auliya burhanuddin

Upload: anonymous-ubevfp1pb

Post on 06-Jul-2018

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    1/97

    i

    SKRIPSI

    KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA

    PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK KACA PENUTUP

    DAN SUDUT KEMIRINGAN KOLEKTOR  

    AULIYA BURHANUDDIN

    M0201023

    Jurusan Fisika

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Sebelas Maret

    Surakarta

    2006

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    2/97

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    3/97

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    4/97

     

    iii

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Saya menyatakan bahwa isi intelektual skripsi ini adalah hasil kerja saya

    dan sepengetahuan saya. Hingga saat ini skripsi ini tidak berisi materi yang telah

    dipublikasikan atau ditulis orang lain, atau materi yang telah diajukan untuk

    mendapatkan gelar di Universitas Sebelas Maret Surakarta atau diperguruan tinggi

    lainnya, kecuali telah dituliskan di daftar pustaka skripsi ini. Segala bentuk

     bantuan dari semua pihak telah ditulis di bagian ucapan terima kasih. 

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    5/97

     

    iv

    MOTTO

    v   Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum

    sehingga mereka mengubah keadaan yang ada padadiri mereka sendiri. (ar-Ra’du : 13)

    v   “Katakanlah: ‘Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah.’

    “(QS. Ali-‘Imran: 73)

    v   Semua perjalanan hidup selalu ada maknanya, tinggal

    bagaimana kita menghargai dan menyiapkan sebaik-

    baiknya untuk sisa waktu kita agar kehidupan kelaklebih berguna.

    v   Apa yang kita lakukan tidak lepas dari kebenaran dan

    kesalahan yang harus kita sikapi secara positif danmengambil hikmahnya sehingga bisa bermanfaat

    untuk pembelajaran kita yang akan datang.

    v   Setiap menit setiap detik berharga, gunakanlah untuk

    membahagiakan orang-orang yang telah menyayangi

    kita.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    6/97

     

    v

    PERSEMBAHAN

    karya sederhana ini saya persembahkan

    kepada :

    Ø  Bapak dan Mama tercintaengkau hadirkan cinta yang berart i, kau berikan segalanya

    tanpa harap balas, slalu ada tempat tuk resahku, takkan

    pernah mampu kulukis putihmu.

    Maafkanlah aku

    Ø  Annis and mahbubYang selalu ada di hatiku

    Aku belum banyak berart i bagi kalian

    Ø   Impian ”kecil”ku yang indah dan aku sayangi yang menjadisemangat sisa perjalanan waktu, dengan usaha dan doa kan

    kubuat manjadi besar dan mempesona

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    7/97

     

    vi

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan jin dan manusia

    untuk beribadah kepada-Nya. Dia memerintahkan untuk melaksanakan yang

    diwajibkan dan meninggalkan yang dilarang. Shalawat dan salam semoga tetap

    terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan

     pengikutnya yang baik hingga hari Kiamat.

    Syukur Alhamdlillah kepada Allah SWT atas segala hidayah, inayah dan

    nikmat yang telah Allah berikan yang atas izin-Nya saya dapat kesempatan dan

    kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari bahwa dalam

     penelitian ini semua tak akan lepas dari bantuan dari berbagai pihak, saya

    mengucapkan terima kasih kepada :

    1.  Bapak Drs. Marsusi, M.S., selaku Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu

    Pengetahuan Alam.

    2.  Bapak Drs. Harjana, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA

    UNS dan pembimbing atas segala bantuan, bimbingan, motivasi, fasilitas

    dan berbagai kajian Ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

    3.  Bapak Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D. selaku sekretaris Jurusan

    Fisika dan pembimbing atas semua fasilitas, semangat dan ilmunya

    selama penelitian dan penyelesaian penelitian tugas akhir ini.

    4.  Bapak Ahmad Marzuki, S.Si., Ph.D. sebagai pembimbing akademis atas

    semua nasehat dan bimbingannya.

    5.  Bapak dan Ibu dosen jurusan Fisika yang telah memberikan ilmu yang

     berharga semoga dapat bermanfaat.Amin.6.  Bapak dan Ibu tercinta, atas segala doa, kasih sayang dan pengorbanan

    yang telah diberikan, semoga ananda menjadi anak yang berbakti.

    7.  Kedua adekku annis (aku selalu berdoa semoga kamu bahagia bersama

     penghuni surga) dan mahbub (temukan impianmu dan jadikanlah

    semangat untuk berusaha dan jangan menyerah sebelum impianmu

    tercapai. Semoga kamu dapat lebih baik lagi).

    8.  Pak dhe makmuri sekeluarga atas segala doa dan dukungannya.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    8/97

     

    vii

    9.  Sahabatku Budi Riyanto (semoga kamu capat mendapatkan AL yang

     baru dan semua cita-citamu tercapai).

    10. Laboran Sub Lab. Fisika : Mas(Arie, Eko, Johan, Mul), mas David ( Lab.

     Instel ), mbak Dwik, mbak Ning terima kasih atas segala bantuannya.

    11. Temenq Fuad (trims printnya,hslnya bgs,cepet wujudkan pak!), 3ono

    (Trims dipinjamin CPU&printnya, pinjam film lg kpn?),Ahmad(smg

    makin gemuk aj),Arifin(thanks timunnya),achi(jgn sk ngmbk&mksa2

    ya&smg bahagia sm masnya),miyem(aku gak lupa lho tulis kamu&

    thanks bntu brsh2),didik,Erik,Ustad,pandoyo(kan renang lg),Wahyu

    (thanks dibantu angkat2alatnya),Eko w,Hany&Heny(kalian tetep kompak

    aja),Ari (sudah dpt yg ke-11blm?),Budi (trims smua bntuannya, dah

    agstus cpt slse ya),Agus (gmbrny bgs kok, kjr des yo), eny, mami, widya.

    12.  jupri atas kebersamaanya ( patner penelitian) dan temen- temen Fisika

    2001 (kemanapun kalian akan melangkah aku akan mengenang

    kebersamaan kita

    13. Faris (smg bahagia bersama saynya), dedy (jangan sk mrh2ya sm ”dia”)

    14. Temen- temen adik angkatan 2002Oo, narso, usman, dkk , 2003 ( yuly,

    bambang, farika, dkk ), 2004 (sari (thanks semangatnya&jng tmbh ndut

    ya), hesti, ubay, ningsih(ftnya mn?),dkk). terima kasih atas kebersamaan

    dan persahabatannya .

    15. AD 3189 PS yang membuat aku tidak tahu tarif bus rumah-kampus.

    16. Semua pihak yang telah membantu terselesainya karya ini.

    Saya menyadari bahwa hasil karya ini kurang dari sempurna, maka

     penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun.

    Pada akhirnya penulis berharap semoga hasil karya memberikan manfaat dan

     berguna khususnya bagi Jurusan Fisika FMIPA UNS dan pembaca pada

    umumnya.

    Surakarta, 14 Juni 2006

    AULIYA BURHANUDDIN

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    9/97

     

    viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul.......................................................................................................... i

    Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii

    Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ..................................................................... iii

    Motto ...................................................................................................................... iv

    Persembahan ........................................................................................................... v

    Kata Pengantar ....................................................................................................... vi

    Daftar Isi...............................................................................................................viii

    Daftar Gambar........................................................................................................xi

    Daftar Tabel Lampiran .........................................................................................xiii

    Daftar Simbol ....................................................................................................... xiv

    Abstract ................................................................................................................xvi

    Abstrak ................................................................................................................xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1.  Latar Belakang ............................................................................................... 1

    1.2.  Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4

    1.3.  Perumusan Masalah .................................................................................... 4

    1.4.  Pembatasan Masalah ...................................................................................... 5

    1.5.  Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

    1.6.  Sistematika penulisan ................................................................................. 6

    BAB II DASAR TEORI2.1.Energi matahari dan pemanfaatannya ............................................................... 7

    2.2.Tinjauan perpindahan panas.............................................................................. 8

    A  Konduksi ..................................................................................................... 9

    B  Konveksi ..................................................................................................... 9

    C  Radiasi....................................................................................................... 11

    2.3.Tinjauan mekanika fluida................................................................................ 12

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    10/97

     

    ix

    2.4.Posisi Matahari................................................................................................ 13

    2.4.1.  Persamaan untuk sudut zenit............................................................... 13

    2.4.2.  Intensitas radiasi pada bidang miring.................................................. 16

    2.5.Macam-Macam Kolektor Panas Surya ........................................................... 18

    2.5.1.  Kolektor surya plat datar ..................................................................... 18

    2.5.2.  Kolektor terkonsentrasi ....................................................................... 19

    2.5.3.  Kolektor tabung terevakuasi ............................................................... 21

    2.5.4.  Kolektor pasif...................................................................................... 22

    2.6.Cara kerja kolektor termal............................................................................... 22

    2.6.1.  Proses perpindahan panas pada kolektor termal ................................. 22

    1.  Konduksi pada kolektor termal .................................................... 22

    2.  Konveksi pada kolektor termal..................................................... 23

    A  Konveksi alami antara kaca penutup ke atmosfer................... 23

    B  Konveksi antara plat penyerap dengan kaca transparan ......... 24

    3.  Radiasi pada kolektor termal ........................................................ 24

    A  Radiasi antara kaca transparan dengan lingkungan ................ 24

    B  Radiasi antara plat penyerap dengan kaca transparan............. 25

    2.6.2.  Kesetimbangan laju energi panas kolektor termal .............................. 26

    1.  Laju energi panas yang masuk ..................................................... 26

    2.  Laju energi panas yang hilang...................................................... 26

    a  Kerugian laju energi panas bagian atas (top loss) ................... 26

     b  Kerugian laju energi panas bagian bawah (bottom loss) ........ 27

    3.  Laju energi panas yang digunakan ............................................... 27

    2.6.3.  Efisiensi kolektor termal ..................................................................... 27

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Tempat dan Waktu Pengambilan Data............................................................ 32

    1.  Tempat....................................................................................................... 32

    2.  Waktu ........................................................................................................ 32

    3.2 Perancangan kolektor panas surya tipe datar .................................................. 32

    1  Bahan ....................................................................................................... 32

    2  Alat – alat .................................................................................................. 33

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    11/97

     

    x

    3  Teknik perancangan kolektor panas surya tipe datar ................................ 34

    3.3 Metode pengujian kolektor surya plat datar.................................................... 35

    1  Teknik pengambilan data .......................................................................... 35

    3.4. Prosedur penelitian.......................................................................................... 37

    3.5. Teknik analisa data.......................................................................................... 38

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1  Intensitas Radiasi Surya ............................................................................... 39

    4.2  Temperatur kolektor surya........................................................................... 41

    4.3  Efisiensi kolektor surya................................................................................ 48 

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1  Kesimpulan .................................................................................................. 53

