asuhan keperawatn jiwa delirium

20
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Psikosa secara sederhana dapat didefinisikan sebai suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaa ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan ganggua kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi. Sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran, gangguan kognitif, gangguan persepsi, termasuk halusinasi & ilusi, khas adalah visual juga di pancaindera lain, dan gangguan perilaku, seperti agitasi. Delirium bisa timbul pada segala umur, tetapi sering pada usia lanjut. Sedikitnya 10% dari pasien lanjut usia yang dirawat inap menderita delirium; 15-50% mengalami delirium sesaat pada masa perawatan rumah sakit. Delirium juga sering dijumpai pada panti asuhan. Bila delirium terjadi pada orang muda biasanya karena penggunaan obat atau penyakit yang berbahaya mengancam jiwanya. 1

Upload: septia-rahmad-m

Post on 20-Jun-2015

1.113 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: asuhan keperawatn jiwa delirium

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Psikosa secara sederhana dapat didefinisikan sebai suatu gangguan jiwa

dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaa ini dapat

digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena

penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan

ganggua kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat,

berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu,

sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari

sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan

tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan

halusinasi.

Sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran,

gangguan kognitif, gangguan persepsi, termasuk halusinasi & ilusi, khas adalah

visual juga di pancaindera lain, dan gangguan perilaku, seperti agitasi. Delirium

bisa timbul pada segala umur, tetapi sering pada usia lanjut. Sedikitnya 10% dari

pasien lanjut usia yang dirawat inap menderita delirium; 15-50% mengalami

delirium sesaat pada masa perawatan rumah sakit. Delirium juga sering dijumpai

pada panti asuhan. Bila delirium terjadi pada orang muda biasanya karena

penggunaan obat atau penyakit yang berbahaya mengancam jiwanya.

II. TUJUAN PEMBUATAN

A. TUJUAN UMUM

Untuk memahami dan mengetahui tentang Delirium pada lansia mencakup

Teorits maupun Asuhan Keperawatan

B. TUJUAN KHUSUS

1. Untuk Mengetahui Teoritis dari Delirium ( Defeenisi, Etiologi, Patofisiologi,

Manifestasi Klinis, dan Terapi)

2. Untuk Mengetahui pemberian Asuhan Keperawatan pada penderita (lansia)

Delirium

3. Untuk memenuhui tugas yang diberikan oleh dosen Keperawatan Jiwa II

1

Page 2: asuhan keperawatn jiwa delirium

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFENISI

Delirium adalah keadaan yang yang bersifat sementara dan biasanya

terjadi secara mendadak, dimana penderita mengalami penurunan kemampuan

dalam memusatkan perhatiannya dan menjadi linglung, mengalami disorientasi

dan tidak mampu berfikir secara jernih. Sindrom klinis akut dan sejenak dengan

ciri penurunan taraf kesadaran, gangguan kognitif, gangguan persepsi, termasuk

halusinasi & ilusi, khas adalah visual juga di pancaindera lain, dan gangguan

perilaku, seperti agitasi. Gangguan ini berlangsung pendek dan ber-jam hingga

berhari, taraf hebatnya berfluktuasi, hebat di malam hari, kegelapan membuat

halusinasi visual & gangguan perilaku meningkat. Biasanya reversibel.

Penyebabnya termasuk penyakit fisik, intoxikasi obat (zat). Diagnosis biasanya

klinis, dengan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan (imaging) untuk

menemukan penyebabnya. Terapinya ialah memperbaiki penyebabnya dan

tindakan suportif.

Delirium juga disebut Kondisi bingung akut (Acute Confusional State) dan

demensia merupakan penyebab yang paling sering dan gangguan atau hendaya

kognitif, walaupun gangguan afektif (seperti depresi) juga bisa mengganggu

kognisi. Delirium dan demensia merupakan dua gangguan yang berbeda, namun

sering sukar dibedakan. Pada keduanya, fungsi kognitif terganggu, namun

demensia biasanya memori yang terganggu, sedangkan delirium daya

perhatiannya yang terganggu.

Beberapa ciri khas membedakan kedua gangguan tersebut (lihat tabel I).

Delirium biasanya disebabkan oleh penyakit akut atau keracunan obat (kadang

mengancam jiwa orang) dan sering reversibel, sedangkan demensia secara khas

disebabkan oleh perubahan anatomik dalam otak, berawal lambat dan biasanya

tidak reversibel. Delirium bisa timbul pada pasien dengan demensia juga.

