ayat kerja

Upload: tani-tuno

Post on 18-Jul-2015

2.375 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AYAT-AYAT TENTANG ETOS KERJASetelah mempelajari modul ini siswa dapat :1. Membaca Q.S. Al Mujadalah : 11, dan Q.S. Al Jumuah : 9-10 dengan fasih2. Mengidentifikasi bacaan tajwid3. Mengartikan Q.S. Al Mujadalah : 11, dan Q.S. Al Jumuah : 9-10 4. Mengidentifikasi perilaku yang sesuai dengan Q.S. Al Mujadalah : 11, dan Q.S. Al Jumuah : 9-10 dengan fasih 41 dan Al Kahfi : 29 dalam kehidupan sehari- hari.5. Menunjukkan etos kerja yang sesuai dengan Q.S. Al Mujadalah : 11, dan Q.S. Al Jumuah : 9-10 dalam kehidupan sehari-hariA. Surat Al Mujadalah {58} Ayat : 11 Tentang Keunggulan Orang yang Bekerja Keras dan Berilmu Pengetahuan #9 , ] ? #(93_% ) ###(#!% ] #t #(% ) #( 93_#! , 1 1 , #(#!% ] 3_##( #!% ] #! _ 1 1 t #( 7 ? /#! 4 ;#9 , 1 &? #(Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.( Q. S. Mujadalah {58} : 11 ).1. Penerapan Ilmu Tajwida. Izhar Syafawi ; yaitu apabila ada mim mati (sukun) bertemu selain huruf , ( ba' dan mim ) . Adapun cara membacanya adalah jelas. Contoh yang terdapat dalam ayat tersebut diatas adalah : ( 1 (b. Lam jalalah tarhiq ( tipis ) ; yaitu huruf lam pada kalimat Allah yang didahului dengan harokat kasroh. Contoh yang terdapat dalam ayat tersebut adalah : ( , c. Mad Aridh Lissukun ; yaitu apabila ada mad (bacaan panjang) thobi'i bertemu huruf akhir dan dibaca waqof atau berhenti. Cara bacanya dibaca panjang satu hingga tiga alif. Contoh , ( _ : 2. Isi Kandungan Surat Mujadalah ayat : 11 a. Apabila seseorang berada dalam suatu majlis, hendaknya saling meghormati dan menjaga suasana damai, dengan memberikan kelapangan bagi orang lain.b. Allah berjanji akan mengangkat derajat manusia dengan tiga syarat yaitu; beriman, berilmu dan beramal sholeh.c. Salah satu bentuk amal sholeh adalah bekerja keras, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.d. Setiap perbuatan manusia akan dibalas sesuai dengan amal perbuatannya.B. Surat Al Jumu'ah {62} Ayat : 9 - 10 tentang Perlunya Keseimbangan antara Bekerja dan Beribadah. ) ###(#!% ] #! . , ) ,d. Mad Thobi'i ; yaitu mad (bacaan panjang), sesudahnya tidak terdapat hamzah atau tastid. Cara membacanya dibaca panjang satu alif. Contoh yang terdapat dalam ayat tersebut adalah : , 1 , ,, ( , e. Mad Jaiz Munfashil ; yaitu mad (bacaanpanjang) bertemu hamzah berharokat yang berbeda kata. Contoh yang terdapat dalam ayat tersebut adalah ; ( , ] 3. Isi Kandungan Surat Al Jumu'ah {62} ayat : 9 - 10Pada Surat Jumu'ah ayat: 9 - 10, menganjurkan untuk menyeimbangkan antara bekerja dan beribadah. Sabda Rosul SAW. ,(( , ( , (|( , , , 1 ( )(Artinya : Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besuk. ( H.R. Baihaqi). Pada ayat yang ke 9 Allah dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman apabila diseru untuk melaksanakan sholat jum'at bersegeralah mengingat Allah dan meninggalkan jual beli. Kita diperbolehkan mengejar mengejar kehidupan duniawi yang disimbulkan degan jual beli tetapi harus ingat bahwa tujuan hidup manusia hanyalah beribadah kepada Allah.Pada ayat yang ke 10 , ditegaskan apabila ibadah sholat telah dilaksanakan, maka kita dipersilahkan untuk melanjutkan aktivitas lagi untuk mencari karunia Allah. Hal ini memberi pengertian bahwa kita tidak boleh malas karena rizki Allah tidak datang dengan sendirinya. Potensi akal dan pikiran yang dimiliki oleh manusia hendaknya menjadi modal utama untuk meningkatkan produktivitas kerja secara inovatif, agar hidupnya lebih berkualitas. Adapun cara meningkatkan produktivitas kerja dapat dilakukan dengan :a. Rajin, ulet dan tidak mudah berputus asab. Meningkatkan inovasi dan kreativitasc. Belajar dari pengalaman untuk berbuat lebih baik di masa yang akan datangd. Memaksimalkan kemampuan diri dan selalu optimise. Berdo'a dan bertawakal kepada Allah.A. Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat !1. Dalam surat Al Mujadalah ayat : 11 Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan ..............a. beramal sholeh d. bersedekah dan menunaikan zakat b. bekerja keras e. beribadah c. berilmu pengetahuan2. Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya. Makna yang tersirat dari pernyataan tersebut adalah ..........a. semangat hidup d. etos kerja b. cita-cita yang mulia e. sifat pantang menyerah c. kepribadian yang baik3. Di bawah ini merupakan diskripsi dan sikap kerja keras, kecuali ............a. berusaha terus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan b. suka berangan-angan tentang kehidupan masa depan yang bahagiac. kegagalan menjadi cambuk untuk bekerja lebih baik lagid. tidak suka menunda-nunda pekerjaane. tugas dilaksanakan terprogram, , ( (((( 4. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah. Kata "berdirilah" dapat dimaknai sebagai perintah .................a. Shalat d. menunaikan zakat b. Bersedekah e. beribadahc. bekerja5. , kata tersebut mengandung hukum bacaan((.....................a. mad thobi'i d. idghom bilagunnahb. ikhfa' e. iqlabc. idghom bigunnah6. Salah satu manfaat bekerja keras dalam kehidupan sehari hari antara lain ........... a. sebagai sarana untuk meraih popularitasb. untuk mendapatkan pujian dari masyarakatc. Menghilangkan kehormatan diri, karena diperbudak hartad. memperkokoh karakter pribadi, tabah dan sabar dalam segala keadaane. memperlemah kesehatan tubuh dan mental7. Etos kerja memiliki pengertian ...........................a. bekerja menurut keahliannyab. tempat kerja yang baikc. waktu kerja yang baikd. semangat kerja yang baike. cara kerja yang baik8. Panjang angan-angan ( thulul amal ), adalah sifat yang dengan etos kerja ...........a. bertentangan d. serupab. sejalan e. berhubunganc. sesuai9. Di bawah ini yang mengandung hukum bacaan idghom bigunnah adalah .......... , ( 1 ( , ( , a. ( , d. ( _ 1 (e.( , ( b.c. , ( (, > ,10. Sikap kerja keras telah dicontohkan oleh Rosulullah SAW, sejak masa mudanya yaitu dengan .........a. berpolitik praktis d. bekerja di baitul malb. bertani e. penambang minyakc. bedagang , ( ( ( 11.makna yang tepat pada potongan ayat: 9 surat Al Jumu'ah adalah .... a. dan tinggalkanlah zikirmu d. dan tinggalkanlah sholatmub. dan tinggalkanlah jual beli e. dan dirikanlah sholatmuc. dan tinggalkanlah pekerjaanmu, pada potongan , ( 1 1 ( 12.ayat tersebut mengandung hukum bacaan ............a. izhar halqi d. idghom bigunnahb. ikhfa' syafawi e. ikhfa' haqiqic. idghom bilagunnah13. Tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT di dunia in adalah ............a. menikmati kehidupan duniawi d. beribadah kepada Allah b. memperkaya diri e. meyelamatkan duniac. menguasai manusia14. Perintah Allah SWT agar kita bekerja dan berusaha secara maksimal bertujuan agar kita dapat ..............a. hidup kekal d. menikmati hidup yang sepuas-puasnyab. memiliki harta yang melimpah e. menjalankan kholifah di muka bumic. dapat bersedekah 15. Yang dimaksud bertebaranlah kamu di muka bumi, dalam surat Al Jumu'ah ayat 10 adalah ...........a. himbauan untuk tidak mengelompok dan menekuni profesib. larangan untuk tetap tinggal di masjidc. menciptakan kreativitasd. jalan-jalan untuk mencari pengalamane. melakukan kerja produktif16. Pekerjaan jenis apapun tetap dipandang baik dan mulia selama.............a. mendatangkan hasil yang memuaskanb. tidak bertentangan dengan syariat Islamc. mendatangkan kepuasan bagi dirinya dan masyarakatd. dilakukan tidak karena terpaksa e. belum ada pilihan yang lebih baik17. Keseimbangan antara bekerja dan beribadah dalam kehidupan akan menciptakan pribadi seorang muslim yang ...............a. pemalas dan enggan berusahab. pekerja keras dan ahli ibadah yang taatc. pesimis dan berkarakter lemahd. serakah akan dunia dan lupa akhirat e. lupa dunia dan mementingkan akhirat18. Bekerja keras dengan kemampuannya masing-masing merupakan ............a. anjuran pemerintah d. kebiasaan orang beragamab. perintah agama c. kewajiban manusia hidupc. keutamaan beragama19. , pada potongan ayat tersebut mengandung hukum bacaan, ( , ...........a. ikhfak d. mad jaiz munfashilb. mad thabi'i e. idghom bigunnahc. mad wajib muttashil20. Untuk meningkatkan produktivitas kerja seseorang, salah satu hal yang harus dilaksanakan adalah ..........a. mengurangi jam kerjab. melakukan segala cara dan upayac meningkatkan inovasi dan kreativitasd. meningkatkan keimanan dan ketaqwaane. bekerja tanpa mengenal waktu B. Jawablah Pertanyaan Di Bawah Ini dengan Singkat dan Benar !1. Apa yang dimaksud etos kerja yang baik ?.......................................................................2. Apa persyaratan yang mendasar untuk meningkatkan produktififas kerja ?...................3. Jelaskan isi kandungan surat Al Qoshos ayat 77..............................................................4. Sebutkan identifikasi seseorang yang mempunyai etos kerja yang tinggi .? ..................5. Apa yang kamu ketahui tentang keseimbangan kerja dengan ibadah yang diungkapkan dalam surat jumuah ayat 9 : 10 ? ..................................................................................6. Tunjukkan kerja keras yang pernah dicontohkan oleh Rosulullah SAW .? .....................7. Jelaskan bekerja yang berorientasi pada proses .?............................................................8. Tuliskan ayat Al Quran yang mengisyaratkan produktifitas kerja .?..............................9. Untuk apa Islam memerintahkan umatnya bekerja keras mencari harta benda .? ...........10. Apa yang tersirat dalam surat Al Jumuah ayat 9-10 jelaskan ? ......ETOS KERJA ISLAMI[1] Nur Kholis, S.Ag, M.Sh.EcABSTRACTThis paper is about the concept of Islamic work ethos elaborated from Al-Quran and al-Sunnah. The concept of work ethos in Islamic economic perspective discovered by applying tafsir maudlui as a method ofanalysies. Thepaper foundthatthefoundationsof Islamic work ethosdividedinto three responsibilities, namely (a) responsibility to Allah SWT, (b) responsibility to himself, and responsibility to others. All of the responsibilitiesexplained in this paper entirely. Every muslim must work guided by the Islamic work ethos. Keywords: etos kerja islami, tafsir maudhui A.PendahuluanSuatufaktayanglazimdidapati dalamkehidupanduniawi yaitubahwamasalah pemenuhan kebutuhan material sering menjadi faktor yang dominan dalam kehidupan manusia yang bahkan kadang-kadang menempati prioritas utama dalam kehidupan. Hampir dapat dipastikanbahwapemilikanyangmenonjol terhadap kekayaan material, di samping faktor fungsi, kharisma, keturunan, selalu membawa pemiliknya kepada penerimaan status sosial tertentu.[2] Dengan demikian, tidak mengherankan jika sejarah kehidupan manusia selalu diwarnai oleh persaingan yang ketat dalam lingkup persoalan ini. Setiap manusia berjuang untuk mempertahankan hidup dan juga untuk mendapatkan kekayaan material. Manusia selalu mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan materialnya, bahkan kalau bisa lebih dari sekedar cukup. Kecenderungan untuk memperoleh dan memenuhi kebutuhan material adalah bawaan naluriah dan bagian dari sisi emosi manusia. Dalam hubungan ini, Max Weber memperlihatkan suatu sikap tentang perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan materialnya dengan konsep semangat kapitalisme, kata lain untuk menunjukkan manusia sebagai homo economicus.