aurat wanita di depan mahramnya 1

5
Aurat Wanita di Depan Mahramnya (Bagian 1) 187 Share Aurat adalah kemaluan dan semua hal yang dapat menimbulkan rasa malu apabila terlihat. Aurat merupakan perhiasan yang wajib ditutupi dari orang-orang yang tidak berhak untuk melihatnya dan atau menikmatinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan kepada kita bahwa, ُ ة ْ ر مْ ل ،ٌ ة رْ و ع ا ه ّ ن ِ ب و ذِ ْ ت ج ر خْ # نِ م ا هِ تْ ) يَ , ب رْ / ش تْ س ا ه فُ # ان طْ 6 ي ّ / ش ل “Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi no. 1173, Ibnu Khuzaimah III/95 dan ath- Thabrani dalamMu’jamul Kabiir no. 10115, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma) Imam al-Mubarakfuri rahimahullah berkata ketika mengomentari hadits di atas, “Dijadikan diri wanita sebagai aurat karena jika wanita muncul maka ia akan merasa malu, sebagaimana ia merasa malu melihat aurat manakala terbuka. Sehingga dikatakan bahwa maknanya wanita itu memiliki aurat.” (Lihat Tuhfatul Ahwadzi III/237 dan Syarah al-Arba’un al-Uswah no. 32) Karena itu, kita sebagai kaum wanita haruslah menaruh perhatian yang besar terhadap masalah ini. Hanya saja, Allah ta’ala telah memberikan pengecualian mengenai larangan menampakkan aurat kepada beberapa orang yang menjadi mahram kita. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

Upload: fiqi

Post on 06-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

agama

TRANSCRIPT

Aurat Wanita di Depan Mahramnya (Bagian 1)

Aurat Wanita di Depan Mahramnya (Bagian 1)

187ShareAurat adalah kemaluan dan semua hal yang dapat menimbulkan rasa malu apabila terlihat. Aurat merupakan perhiasan yang wajib ditutupi dari orang-orang yang tidak berhak untuk melihatnya dan atau menikmatinya. Rasulullahshallallahu alaihi wa sallampernah mengingatkan kepada kita bahwa,

Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.(Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi no. 1173, Ibnu Khuzaimah III/95 dan ath-Thabrani dalamMujamul Kabiirno. 10115, dari Ibnu Masudradhiyallahu anhuma)Imam al-Mubarakfurirahimahullahberkata ketika mengomentari hadits di atas, Dijadikan diri wanita sebagai aurat karena jika wanita muncul maka ia akan merasa malu, sebagaimana ia merasa malu melihat aurat manakala terbuka. Sehingga dikatakan bahwa maknanya wanita itu memiliki aurat. (LihatTuhfatul AhwadziIII/237 danSyarah al-Arbaun al-Uswahno. 32)

Karena itu, kita sebagai kaum wanita haruslah menaruh perhatian yang besar terhadap masalah ini. Hanya saja, Allahtaalatelah memberikan pengecualian mengenai larangan menampakkan aurat kepada beberapa orang yang menjadi mahram kita. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka,kecualikepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita(Qs. An-Nuur: 31)Kita telah memahami maksud larangan menampakkan perhiasan wanita di depan yang bukan mahramnya, lalu bagaimana maksud dan aplikasi pengecualian ini terhadap orang-orang yang menjadi mahram kita? Adakah batasan aurat yang boleh ditampakkan di depan mahram?

Batasan Aurat (Perhiasan) Wanita yang Boleh Tampak di Depan MahramDari artikel sebelumnya, (Lihatlah Siapa Mahrammu 1,Lihatlah Siapa Mahrammu 2) kita telah mengetahui siapa saja yang termasuk mahram, dan siapa yang tidak termasuk mahram. Dalam surat an-Nuur ayat 31, Allahtaalamembolehkan mahram melihat bagian-bagian dari perhiasan seorang wanita yang tidak boleh ditampakkan pada laki-laki yang bukan mahram. Hal ini dikarenakan keadaan darurat yang mendorong terjadinya percampur-bauran di antara mereka mengingat adanya hubungan kekerabatan dan amannya mereka (para mahram) dari fitnah. [LihatEnsiklopedi Fiqh Wanita(II/157)]

Secara garis besar, ada dua pendapat ulama yangmasyhur(populer) tentang batasan yang boleh dilihat oleh mahram, yaitu:

Pendapat pertama:Mahram boleh melihat seluruh tubuh wanita, kecuali bagian di antara pusar dan lutut, dan inilah pendapat kebanyakan ulama. [Lihat al-Mabsuuth (X/149), al-Majmuu' Fataawaa Ibn Taimiyah (XVI/140), Ensiklopedi Fiqh Wanita (II/158)]

Pendapat tersebut didasarkan pada sabda Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam,

.Jika salah seorang di antara kalian menikahkan hamba sahaya atau pembantunya, maka jangan sekali-kali ia melihat sedikit pun dari auratnya. Karena apa yang ada di bawah pusar hingga lutut adalah aurat.[Hadits hasan. Riwayat Ahmad (II/187) dan Abu Dawud (no. 495)]Meskipun jika dilihat darimatan(redaksi) nya, hadits tersebut ditujukan kepada kaum lelaki, namun hadits tersebut berlaku juga bagi kaum wanita karena kaum wanita adalah saudara sekandung/belahan bagi kaum lelaki. Wanita belahan laki-laki maksudnya adalah masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dalam syariat, termasuk diantaranya adalah batasan aurat, menurut pendapat dia atas.

Diriwayatkan pula dari Abu Salamahradhiyallahu anhu,

.Aku dan saudara Aisyah datang kepada Aisyah, lalu saudaranya itu bertanya kepadanya tentang mandi yang dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Lantas Aisyah meminta wadah yang berisi satu sha (air), kemudian ia mandi dan mengucurkan air di atas kepalanya. Sementara antara kami dan beliau ada tabir.[Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 251) dan Muslim (no. 320)]Al-Qadhi Iyadhrahimahullahberkata, Yang nampak dari hadits tersebut adalah bahwa keduanya (yakni Abu Salamah dan saudara Aisyah) melihat apa yang dilakukan oleh Aisyah pada kepala dan bagian atas tubuhnya, dimana itu adalah bagian yang boleh dilihat oleh seorang mahram, dan Aisyah adalah bibinya Abu Salamah karena persusuan, sementara Aisyah meletakkan tabir untuk menutupi bagian bawah tubuhnya, karena bagian tersebut adalah bagian yang tidak boleh dilihat oleh mahram. [LihatFat-hul Baari(I/465)]

Sehingga, kesimpulan dari pendapat pertama adalah mahram boleh melihat seluruh tubuh wanita,kecualibagian antara pusar hingga lutut.

Pendapat kedua:Seorang mahram hanya boleh melihat anggota tubuh wanita yang biasa nampak, seperti anggota-anggota tubuh yang terkena air wudhu. [LihatSunan al-Baihaqi(no. 9417),al-Inshaaf(VIII/20),al-Mughni(VI/554),al-Majmuu' Fataawaa Ibn Taimiyah(XVI/140) danEnsiklopedi Fiqh Wanita(II/159)]

Diriwayatkan dari Ibnu Umarradhiyallahu anhuma, Dahulu kaum lelaki dan wanita pada zaman Nabishallallahu alaihi wa sallammelakukan wudhu secara bersamaan. [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 193), Abu Dawud (no. 79), an-Nasa'i (I/57) dan Ibnu Majah (no. 381)]

Hadits di atas difahami sebagai suatu keadaan yang terjadi khusus bagi para istri dan mahram, di mana mahram boleh melihat anggota wudhu para wanita. [LihatFat-hul Baari(I/465),'Aunul Ma'bud(I/147) danJaami' Ahkaamin Nisaa'(IV/195)]

Kesimpulan dari pendapat kedua adalah bahwa mahram hanya diperbolehkan untuk melihatanggota wudhuseorang wanita.

***artikelmuslimah.or.idPenyusun: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu MuhammadMurajaah: Ustadz Ammi Nur Baits

Maraji: Ensiklopedi Fiqh Wanita, Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, cet. Pustaka Ibnu Katsir

Fataawaa an-Nisaa(Edisi Terjemah), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, taliq: Muhammad Muhammad Amir, cet. Ailah

Fat-hul Baari bi Syarh Shahiih al-Bukhari, Ibnu Hajar al-Asqalani, cet. Daar al-Hadits

Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Lajnah ad-Daimah lil Ifta, cet. Darul Haq

Jilbab Wanita Muslimah Menurut al-Quran dan as-Sunnah, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Pustaka at-Tibyan

Panduan Lengkap Nikah Dari A Sampai Z, Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, cet. Pustaka Ibnu Katsir

Syarah al-Arbauun al-Uswah Min al-Ahaadiits al-Waaridah fii an-Niswah, Manshur bin Hasan al-Abdullah, cet. Daar al-Furqan