelap dan
pandangan berbayang.
Do :
Klien terlihat berhati-hati
saat berjalan
Saat berjalan klien terlihat
agak lambat
TTV :
- TD:110/80 mmHg
- N : 85x/menit
- R : 18x/menit
- S : 37 ºC
- Kesadaran:
Composmentis
- Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
70
- TB : 153 cm
- BB : 50 kg
- Score MMSE : 23
Rambut : bersih, pendek
berwarna putih, tidak ada
rontok, tidak ada
benjolan, sedikit bau,
Mata: simetris, pupil
isokor, konjungtiva an-
anemis, sclera an-ikterik,
terlihat cekung dan
adanya kantung mata,
terlihat lesu,
Mukosa mulut lembab,
turgor kulit tidak elastis,
Abdomen : Lunak, tidak
ada distensi, hepar tidak
terasa.
71
2 Ketakutan berhubungan dengan
Kehilangan pandangan komplit,
jadwal pembedahan, atau ketidak
mampuan mendapatkan
pandangan ditandai dengan
Ds :
Klien mengatakan mata
sebelah kanan pernah di
oprasi tapi gagal.
Klien mengatakan takut
terhadap keadaanya.
Klien mengatakan takut
jika kataraknya di
angkat/oprasi.
Do :
Klien terlihat cemas dan
takut
Klien sering bertanya-
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan rasa
ketakutan teratasi dengan
kriteria hasil :
Klien tidak merasa
cemas dan takut
lagi.
Klien mampu
menangani rasa
takut.
1. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
2. Memberikan informasi
yang actual tentang
diagnosis,pengobatan, dan
prognosa
3. Ajarkan klien teknik
relaksasi
4. Tetap dengan pasien
untuk meningkatkan
keselamatan dan
mengurangi rasa takut
1. agar dapat membuat
pasien tenang
2. agar pasien mengetahui
tentang penyakit,serta
komplikasi yang akan
terjadi,jadwal
pengobatan dan
keberhasian pengobatan.
3. Untuk mengurangi
cemas dan takut.
4. agar pasien terhindar dari
cedera dan membantu
dalam mengatasi cemas
akibat penyakit ataupun
pengobatan yang akan di
lakukan.
72
tanya tentang penyakitnya
TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N : 94x/menit
- R : 19x/menit
- S : 37 ºC
- Kesadaran:
Composmentis
73
3 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan Kurang
informasi tentang penyakit
ditandai dengan
Ds :
Klien mengatakan takut
terhadap keadaanya.
Klien mengatakan takut
jika kataraknya di
angkat/oprasi.
Klien mengatakan tidak
tahu tentang penyakitnya
Do :
Klien tampak cemas dan
takut
Klien tampak gelisah
TTV :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapakan klien
mampu mengetahui
tentang penyakitnya
dengan kriteria hasil :
Klien mampu
mengenali
penyakitnya
Klien menyatakan
pemahaman
mengenai
kondisi/proses
penyakit dan
pengobatan.
1. Kaji sejauh mana klien
mampu mengenali
penyakitnya yang di
deritanya.
2. Berikan pendidikan
kesehatan tentang
penyakitnya.
3. Ajurkan/informasikan
klien agar tidak membeli
obat-obatan atau obat
tetes sembarangan.
4. Anjurkan pasien
menghindari membaca,
berkedip; mengangkat
berat, mengejan saat
defekasi, membongkok
pada panggul, meniup
hidung.
1. Untuk mengetahui
sejauh mana klien
mengetahui
penyakitnya.
2. Agar klien mampu
memahami dan
mengenali penyakit
yang di deritanya.
3. Untuk menghindari
resiko komplikasi
4. aktivitas yang
menyebabkan mata
lelah/regang, manuver
Valsalva, atau
meningkatkan TIO
dapat mempengaruhi
hasil bedah dan
mencetuskan
perdarahan.