[3] Selain sebagai homo economicus, pada hakikatnya manusia juga disebut sebagai homo religius.[4] Penyebutan manusia sebagai hewan berpikir, atau hewan yang memenuhi ekonominya serta hewan yang beragama pada akhirnya dapat dilekatkan dengan pola dan karakter tiap-tiap manusia.Manusia dengan segala petensi yang dimilikinya, merupakan subjek dari maju mundurnya sebuah peradaban. Di samping manusia menjadi subjek, ia bahkan menjadi pemilik sah dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang. Sebagai homo economicus, manusia berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi, entah makanan atau harta untuk dirinya sendiri, keturunannya atau untuk orang lain.Dalamkerangkapemenuhankebutuhandanmembangunperadabanitu, manusia Indonesiadinilai memiliki dayasaingIndonesiayanglemahdibandingnegara-negara lain.Berdasarkan acuan sembilan pilar yakni 1) institusi publik baik dari pemerintah maupun swasta, 2) infrastruktur, 3) ekonomi makro, 4) kondisi pendidikandankesehatan.5)pendidikantinggi, 6)efisiensipasar, 7)penguasaan teknologi, jaringan bisnis, dan 9) inovasi, telah disusun daya saing bangsa oleh ForumEkonomi Dunia (World Economic Forum) tentangIndeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index atau GCI) tahun 2006-2007. Dalam laporan itu, posisi Indonesia berada pada peringkat ke-50 dari 125 negara. Ini menunjukkan bahwa daya saing Indonesia berada pada tingkat menengah. Di antara lima negara-negara ASEAN, peringkat Indonesia masih berada di bawah Singapura (peringkat ke-5),Malaysia(ke-26) danThailand (ke-35). Namun peringkat Indonesia masih lebih baik dibanding dengan Filipina (ke-71).[5]Perilakuekonomi termasukdi dalamnyaetos kerjadandayasaing, dinyatakan berkaitan dengan ajaran agama tertentu. Dalam tesisnya tentang Etika Protestan (Protestant Ethic)dan hubungannya dengan semangat kapitalisme, Max Weber mengatakan adanya hubungan antara ajaran agama dengan perilaku ekonomi, yakni keduanyasalingmempengaruhidandipengaruhiolehperubahan-perubahanyang terjadipadapranata-pranatayang membentuk masyarakat.[6]Dengan suatu fakta statistik, ia menjelaskan fenomena di dunia Eropa modern. Ia menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin perusahaan dan para pemilik modal, atau mereka yang tergolongsebagai buruhterampil (ahli) tingkat tinggi, terlebihlagi karyawan-karyawan perusahaan modern yang sangat terlatih dalam bidang teknis dan niaga, kebanyakan memeluk agama Protestan.[7] Dengan demikian, perkembangan di bidang ekonomi, terutama dengan munculnya semangat kapitalisme modem di dunia Barat, telah dipandang sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Menurut Weber, kapitalisme modern timbul sebagai hasil kumulatif kekuatan sosial, politik dan ekonomi, serta agama yang berakar jauh di dalam sejarah Eropa. Akan tetapi sejak masa reformasi sampai kira-kira abad ke- 18, pengaruh dari agama sangat menentukan. Weber telah menempatkan agama - khususnya agama Protestan -sebagai aktor determinan. Agama merupakan faktor yang berdiri sendiri dan berpengaruh. Inilah pendapatnya yang membedakan Weber dan Marx yang menempatkan agama pada posisi nomor dua dan dependen.[8] Dari paparan di atas, tampak alur tesis Weber tentang agama Protestan. Weber berkeinginan keras untuk mempertanyakan, atau mungkin lebih dari itu, mencari hubungan antara penghayatan agama dengan pola-pola perilaku. Weber setidak-tidaknya telah mengarahkan pada suatu model pemikiran atau pendekatan, yakni faktor struktural dan pola-pola pemikiran (ide dan nilai) harus dianalisis secara bersamaan dengan cermat. Antara perilaku perilaku agamis dan perilaku-perilaku ekonomi harus dipahami dengan sebaik-baiknya.Islam sebagai agama dan ideologi memang mendorong pada umatnya untuk bekerja keras, tidak melupakan kerja setelah beribadah,[9] dan, hendaknya kamu takut pada generasi setelahyangditinggal dalamkesusahanimandanekonomi.[10]Hadis Nabi juga menyatakan pentingnya generasi (umat) yang kuat ketimbang yang lemah dan tidak boleh menggantungkan diri pada orang lain (HRTurmudzi), serta beberapa ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk menjalankan kegiatan atau aktivitas ekonominya secara baik, profesional, sistematis, dan kontinyuitas. Misalnya, ajaran Islamyang telah menempatkan kegiatan usaha perdagangan sebagai salah satu bidang penghidupan yang sangat dianjurkan,[11]dengan menggunakancara-carayanghalal. Islamjugamenempatkanprinsipkebebasan pada tempat yang sentralnya guna mengejar tujuan keduniawian, namun serta merta juga mengharuskan umat Islam bekerja secara etik menurut norma yang secara garis besar telahdisuratkandandisiratkandalamal-Qurandanal-Hadis. Dari norma tersebut tampak bagian dan rangkaian sistem nilai yang mewajibkan manusia untuk bekerja keras.Mencermati usaha pembangunan nasional Indonesia, tampak dengan jelas suatu cara dalam menilai peranan agama di dalamnya. Bahwa hakikat pembangunan itu bukan semata-mata bersifat fisik, melainkan dinamika dan gerak majunya suatu sistem sosial dalam keseluruhan. Dalam konsepsi pembangunan semacam ini manusia dan motivasinya dalam bertindak di masyarakat dan dengan sendirinya juga agama sebagai motivasi sosial, mengambil suatu tempat yang sangat penting.[12] Agama tidak cukup dilihat sebagai fenomena historis semata-mata, tidak cukup potensi dinamika sosialnya saja yang dilihat dari luar, karena itu perlu dilihat dan diselami dari dalam (ajarannya). Besarnya peranan agama dalam pembangunan, memerlukan penelitian kehidupan beragama di Indonesia secara lebih seksama, mengingat kehidupan beragama merupakan ciri khas bangsa Indonesia.Keberhasilan kerja seseorang di antaranya ditentukan oleh adanya etos kerja yang tinggi dan berakar dalam dirinya. Dengan cara memahami dan meyakini ajaran-ajaran agama yang berhubungan dengan penilaian ajaran agama tersebut terhadap kerja, akan menumbuhkan suatu etos kerja pada diri seseorang. Pada perkembangan selanjutnya etos kerja ini akan menjadi pendorong keberhasilan kerjanya. Persoalannya bagaimana konsep etos kerja dalam Islam yang digali dari al-Quran dan al-Hadis.Berdasar latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan pokok persoalan yang dibahas dalamkajian ini adalah bagaimana konsep etos kerja Islami? Dengan demikian, tujuanpenelitianini adalah menemukan konsep etos kerja Islami secara komprehensif yang digali dari nash al-Quran dan al-Hadis yang didukung penjelasan-penjelasan denganmenggunakanilmubantu yang relevandengantemaetos kerja. Oleh karena itu data dan informasi yang digali dari berbagai sumber di perpustakaan kemudian dianalisis dengan metode tematik (tafsir maudui) yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghimpun ayat-ayat al-Al-Quran yang relevan dengan tema.b.Menyusun secara sistematis menurut kerangka pembahasan yang telah disusun.c. Memberikan uraian dan penjelasan dengan menggunakan ilmu bantu yang relevan dengan tema yang dibahas, dengan memahami sebab turunnya dan munasabat ayat selama tidak mempengaruhi pengertian yang ditonjolkan, dibantu dengan pejelasan dari al-Hadis.d.Melahirkan konsep yang utuh dari al-Al-Quran tentang etos kerja.[13] B. Makna dan Hakikat Etos KerjaEtos berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak, karakter.[14] Toto Tasmara memaknai ethos dengan sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja.[15] John M. Echols dan Hasan Shadily memaknai ethos adalah karakteristik, sikap, kebiasaan, atau kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok orang atau manusia.[16] Secara terminologis, ethos digunakan dalam tiga pengertian, yaitu: (1) suatu aturan umum atau cara hidup, (2) suatu tatanan dari perilaku, (3) penyelidikan tentang jalan hidup dan seperanngkat aturan tingkah laku.[17] Dari kata ethos, terbentuklah kata ethic yaitu pedoman, moral dan perilaku, atau dikenal pula etiket yaitu cara bersopan santun. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).[18] Menurut Verkyuil, perkataan etika berasal dari perkataan ethos sehingga muncul kata-kata etika. Perkataan ethos dapat diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin atau kecenderungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan.[19] Sedangkan menurut James J. Spillane SJ, etika memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas untuk menentuka kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.[20] Menurut Hamzah Yakub, etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan memperlihatkan amal perbuiatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.[21] Menurut Herman Soewardi, etika dapat dijelaskan dengan membedakan dengan tiga arti, yaitu (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.[22] Etika dalam tulisan ini lebih menekankan pada makna kedua.Pembicaraan tentang etika selalu berkaitan dengan agama, karena etika merupakan salah satu sumber etika yang diakui manusia secara universal. Tidak ada agama yang menempatkan etika pada posisi marginal yang tidak mengikat. Etika selalu menjadi inti ajaran yang harus diikuti dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.[23] Kerja adalah segala kegiatan ekonomis yang dimaksudkan untuk memperoleh upah, baik berupa kerja fisik material atau kerja intelektual.[24] Sedangkan menurut Toto Tasmara, kerja adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagi bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.[25] Sedangkan kerja keras berarti bekerja dengan segala penuh kesungguhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Toto Tasmara, tidak semua aktivitas manusia dapat dikategorikan sebagai kerja karena di dalam kerja terkandung dua aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu:1. Aktivitasnya dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga timbullah rasa tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas.2.Apa yang dilakukan tersebut dikerjakan karena kesengajaan, sesuatu yang direncanakan.[26] Bekerja sebagai aktivitas dinamis mengandung pengertian bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan oleh seorang muslim harus penuh dengan tantangan, tidak monoton, dan selalu berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mencarui terobosan-terobosan baru dan tidak pernah puas dalam berbuat kebaikan.[27] Istilah yang paling dekat pengertiannya dengan kerja keras adalah jihad, yang artinya berjuang di jalan Allah. Asal katanya jahada artinya bersungguh-sungguh. Sehingga jihad dalam kaitannya dengan kerja berarti: usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil optimal. Islam memandang bekerja secara halal juga merupakan jihad, sebagaimana hadits Rasulullah yang artinya: Mencari yang halal bagian dari jihad (HR Turmuzi). Al-Quran memandang bekerja keras adalah sangat penting. Hal ini di antaranya terdapat dalam An-Nisa: 95. Dan Al Quran memandang orang yang bekerja keras berarti sedang meniti jalan untuk menemui Tuhannya (Al Insyiqaq: 6).Apabila etos ini dihubungkan dengan kerja, maknanya menjadi lebih khas. Etos kerja adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata dengan arti yang menyatu. Makna khas itu adalah bahwa eos kerja merupakan concern pragmatis. Ia membentuk perilaku individual dan social masyarakat. Dapat pula bermkana semangat kerja yang menjadi cirri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok.[28] Selain itu juga sering diartikan sebagai setiap kegiatan manusia yang dengan sengaja diarahkan pada suatu tujun tertentu. Tujuan itu adalah kekayaan manusia itu sendiri, entah itunjasmani atau rohani atau pertahan terhadap kekayaan yang telah diperoleh. Dengan demikian etos kerja merupakan sikap atau pandangan manusia terhadap kerja yang dilakukan, yang dilatarbelakangi nilai-nilai yang diyakininya. Nilai-nilai itu dapat berasal dari suatu agama tertentu, adat istiadat, kebudayaan, serta peraturan perundang-undangan tertentu yang berlaku dalam suatu negara.Dengan kata lain, etos kerja dapat juga berupa gerakan penilaian dan mempunyai gerak evaluatif pada tiap-tiap individu dan kelompok. Dengan evaluasi itu akan tercipta gerak grafik mennajak dan meningkat dalam waktu-waktu berikutnya. Ia juga bermakna cermin atau bahan pertimbangan yang dapat dijadikan pegangan bagi seseorang untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil kemudian.[29] Ringkasnya, etos kerja adalah double standar of life yaitu sebagai daya dorong di satu sisi, dan daya nilai pada setiap indiividu atau kelompok pada sisi yang lain. Etos kerja, jika dikaitkan dengan agama berarti sikap atau pandangan atau semangat manusia terhadap kerja yang dilakukan, yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang agama yang dianutnya. C. Konsep Etos Kerja Islami Islam dengan Al-Quran sebagai kitab sucinya merupakan agama yang memiliki ajaran yang bersifat universal, abadi, dan sesuai untuk segala zaman dan tempat. Islam juga adalah agama yang mengatur dan memberikan petunjuk dalam tatanan hidup manusia dengan sempurna,[30] tidak terkecuali masalah-masalah bekerja yang erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi.Ekonomi dalam ajaran Islam bagaimanapun pentingnya tidak lebih hanya merupakan satu bagian dari keseluruhan aspek kehidupan manusia, sekalipun memang diakui sebagai bagian pokok dan amat berpengaruh. Namun demikian, ekonomi bukan satu-satunya unsur yang ada dalam kehidupan manusia di dunia.[31] Satu hal yang fundamental dalam ajaran Islam yang berbeda dengan ajaran lain adalah bahwa kegiatan ekonomi seperti juga kegiatan lainnya hanya sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat[32] dan eksistensi manusia akan memiliki makna jika keseluruhan aktivitas hidupnya didedikasikan kepada Allah. Sebagaimana firman Allah SWT yaitu: ) :97 (Artinya:Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An-Nahl: 97).Dalam ayat-ayat al-Quran terdapat ayat-ayat yang mengemukakan tentang nilai-nilai dan etika yang merupakan pedoman etos kerja dalam Islam. Di antara kandungan ayat-ayat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:NILAI DAN ETIKA AYAT & SURATA. NILAI-NILAI PRIBADI(AKHLAQ SYAKHSYIYYAH) 1. Jalan yang lurus1:6, 10:105, 11:112, 2:103, 33:60, 61:10-112 . Beriman, bertaqwa dan tawakkal 3:120, 3:125, 3:130, 5:2, 64:16, 20:132, 20:132, 20:135, 23:3, 58:103. Bercakap benar 2:10, 3:17, 45:7, 58:14, 70:33, 92:9, 96:164. Tiada dengki dan khianat 2:10, 3:19, 3:161, 8:27, 16:92, 16:94, 59:105. Ikhlas 2:264, 74:66. Sabar 2:45, 2:153, 2:155-156, 90:17, 3:17, 3:120, 8:65-66, 20:114, 22:357. Selalu bersyukur 2:172, 39:49, 57:23, 108:28. Hemat, cermat dan tidak boros 17:26-27, 25:679. Murah hati atau tidak bakhil 2:195, 2:268, 3:180, 25:67, 57:24, 59:910. Jujur pada diri sendiri dan orang lain2:9, 10:44, 10:54, 19:5411. Pemaaf 2:263, 3:134, 45:14, 12. Yakin2:10, 68:10, 72:6, 102:513. Adil2:282, 4:58, 4:135, 5:8, 70:33, 6:152, 16:9014. Tawadhu 2:212, 2:263, 4:5, 2:264, 107:6, 4:142, 7:206, 8:47, 15:8815. Amanah 4:58, 23:8, 70:3216. Berpengatahuan/berilmu 4:162, 17:36, 61:3&517. Sederhana 7:31, 17:110, 25:6, 55:818. Waspada dan berhati-hati 7:205, 9:69, 11:112, 8:22, 103:2, 17:11, 19:39, 21:1, 21:3, 103:319. Terus meningkatkan kualitas diri2:160, 9:112, 2:186, 2:195, 17:2920. Bersegera dalam melakukan kerja 18:2321. Menjaga kehormatan diri 23:5, 33:35, 70:2922. Tidak tamak dan loba 89:20, 100:823. Bersih 91:9-10B. MENGURUS HARTA1. Sumber harta yang halal 2:168, 2:172, 2:188, 3:75, 4:29, 4:161, 5:42, 5:42, 5:62, 9:34, 20:812. Membelanjakan harta untuk kebaikan, berzakat, dan bersedekah2:195, 3:17, 4:95, 58:13, 74:6, 9:34, 2:83, 2:110, 2:177, 98:5, 2:261, 2:267-272, 89:18, 3:92, 3:134, 64:16, 8:3 3. Wasiat harta 2:1804. Harta anak yatim 4:2, 17:345. Berusaha mencari rezeki 4:32, 17:29, 28:77, 29:62, 30:23 6. Harta merupakan perhiasan hidup, tidak boleh menjadi tujuan18:24, 18:32-42, 64:15, 111:2, 29:64, 36:9, 57:207. Tidak menggunakan harta untuk hal-hal yang tidak bermanfaat31:6, 104:1-4C. MENJALANKAN PERNIAGAAN1. Fokus 2:45, 73:62. Tidak memberi suap 2:1883. Tidak melakukan riba 2:275-276, 3:130, 4:1614. Tepat dalam menimbang dan menakar6:152, 17:35, 26:181-182, 55:9, 83:1-35. Menuliskan transaksi, terutama transaksi hutang2:2826. Memenuhi janji 2:83, 2:177, 3:76-77, 23:8, 5:1, 16:91-947. Tidak ambil keuntungan berlipatganda3:1308. Tidak memfitnah 8:73, 33:609. Ada saksi dalam perjanjian 2:282-28310. Mampu membuat skala prioritas 8:7, 62:9-11 11. Melayani customer dengan baik 12:5912. Memanaj waktu 10:67, 17:12, 27:86, 30:2313. Cermat dalam buat keputusan 49:6 C. INTERAKSI DENGAN MASYARAKAT 1. Sikap toleran terhadap penghutang 2:2802. Hormat menghormati 4:86, 17: 28, 24:28, 49:11, 58:113. Jangan dendam 5:2, 5:84. Tidak bersumpah palsu 5:44, 16:955. Saling membantu 8:73, 61:4, 68:25-296. Berkata baik 17:53, 31:18, 93:107. Bermusyawarah 42:388. Tidak merugikan orang lain 26:1839. Tidak berburuk sangka 49:1210. Menyantuni anak yatim 89:17, 93:9, 107:211. Saling menasehati90:17Sumber: Wan Sabri Wan Hussin (2003:5-87) dengan berbagai modifikasi dari penulisBerdasarkan paparan tabel tersebut di atas, etos kerja dalam Islam dapat diuraikan secara ringkasnya sebagai berikut:Dalam bekerja, seorang individu akan dihadapkan pada tiga tanggung jawab, yaitu, tanggung jawab terhadap Tuhannya (Allah SWT), tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan tanggung jawab terhadap orang lain. Dalam kaitannya dengan tanggung jawab terhadap Allah, dapat diperincikan sebagai berikut:1. Iman sebagai landasan bekerjaBekerjaadalahmanifestasi keimanan. Dengankatalain, porosdari kerjaadalah tauhid. Hal ini didorong oleh firman Allah: Dalamayat ini terkandungperintah(amar)yangberarti bahwahalituhukumnya wajib dilaksanakan. Ini artinya siapa pun mereka yang secara pasif berdiam diri, tidak mau berusaha untuk bekerja, maka dia telah menghujat perintah Allah, dan sadar atau tidak, sesungguhnyaorangtersebut sedangmenggali kuburkanistaanbagi dirinya sendiri. Iman kepada Allah mendasari setiap aktivitas kerja seseorang.Mengingat Allah melalui shalat, dengan menghentikan kegiatan bekerja bahkan di tengah-tengah kesibukan kita seperti diisyaratkan oleh ayat tersebut, mengandung rahasia tertentu.[33] Salah satu manfaatnya adalah menenangkan pikiran dan memberi kesempatan kepada seseorang untuk mampu mengendalikan diri, dari mabuk kerja (workaholic) yang mungkin dialami seseorang. Bahkan dengan ketenangan dan perenungan nilai-nilai yang luhur bisa terjadi proses penjernihan pikiran, kreativitas dan gagasan inovatif.[34] Dalam tekanan pekerjaan sehari-hari, pikiran seseorang seringkali terhanyut dan terdesak untuk menyelesaikan berbagai tugas yang datang silih berganti, dan pada saat bersamaan memikirkan langkah-langkah lain yang juga harus segera diatasi satu persatu. Hal ini membuat seseorang tampak bodoh dan serba salah. Ia tampak panik dan tertekan dengan berbagai tuntutan pekerjaan.Pada saat-saat semacam itulah seseorang sangat membutuhkan relaksasi, mengistirahatkan pikirannya sejenak untuk mencerdaskan kembali pikirannya dan memulihkan kecerdasannya untuk mendapatkan prestasi puncak.Relaksasi tersebut dilakukan dengan melaksanakan shalat sebagai sarana untuk mengingat Allah dan mendengar lagi suara-suara hati yang acapkali memberikan bisikan-bisikan ilahiyah sehingga kita akan menjadi bergairah dan peka kembali.[35]Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti email, fax, telepon, seluler, surat, telex, dan sebagainya membuat orang selalu merasa terdesak dan urgent. Kadang pada saat yang bersamaan ketika seseorang sedang sibuk bekerja, tiba-tiba telepon berdering, dan sekaligus fax masuk, pada saat itu juga ia harus mengalihkan pikirannya. Setelah selesai ia harus mengembalikan konsentrasinya pada pekerjaannya semula. Ini akan seperti ombak lautan yang terus menerus menghantamdirinya secara berkesinambungan dan tiada henti. Jika hal ini terus berkelanjutan terjadi tanpa pemecahan, maka akibatnya ia akan mengalami depresi, dan ia akan tampak bodoh bahkan secara jangka panjang kecerdasan otaknya akan menurun, bukan hanya kecerdasan emosinya saja yang terganggu. Kondisi stress tersebut ditambah lagi dengan masalah-masalah pribadinya di rumah seperti anak yang sedang saki, uang belanja yang sudah hampir habis padahal baru pertengahan bulan, tagihan telepon dan listrik yang belum terbayar, dan ditambah teguran atasan karena ia berbuat kesalah di kantor. Ini semua akan menjadikan semakin stressnya orang tersebut.Padahal menurut pendapat para ahli yang dikutip Ary Ginanjar, Dalam hubungan anatomi antara otak dan tubuh yang baru ditemukan, yang menghubungkan keadaan mental kita dengan kesehatan fisik, pusat-pusat emosi memainkan peran yang penting, terutama melalui jaringan penghubung yang sangat kompleks baik ke sistem kekebalan tubuh maupun sistem kardiovaskuler. Hubungan biologis ini menjelaskan mengapa perasaan-perasaan yang menekan, __sedih, frustasi, marah, tegang, cemas berlebihan__ melipatgandakan resiko penyakit jantung sampai ke tingkat yang membahayakan selama ia mengidap perasaan-perasaan tersebut.[36] Ary mengutip dari Cooper dan A. Sawaf (1998: 31) bahwa saat kelelahan dan ketegangan otot meningkat, tidak sedikit manusia yang kemudian terjebak dalam suasana hati yang tidak menyenangkan, sehingga kehilangan semangat dan keuletan. Masalah kecil terasa menjadi hambatan besar, penundaan semenit serasa satu jam, komentar main-main terasa sebagai celaan yang menyakitkan hati. Reaksi-reaksi itu menyebabkan hilangnya kewaspadaan. Hilangnya kewaspadaan, secara otomatis akan mempengaruhi kemampuan untuk memperhatikan apapun atau siapapun secara teliti dan sungguh-sungguh. Ini menyebabkan turunnya kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosi dan dapat mengganggu hubungan dengan orang lain walaupun orang tersebut tidak bermaksud demikian. Itu semua membuktikan bahwa bekerja yang dilandasi keimanan yang diimplementasikan dengan mengamalkan tuntutan keimanan, misalnya berupa shalat, dapat meningkatkan produktivitas dan optimalisasi kerja.Hal ini karena shalat akan berfungsi laksana wahana relaksasi yang menurut berbagai teori yang dikemukakan para pakar tersebut di atas, dapat mengembalikan vitalitas dan kecerdasan intelektual maupun emosional seseorang.Motivasi kerja dan optimisme untuk mencari rezeki bisa pula timbul bila mengingat firman Allah dalam al-Quran surat Al-Mulk: 15 yang artinya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu maka berjalanlah di segala penjuru dan carilah sebagian rezekinya.