bab 1
DESCRIPTION
bab 1TRANSCRIPT
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Pembangunan di bidang kesehatan gigi
merupakan bagian integral pembangunan nasional, artinya dalam melaksanakan
pembangunan kesehatan, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh
ditinggalkan. Upaya di bidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian untuk
menunjang kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan dilakukan dengan
memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga
dalam pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan
(Depkes RI, 2004).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan
bahwa 23,4% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut dan
hanya 29,6% penduduk diantaranya yang menerima perawatan dan pengobatan dari
tenaga kesehatan gigi. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat masyarakat
yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Penyakit
gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit yang
menyerang jaringan keras gigi (karies) dengan Indeks DMF-T nasional sebesar 4,85
(Depkes RI, 2008).
Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat, termasuk kesehatan gigi dan
mulut, bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut
dilakukan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu dan merata yang dapat diterima
dan terjangkau oleh seluruh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat (Marta,
2004).
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, disediakan berbagai sarana kesehatan
diantaranya rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas, dan lain-lain. Puskesmas
adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama yang merupakan pusat pengembangan
kesehatah masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerja dalam
bentuk kegiatan pokok. Dengan adanya puskesmas diharapkan dapat memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk memperoleh derajat
kesehatan yang optimal dan terjangkau. Sedangkan rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Depkes RI, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka Fakultas Kedokteran Gigi Univertas Jember
bekerja sama dengan puskesmas dan rumah sakit dalam bentuk Praktek Kerja
Lapangan Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat (PKL IKGM IV) sebagai sarana belajar
untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjadi mahasiswa di perguruan
tinggi. Puskesmas Gumukmas, Puskesmas Ledokombo, dan RSUD Blambangan
merupakan tempat dilaksanakannya PKL IKGM/ IKGP IV pada periode (6 Oktober –
31 Desember 2014).
1.2 Ruusan Masalah
a. Apa sajakah masalah gigi dan mulut serta terapi/perawatan gigi dan mulut
terbanyak di puskesmas dan rumah sakit?
b. Bagaimana distribusi umur dan jenis kelamin pasien yang datang ke poli gigi
puskesmas dan rumah sakit?
1.3 Tujuan
Pelaksanaan praktek kerja lapangan PKL IKGM/ IKGP IV di puskesmas dan
rumah sakit bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui masalah gigi dan mulut terbanyak di puskesmas dan rumah
sakit.
b. Untuk mengetahui terapi/ perawatan gigi dan mulut terbanyak di puskesmas dan
rumah sakit.
c. Untuk mengetahu distribusi umur dan jenis kelamin pasien yang datang ke poli
gigi puskesmas dan rumah sakit.
1.4 Manfaat
Pelaksanaan praktek kerja lapangan PKL IKGM/ IKGP IV di puskesmas dan
rumah sakit memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
di kampus, mendapatkan bekal pengalaman baru sistem pelayanan di puskesmas
dan rumah sakit.
b. Bagi Puskemas dan Rumah Sakit
Memperoleh bantuan tenaga dalam melaksanakan pelayanan di bidang kesehatan
terutama gigi dan mulut.
c. Bagi Perguruan Tinggi
Dapat membina kerjasama dengan instansi terkait serta dapat memperoleh sarana
dan tempat untuk proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas
mahasiswa di bidang kesehatan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RUMAH SAKIT
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan
upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan
terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan
pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana
kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan
rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan (Siregar, 2004).
2.1.2 Tugas Rumah Sakit
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992,
tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna
dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2004).
2.1.3 Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1) menyelenggarakan pelayanan medik
2) pelayanan penunjang medik dan nonmedik
3) pelayanan dan asuhan keperawatan
4) pendidikan dan pelatihan
5) penelitian dan pengembangan
6) pelayanan rujukan upaya kesehatan
7) administrasi umum dan keuangan(Siregar, 2004)..
Maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan
penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit
memberikan pendidikan bagi mahasiswa dan penelitian yang juga merupakan fungsi
yang penting. Fungsi keempat yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan
juga telah menjadi fungsi rumah sakit.
Empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan penderita, pendidikan,
penelitian dan kesehatan masyarakat.
a.Pelayanan Penderita
Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas
pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan. Pelayanan
penderita melibatkan pemeriksaan dan diagnosa, pengobatan penyakit atau
luka, pencegahan, rehabilitasi, perawatan dan pemulihan kesehatan.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas 2 bentuk
utama:
1. Pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan.
Profesi kesehatan yang mencakup: dokter, apoteker, perawat,
personel rekam medik, ahli gizi, teknisi sinar-X, laboran dan administrator
rumah sakit.
2. Pendidikan dan/atau pelatihan penderita.
Merupakan fungsi rumah sakit yang sangat penting dalam suatu
lingkup yang jarang disadari oleh masyarakat. Hal ini mencakup:
a. Pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi, psikiatri sosial dan
fisik.
b.Pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya: mendidik
penderita diabetes, atau penderita kelainan jantung untuk merawat
penyakitnya.
c. Pendidikan tentang obat untuk meningkatkan kepatuhan, mencegah
penyalahgunaan obat dan salah penggunaan obat, dan untuk
meningkatkan hasil terapi yang optimal dengan penggunaan obat
yang sesuai dan tepat.
c. Penelitian
Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi dengan
maksud utama, yaitu:
1.Memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan
peningkatan/perbaikan pelayanan rumah sakit.
2. Ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih
baik bagi penderita. Misalnya: pengembangan dan penyempurnaan
prosedur pembedahan yang baru.
d. Kesehatan Masyarakat
Tujuan utama dari fungsi rumah sakit sebagai sarana kesehatan
masyarakat adalah membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya
kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk.
Berdasarkan Undang-undang RI. No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah
Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit. Sedangkan Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu,
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.
Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit dibagi menjadi:
1. Klasifikasi Rumah Sakit Umum
a) Rumah Sakit Umum Kelas A yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,
12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas)
Pelayanan Medik Sub Spesialis.
b) Rumah Sakit Umum Kelas B yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua)
Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.
c) Rumah Sakit Umum Kelas C yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan
Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik.
d) Rumah Sakit Umum Kelas D yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik
Spesialis Dasar.
2. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus
a) Rumah Sakit Khusus Kelas A
b) Rumah Sakit Khusus Kelas B
c) Rumah Sakit Khusus Kelas C
Pengklasifikasian Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan pelayanan,
Sumber Daya Manusia, peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan
manajemen.
2.1.5 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 82 tahun
2013, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS
adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan
koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara
tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dilakukan dengan mengubah data
mentah menjadi informasi yang berguna melalui tiga tahap yaitu input, proses dan out
put. Kegiatan yang dilakukan sistem informasi manajemen rumah sakit adalah
melakukan pencatatan dan pelaporan seluruh kegiatan dan hasil kerja masing-masing
program. Kegiatannya adalah membuat laporan mingguan, bulanan, triwulan,
semester dan tahunan. Laporan yang telah dibuat diserahkan ke bagian
kesekretariatan dan ditanda tangani kepala rumah sakit untuk diserahkan ke Bupati
(Wijono, 2010).
2.1.6 Sistem Rujukan Rumah Sakit
Prof. Dr.Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai
suatusistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertical (dari unit yang lebih mampu menangani) atau
secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Rujukan adalah suatu pelimpahan sebagian wewenang tanggung jawab secara
timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul, baik secara vertikal (dari
satu unit ke unit yang lain yang lebih lengkap), dan secara horizontal (dari satu bagian
ke bagian yang lain dalam satu unit). Upaya rujukan berfungsi untuk menunjang
upaya kesehatan rumah sakit (Wijono, 2010). Sistem rujukan meliputi rujukan
kesehatan dan rujukan medis. Tujuan rujukan dalah agar setiap penderita mendapat
perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya, serta menjalin kerjasama antar
petugas dan instansi medis lainnya (Wijono, 2010).
Gambar 2.1 Bagan Alur Rujukan Pasien
2.2 PUSKESMAS
2.2.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah suatu organisasi fungsional yang bersifat menyeluruh,
terpadu dan merata dapat diterima dan terjangkau oleh pemerintah dan menggunakan
hasil pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang
dapat ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat. Pelayanan kesehatan menyeluruh
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
ditujukan kepada semua golongan umur maupun jenis kelamin (Departemen
Kesehatan RI, 2004).
Menurut Herijulianti, puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Herijulianti E, 2001). Wilayah kerja
puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Sasaran penduduk
yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas Keliling. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan
upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
(Departemen Kesehatan RI, 2004).
Menurut Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas adalah unit
pelaksana teknis (UPT) dari dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Puskesmas induk
Puskesmas yang didirikan di pusat kota kecamatan yang mempunyai
penduduk binaan antara 30.000 – 50.000 jiwa. Dengan semakin berkembangnya
kemampuan yang dimiliki pemerintah untuk membangun puskesmas. Puskesmas
induk ditetapkan berdasarkan kepadatan dan morbiditasnya, sehingga dalam suatu
wilayah bisa didirikan 2 – 3 puskesmas.
2. Puskesmas pembantu
Suatu unit pelayanan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu
kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh puskesmas dalam ruang lingkup wilayah
yang lebih kecil. Wilayah kerja puskesmas pembantu meliputi 2 - 3 desa dengan
sasaran penduduk mencapai 2.500 orang (di luar Jawa dan Bali) dan 30.000 orang
(di perkotaan Jawa dan Bali).
2.2.2 Fungsi puskesmas
Fungsi puskesmas menurut Depkes RI (2004) adalah sebagai berikut :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, meliputi :
aBerupayamenggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah
kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan.
b. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
c.Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat :
a. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat.
b.Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan.
c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang terdiri dari :
a. Pelayanan kesehatan perorangan.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat.
2.2.3 Tujuan puskesmas
Tugas puskesmas adalah melaksanakan pelayanan pembinaan dan
pengembangan upaya kesehatan secara menyeluruh/ paripurna kepada masyarakat di
wilayah kerjanya(Djojodriboto, D. 1997). Menurut Djojodriboto, D. (1997) tugas
upaya kesehatan puskesmas meliputi :
1. Menyelenggarakan upaya kesehatan yang bermutu merata, terjangkau dan
dengan peran serta masyarakat secara efektif sehingga tercipta kemampuan hidup
sehat bagi setiap individu penduduk.
2. Meningkatkan pencakupan, hasil guna dan daya guna program puskesmas
melalui kegiatan pengembangan, pembinaan dan pelayanan.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong diri sendiri dalam
bidang kesehatan dan meningkatkan peran serta masyarakat.
4. Meningkatkan status gizi masyarakat melalui perbaikan keluarga dan
perubahan serta gaya hidup yang mendukung perbaikan gizi.
5. Meningkatkan mutu lingkungan hidup, perubahan perilaku dan gaya hidup.
6. Mengurangi angka kesakitan, kematian, cacat fisik sebagai akibat penyakit,
kecelakaan, gangguan jiwa, penyalahgunaan narkotika dan bahan – bahan serta
pengaruh lingkungan tak sehat.
2.2.4 Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Menurut Depkes RI tahun 2004, azas penyelenggaraan puskesmas dalam
melaksanakan upaya kesehatan wajib maupun kesehatan pengembangan terdiri dari :
a. Azas pertangungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggungjawab meningkatkab derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Penyelenggaraan upaya kesehatan
strata pertama oleh puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan bidan desa serta
berbagai upaya kesehatan di luar gedung.
b. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga, masyarakat agar
berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas.
c. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus dilaksanakan secara
terpadu untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta agar hasil yang diperoleh
optimal. Ada dua macam keterpaduan yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Keterpaduan Lintas Program
Keterpaduan lintas program adalah upaya pemanduan penyelenggaran
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas, misalnya
upaya kesehatan sekolah, puskesmas keliling dan posyandu.
