asuhan keperawatan pada tn. p dengan gangguan …

21
Jurnal Akper Buntet Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren Cirebon ISSN: 2579-3837 Vol. 2 No. 2 Juli 2018 84 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL AKIBAT POS OP REMOVE OF INPLATE FRAKTUR TERTUTUP OS TIBIA EKSTREMITAS INFERIOR DEXTRA DI RUANG VIII RSUD GUNUNG JATI CIREBON Maesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon Email: [email protected] Abstract Fracture is the disconnection of bone tissue continuity caused by direct or indirect trauma where there is excessive pressure on the bone. The prevalence of accidents that annually increase mostly causes fractures and physical noteds. The high prevalance of cases and subsequent consequences that occur is the main thing behind the author taking the title of the fracture case study report on Mr. P with musculoskeletal system disorders due to: post op roi fracture os tibia. The purpose of writing this case study report is for the author to be able to carry out nursing care to Mr. P by providing comprehensive health services, through 5 stages, namely assessment, diagnosis of nursing, planning, implementation, and evaluation. The writing method that the author uses is a descriptive method in the form of case study reports with data collection techniques that use interview techniques, observations, physical examinations, documentation studies, and literature studies. Nursing problems that arise in cases are pain comfort disorders, skin integrity disorders, physical mobility disorders, personal hygine disorders, spiritual disorders, lack of knowledge and infection resti. The conclusion that the author took is that the achievement of the optimal results of the above objectives can be achieved if we carry out a comprehensive nursing process that includes bio-psycho-socio and spiritual aspects and is supported by cooperation with clients, client families and other medical personnel. Keywords: Nursing Care; Disorders of the Musculoskeletal System; Post Op Remove of Inplate Closed Fracture Os Tibia Inferior Extremities Dextra Abstrak Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Prevalensi Kecelakaan yang setiap tahun meningkat sebagian besar menyebabkan fraktur dan kecatatan fisik. Tingginya prevalansi kasus dan akibat lanjutan yang terjadi merupakan hal pokok yang melatarbelakangi penulis mengambil judul laporan study kasus fraktur pada Tn.P dengan gangguan sistem muskuloskeletal akibat: post op roi fraktur os tibia. Tujuan penulisan laporan studi kasus ini adalah agar penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. P dengan memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif, melalui 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deskriptif berbentuk laporan studi kasus dengan teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, dan studi literatur. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus adalah

Upload: others

Post on 10-May-2022

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Jurnal Akper Buntet

Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren Cirebon ISSN: 2579-3837

Vol. 2 No. 2 Juli 2018

84

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL AKIBAT POS OP REMOVE OF INPLATE FRAKTUR

TERTUTUP OS TIBIA EKSTREMITAS INFERIOR DEXTRA DI RUANG VIII

RSUD GUNUNG JATI CIREBON

Maesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon

Email: [email protected]

Abstract

Fracture is the disconnection of bone tissue continuity caused by direct or

indirect trauma where there is excessive pressure on the bone. The prevalence

of accidents that annually increase mostly causes fractures and physical

noteds. The high prevalance of cases and subsequent consequences that occur

is the main thing behind the author taking the title of the fracture case study

report on Mr. P with musculoskeletal system disorders due to: post op roi

fracture os tibia. The purpose of writing this case study report is for the author

to be able to carry out nursing care to Mr. P by providing comprehensive

health services, through 5 stages, namely assessment, diagnosis of nursing,

planning, implementation, and evaluation. The writing method that the author

uses is a descriptive method in the form of case study reports with data

collection techniques that use interview techniques, observations, physical

examinations, documentation studies, and literature studies. Nursing problems

that arise in cases are pain comfort disorders, skin integrity disorders, physical

mobility disorders, personal hygine disorders, spiritual disorders, lack of

knowledge and infection resti. The conclusion that the author took is that the

achievement of the optimal results of the above objectives can be achieved if we

carry out a comprehensive nursing process that includes bio-psycho-socio and

spiritual aspects and is supported by cooperation with clients, client families

and other medical personnel.

Keywords: Nursing Care; Disorders of the Musculoskeletal System; Post Op

Remove of Inplate Closed Fracture Os Tibia Inferior Extremities Dextra

Abstrak

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh

trauma langsung maupun tidak langsung dimana terdapat tekanan yang berlebihan

pada tulang. Prevalensi Kecelakaan yang setiap tahun meningkat sebagian besar

menyebabkan fraktur dan kecatatan fisik. Tingginya prevalansi kasus dan akibat

lanjutan yang terjadi merupakan hal pokok yang melatarbelakangi penulis

mengambil judul laporan study kasus fraktur pada Tn.P dengan gangguan sistem

muskuloskeletal akibat: post op roi fraktur os tibia. Tujuan penulisan laporan studi

kasus ini adalah agar penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.

P dengan memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif, melalui 5

tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi. Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

berbentuk laporan studi kasus dengan teknik pengumpulan data yaitu

menggunakan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi,

dan studi literatur. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus adalah

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Mesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

85

gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas fisik,

gangguan personal hygine, gangguan spiritual, kurang pengetahuan dan resti

infeksi. Kesimpulan yang penulis ambil yakni, bahwa pencapaian hasil optimal

dari tujuan diatas dapat dicapai apabila kita melaksanakan proses keperawatan

secara komprehensif yang meliputi aspek bio-psiko-sosio dan spiritual serta

ditunjang oleh adanya kerjasama dengan klien, keluarga klien dan tenaga medis

lainnya.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan; Gangguan Sistem Muskuloskeletal; Pos Op

Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior

Dextra

Pendahuluan

Menurut (http://myblogsandinadyaa.blogspot.co.id), kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Sedangkan pengertian kesehatan menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) tahun 2010 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah

sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan

penyakit atau kelemahan.

Menurut (Asmadi, 2008) sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami.

Karenanya, segala sesuatu yang tidak normal dan bertentangan dengan alam dianggap

sebagai kondisi yang tidak sehat yang harus di cegah. Sehat sendiri bersifat dinamis

yang statusnya terus menerus berubah. Kesehatan mempengaruhi tingkat fungsi

seseorang, baik dari segi fisiologis, psikologis, dan dimensi sosiokultural. Keadaan

sehat/normal sendiri merupakan hal yang sulit di definisikan. Sedangkan sakit adalah

keadaan tidak normal/ tidak sehat.

Banyak kondisi yang menyebabkan orang menjadi tidak sehat, bisa karena

Penyakit bisa juga karna trauma akibat kecelakaan kendaraan, kecelakaan karena jatuh

dan kecelakaan kerja sehingga menyebebkan cidera.

Menurut (www.depkes.go.id) penyebab terjadinya cedera meliputi penyebab yang

disengaja (intentional injury), penyebab yang tidak disengaja (Unintentional injury) dan

penyebab yang tidak bisa ditentukan (Undeterminated intent) (Organization, 2014).