Gambaran Delirium Demensia

Riwayat Penyakit akut Penyakit kronik

Awal Cepat Lambat laun

Sebab Terdapat penyakit lain (infeksi, dehidrasi, guna/putus obat

Biasanya penyakit otak kronik (spt Alzheimer, demensia vaskular)

2

Page 3: asuhan keperawatn jiwa delirium

Lamanya Ber-hari/-minggu Ber-bulan/-tahun

Perjalanan sakit Naik turun Kronik progresif

Taraf kesadaran Naik turun Normal

Orientasi  Terganggu, periodik Intak pada awalnya

Afek Cemas dan iritabel Labil tapi tak cemas

Alam pikiran Sering terganggu Turun jumlahnya

Bahasa Lamban, inkoheren, inadekuat Sulit menemukan istilah tepat

Daya ingat Jangka pendek terganggu nyata

Jangka pendek & panjang terganggu

Persepsi Halusinasi (visual) Halusinasi jarang kecuali sundowning

Psikomotor Retardasi, agitasi, campuran Normal

Tidur Terganggu siklusnya Sedikit terganggu siklus tidurnya

Atensi & kesadaran

Amat terganggu Sedikit terganggu

Reversibilitas Sering reversibel Umumnya tak reversibel

Penanganan Segera Perlu tapi tak segera

Catatan: pasien dengan demensia amat rentan terhadap delirium, dan delirium yang bertumpang tindih dengan demensia adalah umum

II. ETIOLOGI

Penyebab delirium:

1. Alkohol, obat-obatan dan bahan beracun

2. Efek toksik dari pengobatan

3. Kadar elektrolit, garam dan mineral (misalnya kalsium, natrium atau

magnesium) yang tidak normal akibat pengobatan, dehidrasi atau penyakit

tertentu

4. Infeksi akut disertai demam

5. Hidrosefalus bertekanan normal, yaitu suatu keadaan dimana cairan yang

membantali otak tidak diserap sebagaimana mestinya dan menekan otak

6. Hematoma subdural, yaitu pengumpulan darah di bawah tengkorak yang

dapat menekan otak.

7. Meningitis, ensefalitis, sifilis (penyakit infeksi yang menyerang otak)

8. Kekurangan tiamin dan vitamin B12

9. Hipotiroidisme maupun hipotiroidisme

3

Page 4: asuhan keperawatn jiwa delirium

10. Tumor otak (beberapa diantaranya kadang menyebabkan linglung dan

gangguan ingatan)

11. Patah tulang panggul dan tulang-tulang panjang

12. Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan menyebabkan rendahnya kadar

oksigen atau tingginya kadar karbon dioksida di dalam darah

13. Stroke.

III. PATOFISIOLOGI

Banyak kondisi sistemik dan obat bisa menyebabkan delirium, contoh

antikolinergika, psikotropika, dan opioida. Mekanisma tidak jelas, tetapi

mungkin terkait dengan gangguan reversibilitas dan metabolisma oxidatif otak,

abnormalitas neurotransmiter multipel, dan pembentukan sitokines (cytokines).

Stress dari penyebab apapun bisa meningkatkan kerja saraf simpatikus sehingga

mengganggu fungsi kolinergik dan menyebabkan delirium. Usia lanjut memang

dasarnya rentan terhadap penurunan transmisi kolinergik sehingga lebih mudah

terjadi delirium. Apapun sebabnya, yang jelas hemisfer otak dan mekanisma

siaga (arousal mechanism)dari talamus dan sistem aktivasi retikular batang otak

jadi terganggu.

Terdapat faktor predisposisi gangguan otak organik: seperti demensia,

stroke. Penyakit parkinson, umur lanjut, gangguan sensorik, dan gangguan

multipel. Faktor presipitasi termasuk penggunaan obat baru lebih dan 3 macam,

infeksi, dehidrasi, imobilisasi, malagizi, dan pemakaian kateter buli-buli.

Penggunaan anestesia juga meningkatkan resiko delirium, terutama pada

pembedahan yang lama. Demikian pula pasien lanjut usia yang dirawatdi bagian

ICU beresiko lebih tinggi.

IV. MANIFESTASI KLINIS

Ciri utama dari delirium adalah tidak mampu memusatkan perhatian.