2. Keterpaduan Lintas Sektoral
Keterpaduan lintas sektoral adalah upaya memadukan penyelenggaraan
upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia sosial.
d. Azas Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus
penyakit/ masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari suatu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata pelayanan
kesehatan yang sama.Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan
oleh puskesmas, ada 2 macam rujukan yang dikenakan yaitu :
1. Rujukan upaya kesehatan perorangan, yang terdiri dari rujukan kasus,
rujukan bahan pemeriksaan dan rujukan ilmu pengetahuan.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat yang terdiri dari rujukan sarana dan
logistik, rujukan tenaga dan rujukan operasional.
Berikut ini adalah sistem rujukan pelayanan kesehatan :
Rujukan pelayanan Rujukan pelayanankesehatan perorangan kesehatan masyarakat
STRATA III RS pusat / Propinsi Depkes / Dinkes
propinsi RS kabupaten/ kota Dinkes kab/ kota
Klinik/ praktek STRATA II Spesialis swasta
Praktek dokter umumswasta, bidan puskesmas, STRATA I Puskesmas
BKIA, BP
Posyandu, polindes masyarakat perorangan/ posyandu, polindes,keluarga UKGB lainnya
2.2.5 Jenis Pelayanan Puskesmas
Jenis pelayanan kesehatan di puskesmas menurut Prasetyo (2007) adalah :
1.Pelayanan kesehatan menyeluruh
Pelayanan yang didirikan di puskesmas ialah pelayanan kesehatan
yang meliputi : promotif (peningkatan kesehatan), preventif (upaya
pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak membedakan jenis kelamin
dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
2.Pelayanan kesehatan integrasi (terpadu)
Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam suatu
kecamatan terdiri dari Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak,
Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular dan
lain sebagainya. Usaha tersebut masing – masing bekerja sendiri dan langsung
melapor kepada kepala dinas kesehatan Dati II. Petugas balai pengobatan
tidak tahu – menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petugas BKIA
tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh petugas hygiene sanitasi dan
sebaliknya. Dengan adanya sistem pelayanan seperti di puskesmas, maka
berbagai kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan bersama di bawahsuatu
organisasi dan satu pimpinan.
2.2.6 Upaya Puskesmas
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni
terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan
kesehatan di tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua
yaitu :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang diterapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta yang mempunyai
daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya promosi kesehatan.
b. Upaya kesehatan lingkungan.
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat.
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
f. Upaya pengobatan.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok
puskesmas yang telah ada, yaitu :
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan olahraga
c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
d. Upaya kesehatan kerja
e. Upaya kesehatan gigi dan mulut
f. Upaya kesehatan jiwa
g. Upaya kesehatan mata
h. Upaya kesehatan usia lanjut
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional, (Prasetyo, 2007).
2.2.7 Program Upaya Kesehatan Gigi di Puskesmas
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Salah satu program upaya kesehatan
pengembangan di puskesmas adalah program kesehatan gigi dan mulut. Program
upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terdiri atas pelayanan kesehatan gigi di
balai pengobatan gigi, usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS), dan usaha kesehatan
gigi masyarakat (UKGM) (Departemen Kesehatan RI, 2007).
1. Pelayanan Kesehatan Gigi di Balai Pengobatan Gigi (BPG)
Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas ditujukan kepada
masyarakat atau penderita yang berkunjung ke puskesmas. Tujuan umum
upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yaitu tercapainya derajat
kesehatan gigi yang layak. Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut
di Puskesmas yaitu;
a. Meningkatkan keadaan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam
kemampuan pelihara diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan
mulut serta mencari pengobatan sedini mungkin.
b. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat (karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau
pencegahan tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan
terutama pada kelompok masyarakat yang rawan.
c. Terhindarinya atau berkurangnya gangguan fungsi pengunyahan akibat
kerusakan gigi dan mulut.
Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan di puskesmas adalah
tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, perawatan saluran akar, pencabutan
gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan
bedah ringan seperti insisi abses, dan operkulektomi (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
Sarana dan prasarana untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan gigi di puskesmas yaitu fasilitas ruangan, peralatan dan
dokumen. Fasilitas ruangan terdiri atas ruangan berventilasi, listrik, air
yang mengalir. Peralatan terdiri atas bahan dan alat pengobatan gigi,
peralatan nonmedis berupa kursi, meja, lemari peralatan. Dokumen terdiri
atas dokumen inventaris alat dan catatan bahan habis pakai. Secara umum
sumber biaya kesehatan dapat dibedakan atas dua macam yaitu seluruhnya
bersumber dari anggaran pemerintah dan sebagian ditanggung oleh
masyarakat.16 Petugas pelaksana pengobatan gigi di setiap puskesmas
minimal terdiri atas satu dokter gigi dan satu perawat gigi (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
2. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
Menurut Departemen Kesehatan RI, UKGS merupakan suatu
komponen dari UKS dan merupakan strategi teknis pelayanan kesehatan
gigi mulut bagi anak sekolah yang pelaksanaannya disesuaikan dengan
kebutuhan tumbuh kembang anak.
A. Tujuan UKGS adalah:
1. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dengan jalan
mengadakan usaha preventif dan promotif.
2. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk
meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan
mulut (oral hygiene).
3. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar mau memelihara
kebersihan mulutnya di rumah (habit formation).
4. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dasar dengan
menjalankan usaha kuratif apabila usaha preventif gagal melalui
sistem selektif (selective approach).
5. Meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan gigi dengan suatu sistem
pembayaran yang bersifat pra upaya (pre-payment system).
B. Tahapan UKGS
Pelaksanaan UKGS dibagi dalam tiga tahap yaitu :
1. Tahap I atau paket minimal UKGS.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum
terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Kegiatan UKGS berupa:
a. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh
guru penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan
melaksanankan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I,
II dan III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor
minimal 1 kali/bulan.