74
- TD : 130/80 mmHg
- N : 94x/menit
- R : 19x/menit
- S : 37 ºC
- Kesadaran:
Composmentis
75
G. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/tanggal No. Dx Jam Tindakan keperawatan dan respon Paraf
Selasa
04-04-17
Dx
(I,II,III)
Dx. I
Dx. II
09:00
09:15
09:20
09:25
1. Observasi TTV
DS :-
DO : TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- N : 84x/menit
- R : 19x/menit
- S : 37 ºC
2. Membatu menyediakan lingkungan yang aman untuk klien seperti
menjauhkan benda-denda yang beresiko mencederai klien
DS : klien mengatakan terimakasih dan tidak takut lagi jatuh
DO : klien tampak senang dan terlihat aktif
3. Melakukan pendekatan pada klien secara verbal.
DS : klien mengatakan senang bertemu dengan perawat.
DO : klien terlihat senang dan mudah dekat dengan perawat.
4. Mengkaji keadaan proses pola pikir klien dengan menanyakan hari dan
jam.
DS : Klien mengatakan tidak tau hari apa dan jam berapa sekarang.
Abdul muslimin
76
09:30
09:35
09:40
09:45
DO : klien terlihat tidak mengetahui hari ini dan jam berapa, saat ditanya
hari setelah hari rabu klien tidak mampu menjawab, begitupun saat
ditanya setelah jam 8 klien tidak mampu menjawab.
5. Memanggil klien dengan namanya.
DS : klien mengatakan senang dipanggil namanya.
DO : klien terlihat senang dan menjadi percaya kepada perawat.
6. Melakukan review tentang angka atau huruf.
DS : klien mengatakan senang karena dapat menyebutkan angka 1 – 10.
DO : klien terlihat mampu mengingat angka 1 – 10
7. Memperkenalkan nama mahasiswa yang ada dan mengevaluasi.
DS : klien mengatakan senang karena mampu menyebutkan 5 nama
perawat.
DO : klien terlihat mampu menyebutkan 5 nama perawat secara berulang.
8. Memberi isyarat lingkungan, waktu, dan tempat
DS : klien mengatakan tidak tau tanggal dan hari apa sekarang serta tidak
tau sedang berada dimana, namun dapat menyebutkan setelah dijelaskan
oleh perawat.
77
Dx. III
10:00 9. Mengkaji kemampuan klien mengenali penyakit yang di deritanya
DS: klien mengatakan tidak tau tentang penyakitnya.
DO : klien tampak kebingungan saat ditanya tentang penyakit yang
dideritanya.
Rabu
05-04-17
Dx.
(I,II,III)
Dx. II
Dx. II
09:00
09:10
09:15
1. Observasi TTV
DS :-
DO : TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N : 96x/menit
- R : 19x/menit
- S : 37 ºC
2. Melakukan pendekatan pada klien secara verbal.
DS : klien mengatakan senang bertemu dengan perawat.
DO : klien terlihat senang dan mudah dekat dengan perawat.
3. Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
DS : klien mengatakan rasa takut dan cemas sedikit menghilang
DO : klien terlihat sedikit tenang setelah melakukan tehnik relasasi napas
dalam.
Abdul muslimin
78
Dx. III
Dx. III
Dx. I
09:30
09:35
13:30
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang katarak
DS : klien mengatakan sedikit mengerti apa yang telah di jelaskan
perawat
DO : klien tampak serius mendengarkan dan memperhatikan apa yang
telah perawat jelaskan
5. Menanyakan kembali kepada klien apa itu katarak
DS: klien mengatakan katarak adalah penglihatan yang berkabut,
penyebabnya yaitu : usia, keturunan, lingkungan, dan cidera pada mata.
Cara penycegahannya: selalu membersihkan mata, jauh dari sinar
ultraviolet, berhenti meroko, dan makan buah-buahan yang mengandung
vit C,A,E
DO : klien terlihat sudah mengerti tentang penyakitnya
6. Membatu melakukan cara perawatan mata
DS : klien mengatakan mata terasa bersih dan penglihatan sedikit tidak
ada yang menghalangi lagi seperti bayangan putih
DO : klien terlihat bersih pada matanya.
79
Kamis
06-04-17
Dx.