[37] Keimanan yang mendasari keyakinan bahwa Tuhan menciptakan bumi dan seisinya yang secara mudah diperuntukkan manusia, dan Tuhan telah menyiapkan di segala penjuru bumi itu rezeki bagi manusia yang mau berusaha dengan gigih untuk meraihnya, maka menjadikan manusia tidak mudah putus asa bila tidak berhasil dalam usahanya, karena yakin Tuhan masih menyediakan rezeki yang lain untuknya. Sebaliknya bila berhasil ia tidak mudah sombong karena keberhasilan itu bukan semata-mata disebabkan usahanya sendiri melainkan ada campur tangan Tuhan yang telah menyiapkan bumi untuk diri manusia. Landasan keimanan juga menghindarkan manusia untuk mengeksploitasi terhadap sumber-sumber alam dengan cara yang melampaui batas. Sesungguhnya rezeki Allah itu melimpah tak terbatas, namun Allah juga menetapkan takaran dan ukuran, sehingga manusia tidak bisa seenaknya saja melakukan eksploitasi melampaui batas. Hal ini bisa terjadi karena sifat manusia yang loba dan cenderung melampaui batas. Sebagaimana firman Allah yang artinya, Jika Allah melapangkan rezeki-rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, Padahal Allah mengatur apa yang dikehendakinya dengan ukuran-ukuran.[38] Oleh sebab itu, manusia harus bisa mengendalikan dirinya, antara lain dengan cara bersyukur yang berarti menyadari karunia Allah yang murah itu sehingga ia mampu bertindak rasional.[39] 2. Senantiasa BersyukurManusia diperintahkan untuk senantiasa bersyukur atas rezeki yang diperolehnya,[40] bersyukur karena terlepas dari mara bahaya dan dianugerahkan nikmat kehidupan.[41] Manusia tidak boleh menyombongkan diri atas kelebihan-kelebihan yang telah diperolehnya, karena semua itu hanya titipan dari Allah yang diberikan kepadanya.[42] Untuk mewujudkan rasa syukur itu, manusia diperintahkan untuk menunaikan shalat dan berkorban.[43] Dari perspektif psikologis, perasaan bersyukur akan memberi kepuasan pada diri sendiri, selanjutnya akan menghilangkan rasa resah jika memperoleh sesuatu yang dicita-citakan. Islam juga mengajarkan agar manusia melihat ke bawah yaitu mereka yang kurang bernasib baik supaya jiwa mereka tenang. Pengaruh kejiwaan terbesar yang muncul dari rasa bersyukur adalah ketenangan jiwa yang tidak bisa dibeli atau dinilai dengan uang. Sedangkandalamkaitannyadengan tanggung jawab individu pada diri sendiri dapat diperincikankan sebagai berikut:1. Bekerja sebagai kewajibanIslam mewajibkan manusia untuk bekerja. Bekerja bukanlah bertujuan untuk mendapatkanuangsematasehinggamampubelanjaapasajaataumemaksimalkan konsumsi, akan tetapi bekerja merupakan media untuk membuktikan bahwa manusia itu adalah khalifatullah yang patuh mengikuti perintah Allah SWT, sesuai dengan perjanjian manusia dengan Allah SWT di alam roh. Dalam hadis disebutkan, yang artinya Seseorang yang keluar mencari kayu bakar (lalu hasilnya dijual) untuk bersedekah dan menghindari ketergantungan kepada manusia, itu lebih baik dari seseorang yang meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau pun ditolak.Karena sesungguhnya tangan yang di atas (memberi) itu lebih baik daripada tangan di bawah (meminta). (HR Muslim).KhalifahUmarIbnKhattabpernah mengusir orang yang beribadah di dalam masjid yang membebankan nafkah untuk diri dan keluarganya kepada adiknya. Kata Sayyidina Umar r.a., adik orang itu adalah lebih baik dari orang itu yang tidak bekerja. Orang itu diusir dari masjid agar bekerja dan menanggung nafkahnya dan keluarganya sendiri. Kalaudilihat dari perspektif negara, bekerja adalah penting. Jika rakyat suatu negeri bekerja, makaberarti pengangguranberkurang. Jikapengangguranberkurang, maka masalah ekonomi dan sosial negara pun berkurang. Oleh karena itu, bekerja berfungsi mengurangi pengangguran. Berkurangnyapengangguranberkorelasi positif terhadap penghapusankemiskinandanmeningkatkankesetaraanekonomi. Itusemuamenjadi faktor penting dalammembangun negara. Dengan meningkatnya pekerjaan dan kurangnyapengangguran, pendapatanbrutonegaraakanmeningkat. Denganbegitu, negara itu dapat dikatakan ada perkembangan dan pembangunan.1.Bekerja harus halal dan baikDalam hadis disebutkan bahwa bekerja mencari rezeki yang halal hukumnya adalah wajib. Ini dimaksudkan agar manusia dengan berbagai unsurnya yaitu jasmani dan rohani dapat hidup secara sehat. Untuk sehat jasmani dan rohani, antara lain makanan harus thayyib dan halal. Thayyib artinya baik, bersih, dan tidak basi, masih valid, dan sebagainya. Ini syarat untuk sehat jasmani. Sementara halal, makanan yang halal adalah syarat untuk menjadi sehat rohani. Yang menjadi persoalan, karena besarnya KKN, terutama korupsi di Indonesia, maka di negara kita pasti sangat banyak makanan yang dibeli dari uang yang tidak halal.2. Menempuh jalan yang lurus (Sirat al-Mustaqim)Pada umumnya setiap manusia memiliki tujuan mulia yaitu menjadi manusia bermanfaat dan hidup secara sempurna serta berkecukupan. Banyak ayat al-Quran yang mendorong manusia untuk mencapai kesuksesan dan kebenaran dengan senantiasa beramal baik menuju harapan dan cita-citanya. Dalam mewujudkan cita-cita, manusia harus tetap berpegang teguh pada jalan Allah yang merupakan jalan yang lurus. Allah berfirman yang artinya, Tunjukilah kami jalan yang lurus.[44] Jalan lurus yang dimaksud adalah Jalan yang telah diberi nikmat Allah ke atas mereka, dan bukan jalan yang dimurkai, juga bukan jalan orang-orang yang sesat.[45]Untuk mendapatkan jalan yang lurus ini, al-Quran telah menjelaskan adanya tiga dasar yaitu: (1) mempercayai ajaran yang ghaib (rukun iman), (2) mengerjakan shalat dan (3) membelanjakan harta pada jalan kebajikan.[46] Jalan yang lurus dalam kehidupan dan perdagangan akan mendorong seseorang untuk berfikir secara strategis dan mempunyai fokus yang konsisten. McClelland telah membuktikan bahwa pedagang yang suskes adalah pedagang yang mempunyai motivasi untuk mencapai tahap kesuksesan tertinggi (high need for achievement).[47] Orang yang berada pada jalan yang lurus juga ikhlas dalam beramal. Bahkan dapat dinyatakan bahwa ikhlas dalam beramal merupakan sebagian ciri orang yang berada pada jalan yang lurus. Ini tercermin dari firman Allah yang artinya, dan (aku telah diperintahkan): Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.[48] 3. SabarSabar merupakan sifat terpuji yang sangat sering disebut dalam al-Quran. Dalam menjalani kehidupannya, manusia tentu akan menghadapi berbagai macam peristiwa, baik peristiwa yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Di antara peristiwa yang menyedihkan seperti kesempitan rezeki, kelaparan, bencana, dan lain-lain. Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, manusia diminta bersabar.[49] Jika manusia berdukacita menghadapi kesusahan-kesusahan, Allah memerintahkan mereka untuk menunaikan shalat, berdoa kepada Allah dan bersabar.[50] Apabila ditimpa musibah, hendaknya mengucapkan dan menghayati firman Allah: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jua kami kembali. (QS al-Baqarah: 156).Tujuan mengucapkan dan menghayati kalimat tersebut (istirja) adalah agar mendapatkan ketenangan. 4. Sederhana, tidak boros dan tidak membazirSalah satu sifat buruk manusia yang diceritakan dalam al-Quran adalah sifat suka melampaui batas,[51] lalu Allah berseru agar manusia sederhana pada pakaian dan makan minum,[52] bersederhana suara sewaktu berdoa,[53] sederhana dalam berbelanja.[54]5. Jujur Sikap jujur merupakan sikap ditekankan Islamdalamsemua aspek kehidupan.Penegasanal-Quranmengenai hal ini tercermindalamfirmanAllahyangartinya, Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akadmu.[55] Pada ayat yang lain, Allah berfirman yangartinya, Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu akan dimintai pertanggung-jawapan.[56]Ini semuamenunjukkanbahwaseseorangyang berjanji, harus memenuhi janjinya. Pemenuhan janji ini merupakan karakterisrik sifat jujur.Orang-orang yangtidakjujur, oleh al-Quran disebut sebagai orang-orang yang mencoba untuk menganiaya dan mendhalimi diri sendiri.[57] 6. Berkeyakinan dan optimisKeyakinan akan menghilangkan perasaan ragu (syak) di dalam diri manusia[58] dan syak adalah salah satu sifat orang munafik. Pendirian yang dimiliki seseorang haruslah dipegang teguh, jangan mudah terombang-ambing dan dipengaruhi oleh orang-orang yang justru berniat akan merusakkannya.[59] Untuk mendapatkan keyakinan dan sifat optimis ini, al-Quran telah memberikan guidance yaitu hendaknya seseorang itu mempunyai tujuan dan visi hidup yang jelas serta memiliki informasi yang memadai mengenai masa depan.[60] Keyakinan yang kokoh dan sikap optimis dalam memandang masa depan akan mendorong seseorang untuk senantiasa berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah SWT.[61]7. Berupaya terus meningkatkan kualitas diri8. BerilmuOrang yang memiliki ilmu cenderung lebih bijaksana dalam semua tindak tanduknya serta sikapdan keputusannya. Ilmudiperoleh melalui disiplin dankesungguhan belajar. Orang yangtidakberilmu atau kurang ilmu cenderung merasa minder atau rendahdiri. Orangyangmemiliki banyakilmu, tidakdisangsikanlagi akandapat menghasilkan tafakur yang berbobot. Oleh karena itu, Islam meletakkan Ilmu diatas segala-galanya. Dalam Al Quran, Allah telah berfirman yang artinya, Allah akan meninggikanorang-orangyangberimandiantaramudanOrang-orangyangdiberi ilmu pengetahuan beberapa derajat .[62]9. Bersifat waspadaSikap waspada sangat penting dimiliki oleh siapa saja, tujuannya agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian serta hal-hal negatif lainnya yang merugikan. Oleh karena itu, al-Quran menyeru agar jangan lalai,[63] yaitu lalai dari beribadah kepada Allah SWT,[64] lalai karena harta[65] dan terlupa akan datangnya hari pembalasan.[66]10. Tidak menunda pekerjaan dan menjaga kehormatan11. BersihKebersihanadalahsifat-sifat yangdimiliki orangyangsukses.[67]Kebersihanini berkait dengan kebersihan luar (jasmani) maupun dalam(ruhani).