Penyebab cedera yang disengaja meliputi bunuh diri, kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) seperti dipukul orang tua/suami/istri/anak), penyerangan, Tindakan kekerasan

atau pelecehan dan lain-lain. Penyebab cedera yang tidak disengaja antara lain:

Terbakar/tersiram air panas/bahan kimia, jatuh dari ketinggian, digigit/diserang

binatang, kecelakaan transportasi darat/laut/udara, kecelakaan akibat kerja, terluka

karena benda tajam/tumpul/mesin, kejatuhan benda, keracunan, bencana alam, radiasi,

terbakar dan lainnya. Kesemuanya itu dapat menyebabkan gangguan pada anggota

gerak tubuh salah satunya terjadi fraktur.

Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus sambungannya akibat

tekanan berat. Tulang merupakan bagia tubuh yang keras, namun jika diberi tekanan

yang besar daripada yang dapat diabsorbsi, maka bisa terjadi fraktur, gaya tekan

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pos

Op Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior Dextra Di Ruang

VIII RSUD Gunung Jati Cirebon

86

berlebihan yang dimaksud seperti pukulan keras gerakan memuntir atau meremuk yang

terjadi mendadak, dan bahkan konsentrasi otot ekstrim (Istianah, 2019).

Fraktur dapat mengenai tulang kering (tibia) dan tulang betis (fibula), tulang tibia

dan fibula adalah bagian pangkal berhubungan dengan lutut bagian ujung dan

berhubungan dengan pergelangan kaki (Kirnanoro & Maryana, 2017, hal.99).

Menurut (WHO) pada tahun 2011-2012 terdapat 1,3 juta orang di dunia

mengalami fraktur akibat kecelakaan, baik itu fraktur yang disebabkan kecelakaan kerja,

kecelakaan lalulintas dan kecelakaan terjatuh dari ketinggian.

Berdasarkan hasil riset kesehatan daerah (Reskesdes) oleh badan penelitian dan

pengembangan depkes ri tahun 2010 di indonesia jumlah kasus fraktur yang disebabkan

oleh terjatuh dari ketinggian sebanyak 1.705 orang atau (3,8%), fraktur yang disebabkan

kecelakaan lalu lintas sebanyak 1.770 orang atau (8,5%), fraktur yang disebabkan karna

trauma benda tajam atau tumpul sebanyak 236 orang atau (1,7) (repositori.ump.ac.id).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rsud Gunung Jati kota Cirebon, khususnya

di ruang prabu siliwangi lantai 4, yang mengalami fraktur selama 6 bulan terakhir

terhitung dari bulan oktober-maret 2018, sebagai berikut:

Table 1 Jumlah Klien Fraktur yang di Rawat di Ruang 4 RSUD Gunung Jati

Cirebon 6 Bulan Terakhir

No. Bulan Laki-laki Total

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Oktober

November

Desember

Januari

Februari

Maret

20

25

11

14

11

20

20

25

11

14

11

20

Jumlah 103

Sumber: medical record RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Berdasarkan table 1 maka diketahui, klien yang mengalami perawatan akibat

fraktur di ruang prabu siliwangi yaitu berjumlah 103 orang, dan pasien terbanyak pada

bulan november tahun 2018 yang berjumlah 25 orang.

Berdasarkan uraian diatas dan kasus fraktur baik secara internasional, nasional

dan khususnya Rsud Gunung Jati kota Cirebon, maka penulis tertarik untuk

menindaklanjuti asuhan keperawatan pada klien dengan pos op roi fraktur tibia dan

penulis tuangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul: “asuhan keperawatan

pada Tn. P dengan gangguan sistem muskuloskeletal akibat pos op remove of inplate

fraktur tertutup os tibia ekstremitas inferior dextra di ruang Viii Rsud Gunung Jati

Cirebon”.

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Mesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

87

Metode Penelitian

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menurut (Asmadi, 2008) adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara (anamnesis)

Wawancara merupakan metode pengumpulan data secara langsung anatar

perawat dan klien. Disisni, pewarta (pewawancara) mendapat respon langsung dari

klien melalui tatap muka dan pertanyaan yang diajukan data wawancara adalah

semua ungkapan klien, tenaga kesehatan atau orang lain yang berkepentingan

termasuk keluarga teman, dan orang terdekat klien. Pernyataan yang diungkapkan

klien harus di catat sebagai kutipan langsung tanpa menambah interpretasi. Hal yang

perlu ditanyakan padaklien, antara lain biodata, keluhan utama juga riwayat

kesehatan klien dan keluarga. Untuk membantu kklien menyampaikan keluhannya

ada baiknya perwat menggunakan “analisis gejala” PQRST. Kemampuan utama

yang harus dimiliki selama melakukan interview adalah komunikasi dan hubungan

saling percaya dengan klien.

2. Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data melalui pengamatan

visual menggunakan panca indra. Kemampuan menggunakan observasi merupakan

keterampilan tingkat tinggi yang memerlukan banyak latihan. Unsur terpenting

dalam observasi adalah mempertahankan objektivitas penilaian. Mecatat hasil

observasi secara khusus tentang apa yang dilihat, dicium dan dikecap akan lebih

akurat dibandingkan mencatat interpretasi seseorang tentang hal tersebut.

3. Pemeriksaan

Pemeriksaan adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna menentukan

ada atau tidak nya suatu penyakit yang didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik dan

laboratorium. Pemeriksaan fisik berfokus pada respon klien terhadap masalah

kesehatan yang dialaminya. Cara pendekatan sistematis yang dapat digunakan

perawat dalam dalam melakukan pemeriksaan adalah pemeriksaan dari ujung rambut

sampai ujung kaki (head to toe) dan pendekatan berdasarkan sistem tubuh (review of

system). Pemeriksaan fisik dengan menggunakan metode head to toe terdiri dari atas

pemeriksaan kulit, membrane mukosa, kuku dan rambut, kepala dan leher, dada dan

paru, kardiovaskuler, payudara dan ketiak, abdomen termasuk didalamnya ginjal dan

rectum, genetalia dan ekstremitas atas dan bawah. Pemeriksaan fisik carpenito

meliputi system persepsi sensori sitem integumen, sistem pernafasan, sistem

karidiovaskuler, sistem neorologis dan sitem gastro intestinal. Pemeriksaan fisik

dilakukan dengan 4 metode yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi. Keempat

metode tersebut hendaknya dilakukan secara berurutan:

a. Isnpeksi. Secara sederhana, Inspeksi didefinisikan sebagai kegiatan melihat atau

memperhatikan secara seksama status kesehatan klien. kunci keberhasilan

inspeksi adalah dengan mengetahui apa yang harus kita lihat atau amati. inspeksi

misalnya dilakukan untuk memeriksa keadaan kulit dan jaringan mukosa, bentuk

tubuh, pergerakan tubuh dan lain sebagainya.