2. Tahap II atau paket standar UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa SD/MI yang sudah
terjangkau tenaga fasilitas kesehatan gigi namun sarananya masih
terbatas.Kegiatan berupa :
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi.
b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh
guru penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan
melaksanankan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I,
II dan III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor
minimal 1 kali/bulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti
dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan.
g. Rujukan bagi yang memerlukan.
3. Tahap III atau paket optimal UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah
terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai ,
dipakai sistem inkrimental dengan pemeriksaan ulang setiap dua tahun
untuk gigi tetap. Kegiatan berupa :
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi.
b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan
melaksanankan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II
dan III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor
minimal 1 kali per bulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan
pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I –
VI(care of demand).
g. Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan
(treatment need).
h. Rujukan bagi yang memerlukan.
3. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM)
UKGM adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan gigi, dengan mengintegrasikan upaya promotif, preventif kesehatan
gigi pada berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang
berlandaskan pendekatan primary health care (posyandu, bina keluarga balita,
polindes, ponstren, dan taman kanak-kanak). Sasaran UKGM yaitu semua
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan diutamakan bagi kelompok
rentan penyakit gigi mulut yaitu golongan balita, ibu hamil, dan ibu menyusui
(Departemen Kesehatan RI, 2004).
Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan,
dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Program
UKGM di posyandu, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi dari puskesmas
dan kader. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau perempuan yang
dipilih oleh masyarakatdan dilatih menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta bekerja dalam hubungan yang amat
dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Dewi O, 2001).
Kegiatan UKGM yang dilaksanakan di posyandu yaitu pemeriksaan
kesehatan gigi, memebrikan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut, dan pelatihan kader. Kemampuan pendanaan dari pemerintah
terbatas, karenanya perlu dikembangkan pendanaan yang berasal dari
masyarakat untuk kepentingan pelayanan. Dana ini dapat berwujud dana sehat
atau bentuk-bentuk asuransi kesehatan lainnya yang merupakan bentuk
swadaya masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Menurut Sudayasa P, Posyandu dapat digolongkan menjadi tiga
tingkatan, yaitu:
1. Posyandu Pratama (warna merah)
Posyandu yang belum mantap, kegiatannya belum rutin tiap bulan
dan kader aktifnya masih terbatas. Intervensinya yaitu pelatihan kader
ulang.
2. Posyandu Madya (warna kuning)
Posyandu ini sudah melakukan kegiatan lebih dari delapan kali per
tahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih. Intervensi
posyandu ini yaitu pelatihan kader dan penggarapan dengan
pendekatan PKMD untuk menentukan penyelesaian masalah dan
program tambahan sesuai kebutuhan.
3. Posyandu Purnama (warna hijau)
Posyandu ini frekuensinya lebih dari delapan kali per tahun, dan
sudah ada program tambahan. Intervensi pada posyandu ini yaitu
penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan
masyarakat dalam menentukan pengembangan program di posyandu
dan pelatihan dana sehat (Sudayasa P, 2011).
4. Derajat Kesehatan Gigi Masyarakat
Derajat kesehatan gigi dapat diketahui dari skor karies yaitu salah satu
ukuran tingkat keparahan dari kerusakan gigi dan indeks CIPTN yaitu indeks
yang digunakan WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal.13
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure, dan daerah interproksimal)
meluas ke arah pulpa. Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman
seseorang terhadap karies (Pintauli S, 2008).
Dalam hal ini indeks karies yang dipakai adalah indeks DMFT Klein
diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938.
Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya
tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak
menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi
yang karies), M (gigi yang hilang), dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian
dijumlahkan sesuai kode. Rata-rata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF
dibagi jumlah orang yang diperiksa (Pintauli S, 2008).
Untuk mencapai kesehatan gigi masyarakat yang layak maka
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menetapkan target pencapaian tahun
2010 meliputi peningkatan status kesehatan gigi dan mulut, dan kemampuan
masyarakat untuk melakukan pencegahan. Sasaran WHO pada tahun 2010
terdiri atas 90% untuk umur 5 tahun bebas karies, angka DMF-T <1 untuk
anak umur 12 tahun, penduduk umur18 tahun tidak ada gigi yang dicabut
karena karies atau kelainan periodontal, sebesar 90% penduduk umur 35-44
tahun memiliki 20 gigi berfungsi, dan hanya 2% diantara mereka tidak bergigi
dan tidak lebih dari 0,1 sektan mempunyai sakit gusi dalam. Pada penduduk
umur 65-74 tahun hanya 5% yang tidak bergigi, 75% diantaranya memiliki 20
gigi berfungsi, dan tidak lebih dari 0,5 sektan dengan saku gusi dalam
(Departemen Kesehatan RI, 2004)
2.3Puskesmas Gumukmas
2.3.1 Letak Geografis
Kecamatan Gumukmas mempunyai luas wilayah 82,96 Km2 dengan
ketinggian rata-rata 141 m dari atas permukaan laut. Kecamatan Gumukmas terdiri
dari 7 desa yaitu : Mayangan, Menampu, Bagorejo, Gumukmas, Tembokrejo,
Kepanjen, Purwosari. Batas Kecamatan Gumukmas yaitu sebelah Utara Kecamatan
Umbulsari disebelah Timur Kecamatan Puger sebelah Selatan Lautan Indonesia
sebelah Barat Kecamatan Kencong.
