web viewevaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, ... maka...
TRANSCRIPT
MAKALAHEVALUASI KURIKULUM
“Jenis Evaluasi Kurikulum”
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. H. Lias Hasibuan, MA
OLEH :
BENPANI
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari
tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring
dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi
kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.
Evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian,
efektifitas dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai
dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai
bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi
perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru.
Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang
berubah.
Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area –
area kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses
perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif.
Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalan. Evaluasi kurikulum juga
dapat menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap
dilaksanakan atau tidak, yang dikenal evaluasi sumatif.
Tulisan ini akan membahas mengenai jenis-jenis dari evaluasi kurikulum
dan model evaluasi kurikulum serta strategi yang digunakan untuk evaluasi
kurikulum, pentingnya evaluasi kurikulum dan masalah yang dihadapi dalam
melaksanakan evaluasi kurikulum.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis memberikan
batasan masalah yaitu bahwa penulis hanya memberikan penjelasan tentang
Jenis-jenis Evaluasi Kurikulum.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Jenis apa saja dalam evaluasi kurikulum?
2. Model yang bagaimana dalam evaluasi kurikulum?
3. Strategi apa yang digunakan untuk mengevaluasi kurikulum?
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah
ini antara lain untuk mengetahui:
1. Jenis-jenis yang digunakan dalam evaluasi kurikulum
2. Model-model evaluasi kurikulum
3. Jenis-jenis strategi kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
Berbagai alat penilaian, dapat digunakan dalam penilaian Evaluasi
Kurikulum, seperti observasi, wawancara, tes, dan lain-lain (Formatif). Demikian
pula segi yang dinilai adalah semua komponen yang ada dan menunjang
pelaksanaan program. Monitoring pelaksanaan program merupakan bagian
penting dari penilaian formatif . Penilaian formatif harus berlanjut tidak hanya
satu dua kali agar diperoleh hasil yang objektif, dan komprehensif.
Penilaian sumatif atau penilaian hasil adalah penilaian hasil dari suatu
program. Penilaian sumatif ini harus menunggu selesainyasuatu program. Tujuan
utama untuk menilai keberhasilan suatu program dilihat dari tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Aspek yang dinilai terutama produk atau hasil dari
program yakni kualitas, kuantitas, para lulusan.
Dalam menilai kurikulum, kedua bentuk penilaian tersebut (formatif dan
sumatif) dapat digunakan secara serempak, untuk suatu lembaga pendidikan
tertentu, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk perbaikan proses dan
penyempurnaan program agar diperoleh kualitas lulusan yang terbaik.
Ada dua kriteria yang digunakan dalam penilaian kurikulum.
Pertama, kriteria berdasarkan tujuan yang ditentukan, atau sering disebut kriteria
patokan. Artinya berhasil tidaknya suatu program dibandingkan dengan kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya. Kedua, kriteria yang berdasarkan norma-
norma atau standar yang dicapai sebagaimana adanya. Kriteria ini dilihat dari
keberhasilan suatu kelompok yang melaksanakan program tersebut. Dengan kata
lain standar dasar menjadi acuan dasar dalam menetapkan keberhasilan suatu
program.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan kriteria
keberhasilan suatu program adalah kondisi dan kemampuan sekolah atau
lembaganya. Seperti jumlah dan kualitas guru, kelengkapan sarana belajar,
hubungan sekolah dengan masyarakat, pembinaan yang dilakukan oleh para
supervisor dan lain-lain. Hal ini sangat menentukan keberhasilan sekolah yang
bersangkutan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.1
1. Jenis-jenis Evaluasi Kurikulum
Evaluasi Awal : Di Lakukan Sebelum Pengajaran Diberikan,Fungsinya
Ialah Untuk Mengetahui Kemampua Awal Peserta Didik Tentang
Pelajaran Yang Akan Diberikan.
Evaluasi Antara : Dilakukan Pada Setiap Unit Bahan Yang Diberikan
Dalam Suatu Mata Pelajaran,Dapat Berbentuk Tes Dan Bentuk-Bentuk
Evaluasi Yang Lain Tentang Unit Yang Bersangkutan.
Evaluasi Akhir : Dilaukan Setelah Pengajaran Diberikan.Fungsinya Ialah
Untuk Memperoleh Gambaran Tentang Kemampuan Yang Dicapai Pesrta
Didik Pada Akhir Program.
