bab 1

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan dengan umur anak/bayi. Suasana harus tenang dan nyaman karena jika anak ketakutan, kemungkinan dia akan menolak untuk diperiksa. Untuk anak usia 1 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, sedangkan pada bayi usia 6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa. Tata cara dan urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Inspeksi, ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum dengan membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah sekitarnya atau organ yang sama pada sisi yang berbeda. Palpasi, dilakukan dengan telapak tangan dan atau jari-jari tangan. Palpasi diperlukan untuk menentukan bentuk, ukuran, tepi, permukaan dan untuk mengetahui intensitas nyeri serta konsistensi.

Upload: diena-masrukin

Post on 15-Jul-2015

310 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal

yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan

dengan umur anak/bayi. Suasana harus tenang dan nyaman karena jika anak

ketakutan, kemungkinan dia akan menolak untuk diperiksa. Untuk anak usia

1 – 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, sedangkan pada bayi

usia 6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa. Tata cara dan

urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi.

Inspeksi, ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum

dengan membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah sekitarnya

atau organ yang sama pada sisi yang berbeda. Palpasi, dilakukan dengan

telapak tangan dan atau jari-jari tangan. Palpasi diperlukan untuk

menentukan bentuk, ukuran, tepi, permukaan dan untuk mengetahui

intensitas nyeri serta konsistensi.

Page 2: Bab 1

2

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan

1.2.2

1.3 TUJUAN MASALAH

1.3.1 Untuk mengetahui maksud dari

1.4 METODE PENULISAN

Metode pengumpulan data dalam penulisan makalah ini diperoleh

dengan membaca buku-buku literatur serta mencari informasi yang

berkaitan dengan “ Pemeriksaan Fisik pada Anak “.

Page 3: Bab 1

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik

Pengertian

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga

kesehatan dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis

penyakit. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut

sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi

objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat

penilaian klinis

Tujuan Pemeriksaan Fisik

Sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku sejahtera

Sebagai tindakan kesehatan preventif

Penerimaan di RS dan fasilitas perawatan jangka panjang

Tujuan Pemeriksaan Fisik pada Petugas Kesehatan

Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien

Menambah, menginformasikan atau menyangkal data yang diperoleh

dalam riwayat keperawatan

Mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan

Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien

dan penatalaksanaannya

Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan

Page 4: Bab 1

4

Metode Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

2.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Kepala

a. Definisi

Pemeriksaan yang dilakukan di bagian kepala untuk

mengetahui kondisi dan keadaan kepala.

b. Tujuan Pemeriksaan

Mengidentifikasi cirri-ciri normal kepala.

Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala.

Menjelaskan struktur yang dikaji dalam pengkajian kepala.

Menjelaskan ciri-ciri normal kepala dan organ-organ di kepala.

Mendemonstrasikan teknik inspeksi dan palpasi dalam

pengakajian kepala.

c. Manfaat Pemeriksaan

Perawat dapat mengumpulkan data riwayat kesahatan dan

mengetahui bentuk dan fungsi kepala

d. Indikasi

Perhatikan bentuk kepala, adanya pembengkakan atau

penonjolan, tekstur rambut, kebersihan rambut.

e. Kontraindikasi

Hindari benturan-benturan yang membahayakan organ-organ

bagian kepala.

f. Pemeriksaan

Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefal

Tulang tengkorak :

a) Anencefali : tidak ada tulang tengkorak

Page 5: Bab 1

5

b) Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital

c) Fontanel anterior menutup : 18 bulan

d) Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan

e) Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24 jam pertama

dan hilang dalam 2 hari

f) Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48 jam dan

hilang 2 – 3 minggu

Distribusi rambut dan warna

Jika rambut berwarna / kuning dan gampang tercabut

merupakan indikasi adanya gangguan nutrisi

Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian

frontal kebagian occipital.

Muka

Simetris kiri kanan

Tes nervus 7 ( facialis )

a) Sensoris : Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah

maksilla dan mandibula dan menyebutkan apa yang dirasakan.

b) Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi, kemudian menutup

mata kuat-kuat sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua

kelopak mata agar tetap terbuka.

