bab 1

Upload: muhammad-igoj-iggs

Post on 09-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 BAB 1

    1/18

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1

    Latar Belakang

    Masalah utama yang sering dihadapi dalam kegiatan pertanian organik

    adalah adanya organisme pengganggu tanaman (OPT), terutama di daerah tropis

    karena kondisi iklim tropis akan sangat mendukung perkembangan OPT. Oleh

    karena itu, diperlukan pengendalian OPT yang intensif, antara lain dengan

    menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida kimia selama ini sebangai pilihan

    utama, karena dapat mengendalikan penyakit dengan cepat dan pektis.

    Penggunaan pestisida kimia dapat menimbukan masalah baru bagi petani,

    diantaranya terjadi respirasi patogen. Beberapa jenis patogen telah resisten

    terhadap benomil, kintozeb dan blastisidin-s. Selain itu pengendalian secara kimia

    memerlukan biaya yang cukup tinggi serta residu bahan kimia pada hasil tanaman.

    Penggunaan pestisida yang kurang tepat baik sasaran, jenis pestisida maupun

    tidak tepat dosis/konsentrasi akan berdampak pada pencemaran lingkungan hal ini

    dibuktikan dari hasil penelitian bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan

    dapat mencemari air dan tanah hingga ditemukan adanya kenaikan kandungan Pb

    77.946 mg/Ha dalam tanah setelah ditanami bawang merah Karyadi (2008).

    Pemakaian pestisida yang berlebihan dapat juga menyebabkan gangguan

    pada kesehatan antara lain pestisida organophospat terdeteksi dapat

    mempengaruhi pajanan inhalasi pada anak-anak. Pestisida dapat masuk ke tubuh

    manusia atau hewan melalui 3 cara yaitu kontaminasi lewat kulit. Pestisida yang

    menempel di permukaan kulit. Terhisap lewat hidung atau mulut, Pestisida

    terhisap lewat hidung merupakan yang terbanyak kedua sesudah kontaminasi

    kulit. Pajanan pestisida dapat masuk ke dalam sistem pencernaan makanan, hal ini

    dapat terjadi bila petani di lahan pertanian karena drift pestisida terbawa angin

    masuk ke mulut, meniup nozel yang tersumbat langsung ke mulut, makanan dan

    minuman terkontaminasi pestisida.

    1.2 Tujuan

    Untuk mengetahui formulasi pestisida, resedu dan membedakan pestisida

    herbisida, insektisida, fungisida.

  • 5/19/2018 BAB 1

    2/18

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan

    perangsang tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan

    untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman (Yuantari, 2013).

    Pengendalian penyakit antraknosa dengan menggunakan pestisida kimia telah

    dilakukan, bahkan dengan cara mengcampur 2 3 jenis pestisida, lalu di semprot

    ketanaman 2 5 hari sekali. Penggunaan pestisida kimia selama ini sebangai

    pilihan utama, karena dapat mengendalikan penyakit dengan cepat dan praktis

    (Marlin, 2002). Penggunaan insektisida sintetik secara terusmenerus dan

    berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif seperti resistensi dan resurjensi

    hama, ledakan populasi hama sekunder serta munculnya berbagai kasus keracunan

    terhadap hewan ternak dan manusia (Zarkani, 2009). Insektisida botanikal adalah

    insektisida dari tumbuhan. Tumbuhan yang memiliki senyawa kimia atau

    metabolit sekunder yang dapat mempertahankan dirinya terhadap gangguan

    serangga dan organisme berpotensi penyakit. Metabolit sekunder dapat berupa

    kristal, pati, dan lain-lain. Metabolit sekunder biasa disimpan dalam tumbuhan

    sebagai cadangan makanan, maupun sebagai penangkal serangga (Hasanah,

    2012).

    Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran (Wudianto R, 2010) yaitu :

    1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa

    mematikan semua jenis serangga.

    2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa

    digunakan untuk memberantas dan mencegah fungsi/cendawan.

    3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif

    beracun yang bisa membunuh bakteri.

    4. Nermatisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda.

    Berdasarkan Sifat dan Cara Kerja Racun Pestisida (Djojosumarto, 2008)

    1. Racun Kontak

    Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat

    kulit (kutikula) dan di transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida

  • 5/19/2018 BAB 1

    3/18

    aktif bekerja.

