asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal nafas
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS
PENGERTIAN
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah
normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh
masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen
dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS
Jantung “Harapan Kita”, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak
dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh.
Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing
masing mempunyai pengertian yang bebrbeda.
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara
struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien
mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.
Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik
struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal
ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator
karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah
ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi
jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak
(pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak,
ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat
pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan
anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan
denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia
atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
ETIOLOGI
1. Depresi Sistem saraf pusatMengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)
sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primerAkan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul
dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf
spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla
spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan
sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraksMerupakan kondisi yang mengganggu ventilasi
melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. TraumaDisebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan
yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat
mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks
dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat
terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi
yang mendasar
5. Penyakit akut paruPnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat
asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain
yang menyababkan gagal nafas.
TANDA DAN GEJALA
TANDA
Gagal Napas Total
1. Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
2. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada
pengembangan dada pada inspirasi
3. Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial
1. Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
2. Ada retraksi dada
GEJALA
*Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
* Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan:PaO2<80mmHg
Sedang:PaO2<60mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
• Pemeriksaan rontgen dadaMelihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang
tidak diketahui
• Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
• EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
1.Airway
•Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
• Menggunakan otot aksesori pernapasan
• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
• Sakit kepala
• Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine
PENTALAKSANAAN MEDIS
• Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
• Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
• Inhalasi nebuliser
• Fisioterapi dada
• Pemantauan hemodinamik/jantung
• Pengobatan
a). Brokodilator
b). Steroid
• Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang
efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
• Adanya penurunan dispneu
• Gas-gas darah dalam batas normal
Intervensi :
• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
• Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan
• Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau
kecendurungan penurunan PaO2
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam
• Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk
mengoptimalkan pernapasan
• Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama
batuk
• Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir
• Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan
frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien
memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi
sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang
adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
• Bunyi paru bersih
• Warna kulit normal
• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi :
• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat
kesadaran pada dokter.
• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2
atau penurunan dalam PaO2
• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan
• Pantau irama jantung
• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
• Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.
• Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.
3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan:
• TTV normal
• Balance cairan dalam batas normal
• Tidak terjadi edema
Intervensi :
• Timbang BB tiap hari
• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
• Monitor parameter hemodinamik
• Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit
4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan
• Status hemodinamik dalam bata normal
• TTV normal
Intervensi :
• Kaji tingkat kesadaran
• Kaji penurunan perfusi jaringan
• Kaji status hemodinamik
• Kaji irama EKG
• Kaji sistem gastrointestinal
Daftar pustaka
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company,
Philadelpia.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.
Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta.
Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB
Lippincott Company, Philadelphia.
Artikel ini tidak dapat di copy paste, silahkan download pada link di bawah
Sumber: http://akperppnisolojateng.blogspot.com/
ASKEP CA COLON
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relative umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum kedua dri kanker internal di Amerika serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira- kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat penyakit atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah serat.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa dan bagaimana pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca KOlon.
C. TUJUAN
Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Kolon.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI, 2008 : 268).
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
a) Kolon asendens (kanan)
b) Kolon transversum
c) Kolon desendens (kiri)
d) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
C. ETIOLOGI
Terdapat beberapa etiologi utama kanker yaitu:
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
a. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma c. Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena
karsinoma kolon.
3. Genetik : Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).
4. Radiasi dan paparan zat kimia dan senyawa lain yang berpotensi menimbulkan reaksi karsinogenik.
D. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup sertamerusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapatterlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan kolon asendens. Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar ) dan dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda – beda. Tumor dapat menyebar:
a) secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
b) melalui pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan Mesokolon
c) melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar limfe.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209) :
a. A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
b. B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
c. B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
d. C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah.
e. C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
f. D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses.
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.
a) Colon Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia
b) Colon Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia.
c) Colon Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang pada feses, obstruksi.
d) Rectum : terdapat darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan rectal.
G. PERTIMBANGAN GERONTOLOGI
Insidens karsinoma kolon dan rektum meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia kecuali untuk kanker prostatik pada pria. Gejala sering tersembunyi. Keletihan hampir selalu ada, akibat anemia defisiensi besi primer. Gejala yang sering dilaporkan oleh lansia adalah nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus dan perdarahan rektal. Kanker kolon pada lansia berhubungan erat dengan karsinogen diet. Kekurangan serat adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase feses melalui saluran usus menjadi lama, sehingga terpajan karsinogen cukup lama. Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
H.