Tes nervus 5 ( trigeminus )

a) Sensorik : menyentuhkan kapas pada daerah wajah dan apakah ia

merasakan sentuh tersebut

b) Motorik : menganjurkan klien untuk mengunyah dan pemeriksa

meraba otot masenter dan mandibula.

Page 6: Bab 1

6

Pemeriksaan Mata

a. Definisi

Pemeriksaan yang di lakukan pada bagian mata untuk

mengetahui normal atau adanya gangguan pada mata klien.

Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata tergantung kepada

informasi yang diperlukan.

b. Tujuan pengkajian mata :

Untuk mengetahui bentuk mata yang normal dan mengetahui

fungsi mata

c. Manfaat :

1) Perawat dapat mengetahui kondisi mata pasien dan kelainan yang

terjadi serta melakukan pengobatan bila terjadi kerusakan pada

mata

2) klien mampu mengenali tanda gejala penyakit mata

3) klien mampu melakukan tindakan kewaspadaan yang tepat untuk

defisit pengelihatan

d. Indikasi

Perhatikan bentuk bola mata, kesimetrisan kedua bola mata,

keadaan bulu mata, warna konjungiva dan sklera.

e. Kontraindikasi

Hindari masuknya benda-benda asing pada mata, kurangi

pemakaian obat tetes mata, tidak memberikan perlakuan khusus yang

berlebihan pada mata.

f. Pemeriksaan :

Simetris kanan kiri

Alis tumbuh umur 2-3 bulan

Kelopak mata :

a) Oedema

b) Ptosis : celah kelopak mata menyempit karena kelopak mata

atas turun.

Page 7: Bab 1

7

c) Enof : kelopak mata menyempit karena kelopak mata atas

dan bawah tertarik kebelakang.

d) Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak

mata atas dan bawah tertarik kebelakang.

Pemeriksaan nervus II ( optikus),test konfrontasi dan ketajaman

penglihatan.

a) Sebagai objek mempergunakan jari

b) Pemeriksa dan pasaien duduk berhadapan ,mata yang akan

diperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa ,yang biasanya

berlawanan, mata kiri dengan mata kanan,pada garis

ketinggian yang sama.

c) Jarak antara keduanya berkisar 60 – 100 cm. Mata yang lain

ditutup,obyek mulai digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari

samping telinga ,apabila obyek sudah tidak terlihat oleh

pemeriksa maka secara normal obyek tersebut dapat dillihat

oleh pasien.

d) Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.

Pemeriksaan nervus III ( Oculomotoris refleks cahaya)

a) Pen light dinyalakan mulai dari samping) atrau, kemudian

cahaya diarahkan pada salah satu pupil yang akan

diperiksa, maka akan ada rekasi miosis.

b) Apakah pupil isokor kiri atau kanan

Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis ) pergerakan bola mata

a) Menganjurkan klien untuk melihat ke atas dan ke bawah.

Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen )

a) Menganjurkan klien untuk melihat ke kanan dan ke kiri.

Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Refleks kornea

a) Tutup mata yang satu dengan penutup

b) Minta klien untuk melirik kearah laterosuperior ( mata yang

tidak diperiksa)

Page 8: Bab 1

8

c) Sentuhkan pilinan kapas pada kornea, respon refleks berupa

kedipan kedua mata secara cepat.

d) Glaberal refleks: mengetuk dahi diantara kedua mata, hasil

positif bila tiap ketukan mengakibatkan kedua mata klien

berkedip.

e) Doll eye refleks : bayi dipalingkan dan mata akan ikut , tapi

hanya berfokus pada satu titik.

g. Evaluasi pada mata

Minta klien atau anggota keluarga melaporkan kunjungan

terakhir ke dokter mata

Observasi lingkungan rumah klien dengan defisit penglihatan.

Hidung

a. Definisi

Pemeriksaan hidung adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk

megamati alur napas, ada atau tidaknya benda-benda asing yang

menggangu jalan napas seseorang, lesi, atau infeksi pada hidung

b. Tujuan

1) Untuk mengetahui keadaan, bentuk dan fungsi hidung.