(I,II,III)
Dx. I
Dx. III
09:00
09:10
09: 20
1. Observasi TTV
DS :-
DO : TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- N : 84x/menit
- R : 19x/menit
- S : 37 ºC
2. Membatu menyediakan lingkungan yang aman untuk klien seperti
menjauhkan benda-denda yang beresiko mencederai klien
DS : klien mengatakan terimakasih dan tidak takut lagi jatuh
DO : klien tampak senang dan terlihat aktif
3. Menanyakan kembali kepada klien apa itu katarak
DS: klien mengatakan katarak adalah penglihatan yang berkabut,
penyebabnya yaitu : usia, keturunan, lingkungan, dan cidera pada mata.
Cara penycegahannya: selalu membersihkan mata, jauh dari sinar
ultraviolet, berhenti meroko, dan makan buah-buahan yang mengandung
vit C,A,E
DO : klien terlihat sudah mengerti tentang penyakitnya
Abdul muslimin
80
Dx.II
Dx. I
10:30
13: 45
4. Mengajurkan klien tehnik relaksasi nafas dalam saat rasa takut dan cemas
muncul.
DS : klien mengatakan sudah bias melakukan tehnik relaksasi napas
dalam sendiri
DO : klien terlihat mampu melakukanya sendiri .
5. Membatu melakukan cara perawatan mata
DS : klien mengatakan mata terasa bersih dan penglihatan sedikit tidak
ada yang menghalangi lagi seperti bayangan putih
DO : klien terlihat bersih pada matanya.
81
H. CATATAN KEPERAWATAN
Hari /Tanggal No. Dx (SOAP) Paraf
Selasa
04-04-2017
Jam
14:00
Dx. I
S :
- klien mengatakan penglihatan masih buram dan berkabut
- Klien Mengatakan saat melihat terasa gelap dan pandangan
berbayang.
O :
- klien terlihat masih berdiam di kamar tidak berani untuk keluar
kamar
A : masalah belum terjadi
P : lanjutkan intervensi
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
Sediakan lingkungan yang aman untuk untuk pasien
Anjurkan untuk menghindari lingkungan yang berbahaya
Memasang side rall tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
Abdul muslimin
82
Dx. II
Dx. III
S : klien terlihat masih ketakutan dan cemas
O : klien terlihat gelisah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan dan modifikasi intervensi
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Memberikan informasi yang actual tentang
diagnosis,pengobatan, dan prognosa
Ajarkan klien teknik relaksasi
Tetap dengan pasien untuk meningkatkan keselamatan dan
mengurangi rasa takut
S : klien mengatakan tidak tau tentang penyakitnya
O : klien terlihat gelisah dan tidak tau saat ditanya tentang penyakitnya
A: maslah belum teratasi
Abdul muslimin
Abdul muslimin
83
P: lanjutkan dan modifikasi intervensi
Kaji sejauh mana klien mampu mengenali penyakitnya yang di
deritanya.
Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya.
Ajurkan/informasikan klien agar tidak membeli obat-obatan atau
obat tetes sembarangan.
Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat
berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul,
meniup hidung.
Rabu
05-04-2017
Jam
14:00
Dx.I
S :
- klien mengatakan mata terasa bersih setelah di lakukan perawatan
mata dan penglihatan sedikit jelas
O :
- mata tampak bersih
- klien saat beraktifitas terlihat dengan hati-hati
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan dan modifikasi intervensi
Abdul muslimin
84
Dx. II
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
Sediakan lingkungan yang aman untuk untuk pasien
Anjurkan untuk menghindari lingkungan yang berbahaya
Memasang side rall tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
S :
- klien mengatakan cemas sedikit berkurang
- Klien mengatakan senang telah di ajarkan tehnik rileksasi nafas
dalam
O :
- klien tampak rileks
- Klien terlihat mengikuti saat di ajarkan tehnik rileksasi napas
dalam
A : masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan dan modifikasi intervensi.
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Memberikan informasi yang actual tentang diagnosis,pengobatan,
Abdul muslimin
Abdul muslimin
85
Dx. III
dan prognosa
Ajarkan klien teknik relaksasi
Tetap dengan pasien untuk meningkatkan keselamatan dan
mengurangi rasa takut
S :
- klien mengatakan mengerti dan paham apa yang telah di ajarkan
perawat.
O :
- klien tampak serius mendengarkan dan memperhatikan saat di
berikan penkes.
A: masalaah teratasi sebagian
P: lanjutkan dan modifikasi intervensi.
