bab 1
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal
yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan
dengan umur anak/bayi. Suasana harus tenang dan nyaman karena jika anak
ketakutan, kemungkinan dia akan menolak untuk diperiksa. Untuk anak usia
1 – 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, sedangkan pada bayi
usia 6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa. Tata cara dan
urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
Inspeksi, ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum
dengan membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah sekitarnya
atau organ yang sama pada sisi yang berbeda. Palpasi, dilakukan dengan
telapak tangan dan atau jari-jari tangan. Palpasi diperlukan untuk
menentukan bentuk, ukuran, tepi, permukaan dan untuk mengetahui
intensitas nyeri serta konsistensi.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan
1.2.2
1.3 TUJUAN MASALAH
1.3.1 Untuk mengetahui maksud dari
1.4 METODE PENULISAN
Metode pengumpulan data dalam penulisan makalah ini diperoleh
dengan membaca buku-buku literatur serta mencari informasi yang
berkaitan dengan “ Pemeriksaan Fisik pada Anak “.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik
Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga
kesehatan dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut
sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi
objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat
penilaian klinis
Tujuan Pemeriksaan Fisik
Sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku sejahtera
Sebagai tindakan kesehatan preventif
Penerimaan di RS dan fasilitas perawatan jangka panjang
Tujuan Pemeriksaan Fisik pada Petugas Kesehatan
Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
Menambah, menginformasikan atau menyangkal data yang diperoleh
dalam riwayat keperawatan
Mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan
Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien
dan penatalaksanaannya
Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
4
Metode Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Kepala
a. Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan di bagian kepala untuk
mengetahui kondisi dan keadaan kepala.
b. Tujuan Pemeriksaan
Mengidentifikasi cirri-ciri normal kepala.
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala.
Menjelaskan struktur yang dikaji dalam pengkajian kepala.
Menjelaskan ciri-ciri normal kepala dan organ-organ di kepala.
Mendemonstrasikan teknik inspeksi dan palpasi dalam
pengakajian kepala.
c. Manfaat Pemeriksaan
Perawat dapat mengumpulkan data riwayat kesahatan dan
mengetahui bentuk dan fungsi kepala
d. Indikasi
Perhatikan bentuk kepala, adanya pembengkakan atau
penonjolan, tekstur rambut, kebersihan rambut.
e. Kontraindikasi
Hindari benturan-benturan yang membahayakan organ-organ
bagian kepala.
f. Pemeriksaan
Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefal
Tulang tengkorak :
a) Anencefali : tidak ada tulang tengkorak
5
b) Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital
c) Fontanel anterior menutup : 18 bulan
d) Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
e) Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24 jam pertama
dan hilang dalam 2 hari
f) Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48 jam dan
hilang 2 – 3 minggu
Distribusi rambut dan warna
Jika rambut berwarna / kuning dan gampang tercabut
merupakan indikasi adanya gangguan nutrisi
Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian
frontal kebagian occipital.
Muka
Simetris kiri kanan
Tes nervus 7 ( facialis )
a) Sensoris : Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah
maksilla dan mandibula dan menyebutkan apa yang dirasakan.
b) Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi, kemudian menutup
mata kuat-kuat sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua
kelopak mata agar tetap terbuka.
Tes nervus 5 ( trigeminus )
a) Sensorik : menyentuhkan kapas pada daerah wajah dan apakah ia
merasakan sentuh tersebut
b) Motorik : menganjurkan klien untuk mengunyah dan pemeriksa
meraba otot masenter dan mandibula.
6
Pemeriksaan Mata
a. Definisi
Pemeriksaan yang di lakukan pada bagian mata untuk
mengetahui normal atau adanya gangguan pada mata klien.
Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata tergantung kepada
informasi yang diperlukan.
b. Tujuan pengkajian mata :
Untuk mengetahui bentuk mata yang normal dan mengetahui
fungsi mata
c. Manfaat :
1) Perawat dapat mengetahui kondisi mata pasien dan kelainan yang
terjadi serta melakukan pengobatan bila terjadi kerusakan pada
mata
2) klien mampu mengenali tanda gejala penyakit mata
3) klien mampu melakukan tindakan kewaspadaan yang tepat untuk
defisit pengelihatan
d. Indikasi
Perhatikan bentuk bola mata, kesimetrisan kedua bola mata,
keadaan bulu mata, warna konjungiva dan sklera.
e. Kontraindikasi
Hindari masuknya benda-benda asing pada mata, kurangi
pemakaian obat tetes mata, tidak memberikan perlakuan khusus yang
berlebihan pada mata.
f. Pemeriksaan :
Simetris kanan kiri
Alis tumbuh umur 2-3 bulan
Kelopak mata :
a) Oedema
b) Ptosis : celah kelopak mata menyempit karena kelopak mata
atas turun.