    5.2  Saran............................................................................................................. 53

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55 

    LAMPIRAN......................................................................................................... 57 

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    12/97

     

    xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Viskositas fluida................................................................................ 13

    Gambar 2.2 Sudut Zenit θz dan sudut azimut θA yang ditetapkan........................ 14

    Gambar 2.3 Posisi Matahari.................................................................................. 15

    Gambar 2.4 Deklinasi Matahari, posisi dalam musim panas................................ 15

    Gambar 2.5 Radiasi Sorotan setiap jam pada permukaan miring

    dan pengukuran I .................................................................................................. 17

    Gambar 2.6 Penentuan cos θT   .............................................................................. 17

    Gambar 2.7 Skema kolektor surya plat datar........................................................ 19

    Gambar 2.8 Skema kolektor terkonsentrasi .......................................................... 19

    Gambar 2.9 Berkas-berkas cahaya yang pararel terhadap sumbu utama cermin

    cekung ................................................................................................................... 20

    Gambar 2.10 Skema kolektor tabung terevakuasi................................................. 21

    Gambar 2.11 Proses transfer energi panas pada kolektor ..................................... 25

    Gambar 2.12 Tabel Hubungan Kerapatan Udara dengan Temperatur.................. 30

    Gambar 2.13 Tabel Hubungan Kapasitas Panas dengan Temperatur .................. 30

    Gambar 2.14 Tabel Hubungan Viskositas dinamik dengan Temperatur .............. 31

    Gambar 3.1 Jenis alat-alat ukur yang digunakan pada Penelitian......................... 33 

    Gambar 3.2 Skema dan ukuran kolektor surya plat datar ..................................... 35

    Gambar 4.1 Grafik Intensitas Matahari terhadap waktu ....................................... 39

    Gambar 4.2 Grafik Intensitas Matahari pada variasi

    sudut kemiringan kolektor..................................................................................... 40

    Gambar 4.3 Grafik temperatur input-output pada jarak 3 cm............................... 42

    Gambar 4.4 Grafik temperatur input-output pada jarak 9 cm............................... 42

    Gambar 4.5 Grafik perbedaan temperatur input-output

     pada jarak 3 cm dan 6 cm...................................................................................... 43

    Gambar 4.6 Grafik perbedaan temperatur input-output

     pada jarak 3 cm dan 9 cm ..................................................................................... 44

    Gambar 4.7 Grafik perbedaan temperatur input-output

     pada jarak 6 cm dan 9 cm...................................................................................... 44

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    13/97

     

    xii

    Gambar 4.8 Grafik perbedaan temperatur input-output

     pada sudut 100 dan 200 .......................................................................................... 46

    Gambar 4.9 Grafik perbedaan temperatur input-output

     pada sudut 200 dan 300 .......................................................................................... 46

    Gambar 4.10 Grafik perbedaan temperatur input-output

     pada sudut 200 dan 400 .......................................................................................... 47

    Gambar 4.11 Grafik efisiensi termal dengan jarak kaca penutup

    dengan plat penyerap 3 cm dan 6 cm.................................................................... 48

    Gambar 4.12 Grafik efisiensi termal dengan jarak kaca penutup

    dengan plat penyerap 3 cm dan 9 cm.................................................................... 49

    Gambar 4.13 Grafik efisiensi termal dengan jarak kaca penutup

    dengan plat penyerap 6 cm dan 9 cm.................................................................... 49

    Gambar 4.14 Grafik efisiensi termal dengan sudut 100 dan 200 ........................... 50

    Gambar 4.15 Grafik efisiensi termal dengan sudut 200 dan 300 ........................... 51

    Gambar 4.16 Grafik efisiensi termal dengan sudut 200 dan 400 ........................... 51

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    14/97

     

    xiii

    DAFTAR TABEL LAMPIRAN

    A : Data percobaan................................................................................................ 57

    B : Intensitas Radiasi Matahari pada Bidang Miring ............................................ 63

    C : Perhitungan Efisiensi Termal dari Kolek0 tor surya....................................... 68

    D : Sifat Udara ...................................................................................................... 74

    E : Foto Penelitian Kolektor Surya ....................................................................... 75

    F : Contoh Perhitungan ......................................................................................... 78

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    15/97

     

    xiv

    DAFTAR SIMBOL

     A : Luas penampang yang tegak lurus pada aliran panas (m2)

    b : Tinggi kolektor panas surya (m)

    C  p  : Panas jenis udara (J/kg. K)

    d : Jarak regangan (m)

     Dh  : Diameter hidrolik

    d i  : Diameter pipa (m)

     E : Laju perpindahan panas radiasi benda hitam (W)

     F : Gaya tekanan (N)

    G sc  : Konstanta matahari 1367 W/m2 

    h : Koefisien konveksi (W/m2.K)

    hc  : Koefisien perpindahan panas secara konveksi (W/m2.K) H  pk   : Koefisien konveksi transfer panas plat-kaca (W/m

    2.K)

    hw  : Koefisien konveksi angin

     I : Intensitas radiasi terukur pada permukaan horizontal

     I bn  : Intensitas radiasi pada sudut masuk normal

     I bT   : Intensitas radiasi pada permukaan miring

    k : Konduktivitas termal (W/mK)

     L : Panjang (m)

    m : Massa udara (kg)

    n : Hari dari tahun yang bersangkutan

     N u  : Bilangan Nusselt

    q : Laju perpindahan panas (W)

    qbl   : Laju energi panas bagian bawah (bottom loss) (J/s)

    qc  : Laju perpindahan secara konveksi (W)

    qi  : Energi yang masuk (J/s)

    q L  : Energi yang hilang (J/s)

    qr   : Laju perpindahan panas secara radiasi (W/m2)

    qtl   : Laju energi panas bagian atas (top loss) (J/s)

    qu  : Energi yang dipakai (J/s)

     Re : Bilangan Reynolds

    T : Temperatur mutlak (K)

    t : Tebal insulator (m)T 0  : Temperatur luar (K)

    T 1  : Temperatur mutlak benda pertama (K)

    T 2  : Temperatur mutlak benda kedua (K)

    T a  : Temperatur lingkungan (K)

    T  f   : Temperatur fluida (K)

    T i  : Temperatur dalam (K)

    T k   : Temperatur permukaan kaca (K)

    T  p  : Temperatur permukaan plat penyerap (K)

    T  s  : Temperatur langit (K)

    t u  : Waktu pergerakan udara (s)

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    16/97

     

    xv

    T w  : Temperatur dinding (K)

    v : Kecepatan rata-rata dari fluida (m/s)

    V : Volume udara (m3

    )w : Lebar kolektor panas surya (m)

     x : Panjang lintasan bidang datar (m)

    dx

    dT   : Gradien temperatur dalam arah aliran panas (-K/m)

    m : Laju aliran massa udara (kg/s)

    ρ  : Massa jenis (kg/m3)

    σ  : Konstanta Stefan Boltzmann 5,67x10-8 W/m2K 4 

    ε  : Emisivitas

    φ  : Sudut lintang

    ω  : Sudut jam (sudut pada bidang ekuatorial)

    δ : Deklinasi (sudut antara bidang ekuator (khatulistiwa) dengan

    matahari)

    β  : Kemiringan kolektor

    τ  : Transmisivitas kaca penutup

    α  : Absorbsivitas plat penyerap

    η  : Efisiensi

     Υ A : Sudut azimut

    µd   : Viskositas dinamik (N/m2.s)

    µk   : Viskositas kinematik (m2/s)

    εk   : Emisivitas kacaε p  : Emisivitas plat penyerap

     ΥT  : Sudut masuk (sudut antara arah sorotan pada sudut masuk

    normal)

    ∆T : Perbedaan temperatur

     Υ z   : Sudut zenit

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    17/97

     

    xvi

    ABSTRACT

    FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR CHARACTERISTICWITH SHUTTER GLASS DISTANCE VARIATION

    AND COLLECTOR INCLINATION ANGLE

    Oleh :

    AULIYA BURHANUDDIN

    M0201023

    It has been done a research to determine the solar thermal collector

    efficiency of the flat plate collector. The testing of the collector was conducted on

    30th  November 2005, 1st, 3rd, 5th, 6th, 7th  December 2005 with the variation of

    distance between one glass covers were varied from 3 cm, 6 cm, and 9 cm; and

    with inclination angle variation of collector from 100, 200, 300, and 400. Solar

    thermal collector absorb the radiant energy from the sun and convert it to heat

     between the bottom glass cover and absorbing plates in the collector. Parameters

    which influence on the collector performance include distance between plate

    collector with glass covers and the inclination angle. It was found that the

    difference between output - input temperature is the highest on a distance of 3 cm

    and inclination angle of 100. This is influenced that inclination angle 100  more

    close to zenith angle. The solar thermal collector efficiency is not a constant, The

    solar collector efficiency depends on solar radiation intensity, input-output

    temperatur difference and air flow. The smaller the inclination angle of solar

    collector, the higher the absorption radiation. If inclination angle of collector same

    with zenith angle, so the absorbtion radiation will maximum.

    Key word : flat plate solar collector, collector efficiency.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    18/97

     

    xvii

    INTISARI

    KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA

    PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK KACA PENUTUP DAN

    SUDUT KEMIRINGAN KOLEKTOR  

    Oleh :

    AULIYA BURHANUDDIN

    M0201023

    Telah dilakukan penelitian untuk menentukan efisiensi kolektor panassurya plat datar. Pengujian kolektor dilakukan pada tanggal 30 November 2005,

    1, 3, 5, 6, 7 Desember 2005 dengan variasi jarak satu kaca penutup 3 cm, 6 cm,

    dan 9 cm; dan variasi sudut kemiringan kolektor 100, 200, 300, dan 400. Kolektor

     panas surya menyerap energi radiasi dari matahari dan mengkonversikan menjadi

     panas diantara kaca penutup bawah dan plat penyerap. Parameter yang

     berpengaruh pada unjuk kerja kolektor diantaranya jarak plat penyerap dengan

    kaca penutup dan sudut kemiringannya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan

     bahwa perbedaan temperatur output - input lebih besar pada jarak 3 cm dan sudut

    100, karena sudut 100  lebih mendekati sudut zenit dibanding sudut lainnya.

    Efisiensi kolektor panas surya bukanlah suatu konstanta. Efisiensi kolektor surya

     bergantung pada intensitas radiasi matahari, perbedaan temperatur input-output,dan aliran udara. Pada sudut kemiringan kolektor surya terkecil, menyerap radiasi

    terbesar. Jika sudut kemiringan kolektor sama dengan sudut zenit maka radiasi

    yang terserap akan maksimal.

