att_1432900311024_case sol.doc

32
CASE REPORT KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RSUD ABDUL MOELOEK LAPORAN KASUS TUMOR INTRAKRANIAL Oleh : Lailatus Syifa Selian Preceptor dr. Zam Zanariyah, Sp.S, M.Kes

Upload: mayangestowo

Post on 13-Sep-2015

241 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

CASE REPORT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAFRSUD ABDUL MOELOEK

LAPORAN KASUS

TUMOR INTRAKRANIALOleh :

Lailatus Syifa Selian

Preceptordr. Zam Zanariyah, Sp.S, M.KesKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAFRSUD ABDUL MOELOEKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG2014KATA PENGANTARPertama saya ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Tumor Intrakranial tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSUD Abdul Moeloek.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Zam Zanariyah, Sp.S, M.Kes yang telah meluangkan waktunya untuk saya dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Saya menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk saya, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.

Bandar Lampung, Agustus 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB ILAPORAN KASUS 4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 5a. Definisi

14

b. Insiden

15c. Etiologi

16d. Diagnosis

18e. Penatalaksanaan

20f. Prognosis

22BAB IIIKESIMPULAN

23DAFTAR PUSTAKA

25BAB ILAPORAN KASUSMasuk RSUD Abdul Moeloek :

Tanggal 3 Agustus 2014No. RM : 372951A. ANAMNESIS

1. IdentitasNama

: Ny. W

Usia

: 70 tahunJenis Kelamin : Perempuan

Alamat

: Dusun II Pekalongan Way panji, Lampung selatan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: IRTStatus

: Menikah

Suku Bangsa : Jawa

Dirawat yang ke : 1

2. Riwayat PenyakitKeluhan Utama Penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakitTambahan

tangan kanan dan tungkai kanan lumpuhRiwayat Perjalanan Penyakit Pasien datang ke UGD RSAM diantar keluarga dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, menurut keluarganya sejak 8 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kelemahan pada tangan dan tungkai sebelah kanan, semakin hari keluhan terasa bertambah berat hingga lumpuh saat masuk rumah sakit, tidak ada riwayat trauma, keluhan tidak disertai sakit kepala dan mual muntah. Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes mellitus juga disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini

B. PEMERIKSAAN FISIK1. Pemeriksaan Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang GCS

: E3 V4 M5 Vital sign

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi

: 92 kali/menit

Pernafasan : 24 kali/menit

Suhu

: 36,90 C

Gizi

: cukup

Kepala

Rambut

: hitam dan beruban, tidak mudah dicabut

Mata

: konjungtiva anemis, sclera anikterik

Telinga

: simetris, serumen (-), otorea (-)Hidung

: normal, deviasi septum (-), rinore (-)

Mulut

: bibir kering dan pecah-pecah (+)

Leher

Inspeksi

: simetris trakea ditengah, JVP meningkat (-)

Palpasi

: Massa (-), pembesaran KGB (-)

Paru-paru

Inspeksi : gerakan pernafasan simetris kanan dan kiri

Palpasi : fremitus taktil dan ekspansi simetris, massa (-)

Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiriAuskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis tidak teraba

Perkusi : redup

Auskultasi : bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : perut datar, massa (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+)

2. Pemeriksaan Neurologisa. Saraf Cranialis1. Nervus Olfactorius (N.I)

Daya penciuman hidung : dalam batas normal

2. Nervus Opticus (N.II)

Tajam penglihatan : VOD >3/60 BS dan VOS >3/60 BS

Lapang penglihatan : sama dengan pemeriksa

Tes warna

: tidak dilakukan

Fundus oculi

: tidak dilakukan

3. Nervus Oculomotorius, Nervus Trochlearis, Nervus Abdusen (N.III N.IV N.VI)

Kelopak mata

Ptosis

(-/-)

Lagoftalmus (-/-)

Endophtalmus (-/-)

Exopthalmus (-/-)

Pupil

Ukuran

: (3mm/3mm)

Bentuk

: (bulat/bulat)

Isokor

: (+)

Posisi

: (central)

Reflex cahaya

: (+/+)