Kaji sejauh mana klien mampu mengenali penyakitnya yang di
deritanya.
Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya.
Ajurkan/informasikan klien agar tidak membeli obat-obatan atau
obat tetes sembarangan.
86
Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat
berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul,
meniup hidung.
Kamis
06-04-2017
Jam
14:00
Dx. I
Dx. II
S :
- Klien Mengatakan penglihatan sedikit masih terasa gelap dan
pandangan berbayang.
- Klien mengatakan penglihatan masih sedikit berkabut dan buram
O :
- Klien terlihat berhati-hati saat berjalan
- Saat berjalan klien terlihat agak lambat
A : masalah belum terjadi
P :--
S :
- klien mengatakan rasa takut dan cemas mulai menghilang
- Klien mengatakan akan memperaktikan tehnik nafas dalam jika
rasa cemas dan takut muncul
O : klien terlihat melakukaan tehnik relaksasi nafas dalam secara mandiri
Abdul muslimin
Abdul muslimin
87
Dx. III
A : masalah teratasi
P : pertahankan tindakan keperawatan.
S :
- klien mengatakan sudah mampu mengenal masalah penyakit
yang di deritanya
O :
- klien tampak tidak cemas lagi
- Klien tampak sudah tau dan paham pengertian, penyebab dan
pencegahan katarak
A: masalah teratasi
P: pertahankan tindakan keperwatan
Abdul muslimin
91
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan antara tinjauan teoritis
dengan laporan kasus penelitian.. Dalam pembahasan ini penulis mencoba
membandingkan antara tinjauan teoritis dan laporan kasus tentang pemenuhan
kebutuhan dasar pada lansia Tn. M dengan Katarak di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 2 Cengkareng dengan mengikuti tahap-tahap proses keperawatan
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
A. Pengkajian keperawatan
Pada tahap pengkajian penulis mengarah pada format pengkajian yang telah
disediakan dari institusi, dan mengacu pada proses pengkajian yang terdapat
pada tinjauan teoritis. Untuk pengumpulan data pengkajian, penulis
melakukan wawancara dengan klien, melakukan pemeriksaan fisik, observasi
langsung, melihat catatan keperawatan serta hasil-hasil penunjang lainnya.
Namun, untuk mendapatkan data yang lengkap tentang respon terhadap
tindakan yang dilakukan, penulis mendapat kesulitan dalam pengkajian
kerena banyak data yang tidak lengkap, misalnya pada pengkajian tidak ada
data pemeriksaan diagnostic seperti hasil labotarium, Selain itu, minimnya
sumber buku tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan demensia juga
menyulitkan penulis untuk melakukan pengkajian.
Dalam pengkajian setelah data yang diperoleh dan kemudian dianalisa serta
dibandingkan dengan tinjauan teoritis dan laporan kasus, terdapat beberapa
kesamaan pada tanda dan gajala yang terdapat pada tinjauan teori Katarak.
Pada teori tanda dan gejala stadium awal pada tinjauan teori adalah
Penglihatan kabur, Penglihatan semakin buram pada sore hari, Peka terhadap
sinar atau cahaya, Kadang penglihatan menjadi berbayang, Memerlukan
pencahayaan yang terang untuk dapat membaca, Lensa mata berubah menjadi
buram seperti kaca susu. Sedangkan penyebab yang ditemukan pada Tn. M
adalah faktor usia dan trauma. Gejala lain yaitu penglihatan buram dan
92
berkabut, kadang-kadang jika melihat benda seakan bergoyang dan sedikit
gelap. Tn. M di diagnose Katarak sejak 5 tahun yang lalu dengan tanda gejala
penglihatan sedikit berkabut, buram, dan kadaang-kadang jika melihat benda
seakan bergoyang.