    Kata kunci : Kolektor surya plat datar, Efisiensi kolektor.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    19/97

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia beriklim tropis yang mempunyai temperatur lingkungan yang

    relatif tinggi, kelembaban relatif, serta pada beberapa tempat mempunyai curah

    hujan yang tinggi pula. Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris yang

    menghasilkan selain makanan pokok juga menghasilkan produk pertanian lainnya

    seperti kakao, kopi, kopra, pala dan lain-lain. Komoditi tersebut kebanyakan harus

    segera dikeringkan setelah dipanen, karena bila terlambat akan terjadi proses

     pembusukan sehingga sangat merugikan.

    Untuk mengeringkan dibutuhkan energi yang sangat besar. Petani

    kebanyakan melakukan penjemuran di bawah teriknya sinar matahari. Cara ini

    mengandung beberapa keuntungan dan kerugian. Temperatur lingkungan pada

    waktu pengeringan secara langsung di bawah terik sinar matahari adalah sekitar

    33° C, sedang temperatur untuk pengeringan untuk komoditi pertanian yang

    optimal kebanyak-an berkisar 60-70°C. Jika digunakan udara pemanas

     bertemperatur lingkungan atau lebih rendah dari temperatur pengeringan tersebut,

    maka akan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Untuk meningkatkan

    temperatur lingkungan adalah dengan cara mengumpulkan udara dalam suatu

    kolektor surya dan menghembuskannya ke komoditi (http://www.iptek.net.id).

    Energi fosil khususnya minyak bumi merupakan sumber sumber energi

    utama dan sumber devisa negara. Krisis BBM baru-baru ini menunjukkan bahwa

    http://www.iptek.net.id/http://www.iptek.net.id/

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    20/97

    2

    cadangan energi fosil yang dimiliki Indonesia terbatas jumlahnya. Fakta

    menunjukkan konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan

    ekonomi dan pertambahan penduduk. Terbatasnya sumber energi fosil

    menyebabkan perlunya pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi

    yang disebut pengembangan energi hijau. Energi terbarukan adalah energi non-

    fosil yang berasal dari alam dan dapat diperbaharui. Bila dikelola dengan baik,

    sumber daya itu tidak akan habis (www.dw-world_de).

    Pemanfaatan energi terbarukan sudah mulai banyak diketahui dan di

    manfaatkan untuk berbagai keperluan, kususnya di tempat-tempat terpencil

    dimana ketersedian sumber-sumber energi komersial (pada umumnya bahan bakar

    minyak – BBM) masih langka dan “mahal”.

    Indonesia, di satu pihak merupakan negara kepulauan sehingga

    transportasi energi komersial akan tetap menjadi kendala bagi penyediaan energi

    yang murah di tempat-tempat terpencil tersebut diatas. Di lain pihak, Indonesia

    memiliki potensi sumber energi terbarukan yang cukup besar. Di masa

    mendatang, potensi pengembangan sumber energi terbarukan mempunyai peluang

     besar dan bersifat strategis mengingat sumber energi terbarukan merupakan

    sumber energi bersih, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

    Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di

    Indonesia menunjukan bahwa radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan

     berturut-turut untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi

     penyinaran :

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    21/97

    3

    Kawasan Barat Indonesia (KBI) = 4.5 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 10%

    Kawasan Timur Indonesia (KTI) = 5.1 kWh/m2

    .hari, variasi bulanan sekitar 9%

    ---------------------------------------------------------------------------------------------

    Rata-rata Indonesia = 4.8 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%

    Hal ini menunjukkan bahwa:

    - radiasi surya tersedia hampir merata sepanjang tahun,

    - kawasan timur Indonesia memiliki penyinaran yang lebih baik.

    Energi surya dapat dimanfaatkan untuk penyediaan jasa energi melalui 2 macam

    teknologi yaitu energi surya termal dan surya fotovoltaik.

    Sistem pemanas udara dengan energi surya adalah merupakan

     pemanfaatan energi radiasi matahari yang banyak digunakan orang. Salah satu

    tahapan pengembangan sistem ini adalah untuk meningkatkan efisiensi kolektor.

    Untuk itu diperlukan pengukuran parameter-parameter yang mempengaruhi

    efisiensi termal kolektor, misalnya temperatur udara masuk dan temperatur udara

    keluar dari kolektor, intensitas radiasi matahari, laju aliran udara melalui kolektor

    dan temperatur udara sekitarnya (www.jbptitbpp-gdl-s2-1990-sibukginti-1745 -

    Departemen Teknik Sipil ITB - GDL 4_0.htm).

    Kolektor surya tersusun dari plat penyerap yang mempunyai konduktivitas

    termal yang baik. Permukaannya bisa plat bergelombang atau datar. Selain plat

     penyerap, kolektor surya juga tersusun atas isolator dan satu atau lebih penutup

    tembus cahaya pada bagian atasnya biasanya yang digunakan adalah kaca. Dari

     penelitian kolektor plat datar sebelumya bahwa  Jenis kaca yang paling tepat

    digunakan adalah kaca bening dengan tebal 3 mm (Ekadewi Anggraini Handoyo,

    2002).

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    22/97

    4

    Pada penelitian kali ini akan menggunakan 2 buah kolektor dengan plat

     penyerap datar dengan kaca bening 3 mm. Variasi yang dilakukan adalah

    memvariasi jarak dan variasi sudut. Variasi jarak, yaitu 3 cm, 6 cm, dan 9 cm.

    Variasi sudut, yaitu 100, 200, 300, dan 400. dengan menggunakan 2 buah kolektor

    diharapkan dapat membandingkan setiap variasinya dalam satu waktu, sehingga

    didapatkan jarak kaca dan sudut yang dapat menghasilkan perbedaan temperatur

    masukan-keluaran dan efisiensi yang lebih tinggi.

    1.2 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

    1.  Merancang dan membuat kolektor surya dengan menggunakan plat datar

    yang sederhana dan mengetahui pengaruh jarak kaca penutup terhadap

     perbedaan temperatur input-output.

    2.  Mengetahui pengaruh sudut kemiringan kolektor terhadap perbedaan

    temperatur input-output.

    3.  Mengetahui pengaruh jarak kaca penutup dan pengaruh sudut kemiringan

    kolektor terhadap efisiensi kolektor.

    1.3 Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang akan dipecahkan adalah:

    1.  Bagaimana perancangan dan pembuatan kolektor surya dengan

    menggunakan plat datar yang sederhana dan bagaimana pengaruh jarak

    kaca penutup terhadap perbedaan temperatur input-output?

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    23/97

    5

    2.  Bagaimana pengaruh sudut kemiringan kolektor terhadap perbedaan

    temperatur input-output?

    3.  Bagaimana pengaruh jarak kaca penutup dan pengaruh sudut kemiringan

    kolektor terhadap efisiensi kolektor?

    1.4 Pembatasan Masalah

    Batasan masalah dalam penelitian ini adalah perancangan dan pengujian

    kolektor panas surya plat datar untuk pemanas udara, suhu keluaran yang

    dihasilkan oleh kolektor, pada variasi jarak satu kaca penutup yaitu 3cm, 6cm, dan

    9cm; dan menggunakan variasi sudut kemiringan kolektor surya sebesar 100, 200,

    300, dan 400.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:

    1.  Dapat menambah pengetahuan dalam perancangan dan pembuatan

    kolektor surya plat datar.

    2.  Dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut dengan berbagai variasi

    sehingga efisiensi yang paling baik akan didapatkan.

    3.  Dapat digunakan sebagai salah satu pemanfaatan sumber energi yang

    ramah lingkungan dan tidak akan habis.

    4.  Dapat dikembangkan menjadi teknologi yang aplikatif bagi manusia.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    24/97

    6

    1.6 Sistematika Penulisan

    Sistem penulisan penelitian ini terdiri dari:

    1.  Bab Pertama, Pendahuluan, berisi tentang : latar belakang, tujuan

     penelitian, rumusan masalah, pembatasan masalah, manfaat penelitian, dan

    sistematika penulisan.

    2.  Bab Kedua, Tinjauan Pustaka, berisi tentang : energi dan pemanfaatanya,

    tinjauan perpindahan panas, tinjauan mekanika fluida, posisi matahari,

    macam-macam kolektor panas surya, dan cara kerja kolektor termal.

    3.  Bab ketiga, Metode Penelitian yang meliputi: tempat dan waktu

     pengambilan data, perancangan kolektor surya plat datar, metode

     pengujian kolektor surya plat datar, prosedur penelitian, dan teknik analisa

    data.

    4.  Bab keempat, Hasil dan Pembahasan yang meliputi: intensitas radiasi

    surya, temperatur kolektor surya, dan efisiensi kolektor surya.

    5.  Bab kelima, Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    25/97

     

    7

    Bab II

    DASAR TEORI

    2.1.  Energi matahari dan pemanfaatannya

    Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi yang berjarak

    sekitar 150 juta km, pancaran energi matahari mempengaruhi dinamika atmosfer

    dan kehidupan di Bumi secara alami. Radiasi matahari yang terpancar dari

    matahari dapat menembus ruang antar planet sehingga menyebabkan fluktuasi

    kelimpahan dan komposisi kimia planet-planet dalam keluarga matahari. Energi

    yang datang ke Bumi sebagian besar merupakan pancaran radiasi matahari. Energi

    ini kemudian ditransformasikan menjadi bermacam-macam bentuk energi,

    misalkan pemanasan permukaan Bumi, gerak dan pemanasan atmosfer,

    fotosintesa tanaman dan reaksi fotokimia lainnya ( http://www.as.itb.ac.id).

    Matahari yang setiap hari memancarkan sinarnya ke bumi dan juga ke

     planet-planet lain yang ada pada tatasurya, adalah sumber kehidupan bagi semua

    makhluk hidup yang ada di bumi ini. Pemancaran energi matahari yang sampai ke

     bumi telah berlangsung terus menerus sejak kurang lebih 5.000.000.000 tahun

    yang lalu (http://www.elektroindonesia.com)

    Menggunakan energi pada dasarnya memanfaatkan efek perpindahan

    energi. Ada dua jenis perpindahan energi, yakni kerja (work ) dan perpindahan

     panas (heat transfer ). Kerja dipicu oleh perbedaan potensi mekanik atau elektrik,

    dan perpindahan panas dipicu oleh perbedaan temperatur. Bila dicermati, maka

    sumber-sumber energi yang umum digunakan manusia bisa digolongkan

    http://www.as.itb.ac.id/http://www.elektroindonesia.com/http://www.elektroindonesia.com/http://www.as.itb.ac.id/

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    26/97

    8

     berdasarkan bentuk energinya, misalnya bentuk energi angin adalah kinetik,

     bentuk energi air adalah potensial, dan bentuk energi matahari adalah internal.

    Energi angin dan air berpindah melalui kerja, sedangkan energi matahari

     berpindah melalui perpindahan panas. Bahan bakar fosil (minyak, gas, dan

     batubara) yang saat ini merupakan energi dominan di dunia juga tergolong dalam

     bentuk energi internal.