[68]Kebersihan adalahsebagiandari imansehinggaorangyangmenyatakanberimankepadaAllah harus menyucikan jiwanya dari pikiran-pikiran jahat untuk (bisa) menerima kenikmatan Allah. Sedangkan dalam kaitannya dengan tanggung jawab individu pada orang lain dapat diperincikankan sebagai berikut:1. Berzakat dan berinfaq Kemauan untuk berzakat dan berinfaq merupakan wujud tidak kikirnya seseorang. Rezeki yang didapatkan dari hasil kerja, sebagiannya ada yang berfungsi sosial yang instrumennya antara lain zakat dan infaq. Menafkahkan harta ditetapkan sebagai perbuatan baik, dan berpahala besar sebab sangat bermanfaat, baik bagi orang lain (kesalehan sosial) maupun bagi yang berinfak (kesalehan individu). Dengan infak itu kegiatan dakwah bisa dipertahankan, fakir miskin bisa terbantu, dan kehidupan rumah tangga bisa ditegakkan. Keutamaan kesalehan sosial itu ditunjukkan oleh sabda Nabi SAW yang artinya: Orang yang mengusahakan bantuan bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang yang sholat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yang tak pernah berbuka (Hadis Bukhori).Zakat merupakan salah satu antara ajaran Islam yang memiliki dimensi ganda yaitu spiritual dan material. Ajaran ini berdimensi sosial, yang berarti bahwa pemenuhan kebutuhan material, bukan hanya berorientasi pada situasi individual tetapi juga sosial. Dalam kerangka inilah prinsip zakat menjadi alternatif dalam membangun kekuatan ekonomi umat sekaligus menciptakan kesejahteraan dan iklim solidaritas sesama manusia. Untuk mencapai maksud tersebut, diperlukan perhatian pada dua tingkat, yaitu: Pertama, pada tingkat pelaksanaan zakat, dan kedua, pada tingkat pendayagunaannya. 2. Bercakap benarBercakap benar adalah salah satu tanda orang beriman, sedangkan orang yang bersumpah dusta, disebut sebagai orang munafik.[69] Orang munafik disebutkan oleh al-Quran sebagai orang yang bersalah[70] dan orang yang mendustai kebenaran.[71] Hal ini berlaku karena di dalam diri mereka ada penyakit syak dan hasad.[72] Mereka akan menerima balasan berupa siksa sebab dosa yang mereka lakukan.[73] Sesungguhnya orang-orang yang dikasihi Allah SWT ialah orang-orang yang benar perkataannya,[74] dan yang memberi keterangan dengan adil dan benar sebagai saksi.[75] 3.Menjauhi sifat hasad, tidak bakhil, amanah, adil, dan pemaafDalampelaksanaantransaksi, Islamjuga telah memberikanpanduan yangjelas agar menghasilkantransaksi yanghalal dantayyib, yaituterpenuhinyasyarat danrukun akad, adanyasalingrida[76]danmenghindari larangan-larangandalambertransaksi. Islam telah menggariskan jenis-jenisnya yaitu: (1) Membuat dan menjual barang-barang yang najis, seperti bangkai, babi, anjing, arak, tahi, kencingdanlain-lain. Barang-barangtersebut adalahharamli zatihi,karena Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah SWT jika mengharamkan suatu barang, maka harganya pun haram juga. (HR Ahmad dan Abu Daud). (2) Membuat barang-barang yang tidak bermanfaat dalam Islam (membawa kepada mafsadat danmaksiat) atauyangmendatangkankelalaianhinggamenyebabkan seseorang individu itu lupa untuk beribadah kepada Allah. (3) Transaksi yang mengandung unsur riba,[77] (4) Transaksi yang mengandung unsur gharar,[78] (5) Transaksi yang mengandung unsur perjudian[79] (6) Bay madum (7) Melakukan penipuan dalam transaksi. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis. Pada suatu hari Rasulullah SAW mengadakan inspeksi pasar. Rasulullah memasukkan tangannya kedalam tumpukkan gandum yang nampak baik, tetapi beliau terkejut karena ternyata yang di dalam tidak baik (basah). Rasulullah pun bersabda : Juallah ini (yang baik) dalam satu bagian dan yang ini (yang tidak baik) dalam bagian yang lain. Siapa yang menipu kami bukanlah termasuk golongan kami. (HR Muslim). (8) Membeli di atas belian orang lain. (9) Melakukan penimbunan (ihtikar), dan lain-lain.[80] D. KesimpulanDari paparan yang telah dikemukakan, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Islam sebagai agama dan ideologi mendorong pada umatnya untuk bekerja keras, namun tidak melupakan beribadah. Islam sebagai agama yang syamil dan kamil juga memberikan guideline tentang etos kerja yang menjadikan kerja itu bukan hanya sebagai mencari rezeki akan tetapi lebih dari berdimensi transendental dan sekaligus identitas kemanusiaannya itu sendiri. Etos kerja dimaknai sebagai sikap atau pandangan manusia terhadap kerja yang dilakukan, yang dilatarbelakangi nilai-nilai yang diyakininya. Nilai-nilai itu dapat berasal dari suatu agama tertentu, adat istiadat, kebudayaan, serta peraturan perundang-undangan tertentu yang berlaku dalam suatu negara.Tidak semua aktivitas manusia dapat dikategorikan sebagai kerja karena di dalam kerja terkandung dua aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu (1) aktivitasnya dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga timbullah rasa tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. (2) Apa yang dilakukan tersebut dikerjakan karena kesengajaan, sesuatu yang direncanakan. Oleh karenanya kerja adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagi bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya taat pada agamanya yang telah memberikan guidance prinsip-prinsip kerja Islami yaitu kerja harus ditegakkan diatas dasar taqwa, kerja menentukan nilai manusia, kerja ditentukan oleh kualitas bukan kuantitas, kerja harus dilakukan dengan ilmu,dan kerja melahirkan ilmu.Padasisi yanglain, sebagai seorangmuslim, jugasudahseharusnyadalambekerja selaludidasari olehetoskerjaIslami, yangberporoskanpadatigatanggungjawab, yaitu, tanggung jawab terhadap Tuhannya (Allah SWT), tanggung jawab terhadap diri sendiri, dantanggungjawabterhadap orang lain.Dalamkaitannyadengan tanggung jawabterhadapAllah, diantaranya adalah bahwa landasan bekerja adalah keimanan (kerja merupakan manifestasi keimanan) dan senantiasa bersyukur. Sedangkan dalam kaitannya dengan tanggung jawab individu pada diri sendiri antara lain: bekerja merupakankewajiban, bekerjaharushalal danthayyib, menempuhjalanyanglurus (sirat al-mustaqim), sabar, sederhana, tidak boros dan tidak membazir, jujur, berkeyakinan dan optimis, berupaya terus meningkatkan kualitas diri, berilmu, bersifat waspada, tidak menunda pekerjaan dan menjaga kehormatan, dan bersih. Sedangkandalam kaitannyadengantanggung jawabindividupadaorang lainantara lain: berzakat dan berinfaq, Bercakap benar, Menjauhi sifat hasad, tidak bakhil, amanah, pemaaf, dan adil. Dalam pelaksanaan transaksi juga harus memenuhi standar pemenuhan transaksi yang halal dan tayyib, yaitu terpenuhinya syarat dan rukun akad, adanya saling rida dan menghindari larangan-larangan dalam bertransaksi sebagaimana tersebut di atas. DAFTAR PUSTAKAAl-Quran dan Terjemahnya.Abd al-Haq Humaisy dan al-Husein Syawat,Fiqh al-Uqud al-Maliyyah.(Amman (Jordan): Dar al-Bayariq: 2001)Abdullah, Syamsuddin, Max Weber, Hidupnya, Karya-karyanya dan Sumbangannya, (Yogyakarta: Percet. UII, 1979)Abdullah, Taufik(ed), Tesis Weber danIslamdi IndonesiadalamAgama, dalam Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, cet. IV (Jakarta LP3ES, 1988)Agustian, AryGinanjar,RahasiaSuksesMembangunKecerdasanEmosi dan Spiritual ESQ, (Jakarta: Penerbit Arga, 2001)Ahmad, Zainal Abidin, Dasar-dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)Ahmadi, Abu, Sistem Ekonomi Islam Prinsip-prinsip dan Tujuannya, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980)al-Buraey, Muhammad Ahmad, Islam Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan, (terj.) (Jakarta: Rajawali Press, 1986)al-Sadi, Abdurrahman bin Nashir, Taysir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 2002)Asyari, Musa, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat,(Yogyakarta: Lesfi dan IL, 1997)Budi Susanto, dkk, Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis, (Yogyakarta: Kanisius, 1992)Chapra, M. Umer,IslamdanTantanganEkonomi,(terj. dariIslamandthe Economic Challenge) (Surabaya: Risalah Gusti, 1999)Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Dedikbud, 1988)Ganang, Imran, Menggugah Proesionalitas dan Etika Bisnis, dalam Manajemen, Mei, 1994)Giddens, Athony,KapitalismedanTeoriSosialModern:Suatu Analisa Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, diterjemahkan untuk edisi Indonesia oleh Suheba Kamadibrata, (Jakarta: UI Press, 1985)H.H. Gerth and C. Wright Mills,FromMax Weber: Essays in Sociology, translatedandeditedbyH. H. GerthandC. W. Mills, (NewYork: Oxford University Press, 1967) Hornby, AS,Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English.(London: Oxford University Press, 1974).Ignas Kleden, Oposisi dalamPolitikIndonesia, dalamTIMMAULA,Jika Rakyat Berkuasa, Upaya Membangun Masyarakat Madani dalam Kultur Feodal,(Bandung: Pustaka Hidayah, 1999)Izutsu, Toshihiko,Konsep-konsep Etika Religius dalamAI-Al-Quran, (Terj.) Agus FH, dkk, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993) John M. Echols dan Hasan Shadily,Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta: Gramedia, 2000)Kahf, Monzer, A Contribution to the theory of Consumer Behaviour in Islamic Society dalam Sayyid Tahir et al. (ed), Readings in Microeconomics An Islamic Perspective. (Petaling Jaya: Longman Malaysia, 1992).Karim, Adiwarman,Ekonomi MikroIslami,(Jakarta: IIITdanKarimBisnis Consultan, 2002)Katsir, Ismail bin Umar bin, Tafsir Ibnu Katsir, (Riyad: Darussalam, cet. V, 2001)Khamami Zada,Zakat danTransformasi Masyarakat,Kompas, 14Desember 2001.Khan, M. Fahim, Theory of Consumer Behaviour in Islamic Perspective, dalam SayyidTahiretal.(ed),ReadingsinMicroeconomicsAnIslamicPerspective.(Petaling Jaya: Longman Malaysia, 1992)Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, (Bandung: Mizan, 1997)M.B Hendri Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami. (Yogyakarta: EKONISIA, 2003).Maksum, H.M Nur, Tesis, Magister Studi Islam UII Yogyakarta, 2001Marbun, B. N., Seri Manajemen, No. 54 (Jakarta: LPPM, 1980), diolah oleh M. Dawam Rahardjo, Etika Ekonomi & Manajemen, cet. 1 (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990)Marshall, Gordon,InSearchof theSpirit of Capitalism: AnEssayonMax Webers Protestan Ethic, (New York: Columbia University Press, 1982)McClelland, Human Motivation. (Gleenview III: Scott Foresman, 1985).Michael C. Hudson, Islam dan Perkembangan Politik, dalam John L. Esposito (ed.),Islamdan Perubahan Sosial Politik di Negara Sedang Berkembang,(Yogyakarta: PLP2M, 1985)MubarakMuhammad,Al-Iqtishad: Mabadi waQawaidAmmah, (TTP: TP, 1997)Muhadjir,Noeng,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta: Rake Sarasin, Edisi IV, cet. 1, 2000) Muhamad, Ali Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1998)Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, (Yogyakarta: BPFE, 1996) Nur Sholihin El-Pas,Mempersoalkan Hubungan Zakat, Pajak Dan Negara, , 20 Desember 2001.Pasaribu, Rudolf, Teori Etika Praktis, (Medan: Pieter, 1988)Poerbakawatja, Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976)Qutb, Muhammad, Jahiliyah Masa Kini, (terj.) (Bandung: Pustaka Bandung, 1985)Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedi Al-Quran, (Jakarta: Paramadina, 1996)Sasono, Adi, dkk, Solusi Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998)Shihab, Quraish, Membumikan al-Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), hl. 114-115. Lihat pula Mustofa Muslim, Mabahis fi al-Tafsir al-Maudlui, (Damaskus: Daar al-Qalam, 1989)Sholeh, Moh.,Tahajud Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran,(Yogyakarta: HIMANDA dan Pustaka Pelajar, 2001)Sobary, Mohamad, Kesalehan dan Tingkah Laku Ekonomi, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995)Soejatmoko, Iman, Amal danPembangunandalamSenPrisma, Agamadan Tantangan zaman (Jakarta: LP3ES, 1985)Suhaili, Abdullah, Dasar-dasar Ekonomi dalam Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1984)Syawat, Abd al-Haq Humaisy dan al-Husein,Fiqh al-Uqud al-Maliyyah.