Penderita tidak dapat berkonsentrasi, sehingga mereka memiliki kesulitan dalam

mengolah informasi yang baru dan tidak dapat mengingat peristiwa yang baru

saja terjadi. Hampir semua penderita mengalami disorientasi waktu dan bingung

4

Page 5: asuhan keperawatn jiwa delirium

dengan tempat dimana mereka berada. Fikiran mereka kacau, mengigau dan

terjadi inkoherensia.

Pada kasus yang berat, penderita tidak mengetahui diri mereka sendiri.

Beberapa penderita mengalami paranoia dan delusi (percaya bahwa sedang

terjadi hal-hal yang aneh) Respon penderita terhadap kesulitan yang dihadapinya

berbeda-beda; ada yang sangat tenang dan menarik diri, sedangkan yang lainnya

menjadi hiperaktif dan mencoba melawan halusinasi maupun delusi yang

dialaminya.

Gejala utama ialah kesadaran menurun. Kesadaran yang menurun ialah

suatu keadaan dengan kemampuan persepsi perhatian dan pemikiran yan

berkurang secara keseluruhan (secara kuantitatif). Gejala-gejala lainnya :

Delirium ditandai oleh kesulitan dalam:

1. Konsentrasi dan memfokus

2. Mempertahankan dan mengalihkan daya perhatian

3. Kesadaran naik-turun

4. Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang

5. Halusinasi biasanya visual, kemudian yang lain

6. Bingung menghadapi tugas se-hari-hari

7. Perubahan kepribadian dan afek

8. Pikiran menjadi kacau

9. Bicara ngawur

10. Disartria dan bicara cepat

11. Neologisma

12. Inkoheren

Gejala termasuk:

1. Perilaku yang inadekuat

2. Rasa takut

3. Curiga

4. Mudah tersinggung

5. Agitatif

6. Hiperaktif

5

Page 6: asuhan keperawatn jiwa delirium

7. Siaga tinggi (Hyperalert)

Atau sebaliknya bisa menjadi:

1. Pendiam

2. Menarik diri

3. Mengantuk

4. Banyak pasien yang berfluktuasi antara diam dan gelisah

5. Pola tidur dan makan terganggu

6. Gangguan kognitif, jadi daya mempertimbangkan dan tilik-diri terganggu

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

Biasanya klinis. Semua pasien dengan tanda dan gejala gangguan fungsi

kognitif perlu dilakukan pemeriksaan kondisi mental formal. Kemampuan atensi

bisa diperiksa dengan:

1. Pengulangan sebutan 3 benda

2. Pengulangan 7 angka ke depan dan 5 angka ke belakang (mundur)

3. Sebutkan nama hari dalam seminggu ke depan dan ke belakang (mundur)

4. Ikuti kriteria diagnostik dari lCD-10 atau DSM-IV-TR

5. Confusion Assessment Method (CAM)

6. Wawancarai anggota keluarga

7. Penggunaan obat atau zat psikoaktif overdosis atau penghentian mendadak.

VI. PROGNOSIS

Morbiditas dan mortalitas lebih tinggi pada pasien yang masuk sudah

dengan delirium dibandingkan dengan pasien yang menjadi delirium setelah di

Rumah Sakit. Beberapa penyebab delirium seperti hipoglikemia, intoxikasi,

infeksi, faktor iatrogenik, toxisitas obat, gangguan keseimbangan elektrolit.

6

Page 7: asuhan keperawatn jiwa delirium

Biasanya cepat membaik dengan pengobatan. Beberapa pada lanjut usia susah

untuk diobati dan bisa melanjutjadi kronik

VII. PENATALAKSANAAN MEDIS

Terapi diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan

menghilangkan faktor yang memberatkan seperti:

1. Menghentikan penggunaan obat

2. Obati infeksi

3. Suport pada pasien dan keluanga

4. Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien

5. Cukupi cairan dan nutrisi

6. Vitamin yang dibutuhkan

7. Segala alat pengekang boleh digunakan tapi harus segera dilepas bila sudah

membaik, alat infuse sesederhana mungkin, lingkungan diatur agar nyaman.

8. Obat:

a. Haloperidoi dosis rendah dulu 0,5 1 mg per os, IV atau IV

b. Risperidone0,5 3mg perostiap l2jam

c. Olanzapine 2,5 15 mg per os 1 x sehari

d. Lorazepam 0,5 1mg per Os atau parenteral (tak tersedia di Indonesia),

Perlu diingat obat benzodiazepine mi bisa memperburuk delirium

karena efek sedasinya.