    Dalam pemilihan sumber energi, setidaknya terdapat empat parameter

     penting yang patut diperhatikan, yakni: jumlah/cadangan energi, kerapatan energi

    (energy density  [energi per volume sumber energi]), kemudahan penyimpanan

    energi, dan kemudahan perubahan/perpindahan energi. Bila kemudian faktor

    lingkungan juga diperhitungkan, maka efek pencemaran lingkungan juga menjadi

     parameter penting bagi sebuah sumber energi. Energi (sinar) matahari paling

    unggul di sisi jumlah/cadangan energi dan faktor lingkungan, namun masih

     bermasalah dalam hal kerapatan energi. Diperlukan riset yang lebih dalam untuk

    menghasilkan alat konversi energi sinar matahari dengan efisiensi tinggi

    (www.beritaiptek.com).

    2.2.  Tinjauan perpindahan panas

    Sebagai suatu gambaran mengenai tiga cara perpindahan panas dalam

    sebuah alat pemanas cairan surya, panas mengalir secara konduktif sepanjang

     pelat penyerap dan melalui dinding saluran. Kemudian panas dipindahkan ke

    fluida dalam saluran dengan cara konveksi, apabila sirkulasi dilakukan dengan

    sebuah pompa, maka disebut konveksi paksa. Pelat penyerap yang panas itu

    http://www.beritaiptek.com/http://www.beritaiptek.com/

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    27/97

    9

    melepaskan panas ke pelat penutup kaca (umumnya menutupi kolektor) dengan

    cara konveksi alamiah dan dengan cara radiasi. Prinsip perpindahan panas terdiri

    dari tiga cara:

    A.  Konduksi

    Panas mengalir secara konduksi dari daerah yang bertemperatur tinggi ke

    daerah yang bertemperatur rendah. Laju perpindahan panas konduksi dapat

    dinyatakan dengan hukum Fourier sebagai berikut (Jasjfi,1995):

       

      −=

    dx

    dT kAq   (2.1)

    Dimana q  adalah laju perpindahan panas, W; k   adalah konduktivitas termal,

    W/(m.K);  A  adalah luas penampang yang tegak lurus pada aliran panas m2  dan

    dT/dx adalah gradien temperatur dalam arah aliran panas, -K/m.

    B.  Konveksi

    Udara yang mengalir di atas suatu permukaan logam pada sebuah alat

     pemanas udara surya, dipanasi secara konveksi. Apabila aliran udara disebabkan

    oleh sebuah blower, kita menyebutnya sebagai konveksi paksa; dan apabila

    disebabkan oleh gradien massa jenis, maka disebut konveksi alamiah.

    Pada umumnya, laju perpindahan panas dapat dinyatakan dengan

     persamaan sebagai berikut (Jasjfi, 1995):

    )(  f w T T hAq   −=   (2.2)

    di mana q   adalah laju perpindahan panas, W; h   adalah koefisien konveksi,

    W/(m2.K);  A  adalah luas permukaan, m2; wT   adalah temperatur dinding; dan  f T   

    adalah temperatur fluida, K. Umumnya koefisien konveksi h  dinyatakan dengan

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    28/97

    10

     parameter tanpa dimensi yang disebut bilangan Nusselt  (Arismunandar, 1985).

    Koefisien konveksi pada bidang datar sepanjang  x  dapat dinyatakan

    (Prijono, 1986 ) :

    k  N h uc  =   (2.3)

    dimana ch   adalah koefisien perpindahan panas secara konveksi (W/m2.K), k  

    adalah konduktivitas termal (W/m.K) dan x adalah panjang lintasan bidang datar,

    u N   adalah bilangan nusselt. 

    Untuk pemanas surya yang bekerja dalam daerah bilangan Reynolds antara

    2000 sampai 10000, Shewen dan Holland telah menganjurkan nilai bilangan

     Nusselt sebesar (Arismunandar, 1985):

    u N   = 0,00269. Re  (2.4)

    Bilangan Reynold di atas 2000 untuk aliran turbulen, dan di bawah 2000 untuk

    aliran laminer. Bilangan Reynold dapat dirumuskan (Arismunandar, 1985):

    µ

    ρie

    vd  R   =   (2.5)

     

    Dimana e R  adalah bilangan Reynold, v  adalah kecepatan rata - rata dari

    fluida (m/s), id   adalah diameter pipa (m), ρ adalah massa jenis (kg/m3), µ  adalah

    viskositas dinamik (kg/m.s).

    Untuk saluran tidak berpenampang lingkaran, seperti pemanas udara surya

    dengan penampang lintang yang lebar dan sempit, diameter pipa dapat diganti

    dengan diameter hidrolik. Untuk saluran segi empat panjang dengan b  kecil

    dibanding dengan w (b

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    29/97

    11

    adalah tinggi kolektor surya atau jarak plat ke kaca penutup diatasnya

    (Arismunandar, 1985).

    bbw

    bw Dh 2

    22

    4≈

    +=   (2.6)

    Jadi diameter hidrolik adalah dua kali jarak b antara plat-plat. Untuk bilangan

    Reynolds di bawah 2000, aliran adalah laminer, dalam lapisan, dan

    menggambarkan jenis aliran yang terdapat di dalam pipa pemanas cairan surya.

    Untuk pemanas udara surya dengan aliran turbulen, bilangan Reynolds biasanya

     berkisar antara 2000 dan 10000. Dimana aliran laminer adalah suatu aliran yang

    terjadi atas lapisan – lapisan (lamina) yang bergerak terhadap satu sama lain,

    seperti dalam aliran bergaris alir. Sedangkan aliran turbulen adalah aliran yang

    kecepatan alirnya di titik–titik yang tetap letaknya berginjal (fluktuatif) dengan

    waktu secara hampir acak, gerak alirannya pada dasarnya bergolak, dimana laju

     perpindahan momentum dan massa cukup besar dibandingkan dengan laju

     perpindahan momentum dan massa pada aliran laminer.

    C.  Radiasi

    Perpindahan panas dari radiasi total benda hitam yang sempurna sebanding

    dengan pangkat empat dari temperatur benda tersebut. Ini merupakan hukum

    Stefan-Boltzman sehingga dapat dituliskan sebagai berikut (Beiser, 1981) :

    4 AT  E    σ=   (2.7)

    Dimana σ  adalah konstanta Stefan-Boltzmann yang besarnya

    81067.5   −× W/m2.K 4, A adalah luas penampang benda (m2), T  adalah temperatur

    mutlak benda (K).

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    30/97

    12

    Laju perpindahan panas radiasi termal antara dua bahan ideal (benda

    hitam) dinyatakan (Arismunandar, 1985):

    )( 424

    1 T T  Aqr    −= σ   (2.8)

    Dimana r q  adalah laju perpindahan panas secara radiasi (Watt/m2), σ  adalah

    konstanta Stefan-Boltzman yang besarnya 81067.5   −×  W/m2.K 4, A adalah luas

     penampang permukaan benda (m2), 1T adalah temperatur mutlak benda pertama

    (K) dan 2T  adalah temperatur mutlak benda benda kedua (K). 

    2.3.  Tinjauan mekanika fluida

    Viskositas

    Viskositas merupakan sifat yang menentukan karakteristik fluida yaitu

    ukuran tahanan fluida terhadap tegangan geser. Viskositas dinamik didefinisikan

    sebagai perbandingan antara tegangan geser dan laju regangan geser. Untuk

    distribusi kecepatan linear, seperti terlihat dalam Gambar 2.1, maka viskositas

    dinamik dapat dirumuskan (Arismunandar, 1985):

    d V 

     A F 

    =µ   (2.9)

    dan satuannya adalah [Newtons/m2]/[m/(s.m)] = N/m2.s = Pa.s atau pascal detik.

    Untuk 1N = 1 kg.m/s2. Viskositas kinematik adalah

    ρ

    µµ d k  =   (2.10)

    satuan dari viskositas kinematik adalah [(N/m2.s)/(kg/m3 )].

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    31/97

    13

    Plat dengan luas A bergerak

    F dengan kecepatan V

    d

    Gambar 2.1 Viskositas fluida

    2.4.  Posisi Matahari

    Untuk menghitung komponen langsung dari pemasukan radiasi surya pada

    sebuah permukaan miring dari data radiasi pada sebuah permukaan horisontal,

     posisi matahari pada tiap saat harus diketahui.

    2.4.1  Persamaan untuk sudut Zenit

    Dari gambar 2.2 sudut zenit  z  diperlihatkan sebagai sudut antara zenit z,

    atau garis lurus diatas kepala, dan garis pandang ke matahari. Pengamat P kini

    ditempatkan dalam gambar 2.3, dengan sudut ZP (matahari) sebagai sudut zenit

     z , dan garis lintang (latitude) dari P sama dengan φ .

    V

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    32/97

    14

    Sudut

    zenit

    W

    P

     N

    S

    E

    Z

    θZ

    θA

    Permukaan

    horisontal

    Sudut azimut

     

    Gambar 2.2 Sudut Zenit θz dan sudut azimut θA yang ditetapkan

    Diketahui NP sama dengan φ−090 . Apabila sebuah garis ditarik dari pusat bumi,

    O, ke matahari, maka garis ini memotong permukaan bumi di Q. sudut δ  antara

     bidang datar ekuator (khatulistiwa) dan OQ (matahari) disebut deklinasi (Gambar

    2.4).

    Dengan sudut POQ yang juga sama dengan  z , maka busur PQ juga sama

    dengan  z . sudut PNQ sama dengan ω pada bidang ekuatorial, disebut sudut jam.

    Karena bumi berputar mengelilingi sumbunya satu kali setiap 24 jam, maka sudut

     jam ω sama dengan 150  per jam. Sudut ini dapat didefinisikan sebagai sebuah

    sudut yang harus dikelilingi bumi untuk membawa pengamat P langsung di bawah

    matahari. Persamaan untuk sudut zenit dapat dirumuskan (Arismunandar, 1985):

    ωφδφδθ coscoscossinsincos   += z    (2.11)

    Desklinasi δ , yaitu sudut yang dibentuk oleh matahari dengan bidang

    ekuator, ternyata berubah sebagai akibat kemiringan bumi, dari +23,450  musim

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    33/97

    15

     panas (21 Juni) ke-23,450 di musim dingin (21 Desember). Lihat gambar 2.3 dan

    Gambar 2.4.

    Gambar 2.3 Posisi Matahari

    Gambar 2.4 Deklinasi Matahari, posisi dalam musim panas

    Harga deklinasi pada tiap saat dapat diperkirakan dengan dari persamaan

     berikut ini (Arismunandar, 1985):

       

         −×=

    365

    284360sin45,23

    nδ   (2.12)

    di mana n adalah hari dari tahun yang bersangkutan.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    34/97

    16

    Sudut jam ω dari definisi di atas, adalah sama dengan nol pada tengah hari

    surya (solar noon), negatif untuk pagi hari dan positif untuk sore hari.