Dalam percakapan sehari-hari seringkali terdengar orang berbicara tentang
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif dalam pengertian jenis evaluasi. Seperti
telah dibahas sebelumnya evaluasi formatif dan sumatif menunjukkan fungsi
evaluasi dan bukan jenis evaluasi. Dalam evaluasi kurikulum jenis evaluasi itu
menunjukkan dimensi kurikulum yang dievaluasi. Jadi, dalam setiap jenis
evaluasi kurikulum kedua fungsi evaluasi dapat dilakukan. Oleh karen dalam
evaluasi reflektif, evaluasi rencana, evaluasi proses maupun evaluasi hasil fungsi
formatif dan sumatif evaluasi dapat dilakukan.
Sedangkan untuk mencapai tujuan evaluasi ada 5 jenis evaluasi yang perlu
dilakukan :
a. Evaluasi reflektif
Dipergunakan untuk menyebutkan jenis evaluasi yang memusatkan
perhatiannya terutama terhadap kurikulum sebagai ide. Jenis evaluasi ini mencoba
mengkaji mengenai ide yang dikembangkan dan diajadikan landasan bagi
kurikulum dalam dimensi lainnya.
1 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum (Bandung:Sinar Baru Algensindo,2008), 138
Evaluasi terhadap ide tersebut dapat dilakukan pada waktu pertama kali
suatu ide dikemukakan seseorang, atau pada waktu kurikulumsebagai rencana
telah selesai ditulis, atau dapat pula dilakukan apabila kurikulum dalam setiap
dimensinya telah dikembangkan. Persoalan evaluasi terhadap ide tidak akan
pernah mengalami kehabisan bahan selama masyarakat terus berkembang dan
penemuan-penemuan baru dalam pengetahuan terus berlangsung.
b. Evaluasi rencana
Merupakan jenis evaluasi yang banyak dilakukan sekarang terutama
setelah banyak inovasi diperkenalkan dalam pengembangan kurikulum, dan
setelah teknologis pengembangan kurikulum sebagai rencana menghasilkan
format-format tertentu. Proses pengembangan tujuan, umpamanya, telah
berkembang sedemikian rupa sehingga dikenal berbagai jenjang tujuan yang harus
diperhatikan, baik tujuan yang bersifat ideal maupun tujuan yang bersifat
operasional. Teknis-teknis yang demikian harus diikuti dengan seksama oleh
pengembang kurikulum sebagai rencana. Demikian pula dengan proses
pengembangan belajar (baik konten maupun proses) yang dimiliki suatu
kurikulum sebagai rencana, bahkan alat evaluasi hasil belajar yang tercantum
dalam kurikulum sebagai rencana tersebut.
Seperti juga evalusi reflektif, evaluasi rencana dapat dilakukan baik pada
waktu proses penulisan kurikulum sebagai rencana sedang berlangsung maupun
pada waktu penulisan itu telah selesai dilaksanakan.
c. Evaluasi proses
Kadang-kadang disebut pula dengan istilah evaluasi implementasi
kurikulum. Di sini dipergunakan istilah proses untuk memperkuat pengertian
kurikulum sebagai suatu proses, sebagai sesuatu yang terjadi di sekolah. Lagipula,
istilah evaluasi proses dianggap lebih memberikan kedudukan yang sama antara
dimensi kurikulum sebagai ide, rencana, hasil dan kurikulum sebagai kegiatan.
Tetapi tidak dalam suatu nuansapun pengertian evaluasi proses dibedakan dengan
pengertian evaluasi implementasi. Jadi kedua istilah itu dapat saja dipergunakan
secara bergantian.
Evaluasi proses berkembang sangat cepat sejak tahun 70-an. Adanya
kesadaran bahwa proses ternyata banyak menentukan keberhasilan suatu
kurikulum merupakan dorongan yang kuat untuk memberikan perhatian yang
seksama terhadap evaluasi proses.
Dalam evalusi proses ini perhatian evaluator telah diarahkan tidak saja
kepada apa yang terjadi dengan kurikulum sebagai kegiatan. Evaluator telah pula
mencoba melihat mengenai berbagai faktor yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sebagai kegiatan. Evaluasi terhadap kepemimpinan kepala
sekolah, pengetahuan dan siakap serta kegiatan guru, faktor siswa serta peralatan
belajar dianggap fokus yang penting. Demikian pula dengan interaksi yang terjadi
dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Tak luput dari perhatian evaluator adalah
strategi implementasi yang dipergunakan pada waktu memperkenalkan kurikulum
kepada sekolah dan guru-guru. Bahkan sistem supervisi yang dilakukan para
pengawas tak terlepas dari kajian evaluasi proses ini. Pandangan bahwa suatu
kurikulum sebagai suatu kegiatan adalah suatu sistem yang menyangkut berbagai
komponen diterapkan secara seksama, walaupun hal ini tidak selalu berarti bahwa
pendekatan yang dipergunakan berdasarkan syistem approach.
d. Evaluasi hasil
Merupakan jenis evaluasi kurikulum yang paling tua. Bahkan pada
mulanya yang dimaksudkan dengan evaluasi identik dengan evaluasi hasil ini.