7
c) Enof : kelopak mata menyempit karena kelopak mata atas
dan bawah tertarik kebelakang.
d) Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak
mata atas dan bawah tertarik kebelakang.
Pemeriksaan nervus II ( optikus),test konfrontasi dan ketajaman
penglihatan.
a) Sebagai objek mempergunakan jari
b) Pemeriksa dan pasaien duduk berhadapan ,mata yang akan
diperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa ,yang biasanya
berlawanan, mata kiri dengan mata kanan,pada garis
ketinggian yang sama.
c) Jarak antara keduanya berkisar 60 – 100 cm. Mata yang lain
ditutup,obyek mulai digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari
samping telinga ,apabila obyek sudah tidak terlihat oleh
pemeriksa maka secara normal obyek tersebut dapat dillihat
oleh pasien.
d) Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.
Pemeriksaan nervus III ( Oculomotoris refleks cahaya)
a) Pen light dinyalakan mulai dari samping) atrau, kemudian
cahaya diarahkan pada salah satu pupil yang akan
diperiksa, maka akan ada rekasi miosis.
b) Apakah pupil isokor kiri atau kanan
Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis ) pergerakan bola mata
a) Menganjurkan klien untuk melihat ke atas dan ke bawah.
Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen )
a) Menganjurkan klien untuk melihat ke kanan dan ke kiri.
Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Refleks kornea
a) Tutup mata yang satu dengan penutup
b) Minta klien untuk melirik kearah laterosuperior ( mata yang
tidak diperiksa)
8
c) Sentuhkan pilinan kapas pada kornea, respon refleks berupa
kedipan kedua mata secara cepat.
d) Glaberal refleks: mengetuk dahi diantara kedua mata, hasil
positif bila tiap ketukan mengakibatkan kedua mata klien
berkedip.
e) Doll eye refleks : bayi dipalingkan dan mata akan ikut , tapi
hanya berfokus pada satu titik.
g. Evaluasi pada mata
Minta klien atau anggota keluarga melaporkan kunjungan
terakhir ke dokter mata
Observasi lingkungan rumah klien dengan defisit penglihatan.
Hidung
a. Definisi
Pemeriksaan hidung adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
megamati alur napas, ada atau tidaknya benda-benda asing yang
menggangu jalan napas seseorang, lesi, atau infeksi pada hidung
b. Tujuan
1) Untuk mengetahui keadaan, bentuk dan fungsi hidung.
2) Mendemostrasikan teknik inspeksi dan palpasi dalam pengkajian
hidung
c. Manfaat
1) Keluarga klien dapat mengetahui anjuran pemeriksaan hidung
yang teratur
2) Keluarga klien dapat mengenali tanda dan gejala pada hidung
hidung
d. Indikasi
Perhatikan bentuk, ukuran, warna dan kesimetrisan, lesi, secret,
sumbatan dan pendarahan serta tanda-tanda infeksi pada hindung
bagian luar maupun dalam.
9
e. Kontraindikasi
Hidari menggunakan obat semprot hidung yang di jual bebas
secara berlebihan, hindari membersihkan hidung dengan mencungkil
terlalu dalam ke rongga hidung.
f. Pemeriksaan
Posisi hidung apakah simetris kiri kanan
Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga
down syndrome.
Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari
Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan
apabila bulu kapas bergerak, berarti bayi bernafas.
Gunakan speculum untuk melihat pembuluh darah mukosa,
secret, poliup, atau deviasi septum.
Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris)
Tutup salah satu lubang hidung klien ,berikan bau bauan ,
lalu klien diminta untuk menyebutkan bau apa. Tiap hidung diuji
secara terpisah.
Mulut
a. Definisi
Pengkajian mulut di lakukan dengan posisi duduk.
Pencahayaan harus baik sehingga semua bagian dalam mulut dapat
di lihat dengan jelas.
b. Tujuan
Untuk mendeteksi tanda kesehatan secara umum, menentukan
kebutuhan higene oral, dan menentukan terapi keperwatan untuk
klien dengan dehidrasi, asupan terbatas, trauma oral atau obstruksi
jalan napas oral.
c. Manfaat
Keluarga klien dapat mempraktikan tidakan higene oral dan
perwatan mulut yang tepat
10
d. Indikasi
Perhatiakan bentuk bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lender, pipi
bagian dalam, lantai dasar mulut dan palatum mulut atau langit-
langit mulut dan faring.
e. Kontraindikasi
Hindari memasukkan benda-benda asing yang membahayakan.
f. Pemeriksaan
Bibir kering atau pecah – pecah
Periksa labio schizis
Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan
Tekan pangkal lidah dengan menggunakan spatel, hasil positif
bila ada refleks muntah ( Gags refleks)
Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )
a) Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan anjurkan klien
untuk memngatakan “ AH “ dan perhatikan ovula apakah
terngkat.
Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris
a) Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan rasa asin, manis dan
pahit, kemudian menentukan zat apa yang dirasakan dan
1/3 bagian belakang lidah untuk pemeeriksaan Nervus IX.
Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus
a) Menyuruh pasien untuk menjulurkan lidah lurus lurus
kemudian menarik dengan cepat dan disuruh
menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan dan sementara itu
pemeriksa melakukan palpasi pada kedua pipi untuk
merasakan kekuaatn lidah.
Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkan
disekitar mulut dan kemudian akan mengisapnya.
a) Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingking
kedalam mulut, raba palatum keras dan lunak apabila ada
11
lubang berarti labio palato shizis,kemudian taruh jari
kelingking diatas lidah , hasil positif jika ada refleks
mengisap (Sucking Refleks)
g. Evaluasi
Minta klien untuk mendemonstrasikan menyikat gigi
Minta klien untuk mengidentifikasi waktu pemeriksaan gigi yang
teratur
Pemeriksaan Telinga
a. Definisi
Merupakan bagian yang penting pula dalam hidup ini karena
dengan telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga
keseimbangan.
b. Struktur anatomi telinga dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Telinga luar, meliputi aurikel (pinna)
2. Telinga tengah (rongga timpani), terpisah dengan telinga luar
oleh adanya membrane timpani (gendang telinga). Dalam rongga
timpani terdapat komponen pendengaran seperti maleolus,
inkuls, stapes yang berhubungan dengan tuba eustasia atau
pendengaran, sinus-sinus mastoid, telinga luar dan telinga dalam.
3. Telinga dalam, terdiri dari labirin yang bertulang dan
bermembran yang meliputi kokhlea, vestibulum dan saluran
semisirkular. Pada koklea terdapat resptor yang merupakan
cabang koklea terhadap serabut saraf (mentransmisikan impuls
pendengaran)
12
Secara fisiologi telinga :
Proses pendengaran melalui suatu rangkaian. Semua bunyi yang
dapat di dengar yang dapat menyebabkan gelombang bunyi bergerak.
Gelombang bunyi ini di transmisikan melalui hantaran udara menuju
membran timpani yang menyebabkan membran bergetar. Osikel,
pendengaran mentransmisikan gelombang bunyi ke fenestra ovalis
kemudian ke cairan telinga dalam. Cairan telinga dalam meneruskan
gelombang bunyi menuju resptor cabang koklea serabut
saraf.Berikutnya saraf koklea ini meneruskan impiuls ke pusat
pengatur penedengaran di lobus temporal selebrum dimana
pendengaran di sebabkan oleh stimulasi pada area di otak ini.
c. Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga / membran timpani dan pendengaran.
d. Manfaat
1. Klien dapat menggunakan teknik yang tepat untuk membersihkan
telinga
2. Klien dapat mengikuti petunjuk pencegahan untuk scrining
kehilangan pendengaran
3. Klien dengan kehilangan pendegaran akan dapat berkomunikasi
secara efektif
e. Indikasi
Perhatikan kesimetrisan kedua telinga bagian kiri dan kanan,
amati telinga luar dan periksa keadaan pinna terhadap ukuran,
bentuk, warna, lesi dan adanya massa.
f. Kontraindikasi
Hindari memasukkan benda berujung runcing ke dalam kanal
telinga dan mencungkil telinga terlalu dalam
13
g. Pemeriksaan :
Simetris kiri dan kanan
Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula
menunjukkan tulang rawan masih lunak.
Canalis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang, untuk
melihat apakah ada serumen atau cairan.
Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus)
Menggesekkan rambut, atau tes bisik.
Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)
Starter refleks : tepuk tangan dekat telinga, mata akan berkedip.
h. Evaluasi :
Minta keluarga klien menjelaskan teknik yang tepat untuk
membersihkan telinga
Observasi cari klien yang kehilangan pendengaran berintegrasi
dengan anggota keluarga.
Pemeriksaan leher
a. Defenisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk megetahui keadaan leher
yang normal atau adanya gangguan yang berkaitan.
b. Tujuan
Untuk mengetahui bentuk leher dan organ-organ penting yang
berkaitan, menentukan integritas struktur leher dan memeriksa sistim
limfatik.
c. Manfaat
Mendemonstrasikan kepada keluarga pasien cara merawat leher
dan organ yang berkaitan agar keluarga klien mengetahui cara
merawat dan memberi perlakuan pada leher.
d. Indikasi
Memperhatikan warna kulit, integritas, pembesaran kelenjar
gondok, konsistensi dan nyeri.
14
e. Kontraindikasi
Hindari posisi tidur yang salah dan menyebakan saraf leher
menjadi terganggu.
f. Pemeriksaan leher
Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.