    2.4.2  Intensitas Radiasi pada bidang miring

    Radiasi pada suatu permukaan miring biasanya dihitung. Dalam bagian ini

    dipertimbangkan metode untuk menghitung komponen radiasi pada suatu

     permukaan miring, yaitu komponen sorotan I bT .

    Komponen sorotan  I bT   diperoleh dengan mengubah radiasi sorotan pada

     permukaan horizontal menjadi masuk normal dengan mengunakan sudut zenit,

    dan kemudian mendapatkan komponen pada permukaan miring dengan

    menggunakan sudut masuk.

    Intensitas radiasi langsung atau sorotan per jam pada sudut masuk normal

     I bn, dari Gambar 2.5 adalah (Arismunandar, 1985):

     z 

    bn

     I  I 

    θcos=   (2.13)

    di mana  I   adalah radiasi sorotan pada suatu permukaan horizontal dan cos θ z  

    adalah sudut zenit yang ditentukan dari pers (2.11). Dengan demikian, untuk

    semua permukaan yang dimiringkan dengan sudut β  terhadap bidang horizontal

    (Gambar 2.5), intensitas dari komponen sorotan adalah:

     z 

    T T bnbT   I  I  I 

    θ

    θθ

    cos

    coscos   ==   (2.14)

    di mana θT   disebut sudut masuk, dan didefinisikan sebagai sudut antara arah

    sorotan pada sudut masuk normal dan arah komponen tegak lurus (900) pada

     permukaan bidang miring.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    35/97

    17

    Apabila permukaan dimiringkan dengan suatu sudut β terhadap horizontal,

    maka hal itu adalah sama dengan apabila bumi diputar dengan arah jarum jam

    sebesar sudut β, dan permukaannya tetap berada pada kedudukan yang sama,

    Gambar 2.6. Hubungan untuk θ z   untuk garis lintang φ  - β  kemudian dapat

    digunakan untuk permukaan yang dimiringkan pada garis lintang φ. Karena garis

    lintang ditentukan dari bidang ekuator, yaitu bahwa permukaan itu dimiringkan ke

    selatan bagi hemisfer bagian utara.

    Gambar 2.5 Radiasi Sorotan setiap jam pada permukaan miring dan pengukuran I

    Gambar 2.6 Penentuan cos θT

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    36/97

    18

    Maka persamaan untuk sudut θT , yaitu sudut masuk, adalah

    ( ) ( )   ωβφδβφδθ coscoscossinsincos   −+−=T    (2.15)

    Dari pers. (2.14), (2.11), dan (2.15), radiasi sorotan  I bT   pada permukaan miring

    selanjutnya dapat dihitung dari radiasi sorotan (terukur) I pada sebuah permukaan

    horizontal (Arismunandar, 1985).

    ( ) ( )

    ωφδφδ

    ωβφδβφδ

    coscoscossinsin

    coscoscossinsin

    +−+−

    = I  I bT    (2.16)

    2.5.  Macam - macam kolektor panas surya

    2.5.1 Kolektor surya plat datar

    Kolektor surya plat datar merupakan jenis kolektor yang banyak dipakai

    dan banyak digunakan untuk pemanas air surya dan pemanas udara surya.

    Kolektor surya plat datar terdiri dari plat penyerap yang mempunyai konduktivitas

    termal baik yang berhubungan dengan pipa – pipa (saluran) yang mengalirkan

    cairan pada sistem pemanas air, penutup transparan dan insulasi. Energi radiasi

    yang datang ditransmisikan melalui penutup transparan dan diubah menjadi panas

    oleh plat penyerap dimana di bagian dasar plat penyerap diberi insulasi. Skema

    kolektor surya plat datar dapat ditunjukkan pada gambar 2.7 :

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    37/97

    19

    Gambar 2.7 Skema kolektor surya plat datar

    2.5.2 Kolektor terkonsentrasi

    Kolektor ini mempunyai sistem pencerminan yang lebih besar untuk

    memfokuskan berkas radiasi sinar matahari pada pipa – pipa yang mengalirkan

    fluida. Cermin – cermin berfungsi sebagai reflektor dan dihubungkan dengan

    sistem mekanik, sehingga dapat mengikuti pergerakan matahari sepanjang hari.

    Kolektor ini mampu menghasilkan panas yang lebih besar daripada kolektor plat

    datar tetapi kolektor ini sangat mahal dan sangat rumit untuk digunakan. Skema

    kolektor terkonsentrasi dapat ditunjukkan pada gambar 2.8 :

    Gambar 2.8 Skema kolektor terkonsentrasi 

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    38/97

    20

    Pada kolektor terkonsentrasi tedapat cermin cekung. Untuk matahari yang

     berjarak takhingga maka berkas cahaya yang mencapai cermin cekung akan tepat

     pararel. Untuk membentuk bayangan yang tajam, berkas-berkas itu harus menuju

    ke satu titik. Jika cermin tersebut kecil dibandingkan dengan radius

    kelengkungannya, sehinga berkas yangterpantul hanya membentuk sudut kecil

     pada saat terpantul, maka berkas tersebut akan saling menyilang pada titik yang

    hampir sama atau fokus, seperti pada gambar 2.9.

    Gambar 2.9 Berkas-berkas cahaya yang pararel terhadap sumbu utama cermin cekung

    Berkas-berkas cahaya yang pararel terhadap sumbu utama cermin cekung

    akan terfokus pada F , yang disebut titik fokus, selama cermin memiliki lebar yang

    kecil dibandingkan dengan radius kelengkungannya (r ). Jarak dari  F   ke pusat

    cermin adalah panjang FA, disebut panjang fokus ( f ), dari cermin tersebut. Cara

    lain untuk mendefinisikan titik fokus adalah dengan mengatakan bahwa titik ini

    merupakan titik bayangan dari suatu benda yang jauh tak terhingga sepanjang

    sumbu utama. Radiasi sinar matahari yang datang ke cermin cekung akan

    dipantulkan ke titik fokus F (Giancoli, 1998).

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    39/97

    21

    Pada kolektor ini jika medium dalam pipa yang dipanaskan adalah air,

    maka air dingin setelah melewati kolektor ini akan menjadi panas. Air panas yang

    didapatkan disimpan dalam suatu sistem penyimpanan panas yang cukup dengan

    dindingnya dibuat dari bahan isolator, sehingga dapat digunakan pada malam hari

    atau pada hari-hari mendung. Karena dengan menggunakan kolektor

    terkonsentrasi maka air di dalam pipa dapat melebihi suhu didih air, maka uap air

    dapat dipakai untuk memutar turbin (Culp, 1991).

    2.5.3 Kolektor tabung terevakuasi

    Kolektor ini tersusun dari tabung – tabung kaca yang terevakuasi. Setiap

    tabung terdiri dari plat penyerap tipis yang melekat pada pipa didalam tabung

    kaca. Keadaan vakum didalam tabung kaca mencegah kehilangan panas dan

    temperatur air yang dapat dihasilkan oleh kolektor ini diatas 100 0 C. Air panas

    yang dihasilkan dapat digunakan untuk proses industri. Skema kolektor tabung

    terevakuasi dapat ditunjukan pada gambar 2.10 :

    Gambar 2.10 Skema kolektor tabung terevakuasi

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    40/97

    22

    2.5.4 Kolektor pasif

    Kolektor pasif menyerap radiasi matahari dan mengubahnya menjadi

    energi panas secara alamiah. Energi yang dipindahkan secara konduksi, konveksi,

    radiasi, dan perpindahan panas secara transport alami tanpa mengunakan kipas.

    Kolektor pasif ini digunakan untuk pemanas ruangan. Contohnya adalah

     penyimpan panas berupa dinding kaca atau bahan lain yang dapat menyerap dan

    menyimpan panas. Permukaan luar dinding ini dipanas oleh matahari, kemudian

     panas tersebut secara perlahan dipindahkan melalui dinding kepermukaan dalam,

    dan dikonveksikan juga diradiasikan ke ruangan dalam yang akan dipanaskan

    (Arismunandar, 1985).

    2.6.  Cara kerja kolektor termal

    2.6.1 Proses perpindahan panas pada kolektor termal

    Perpindahan panas kolektor termal energi surya terdiri dari tiga proses

    yaitu: konduksi, konveksi, dan radiasi.

    1  Konduksi pada kolektor termal

    Proses konduksi panas kolektor termal energi surya terjadi pada kaca

    transparan dan plat penyerap. Karena nilai konduktivitas bahan plat penyerap

    lebih tinggi dibanding konduktivitas bahan kaca transparan maka temperatur plat

     penyerap selalu lebih tinggi daripada temperatur kaca penyerap.

    Konduksi pada plat penyerap akan dilanjutkan menuju isolator yang

    terletak di lapisan bawah plat penyerap. Laju perpindahan panas melalui proses

    konduksi pada saluran pemanas udara surya dengan lebar w (m),  tinggi b (m),

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    41/97

    23

    tebal insulator  t (m), panjang L (m), temperatur luar 0T   (K), dan temperatur dalam

    iT    (K). Laju perpindahan panas dari kolektor panas surya plat datar akan

    sebanding dengan besarnya konduktivitas bahan penyerap, luasan plat penyerap

    dan arah dari laju perpindahan panas akan menuju ke insulator dibawahnya.

    Pemberian bahan insulator untuk memperkecil laju perpindahan panas. Sehingga

     pemilihan bahan insulator harus bahan yang mempunyai konduktivitas yang

    sangat kecil.

    2  Konveksi pada kolektor termal

    Proses perpindahan panas secara konveksi pada kolektor surya plat datar

    dengan satu kaca penutup terjadi pada dua tempat, yaitu antara kaca transparan

    dengan atmosfer dan antara plat penyerap dengan kaca transparan.

    A  Konveksi alami antara kaca penutup ke atmosfer

    Harga wh   koefisien konveksi angin (Wiranto Arismunandar, 1985)

    dinyatakan dengan :

    8,37,5   +=wh  v  (2.17)

    Dimana wh adalah koefisien konveksi angin (W/(m2.K))

    v adalah kecepatan angin (m/s).

    Laju perpindahan panas secara konveksi antara kaca transparan dengan

    atmosfer dinyatakan :

    )(  sk wc T T  Ahq   −=   (2.18)

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    42/97

    24

    Di mana cq adalah laju perpindahan secara konveksi (Watt),  A adalah luas

     permukaan (m2), k T    temperatur permukaan kaca (K) dan  sT    temperatur langit

    (K).