2.3.2 Batas-batas Wilayah Kecamatan Gumukmas
Utara : kecamatan umbulsari
Timur : kecamatan puger
Selatan: samudera indonesia
Barat : kecamatan kencong
2.3.3 Luas Wilayah Kecamatan Gumukmas (Ha)
No DESASAWAH
(Ha)TEGAL
(Ha)
PEKARANGAN(Ha)
PERKEBUNAN(Ha)
1. BAGOREJO 282,3 290 0 0
2. GUMUKMAS 750 82,5 21 0
3. KARANGREJO 281 73 216 0
4. KEPANJEN 1234 505 0 4039
5. MAYANGAN 2119 345 0 0
6. MENAMPU 409,8 241.811 114,6 0
7. PURWOASRI 720 160,5 98 14
8. TEMBOKREJO 425 320 115 0
JUMLAH 6221,1 243.587 564,9 4053
2.3.4 Jumlah Penduduk Kecamtan Gumukmas
No DESAPENDUDUK WNI
L P JUMLAH
1. BAGOREJO 3.523 3.450 6.973
2. GUMUKMAS 6.470 6.669 13.139
3. KARANGREJO 4.999 4.923 9.922
4. KEPANJEN 5.644 5.375 11.019
5. MAYANGAN 4.938 4.989 9.927
6. MENAMPU 5.627 6.338 11.965
7. PURWOASRI 3.894 3.992 7.886
8. TEMBOKREJO 4.667 4.676 9.343
JUMLAH 39.762 40.412 80.174
2.3.5 Visi, Misi, Tujuan Puskesmas Gumukmas
a) Visi : Kepuasan pelanggan adalah kebanggaan kami.
b) Misi : Menuju layanan berkualitas dan terjangkau.
c) Tujuan:
1. Memberikan layanan pengobatan secara professional dan
bertanggungjawab.
2. Memberdayakan pelanggan sehingga mengetahui hak dan kewajiban
pelanggan.
3.Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada sehingga mampu
memberikan pelayanan secara professional.
4. Meningkatkan penyediaan dan perawatan sarana prasarana shingga tercapai
pelayanan yang memuaskan.
5. Mendorong dan mendukung kebijakan pelayanan kesehatan di tingkat
kabupaten.
2.4 Puskemas Ledokombo
2.4.1 Letak Geografis
Puskesmas Ledokombo terletak di bagian timur kabupaten Jember yang
lokasinya di Jalan Cumedak No. 124 kecamatan Ledokombo kabupaten Jember.
Wilayah kerja puskesmas Ledokombo meliputi :
1. Desa Ledokombo
2. Desa Sumber Lesung
3. Desa Sumber Bulus
4. Desa Sumber Salak
5. Desa Suren
6. Desa Lembengan
7. Desa Sumber Anget
8. Desa Karang Paiton
9. Desa Slateng
10. Desa Sukogidri
2.4.2 Batas-batas Wilayah KecamatanLedokombo
Batas wilayah kerja puskesmas Ledokombo adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Sumber Jambe
2. Sebelah Timur: Kabupaten Banyuwangi
3. Sebelah Barat : Kecamatan Kalisat
4. Sebelah Selatan: Kecamatan Silo
2.4.3 Jumlah Penduduk Kecamtan
1. Jml penduduk : 64026 jiwa
2. Laki-laki : 31422 jiwa
3. Perempuan : 32604 jiwa
4. Jumlah KK : 25600KK
5. Jumlah penduduk miskin : 38624 jiwa
6. Jml KK Miskin : 11525KK
2.4.4 Visi dan Misi Puskesmas Ledokombo
a) Visi : Masyarakat Kecamatan Ledokombo sehat melalui peningkatan pelayanan
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
b) Misi :
1. Memberikan pelayanan yang berkualitas & profesional.
2. Berkoordinasi dengan lintas sektor untuk menggerakkan
pembangunan wilayah berwawasan kesehatan.
3. Memberdayakan peran serta masyarakat untuk hidup bersih &
sehat.
4. Memberikan pelayanan promotif, preventif & rehabilitatif, ramah
dengan menjunjung tinggi nilai budaya & agama.
2.4.5 Data Sarana Kesehatan
1. Puskesmas Pembantu: 4 buah
2. Puskesmas Keliling : 1 buah
3. Polindes : 6 buah
4. Praktek dokter swasta: 2 buah
2.5 RSUD(Rumah SakitUmum Daerah) Blambangan
2.5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Daerah Blambangan (RSUD
Blambangan)
RSUD Blambangan Banyuwangi adalah Rumah Sakit milik Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi yang didirikan pada Tahun 1930. Rumah Sakit Umum
Blambangan Banyuwangi termasuk dalam katagori type C. Dan RS ini telah lulus
dengan Akreditasi Dasar penuh (5 pelayanan). RSU Blambangan memberikan
pelayanan rawat jalan dan juga pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat jalan
dilakukan di 18 klinik yang ada, lengkap dengan dokter spesialisnya, kecuali poli
umum dan medical check up. Selain itu ditunjang dengan unit penunjang antara lain
unit laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik, Hemodialisa, Endoskopy dan juga
Instalasi farmasi serta instalasi gawat darurat yang melayani selama 24 jam. Jumlah
tempat tidur yang ada di RS adalah 176 tempat tidur dengan klasifikasi kelas
diantaranya adalah kelas VIP 11 TT, kelas I 27 TT, kelas II 26 TT dan kelas III 112
TT. Selain RSU Blambangan, masih ada 8 buah rumah sakit swasta, 24 klinik dengan
perawatan dan 45 puskesmas yang tersebar di seluruh Kabupaten Banyuwangi.
RSUD Blambangan mempunyai daya ungkit untuk meningkatkan pendapatan
dari pendapatan fungsional dan pendapatan umum. Untuk meningkatkan pendapatan,
diperlukan upaya meningkatkan jenis dan mutu pelayanan. Luas areal lahan RSUD
Blambangan adalah 33.415 M2 dan luas bangunan 15.327,30 M2. Lokasi RSUD
Blambangan sangat strategis, berada di pusat kota, tepatnya di Jalan Letkol Istiqlah
Nomor 49 dan berdekatan dengan instansi-instansi terkait.
2.5.2 Visi, Misi dan MottoRSUD Blambangan
a) Visi : Menjadi rumah sakit andalan dan pusat rujukan spesialistik di
Kabupaten Banyuwangi
b) Misi :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
mengutamakan keselamatan pasien denga tetap memperhatikan
aspek sosial.
2. Meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan
Rumah Sakit.
3. Mengembangkan sistem administrasi, informasi manajemen
yang efektif, efisien dan didukung oleh Sumber Daya Manusia
yang profesional.