Pada tinjaun konsep, Penyebab utama katarak adalah usia, genetik tetapi
banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik
(seperti diabetes), merokok dan herediter. Sedangkan penyebab yang
ditemukan pada TN. M adalah faktor usia dan trauma. Gejala lain yaitu
penglihatan buram dan berkabut, kadang-kadang jika melihat benda seakan
bergoyang dan sedikit gelap. Tn. M di diagnose Katarak sejak 5 tahun yang
lalu dengan tanda gejala penglihatan sedikit berkabut, buram, dan kadaang-
kadang jika melihat benda seakan bergoyang.
menurut teori pada aspek social, lansia cenderung memusatkan diri pada
persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematian. Sedangkan
yang penulis dapatkan pada kasus Tn. M cenderung menyendiri, melamun
dan tertutup atau kurang berinteraksi dengan lansia lainnya. Namun Tn. M
masih aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di PSTW Budhi Mulia 2
Cengkareng, Dalam aspek psikologis menurut teori lansia akan mengalami
gejala psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat
marah, mudah tersinggung, dan curiga karena pada seorang lansia cenderung
sudah tidak dibutuhkan lagi. Sedangkan Tn. M saat di kaji menunjukan
ekspresi wajah senang, namun klien tertutup dengan masalah-masalah yang
dihadapi, dan Dalam aspek spiritual menurut teori pada tinjauan teoritis
bahwa lansia akan semakin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
sesuai dengan Tn. M baik dalam melakukan ibadah klien setiap hari selalu
mengerjakan sholat 5 waktu dengan rutin. Klien beribadah sama seperti
orang-orang pada umumnya tidak ada kebiasaan khusus, klien juga mengikuti
acara pengajian setiap hari selasa di Panti.
93
Pada tinjauan teoritis menurut Abraham Maslow terdapat kebutuhan dasar
manusia yaitu, fisiologis (oksigen, cairan (minum), nutrisi (makan),
keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, istirahat tidur, serta kebutuhan seksual,
rasa amana nyaman, kebutuhan rasa dicintai, harga diri, kebutuhan aktualisasi
diri, sedangkan pada kasus Tn. M dari kebutuhan fisiologisnya tidak
ditemukan gangguan pada Tn. M karena pernafasan Tn. M masih dalam batas
normal. saat eliminasi Bak dan BAB lancar, saat makan dan minum tidak ada
masalah. Kebutuhan dasar yang terganggu menurut teori maslow yang ada
pada kasus Tn. M adalah kebutuhan rasa aman dan keselamatan, hal ini
terjadi karena klien mengatakan, penglihatan sedikit berkabut, buram, dan
kadaang-kadang jika melihat benda seakan bergoyang. Dengan keadaannya
ini klien beresko untuk jatuh.
B. Diagnose keperawatan
Setelah dilakukan proses pengkajian dan data yang sudah terkumpul
dikelompokkan sesuai dengan masalahnya, maka penulis merumuskan
diagnosa keperawatan berdasarkan data-data tersebut. Berdasarkan teori
diagnosa yang terdapat pada pasien Katarak, yaitu :
1. Ketakutan berhubungan dengan kehilangan pandangan komplit, jadwal
pembedahan atau ketidak mampuan mendapatkan pandangan.
2. Resiko cidera berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
3. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi tentang
penyakit ditandai dengan.
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut ) berhubungan dengan prosedur invasif
6. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(bedah dan pengangkatan)
94
Diagnosa yang muncul pada kasus Klien Tn. M yang sesuai dengan tinjauan
teoritis diantaranya adalah ;
1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan Keterbatasan
penglihatan. Diagnose ini muncul karena klien mengatakan: Klien
mengatakan penglihatan sedikit berkabut, Klien mengatakan penglihatan
buram dan tidak jelas, Klien mengatakan kadang-kadang jika melihat
benda seakan bergoyang dan, Klien Mengatakan saat melihat terasa gelap
dan pandangan berbayang.
2. Ketakutan berhubungan dengan Kehilangan pandangan komplit, jadwal
pembedahan, atau ketidak mampuan mendapatkan pandangan ditandai
dengan Klien mengatakan mata sebelah kanan pernah di oprasi tapi gagal,
Klien mengatakan takut terhadap keadaanya, Klien mengatakan takut jika
kataraknya di angkat/oprasi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi tentang
penyakit ditandai dengan. Klien mengatakan takut terhadap keadaanya,
Klien mengatakan takut jika kataraknya di angkat/oprasi, Klien
mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
Sedangkan diagnosa yang tidak muncul pada kasus, terdapat 2 diagnosa,
antara lain :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut ) berhubungan dengan prosedur invasif
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(bedah dan pengangkatan)
C. Perencanaan keperawatan
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat
pada tinjauan teoritis serta disesuaikan dengan kondisi panti maupun kondisi
klien itu sendiri. Perencanaanya terdiri dari 4 tahap, yaitu menentukan
prioritas masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dan melaksanakan
tindakan keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah tidak terdapat
kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan teoritis,
prioritas masalah yang dapat di tegakan adalah Resiko cidera, pada kasus Tn.