Gerakan bola mata

Medial, lateral : normal

Superior, inferior : normal

Obliqus superior : normal

Obliqus inferior: normal

4. Nervus Trigemenus (N.VI)

Sensibilitas

Ramus oftalmikus : normal

Ramus maksilaris : normal

Ramus mandibularis : normalMotorik

M. maseter

: normal

M. temporalis

: normal

M. pterigoides : normal5. Nervus Fascialis (N.VII)

Inspeksi wajah sewaktu

Diam

: simetris

Senyum

: simetris

Meringis

: simetris

Menutup mata : simetrisPasien diminta untuk

Mengerutkan dahi : simetris

Mengangkat alis : simetris

Menutup mata kuat : simetrisSensoris

Pengecapan 2/3 depan lidah : normal6. Nervus vestibulocochlearis (N.VIII)

N.cochlearis

Ketajaman pendengaran: normal

Tinnitus

: normalN.vestibularis

Tes vertigo

: tidak dilakukan

Nistagmus

: (-/-)7. Nervus Glosofaringeus (N.IX) dan Nervus Vagus (N.X)Suara bindeng/nasal

: tidak adaUvula

: ditengahPalatum mole

: normalArcus palatoglossus

: normalArcus palatofaringeus

: normalReflek batuk

: (+)Reflek muntah

: (+)Peristaltic usus

: (+)Bradikardi

: (-)Takikardi

: (-)8. Nervus aksesorius (N.XI)

M. sternocleidomastoideus : dalam batas normalM. Trapezius

: dalam batas normal9. Nervus Hipoglosus (N.XII)

Deviasi

: tidak adaAtropi

: tidak adaFasikulasi

: tidak adab. Tanda rangsang meningeal

Kaku kuduk

: (-)Kernig sign

: (-)Lasseque

: (-)Brudzinky I

: (-)Brudzinky II

: (-)c. System motorik ekstremitasSuperior

Gerakan

: tidak aktif/aktif

Kekuatan otot

: 2/5 5/5Tonus

: (-/-)Klonus

: (-)Atropi

: (-)

Inferior

Gerakan

: tidak aktif/aktif

Kekuatan otot

: 0/5 5/5

Tonus

: (-/-)

Klonus

: (-/-)

Atropi

: (-/-)

Refleks fisiologis

Biceps

: (+/+)

Triceps

: (+/+)

Patella

: (+/+)

Achilles

: (+/+)

Reflex patologis

Babinsky

: (+/-)

Chaddock

: (-/-)

Gordon

: (-/-)

Gonda

: (-/-)

Schaefner

: (-/-)

Oppenheim

: (-/-)

Hoffman trimmer : (-/-)d. Sensibilitas

Eksteroseptif/rasa permukaan

Rasa raba

: hipoestesi dari betis sampai telapak

Rasa nyeri

: dapat dirasakan

Rasa suhu panas: tidak dilakukan

Rasa suhu dingin: tidak dilakukane. Susunan saraf otonom

Miksi

: normalDefekasi : normalSalivasi : normalf. Fungsi luhur

Fungsi bahasa

: tidak dilakukanFungsi orientasi : tidak dilakukanFungsi memori : tidak dilakukanFungsi emosi

: tidak dilakukanC. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium tanggal 4 agustus 2014Hematologi

Hb : 12,8 LED : 45 Leukosit : 9400 Masa perdarahan : 3 Masa pembekuan : 10

Kimia Darah

Kolesterol total : 227 HDL : 43 LDL

: 178 trigliserida : 152 asam urat

: 4,4CT Scan tanpa kontras potongan axial pada tanggal 5 agustus 2014

tampak lesi hipodens dengan isodens di perifer disertai perifocal oedema di lobus frontalis sinistra

ventrikel lateralis sinistra menyempit

struktur mediana terdeviasi ked extra

kesan : massa di lobus frontalis sinistra dengan herniasi subfalcineD. Diagnosis

Klinis

: hemiparese dextraTopis

: lobus frontalis sinistraEtiologi: space occupying lesionE. Prognosis

Quo ad vitam

: dubia Quo ad functionam : dubia F. Penatalaksanaan

1. IVFD RL

2. Ceftriaxone3. Ranitidin

4. Paracetamol

5. Vit B196. Dexamethasone

7. Bisoprolol

8. Simvastatin

9. Isosorbit dinitrat

10. Aspilet

11. Anjuran operasi namun keluarga menolak

ANALISA KASUS1. Apakah diagnosis kasus diatas sudah benar?Pasien ini didiagnosis hemiparese dextra et causa Space Occupying Lesion berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Anamnesis :

Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan ekstremitas atas dan bawah sebelah kanan mengalami kelumpuhan yang progresif. Keluhan ini tidak dipicu oleh trauma, riwayat hipertensipun tidak ada yang dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosis stroke. Kelumpuhan yang progresif atau tidak memdadak juga dapat menyingkirkan diagnosis stroke.

Pemeriksaan fisik :

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan penurunan kekuatan otot pada ekstremitas sebelah kanan, pemeriksaan ini kurang spesifik untuk menyingkirkan diagnosis, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang yang dapat memastikan penyebabnya.Pemeriksaan penunjang :

Setelah dilakukan CT Scan tanpa kontras potongan axial dengan hasil :

tampak lesi hipodens dengan isodens di perifer disertai perifocal oedema di lobus frontalis sinistra

ventrikel lateralis sinistra menyempit

struktur mediana terdeviasi ked extra

kesan : massa di lobus frontalis sinistra dengan herniasi subfalcineberdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, didapatkan hasil yang sejalan, terdapat tumor pada lobus frontalis sinistra yang berakibat hemiparese pada ekstremitas kontralateral lesi.2. Apakah penatalaksanaan pasien diatas sudah benar?

Pada pasien diatas dianjurkan untuk dilakukan operasi, yang bertujuan untuk mengangkat massa tumor tersebut, selain itu dengan pembedahan dapat diambil jaringan tumornya dan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk mengetahui apakah tumor tersebut mengarah ganas atau tidak. Penentuan ganas atau tidaknya ini akan berpengaruh terhadap pemilihan terapi selanjutnya, namun karena keluarga menolak dilakukannya operasi, penatalaksanaan pada kasus ini tidak selesai meskipun medikamentosa diberikan, tidak dapat menyelesaikan permasalahan utamanya, sehingga medikamentosa saja kurang adekuat.TINJAUAN PUSTAKAA. ANATOMI OTAK1. Hemisfer serebriHemisfer serebri memiliki empat lobus: frontal, parietal, oksipital, dan temporal. Lobus frontal dipisahkan dari lobus parietal oleh sulkus sentralis (Rolandi), lobus parietal dipisahkan dari lobus oksipital oleh sulkus parietooksipitalis, sementara lobus temporal dipisahkan dari lobus frontal dan parietal oleh fissura sylvii (lateralis). Diensefalon berisi talamus dan hipotalamus. Talamus berada di sisi kanan dan kiri ventrikel ketiga dan berhubungan satu sama lain pada struktur intermedia. Hipotalamus berada di lantai ventrikel ketiga, di atas chiasma opticus dan sisterna suprasellar.

2. Brain stemBrain stem terdiri dari mesensefalon, metensefalon, dan mielensefalon. Mesensefalon berdiferensiasi menjadi midbrain. Metensefalon akan berkembang menjadi pons dan serebellum. Mielensefalon akan menjadi medulla.

3. Serebellum

Serebellum berada di ruang infratentorial, di posterior dari brain stem. Anatomi serebellum sangat kompleks, dengan banyak area yang memiliki namanya masing-masing. Untuk lebih mudahnya, kebanyakan ahli memisahkan serebellum menjadi vermis superior dan inferior dan istilah hemisfer cerebelli digunakan untuk bagian lateral dan sentral serebellum.4. Korpus kallosumPermukaan medial dari otak didominasi oleh korpus kallosum. Bangunan ini merupakan bagian white matter yang menghubungan kedua hemisfer cerebri.5. Deep gray nuclei