2) Mendemostrasikan teknik inspeksi dan palpasi dalam pengkajian

hidung

c. Manfaat

1) Keluarga klien dapat mengetahui anjuran pemeriksaan hidung

yang teratur

2) Keluarga klien dapat mengenali tanda dan gejala pada hidung

hidung

d. Indikasi

Perhatikan bentuk, ukuran, warna dan kesimetrisan, lesi, secret,

sumbatan dan pendarahan serta tanda-tanda infeksi pada hindung

bagian luar maupun dalam.

Page 9: Bab 1

9

e. Kontraindikasi

Hidari menggunakan obat semprot hidung yang di jual bebas

secara berlebihan, hindari membersihkan hidung dengan mencungkil

terlalu dalam ke rongga hidung.

f. Pemeriksaan

Posisi hidung apakah simetris kiri kanan

Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga

down syndrome.

Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari

Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan

apabila bulu kapas bergerak, berarti bayi bernafas.

Gunakan speculum untuk melihat pembuluh darah mukosa,

secret, poliup, atau deviasi septum.

Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris)

Tutup salah satu lubang hidung klien ,berikan bau bauan ,

lalu klien diminta untuk menyebutkan bau apa. Tiap hidung diuji

secara terpisah.

Mulut

a. Definisi

Pengkajian mulut di lakukan dengan posisi duduk.

Pencahayaan harus baik sehingga semua bagian dalam mulut dapat

di lihat dengan jelas.

b. Tujuan

Untuk mendeteksi tanda kesehatan secara umum, menentukan

kebutuhan higene oral, dan menentukan terapi keperwatan untuk

klien dengan dehidrasi, asupan terbatas, trauma oral atau obstruksi

jalan napas oral.

c. Manfaat

Keluarga klien dapat mempraktikan tidakan higene oral dan

perwatan mulut yang tepat

Page 10: Bab 1

10

d. Indikasi

Perhatiakan bentuk bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lender, pipi

bagian dalam, lantai dasar mulut dan palatum mulut atau langit-

langit mulut dan faring.

e. Kontraindikasi

Hindari memasukkan benda-benda asing yang membahayakan.

f. Pemeriksaan

Bibir kering atau pecah – pecah

Periksa labio schizis

Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan

Tekan pangkal lidah dengan menggunakan spatel, hasil positif

bila ada refleks muntah ( Gags refleks)

Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan

Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )

a) Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan anjurkan klien

untuk memngatakan “ AH “ dan perhatikan ovula apakah

terngkat.

Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris

a) Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan rasa asin, manis dan

pahit, kemudian menentukan zat apa yang dirasakan dan

1/3 bagian belakang lidah untuk pemeeriksaan Nervus IX.

Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus

a) Menyuruh pasien untuk menjulurkan lidah lurus lurus

kemudian menarik dengan cepat dan disuruh

menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan dan sementara itu

pemeriksa melakukan palpasi pada kedua pipi untuk

merasakan kekuaatn lidah.

Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkan

disekitar mulut dan kemudian akan mengisapnya.

a) Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingking

kedalam mulut, raba palatum keras dan lunak apabila ada

Page 11: Bab 1

11

lubang berarti labio palato shizis,kemudian taruh jari

kelingking diatas lidah , hasil positif jika ada refleks

mengisap (Sucking Refleks)

g. Evaluasi

Minta klien untuk mendemonstrasikan menyikat gigi

Minta klien untuk mengidentifikasi waktu pemeriksaan gigi yang

teratur

Pemeriksaan Telinga

a. Definisi

Merupakan bagian yang penting pula dalam hidup ini karena

dengan telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga

keseimbangan.

b. Struktur anatomi telinga dapat dibagi menjadi 3 bagian :

1. Telinga luar, meliputi aurikel (pinna)

2. Telinga tengah (rongga timpani), terpisah dengan telinga luar

oleh adanya membrane timpani (gendang telinga). Dalam rongga

timpani terdapat komponen pendengaran seperti maleolus,

inkuls, stapes yang berhubungan dengan tuba eustasia atau

pendengaran, sinus-sinus mastoid, telinga luar dan telinga dalam.