4. Mewujudkan kinerja keuangan yang sehat dan akuntabel.
c) Motto :Pelayanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan janji
pelayanan bertekad memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada masyarakat dengan Ramah, Senyum dan Salam (RSS)
serta didasari dengan rasa Kasih Sayang, Ikhlas, Santun dan Sabar
(KISS)
2.5.3 Tujuan RSUD Blambangan
1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan SDM yang profesional
2. Meningkatkan pemeliharaan dan pengembangan sarana fisik,
peralatan medis dan Non medis.
3. Mengembangkan tata ruang/tata letak gedung dan meningkatkan
kwalitas lingkungan rumah sakit.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dengan pelayanan
paripurna
5. Mengembangkan Sistim Informasi dan Manajemen (SIM) rumah
sakit.
2.5.4 Sasaran RSUD Blambangan
1. Meningkatnya jumlah, jenis/spesialisasi dan kualifikasi SDM
RSUD Blambangan.
2. Terpenuhinya kebutuhan sarana fisik, peralatan medis dan
peralatan penunjang lainnya.
3. Meningkatnya penataan gedung/ruangan RSUD Blambangan.
4. Tercapainya peningkatan kualitas kesehatan lingkungan,
kebersihan, keindahan dan keamanan.
5. Tercapainya peningkatan kualitas pelayanan IRD, Rawat Jalan dan
Rawat inap.
6. Tercapainya peningkatan kualitas pelayanan farmasi, laboratorium,
Radiologi dan Gizi.
7. Meningkatnya kualitas Sistim Informasi dan Manajemen (SIM)
Rumah Sakit.
2.5.5 Strategi dan Kebijakan RSUD Blambangan
Strategi dan Kebijakan yang ditetapkan dalam rangka mewujudkan tujuan dan
sasaran RSUD Blambangan adalah :
1. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan SDM,
pembinaan etika profesi dan Diklat.
2. Meningkatkan pemeliharaan dan pengembangan sarana dan
prasarana rumah sakit.
3. Melaksanakan peyempurnaan tata ruang/tata letak fisik gedung
RSUD Blambangan
4. Menciptakan lingkungan yang bersih, indah dan ramah
lingkungan.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan kesehatan dan Prosedur tetap (Protap) rumah
sakit, dengan pelayanan kesehatan paripurna untuk memberikan
kepuasan kepada pelanggan/pasien dan keluarganya.
6. Meningkatkan kualitas pelayanan penunjang medik dan non
medik.
7. Mengembangkan Sistim Informasi Manajemen (SIM) rumah
sakit dan membina kemitraan dengan stake holder, instansi
pemerintah, swasta dan masyarakat.
2.6Penyakit/ Kelainan yang Sering Ditemukan di Puskesmas
2.6.1 Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi
a. Persistensi
Persistensi gigi sulung atau disebut juga over retained decious teeth berarti
gigi sulung yang sudah melewati waktu tanggalnya tetapi tidak tanggal. Perlu diiingat
bahwa waktu tanggal gigi sulung adalah apabila gigi permanen pengganti telah erupsi
tetapi gigi sulungnya tidak tanggal. Pada keadaan persistensi, terkadang gigi sulung
juga tidak goyang. Keadaan ini sering dijumpai pada anak usia 6 – 12 tahun pada fase
geligi pergantian. Penyebab persistensi pada gigi sulung bukanlah penyebab tunggal
tetapi merupakan gangguan yang disebabkan oleh multi faktor, yaitu :
1. Resorpsi akar gigi sulungyang lambat. Hal ini bisa dikarenakan gangguan
nutrisi, hormonal atau gigi berlubang besar dengan indikasi perawatan
saraf yang tidak dirawat.
2. Posisi abnormal benih gigi tetap/ arah tumbuhnya gigi permanen tidak
searah dengan arah tanggalnya gigi sulung yang akan digantikannya.
3. Ketidakcukupan tempat bagi gigi yang akan tumbuh untuk menggantikan
gigi sulung. Dengan demikian gigi sulung mengarah kepada tempat yang
kosongbisa di depan atau belakang gigi sulungnya.
Perawatan yang harus dilakukan untuk kasus persistensi adalah segera
mencabut gigi sulung yang persistensi agar gigi permanen dapat erupsi ke posisi yang
benar. Bila tidak segera diekstraksi akan menyebabkan maloklusi, sehingga
diperlukan perawatan ortodontik untuk memperbaiki posisi gigi permanen ke dalam
lengkung yang benar. Anastesi yang digunakan untuk ekstraksi adalah anastesi local
bisa menggunakan chlor etyl maupun anastesi infiltrasi tergantung dari kedaan gigi
sulung sudah goyang atau belum (Birnbaum dan Dunne, 2010).
b. Ulcus Decubitus
Ulcus decubitus adalah suatu inflamasi (ulcus) yang disebabkan oleh trauma
atau iritasi tajam yang terjadi secara terus- menerus dan lama. Ulcus diartikan sebagai
defek lokal atau ekskavasi permukaan jaringan atau organ, yang lebih dalam dari
jaringan epitel. Ulcus dekubitus merupakan lesi oral yang sering dijumpai. Penyebab
ulkus dekubitus beragam, meliputi gigi yang patah atau tajam, penggunaan instrumen
dental yang tidak benar, makanan keras, benda asing tajam, mukosa yang tergigit, dan
iritasi. Pada anak-anak seringkali dijumpai ulcus decubitus yang disebabkan akar gigi
sulung terdorong oleh gigi permanen yang menyebabkan akar gigi sulung keluar
menembus gusi (Birnbaum dan Dunne, 2010).
Penanganan kasus ulcus decubitus adalah dengan pencabutan sisa akar gigi
sulung tersebut, sehingga ujung akar tidak lagi melukai gusi. Alangkah baiknya bila
orang tua telah melihat ujung akar gigi keluar dari gusi, dan anak segera dibawa ke
dokter gigi untuk dilakukan pencabutan sebelum sempat melukai gusi dan pangkal
selaput bibir bagian dalam. Untuk anak yang takut giginya dicabut, bisa dilakuakn
tindakan darurat dengan memotong ujung yang tajam tadi, sehingga tidak lagi
melukai gusi, dengan suatu alat khusus (Birnbaum dan Dunne, 2010).