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pos

Op Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior Dextra Di Ruang

VIII RSUD Gunung Jati Cirebon

88

b. Auskultasi. Adalah langkah pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop

yang memungkinkan pemeriksa mendengar bunyi yang keluar dari rongga tubuh

pasien. Auskultasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang kondisi jantung,

paru dan saluran pencernaan (adanya bunyi ronchi akibat penumpukan sputum

pada saluran pernafasan, atau bunyi jantung).

c. Perkusi. Perkusi atau pemeriksaan ketuk adalah jenis pemeriksaan dengan cara

mengetuk secara pelan dari tengah menggunakan jari yang lain untuk menentukan

posisi, ukuran dan konsistensi struktur suatu organ tubuh. Contohnya perkusi

rongga dada untuk mengetahui status jantung dan paru, atau perkusi rongga

abdomen untuk mengetahui adnya distensi abdomen. untuk memperoleh hasil

perkusi yang kuat diperlukan keterampilan teknis dan interpretasi bunyi yang

timbul.

d. Palpasi. Palpasi atau periksa raba adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara

meraba atau merasakan kulit klieen untuk mengetahui struktur dibawah kulit

contohnya, palpasi abdomen untuk mengetahui masa pada usus. Palpasi sering

dilakukan untuk menguatkan hasil inspeksi.

4. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah pengumpulan data melalui riwayat penyakit/

keperawatan yang lalu guna mendapatkan diagnosis yang tepat. Studi dokumentasi

bertujuan mendapatkan data yang akurat dengan meneliti riwayat kesehatan yang

lalu. Kegiatan studi dokumentasi adalah sebagai berikut:

a. Mempelajari dokumen keperawatan rekamedik yang lalu.

b. Menyusun langkah langkah pengumpulan data, pertimbangkan dokumen tersebut.

5. Studi Kepustakaan

Menurut (http://kumpulanliteratur.blogspot.com) study literature adalah teknik

pengumpulan data mengenai bahan atau sumber ilmiah yang biasa digunakan untuk

membuat suatu karya tulis ataupun kegiatan ilmiah lainnya.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

1. Pengkajian

Tabel 2

Pengkajian

No. Data fokus Etiologi Problem

(1) (2) (3) (4)

1 DS.

a.Klien mengatakan nyeri

dikaki kanan bekas luka operasi.

b.klien mengatakan nyeri

seperti ditusuk tusuk jarum

c.klien mengatakan nyeri terus

menerus

DO.

Tindakan pembedahan

Terputusnya kontinuitas jaringan

kulit

Gangguan rasa

nyaman nyeri

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Mesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

89

a.Klien terlihat meringis kesakitan

b.skala nyeri 5(0-5)

c.Suhu : 37,5°C

d.TD:130/80 mmHg

e.terdapat luka pos operasi ROI

fraktur tibia dengan panjang luka

10 cm, dan terdapat 20 jahitan

Luka

Merangsang BHSP(bradikinin

,Histamin,Serotinin,Protaglandin)

Korteks serebri

Nyeri dipersepsikan

2 DS : Klien mengeluh nyeri dibagian

luka operasi

DO :

a.Luka terlihat sedikit kotor

b.Luka klien terlihat kemerahan

c.Terdapat luka pos Operasi ROI

dengan 20 jahitan

d. Kondisi luka masih basah

e. Leukosit : 13500 NIL

Tindakan pembedahan

Port de entry

Menginvasi luka

Resiko infeksi

Resiko infeksi

3 DS.

a.Klien mengatakan kaki kanannya

nyeri bila digerakan

b.Klien megeluh tidak bisa

melakukan aktifitas

c.Klien mengatakan hanya bisa

beraktivitas di tempat tidur

DO.

a.Semua aktivitas klien dibantu oleh

keluarga

b.Klien telirhat melakukan

aktifitasnya hanya ditempat tidur

c.Klien terlihat lemah dan hanya

berbaring di tempat tidur

Pembedahan

Kerusakan jaringan

Perubahan jaringan sekitar

Nyeri

Gangguan mobilitas fisik

Gangguan

mobilitas fisik

4 a.Klien mengatakan selama di rawat

di RS tidak melakukan shalat 5

waktu

b.Klien mengatakan tidak tahu

bagaimana cara sahalat orang yang

sedang sakit DO:

a.Aktivitas klien dibantu oleh

keluarga

b.Klien tampak diam saja ketika

waktu shalat

Keadaan terbaring

Ketidak tahuan cara shalat pada

orang sakit

Tidak mau mencari tahu cara

shalat ditempat tidur

Gangguan spiritual

Gangguan

spiritual

5 DS:

a.Klien dan keluarga mengatakan

Kurang informasi tentang proses

dan perawatan luka

Kurangnya

pengetahuan

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pos

Op Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior Dextra Di Ruang

VIII RSUD Gunung Jati Cirebon

90

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post op ROI fraktur tibia

ditandai dengan Klien mengatakan nyeri dikaki kanan klien mengatakan nyeri

seperti ditusuk tusuk jarum, Klien terlihat meringis kesakitan skala nyeri 5 (0-5)

Suhu: 37,5°C TD:130/80 mmHg, terdapat luka pos operasi ROI fraktur tibia

dengan panjang luka 10 cm, dan terdapat 20 jahitan

b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka Pos operasi, Luka terlihat sedikit Kotor

Luka klien terlihat kemerahan terdapat luka dengan panjang 10 cm dan terdapat

20 jahitan, kondisi luka masih basah.

c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang

ditandai denganKlien mengatakan kaki kanannya nyeri bila digerakan Klien

megeluh tidak bisa melakukan aktifitas Klien mengatakan hanya bisa

beraktivitas di tempat tidur Semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga Klien

telirhat melakukan aktifitasnya hanya ditempat tidur Klien terlihat lemah dan

hanya berbaring di tempat tidur.

d. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan nyeri pada fraktur tibia dextra

ditandai dengan Klien mengatakan belum pernah menggosok gigi selama di RS

Klien mengatakan belum pernah keramas selama di RS Hygiene umum klien

terlihat kurang bersih Gigi klien terlihat berwarna kekuningan, Lidah klien

terlihat kotor dan tercium bau tidak sedap Rambut klien terlihat sedikit kotor.

e. Gangguan spiritual berhubungan dengan ketidaktahuan klien cara shalat ketika

sakit, Ditandai dengan Klien mengatakan selama di rawat di RS tidak melakukan

shalat 5 waktu Klien mengatakan tidak tahu bagaimana cara sahalat orang yang

sedang sakit Aktivitas klien dibantu oleh keluaga Klien tampak diam saja ketika

waktu shalat.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kuangnya informasi tentang proses

perawatan luka ditandai dengan klien dan keluarga mengatakan tidak tahu

tentang penyakit yang dideritanya klien mengatakan tidak tahu bagaimana

merawat luka klien tampak bingung klien sering bertanya tentang kondisi luka

dan bagaimana cara perawatan lukanya klien adalah lulusan SMP

tidak tahu tentang penyakit yang

dideritanya

b.Klien mengatakan tidak tahu

bagaimana merawat luka DO :

a.Klien tampak bingung

b.Klien sering bertanya tentang

kondisi luka dan bagaimana cara

perawatan lukanya

c.Klien adalah lulusan SMP

Kurang pengetahuan tentang

perawatan luka

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Mesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