95
M prioritas masalah yang ditegakan sesuai dengan tinjaun teoritis yaitu Resiko
cidera. Hal ini terjadi karena klien mengatakan penglihatan buram dan
berkabut.
Pada perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan yang berarti. Karena penulis
mengacu pada tinjauan teoritis dan klien kooperatif dalam merencanakan
tindakan untuk mengatasi keperawatan. Dalam penyusunan tujuan dan kriteria
hasil sudah dibuat sesuai tinjauan teoritis yang mencakup variabel SMART
sehingga tujuan dan kriteria hasil yang dibuat bersifat spesifik, dapat diukur,
dapat dicapai, rasional, dan mencakup batas waktu pencapaian tujuan yang
diharapkan dari setiap masalah keperawatan yang ada. Tujuan ditetapkan pada
masing-masing diagnosa disesuaikan berdasarkan kondisi pasien, beratnya
masalah, dan kondisi yang memungkinkan, sehingga waktu yang ditetapkan
untuk masing-masing diagnosa berbeda-beda. Hal ini dibuat dengan tujuan,
jika tujuan tersebut belum teratasi pada batas waktu yang ditemukan, maka
rencana tindakan yang telah dibuat dapat dilimpahkan kepada perawat panti.
Sedangkan dalam merencanakan tindakan keperawatan, penulis tidak banyak
menemui kesulitan, hal ini dikarenakan pasien kooperatif dan mau diajak
bekerjasama serta tersedianya ruangan yang cukup memadai khususnya yang
terkait tindakan keperawatan.
D. Plaksanaan keperawatan
Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat penulis. Pada tahap pelaksanaan penulis
melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai pada rencana tindakan
sampai dengan hari ketiga.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil dari proses keperawatan dimana dalam tahap ini,
penulis akan melakukan evalusi proses dan evaluasi akhir. Dalam membuat
evaluasi bedasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
96
berdasarkan perencanaan. Pada kasus Tn. M terdapat dua diagnosa yang
teratasi yaitu :
1. Ketakutan berhubungan dengan Kehilangan pandangan komplit, jadwal
pembedahan, atau ketidak mampuan mendapatkan pandangan ditandai
dengan Klien mengatakan mata sebelah kanan pernah di oprasi tapi gagal,
Klien mengatakan takut terhadap keadaanya, Klien mengatakan takut jika
kataraknya di angkat/oprasi.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi tentang
penyakit ditandai dengan. Klien mengatakan takut terhadap keadaanya,
Klien mengatakan takut jika kataraknya di angkat/oprasi, Klien
mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
Sedangkan masalah yang belum teratasi yaitu:
1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan Keterbatasan
penglihatan. Diagnose ini muncul karena klien mengatakan: Klien
mengatakan penglihatan sedikit berkabut, Klien mengatakan penglihatan
buram dan tidak jelas, Klien mengatakan kadang-kadang jika melihat
benda seakan bergoyang dan, Klien Mengatakan saat melihat terasa gelap
dan pandangan berbayang.
97
BAB V
KESIMPULAN
Pada bab ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil
pembahasan Asuhan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada lansia Tn. M dengan
Katarak selama 3 hari dari tanggal 4-6 Apri 2017 di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 2 Cengkareng, Penulisan mengambil kesimpulan baik dari tinjauan
teoritis maupun tinjaun kasus yaitu:
A. Kesimpulan
Berdasarkan diagnosa yang ada pada teori ada 6 diagnosa, sedangkan yang
ada pada teori dan ada pada tinjauan kasus terdapat 3 diagnosa untuk klien
dengan gangguan sistem persepsi sensori penglihatan: katarak yaitu;
1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan Keterbatasan
penglihatan.