2.6.2 Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit infeksi mikrobiologi pada gigi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan keras. Jaringan keras pada mahkota gigi
adalah email dan dentin, sedangkan pada akar gigi adalah sementum. Pembentukan
karies di gigi merupakan tanda terjadinya infeksi bakteri. Lesi karies hanya dapat
terjadi jika massa bakteri pada gigi mampu membentuk lingkungan yang bersifat
asam untuk demineralisasi gigi. Massa bakteri ini, atau yang dikenal luas sebagai plak
gigi (dental plaque), merupakan massa bakteri yang bersifat gelatin yang menempel
pada permukaan gigi. Bakteri yang dominan sebagai penyebab karies gigi asalah
Streptococcus mutans. Sisa-sisa makanan pada gigi dimetabolisme oleh bakteri yang
terdapat pada plak gigi dan menghasilkan zat asam sebagai produknya. Zat asam ini
dapat menurunkan pH pada permukaan gigi dan meluruhkan struktur kristal jaringan
keras gigi (email, dentin). Ketika sisa makanan telah dimetabolisme, aktivitas bakteri
menurun dan perlahan pH pada permukaan gigi kembali meningkat. Remineralisasi
struktur gigi yang rusak dapat terjadi pada pH diatas 5,5. Saliva mengandung kalsium
dan ion fosfat konsentrasi tinggi yang dapat menjadi zat untuk remineralisasi gigi dan
dapat meningkatkan efek buffering pada rongga mulut. Lubang di gigi dapat
terbentuk jika proses demineralisasi lebih besar dibandingkan remineralisasi gigi. Jika
karies tidak mendapat perawatan, maka lama kelamaan dapat mengakibatkan rasa
sakit, terganggunya fungsi pengunyahan, fungsi bicara, estetika dan dapat menjadi
infeksi fokal (Kidd & Bechal, 2001).
Perawatan yang dapat dilakukan pada karies salah satunya melalui perawatan
restorasi. Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi dan
fungsi pada gigi, yang disebabkan fraktur, atrisi, abrasi, erosi dan karies(Badan
Peneliti dan Pengembangan Kesehatan RI, 2007).
2.6.3 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal
Penyakit pulpa adalah penyakit pada jaringan di dalam saluran akar gigi yang
disebabkan oleh bakteri, mekanis dan kimiawi yang lama kelamaan inflamasi
menjalari jaringan periapikal. Gejala awal penyakit pulpa seringkali tanpa disertai
rasa nyeri dan tidak disadari oleh pasien.Reaksi pulpa terhadap cedera sangat
individual dan variatif, sehingga proses kelanjutan inflamasi sulit diperkirakan.
Umumnya pasien penyakit pulpa mencari pertolongan dokter gigi dalam keadaan
infeksi lanjutan. Membiarkan kondisi penyakit pulpa dan periapikal tanpa
penanganan dokter gigi akan menimbulkan infeksi yang lebih parah dan komplikasi
lainnya. Inflamasi pulpa dan periapikal juga dapat menimbulkan kelainan secara
sistemik (Kidd & Bechal, 2001).
Abses gigi adalah suatu keadaan dimana terjadinya pengumpulan nanah dari
sebuah gigi ke jaringan sekitarnya, biasanya berasal dari suatu infeksi. Pada
pemeriksaan tampak pembengkakan disekitar gigi yang sakit.bila abses terdapat di
gigi depan atas, pembengkakan dapat sampai ke kelopak mata, sedangkan abses gigi
belakang atas menyebabkan bengkak sampai ke pipi. Abses gigi bawah menyebabkan
bengkak sampai ke dagu atau telinga dan submaksilaris. Penderita kadang demam,
kadang tidak dapat membuka mulut lebar. Gigi goyang dan sakit saat mengunyah
(Kidd & Bechal, 2001).
Apabila pasien mengalami abses gigi, maka pasien dianjurkan berkumur-
kumur dengan air hangat. Terapi simptomatik dengan obat analgetika yang bertujuan
untuk mengurangi nyeri dan rasa sakit pada gigi yang mengalami Abses. Jika jelas
terdapat infeksi, dapat diberikan terapi dengan Antibiotika selama 5 hari. Bila ada
indikasi, gigi harus dicabut setelah infeksi reda (Kidd & Bechal, 2001).
2.6.4 Gingivitis dan Penyakit Peridodontal
a. Gingivitis
Penyakit pada jaringan periodontal yang diderita manusia hampir di seluruh
dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Menurut hasil survai
kesehatan gigi dan mulut di Jatim tahun 2005, penyakit periodontal terjadi pada 459
orang diantara 1000 penduduk . Di Asia dan Afrika prevalensi dan intensitas penyakit
periodontal terlihat lebih tinggi daripada di Eropa, Amerika dan Australia. Di
Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama yang masih
merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2008).
Gingivitis adalah peradangan gingiva, menyebabkan perdarahan
disertaipembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal ,gingivitis
sering terjadi dan bisa timbul kapan saja setelah timbulnya gigi, gingiva tampak
merah. Peradangan pada gusi dapat terjadi pada satu atau 2 gigi, tetapi juga dapat
terjadi pada seluruh gigi. Gingiva menjadi mudah berdarah karena rangsangan yang
kecil seperti saat menyikat gigi, atau bahkan tanpa rangsangan , pendarahan pada gusi
dapat terjadi kapan saja (Ubertalli,2008).
Penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama
penyakit periodontal. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis, bila tidak terawat
bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan periodontal
berupa kerusakan fiber, ligamen periodontal dan tulang alveolar (Wahyukundari,
2008).