    B .Konveksi antara plat penyerap dengan kaca transparan

    Laju perpindahan panas melalui proses konveksi antara plat penyerap

    dengan kaca transparan dinyatakan dengan persamaan :

    )( k  p pk c T T  Ahq   −=   (2.19)

    dimana  pk h   adalah koefisien konveksi transfer panas plat-kaca (W/m2.K),  A

    adalah luas permukaan (m2),  pT   temperatur permukaan plat penyerap (K) dan k T   

    temperatur permukaan kaca (K).

    3  Radiasi pada kolektor termal

    Proses radiasi pada kolektor termal energi surya juga terjadi di dua tempat,

    yaitu antara kaca transparan dengan lingkungan dan antara plat penyerap dengan

    kaca transparan.

    A.  Radiasi antara kaca transparan dengan lingkungan

    Laju perpindahan panas melalui proses radiasi antara kaca transparan

    dengan lingkungan dapat dinyatakan dalam persamaan :

    )(.. 44 ak k r  T T  Aq   −=   εσ   (2.20)

    dimana r q adalah laju perpindahan panas secara radiasi (Watt), A luas permukaan

    kaca (m2), εk  emisivitas kaca, k T    temperatur mutlak permukaan kaca (K) dan aT   

    adalah temperatur mutlak lingkungan (K).

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    43/97

    25

    B.  Radiasi antara plat penyerap dengan kaca transparan

    Laju perpindahan panas secara radiasi antara plat penyerap dengan kaca

    transparan dapat dinyatakan dengan persamaan: 

    1

    ).(.

    11

    44

    −+

    −=

    k  p

    k  p

    T T  Aq

    εε

    σ  (2.21)

    Dimana r q adalah laju perpindahan panas secara radiasi (Watt),  A  adalah luas

     penampang permukaan plat (m2), σ   adalah konstanta Stefan-Boltzmann yang

     besarnya 81067.5   −×  W/m2.K 4,  pT   adalah temperatur mutlak plat (K), k T   adalah

    temperatur permukaan kaca (K), k  pdanεε   adalah emisivitas plat penyerap dan

    emisivitas kaca. Dimana emisivitas sendiri adalah kemampuan suatu benda untuk

    memancarkan suatu bentuk energi.

    Pada proses transfer panas kolektor panas surya dapat dilihat pada gambar 2.10.

    Radiasi matahari

    Konveksi dan RadiasiDari kaca ke lingkungan

    Insulator Plat PenyerapKonveksi dan radiasi

    Antara kaca pertama dan plat penyerap

    Konveksi dan radiasi

    Antara kaca pertama dan kaca kedua

    Konduksi melalui insulator

    Kaca penutup

    Refleksi

    Tarnsmisi

    Gambar 2.11 Proses transfer energi panas pada kolektor

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    44/97

    26

    2.6.2 Kesetimbangan laju energi panas kolektor termal

    Kesetimbangan laju energi panas pada kolektor termal dapat dinyatakan

    dengan persamaan :

    l iu qqq   −=   (2.22)

    Dimana uq adalah energi yang dipakai (J/s), iq   adalah energi yang masuk (J/s)

    dan  Lq adalah energi yang hilang (J/s).

    1  Laju energi panas yang masuk, qi 

    Laju energi panas yang masuk pada kolektor termal energi surya (J/s)

    dipengaruhi oleh  I bT   jumlah intensitas radiasi matahari pada permukaan miring

    (watt/m2), A p luas plat penyerap kolektor termal (m2), dan hasil kali transmivisitas

    kaca penutup-absorbsivitas plat penyerap (τ.α). dinyatakan dengan persamaan :

    )..(.   ατbT  pi  I  Aq   =   (2.23)

    2  Laju energi panas yang hilang, ql 

    Tidak semua energi panas yang masuk dapat dipakai seluruhnya sebab ada

    faktor kerugian panas pada kolektor termal. Kerugian panas ini terjadi pada

     bagian atas kolektor panas surya yang disebut kerugian panas bagian atas dan

     pada bagian bawah kolektor panas surya disebut kerugian panas bagian bawah.

    Dimana jumlah dari kedua kerugian panas merupakan kerugian panas total.

    a.  Kerugian laju energi panas bagian atas (top loss) q tl  

    Panas yang hilang dari bagian atas plat penyerap disebabkan oleh konveksi

    alam dan radiasi dari permukaan plat penyerap ke permukaan bagian dalam kaca

    transparan. Panas tersebut lalu dikonduksi oleh kaca transparan menuju

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    45/97

    27

     permukaan bagian luarnya, yang selanjutnya dipindahkan ke atmosfer secara

    konveksi dan radiasi.

    b.  Kerugian laju energi panas bagian bawah (bottom loss) q bl  

    Proses kehilangan panas pada bagian bawah dari plat penyerap yang

    menuju ke lingkungan sebanding dengan konduksi yang melewati insulator dan

     juga dipengaruhi oleh konveksi, radiasi dari insulator ke lingkungan. Pada

    keadaan setimbang, panas yang hilang dari plat penyerap menuju insulator akan

    sebanding dengan panas yang hilang dari insulator menuju ke lingkungan.

    3.  Laju energi panas yang digunakan

    Laju energi panas yang keluar dari kolektor termal energi surya dapat

    dinyatakan dalam persamaan (Duffie dan Beckman, 1991):

    qu =•

    m .C  p.(T 0 – T 1 )  (2.24)

    Dimana qu adalah laju energi panas yang keluar (J/s),•

    m adalah laju aliran massa

    udara dalam saluran kolektor termal (kg/s), C  p adalah panas jenis udara (J/kg.K),

    T 0 adalah temperatur udara yang keluar dari kolektor termal (K), dan T l   adalah

    temperatur udara yang masuk kolektor termal (K).

    2.6.3  Efisiensi kolektor termal, η  

    Definisi dari efisiensi kolektor panas surya yaitu perbandingan antara

    energi yang digunakan dengan jumlah energi surya yang diterima pada waktu

    tertentu. Parameter-parameter yang menentukan efisiensi termal adalah  I bT  

    intensitas radiasi yang datang ke permukaan kolektor panas surya (W/m2),  p A  

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    46/97

    28

    luas permukaan kolektor panas surya (m2), faktor hasil kali transmisivitas dan

    absobsivitas (τα  ), laju aliran massa udara •m , temperatur masuk menuju kedalam

    kolektor iT  , dan besarnya temperatur yang keluar meninggalkan kolektor panas

    surya 0T  , GT  adalah besarnya intensitas radiasi yang masuk dan diserap oleh plat

     penyerap pada kolektor panas surya (W/m2), uq   adalah laju perpindahan panas

    kolektor panas surya (joule/s) .

    Energi radiasi yang mengenai bahan mengalami beberapa proses dimana

    sebagian energinya dipantulkan, sebagian lagi diserap, dan sebagian lagi

    diteruskan. Dimana fraksi yang dipantulkan disebut fraksi refleksivitas ( )ρ , fraksi

    yang diserap disebut fraksi absorbsivitas ( )α , dan fraksi yang diteruskan disebut

    fraksi transmisivitas ( )τ . Perbandingan antara fluks yang diserap oleh plat

     penyerap dengan fluks yang mengenai kaca penutup merupakan hasil kali

    transmisivitas dengan absorbsivitas. Berkas radiasi matahari yang mengenai

     permukaan kolektor panas surya ditunjukan oleh faktor ( )τα . Faktor ini

    merupakan hasil kali transmisivitas dan absorbsivitas. Kita dapat mengasumsikan

     bahwa kaca penutup tidak menyerap radiasi matahari sehingga semua radiasi

    matahari dapat diteruskan ke plat penyerap. Tapi bila untuk menghitung reduksi

    laju panas yang hilang karena penyerapan radiasi oleh kaca penutup sangat kecil

    dibandingkan yang diserap plat penyerap. maka efisiensi kolektor panas surya

    dapat dinyatakan (Duffie dan Beckman, 1991):

    T  p

    u

    G A

    q=η   (2.25)

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    47/97

    29

    bT  p

    i p

     I  A

    T T C m

    )(

    )( 0

    τα

    η−

    =

      (2.26)

    Laju aliran massa udara merupakan jumlah massa udara yang mengalir tiap satuan

    waktu dan dapat dinyatakan sebagai berikut :

    uu t 

    mm

      ρ==

      (2.27)

    Dengan m adalah massa udara (kg),  ut   adalah waktu pergerakan udara dari ujung

    satu ke ujung yang lain dari kolektor panas surya (s), V adalah volume udara yang

    mengalir dari ujung satu ke ujung lain dari kolektor panas surya (m3) dan ρ  

    kerapatan udara (Kg/m3).

    Massa udara yang bergerak dipengaruhi oleh kerapatan udara pada saat itu.

    Harga kerapatan udara berbanding terbalik dengan temperatur. Dimana harga

    temperatur input pada suatu penelitian tentu tidak semuanya akan sama dengan

    harga temperatur input pada grafik sehingga harga kerapatan udara dapat dicari

    dengan persamaan garis sebagai berikut :

     y = -0,0022 x + 1,2009  (2.28)

    dimana  y  adalah harga kerapatan udara yang dicari (kg/m3) dan  x  adalah

    temperatur udara yang diukur (

    0

    C).

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    48/97

    30

    y = -0,0022x + 1,2009

    0,5

    0,7

    0,9

    1,1

    1,3

    1,5

    0 50 100 150 200 250 300 350

    Temperatur (oC)

       K  e  r  a  p  a

       t  a  n  u

       d  a  r  a

       (   k  g

       /  m   3   )

     Gambar 2.12 Tabel Hubungan Kerapatan Udara dengan Temperatur(Jensen dalam Wiranto Arismunandar, 1985).

    Kapasitas panas dinyatakan dengan C merupakan jumlah panas yang

    diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar C 01 , dan mempunyai kesebandingan

    dengan temperatur maka persamaan garis lurus dapat ditulis berdasarkan grafik :

    y = 0,1309x + 1000,7

    980

    1000

    1020

    1040

    1060

    0 50 100 150 200 250 300 350

    Temperatur(oC)

       K  a  p  a  s   i   t  a  s   P  a  n  a  s   U   d  a

      r  a

       (   J   /   (   k  g .  o

       C   )

     

    Gambar 2.13 Tabel Hubungan Kapasitas Panas dengan Temperatur(Jensen dalam Wiranto Arismunandar, 1985).

     y = 0,1309 x + 1000,7   (2.29)

    dimana y adalah harga kapasitas panas (J/kg0C) dan x adalah nilai temperatur (0C).

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    49/97

    31

    y = 0,004x + 1,7545

    1,7

    1,9

    2,1

    2,3

    2,5

    2,7

    2,9

    3,1

    0 50 100 150 200 250 300 350

    Temperatur (0C)

       V   i  s   k  o  s

       i   t  a

       D   i  n  a  m

       i   k   (   P  a .  s   )

       1   X   1   0  -   5

     Gambar 2.14 Tabel Hubungan Viskositas dinamik dengan Temperatur

    (Jensen dalam Wiranto Arismunandar, 1985).