91

3. Perencanaan

Tabel 3

Perencanaan No Tanggal Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Intervensi rasional

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

13-03-2018 Gangguan rasa nyaman

nyeri berhubungan

dengan luka pos operasi

ROI DS:

a.Klien mengatakan

nyeridi bagian kaki

kanan

b.Klien mengatakan

nyeri seperti ditusuk

tusuk jarum

DO.

a.Klien terlihat meringis

kesakitan

b.Skala nyeri 3(0-5)

c.Suhu : 37,5°C

d.TD:110/80 mmHg

e.terdapat luka pos

operasi fraktur tibia

dengan ukuran fraktur

10 cm, dan terdapat 20

jahitan

f. rontgen : fraktur tibia

1/3 medial dengan

panjang 10 cm

TUPAN

Dengan dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 5x24 jam

diharapkan nyeri

dapat teratasi

dengan KH: a.

Nyeri hilang

b. Skala nyeri 0

TUPEN

Dengan dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan

gangguan rasa

nyaman nyeri

berkurang dengan

KH:

a. Skla Nyeri

berkurang

Klien tidak

meringis

Kesakitan

a.Observasi skala

nyeri

b.Berikan posisi

yang nyaman

(menaikan kaki

klien 20°)

c.Berikan HE

menejemen nyeri

d.Ajarkan teknik

distraksi dan

relaksasi

e.Kolaborasi

pemberian obat

analgetik

a.Untuk mengukur

sejauh mana tingkatan

nyeri yang dirasakan

klien dan agar lebih

memudahkan dalam

melakukan tindakan

selanjutnya

b.Dengan posisi yang

nyaman dapat membuat

rasa nyeri klien

berkurang diberikannya

HE pada klien agar

klien bisa memenej

nyeri

c.agar klien dapat

melupakan keadaan

nyeri nya mempercepat

kesembuhan dan

menghilangkan nyeri

nya

2 13-03-2018 Resiko infeksi

berhubungan dengan

luka pos operasi :

DS : - DO:

a.Luka terlihat sedikit

kotor

b.Luka klien terlihat

kemerahan

c.terdapat luka pos

operasi 20 jahitan

kondisi luka masih

basah

TUPAN

Dengan dilakaukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 5x24 jam

diharapkan

masalah resiko

infeksi teratasi

dengan KH:

a. klien terhidar

dari infeksi

TUPEN

Dengan dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama

1x24 jam

diharapkan

masalah resiko

infeksi dapat

teratasi sebagian

dengan KH:

a.keadaan luka

kering dan berih

b.tidak ada anda

tanda infeksi

a.kaji tanda-tanda

infeksi

b.observasi tanda

tanda vital

c.lakukan

perawatan luka pos

operasi

d.berikan HE

perawatan luka

e.kolaborasi dengan

tim medis

Pemberian obat

antibiotik

a.untuk mengatahui

keadaan luka

b.untuk memantau

kondisi klien

c.mencegah terjadinya

infeksi dan memberikan

kenyamanan

d.agar klien dan

keluarga dapat

memahami cara

merawat luka

e.untuk mencegah

perkembangan kuman

3 13-03-2018 Gangguan mobilitas

fisik berhubungan

dengan tergesernya

fragmen tulang DS:

TUPAN

Dengan dilakukan

tidakan

keperawatan selam

a.Kaji pola aktivitas

klien

b.Intruksikan pada

klien untuk

a.untuk mengetahui

pola aktivitas klien

dan untuk

melanjutkan perawatan

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pos

Op Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior Dextra Di Ruang

VIII RSUD Gunung Jati Cirebon

92

a.klien mengatakan kaki

kanannya nyeri bila

digerakan

b.Klien megeluh

tidak bisa melakukan

aktifitas

c.Klien mengatakan

hanya bisa beraktivitas

di tempat tidur

DO :

a.Semua aktivitas klien

dibantu oleh keluarga

b.Klien terlihat

melakukan aktifitasnya

hanya ditempat tidur

c.Klien terlihat lemah

dan hanya berbaring di

tempat tidur

3x24 jam

diharapkan

masalah gangguan

mobilitas fisik

teratasi dengan KH

a. klien dapat

melakukan

aktifitasnya sendiri

TUPEN

Dengan dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan

masalah gangguan

mobilitas fisik

teratasi sebagian

dengan KH:

a. klien dapat

melakukan

aktifitas ringan

secara mandiri

dan efektif

melakukan latihan

rentang gerak aktif

atau pasif pada

ekstremitas yang

sehat atau sakit b.Anjurkan kepada

keluarga untuk

membanu aktifitas

klien

selanjutnya

b. dengan melakukan

latihan gerakan aktif

mupun pasif dapat

meningkatkan aliran

darah ke otot dan tulang

untuk meningkatkan

tonus otot

c.untuk mempermudah

aktifitas klien

4 13/03/2018 Gangguan personal

hygiene Berhubungan

dengan adanya nyeri

fraktur tibia ditandai

dengan:

DS :

a.Klien mengatakan

belum pernah

menggosok gigi selama

di RS

b.Klien mengatakan

belum pernah keramas

selama di RS DO :

a.Hygiene umum klien

terlihat kurang bersih

b.Gigi klien terlihat

berwarna kekuningan

c.Lidah klien terlihat

kotor dan tercium bau

tidak sedap

d.Rambut klien terlihat

sedikit kotor

TUPAN

Dengan dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan

gangguan personal

hygiene dapat

teratasi dengan

KH:

a.klien dapat

merwat diri

dengan baik

TUPEN

Dengan dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 1x12 jam

diharapkan

gangguan personal

hygiene teratasi

sebagian dengan

KH:

a.klien terlihat

bersih

b.tidak ada bau

mulut

c.gigi bersih

a.Kaji status

personal hygiene

b.Bantu klien utuk

melaksanakan

perawatan diri

(gosok gigi)

c.Libatkan keluarga

dalam perawatan

d.diri setiap hari

e.Berikan motivasi

kepada klien supaya

mau melakukan

personal hygiene

secara teratur

f.Jelaskan

pentingnya

kebersihan untuk

kesehatan

a.Untuk mengetahui

status personal hygiene

klien

b.Agar mulut klien

lebih segar dan tidak

ada bau mulut

c.Agar klien tetap

terjaga kebersihannya

d.Agar klien lebih

termotivasi untuk

melakukan personal

hygiene

e.Meningkatkan

pengetahuan klien dan

keluarga

5 13/03/2018 Kurang pengetahuan

Berhubungan dengan

kurang informasi

tentang perawatan

penyakit ditandai

dengan:

