asy syafii cadar

Upload: dzakwan13

Post on 16-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

masalah cadar

TRANSCRIPT

  • 1

    Asy Syafii'yyah Dan Cadar

    19 Juni 2013 pukul 14:41 Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.

    .

    .

    Pendahuluan : Belakangan ini muncul dua fenomena menarik yaitu banyaknya akhwat yang mengenakan cadar - niqab - purdah dan sejenisnya dan disisi yang lain muncul berbagai macam stigma negatif tentang wanita yang memakai cadar, mulai dari " istri " teroris, ninja, sampai tuduhan " berlebih - lebihan " didalam agama. Tuduhan - tuduhan ini bukan hanya muncul dari orang - orang awam, bahkan orang yang notabene mengenyam pendidikan agama di pondok - pondok maupun universitas - universitas menjadi corong bagi pengungkapan " gelar " negatif ini, belum lagi peran serta media yang secara aktif ikut menyebarkan hal tersebut. Indonesia sebagai salah satu negeri dimana madzhab Asy Syafi'iyyah menyebar secara luas ( baik secara praktek maupun sekedar pengakuan ) tidak luput dari hal tersebut, masih segar diingatan ketika sekitar sembilan tahun yang lalu istri saya memutuskan untuk menggunakan niqab ( cadar ) maka hal ini menjadi sebuah dilema dikalangan keluarganya yang teguh memegang pendapat - pendapat ulama Asy Syafi'iyyah, maka beliau meminta kepada saya untuk mencoba mencarikan dalil dan keterangan dari kitab - kitab ulama Asy Syafi'iyyah yang didalamnya disebutkan syariat niqab, saya jumpai dalam masalah ini terdapat keterangan dari kitab Kifayatul Akhyar ( dan kitab ini dulu saya pelajari di Madrasah Nahdiyyin ) juga Safinatun Najah ( kitab ini merupakan rujukan kaum Asy Syafiiyyah dan Nahdiyyin di Indonesia ), dengan berbekal dari keterangan dua kitab ini - alhamdulillah - penentangan dalam masalah niqab menjadi " sedikit mereda " , dengan sebab mengetahuinya mereka ( keluarga istri ) hal tersebut ada dan ditekskan dalam kitab - kitab Asy Syafi'iyyah. Akhir - akhir ini kita menjumpai banyaknya akhwat yang berusaha multazimah dan menutup wajah serta kedua telapak tangannya - terlepas dari apakah niqab wajib ataukah afdhal, sebagaimana yang telah maklum ada khilaf didalam masalah ini - maka saya kembali teringat peristiwa yang pernah " menimpa " istri saya. Maka dengan itu, diluasnya waktu yang ada ditengah - tengah liburan Ma'had, saya kembali membuka - buka buku2 tersebut dan berusaha menambah dari keterangan ulama - ulama Asy Syafi'iyyah dalam masalah ini.

  • 2

    Semoga ini merupakan bentuk bantuan saya kepada akhwat dan ummahat dalam sebuah usaha kecil untuk menunjukkan bahwa niqab - purdah dan yang semisalnya bukanlah ciri dari " istri " teroris bahkan merupakan hal yang telah dikenal oleh Asy Syafi'iyyah.