    2. Racun Pernafasan (Fumigan)

    Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat system

    pernapasan.

    3. Racun Lambung Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika

    termakan serta masuk ke dalam organ pencernaannya.

    4. Racun Sistemik

    Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan herbisida.

    Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan

    terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat

    membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan

    bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati setelah memakan atau

    menghisap cairan tanaman yang telah disemprot.

    5. Racun Metabolisme

    Pestisida ini membunuh serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya.

    6. Racun Protoplasma

    Ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak.

    5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang

    digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-laba.

    6. Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang

    digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.

    7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu : siput, bekicot

    serta tripisan yang banyak dijumpai di tambak.

    8. Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk membunuh

    tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

    9. Pestisida lain seperti Pisisida, Algisida, Advisida dan lain-lain.

    10. Pestisida berperan ganda yaitu pestisida yang berperan untuk membasmi 2

    atau 3 golongan organisme pengganggu tanaman.

    Berdasarkan Bentuk Formulasi Pestisida, Formulasi pestisida yang

    dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif (active ingredient)

    yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu dan bahan

  • 5/19/2018 BAB 1

    4/18

    ramuan (inert ingredient), (Wudianto R, 2010). Beberapa jenis formulasi pestisida

    sebagai berikut :

    1. Tepung Hembus, debu (dust = D)

    Bentuknya tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya

    belerang atau dicampur dengan pelarut aktif, kandungan bahan aktifnya rendah

    sekitar 2-10%. Dalam penggunaannya pestisida ini harus dihembuskan

    menggunakan alat khusus yang disebut duster.

    2. Butiran (granula = G)

    Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan

    aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap, bagian luarnya ditutup

    dengan suatu lapisan.

    3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wettable powder = WP)

    Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara

    langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih dahulu

    dibasahi air. Hasil campurannya dengan air disebut suspensi. Pestisida jenis ini

    tidak larut dalam air, melainkan hanya tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu

    disemprotkan harus sering diaduk atau tangki penyemprotnya digoyang-goyang.

    4. Tepung yang larut dalam air (water-sofable powder = SP)

    Pestisida berbentuk SP ini sepintas mirip WP. Penggunaanya pun

    ditambahkan air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila WP tidak bisa

    terlarut dalam air, SP bisa larut dalam air. Larutan ini jarang sekali mengendap,

    maka dalam penggunaannya dengan penyemprotan, pengadukan hanya dilakukan

    sekali pada waktu pencampuran.

    5. Suspensi (flowable concentrate = F)

    Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambah pelarut

    serbuk yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya adalah seperti pasta

    yang disebut campuran basah. Campuran ini dapat tercampur air dengan baik dan

    mempunyai sifat yang serupa dengan formulasi WP yang ditambah sedikit air.

    6. Cairan (emulsifiable concentrare = EC)

    Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan

    aktif dengan perantara emulsi (emulsifiet). Dalam penggunaanya, biasanya

  • 5/19/2018 BAB 1

    5/18

    dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengencerannya atau cairan

    semprotnya disebut emulsi.

    7. Solution (S)

    Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke

    dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad pengganggu

    secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain. Formulasi ini hampir

    tidak ditemui.

    Merek dagang pestisida biasanya selalu diikuti dengan singkatan

    formulasinya dan angka yang menunjukkan besarnya kandungan bahan aktif.

    Berdasarkan Bahan Aktifnya, Penggunaan pestisida yang paling banyak dan luas

    berkisar pada satu diantara empat kelompok besar berikut (Kusnoputranto, 1996) :

    1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)

    Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro toxins) yang

    merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia, menyebabkan

    tremor dan kejang-kejang.

    2. Organofosfat (Organo phosphatesOps)

    Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara

    akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal (cicak) dan

    mamalia), mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan kelumpuhan.

    Organofosfat dapat menghambat aktifitas dari cholinesterase, suatu enzim yang

    mempunyai peranan penting pada transmisi dari signal saraf. Pajanan oleh

    pestisida golongan organofosfat menyebabkan penekanan terhadap fungsi enzim

    kolinesterase, yaitu suatu enzim yang diperlukan dalam sistem neurotransmiter

    pada manusia, binatang bertulang belakang dan serangga (Siwiendrayanti, 2012).