DS :

a.klien dan keluarga

mengatakan tidak tahu

TUPAN

Dengan dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan kurang

nya informasi

dapat teratasi

dengan KH:

a.kaji pengetahuan

klien tentang Pos

op fraktur

b.berikan

penjelasan setiap

ingin melakukan

kegiatan

perawatan

c.berikan kepada

a.untuk mengukur

kemampuan/pengetahun

klien

b.klien dapat mengerti

dan memahami setiap

melakukan tindakan

c.dengan diberikannya

HE klien dan keluarga

dapat memahami dan

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Mesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

93

tentang penyakit yang

dideritanya

b.klien mengatakan

tidak tahu bagaimana

merawat luka DO :

a.klien tampak bingung

b.klien sering bertanya

tentang kondisi luka dan

bagaimana cara

perawatan lukanya

c.klien adalah lulusan

SMP

a.klien mengerti

tentang satatus

kesehatannya

TUPEN

Dengan dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 1x12 jam

diharapkan

gangguan personal

hygiene teratasi

sebagian dengan

KH:

a. klien sedikit

memahami tentang

proses dan

perawatan penyakit

klien

klien

dan keluarga terkait

dengan proses dan

perawatan penyakit

klien

mengerti tentang

penyakitnya

6 13/03/2018 Gangguan spiritual

berhubungan

Denganketidak tahuan

cara shalat Ketika

sedang sakit ditandai

dengan:

DS:

a.Klien mengatakan

selama di rawat di RS

tidak melakukan shalat

5 waktu

b.Klien mengatakan

tidak tahu bagaimana

cara sahalat orang yang

sedang sakit DO:

a.Aktivitas klien

dibantu oleh

keluarga

b.Klien tampak diam

saja ketika waktu

shalat

TUPAN

Dengan dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 2x24 jam

diharapkan

gangguan spiritual

dapat teratasi

dengan KH:

a.klien dapat

melakukan

kegiatan shalat

seperti biasanya

b. klien bisa shalat

5 waktu

lagi

TUPEN

Dengan dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan

gangguan spiritual

teratasi sebagian

dengan KH:

a.klien dapat

melakukan shalat

di temapt tidur

b.klien mengetahui

tata Cara shalat

ketika sedang sakit

a.Kaji tingkat

spiritual klien

b.anjurkan klien

untuk mendekatkan

diri kepda allah

SWT dengan car

shalat dan berdoa.

c. berikan

HE tentang cara

orang shalat ketika

sedang sakit

d.berikan motivasi

kepada klien utuk

beribadah kepada

allah SWT.

Dapat mengetahui

tingkat pengetahuan

spiritual klien

b.doa adalah salah satu

upaya untuk

memepercepat

penyembuhan yang

diderita oleh klien

c.untuk membantu klien

dalam beribadah

d.agar klien mau

melakukan kegiatan

spiritualnya

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pos

Op Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior Dextra Di Ruang

VIII RSUD Gunung Jati Cirebon

94

4. Implementasi

Nama : Tn. P

Umur : 18 tahun

No registrasi : 909xxx

Diagnosa medis : pos op ROI fraktur tibia

Tabel 4

Implementasi

NO Tanggal Dx Implementasi Paraf

(1) (2) (3) (4) (5)

1 13/03

2018

I Jam O8:00 WIB

T1: Mengobservasi skala nyeri

R1: Skala nyeri 5 (0-5) TTV:

T: 37,5°C

P: 80x/menit

R: 20x/menit

TD:120/80 mmHg

Jam 08.10 WIB

T2 : Memberikan posisi yang nyaman bagi

Klien (menaikan kaki 15-20°)

R2 : Klien tampak nyaman dengan posisi kaki lebih

tinggi (15-20°)

Jam 08.30 WIB

T3 : Memberikan HE menejemen nyeri

R3 : Klien menggangguk tanda mengerti

Jam 09.00 WIB

T4 : Mengajarkan teknik distraksi (memainkan HP)

R4 : Klien tampak memainkan HP

Jam 09:05 WIB

T5: Berkolaborasi dengan tim medis

pemberian obat analgetik

R5: Keterolac 1x2 amp dimasukan melalui IV

Hasbi

2 13/03

2018

II Jam 09.10 WIB

T1 : Mengkaji tanda tanda infeksi

R1 : Keadaan luka sedikit kotor, Luka basah

Panjang luka 10 cm dan 20 cm jahitan,

Jam 09.15 WIB

T2 : Mengobservasi TTV

R2 : S : 37,5°C

TD : 130/80 mmHg

N : 80 x / Menit

R : 20x/ Menit

Jam 09.30 WIB

T3 : Melakukan perawatan luka pos operasi

R3 : Luka klien sudah bersih

Jam 09.35 WIB

T4 : Memberikan HE tentang perawatan luka

R4 : Klien mengganguk tanda mengerti

Hasbi

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Mesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

95

Jam 09:40

T5 : Berkolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian obat antibiotik

R5 : Antibiotik mulai diberikan melalui I.V

3 13/03/2018 III Jam 09.40

T1 : Mengkaji pola aktivitas klien

R1 : Klien sudah bisa duduk sendiri tetapi

masih dibantu oleh keluarga

Jam 09.45

T2 : Mengintruksikan klien untuk melatih

gerakan pasih atau aktif pada ekstremitas

nya baik yg sakit maupun yg tidak R2 : Klien mulai

menggerakan tangan dan kakinya yg tidak sakit Jam

09.50

T3 : Menganjurkan kepada keluarga untuk

tetap membantu aktivitas klien

R3 : Keluarga membantu klien untuk latihan

gerak

Hasbi

4 13/03/2018 IV jam : 10:00 WIB

T1 : Kengkaaji status personal hygiene R1 : Klien

tampak sedikit kotor , rambut terlihat kurang

bersih,gigi terlihat kuning dan terasa bau

mulut jam : 10:10 WIB

T2 : Mejelaskan pentingnya kebersihan untuk

klien

R2 : Klien mengerti betapa pentingnya

Kebersihan

Jam : 10:20 WIB

T3 : Membantu klien untuk melakukan

perawatan diri (gosok gigi)

R3 : Klien terlihat segar setelah dilakukan

Perawatan

Jam 10:40 WIB

T4 : Merberikan motivasi kepada klien agar

mau melakukan persoal hygiene R4 : Klien

termotivasi untuk melakukan personal

hygiene secara teratur

5 13/03/2018 V Jam : 10:50 WIB

T1 : Mengkaji tingkat spiritual klien

R1 : Klien beraga islam, Selama di RS belum

melakukan shalat 5 waktu.