Ganglia basalis memiliki sejumlah nama dalam literatur neuroanatomi. Ganglia basalis merupakan struktur gray matter yang berada di antara insula dan midline. Globus palidus adalah struktur gray matter yang berada di lateral genu kapsula interna. Di superfisial dari globus palidus adalah putamen. Nukleus kaudatus berada di kornu frontalis ventrikel lateralis, dan di anterior dari globus palidus.6. Sistem ventrikelVolume normal cairan serebrospinal (CSF) di seluruh SSP adalah sekitar 150 mL, dimana 75 mL didistribusikan di sekitar saraf spinal, 25 mL di dalam sistem ventrikel, dan 50 mL berada di sekitar sulci kortikal dan di sisterna yang berada di basis otak. Aliran CSF berjalan dari pleksus koroideus di lantai ventrikel lateralis, melalui foramen Monro, ke ventrikel ketiga, akuaduktus silvius, dan masuk ke ventrikel keempat. Setelah masuk ke foramen Magendie (medial) dan Luschka (lateral) dari ventrikel keempat, CSF mengalir ke sisterna dan rongga subarahnoid regio servikal, kemudian mengalir ke inferior memasuki kompartemen spinal intratekal.B. DEFINISI

Tumor otak adalah suatu massa abnormal yang ada di dalam tengkorak yang disebabkan oleh multipikasi sel-sel yang berlebihan dan menyebabkan adanya proses desak ruang. Tumor otak (tumor intrakranial) meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor otak dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompk umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.Tumor otak jarang bermtastasi keluar dari dari sistem syaraf pusat tapi menyebabkan kematian dengan cara merusak fungsi vital / terlibat secara langsung meningkatkan intrakranial.Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal didalam otak, tetapi tidak ganas.

Tumor otak maligna adalah kanker didalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan sebelahnya / yang telah menyebar keotak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.C. EPIDEMIOLOGIData dari USA dilaporkan bahwa setiap tahunnya di Aerika dijumpai 38.000 kasus baru neoplasma intracranial primer. Tahun 2001 dijumpai lebih dari 180.000 kasus neoplasma intracranial. Insidensi neoplasma intracranial lebih sering dijumpai padalaki-laki disbanding perempuan, dengan kelompok usia terbanyak sekita 65-79 tahun.D. ETIOLOGI

Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi merupakan salah satu dari factor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi, dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak tetapi bahan industri tertentu seperti nitrosourea adalah krasinogen yang paten. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat imunosupesan seperti pada transplantasi ginjal. Sumsum tulang dan pada AIDS.E. KLASIFIKASI

Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM ). Terdiri dari 3 kategori, yaitu : T ( tumor primer ), N ( nodul regional, metastase ke kelenjar limfe regional ) dan M ( metastase jauh ).

Kategori T :

Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.

Tis = Tumor in situ.

T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer.

T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm.

T2 = Tumor dengan f maksimal 2 5 cm.

T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm.T4 = Tumor invasi keluar organ.

Kategori N :

N0 = Nodul regional negative.

N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ).

N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan.

N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.

Kategori M :

Mo = Tidak ada metastase organ jauh.

M1 = Ada metastase organ jauh.

M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.

Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :1. Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen, nervus kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak.2. Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :a) Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia ( glioma ) tumor ini diklasifikasikan maligna karena sifat invasif lokal, metastasis ekstrakranial sangat jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan derajat diferensiasi.b) Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh lainnya.F. MANIFESTASI KLINIS

Menurut lokasi tumor :

1. Lobus frontalis

Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkahlaku aneh, sulit memberi argumentasi / menilai salah atau benar, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.

2. Korteks presentalis poterior

Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.

3. Lobus parasentalis

Kelemahan ekstrimitas bawah.

4. Lobus oksipintalis

Kejang, gangguan penglihatan.

5. Lobus temporalis

Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia senorik, kelumpuhan otot wajah.

6. Lobus parietalis

Hilang fungsi sensorik karotikalif, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan.

7. Ceribulum

a) Nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperextrimitas, sendi.

b) Tanda dan gejala umum :

c) Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila batuk membungkuk.

d) Kejang.

e) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan TTV, afasia.

f) Perubahan kepribadian.

g) Gangguan memory.

h) Gangguan alam perasaan.