    Beberapa Peringatan Penting Pertama : Telah maklum disisi orang - orang yang berusaha untuk berpegang teguh kepada Al Qur-an dan As Sunnah, bahwa ucapan ulama bukanlah dalil mutlak yang wajib diikuti, ucapan manusia ditimbang dengan ketetapan yang terdapat didalam Al Qur-an dan As Sunnah, juga seseorang tidaklah diwajibkan untuk mengikuti pendapat siapapun secara mutlak kecuali pendapat tersebut munculnya dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Sehingga ketika saya menyusun tulisan ini bukanlah bermaksud untuk mengajak taqlid kepada salah satu madzhab, akan tetapi tujuannya adalah menampakkan pendapat - pendapat ulama suatu madzhab dalam masalah yang akan dibahas. Kedua : Saya mengetahui bahwa istilah madzhab Asy Syafi'i dan Asy Syafi'iyyah ada perbincangan serius didalamnya, terkait dengan definisi, batasan dan kriterianya. Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa madzhab Asy Syafi'i adalah pendapat Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah yang terdapat di kitab - kitab beliau dan atau diriwayatkan oleh Al Imam Al Baihaqi rahimahullah, sebagian lain menambahkan bahwa pendapat shahabat - shahabat Al Imam Asy Syafi'i semisal Imam Al Muzani, Imam Ar Rabi bin Sulaiman dan lain - lain merupakan juga madzhab Asy Syafi'i dan sebagainya. Yang ingin saya sampaikan disini adalah - terlepas dari definisi yang berbeda - beda tersebut, ada sebuah kenyataan yang kita dapati bahwa orang semisal Al Imam An Nawawi rahimahullah, Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah, Al Imam As Suyuthi rahimahullah dan semisalnya, juga buku - buku seperti Matan Abi Suja', Kifayatul Akhyar, Safinatun Najah dan lain - lain telah diklaim dan diterima secara luas sebagai pendapat - pendapat yang mewakili madzhab Al Imam Asy Syafi'i, dan itulah salah satu tujuan ditulis makalah ringkas ini. Ketiga : Sama - sama diketahui bahwa telah terjadi khilaf diantara para ulama mutaqadimin, mutaakhirin maupun muashirin tentang batasan aurat wanita - dengan kata lain apakah wajah dan kedua telapak tangan termasuk aurat wanita atau tidak, masing - masing menampakkan dalil dan masing - masing tegak membela pendapatnya, akan tetapi tujuan ditulisnya makalah ini adalah hendak menampakkan bahwa sebagian ulama Asy Syafi'iyyah telah memiliki pendapat yang mewajibkan cadar dan ini termaktub di kitab - kitab mereka. Secara pribadi saya cenderung menguatkan pendapat yang mengatakan wajah dan kedua telapak tangan adalah aurat bagi wanita dan bersamaan dengan itu sayapun menghargai pendapat yang berlainan dengan itu.

    Asy Syafi'iyyah Dan Cadar

    Dibawah ini akan saya turunkan pendapat - pendapat ulama Asy Syafi'iyyah tentang cadar. Pertama : Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah ( wafat 204 H ) berkata didalam kitab beliau Al Umm ( 1/109 ) :

    " Dan seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali tangan dan wajahnya." Imam Ibnul Mundzir rahimahullah menyandarkan pendapat ini kepada Imam Asy Syafii dalam Al Ausath ( 5/70 ), pada kesempatan yang lain dalam rangka menjelaskan ucapan Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah diatas berkata Al Imam Ibnul Mundzir rahimahullah dalam kitab yang sama ( 5/75 ) :

  • 3

    Wajib bagi wanita menutup seluruh badannya dalam shalat kecuali wajah dan kedua telapak tangannya. Pernyataan ini Al Imam Ibnul Mundzir ini menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh Imam Asy Syafi'i dalam ungkapan diatas adalah aurat wanita didalam shalat, dan secara kenyataannya ungkapan tersebut dikatakan oleh Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah didalam pembahasan yang terkait dengan aurat didalam shalat - silahkan rujuk ke kitab Al Umm, seakan - akan Al Imam Ibnul Mundzir hendak mengatakan bahwa apabila aurat didalam shalat adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan ( sebagaimana fatwa Al Imam Asy Syafi'i ) maka diluar shalat adalah seluruh tubuh. Kedua : Al Imam Al Baihaqi rahimahullah ( wafat 458 H ) berkata dalam kitab beliau Sunan Al Kubra ( 7/85 )

    " Bab Pengkhususan Wajah Dan Kedua Telapak Tangan Untuk Dilihat Apabila Ada Hajat." Ketiga : Imam An Nawawi rahimahullah berkata dalam kitab beliau Al Majmu ( 3/169 )

    Pendapat yang masyhur di madzhab kami ( Asy Syafiiyah) bahwa aurat pria adalah antara pusar hingga lutut, begitu pula budak wanita. Sedangkan aurat wanita merdeka adalah seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Demikian pula pendapat yang dianut oleh Imam Malik dan sekelompok ulama serta menjadi salah satu pendapat Imam Ahmad. Menjelaskan ucapan Al Imam An Nawawi rahimahullah berkata Syaikh Sulayman Al Jamal dalam Hasyiatul Jamal 'Ala Syarh Al Minhaj hal 441 :

    .