Demikian pula yang dimaksudkan dengan evaluasi kurikulum sering diartikan
sebagai evaluasi hasil.
Lebih lanjut, hasil yang dimaksud adalah hasil belajar dalam pengertian
pengetahuan. Jumlah pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan indikator
keberhasilan suatu kurikulum.
Dalam tulisannya tahun 1981 yang berjudul specific approach to curriculum
development, Tyler memberikan pandangan baru mengenai evaluasi hasil, dan
bahkan terhadap evaluasi kurikulum. Selain ia berpandangan bahwa evaluasi
haruslah pula meliputi evaluasi terhadap ide, implementasi, dan efektifitas
kurikulum, Tyler pun berpendapat bahwa evaluasi hasil menentukan sampai
sejauh mana perilaku yang ingin dikembangkan kurikulum telah dimiliki siswa.
Dengan demikian evaluasi hasil harus berhubungan dengan ruang lingkup dan
dimensi tujuan yang lebih luas dari hanya sekedar pengetahuan.
2. Model – Model Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak
kegiatan, meliputi sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu lapangan
studi yang berdiri sendiri. Evaluasi kurikulum juga merupakan sebuah fenomena
yang multifaset, memiliki banyak segi
Bagian ini membahas soal peerkembangan evaluasi kurikulum, yaitu
evaluasi kurikulum sebagai fenomena sejarah, suatu elemen dalam proses sosial
dihubungkan dengan perkembangan pendidik.
1. Evaluasi Model Penelitian
Model evalusi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan
atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan.
Tes psikologis atau tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua
bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan
bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur perilaku skolastik.
Eksperimen lapangan dalam pendidikan, dimulai pada tahun 1930 dengan
menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani
pertanian. Para ahli botani pertanian mengadakan percobaan untuk
mengetahui produktivitas bermacam-macam benih. Berbagai macam benih
ditanam pada petak-petak tanah yang memilki kesuburan dan lain-lain
yang sama. Dari percobaan tersebut dapat diketahui benih mana yang
paling produktif. Percobaan serupa juga dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh tanah, pupuk dan sebagainya terhadap produktivitas
suatu macam benih.
Model eksperimen dalam botani juga dapat digunakan dalam pendidikan,
anak dapat disamakan dengan benih, sedang kurikulum serta berbagai
fasilitas serta sisterm sekolah dapat disamakan dengan tanah dan
emeliharaannya. Untuk mengetahui tingkat kesuburan benih (anak ) serta
hasil yang dicapai pada akhir program percobaan dapat digunakan test (pe
tes dan post tes).
Comparative approach dalam evaluasi. Salah satu pendekatan dalam
evaluasi yang menggunkana eksperimen lapangan dan mengadakan
pembandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya yang
menggunakan metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama membaca
dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode unsur.
Selanjutnya kita lihat kelompok mana yang akan lebih berhasil ?
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut.
PERTAMA, kesulitan administratif, sedikit sekali sekolah yang bersedia
dijadikan sekolah eksperimen. KEDUA, masalah teknis dan logis, yaitu
mebciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok-kelompok yang
diuji. KETIGA, sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk mengajar
pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, pengaruh guru-guru
tersebut sukar dikontrol. KEEMPAT, ada keterbatasan mengenai
manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan.
2. Evaluasi Model Objektif
Perbedaan model objektif dengan model komparatif adalah dalam dua hal.
PERTAMA, dalam model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat
penting dari proses pengembangan kurikulum. Evaluasi dilakukan pada
akhir pengembangan kurikulum, kegiatan penilaiaan ini sering disebut
evaluasi sumatif. KEDUA, kurikulum tidak dibandingkan dengan
kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus),
keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan
tujuan –tujuan tersebut. Tujuan dari comparative approach adalah
menilaai apakah kegiatan yang dilakukan kelompok eksperimen lebih baik
daripada kelompok kontrol. Oleh karena itu, kedua kelompok tersebut
harus ekuivalen, tetapi dalam model objektif hal itu tidak menjadi soal.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembangan
model objektif :
1. Ada kesepakatan tentang tujuan kurikulum
2. Merumuskan tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
3. Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tesebut
4. Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang
diinginkan
3. Model Campuran Multivariasi
Yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari dua pendekata
tersebut (comparative approach dan model Tylor dan model Bloom).
Strategi ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulumdan
secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria
khusus dari masing-masing kurikulum.
Langkah-langkah model multivariasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi / diteliti.
2. Pelaksanaan program. Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya
pada partisipasi optimal,
3. Sementara tim penyusun meliputi semua tujuan dari pengajaran
umpamanya dengan metode global dan metde unsur, dapat disiapkan
tes tambahan.