Lokasi TumorManifestasi Klinis

Lobus Frontalis Kelemahan lengan dan tungkai kontralateral Perubahan kepribadian : antisocial, kehilangan kemampuan inhibisi, kehilangan inisiatif, penurunan tingkat intelektual (misalnya deemensia, terutama jika korpus kalosum terlibat)

Lobus Temporalis Afasia sensorik (bila yang terkena lobus temporalis dominan) Gangguan lapang pandang (upper homonymous quadranta nopia)

Lobus Parietalis Gangguan sensorik (lokalisasi sentuh, diskriminasi dua titik, gerakan pasif, astereognosis) Gangguan lapang pandang (lower homonymous quadrantanopia)

Jika tumor pada lobus parietalis hemisfer dominan, dapat terjadi kebingungan cara membedakan kanan dan kiri, agnosia jari, akalkulia, dan agrafia

Jika tumor pada lobus parietalis hemisfer yang nondominan, dapat terjadi apraksia.

Lobus Oksipitalis Gangguan lapangan pandang (hemianopsia homonim)

Korpus Kalosum Sindrom diskoneksi

Hipotalamus Hipofisis Gangguan endokrin

Batang Otak Penurunan kesadaran

Tremor

Kelainan gerakan bola mata

Abnormalitas pupil

Muntah, cegukan (medula)

Serebelum Ataksia

Tremor intensional

Dismetria

Disartia

nistagmus

G. PATOFISIOLOGI

Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.

Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak.

Peningkatan intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi serebrospinal.

Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku.

Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan hidrosephalus.

Peningkatan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim.

Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus/ serebulum.herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf ke tiga.

Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa poterior.

H. PATHWAY

I. KOMPLIKASI

1. Edema serebral.

2. Tekanan intrakranial meningkat.

3. Herniasi otak.

4. Hidrosefalus.

5. Kejang.

6. Metastase ketempat lain.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgent tengkorak

Untuk diagnostik sekurang-kurangnya diambil dari dua arah yaitu antero poterior dan lateral.

2. Angiograf serebral.

3. EEG.

4. CT. Scan.

5. MRI.

K. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

1. Terapi radiasi.

2. Kemoterapi.

3. Prosedur pembedahan otak.

4. Laser karbondioksida.

5. Transplantasi sumsum tulang.

6. Implantasi radioisotop.

7. Ganti balut.

8. Relaksasi nafas dalam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. 1999. Tumor otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hlm 201-2017.2. Mardjono M. 2008. Proses neoplasmatik di susunan saraf. Dalam neurologi klinis dasar. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Hlm 390-402.3. Price SA, LM Wilson. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit volume 1 edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hlm. 1183-1189.4. Harsono. 2008. Buku ajar neurologi klinis. Yogyakarta: Gajah Mada Hlm 201-207.

5. Mardjono M. 2006. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat. Hlm 390-396.Tumor otak

Penekanan jaringan otak

Nekrosis jar. otak

Invasi jaringan otak

Hipoksia jaringan

Gang. Suplai darah

Kerusakan jar. Neuron ( Nyeri )

Gang. Fungsi otak

Gang. Neurologis fokal

Kejang

Defisit neurologis

Disorientasi

Peningkatan TIK

Perubanah proses pikir

Aspirasi sekresi

Obs. Jln nafas

Dispnea

Henti nafas

Perubahan pola nafas

Gang. Pertukaran gas

Bradikardi progresif, hipertensi sitemik, gang. pernafasan

Ancaman kematia

Bicara terganggu, afasia

Gang. Komunikasi verbal

Cemas

Mual, muntah, papileodema, pandangan kabur, penurunan fungsi pendengaran, nyeri kepala

Resti. Cidera

Bertambahnya massa

Penyerapan cairan otak

Obstruksi vena di otak

Oedema

Gang. Perfusi jaringan

Hidrosefalus

Hernialis ulkus

Gang. kesadaran

Menisefalon tekanan

Gang. Rasa nyaman

( Suddart, Brunner. 2001 )

Idiopatik