    ( Maksud perkataan An Nawawi bahwa aurat wanita adalah ) selain wajah dan telapak tangan, ini adalah aurat di dalam shalat. Adapun aurat wanita muslimah secara mutlak di hadapan lelaki yang masih mahram adalah antara pusar hingga paha. Sedangkan di hadapan lelaki yang bukan mahram adalah seluruh badan. Asy Syaikh Asy Syarbini rahimahullah berkata menjelaskan ucapan Al Imam An Nawawi rahimahullah dengan berkata :

    " Dan yang nampak dari ucapan Syaikhain kami ( Al Imam An Nawawi dan Al Imam Ar Rafi'i - pent ) bahwasanya menutup wajah dan tangan wajib secara dzatnya." Keempat : Syaikh Asy Syarwani berkata dalam kitab beliau Hasyiah Asy Syarwani 'Ala Tuhfatul Muhtaaj ( 2/112 ) :

    Wanita memiliki tiga jenis aurat : 1. Aurat dalam shalat - sebagaimana telah dijelaskan - yaitu seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan.

  • 4

    2. Aurat terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan menurut pendapat yang mu'tamad. 3. Aurat ketika berdua bersama yang mahram, sama seperti laki-laki, yaitu antara pusar dan paha. Kelima : Syaikh Ibnu Qaasim Al Abadi berkata dalam kitab beliau Hasyiah Ibnu Qaasim Ala Tuhfatul Muhtaaj ( 3/115 ) :

    Wajib bagi wanita menutup seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan, walaupun penutupnya tipis. Dan wajib pula menutup wajah dan telapak tangan, bukan karena keduanya adalah aurat, namun karena secara umum keduanya cenderung menimbulkan fitnah Keenam : Syaikh Muhammad bin Qaasim Al Ghazzi berkata dalam kitab beliau Fathul Qaarib hal 19 :

    Seluruh badan wanita selain wajah dan telapak tangan adalah aurat. Ini aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat, aurat wanita adalah seluruh badan. Ketujuh : Syaikh Taqiyuddin Al Hushni rahimahullah berkata dalam kitabnya Kifaayatul Akhyaar hal 181 :

    Makruh hukumnya shalat dengan memakai pakaian yang bergambar atau lukisan. Makruh pula wanita memakai niqab (cadar) ketika shalat. Kecuali jika di masjid yang kondisinya sulit terjaga dari pandangan lelaki ajnabi. Jika wanita khawatir dipandang oleh lelaki ajnabi sehingga menimbulkan kerusakan, haram hukumnya melepaskan niqab. Kedelapan : Syaikh Salim ibn Sumair Al Hadhrami Asy Syafii berkata dalam Safinatun Najah hal 11 :

    Dan aurat perempuan merdeka ketika shalat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan. Adapun aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki ajnabi (non mahram), yaitu seluruh badan. Kesembilan : Syaikh Muhammad Nawawi ibn Umar Al Bantani Al Jawi Al ( kita kenal dengan nama An Nawawi Al Banteni - wafat 1316 H ) dalam Kasyifatus Saja Fii Syarh Safinatun Najah hal 14 :

    ( Yang dimaksud seluruh badan ) adalah termasuk wajah dan kedua telapak tangan walaupun dalam keadaan aman dari fitnah. Dan haram bagi laki-laki ajnabi melihat sesuatu dari badan perempuan ( baik perempuan merdeka atupun budak ) walau sekedar hiasan kukunya saja. Kesepuluh : Syaikh Al Alamah Asy Syathri rahimahullah ( wafat 1360 H ) berkata dalam kitab beliau Nailul Rajaa Syarh Safinatun Najah hal 16 :

  • 5

    " Aurat perempuan merdeka dan budak perempuan dihadapan laki - laki ajnabi ( bukan mahram ) adalah seluruh badan." Kesebelas : Berkata Syaikh dari Al Azhar Mesir yang bernama Abdullah Al Hijazi Asy Syarqawi rahimahullah ( wafat 1227 H ) dalam kitabnya Hasyiah 'Ala Tuhfahtul Thalib ( 1/174 ) :

    " Aurat wanita merdeka diluar shalat dinisbatkan dengan pandangan ajnabi kepadanya adalah seluruh badannya juga wajah dan kedua telapak tangannya, walaupun disisinya aman dari fitnah." Kesimpulan : Tidaklah asing disisi ulama yang menisbatkan diri kepada Asy Syafi'iyyah tentang disyariatkannya niqab - purdah dan yang semisalnya disisi wanita muslimah, cukuplah nukilan - nukilan diatas sebagai sebuah bukti. Maka bagi orang yang mengaku mengikuti madzhab Asy Syafi'iyyah telah tegak dan jelas ucapan ulama - ulamanya.

    Abu Asma Andre

    Depok - Jawa Barat 1-4 Syawal 1433 H