Jam : 11:00 WIB

T2 : Mengajarkan untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT dengan cara shalat dan

berdoa

R2 : Klien mengerti dan akan mendekatkan

diri Kepada allah swt.

Jam: 11:10 WIB

T3 :Memberikan HE tentang cara shalat orang

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pos

Op Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior Dextra Di Ruang

VIII RSUD Gunung Jati Cirebon

96

Sakit

R3 : Klien mengerti tentang cara orang shalat

Jam:11: 30 WIB

T4 : Memberikan motivasi kepada klien untuk

beribadah kepada allah SWT R4 :Klien termotivasi

untuk beribadah

6 13/03/2018 VI Jam : 13:00 WIB

T1 : Mengkaji pengetahuan klien tentang

penyakit Fraktur

R1 : Klien mengatakan belum mengetahui cara

perawaan penyakit fraktur

Jam : 13:15 WIB

T2 : Memberikan penjelasan setiap melakukan

Perawatan

R2 : Klien dan keluarga tampak mengerti

tindakan yang akan dilakukan

Jam 13:25 WIB

T3 : Memberikan HE kepada keluarga terkait

dengan proses dan perawatan penyakit klien

R3: Klien dan keluarga mengerti penjelasan

tentang fraktur tertutup dan pearwatannya

5. Evaluasi

Nama : Tn. P

Umur : 18 Tahun

No Registrasi : 909xxx

Diagnosa Medis : Pos op ROI fraktur tibia

Tabel 5

Evaluasi

No. Tanggal DX Waktu Evaluasi Paraf

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 13/03/2018 I 14:30

WIB

S :

a. Klien mengatakan nyeri

berkurang O :

a. Skala nyeri berkurang 4 (0-5)

b. Klien terlihat meringis kesakitan

karna luka pos op ROI fraktur tibia

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Hasbi

2 13/03/2018 II 14:45

WIB

S : - O :

a.Luka klien tampak bersih.

b.Sudah tidak terlihat lagi warna

kemerahan pada luka klien

c.Kondisi luka klien sudah mulai

kering

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dipertahankan

Hasbi

3 13/03/2018 III 14:55 S : Hasbi

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Mesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

97

WIB a.Klien mengatakan belum bisa

beraktifitas secara mandiri

b.klien mengatakan hanya bisa

beraktifitas ditempat tidur

c.Klien emngatakan aktifitas nya

masih dibantu oleh keluarga O :

a.Klien terlihat bisa duduk dengan

bantuan sedikit dari keluarga

b.Terdapat luka pos op fraktur tibia

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intevensi dilanjutkan

4 13/03/2018 IV 15:00

WIB

S :

a.klien mengatakan mulutnya

terasa segar setelah menggosok

gigi O :

a.Sudah tidak tercium bau tidak

sedap lagi

b.Mulut klien terlihat bersih

c.Gigi terlihat bersih

d.Klien tampak bersih

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dipertahankan

Hasbi

5 13/03/2018 V 15:15

WIB

S:

a.Klien mengatakan sudah melakukan

shalat di tempat tidur

b.Klien mengatakan sudah

mengetahui bagaimana cara

melakukan shalat ditempat tidur O:

a.Klien tampak mengerti

Bagaimana cara sahalat bagi yang

sakit

b.Klien terlihat sahalat di tempat

tidur

A : Masalah teratasi

P : Intervensi diperthankan

Hasbi

6 13/03/2018 VI 15:20

WIB

S :

a.Klien mengatakan sudah

mengerti tentang perawatan

penyakit fraktur

b.Klien dan keluarga mengatakan

sudah tahu cara perawatan luka

c.Keluarga dan klien sudah tau

cara membalut luka dengan verban

O:

a.Klien terlihat sudah tidak

kebingungan lagi

b.Klien sudah bisa merawat

lukanya dan dibantu oleh

keluarganya

A: Masalah teratasi

Hasbi

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pos

Op Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior Dextra Di Ruang

VIII RSUD Gunung Jati Cirebon

98

P : Intervensi dipertahankan

B. Pembahasan

Selama melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. P dengan gangguan

sistem muskuloskletal akibat pos op ROI fraktur tibia di ruang Prabu Siliwangi

RSUD Gunung Jati Cirebon dari tanggal 13 - 18 Maret 2018. Penulis melakukan

asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, pendiagnosaan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Penulis menemukan bebrapa kesenjangan dan kesamaan

antara teori dan kasus yang diambil. Beberapa kesenjangan dan kesamaan yang

penulis temukan adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian

Tahap ini merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam hal ini

penulis menggunakan suatu pendekatan untuk mengumpulkan data dari klien,

keluarga dan laporan atau catatan kesehatan klien baik data subjektive maupun

objektive.

Pada tahap pengkajian ini penulis menemukan data pada Tn. P dengan pos

op roi yaitu: klien mengeluh nyeri pada kaki pasca luka operasi, wajah terlihat

kesakitan, terdapat warna kemerahan pada luka pos operasi dan sulit bergerak, TD

130/80 mmHg, suhu 37,5°C, BB 64 kg, GCS:15, respirasi 20 x/menit, nadi 80 x/

menit. Leukosit dan hematokrit meningkat.

Sedangkan teori, pengkajian pada pasien pos op fraktur tibia adalah sebagai

berikut: nyeri pso operasi dan sampai menggangu aktivitas klien, wajah terlihat

kesakitan tanda-tanda vital tidak normal, BB menurun, GCS tergantung keadaan

klien, leukosit dan hematokrit meningkat.

Melihat data di atas, terdapat kesenjangan maupun kesamaan antara kasus dan

teori sehingga penulis tuangkan dalam hal berikut:

a. Hasil pengkajian yang sama antara teori dan praktik adalah: klien mengeluh

nyeri pada luka pasca operasi, wajah terlihat kesakitan, sulit untuk bergerak,

130/80 mmHg, BB 64 kg, GCS:15, hematokrit dan leukosit meningkat.

b. Hasil pengkajian yang tidak sama dengan teori adalah: Suhu 37,5°C, terdapat

warna kemerahan pada luka pasca operasi, respirasi 20x/menit, nadi

80x/menit.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa kesenjangan maupun samaan antara teori

dan kasus merupakan bukti bahwa setiap individu memiliki mekanisme

kompensasi yang berbeda. Adapun data yang ada dan seharusnya tidak ada

yaitu terdapat kemerahan di daerah luka pos operasi, data tersebut muncul

karena terdapat resiko infeksi.