(Amman (Jordan): Dar al-Bayariq, 2001)Tasmara, Toto,EtosKerjaPribadi Muslim,(Jakarta: PTDanaBhakti Wakaf, 1995)___________,MembudayakanEtosKerjayangIslami,(Jakarta: GemaInsani Press, 2002)Taufiqullah, Zakat, Pajak Dan Ekonomi Islam,http://www.pikiran-rakyat.com/prcetak/ 122001/04/0801.htm, 4 Desember 2001.Turner, BryanS.,Sosiologi Islam: SuatuTelaahAnalitisAtasTesaSosiologiWeber, diterjemah oleh GA Tocialu, (Jakarta: Rajawali Press)Wach, Joachim,The Comparative Study of Religion, (NewYork: Columbia University Press, 1958)Weber, Max,TheProtestant EthicandtheSpirit of Capitalism, translatedby Talcott Parsons, (New York: Charles Scribners, 1958)WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986).Yakub, Hamzah, Etika Islam, (Bandung: CV Diponegoro, 1983) BIODATA SINGKAT PENULIS Nur Kholis, lahir di Blitar, 1 Nopember 1977Pekerjaan: Dosen tetap UII dan Aktivis Pusat Studi Islam UII (PSI-UII)Alamat Kantor: Prodi Ekonomi Islam FIAI UII, Jl. Kaliurang km 14,5 Yk telp. (0274) 898462, HP:08156883480 Pendidikan dasar dan menengah diselesaikan di Blitar. Selama menyelesaikan pendidikandasar danmenengahtersebut, jugamenempuhpendidikandi madrasah diniyah dan pondok pesantren MADIS Kasim Selopuro Blitar. Kemudian melanjutkan studi denganmondokdi pesantrenmodernyangdikenal sebagai MAPKdi Jember, lulustahun1996. Setelahitumelanjutkanstudi kePesantrenUnggulanUniversitas Islam Indonesia angkatan pertama, di samping kuliah di Fakultas Ilmu Agama Islam UII, lulus tahun 2000 dengan predikat wisudawan terbaik dan tercepat, IPK 4,00. Pada tahun 2004, melanjutkan studi S2 keProgramPascasarjana Departemen Syariah Ekonomi, University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia, tahun 2004 2005, (selesai 3 semester), lulus tercepat dengan IPK 3,92.Saat ini diamanahi untuk menjadi ketua program studi ekonomi Islam FIAI UII.Penulis telahterlibat dalamdiskursus ilmiahtingkat internasional yangdibuktikan dengan telah dipresentasikannya paper karyanya dalamThe First InternationalConferenceonInclusiveIslamicFinancial SectorDevelopment: EnhancingIslamic Financial Services for Micro and Medium Sized Enterprises, di The Empire Hotel and Country Club, Brunei Darussalam, 17-19 April 2007 yang lalu. Pada 3-5 April 2006 juga telah mempresentasikan papernya dalamInternational ColloquiumINCEIF ISLAMIC BANKING AND FINANCE EDUCATIONAL COLLOQUIUM 2006, Creating Sustainable Development of Human Capital and Knowledge in Islamic Finance Through Education, di Kuala Lumpur Convention Center, Kuala Lumpur, Malaysia. Pendidikan informalyangpernah ditempuhnya antara lain: Pendidikan Kader Ulama Majlis Ulama Indonesia (PKU-MUI) Tingkat Nasional Angkatan Ke-7 di Jakarta, tahun 1997 1998 (lulus dengan predikat wisudawan terbaik, IPK 4,00), The Summer Camp of Student Leadership from the Universities of the Islamic World di Jordan, tahun 1999, Pelatihan Kepengacaraan oleh ISMAHI se-Indonesia di UNDIP Semarang, tahun 1999, PelatihanKuasaHukumdi LingkunganPeradilanAgamaAngkatanIVdi Parung Bogor, tahun 2000,DaurahMukassafahli kibari al Duatyangdiselenggarakan KedubesArabSaudi di Bogor, tahun2002, danlain-lain. Aktif mengikuti berbagai seminar, pelatihan, dan penataran. Karir menulisnya dimulai sejak di MAPK, kemudian dikembangkan pada masa kuliahnya, denganmenjadi Juara I LombaKaryaTulis Ilmiah(LKTI) mahasiswa Tingkat Nasional, tahun 1999, Juara I Lomba Esai Mahasiswa Tingkat Nasional, tahun 2000, Juara I LKTI tingkat UII, tahun 1999 dan Juara I LKTI tingkat FIAI UII. Hingga sekarang aktif menulis, sebagian tulisannya dimuat di harian Nasional Jawa Pos, Radar Jogja, Republika, Jurnal MILLAH Magister Studi Islam UII, Jurnal AL MAWARID, Jurnal Mukaddimah, Buletin ISLAMIYAH, Bulletin Religia, Majalah Pilar Demokrasi, Buletin Responsif, dan lain-lain. SejakApril 2001menjadidosentetap UII. Selain mengajar sebagaidosen UII, juga melakoni peran sebagai aktivis Pusat Studi Islam Universitas Islam Indonesia.Pernah menjadi Program Officer untuk Penguatan Nilai-nilai Demokrasi dan Pluralisme pada MPKUII(kerjasamaPSIdanTheAsiaFoundation)Sept 2003-Mei 2004. Selain mengajar di programsarjana, penulis juga dipercaya untuk mengajar program pascasarjana MSI UII konsentrasi Hukum Bisnis Syariah sejak pertengahan 2006.Demikian sekilas biodata penulis yang disusun dengan sebenar-benarnya.Yogyakarta, 26 April 2007 Hormat saya, Nur Kholis, S.Ag, M.Sh.Ec [1] Paper ini dimuat dalam Journal Mukaddimah (accredited), Kopertais Wilayah III dan PTAIS DIY, No. 22, Th. XIII, 2007. Penulis adalah Dosen Tetap Universitas Islam Indonesia, Prodi Ekonomi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam UII Yogyakarta. Ia menyelesaikan program pascasarjana (S2) di Department of Syariah Economic, University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Pada 17-19 April 2007 telah mempresentasikan papernya dalam The First International Conference on Inclusive Islamic Financial Sector Development: Enhancing Islamic Financial Services for Micro and Medium Sized Enterprises, di The Empire Hotel and Country Club, Brunei Darussalam. Pada 3-5 April 2006 juga telah mempresentasikan papernya dalam International Colloquium INCEIF ISLAMIC BANKING AND FINANCE EDUCATIONAL COLLOQUIUM 2006, Creating Sustainable Development of Human Capital and Knowledge in Islamic Finance Through Education, di Kuala Lumpur Convention Center, Kuala Lumpur, Malaysia. Saat ini diamanahi untuk menjadi ketua program studi ekonomi Islam FIAI UII. [2] Joachim Wach, The Comparative Study of Religion, (New York: Columbia University Press, 1958), h. 129-134.[3] H.H. Gerth and C. Wright Mills, From Max Weber: Essays in Sociology, translated and edited by H. H. Gerth and C. W. Mills, (New York: Oxford University Press, 1967), h. 3-31. Lihat juga Syamsuddin Abdullah,Max Weber, Hidupnya, Karya-karyanya dan Sumbangannya, (Yogyakarta: Percet. UII, 1979), h.32-51; Gordon Marshall, In Search of the Spirit of Capitalism: An Essay on Max Webers Protestan Ethic, (New York: Columbia University Press, 1982), h. 23.[4] M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Quran, (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 86; Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep Etika Religius dalam AI-Al-Quran, (Terj.) Agus FH, dkk, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. ix.[5] Harian Umum REPUBLIKA, Senin, 05 Maret 2007.[6] Abdullah, Taufik (ed), Tesis Weber dan Islam di Indonesia dalam Agama, dalam Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, cet. IV (Jakarta LP3ES, 1988), h. 4[7] Max Weber, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, translated by Talcott Parsons, (New York: Charles Scribners, 1958), h. 35.[8] Bryan S. Turner, Sosiologi Islam: Suatu Telaah Analitis Atas Tesa Sosiologi Weber, diterjemah oleh GA Tocialu, (Jakarta: Rajawali Press), h. 7.[9] QS Al-Jumuah: 10[10] QS An-Nisa: 9.[11] QS An-Nisa: 29.[12] Soejatmoko, Iman, Amal dan Pembangunan dalam Sen Prisma, Agama dan Tantangan zaman (Jakarta: LP3ES, 1985), h. 4.[13] Shihab, Quraish, Membumikan al-Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), hl. 114-115. Lihat pula Mustofa Muslim, Mabahis fi al-Tafsir al-Maudlui, (Damaskus: Daar al-Qalam, 1989), h. 114-115.[14] Hornby, AS, Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English. (London: Oxford University Press, 1974), h. 292.[15] Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 25.[16] John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 109.[17] Musa Asyari, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Lesfi dan IL, 1997), h. 34.[18] WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), h. 278.[19] Rudolf Pasaribu, Teori Etika Praktis, (Medan: Pieter, 1988), h. 2.[20] Budi Susanto, dkk, Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 42; Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), h. 82.[21] Hamzah Yakub, Etika Islam, (Bandung: CV Diponegoro, 1983), h. 13.[22] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Dedikbud, 1988), h. 7[23] Imran Ganang, Menggugah Proesionalitas dan Etika Bisnis, dalam Manajemen, Mei, 1994, h.4.[24] Mubarak Muhammad, Al-Iqtishad: Mabadi wa Qawaid Ammah, (TTP: TP, 1997), h. 35.[25] Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja yang Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 27.[26] Ibid.,h. 24-25.[27] Musa Asyari, (1997), op.cit.,h. 25.[28] Depdikbud, 1988, op.cit., h. 272.[29] Taufik Abdullah, 1988, op.cit., h. 3.[30] Q.S Ali Imran: 3[31] Muhammad Qutb, Jahiliyah Masa Kini, (terj.) (Bandung: Pustaka Bandung, 1985), h. 18.[32] Q.S. al-Qasas: 27[33] Lihat uraian dan gambaran yang lebih lengkap dan panjang lebar dalam Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, (Jakarta: Penerbit Arga, 2001) dan juga Moh. Sholeh, Tahajud Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran,(Yogyakarta: HIMANDA dan Pustaka Pelajar, 2001).[34] M. Dawam Rahardjo, 1996, op.cit., h. 589.[35] Ary Ginanjar Agustian, 2001, op.cit., h. 194-195.[36] Ibid.[37] QS. Al-Mulk: 15.[38] QS As-Syuro: 27.[39] QS. Al-Baqarah: 152.[40] QS al-Baqarah: 172[41] QS al-Zumar : 49[42] QS al-Hadid: 23.[43] QS al-Kausar: 2[44] QS al-Fatihah: 6.[45] QS al-Fatihah: 7[46]QS al-Baqarah: 3[47]McClelland, Human Motivation. (Gleenview III: Scott Foresman, 1985), h. 129.[48] QS Yunus: 105.[49] QS al-Baqarah: 155; QS al-Hajj: 35; QS al-Ruum: 37; QS Luqman: 17; QS al-Fajr: 1).[50] QS al-Baqarah: 45 dan 153.[51] QS al-Alaq: 6[52] QS al-Araf: 31[53] QS al-Isra: 110[54] QS al-Furqan: 67[55] QS al-Maidah: 1.[56] QS al-Isra: 34.[57] QS al-Baqarah: 9; QS Yunus: 44.[58] QS al-Baqarah: 10.[59] QS al-Qalam: 10.[60] QS al-Takasur: 5[61] QS al-Jin: 6[62] QS. Al Mujadilah: 11[63] QS al-Araf: 205[64] QS al-Maun: 5[65] QS al-Munafiqun: 9; QS al-Takasur: 1[66] QS Maryam: 39; QS al-Anbiya: 1; al-Qalam: 33[67] QS al-Syams: 9[68] QS al-Syams: 10.[69] QS al-Mujadilah:14[70] QS al-Alaq: 16[71] QS al-Lail: 9[72] QS al-Baqarah: 10[73] QS al-Jatsiyyah: 7[74] QS Ali Imran: 17[75] QS al-Maarij: 33[76] QS An-Nisaa: 29[77] QS al-Baqarah: 275[78] Q.S. al-Nisa (4): 29[79] Q.S. al-Maidah (5): 90[80] Abd al-Haq Humaisy dan al-Husein Syawat, Fiqh al-Uqud al-Maliyyah. (Amman (Jordan): Dar al-Bayariq: 2001), h. 52-59.Setiap bangsa mempunyai pandangan hidup, entah hal itu disadari atau tidak. Pandangan hidup yang dimilikisuatu bangsa itu khas dan mempengaruhi bagaimana prilaku dan budaya bangsa yang bersangkutan. Semangat kerja pun dipengaruhi oleh pandangan hidup sehingga dalam kajian tentang suatu masyarakat dikenal istilah etos kerja, yaitu semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seorang atau suatu kelompok.Demikian pula dengan Islam yang mempunyai ajaran tertentu. Pandangan Islam ataupemeluknya tentanghubungan manusia dengan Tuhan jugamempengaruhi etos kerjaorangyangbersangkutan. Orang yangberpandangan bahwaAllah menentukan nasibsemuamanusia danmanusia tidak diberikekuasaanuntukmengubahnya tentu akan mengakibatkan tingkat etos kerjanya rendah. Sebaliknya, orang yang berpandanganbahwaAllahmemberi kebebasanmanusiauntukmengubahnasibnya sendiri tentu akan mengakibatkan etos kerja yang tinggi.A. Pengertian Etos KerjaEtos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupunbanyakkendalayangharusdiatasi, baikkarenamotivasi kebutuhanatau karena tanggungjawab yang tinggi.B. Sikap Kerja Keras Sikapkerjakeras danberusahauntukmengubahnasib, rajin, dansungguh-sungguhdalammelakukanpekerjaanmerupakananjurandankewajibanbagi insan yang beragama Islam.Agama merupakan motivasi dan sumber gerak serta dinamika dalam mewujudkan etos kerja. Islam menyuruh manusia untuk bekerja dan mengubah nasibnya sendiri. Manusia wajib berusaha dan berikhtiar untuk mewujudkan kesejahteraandankebahagiaanmasing-masing. Memanghanyamanusiayangmau berusaha, bekerja keras, dan sungguh-sungguh yang akan meraih prestasi, baik kesuksesan hidup di dunia maupundi akhirat. Ada beberapa sikap mental yang mencerminkan sikap ini antara lain:1. Proaktif, yaitu sikap yang ingin mengubah lingkungan, mengubah keadaan yang ada, atau membuat suasana lebih kondusif. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar Raad ayat 11 berbunyi:Artinya:Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaumsehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapatmenolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Lihat Al-Quran on line di goole2. Memulai suatu pekerjaan dengan setelah sempurna dalam pikiran. Kegiatan seperti ini kegiatan yang mengacu kepada visi, misi dan tujuan yang ingin dicapaidarikegiatantersebut. Hal ini menggambarkan bahwa pekerjaan tersebut tergantung niat masing-masing. Usaha itu akan dipengaruhi kesungguhan mengerjakan dan niatnya sesuai denga Firman Allah dalamAl Quran yang berbunyi sebagai berikut.Artinya:Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.(Q.S. AnNajm:39) Lihat Al-Quran on line di goole Dengan keterangan ayat diatas maka jelaslah bahwa manusia mempunyai keharusan untuk berusaha dan mampu mengubah kondisi sendiri dari kemunduran danketerbelakanganuntukmenujukepadakemajuan. Suatuprestasi kerjadan keberuntungan tidak dapat diraih dengan mudah oleh seseorang, melainkan melalui usaha dan kerja keras yang dibarengi idealisme dan optimisme yang tinggi. Bekerja keras bagi manusia merupakan keharusan dan panggilan hidup manusia. Jika kita berusaha dengan baik serta diiringi dengan hati yang ikhlas karena Allah maka hal itu termasuk ibadah dan perbuatan yang berpahala. 3. Selesai mengerjakan suatu pekerjaan beralihlah kepada yang lainKita harus selalu mengatur waktu untuk mengerjakan pekerjaan sehingga tidak ada waktu yang terbuang, membuat nilai waktu itu maksimal, baik untuk urusan dunia ataupun akhirat. Karena waktu itu laksana pedang apabila kita tidak menggunakannya ia akan memotong kita tanpa menunggu, waktu tak pernah berhenti. Sesuai Firman Allah dalam surat Al-Insyirah ayat 6 dan 7 berbunyi:Artinya: Maka apabila telah menyelesaikan suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain, dan kepada Tuhanmu gemar dan berharaplah! ( Al-Insyiroh ayat 7-8 ) LihatAl-Quran on line di goole4. Mewujudkan Sinergi, saling bekerjasama mencapai tujuan.Kejelekanyangterorganisir bisamengalahkankebaikanyangtidakterorganisir. Itu rahasiamengapaRasulullahmendidikumatuntukselaluberjamaahdalamsholat. Kerjaaanyangberat biladigotongbersama-samaakanmenjadi ringan, pekerjaan yang susah akan menjadi mudah. 5. Sibuk memperbaiki diri sendiri, tidak memiliki waktu untuk mencela orang lain.DalamIslamsetiap perbuatan manusia mempunyai nilai positif bagi kehidupan manusia. Karenaitusetiapmuslimtatkala melakukankegiatan, harus ada nilai tambah yang bermanfaat, baik bagi dirinya ataupun orang lain. Inilah yang dinamakanamal shaleh. Ratusankali Al Quranmengulang-ulangkalimat amal shaleh, hal ini menunjukkan betapa kerja keras mendapatkan perhatian yang sangat penting bagi kehidupan setiap muslim.Al Quran menggambarkan bahwa manusia memiliki peran besar yang dapat membawa kebangkitandankeruntuhanjalannyasejarah. Peranpentingini didasari karena manusiamemiliki unsur-unsuryangmenyatuluardandalamsehinggaperubahan sejarah dan kehidupanmanusia sendiri berada dipundaknya. Unsur luar adalah jasmani dan bentuk lahiriah, sedangkan unsur dalamadalah perpaduan antara pandangan hidup, tekad, kehendaknya. Meskipun kedua unsur itu harus sama mendapat pembinaan, namun Al Quran menekankan bahwa unsur dalam harus dapat perhatian lebih. Allah Berfirman sebagai berikut :Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan suatu kaumsampai mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri mereka ( Q.S. Ar. Raad ayat 11) Lihat Al-Quran on line di gooleBerdasarkanayatini, keberhasilan atau kegagalan tergantung pandangan hidup yang dimilikinya. Ada yang terbatas, sempit dan sementara namun ada juga yang luas dan jauh kedepan. Bagi muslimdiajarkan untuk memiliki pandangan hidup yang mendunia dan berwawasan keakhiratan.B. Produktivitas KerjaManusia sebagai insan individual dan sosial selalu mempunyai keinginan untuk meningkatkankemajuansertataraf hidupnya. Kebutuhan-kebutuhanhidupnyaselalu inginterpenuhi dengan berbagai macamcara. Supaya keinginan tersebut tercapai dengan baik, Allah memerintahkan kepada mahkluk-Nya agar berusaha dan berkarya supaya mendapatkan rezeki yang halal dan tayyibah (baik) sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai berikut. Artinya: Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamudi muka bumi, dan carilah karuniaAllah(rezeki) dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. (Q.S. Al Jumuah:10) Lihat Al-Quran on line di gooleDalam ayat lain Allah menjelaskan: Artinya: Maka apabila kamu telah selesai (darisuatuurusan)kerjakanlahdengansungguh-sungguh(urusan)yanglain. (Q.S. AlInsyirah :7) Lihat Al-Quran on line di gooleKedua ayattersebutmengingatkan kepada kita bahwa ibadah itu bukan hanya shalat saja, tetapi bekerja mencari nafkah atau rezeki itu pun termasuk ibadah jika dilakukan denganikhlasdan hanya mencari keridaan Allah semata. Kemudian, kita harus rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja.Dalamayat tersebut jugatersirat denganjelasbahwakitatidakbolehkosongdari kegiatan. Kitaharusaaktifkarena pekerjaan yang kita lakukan harus bervariasi agar kejenuhan tidak hinggap pada diri kita. Itulah sebabnya Allah mengingatkan kita agar kita rajin dan sungguh-sungguh serta berusaha untuk maju sesuai dengan kemampuan kita sebagaimana sabda Rasulullah Saw. berikut ini.Artinya: Abu Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah Saw: Biarkanlah aku,selama aku membiarkan dalam kebebasanmu, maka sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan umat yang sebelummu dahulu, karena kebanyakan pertanyaan mereka dan menyalahipadaparanabi-nabimereka. Maka apabila aku mencegah kamu sesuatu tinggalkanlah perkara itu. Dan jika aku perintahkan suatu perintah, kerjakanlah sekuattenagamu. (H.R. Bukhari dan Muslim)Hadis tersebut memperjelas keharusan untuk rajin dan sungguh-sungguh dalam mekakukan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan kemampuan sehingga pekerjaanitumemiliki nilai produktivitasyangtinggi. Bukansajayangmelakukan pekerjaan itu yang untung, tetapi keuntungan tersebut. Keuntungan yang diraih seseorangituadabagianbagi oranglain. Apakahitukeuntungandari bertani atau berdagang, dan sebagainya, seperti dengan zakat dan infak.Kerja produktifadalah kerja yangmenghasilkan nilai tambah. Produktifitas kerja berkaitan dengan hasil yang lebih besar ketimbang sumber daya yang ada. Jika banyak orangsenaga tenaga kerja, tetapi sedikit hasil maka yangdemikiandisebut tidak produktif. Semangat dalam bekerja adalah modal utama dalam produktifitas. Semangat dalambekerjaharusmenjadi ciri khas(etos) setiapmuslimkarenadewasaini umat Islam beradapada keterbelakangan. Tanpa etos kerja yang tinggi sulit sekali dicapai produktifitas dalam bekerja.C. Memacu Perubahan Sosial untuk KemajuanBanyak orang mengatakan bahwa di dunia penuh kebaikan, tetapi tidak ada biji jagung yangberisibisadiperoleholehmanusia tanpabersusah payahterlebihdahuluuntuk menanamnya. Janganlah kita bermimpi hari ini akan memetik padi, jika hari kemaren kita tidak pernah menanamnya.Kemudian ada baiknya kita perhatikan kata-kata hikmah berikut ini. Kebaikan hari ini ditentukan oleh kebaikan hari kemaren, dan kebaikan hari esok ditentukan oleh kebaikan hari ini,Dengan demikian, kita sebagai insan sosial senantiasa memacu diri danmemanfaatkanwaktudenganpekerjaandanperbuatanyangbeermanfaat, guna mempersiapkan hari esok yang lebih baik dan cerah. Firman Allah SWTArtinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali orang-orangberimandanberamal salehdansalingmenasehatisupaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menepatikebenaran. (Q.S. Al-Asyr:1-3) Lihat Al-Quran on line di gooleUmat Islamketinggalan dalambanyak bidang, terutama dalamhal ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan tertinggal dalam bidang ekonomi. Ketertinggalan tersebut sebenarnya disebabkan oleh dua faktor.Pertama, faktor eksternal atau faktor luar, seperti penjajahan dengan segala bentuknya dan juga faktor ekologi.Kedua, faktorinternal, faktoryangbesarpengaruhnya, seperti kebudayaan, yaitu nilai-nilai, norma, keyakinan, dan pengetahuan umat Islam yang masih terbelakang. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pembaharuan atau pembangunan yang mencakup mental spritual serta material. Pembangunan inilah yang mendorong atau memacu perubahan masyarakat(sosial) menuju kemajuan atau modren. Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya membangun. Pembangunan itu pada gilirannya akan memacu umat Islam karena sebagian besar bangsa ini umat Islam. RANGKUNGAN Memiliki etos kerja dan semangat bekerja keras merupakan ajaran agama. Agama merupakan motivasi dan sumber gerak yang dinamis untuk mencapai suatu kemajuan. Agama melarang pemeluknya malas, boros, berlebihan dan sikap hedonisme ( berfoya-foya). Oleh sebab itu, umat yang beragama hendaknya selalu bekerja keras, selalu ingin maju, dinamis dan produktif.Manusia sebagai insan invidual dituntut beribadah kepada Allah dan beramal saleh. Beribadah dan beramal saleh hendaknya dilandasi dengan keikhlasan dan hanya mengharapkan rida Allah semata. Disamping itu , kita diperintah untuk mencari rezeki dan kurnia Allah. Kurni Allah dan rezeki tersebut, akan dapat diraih dengan baik, jika kita bekerja keras. Bekerja keras melahirkan produktifitas, baik pada tingkat individual, sosial dan sebagainya.Manusia sebagai insan sosial hendaknya memperkuat kelompok dan memperkukuh persaudaraan serta kekompakan di antara anggota sosial tersebut. Dengan demikian, prestasi kerja dan kemajuan akan lebih mudah didapat jika dilakukan bersama-sama dengan modal kekompakan dalam suatu ikatan sosial.Setiap bangsa mempunyai pandangan hidup, entah hal itu disadari atau tidak. Pandangan hidup yang dimilikisuatu bangsa itu khas dan mempengaruhi bagaimana prilaku dan budaya bangsa yang bersangkutan. Semangat kerja pun dipengaruhi oleh pandangan hidup sehingga dalam kajian tentang suatu masyarakat dikenal istilah etos kerja, yaitu semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seorang atau suatu kelompok.Demikian pula dengan Islam yang mempunyai ajaran tertentu. Pandangan Islam ataupemeluknya tentanghubungan manusia dengan Tuhan jugamempengaruhi etos kerjaorangyangbersangkutan. Orang yangberpandangan bahwaAllah menentukan nasibsemuamanusia danmanusia tidak diberikekuasaanuntukmengubahnya tentu akan mengakibatkan tingkat etos kerjanya rendah. Sebaliknya, orang yang berpandanganbahwaAllahmemberi kebebasanmanusiauntukmengubahnasibnya sendiri tentu akan mengakibatkan etos kerja yang tinggi.A. Pengertian Etos KerjaEtos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupunbanyakkendalayangharusdiatasi, baikkarenamotivasi kebutuhanatau karena tanggungjawab yang tinggi.B. Sikap Kerja Keras Sikapkerjakeras danberusahauntukmengubahnasib, rajin, dansungguh-sungguhdalammelakukanpekerjaanmerupakananjurandankewajibanbagi insan yang beragama Islam.Agama merupakan motivasi dan sumber gerak serta dinamika dalam mewujudkan etos kerja. Islam menyuruh manusia untuk bekerja dan mengubah nasibnya sendiri. Manusia wajib berusaha dan berikhtiar untuk mewujudkan kesejahteraandankebahagiaanmasing-masing. Memanghanyamanusiayangmau berusaha, bekerja keras, dan sungguh-sungguh yang akan meraih prestasi, baik kesuksesan hidup di dunia maupundi akhirat. Ada beberapa sikap mental yang mencerminkan sikap ini antara lain:1. Proaktif, yaitu sikap yang ingin mengubah lingkungan, mengubah keadaan yang ada, atau membuat suasana lebih kondusif. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar Raad ayat 11 berbunyi:Artinya:Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaumsehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapatmenolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Lihat Al-Quran on line di goole2. Memulai suatu pekerjaan dengan setelah sempurna dalam pikiran. Kegiatan seperti ini kegiatan yang mengacu kepada visi, misi dan tujuan yang ingin dicapaidarikegiatantersebut. Hal ini menggambarkan bahwa pekerjaan tersebut tergantung niat masing-masing. Usaha itu akan dipengaruhi kesungguhan mengerjakan dan niatnya sesuai denga Firman Allah dalamAl Quran yang berbunyi sebagai berikut.Artinya:Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.(Q.S. AnNajm:39) Lihat Al-Quran on line di goole Dengan keterangan ayat diatas maka jelaslah bahwa manusia mempunyai keharusan untuk berusaha dan mampu mengubah kondisi sendiri dari kemunduran danketerbelakanganuntukmenujukepadakemajuan. Suatuprestasi kerjadan keberuntungan tidak dapat diraih dengan mudah oleh seseorang, melainkan melalui usaha dan kerja keras yang dibarengi idealisme dan optimisme yang tinggi. Bekerja keras bagi manusia merupakan keharusan dan panggilan hidup manusia. Jika kita berusaha dengan baik serta diiringi dengan hati yang ikhlas karena Allah maka hal itu termasuk ibadah dan perbuatan yang berpahala. 3. Selesai mengerjakan suatu pekerjaan beralihlah kepada yang lainKita harus selalu mengatur waktu untuk mengerjakan pekerjaan sehingga tidak ada waktu yang terbuang, membuat nilai waktu itu maksimal, baik untuk urusan dunia ataupun akhirat. Karena waktu itu laksana pedang apabila kita tidak menggunakannya ia akan memotong kita tanpa menunggu, waktu tak pernah berhenti. Sesuai Firman Allah dalam surat Al-Insyirah ayat 6 dan 7 berbunyi:Artinya: Maka apabila telah menyelesaikan suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain, dan kepada Tuhanmu gemar dan berharaplah! ( Al-Insyiroh ayat 7-8 ) LihatAl-Quran on line di goole4. Mewujudkan Sinergi, saling bekerjasama mencapai tujuan.Kejelekanyangterorganisir bisamengalahkankebaikanyangtidakterorganisir. Itu rahasiamengapaRasulullahmendidikumatuntukselaluberjamaahdalamsholat. Kerjaaanyangberat biladigotongbersama-samaakanmenjadi ringan, pekerjaan yang susah akan menjadi mudah. 5. Sibuk memperbaiki diri sendiri, tidak memiliki waktu untuk mencela orang lain.DalamIslamsetiap perbuatan manusia mempunyai nilai positif bagi kehidupan manusia. Karenaitusetiapmuslimtatkala melakukankegiatan, harus ada nilai tambah yang bermanfaat, baik bagi dirinya ataupun orang lain. Inilah yang dinamakanamal shaleh. Ratusankali Al Quranmengulang-ulangkalimat amal shaleh, hal ini menunjukkan betapa kerja keras mendapatkan perhatian yang sangat penting bagi kehidupan setiap muslim.Al Quran menggambarkan bahwa manusia memiliki peran besar yang dapat membawa kebangkitandankeruntuhanjalannyasejarah. Peranpentingini didasari karena manusiamemiliki unsur-unsuryangmenyatuluardandalamsehinggaperubahan sejarah dan kehidupanmanusia sendiri berada dipundaknya. Unsur luar adalah jasmani dan bentuk lahiriah, sedangkan unsur dalamadalah perpaduan antara pandangan hidup, tekad, kehendaknya. Meskipun kedua unsur itu harus sama mendapat pembinaan, namun Al Quran menekankan bahwa unsur dalam harus dapat perhatian lebih. Allah Berfirman sebagai berikut :Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan suatu kaumsampai mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri mereka ( Q.S. Ar. Raad ayat 11) Lihat Al-Quran on line di gooleBerdasarkanayatini, keberhasilan atau kegagalan tergantung pandangan hidup yang dimilikinya. Ada yang terbatas, sempit dan sementara namun ada juga yang luas dan jauh kedepan. Bagi muslimdiajarkan untuk memiliki pandangan hidup yang mendunia dan berwawasan keakhiratan.B. Produktivitas KerjaManusia sebagai insan individual dan sosial selalu mempunyai keinginan untuk meningkatkankemajuansertataraf hidupnya. Kebutuhan-kebutuhanhidupnyaselalu inginterpenuhi dengan berbagai macamcara. Supaya keinginan tersebut tercapai dengan baik, Allah memerintahkan kepada mahkluk-Nya agar berusaha dan berkarya supaya mendapatkan rezeki yang halal dan tayyibah (baik) sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai berikut. Artinya: Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamudi muka bumi, dan carilah karuniaAllah(rezeki) dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. (Q.S. Al Jumuah:10) Lihat Al-Quran on line di gooleDalam ayat lain Allah menjelaskan: Artinya: Maka apabila kamu telah selesai (darisuatuurusan)kerjakanlahdengansungguh-sungguh(urusan)yanglain. (Q.S. AlInsyirah :7) Lihat Al-Quran on line di gooleKedua ayattersebutmengingatkan kepada kita bahwa ibadah itu bukan hanya shalat saja, tetapi bekerja mencari nafkah atau rezeki itu pun termasuk ibadah jika dilakukan denganikhlasdan hanya mencari keridaan Allah semata. Kemudian, kita harus rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja.Dalamayat tersebut jugatersirat denganjelasbahwakitatidakbolehkosongdari kegiatan. Kitaharusaaktifkarena pekerjaan yang kita lakukan harus bervariasi agar kejenuhan tidak hinggap pada diri kita. Itulah sebabnya Allah mengingatkan kita agar kita rajin dan sungguh-sungguh serta berusaha untuk maju sesuai dengan kemampuan kita sebagaimana sabda Rasulullah Saw. berikut ini.Artinya: Abu Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah Saw: Biarkanlah aku,selama aku membiarkan dalam kebebasanmu, maka sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan umat yang sebelummu dahulu, karena kebanyakan pertanyaan mereka dan menyalahipadaparanabi-nabimereka. Maka apabila aku mencegah kamu sesuatu tinggalkanlah perkara itu. Dan jika aku perintahkan suatu perintah, kerjakanlah sekuattenagamu. (H.R. Bukhari dan Muslim)Hadis tersebut memperjelas keharusan untuk rajin dan sungguh-sungguh dalam mekakukan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan kemampuan sehingga pekerjaanitumemiliki nilai produktivitasyangtinggi. Bukansajayangmelakukan pekerjaan itu yang untung, tetapi keuntungan tersebut. Keuntungan yang diraih seseorangituadabagianbagi oranglain. Apakahitukeuntungandari bertani atau berdagang, dan sebagainya, seperti dengan zakat dan infak.Kerja produktifadalah kerja yangmenghasilkan nilai tambah. Produktifitas kerja berkaitan dengan hasil yang lebih besar ketimbang sumber daya yang ada. Jika banyak orangsenaga tenaga kerja, tetapi sedikit hasil maka yangdemikiandisebut tidak produktif. Semangat dalam bekerja adalah modal utama dalam produktifitas. Semangat dalambekerjaharusmenjadi ciri khas(etos) setiapmuslimkarenadewasaini umat Islam beradapada keterbelakangan. Tanpa etos kerja yang tinggi sulit sekali dicapai produktifitas dalam bekerja.C. Memacu Perubahan Sosial untuk KemajuanBanyak orang mengatakan bahwa di dunia penuh kebaikan, tetapi tidak ada biji jagung yangberisibisadiperoleholehmanusia tanpabersusah payahterlebihdahuluuntuk menanamnya. Janganlah kita bermimpi hari ini akan memetik padi, jika hari kemaren kita tidak pernah menanamnya.Kemudian ada baiknya kita perhatikan kata-kata hikmah berikut ini. Kebaikan hari ini ditentukan oleh kebaikan hari kemaren, dan kebaikan hari esok ditentukan oleh kebaikan hari ini,Dengan demikian, kita sebagai insan sosial senantiasa memacu diri danmemanfaatkanwaktudenganpekerjaandanperbuatanyangbeermanfaat, guna mempersiapkan hari esok yang lebih baik dan cerah. Firman Allah SWTArtinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali orang-orangberimandanberamal salehdansalingmenasehatisupaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menepatikebenaran. (Q.S. Al-Asyr:1-3) Lihat Al-Quran on line di gooleUmat Islamketinggalan dalambanyak bidang, terutama dalamhal ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan tertinggal dalam bidang ekonomi. Ketertinggalan tersebut sebenarnya disebabkan oleh dua faktor.Pertama, faktor eksternal atau faktor luar, seperti penjajahan dengan segala bentuknya dan juga faktor ekologi.Kedua, faktorinternal, faktoryangbesarpengaruhnya, seperti kebudayaan, yaitu nilai-nilai, norma, keyakinan, dan pengetahuan umat Islam yang masih terbelakang. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pembaharuan atau pembangunan yang mencakup mental spritual serta material. Pembangunan inilah yang mendorong atau memacu perubahan masyarakat(sosial) menuju kemajuan atau modren. Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya membangun. Pembangunan itu pada gilirannya akan memacu umat Islam karena sebagian besar bangsa ini umat Islam. RANGKUNGAN Memiliki etos kerja dan semangat bekerja keras merupakan ajaran agama. Agama merupakan motivasi dan sumber gerak yang dinamis untuk mencapai suatu kemajuan. Agama melarang pemeluknya malas, boros, berlebihan dan sikap hedonisme ( berfoya-foya). Oleh sebab itu, umat yang beragama hendaknya selalu bekerja keras, selalu ingin maju, dinamis dan produktif.Manusia sebagai insan invidual dituntut beribadah kepada Allah dan beramal saleh. Beribadah dan beramal saleh hendaknya dilandasi dengan keikhlasan dan hanya mengharapkan rida Allah semata. Disamping itu , kita diperintah untuk mencari rezeki dan kurnia Allah. Kurni Allah dan rezeki tersebut, akan dapat diraih dengan baik, jika kita bekerja keras. Bekerja keras melahirkan produktifitas, baik pada tingkat individual, sosial dan sebagainya.Manusia sebagai insan sosial hendaknya memperkuat kelompok dan memperkukuh persaudaraan serta kekompakan di antara anggota sosial t