    7545,1004.0   +=  x y   (2.30)

    dimana y adalah harga Viskositas dinamik (Pa.s) dan x adalah temperatur (0C)

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    50/97

     

    32

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Tempat dan Waktu Pengambilan Data

    1  Tempat

    Pengujian daya kerja (performance) dilakukan di halaman Belakang

    Laboratorium Pusat UNS Surakarta yang berada pada geografis 110 45’ 15’’- 110

    45’ 35’’ BT dan 7 36’- 7 56’ LS (www.surakarta.go.id).

    2  Waktu

    Sedangkan waktu pengujian kolektor dari pukul 10:00 sampai dengan pukul

    14:00 selama 8 hari dari tanggal 30 Novembar 2005 sampai 7 Desember 2005.

    3.2 Perancangan Kolektor Surya Plat Datar

    1  Bahan

    a  Triplek dengan ukuran 90 cm x 120 cm dan tebal 5 mm.

     b  Kaca bening dengan ukuran 90 cm x 120 cm dan tebal 3 mm.

    c  Glasswoll dan sabut kelapa sesuai luasan dari plat penyerap dan kaca

     penutup.

    d  Plat penyerap dengan ukuran 90 cm x 120 cm dari bahan seng.

    e  Lis kayu dengan berbagai ukuran.

    f   Paku dan bahan perekat.

    g  Dudukan tempat untuk sudut  ! .

    h  Pilok atau cat warna hitam.

    http://www.surakarta.go.id/http://www.surakarta.go.id/

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    51/97

    33

    2  Alat-alat

    a  Termokopel dengan :

    •  Tipe K (range -200 C 0  sampai 1370 C 0  )

    •  Tipe J (range -200 C 0  sampai 980 C 0  )

    •  Tipe T (range -250 C 0  sampai 400 C 0  )

     b  Anemometer testo

    c  Digital Thermometer

    d  Light Meter Model Li- 250 No Sri LMA - 2706

    e  Sensor pyranometer No seri PY – 46415

    1 2 3 4 5 6 7

    Gambar 3.1 Jenis alat-alat ukur yang digunakan pada Penelitian

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    52/97

    34

    Keterangan Gambar :

    1.  Rotari switch

    2.  Stop watch

    3.  Digital Thermometer

    4.  Light Meter Model Li- 250 No Sri LMA - 2706

    5.  Anemometer

    6.  Kabel penghubung termokopel

    7.  Sensor pyranometer N0 seri PY-46415

    3  Teknik Pembuatan Kolektor Surya Plat Datar

    a  Pembuatan kotak kolektor dari bahan triplek dengan ukuran 90 cm x 120

    cm dengan dudukan kaca pada bagian dalam kolektor dengan 2 dudukan

    kaca yang sejajar .

     b  Meletakkan glasswoll pada dasar atau bagian bawah dari kolektor.

    c  Memotong plat penyerap dengan ukuran 90 cm x 120 cm dan meletakkan

    di atas insulator (glasswoll dan sabut kelapa).

    d  Pemotongan kaca dengan ukuran 90 cm x 120 cm sebanyak dua buah dan

    meletakkan pada dudukan di dalam kolektor .

    e  Mengulang langkah di atas (a sampai d) sehingga menghasilkan 2 buah

    kolektor surya plat datar.

    f   Secara skema gambar dan ukuran kolektor terlihat pada gambar 3.2.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    53/97

    35

    90 cm

    120 cm

    9 cm

    10 cm

    3 cm

    Isolator  Plat Seng Penyerap

    3 cm

    Kaca

    Gambar 3.2 Skema dan ukuran kolektor surya plat datar

    3.3 Metode Pengujian Kolektor Surya Plat Datar

    1  Teknik Pengambilan Data

    a  Pengambilan data dilakukan dengan menempatkan kolektor di bawah sinar

    matahari.

     b  Kolektor dimiringkan dengan sudut tetap 200.

    c  Memasang rangkaian untuk mengukur temperatur udara masuk ke

    kolektor, temperatur udara keluar dari kolektor, temperatur plat penyerap,

    dan temperatur kaca penutup.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    54/97

    36

    d  Intensitas radiasi diukur dengan sensor pyranometer yang dihubungkan ke

    Light-Meter.

    e  Mencatat hasil pengukuran pada tiap interval waktu setiap 15 menit.

    f   Memvariasikan jarak kaca dengan plat kolektor dengan jarak 3 cm, 6 cm,

    dan 9 cm.

    g  Mengisi titik-titik data yang ada pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.

    h  Menganalisa grafik antara efisiensi dengan perbedaan temperatur.

    i  Mengulangi langkah di atas (langkah a, c-e, dan h-i), dengan

    memvariasikan sudut kemiringan kolektor dengan sudut 100, 200, 300, dan

    400  yang dilakukan pada jarak kaca penutup dengan plat penyerap tetap

    sebesar 3 cm.

    Tabel 3.1. Tabel Pengambilan Data

    Waktu I(W/m

    2)

    T 1(

    0c)

    T 0(

    0c)

    T plat(

    0c)

    T k(

    0c)

    v

    udara

    (m/s)

    KacaPenutup 

    Tabel 3.2. Tabel perhitungan efisiensi kolektor surya plat datar dengan ∆t = 15menit.

    T 1(

    0c)

    ρ(kg/m

    3)

    0

    m  (kg/s)

    C p(J/kg

    0C)

    ∆ T   I bT(W/m

    2)

    q i(J/s)

    q u(J/s)

    η  (%)

    v

    udara

    (m/s)

    Re

    1

    2

    3

    dst

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    55/97

    37

    3.4 Prosedur Penelitian

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian Kolektor Termal Tipe

    Datar Plat Datar ini adalah :

    Perancangan Kolektor Termal

    Pembuatan Kolektor Termal

    Analisa Grafik

    Variasi β 

    Variasi jarak

    kaca penutup

    Plot Grafik I r  , T  p , T k  , T i , T o 

    Plot Grafik η - ∆T  

    Perhitungan Efisiensi Termal

    Pengujian Kolektor

    Termal

    Kesimpulan

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    56/97

    38

    3.5 Teknik Analisa Data

    Pada proses analisa data kita akan menguji efisiensi dari kolektor panas

    surya plat datar dan plat gelombang dengan memanfaatkan radiasi matahari.

    Mengetahui hubungan Intensitas radiasi terhadap temperatur. Dengan

    memvariasikan jarak kaca penutup dengan plat dan memvariasikan sudut β, maka

    akan diketahui jarak paling optimum dari ketiga variasi jarak kaca dan sudut β 

     paling optimum dari keempat variasi β yang dilakukan. Pengujian kolektor panas

    surya dilakukan mulai jam 10.00 – 14.00 WIB.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    57/97

     

    39

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1  Intensitas Radiasi Surya

    a.  Intensitas matahari pada bidang datar

    Pengukuran intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada Gambar 4.1.

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam pengamatan

       I  n   t  e  n  s

       i   t  a  s  m  a

       t  a   h  a  r   i

       (   W   /  m   2   )

    I Radiasi

     

    Gambar 4.1 Grafik Intensitas Matahari terhadap waktu

    Dari Gambar 4.1, dapat kita lihat bahwa pengambilan data dilakukan dari

     pukul 10.00 sampai dengan 14.00. intensitas sebaran yang terlihat tidak teratur.

    Intensitas matahari yang seharusnya pada pukul 10.00 sampai dengan 12.00 akan

    naik dan pada pukul 12.00 sampai dengan 14.00 akan turun tidak semuanya

    terjadi, sehingga terlihat bahwa intensitas yang terjadi sangat fluktuatif. Hal ini

    dapat terlihat dari kenaikan dan penurunan intensitas yang cukup tajam. Fluktuatif

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    58/97

    40

    yang terjadi tersebut disebabkan karena kondisi cuaca yang berubah yang

    disebabkan adanya gumpalan awan dan mendung tebal yang menghalangi radiasi

    matahari sampai ke bumi.

    b.  Intensitas matahari pada variasi sudut

    Hasil pengukuran intensitas radiasi matahari pada bidang miring dengan

    variasi sudut kemiringan kolektor pada Gambar 4.2.

    5 Desember 2005

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam Pengamatan

       I  n   t  e  n  s

       i   t  a  s  m  a

       t  a   h  a  r   i

       (   W   /  m

       2   )

    sudut 10

    sudut 20

     

    6 Desember 2005

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam pengamatan

       I  n   t  e  n  s

       i   t  a  s

       M  a

       t  a   h  a  r   i

       (   W   /  m   2   )

    sudut 20

    sudut 30

     

    7 Desember 2005

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam pengamatan

       I  n   t  e  n  s

       i   t  a  s  m  a

       t  a   h  a  r   i

       (   W   /  m   2   )

    sudut 20

    sudut 40

     

    Gambar 4.2 Grafik Intensitas Matahari pada variasi sudut kemiringan kolektor

    Dari Gambar 4.2, pengambilan data dilakukan dari pukul 10.00 sampai

    dengan 14.00 juga memperlihatkan intensitas matahari yang fluktuatif. Hal ini

    disebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu yang disebabkan adanya gumpalan

    awan dan mendung tebal yang menghalangi radiasi matahari sampai ke bumi.

    Dari grafik dapat kita lihat bahwa besar intensitas yang masuk ke kolektor dengan

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    59/97

    41

    variasi sudut per hari besarnya berbeda. Jika kita bandingkan variasi sudutnya

     perhari, maka kita dapatkan data tanggal 5 desember 2005 intensitas yang masuk

    ke kolektor dengan sudut 100  besarnya agak lebih tinggi sedikit dibandingkan

    sudut 200. Hal ini karena kemiringan kolektor pada sudut 100  mendekati sudut

    zenit dibandingkan dengan sudut 200. Pada tanggal 6 desembar 2005 intensitas

    dengan sudut 200  besarnya lebih tinggi dibandingkan sudut 300. Hal ini karena

    kemiringan kolektor pada sudut 200 mendekati sudut zenit dibandingkan dengan

    sudut 300. Sedangkan pada tanggal 7 desember 2005 intensitas dengan sudut 200 

     besarnya lebih tinggi dibandingkan sudut 400. Hal ini karena kemiringan kolektor

     pada sudut 200 mendekati sudut zenit dibandingkan sudut 400. Karena sudut zenit

     permukaan kolektor adalah 14,80. Sehingga dapat kita ketahui bahwa intensitas

    matahari yang masuk ke kolektor akan maksimum jika permukaan kolektor tegak

    lurus dengan posisi matahari. Dari grafik dapat dilihat bahwa variasi sudut akan

    mempengaruhi besar intensitas yang masuk ke kolektor dan besar intensitas

    matahari setiap hari tidak sama karena perubahan posisi matahari.