2. Diagnosa keperawatan

Setelah melakukan tahap pengkajian penulis melakukan analisa data dan

mengangkat diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah. Penulis

menemukan bahwa tidak semua dignosa keperawatan secara teoritis dapat

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Mesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

99

ditegakan bahkan ada beberapa diagnosa yang tidak ada dalam teoritis dapat

ditemukan sebagai masalah yang harus diselesaikan. Penulis menemukan 6

diagnosa yang muncul, diantaranya yaitu:

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post op roi karena

fraktur tibia ditandai dengan klien mengatakan nyeri dikaki kanan klien

mengatakan nyeri seperti ditusuk tusuk jarum, klien terlihat meringis

kesakitan skala nyeri 5 (0-5) suhu: 37,5°C TD:130/80 mmHg, terdapat luka

pos operasi roi fraktur tibia dengan ukuran fraktur 10 cm, dan terdapat 20

jahitan rontgen: fraktur tibia 1/3 medial os tibia dengan panjang 10 cm.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pos operasi, Luka terlihat sedikit

kotor luka klien terlihat kemerahan terdapat luka pos operasi 20 jahitan

kondisi luka masih basah.

c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang

ditandai dengan klien mengatakan kaki kanannya nyeri bila digerakan klien

megeluh tidak bisa melakukan aktifitas klien mengatakan hanya bisa

beraktivitas di tempat tidur semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga klien

telirhat melakukan aktifitasnya hanya ditempat tidur klien terlihat lemah dan

hanya berbaring di tempat tidur rontgen: fraktur tibia dengan panjang 10 cm

tonus otot.

d. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan nyeri pada fraktur tibia

dextra ditandai dengan klien mengatakan belum pernah menggosok gigi

selama di RS klien mengatakan belum pernah keramas selama di RS hygiene

umum klien terlihat kurang bersih gigi klien terlihat berwarna kekuningan,

lidah klien terlihat kotor dan tercium bau tidak sedap rambut klien terlihat

sedikit kotor.

e. Gangguan spiritual berhubungan dengan ketidaktahuan klien cara shalat

ketika sakit, ditandai dengan klien mengatakan selama di rawat di RS tidak

melakukan shalat 5 waktu klien mengatakan tidak tahu bagaimana cara

sahalat orang yang sedang sakit aktivitas klien dibantu oleh keluaga klien

tampak diam saja ketika waktu shalat.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kuangnya informasi tentang proses

perawatan luka ditandai dengan klien dan keluarga mengatakan tidak tahu

tentang penyakit yang dideritanya klien mengatakan tidak tahu bagaimana

merawat luka klien tampak bingung klien sering bertanya tentang kondisi

luka dan bagaimana cara perawatan lukanya klien adalah lulusan SMP.

Sedangkan berdasarkan teori diagnosa yang muncul diantaranya:

a. Trauma berhubungan dengan resiko terhadap kehilangan kehilangan

integritas tulang (fraktur).

b. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,

dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi atau mobilisasi, stres, ansietas.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pos

Op Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior Dextra Di Ruang

VIII RSUD Gunung Jati Cirebon

100

c. Disfungsi neurofakuler perifer, berhubungan dengan penurunan atau interupsi

aliran darah: cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan

thrombus, hipovolemia.

d. Pertukaran gas, kerusakan berhubungan dengan perubahan aliran darah atau

emboli lemak, perubahan membran alveolar atau kapiler, intersitsial, edema

paru, kongesti.

e. Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer

f. Mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler

integritas kulit atau jaringan berhubungan denga cidera tusuk fraktur terbuka.

g. Integritas kulit atau jaringan berhubungan denga cidera tusuk fraktur terbuka,

bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, skrup

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tepajan atau mengingat,

salah satu interpretasi informasi atau tidak mengenal sumber informasi.

Diagnosa keperawatan yang ada di teori namun tidak muncul dalam kasus

adalah:

a. Trauma berhubungan dengan resiko terhadap kehilangan kehilangan

integritas tulang (fraktur) diagnosa keperawatan ini tidak diangkat karna kak

klien tidak di amputasi

b. Disfungsi neurofakuler perifer, berhubungan dengan penurunan atau interupsi

aliran darah: cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan

thrombus, hipovolemia.

Diagnosa ini tidak diangkat karena klien tidak mengalami penurunan aliran

darah, cedera vaskuler langsung, edema yang berlebihan, pembentukan

thrombus atau hipovolemia.

c. Pertukaran gas, kerusakan berhubungan dengan perubahan aliran darah atau

emboli lemak, perubahan membran alveolar atau kapiler, intersitsial, edema

paru, kongesti.

Diagnosa ini tidak diangkat karena klien tidak mengalami perubahan

membran alveolar atau kapiler, intersitsial, edema paru, kongesti.

d. Integritas kulit atau jaringan berhubungan denga cidera tusuk fraktur terbuka,

bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, skrup. Diagnosa ini tidak

diangkat karena klien tidak mengeluh gatal, kebas, gangguan permukaan

kulit, invasi struktur tubuh, destruksi lapisan kulit atau jaringan.

Diagnosa perawatan yang muncul pada kasus dan terdapat pada teori adalah:

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post op roi karena

fraktur tibia dextra

Penulis mengangkat diagnosa ini karena klien mengatakan nyeri dibagian

kaki kanan yg terdapat luka pos operasi, klien mengatakan nyeri seperti

ditusuk tusuk jarum, Klien terlihat meringis kesakitan skala nyeri 5 (0-5)

suhu: 37,5°C TD:130/80 mmHg, Terdapat luka pos operasi roi fraktur tibia

dengan terdapat 10 jahitan.

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Mesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

101

b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pos operasi roi fraktur tibia

Penulis mengangkat diagnosa ini karena luka klien terlihat sedikit kotor, luka

klien terlihat kemerahan, terdapat luka pos operasi 10 jahitan kondisi luka

masih basah.

c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang

penulis mengangkat diagnosa ini karena klien mengatakan kaki kanannya

nyeri bila digerakan, klien megeluh tidak bisa melakukan aktifitas klien

mengatakan hanya bisa beraktivitas di tempat tidur semua aktivitas klien

dibantu oleh keluarga klien telirhat melakukan aktifitasnya hanya ditempat

tidur klien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat tidur, tonus otot.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kuangnya informasi tentang proses

perawatan luka

Penulis mengangkat diagnosa ini arena klien dan keluarga tidak tahu tentang

penyakit yang dideritanya, klien mengatakan tidak tahu bagaimana merawat

luka klien tampak bingung klien sering bertanya tentang kondisi luka dan

bagaimana cara perawatan lukanya, klien adalah lulusan SMP.