STADIUM KLINIS
Stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN (Tambayong, 2000 : 143).
TIS : Carcinoma in situ
T1 : Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2 : Sudah mengenai otot dinding
T3 : Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4 : Sama dengan T3 dengan fistula
N : Limfonodus terkena
M : Ada metastasis
I. KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Endoskopi : pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b) Radiologis : Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.
c) Ultrasonografi (USG) : Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d) Histopatologi : Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
e) Laboratorium : Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic, sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
Kelemahan, kelelahan/keletihan
Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda: Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala: Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
Perubahan bising usus, distensi abdomen
TEraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
Anoreksia, mual, muntah
Intoleransi makanan
Tanda: Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala: Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
7. Keamanan:
Gejala: Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda: Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi sosial
Gejala:
Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
Riwayat kanker dalam keluarga
Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
B. Prioritas Masalah Keperawatan
1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama
mencakup yang berikut :
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
2. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
a. Peningkatan bunyi usus/peristaltic
b. Peningkatan defekasi cair
c. Perubahan warna feses
d. Nyeri/kram abdomen
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
a. Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
b. Peningkatan bunyi usus
c. Konjungtiva dan membran mukosa pucat
d. Mual, muntah, diare
5. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
7. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
9. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
a. Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
b. Tidak akurat mengikuti instruksi
c. Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
D. Intervensi Dan Rasional
1. Diagnosa : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan dapatmempertahan hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat
INTERVENSI RASIONAL
1) Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat badan tiap hari.
2) Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu)
3) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat
4) Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja
5) Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar
6) Kolaborasi pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi
7) Kalaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiemetik, mis, trimetobenzamida (Tigan); hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine), Antipiretik, mis, asetaminofen (Tyenol), Vitamin K
Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan
Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan cairan
Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus
Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vit. K dan merusak koagulasi, potensial resiko pendarahan
Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/ anemia
Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut, Mengontrol demam, Merangsang pembentukan protrombin
hepatik, menstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan
2. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan diare atau penurunan frekuaensi defekasi.
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi).
2. Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.
3. Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetuskan diare.
4. Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.
5. Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda sehingga perlu diantisipasi dengan menyiapkan keperluan klien
Mencegah timbulnya maslah kekurangan cairan.
Membantu klien menghindari agen pencetus diare.
Menilai perkembangan masalah.
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).
Mengantisipasi tanda-tanda bahaya perforasi dan peritonitis yang memerlukan tindakan kedaruratan.
Antibiotika untuk membunuh /menghambat pertumbuhan agen patogen biologik, antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi digestif, kortikosteroid untuk menurunkan proses inflamasi.
3. Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau skala nyeri berkurang.
Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
2. Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi
3. Berikan tindakan yang nyaman ( pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas senggang
4. Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis,
Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic
Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan kemampuan koping.
bimbingan imajinasi, visualisasi. Berikan aktivitas tenggang
5. Berikan obat sesuai indikasi, mis, analgesik
Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan ketidak nyamanan
Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.
4. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan: setelsh dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil : klien melaporkan selera makannya meningkat
INTERVENSI RASIONAL
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi
2. Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)
4. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
5. Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan.
Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.
Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.
5. Diagnosa : Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
Tujuan : setelsh dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi.
Kriteria hasil : klien melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur.
Intervensi Rasional
1. pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelunya
2. observasi gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah
3. berikan pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi
Membantu dalam jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi
Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi
Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses
6. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan dapat meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanpa infeksi.
Kriteria hasil : klien melaporkan luknya sudah sembuh atau mulai sembuh / mengering
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi luka, catat karakteristik drainase
2. Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tekhnik aseptic
3. Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk lama
Perdarahan pascaoperasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja
Sejumlah besar drainase serosa menuntut penggantian dengan sering untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial ptensi
Meningkatkan drainase dari luka parineal atau drain menurunkan resiko pengumpulan. Duduk lama meningkatkan tekanan parineal, menurunkan sirkulasi keluka, dan memperlambat penyembuhan
4. Kalaborasi irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal, larutan hidrogen peroksida, atau larutan antibiotic
5. Kalaborasi rendam duduk
Diperlukan untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi atau kontaminasi intraoperasi
Meningkatkan kebersihan dan memudahkan penyembuhan.
7. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
Tujuan: Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan rileks
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Orientasikan klien dan orang terdekat
terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
2. Eksplorasi kecemasan klien dan berikan
umpan balik.
3. Tekankan bahwa kecemasan adalah
masalah yang lazim dialami oleh banyak
orang dalam situasi klien saat ini.
4. Ijinkan klien ditemani keluarga
Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/ rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
Mengidentifikasi faktor pencetus/ pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.
Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima
(significant others) selama fase
kecemasan dan pertahankan ketenangan
lingkungan.
5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.
6. Pantau dan catat respon verbal dan non
verbal klien yang menunjukan kecemasan.
keadaanya.
Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.
Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.
Menilai perkembangan masalah klien.
Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang diberikan.
8. Diagnosa : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperaawatn selama 2x24 jam di harapkan klien dapat menerima kondisi diri sesuai situasi, menerima perubahan kedalam konsep diri tanpa harga diri yang negative.
Kriteria hasil : klien menyatakan penerimaan tentang kondisi diri dengan baik.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pastikan apakah konseling dlakukan bila mungkin dan/atau ostomi perlu untuk diskusikan
2. Dorong pasien/orang tedekat untuk menyatakn perasaan tentang ostomi
3. Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ktergantungan, manipulasi, atau tidak terlibat pada perawatan.
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk menerima ostomi melalui partisipasi pada perawatan diri.
5. Rencanakan/jadwalkan perawatan dengan pasien
6. Pertahankan pendekatan positif selama aktifitas perawatan. Jangan perlihatkan rasa marah secara pribadi
7. Diskusikan kemungkinan kontak dengan pengunjung ostomi, dan buat perjanjian untuk kunjungan berikutnya bila diperlukan.
Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien terhadap pengetahuan tentang situasi pasien.
Membantu pasien untuk menyadari perasaannya tidak biasa dan perasaan bersalah tentng mereka tidak perlu/tidak membantu
Dugaan masalah pada pnilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat.
Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri dan peneriman situai
Meningkatkan rasa kontroling dan memberikan pesan pada pasien bahwa ia dapat menangani hal tersebut, meningkatkan harga diri
Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.
Dapat memberikan sistem pendukung yang baik
9. Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan dapat meningkatkan pemahaman klien kondisi/tentang penyakit, tindakan dan prognosis. Dengan melakukan prosedur yang diperlukan, menjelaskan alasan tindakan.
Kriteria hasil : klien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan penyakit serta prosedur yang akan dilakukan pada dirinya.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan klien/ orang terdekat dan
kemampuan/kesiapan belajar klien.
2.
3. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/faktor
risiko, dan dampak penyakit terhadap perubahan
status kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran dan
pola interaksi sosial klien.
4. Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi dan
kemoterapi serta efek samping yang dapat terjadi
5. Tekankan pentingnya mempertahan kan asupan
nutrisi dan cairan yang adekuat.
Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kesiapan fisik dan mental klien.
Meningkatkan pengetahuan klien tentang masalah
yang dialaminya.
Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien
untuk mengikuti program terapi.
Penderita kanker yang mengikuti program terapi yang tepat dengan status gizi yang adekuat meningkatkan kualitas hidupnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Penyakit hemoroid dan Ca kolorektal adalah penyakit yang menyerang bagian kolon dan rectum .Resiko terkena kedua penyakit tersebut dapat diturunkan dengan menjaga gaya hidup individu tersebut.
B. Saran
Dianjurkan untuk selalu mengkonsumsi makanan yang bayak mengandung serat, kecukupan nutrisi tubuh sebaiknya dipenuhi secara seimbang
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah,Edisi 8,Vol.2. Jakarta: EGC
Doenges dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Price & Wilson. 2006. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.6. Jakarta: EGC
Prayuda hendi, Muhammad. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ca Colon. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 13 november 2011
Malini, eva. 2009. Askep Hemeroid Pasien Hemeroid dan Ca Colorectal. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 27 november 201