    4.2  Temperatur Kolektor Surya

    a.  Temperatur kolektor pada variasi jarak kaca penutup

    Hasil pengukuran temperatur masukan dan temperatur keluaran pada

     penelitian yang dilakukan pada tanggal 1 Desember 2005 dengan jarak 3 cm dan 9

    cm dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    60/97

    42

    Data 1 Desember 2005

    Jarak 3 cm

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam Pengamatan

       T  e  m  p  e  r  a

       t  u  r

       (   0   C   )

    T in

    T out

     

    Gambar 4.3 Grafik temperatur dengan jam pengamatan pada jarak 3 cm

    Data 1 Desember 2005

    Jarak 9 cm

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam Pengamatan

       T  e  m  p  e  r  a   t  u  r

       (   0   C   )

    T in

    T out

     

    Gambar 4.4 Grafik temperatur dengan jam pengamatan pada jarak 9 cm

    Pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 dapat kita lihat bahwa besar temperatur

    keluarannya lebih besar dari temperatur masukannya. Pada jarak plat 3 cm

     perbedaan nilai temperatur masukan dan keluaran terbesar mencapai 23,1 0C dan

     perbedaan terkecil 9,9 0C. Temperatur keluaran tertinggi mencapai 63,8 0C pada

     pukul 11.45 dan temperatur masukan mencapai 41,7 0C pada pukul 12.45. Pada

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    61/97

    43

     jarak plat 9 cm perbedaan nilai masukan dan keluaran terbesar mencapai 13 0C

    dan perbedaan terkecil 0,40

    C. Temperatur keluaran tertinggi mencapai 51,20

    C

     pada pukul 11.45 dan temperatur masukan mencapai 42,6 0C pada pukul 11.45.

    b.  Perbedaan Temperatur kolektor pada variasi jarak kaca penutup

    Hasil temperatur pada kolektor surya dapat dilihat pada grafik perbedaan

    temperatur masuknya (Tin) dan temperatur keluarnya (Tout) terhadap jam

     pengamatan. Grafik perbedaan temperatur input-output dengan jam pengamatan

     pada variasi jarak kaca penutup dapat dilihat pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan

    Gambar 4.7.

    30 November 2005

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    10.00 10.50 11.00 11.50 12.00 12.50 13.00 13.50 14.00

    Jam pengamatan

       P  e  r   b  e   d  a  a  n   t  e  m  p  e  r  a   t  u

      r

       i  n  p  u   t  -  o  u   t  p  u   t   (   0   C   )

    3 cm

    6 cm

     

    Gambar 4.5 Grafik perbedaan temperatur input-output pada jarak 3 cm dan 6 cm

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    62/97

    44

    1 Desember 2005

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam Pengamatan

       P  e  r   b  e   d  a  a  n   t  e  m  p  e  r  a   t  u  r

       i  n  p  u   t  -  o  u   t  p  u   t   (   0   C   )

    3 cm

    9 cm

     

    Gambar 4.6 Grafik perbedaan temperatur input-output pada jarak 3 cm dan 9 cm

    3 Desember 2005

    0

    2

    46

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam pengamatan

       P  e  r   b  e   d  a  a

      n   t  e  m  p  e  r  a   t  u  r   i  n  p  u   t  -

      o  u   t  p  u   t   (   0   C   )

    6 cm

    9 cm

     

    Gambar 4.7 Grafik perbedaan temperatur input-output pada jarak 6 cm dan 9 cm

    Pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7 dapat kita lihat bahwa

     pada tanggal 30 November 2005, perbedaan temperatur pada jarak kaca 3 cm

    hasilnya lebih tinggi dari jarak kaca 6 cm. Tetapi ada 2 data yang hasilnya

    kebalikannya, hal ini karena adanya perubahan aliran yang bergerak di sekitar

    kolektor. Pada tanggal 1 Desember 2005, perbedaan temperatur pada jarak kaca 3

    cm hasilnya lebih tinggi dari jarak kaca 9 cm. Hal ini karena pada jarak kaca 9 cm

     panas yang hilang ke lingkungan semakin besar. Sehingga penyerapan panas pada

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    63/97

    45

     plat berkurang. sedangkan pada tanggal 3 Desember 2005, perbedaan temperatur

     pada jarak kaca 6 cm hasilnya sebagian besar lebih tinggi dari jarak kaca 9 cm.

    Pada jarak kaca 9 cm banyak panas yang hilang ke lingkungan. Tetapi ada

     beberapa keadaan dimana besarnya berkebalikan, hal ini dikarenakan adanya

     perbedaan aliran udara yang bergerak di sekitar kolektor.

    Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa pada pukul 10.30 dan pukul 11.30

     perbedaan temperatur pada jarak 3 cm naik tetapi pada jarak 6 cm turun.Pada

    Gambar 4.5 terlihat bahwa pada pukul 11.30 perbedaan temperatur pada jarak 6

    cm naik tetapi pada jarak 9 cm turun. Hal ini karena penelitian ini menggunakan 2

     buah kolektor dengan 1 buah sensor pyranometer dan 6 buah termokopel.

    Sedangkan pada penelitian yang akan kita ambil 5 buah titik intensitas radiasi

    matahari (Intensitas matahari pada bidang datar dan untuk menghitung

    absorbsivitas kaca) dan 8 buah titik temperatur (temperatur input, temperatur

    output, temperatur kaca, dan temperatur plat). Untuk mengambil data intensitas

    matahari, temperatur, dan aliran udara tidak bisa dilakukan secara bersamaan

    karena kekurangan alat penelitian. Sehingga ketika kita mengambil intensitas

    yang lain terjadi penurunan intensitas yang cepat tetapi penurunan temperatur

    tidak secepat penurunan intensitas matahari. Pada gambar 4.5 terlihat bahwa

     pukul 11.15 pada jarak 6 cm didapatkan data penelitian, sedangkan pada jarak 9

    cm data yang didapatkan tidak valid.

    Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa variasi jarak kaca

     berpengaruh terhadap perbedaan temperatur kolektor. Dimana perbedaan

    temperatur akan maksimum pada jarak kaca kecil. Hal ini dikarenakan sedikit

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    64/97

    46

    energi panas yang hilang ke lingkungan dan sedikit volume udara yang

    dipanaskan.

    c.  Temperatur kolektor pada variasi sudut kemiringan kolektor surya

    Hasil temperatur pada kolektor surya dapat dilihat pada grafik perbedaan

    temperatur masuknya (Tin) dan temperatur keluarnya (Tout) terhadap jam

     pengamatan. Grafik perbedaan temperatur dengan jam pengamatan pada variasi

    sudut kemiringan kolektor dapat dilihat pada Gambar 4.8, Gambar 4.9, dan

    Gambar 4.10.

    5 Desember 2005

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam pengamatan

       P  e  r   b  e   d  a

      a  n   t  e  m  p  e  r  a   t  u  r

       i  n  p  u   t  -  o  u   t  p  u   t   (   0   C   )

    sudut 10

    sudut 20

     

    Gambar 4.8 Grafik perbedaan temperatur input-output pada sudut 100 dan 20

    6 Desember 2005

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    3035

    40

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam pengamatan

       P  e  r   b  e   d  a  a  n   t  e  m  p  e  r  a   t  u  r

       i  n  p  u   t  -  o  u   t  p  u   t   (   0   C   )

    sudut 20

    sudut 30

     

    Gambar 4.9 Grafik perbedaan temperatur input-output pada sudut 200 dan 30

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    65/97

    47

    7 Desember 2005

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    3035

    10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

    Jam pengamatan

       P  e  r   b  e   d  a  a  n   t  e  m  p  e  r  a   t  u  r

       i  n  p  u   t  -  o  u   t  p  u   t   (   0   C   )

    sudut 20

    sudut 40

     

    Gambar 4.10 Grafik perbedaan temperatur input-output pada sudut 200 dan 40

    Pada Gambar 4.8, Gambar 4.9, dan Gambar 4.10 dapat kita lihat bahwa

     pada tanggal 5 Desember 2005, besar perbedaan temperaturnya pada sudut 100 

    ada yang lebih besar dari perbedaan temperatur pada sudut 200, tetapi ada yang

    kebalikannya. Hal ini karena perbedaan temperatur akan maksimal jika

    kemiringan kolektor sesuai dengan sudut zenit. Pada penelitian ini sudut zenit dari

     permukaan kolektor sebesar 14,8

    0

    . Pada 6 Desember 2005, besar perbedaan

    temperatur pada sudut 200  lebih besar dari pada sudut 300. Hal ini karena sudut

    200 mendekati sudut zenit dibandingkan sudut 300. Pada 7 Desember 2005, besar

     perbedaan temperatur pada sudut 200  sebagian besar hasilnya lebih tinggi

    dibandingkan perbedaan temperatur pada sudut 400. hal ini karena sudut 200 lebih

    mendekati sudut zenit dibandingkan sudut 400. Tetapi pada grafik terlihat adanya

     beberapa nilai pada sudut 200 yang hasilnya lebih kecil dibandingkan sudut 400,

    hal ini disebabkan adanya aliran udara balik. Hal ini juga yang dapat

    mengakibatkan basar temperatur masukan menjadi lebih besar dari temperatur

    keluarannya.

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    66/97

    48

    Pada gambar 4.6 pada pukul 11.15 dengan variasi sudut 200 terlihat bahwa

    hasilnya negatif, hal ini karena adanya aliran udara balik yang bergerak ke dalam

    kolektor.

    Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa variasi sudut berpengaruh

    terhadap perbedaan temperatur kolektor. Dimana perbedaan temperatur akan

    maksimum jika permukaan kolektor tegak lurus dengan posisi matahari.

    4.3  Efisiensi Kolektor Surya

    a.  Efisiensi kolektor surya pada variasi jarak kaca

    Hasil efisiensi pada kolektor surya dapat dilihat pada grafik efisiensi

    kolektor surya terhadap perbedaan temperatur masuknya (Tin) dan temperatur

    keluarnya (Tout). Grafik efisiensi kolektor surya dengan perbedaan temperatur

     pada variasi jarak kaca penutup kolektor dapat dilihat pada Gambar 4.11, Gambar

    4.12, dan Gambar 4.13.

    30 November 2005

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

    perbedaan temperatur input-output (0C)

      e   f   i  s   i  e  n  s

       i   t  e  r  m  a

       l   (   %   )

    3 cm

    6 cm

     

    Gambar 4.11 Grafik efisiensi termal dengan jarak kaca penutup dengan plat penyerap 3 cm

    dan 6 cm

  • 8/17/2019 AULIYA BURHANUDDIN

    67/97

    49

    1 Desember 2005

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

    perbeda