    3. Karbamat (carbamat)

    Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat enzim-

    enzim tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat efek

    toksik dari efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami proses

    penguraian yang sama pada tanaman, serangga dan mamalia. Pada mamalia

  • 5/19/2018 BAB 1

    6/18

    karbamat dengan cepat diekskresikan dan tidak terbio konsentrasi namun bio

    konsentrasi terjadi pada ikan.

    4. Piretroid

    Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa

    ester yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum.

    Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin,

    permetrin, fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan

    sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin,

    fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. Piretrum mempunyai

    toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka,

    dan mempunyai keunggulan diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang

    relatif sedikit, spekrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek

    melumpuhkan yang sangat baik.

    5. Kelompok lain

    Berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, terdiri dari berbagai urutan

    senyawa yang diproduksi secara alami oleh tumbuh-tumbuhan. Produk tumbuhan

    yang secara alami merupakan pestisida yang sangat efektif dan beberapa (seperti

    nikotin, rotenon ekstrak pyrenthrum, kamper dan terpentium) sudah dipergunakan

    oleh manusia untuk tujuan ini sejak beberapa ratus tahun yang lalu.

  • 5/19/2018 BAB 1

    7/18

    BAB 3. PEMBAHASAN

    3.1 Pestisida yang banyak beredar dipasaran

    a.

    Insektisida

    1. Fastac 15 EC

    Fastac 50 EC adalah insektisida kimia yang mengandung bahan aktif

    alfametrin15 g/l dengan warna jernih kekuningan. Penggunaannya yaitu

    mensuspensikan larutan dengan air kemudian disemprotkan pada tanaman

    yang terserang hama. Dosis yang duianjurkan adalah 1-2 l/ha untuk

    tanaman cabai yang terserang Mizus Perricae, 0,5-1l mL/10L untuk

    tanaman tomat yang terserang Helicoverpa Armigera, serta untuk tanamn

    lain dengan dosis menyesuaikan. Fastac adalah jenis racun kontak yang

    mengendalikan hama secara langsung.

    2. PRO 100 SL

    Insektisida dengan formulasi SL dan bahan aktif imidaklopid 100 g/l. Pestisida ini

    berwarnakuning kecoklatan, penggunaannya adalah disuspensikan dengan air

  • 5/19/2018 BAB 1

    8/18

    kemudian menyemprotkannya pada tanaman yang terserang hama. Dosis yang

    dianjurkan adalah 0,5-1 ml/l untuk membasmi kutu dan penghisap daun pada

    tanaman cabai. Cara kerjanya adalah racuk kontak dan lambung. Insektisida ini

    diproduksi oleh PT.CROPCARE indinesia.

    3. Rizotin 100 EC

    Rizotin 100 EC adalah salah satu insektisida organik denagn bahan aktif Matrine

    0,6% berwarna hjau kecoklatan. Cara penggunaannya adalah dengan cara

    mencampurnya dengan air kemudian disemprotkan. Dosis yang dianjurka adalah

    1-2 ml/l air pada tanaman bawang merah dan kedelai untuk mengendalikan

    Spodotera eaigura, Spodoptera litura dan Helopeltis SP. Cara kerjanya adalah

    insektisida sistemik. Insektisida ini diproduksi oleh PT. Inti Everspring Indonesia.

    b. Fungisida

    1. Dithane 80 WP

    Dithane 80 WP adalah fungisida dengan bahan aktif Mankozep 80 % dan

    formulasi WP. Berwarna kuning keabu-abuan penggunaannya disuspensikan

  • 5/19/2018 BAB 1

    9/18

    dengan air. Dosis yang dianjurkan adalah 1-5 g/l pada tanaman apel dan kedelai,

    untuk membasmi mursonina coronaria, alternaria pori dan pleakospora

    pachyrhizi.Fungisida ini bekerja secara protektif atau melindungi, bisa diberiakan

    sebelum tanaman budidaya terserang jamur. Fungisida ini diproduksi oleh PT.

    Mastalin Mandiri.