3. Perencanaan

Perencanaan dilakukan untuk membantu klien meringankan gejala nyeri

yang dikeluhkan saat dikaji. Membantu klien dalam mengurangi nyeri, menjaga

personal hygiene, meningkatkan pengetahuan klien, menghindari dari resiko

infeksi pada luka, dan membantu klien dalam memberi rasa nyaman baik fisik

maupun psikologis. Perencanaan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang muncul,

apabila diagnosa tidak ada atau tidak muncul, maka perencanaan untuk diagnosa

tersebut tidak ada dan tidak dapat dilakukan.

a. Tujuan

pada kasus ini, penulis hanya dapat memperkirakan kriteria, waktu

berdasarkan analisa ilmiah penulis dan menurut teori yang ada dan

menunjang tercapainya diagnosa keperawatan tersebut. Penulis menentukan

kriteria hasil sesuai dengan tujuan evaluasi dan juga data fokus yang ada pada

klien.

b. Intervensi

pada beberapa intervensi yang penulis lakukan tidak mengalami kesulitan

dalam menentukan intervensi seperti pemberian intervensi yang ada pada

literatur tidak sesuai dengan kondisi klien.

c. Rasional

penulis mengacu pada intervensi yang sesuai dengan reverensi yang

ditemukan dan disesuaikan dengan kondisi klien.

4. Implementasi

Pada tahap implementasi penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai

dengan rencana dan tujuan keperawatan yang telah dibuat. pada tahap ini penulis

mengalami hambatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan tidak dapat

melakukan selama 24 jam karena keterbatasan waktu dan tenaga. Sehingga

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pos

Op Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior Dextra Di Ruang

VIII RSUD Gunung Jati Cirebon

102

penulis melakukan kerja sama dengan perawat di ruangan dan keluarga untuk

terlaksananya asuhan keperawatan yang berkesinambungan.

a. Melakukan implementasi gangguan rasa nyaman nyeri.

b. Melakukan implementasi resiko infeksi.

c. Melakukan implementasi gangguan mobillitas fisik.

d. Melakukan implementasi gangguan personal hygiene.

e. Melakukan implementasi gangguan spiritual.

f. Melakukan implementasi kurang pengetahuan tentang penyakit.

5. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan setelah melakukan setiap tindakan. Dilaksanakan

setiap hari untuk memantau keefektifan tindakan yang penulis lakukan. Pada

tahap ini penulis tidak mengalami hambatan yang berarti karena klien dan

keluarga sangan kooperatif. Adapun keseuaian antara tujuan dan hasil yang

didapat selama melukan asuhan keperawatan antara lain:

a. Gangguan rasa nyaman nyeri

Dalam perencanaan, diagnose gangguan rasa nyaman nyeri teratasi dalam

5x24 jam, tetapi pada evaluasi hari ke 4 gangguan raa nyaman nyeri teratasi

sebagian karna skala nyeri nya masih 2.

b. Resiko infeksi

Dalam perencanaan, diagnose gangguan resiko infeksi teratasi dalam 6x24

jam, dan pada evaluasi hari ke 6 teratasi karena luka sudah kering dan tidak

kotor.

c. Gangguan mobilitas fisik

Dalam perencanaan, diagnosa gangguan mobilitas fisik teratasi dalam 4x24

jam, dan pada evaluasi hari ke 4 gangguan mobilitas fisik teratasi karena klien

sudah bisa melakukan aktivitas nya.

d. Personal hygiene

Dalam perencanaan, diagnosa gangguan personal hygiene teratasi dalam 1x24

jam, dan dalam evaluasi hari ke 1 gangguan personal hygiene teratasi.

e. Gangguan spiritual

Dalam perencanaan, diagnoasa gangguan spiritual teratasi dalam 1x24 jam,

dan pada evaluasi ke 2 gangguan spiritual teratasi.

f. Kurang pengetahuan.

Dalam perencanaan, diagnosa kurang pengetahuan teratasi dalam 2x24 jam,

tetapi dievaluasi kurang pengetahuan pada evaluasi ke 1 teratasi.karena klien

dan keluarga klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit fraktur dan

cara perawatan luka.

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Mesaroh dan Hasbi Ash Shiddiqi

103

Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang penulis berikan pada Tn.P dengan gangguan sistem

muskuloskeletal akibat pos op roi fraktur tibia, di ruang prabu siliwangi Rsud Gunung

Jati Cirebon yang dilakasanakan pada tanggal 13-17 maret 2018 dilaksanakan dengan

hati yang tulus dan ikhlas. Penulis melaksanakan asuhan keperawatan yang bertujuan

untuk mendokumentasikan ke dalam bentuk karya tulis ilmiah, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut: a) Menurut (WHO) pada tahun 2011-2012

terdapat 1,3 juta orang di dunia mengalami fraktur akibat kecelakaan, baik itu fraktur

yang disebabkan kecelakaan kerja, kecelakaan lalulintas dan kecelakaan terjatuh dari

ketinggian. b) Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus sambungannya

akibat tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh yang keras, namun jika diberi

tekanan yang besar dari pada yang dapat diabsorbsi, maka bisa terjadi fraktur, gaya

tekan berlebihan yang dimaksud seperti pukulan keras gerakan memuntir atau meremuk

yang terjadi mendadak, dan bahkan konsentrasi otot ekstrim. c) Setelah melakukan

asuhan keperawatan pada Tn.P dengan gangguan sistem muskuloskeletal akibat pos op

roi fraktur tibia dextra ditemukan diagnosa keperawatan yaitu gangguan rasa nyaman

nyeri, resiko infeksi, gangguan mobilitas fisik, gangguan personal hygiene, gangguan

spiritual, kurang pengetahuan. Diagnosa keperawatan tersebut teratasi secara

keseluruhan walaupun dengan waktu yang berbeda.

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN …

Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Pos

Op Remove of Inplate Fraktur Tertutup Os Tibia Ekstremitas Inferior Dextra Di Ruang

VIII RSUD Gunung Jati Cirebon

104

Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Konsep dasar keperawatan. Cetakan pertama. Jakarta : EGC

Geissler. C Alice. Moorhouse, Frances Marry. Dan Doengoes, E Marilyn. 2010.

Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaaan dan asian Perawatan

pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Istianah, Umi. 2017. Asuhan Keperawatan Kien dengan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Cetakan 1. Yogyakarta : EGC

Maryana, Kirnanoro. 2017. Anatomi dan Fisiologi. Cetakan 1. Yogyakarta:Pustaka

Baru

Ningsih, Nurna Lukman. 2013. Asuhan keperawatan pada klien denggan Gangguan

Sitem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba

Padila. 2012. Keperawatan Medikal Bedah, Cetakan 1. Yoyakarta : Nuha medika

TH, Margareth. dan Rendi, Clevo M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan

Penyakit Dalam. Cetakan 1. Yogyakarta : Nuha Medika

Wartonah, Ariyani Ratna, Tarwoto. 2009. Anatomi dan fisiologi untuk Mahasiswa

Keperawatan. Cetakan pertama. Jakarta: TIM

(repositori.ump.ac.id)

(www.depkes.go.id)

(http://myblogsandinadyaa.blogspot.co.id)

(http://kumpulanliteratur.blogspot.com)

(ayupermatasari.blogspot.co.id)

(www.academia.edu)

(http//:www.google.picture.com pathwayfraktur)

(http:// Vikipedia4.Blogspot.com)

(http//google.com.picturetulangkerangkakepala.html)