3. Telinga dalam, terdiri dari labirin yang bertulang dan

bermembran yang meliputi kokhlea, vestibulum dan saluran

semisirkular. Pada koklea terdapat resptor yang merupakan

cabang koklea terhadap serabut saraf (mentransmisikan impuls

pendengaran)

Page 12: Bab 1

12

Secara fisiologi telinga :

Proses pendengaran melalui suatu rangkaian. Semua bunyi yang

dapat di dengar yang dapat menyebabkan gelombang bunyi bergerak.

Gelombang bunyi ini di transmisikan melalui hantaran udara menuju

membran timpani yang menyebabkan membran bergetar. Osikel,

pendengaran mentransmisikan gelombang bunyi ke fenestra ovalis

kemudian ke cairan telinga dalam. Cairan telinga dalam meneruskan

gelombang bunyi menuju resptor cabang koklea serabut

saraf.Berikutnya saraf koklea ini meneruskan impiuls ke pusat

pengatur penedengaran di lobus temporal selebrum dimana

pendengaran di sebabkan oleh stimulasi pada area di otak ini.

c. Tujuan pemeriksaan :

Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang

telinga / membran timpani dan pendengaran.

d. Manfaat

1. Klien dapat menggunakan teknik yang tepat untuk membersihkan

telinga

2. Klien dapat mengikuti petunjuk pencegahan untuk scrining

kehilangan pendengaran

3. Klien dengan kehilangan pendegaran akan dapat berkomunikasi

secara efektif

e. Indikasi

Perhatikan kesimetrisan kedua telinga bagian kiri dan kanan,

amati telinga luar dan periksa keadaan pinna terhadap ukuran,

bentuk, warna, lesi dan adanya massa.

f. Kontraindikasi

Hindari memasukkan benda berujung runcing ke dalam kanal

telinga dan mencungkil telinga terlalu dalam

Page 13: Bab 1

13

g. Pemeriksaan :

Simetris kiri dan kanan

Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula

menunjukkan tulang rawan masih lunak.

Canalis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang, untuk

melihat apakah ada serumen atau cairan.

Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus)

Menggesekkan rambut, atau tes bisik.

Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)

Starter refleks : tepuk tangan dekat telinga, mata akan berkedip.

h. Evaluasi :

Minta keluarga klien menjelaskan teknik yang tepat untuk

membersihkan telinga

Observasi cari klien yang kehilangan pendengaran berintegrasi

dengan anggota keluarga.

Pemeriksaan leher

a. Defenisi

Pemeriksaan yang dilakukan untuk megetahui keadaan leher

yang normal atau adanya gangguan yang berkaitan.

b. Tujuan

Untuk mengetahui bentuk leher dan organ-organ penting yang

berkaitan, menentukan integritas struktur leher dan memeriksa sistim

limfatik.

c. Manfaat

Mendemonstrasikan kepada keluarga pasien cara merawat leher

dan organ yang berkaitan agar keluarga klien mengetahui cara

merawat dan memberi perlakuan pada leher.

d. Indikasi

Memperhatikan warna kulit, integritas, pembesaran kelenjar

gondok, konsistensi dan nyeri.

Page 14: Bab 1

14

e. Kontraindikasi

Hindari posisi tidur yang salah dan menyebakan saraf leher

menjadi terganggu.

f. Pemeriksaan leher

Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.

Periksa arteri karotis

Vena Jugularis

a) Posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan,tekan daerah

nodus krokoideus maka akan tampak adanya vena.

b) Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebut

kemudian tarik garis imajiner untuk menentukan

panjangnya.

Raba tiroid : daerah tiroid ditekan, dan pasien disuruh untuk

menelan, apakah ada pembesaran atau tidak.

Tonick neck refleks : kedua tangan ditarik, kepala akan

mengimbangi.

Neck rigting refleks refleks : posisi terlentang, kemudian tangan

ditarik kebelakang, pertama badan ikut berbalik diikuti dengan

kepala.

Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)

a) Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh

untuk menghadap kedepan, pemeriksa memberi tahanan

terhadap kepala sambil meraba otot sternokleidomasatodeus.

g. Evaluasi

Minta klien kapan harus memberitahu dokter tentang massa

pada leher.