2. Ketakutan berhubungan dengan Kehilangan pandangan komplit, jadwal
pembedahan, atau ketidak mampuan mendapatkan pandangan
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi tentang
penyakit
Pada tahap perencanaan sesuai dengan kosep teori serta disesuaikan dengan
kondisi klien. Setelah rencana keperawatan di buat kemudian di
implementasikan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat penulis. Dari
semua intervensi yang telah dibuat semua dapat dilaksanakan.
Tindakan keperawatan yang yang telah dilakukan pada Tn. M yaitu mengkaji
keluhan klien, mengkaji keadaan umum klien, memonitor tanda –tanda vital,
modifikasi lingkungan klien, melakukan penkes mengenai penyakit Katarak
selain itu juga penulis melakukan perawatan mata pada klien dan teknik
relaksasi napas dalam pada klien agar klien tidak lagi cemas dan takut, dan
fungsi yang lainnya yaitu untuk merileksasikan klien agar tenang.
98
Evaluasi yang didapatkan setelah diakukan tindakan keperawatan selama 3
hari adalah 2 diagnosa yang teratasi sebagai berikut:
1. Ketakutan berhubungan dengan Kehilangan pandangan komplit, jadwal
pembedahan, atau ketidak mampuan mendapatkan pandangan
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi tentang
penyakit
Sedangkan diagnose yang belum terjadi adalah:
1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan Keterbatasan
penglihatan.
B. Saran
Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di Panti Sosial Tresna
Wredha Budi Mulia 2 Cengkareng dan berdasarkan kesimpulan yang telah
dibuat oleh penulis, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai
berikut :
1. Tim perawat dan klinik di panti diharapkan dapat melengkapi alat-alat
kesehatan khususnya untuk penyakit Katarak untuk mempermudah lansia
di panti untuk memeriksakan kesehatannya, menyediakan alat-alat untuk
melakukan perwatan mata pada klien dengan Katarak.
2. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat menyediakan sumber-
sumber buku yang lengkap dengan edisi terbaru, khususnya tentang
Katarak dan pemenuhan kebutuhan dasar lansia dengan Katarak.
3. Untuk penulis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta
kemampuan dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar sesuai
dengan kondisi klien.
99
DAFTAR FUSTAKA
Ilyas, Sidarta .2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit
Istiqomah, N Indriani. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.
Jakarta: EGC
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC
Martono, Hadi. 2011. Buku ajar Boedhi-Darmojo, GERIATRI. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika.
Padila, Haikhi. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
medika
Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Stanley M, Patricia GB.2010. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Tamsuru, Anas. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Yuli Aspiani, Reny. 2014. Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi NANDA, NIC
dan NOC- jilid 1. Jakarta: TIM
100
Lampiran
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KATARAK
Pokok Bahasan: Katarak
Topik :
1. Pengertian katarak
2. Penyebab Katarak
3. Tanda dan gejala Katarak
4. Jenis-jenis
5. Penanganan Katarak
Sasaran : Tn. M
Penyuluhan : ABDUL MUSLIMIN
Tingkat/ semester : III/ VI
Hari/ Tanggal : rabu, 4 April 2017
Waktu : 60 menit
Tempat : di Wisma A di PSTW Budi Mulia 2 Cengkareng
A. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 60 menit diharapkan Tn.
M dapat melakukan perawatan pada penyakit
Katarak
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 60 menit, Tn. M dapat
menjelaskan kembali tentang :
1. Pengertian Katarak
2. Penyebab Katarak
3. Jenis-jenis Katarak
4. Tanda dan gejala Katarak
101
5. Penanganan Katarak
C. METODE
Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
D. MEDIA
1. Lembar balik
2. Leaflet
E. MATERI
Terlampir
F. KEGIATAN
1. PERSIPAN
a. Berpakaian rapi dan sopan
b. Mempersiapkan media untuk penyuluhan, yaitu : lembar balik dan
leaflet.