7

Page 8: asuhan keperawatn jiwa delirium

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

I. PENGKAJIAN

1. Identitas

Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar

belakang kebudayaan, status

sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

2. Keluhan utama

Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat

(menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.

3. Faktor predisposisi

Menemukan gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan diagnosis serta

menentukan tingkat gangguan serta menggambarkan struktur kepribadian

yang mungkin dapat menerangkan riwayat dan perkembangan gangguan jiwa

yang terdapat. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui

etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan

nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa

premorbidnya, mekanisme pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial,

sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta

ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau

nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan

fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang

terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah

otak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama diluar otak atau

tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi

dan sebagainya).

4. Pemeriksaan fisik

Kesadran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun,

takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak

mau makan.

5. Psikososial

a. Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi

pengaruh lebih tinggi dari kembar dizigot .

8

Page 9: asuhan keperawatn jiwa delirium

b. Konsep diri

Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri

karena proses patologik penyakit.

Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.

Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara

satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu dimana

individu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan

sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.

Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan

kemampuan yang ada.

Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien

merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.

c. Hubungan sosial

Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau

kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat

seperti delusi dan halusinasi. Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan

sosial khususnya dengan orang yang penting dalam kehidupan individu.

Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan internal.

Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan

kegagalan individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan

orang lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan

hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol

orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan

dangkal dan tergantung.

d. Spiritual

Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi

tidak atau kurang mampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan

agama dan kepercayaannya.

6. Status mental

a. Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya

sendiri.

b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.

9

Page 10: asuhan keperawatn jiwa delirium

c. Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya

peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis,

steriotipi.

d. Alam perasaan

Klien nampak ketakutan dan putus asa.

e. Afek dan emosi.

Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan

perasaan tertentu karena jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat

menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang

digunakan klien untukj melindungi dirinya, karena afek yang telah

berubahn memampukan kien mengingkari dampak emosional yang

menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin

tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah

berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan

ambivalen.

f. Interaksi selama wawancara

Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang.

g. Persepsi

Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap

suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca

indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan

pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau

berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah

halusinasi.

h. Proses berpikir

Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya

cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak

sesuai dengan penilaian yang umum diterima. Penilaian realitas secara

pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan

orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien

tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar

perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian

primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan

linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak

10

Page 11: asuhan keperawatn jiwa delirium

klien regresi dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi

dan neologisme.

i. Tingkat kesadaran

Kesadran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.

j. Memori

Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi )kejadian pada beberapa jam

atau hari yang lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian

beberapa tahun yang lalu).

k. Tingkat konsentrasi

Klien tidak mampu berkonsentrasi

l. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan dalam penilaian atau keputusan.

7. Kebutuhan klien sehari-hari

a. Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan

gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur

kemabali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak

merasa segar di pagi hari.

b. Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya

sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga

bisa terjadi penurunan berat badan.

c. Eliminasi

Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering

dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi

konstipasi, akibat terganggu pola makan.

8. Mekanisme koping

Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir,

mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola

koping mekanisme. Ketidak mampuan mengatasi secara konstruktif

merupakan faktor penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku

patologis. Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan

delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan

keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.

11

Page 12: asuhan keperawatn jiwa delirium

9. Dampak masalah

a. Individu

Perilaku, klien muningkin mengbaikan atau mendapat kesulitan dalam

melakukan kegiatas sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak

mau mandi, tidak mau menyisir atau mengganti pakaian.

Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri,

harga diri rendah, merasa tidak berarti, tidak berguna dan putus asa

sehingga klien perlu diisolasi.

Kemadirian , klien kehilangan kemandirian adan hidupketergantungan

pada keluarga atau oorang yang merawat cukup tinggi, sehingga

menimbulkan stres fisik.

II. RUMUSAN DIAGNOSA

RESIKO : DEFISIT PERAWATAN DIRI

Cord Problem : Gangguan Persepsi Sensorik : HALUSINASI

ETIOLOGI : ISOLASI SOSIAL

Jadi diagnosa pada delirium ini adalah :

1. Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi

2. Resiko Perilaku kekeresan

3. Isolasi Sosial

12

Page 13: asuhan keperawatn jiwa delirium

DAFTAR PUSTAKA

http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com/2009/05/delirium-pada-lansia.html

http://www.lenterabiru.com/2010/02/delirium.htm

http://www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-prevention/mental-illness/delirium/Nursing-Care-Acute-Agitated-Elderly-Delirium.html

http://www.idijakbar.com/prosiding/delirium.htm

13