    1. Topisin M 70 WP

    Fungisida ini adalah fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat 70% berwarna

    putih kecoklatan penggunaanya cukup disuspensikan dengan air. Dosis yang

    dianjurkan 1-2 g/l pada tanaman apel dan melon yang terserang oidium sp dan

    cercospora spp. Fungisida ini adalah fungisida yang bersifat sistemik.fungisida

    topisin diproduksi oleh PT Petrokimia Kayaku.

    2.

    Heksa 50 SC

  • 5/19/2018 BAB 1

    10/18

    Heksa 50 EC adalah fungisida dengan bahan aktif Heksakonazol 50 g/l berwarna

    putih susu. Penggunaanya dengan cara disuspensikan dengan air. Dosis yang

    dianjurkan untuk fungisida ini adalah 0,5-1 l/ha pada tanamn padi untuk

    mengendalikan jamur rhizoctaria Solani dan alternaria porri pada tanaman

    bawang merah dengan dosis 1-2 ml/L. Pestisisda ini bekerja dengan cara sistemik.

    c. Herbisida

    1. Saber 720 EC

    Saber 20 EC adalah herbisida dengan bahan aktif 2-4 isobutil eter berwarna

    coklat tua dengan penggunaan disuspensikan dengan air. Dosis yang

    dianjurkan adalah 0,5-1l/ha pada tanaman padi sawah untuk mengendalikan

    gulma jenis Monochoria Vagianalis, echinochloa sp, dan cyperus sp.

    Herbisida ini bersifat sistemik dan diproduksi oleh PT Nufarm Indonesia.

    2. SATURN D

    Saturn D adalah slah satu jenis herbisida yang berbentuk granul dengan bahan

    aktif bantiocarb 4%, 2-4 D IBE 2% berwarna biru laut dan ditabur dalam

    penggunaannya. Dosis yang dianjurkan adalah 15-25kg/ha untuk mengendalikan

  • 5/19/2018 BAB 1

    11/18

    gulma golongan teki dan berdaun lebar pada tanaman padi sawah. Herbisida ini

    bekerja dengan cara sistemik. Diproduksi oleh PT Petrokimia Kayaku.

    3. Komodor

    Komodor adalah herbisida dengan bahan aktif Isopropil amina glisofat 300g/l dan

    2-4-D dimetil amina 100g/l berwarna coklat kekuningan, penggunaannya

    disuspensikan dengan air kemudian disemprotkan. Dosis yang dianjurkan adalah

    1,5-3 l/ha untuk gulma daun sempit dan berdaun lebar pada tanaman karet dan

    kakau. Komodor adalah herbisida sistemik dan selektif sehingga aman bagi

    tanaman budidaya.

    d. Bakterisida

    1.

    AGREPT 20 WP

    AGREPT 20 WP adalah bakterisida berbahan aktif Striptomisin sulfat 20%

    berwarna putih keabu-abuan penggunaannya dengan cara disemprotkan dengan

    air. Dosis yang dianjurkan 1-2 g/liter air untuk tanaman tomat dalam pengendalian

    Pseudomonas Solonecearum dan 2-2,5 g/air untuk mengendalikan Erwinia

  • 5/19/2018 BAB 1

    12/18

    Carotovora pada tanaman tembakau. GREPT 20 WP bakterisida sistemik yang

    diproduksi oleh PT Mastalin Mandiri.

    Pestisida Sistemik, cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida,

    fungisida dan herbisida. Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan

    pada bagian tanaman akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau

    daun, sehingga dapat membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman

    seperti jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati setelah

    memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah disemprot, sedangkan

    pestisida kontak bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat

    kulit (kutikula) dan di transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida

    aktif bekerja.

    Berdasarkan Bentuk Formulasi Pestisida, Formulasi pestisida yang

    dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif (active ingredient)

    yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu dan bahan

    ramuan (inert ingredient), (Wudianto R, 2010). Beberapa jenis formulasi pestisida

    sebagai berikut :

    1. Tepung Hembus, debu (dust = D)

    Bentuknya tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya

    belerang atau dicampur dengan pelarut aktif, kandungan bahan aktifnya rendah

    sekitar 2-10%. Dalam penggunaannya pestisida ini harus dihembuskan

    menggunakan alat khusus yang disebut duster.