Periksa arteri karotis
Vena Jugularis
a) Posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan,tekan daerah
nodus krokoideus maka akan tampak adanya vena.
b) Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebut
kemudian tarik garis imajiner untuk menentukan
panjangnya.
Raba tiroid : daerah tiroid ditekan, dan pasien disuruh untuk
menelan, apakah ada pembesaran atau tidak.
Tonick neck refleks : kedua tangan ditarik, kepala akan
mengimbangi.
Neck rigting refleks refleks : posisi terlentang, kemudian tangan
ditarik kebelakang, pertama badan ikut berbalik diikuti dengan
kepala.
Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)
a) Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh
untuk menghadap kedepan, pemeriksa memberi tahanan
terhadap kepala sambil meraba otot sternokleidomasatodeus.
g. Evaluasi
Minta klien kapan harus memberitahu dokter tentang massa
pada leher.
15
2.3 Tabel Nervus Kranial
1. Nervus I ( Olfaktorius )
a) Asal dan Fungsinya
Dari bagian olfaktori otak menuju epitel hidung, berfungsi untuk
penciuman
b) Sifat Syaraf
Sensorik
2. Nervus II ( Opticus )
a) Asal dan Fungsinya
Dari otak tengah menuju ke retina mata, berfungsi untuk
penglihatan.
b) Sifat Syaraf
Sensorik
3. Tes nervus III ( Okulomotorius )
a) Asal dan Fungsinya
Dari dasar otak tengah menuju ke otot mata, iris, dan bola mata,
berfungsi menggerakkan otot mata ke kiri dan ke kanan
b) Sifat syaraf
Motorik
4. Tes nervus IV ( Troklear )
a) Asal dan Fungsinya
Dari dasar otak tengah menuju otot mata, berfungsi menggerakkan
bola mata
b) Sifat syaraf
Motorik
5. Tes Nervus V (Trigeminal )
a) Asal dan Fungsinya
Dari bagian tepi sumsum otak menuju kelopak mata, hidung dan
gigi, berfungsi untuk mencium, merasa, dan menggerakkan lidah
b) Sifat syaraf
Sensorik
16
6. Tes nervus VI ( Abdusen )
a) Asal dan Fungsinya
Dari tepi sumsum otak menuju ke otot mata, berfungsi untuk
menggerakkan mata
b) Sifat syaraf
Motorik
7. Nervus VII ( Fasial )
a) Asal dan Fungsinya
Dari sumsum otak menuju lidah dan otot muka, saraf sensorik
berfungsi untuk mengecap dan saraf motorik untuk mengatur mimik
muka
b) Sifat syaraf
Gabungan
8. Nervus VIII ( Auditori )
a) Asal dan Fungsinya
Dari tepi medula otak menuju organ korti dalam koklea (rumah
siput) dan saluran semi sirkuler, berfungsi untuk pendengaran
b) Sifat syaraf
Sensorik
9. Nervus IX ( Glosofaringeal )
a) Asal dan Fungsinya
Dari tepi medula otak menuju lidah dan otot faring, saraf sensorik
berfungsi untuk mengecap, dan saraf motorik untuk menggerakkan
faring
b) Sifat syaraf
Gabungan
17
10 Nervus X ( Vagus )
a) Asal dan Fungsinya
Dari tepi dasar otak menuju faring, kantung suara (pita suara),
paru-paru, jantung, esofagus, lambung, usus halus, saraf motorik
berfungsi menggerakkan paru-paru, menggerakkan pita suara,
kontraksi jantung dan mempengaruhi gerakan peristaltik, serta saraf
sensorik berfungsi mengatur suara dan saraf perasa
b) Sifat syaraf
Gabungan
11. Nervus XI ( Aksesori )
a) Asal dan Fungsinya
Dari otak menuju langit-langit, laring, pta suara dan leher,
berfungsi menggerakkan otot faring, laring, dan leher
b) Sifat syaraf
Motorik
12. Nervus XII (Hipoglosal )
a) Asal dan Fungsinya
Dari dasar otak menuju otot lidah dan leher, berfungsi
menggerakkan otot lidah dan leher
b) Sifat syaraf
Motorik
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan
dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung
kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang
klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.
Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal
yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan
dengan umur anak/bayi.
3.2 SARAN
Semoga makalah yang berjudul pemeriksaan fisik pada anak ini dapat
bermanfaat bagi para masyarakat luas pada umumnya dan bagi para rekan
mahasiswa pada khususnya. Kami sebagai kelompok sadar bahwa makalah
ini masih banyak memiliki kekurangan karena hanya beberapa referensi
yang dipakai, namun kami berharap makalah ini dapat bermanfaat.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Ganjil%20II%20-
%20Pemeriksaan%20Fisik%20Anak.pdf
http://weenbee.wordpress.com/2012/10/05/konsep-pemeriksaan-fisik/