4. Bila semua informasi yang diharapkan telah berkumpul, maka
mulaialah pekerjaan komputer.
5. Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama
dari beberapa variabel yang berbeda.
Beberapa kesulitan yang dihadapi dalam metode ini :
PERTAMA, adalah digharapkan memberikan tes statistik yang signifikan,
KEDUA, terlalu banyaknya variabel yang perlu dihitung pda suatu saat,
kemampuan komputer hanya sampai 40 variabel, sedangkan dengan model ini
dapat dikumpulkan sampai 300 variabel.
KETIGA, meskipun model multivariasi telah mengurangi masalah kontrol
berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah
perbandingan.2
3. Jenis-jenis Strategi Evaluasi
Pada masa silam, evaluasi didefinisikan sebagai kegiatan yang disamakan
dengan kegiatan pengukuran dan tes. Pernyataan ini telah menyelaraskan perilaku
dan tujuan, dan juga memunculkan jurang perbedaan yang dalam antara
pertimbangan profesional dan program.
Untuk itu strategi evaluasi dikembangkan berdasarkan asumsi-asumsi
berikut :
a. Mutu program bergantung pada mutu keputusan yang dibuat.
b. Mutu keputusan bergantung pada kemampuan manajer untuk
mengidentifikasi berbagai altwerrnatif yang terdapat dalam berbagai
situasi keputusan, melalui berbagai pertimbangan yang seksama.
c. Dalam pembuatan keputusan yang seksama, dibutuhkan informasi yang
tepat dan dapat dipercaya.
d. Pengadaan informasi tersebut memerlukan alat yang sistematis.
e. Proses pengadaan informasi bagi pembuatan keputusan erat hubungannya
dengan konsep evaluasi yang digunakan.
2 Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bnadung: Sinar BaruAlgensindo, 2009), 131
Secara lebih tegas, evaluasi bertujuan untuk menyediakan informasi bagi
pembuat keputusan. Ada 4 jenis keputusan yang harus dipertimbangkan dalam
menialai suatu program :
1. Keputusan-keputusan perencanaan yang ditujukan bagi perbaikan yang
dibutuhkan pada daerah tertentu, tujuan umum, dan tujuan khusus.
2. Keputusan-keputusan pemograman khusus yang berkenaan dengan
prosedur, personel, fasilitas, anggaran biaya, dan tuntutan waktu dalam
pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan.
3. Keputusan-keputusan pelaksanaan (implementasi) dalam mengarahkan
kegiatan yang telah diprogram.
4. Keputusan-keputusan program perbaikan yang meliputi berbagai kegiatan
perubahan, penerusan, terminasi, dan sebagainya.
Seiring dengan keempat jenis keputusan diatas, terdapat empat jenis strategi
evaluasi, yaitu :
1. Strategi Pertama, terdiri atas penentuan lingkungan tempatterjadinya
perubahan, terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi,
dan juga berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta
kesempatan untuk terjadinya perubahan.
2. Strategi kedua, terdiri atas pengenalan dan penilaian terhadap berbagai
kemampuan (capabilities) yang relevan. Strategi ini sangat besar gunanya
dalam pencapaian tujuan program dan desain yang berguna untuk
mencapai tujuan-tujuan khusus.
3. Strategi ketiga, terdiri atas pendekatandan prediksi hambatan yang
mungkin terjadi dalam desain prosedural atau implementasi sepanjang
tahap pelaksanaan program,
4. Strategi keempat, terdiri atas penentuan kefektifan proyek yang telah
dilaksanakan, melalui pengukuran dan, penafsiran hasil-hasil yang telah
dicapai sehingga seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat.3
3 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikukum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 256
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penetuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan
dalam kurikulum.hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para
pemegang kebjaksanaan pendidikan dan para pemegang kurikulum dalam
memilih dan menetapkan kebjaksanaan pengembangan system pendidikan dan
pengembanagan model kurikulum yang digunakan. hasil-hasil evaluasi kurikulum
juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana
pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa,
memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara
penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan pencerahan terhadap
mereka yang berminat dalam bidang kurikulum. Kemudian tentulah tulisan ini
masih bannyak mengandung kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya hanya kepada Allah lah penulis
memohon ampunan dari salah dan khilaf.
DAFTAR PUSTAKA
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum (Bandung:Sinar Baru
Algensindo,2008),
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bnadung: Sinar
BaruAlgensindo, 2009),
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikukum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007),
http://zhizhachu.wordpress.com/tag/jenis-jenis-evaluasi-kurikulum/
http://firdaustebo.blogspot.com/2011/11/pengertian-fungsi-dan-jenis-evaluasi.html