    2. Butiran (granula = G)

    Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan

    aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap, bagian luarnya ditutup

    dengan suatu lapisan.

    3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wettable powder = WP)

    Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara

    langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih dahulu

    dibasahi air. Hasil campurannya dengan air disebut suspensi. Pestisida jenis ini

    tidak larut dalam air, melainkan hanya tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu

    disemprotkan harus sering diaduk atau tangki penyemprotnya digoyang-goyang.

  • 5/19/2018 BAB 1

    13/18

    4. Tepung yang larut dalam air (water-sofable powder = SP)

    Pestisida berbentuk SP ini sepintas mirip WP. Penggunaanya pun

    ditambahkan air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila WP tidak bisa

    terlarut dalam air, SP bisa larut dalam air. Larutan ini jarang sekali mengendap,

    maka dalam penggunaannya dengan penyemprotan, pengadukan hanya dilakukan

    sekali pada waktu pencampuran.

    5. Suspensi (flowable concentrate = F)

    Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambah pelarut

    serbuk yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya adalah seperti pasta

    yang disebut campuran basah. Campuran ini dapat tercampur air dengan baik dan

    mempunyai sifat yang serupa dengan formulasi WP yang ditambah sedikit air.

    6. Cairan (emulsifiable concentrare = EC)

    Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan

    aktif dengan perantara emulsi (emulsifiet). Dalam penggunaanya, biasanya

    dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengencerannya atau cairan

    semprotnya disebut emulsi.

    7. Solution (S)

    Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke

    dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad pengganggu

    secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain. Formulasi ini hampir

    tidak ditemui.

  • 5/19/2018 BAB 1

    14/18

    BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan

    1. Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang

    tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk

    melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman.

    2. Penggunaan pestisida harus sesuai dengan cara pakai yang tertera pada

    kemasan.

    3. Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut

    bahan aktif.

    4.2 Saran

    Penggunaan pestisida harus seminimal mungkin dan tepat dosis serta tepat

    sasaran agar kelestarian lingkungan terjaga, dan lebih disarankann pestisida nabati

    karena pestisida nabati tidak mengandung residu yang membahayakan.

  • 5/19/2018 BAB 1

    15/18

    DAFTAR PUSTAKA

    Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Agromedia, Jakarta.

    Hasanah, M., I., M. Tangkas, dan J, Sakung. 2012. Daya Insektisida Alami

    Kombinasi Perasan Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) dan Ekstrak

    Tembakau ( Nicotiana tabacum L). Akademika Kimia),1(4): 1.

    Kusnoputranto, H. 1995. Pengantar Toksikologi Lingkungan,

    DIKTI Depdikbud, Jakarta.

    Marlin., S, Hafsah, dan Rahmah. 2012. Efektivitas Lateks Pepaya (Carica

    papaya)Terhadap Perkembangan Colletotrichum capsicipada Buah Cabai(Capcicum annuum L).Penelitian), 14(1): 1-3.

    Swiendrayanti, A., Suhartono, dan N, Endah. 2012. Hubungan Riwayat Pajanan

    Pestisida Dengan Kejadian Gangguan Fungsi Hati (Studi pada Wanita

    Usia Subur di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes). Kesehatan

    Lingkungan Indonesia), 11(1): 1.

    Wudianto, R. 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida, Penebar Swadaya, Jakarta.

    Yuantari, MG. C., B, Widiarnako, dan H, R. Sunoko. 2013. Tingkat Pengetahuan

    Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut

    Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan). Pengelolaan Sumberdaya

    Alam dan Lingkungan), 1(1): 1,2.

    Zarkani, A., D, Prijono, dan Pudjianto. 2009. Pengujian Ekstrak Piper

    retrofractum sebagai Insektisida Nabati terhadap Crocidolomia pavonana

    dan Plutella xylostella Serta Keamanannya terhadap Diadegma

    semiclausum. Akta Agrosia), 12(1): 1,2.

  • 5/19/2018 BAB 1

    16/18

  • 5/19/2018 BAB 1

    17/18

  • 5/19/2018 BAB 1

    18/18