2. PERSIAPAN
TAHAP KEGIATAN
PENYULUHAN
KEGIATAN AUDIENS MEDIA
Pembukaan
5 menit
1. Meberikan salam
2. Meperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan kontrak
waktu
1. Membalas salam
penyaji
2. Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. Mendengarkan
dan
memperhatikan
4. Mendengarkan
dan
102
memperhatikan
Pelaksanaan
35 menit
Penjelasan materi :
1. Pengertian katarak
2. Penyebab Katarak
3. Jenis- jenis Katarak
4. Tanda dan gejala
Katarak
5. Penanganan katarak
Mendengarkan dengan
aktif
Lembar
balik dan
Leaflet
Penutup
20 menit
1. Memberikan beberapa
pertanyaan untuk
mengevaluasi sejauh
mana pemahaman
pasien
2. Menyimpulkan secara
bersama-sama
3. Mengakhiri
penyuluhan
4. Memberi salam
penutup
1. Menjawab
pertanyaan
2. Menyimpulkan
3. Mendengarkan
dan
memperhatikan
4. Membalas salam
penutup
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Perawat mempersiapkan SAP, materi, dan media yang akan
diberikan
Perawat datang tepat waktu dan pada tempat yang telah
ditentukan
Acara dimulai dan berakhir tepat waktu
2. Evaluasi proses
Tn. M mengikuti pendidikan kesehatan dari awal hingga akhir
Klien mampu :
103
a. Menyebutkan kembali pengertian Katarak
b. Menyebutkan kembali penyebab Katarak
c. Menyebutkan kembali jenis-jenis Katarak
d. Menyebutkan kembali tanda dan gejala Katarak
e. Menyebutkan kembali penanganan Katarak
3. Evaluasi hasil
Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil jika : Lebih dari 75% klien
mampu menjawab pertanyaan perawat.
104
Lampiran
KATARAK
1. Pengertian
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab
umum kehilangan pandangan secara bertahap, derajad disabilitas yang di
timbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan denistasi keburaman
(istiqomah, 2012).
2. Penyebab Katarak
a) Kelainan bawaan
b) Proses ketuaan
c) Penyakit umum seperti
d) Diabetes
e) Penyulit obat
f) Penyakit didalam mata seperti
• Radang selaput hitam
• Glaukoma
• Ablasi retina
• Kelainan kaca mata minus yang dalam
3. Jenis-jenis katark
a) Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah bayi lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun.
b) Katarak traumatik merupakan katarak yang terjadi karena trauma atau
cedera pada mata.
c) Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit lain dan
keracunan beberapa jenis obat
d) Katarak senilis merupkan katarak yang berkaitan dengan usia.
Merupakan jenis katarak yang paling umum.
105
4. Tanda dan gejala Katarak
a) Penglihatan kabur
b) Penglihatan semakin buram pada sore hari.
c) Peka terhadap sinar atau cahaya.
d) Mata tidak sakit dan tidak merah.
e) Kadang penglihatan menjadi berbayang
f) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
g) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
5. Penanganan Katarak
a) Mengkonsumsi buah-buahan yangmengandung vitamin C,
sayuranhijau, kacang-kacangan, susu, hati,vitamin E.
b) Mengontrol gula darah, uspenderita diabetes militus
c) Tidak merokok dan menghindari asap rokok.
d) Tidak mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang.
e) Mencegah trauma langsung terhadap mata.
f) Kurangi paparan langsung sinar UV.
g) Deteksi dini katarak ke dokter spesialis mata.
106
107
108
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. BIODATA MAHASISWA
Nama Lengkap : Abdul Muslimin
NIM : 2014750001
Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 13 juni 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Cilandak, Rt/Rw.001/006, Desa:
Mukti Jaya, Kec: Setu, Kab: Bekasi
B. RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN MUKTI JAYA SETU-BekasI 2002-2008
2. SMP ISLAM DARUSSALAM Ciluengsi-Bogor 2008-2011
3. MAN 3 BOGOR Jonggol-Bogor 2011-2014
4. Akademi Keperawatan FIK-UMJ Jakarta Pusat 2014-2017
C. RIWAYAT ORGANISASI
1. Anggota OSIS Smp Islam Darussalam Ciluengsi-Bogor 2009-2010
2. Anggota IKM (Ikatan Keluarga Mahasiswa) FIK-UMJ Jakarta Pusat
2016-2017