Page 15: Bab 1

15

2.3 Tabel Nervus Kranial

1. Nervus I ( Olfaktorius )

a) Asal dan Fungsinya

Dari bagian olfaktori otak menuju epitel hidung, berfungsi untuk

penciuman

b) Sifat Syaraf

Sensorik

2. Nervus II ( Opticus )

a) Asal dan Fungsinya

Dari otak tengah menuju ke retina mata, berfungsi untuk

penglihatan.

b) Sifat Syaraf

Sensorik

3. Tes nervus III ( Okulomotorius )

a) Asal dan Fungsinya

Dari dasar otak tengah menuju ke otot mata, iris, dan bola mata,

berfungsi menggerakkan otot mata ke kiri dan ke kanan

b) Sifat syaraf

Motorik

4. Tes nervus IV ( Troklear )

a) Asal dan Fungsinya

Dari dasar otak tengah menuju otot mata, berfungsi menggerakkan

bola mata

b) Sifat syaraf

Motorik

5. Tes Nervus V (Trigeminal )

a) Asal dan Fungsinya

Dari bagian tepi sumsum otak menuju kelopak mata, hidung dan

gigi, berfungsi untuk mencium, merasa, dan menggerakkan lidah

b) Sifat syaraf

Sensorik

Page 16: Bab 1

16

6. Tes nervus VI ( Abdusen )

a) Asal dan Fungsinya

Dari tepi sumsum otak menuju ke otot mata, berfungsi untuk

menggerakkan mata

b) Sifat syaraf

Motorik

7. Nervus VII ( Fasial )

a) Asal dan Fungsinya

Dari sumsum otak menuju lidah dan otot muka, saraf sensorik

berfungsi untuk mengecap dan saraf motorik untuk mengatur mimik

muka

b) Sifat syaraf

Gabungan

8. Nervus VIII ( Auditori )

a) Asal dan Fungsinya

Dari tepi medula otak menuju organ korti dalam koklea (rumah

siput) dan saluran semi sirkuler, berfungsi untuk pendengaran

b) Sifat syaraf

Sensorik

9. Nervus IX ( Glosofaringeal )

a) Asal dan Fungsinya

Dari tepi medula otak menuju lidah dan otot faring, saraf sensorik

berfungsi untuk mengecap, dan saraf motorik untuk menggerakkan

faring

b) Sifat syaraf

Gabungan

Page 17: Bab 1

17

10 Nervus X ( Vagus )

a) Asal dan Fungsinya

Dari tepi dasar otak menuju faring, kantung suara (pita suara),

paru-paru, jantung, esofagus, lambung, usus halus, saraf motorik

berfungsi menggerakkan paru-paru, menggerakkan pita suara,

kontraksi jantung dan mempengaruhi gerakan peristaltik, serta saraf

sensorik berfungsi mengatur suara dan saraf perasa

b) Sifat syaraf

Gabungan

11. Nervus XI ( Aksesori )

a) Asal dan Fungsinya

Dari otak menuju langit-langit, laring, pta suara dan leher,

berfungsi menggerakkan otot faring, laring, dan leher

b) Sifat syaraf

Motorik

12. Nervus XII (Hipoglosal )

a) Asal dan Fungsinya

Dari dasar otak menuju otot lidah dan leher, berfungsi

menggerakkan otot lidah dan leher

b) Sifat syaraf

Motorik

Page 18: Bab 1

18

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan

dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung

kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang

klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.

Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal

yang tidak boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan

dengan umur anak/bayi.

3.2 SARAN

Semoga makalah yang berjudul pemeriksaan fisik pada anak ini dapat

bermanfaat bagi para masyarakat luas pada umumnya dan bagi para rekan

mahasiswa pada khususnya. Kami sebagai kelompok sadar bahwa makalah

ini masih banyak memiliki kekurangan karena hanya beberapa referensi

yang dipakai, namun kami berharap makalah ini dapat bermanfaat.

Page 19: Bab 1

19

DAFTAR PUSTAKA

http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Ganjil%20II%20-

%20Pemeriksaan%20Fisik%20Anak.pdf

http://weenbee.wordpress.com/2012/10/05/konsep-pemeriksaan-fisik/