Menurut J.D. Manson dan B.M. Eley dalam Mediresource clinical team
(2010), perawatan gingivitis terdiri dari tiga komponen yang dapat dilakukan
bersamaan yaitu :
1. Interaksi kebersihan mulut;
2. Menghilangkan plak dan calculus dengan scaling;
3. Memperbaiki faktor-faktor retensi plak.
Ketiga macam perawatan ini saling berhubungan. Pembersihan plak dan
calculus tidak dapat dilakukan sebelum faktor-faktor retensi plak diperbaiki.
Membuat mulut bebas plak ternyata tidak memberikan manfaat bila tidak dilakukan
upaya untuk mencegah rekurensi deposit plak atau tidak diupayakan untuk
memastikan pembersihan segera setelah deposit ulang.
b. Periodontitis
Periodontitis adalah inflamasi pada periodontium yang meluas melaluigingiva
dan menimbulkan kerusakan jaringan ikat pelekatan dengan gigi.Kerusakan periodontal
jelas secara klinis selama dewasa atau awal masadewasa dikenal sebagai periodontitis
agresif. Lesi periodontitis agresif sering ditandai oleh hilangnya pelekatan ligamen
periodontal yang cepat. Kasus ini dideteksi secara klinis melalui kecepatan dan
keparahan hilangnya tulang alveoler sesudah dilakukan perawatan periodontitis.
Lepasnya pelekatan ligamen periodontal yang parah biasanya dihubungkan dengan
terjadinya kedalaman probing sebesar 7 mm atau lebih, hilangnya tulang alveoler parah
yang terjadi sampai pada furkasi atau kehilangan tulang alveolar secara radiografik lebih
dari 50%, pada usia muda. Pola kerusakan tulang alveoler berbentuk angular dan
vertikal didapatkan sekitar molar pertama dan insisivus pertama. Kerusakan tulang yang
terlokalisir pada tipe penyakit periodontal tersebut tidak diketahui penyebabnya
(Carranza & Newman, 2002).
Kehilangan perlekatan yang cukup besar pada kasus periodontitis
menyebabkan kegoyangan pada gigi. Perawatan kegoyangan gigi tersebut harus
dilakukan dengan baik sesuai dignosa yang tepat mengenai faktor penyebabnya.
Terdapat berbagai bentuk perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gigi
goyang akibat periodontitis. Untuk gigi goyang yang diakibatkan oleh inflamasi maka
perawatannya adalah dengan menyingirkan faktor penyebab inflamasi seperti scaling,
penyerutan akar, penggunaan obat lokal dan sistemik serta pembedahan. Pada kasus
kegoyangan gigi yang disebabkan trauma oklusi maka harus dilakukan penyingkiran
faktor penyebab terjadinya trauma karena oklusi. Perawatan seperti penyelarasan
oklusal, perbaikan terhadap kebiasaan parafungsi, stabilisasi gigi dangan
menggunakan splint, penggunaan alat ortodonsi dan rekonstruksi oklusal menjadi
pilihan perawatan. Ekstraksi terhadap gigi goyang juga dapat dilakukan apabila
dukungan terhadap gigi goyang tidak diperoleh meskipun telah dilakukan perawatan
(Ginting, 2010).
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan metode
cross sectional, yaitu suatu penelusuran sesaat, artinya sampel diamati hanya sesaat
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu waktu
(point time approach) (Notoatmodjo, 2010).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 6 Oktober – 15 November 2014.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tiga tempat yaitu di poli gigi Puskesmas
Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang datang ke poli gigi
Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan dengan
jumlah total populasi 847 orang.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah semua anggota populasi, yaitu pasien yang
datang ke poli gigi RSUD Blambangan, Puskesmas Ledokombo, dan Puskesmas
Gumukmas.
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah secara
total sampling, yaitu melibatkan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pasien yang datang dengan berbagai
diagnosa, umur dan jenis kelamin serta kecenderungan dokter gigi puskesmas / rumah
sakit dalam memilih terapi yang diberikan kepada pasien.
3.5 Definisi Operasional
a) Pasien
Orang dengan keluhan gigi dan rongga mulut yang datang ke puskesmas/
rumah sakit untuk memperoleh pengobatan.
b) Umur dan jenis kelamin
Informasi identitas pasien datang ke poli gigi puskesmas/ rumah sakit yang
didapatkan dari kartu identitas, kartu keluarga, atau keterangan dari anggota
keluarga yang bersangkutan.
c) Diagnosa
Kesimpulan mengenai suatu penyakit berdasarkan hasil anamnesa, dan
pemeriksaan keadaan gigi pasien yang datang ke puskesmas/ rumah sakit.
Diagnosa yang digunakan digolongkan ke dalam klasifikasi kode diagnosa
menurut ICD X, yaitu sebagai berikut:
- K.00 : untuk kasus persistensi, resorbsi fisiologis gigi sulung, dan ulcus
decubitus.
- K.01 : untuk kasus impaksi gigi.
- K.02 : untuk kasus iritasi pulpa, hiperemi pulpa (pulpitis reversible).
- K.03 : untuk kasus kelainan pembentukan gigi seperti hipoplasi enamel,
amelogenesis imperfect, fluorosis.
- K.04 : untuk kasus penyakit pulpa dan saraf gigi (pulpitis irreversible,
nekrosis pulpa, gangren pulpa), gangren radiks, periodontitis
apikalis, abses, granuloma.
- K.05 : untuk kasus penyakit periodontal, seperti gingivitis, periodontitis,
perikoronitis.
- K.06 : untuk kasus kehilangan gigi seperti avulsi, edentuluous ridge.
- K.07 : untuk kasus kelainan jumlah gigi (supernumerary teeth, hipodonsia),
kelainan bentuk gigi, gigi berjejal, rotasi, versi, dst.
- K.09 : untuk kasus pada tulang alveolar dan rahang seperti fraktur,
osteomielitis, eksostosis.
- K.10 : untuk kasus penyakit saraf seperti trigeminal neuralgia.
- K.11 : untuk kasus penyakit kelenjar ludah, seperti ranula, mucocele, dst.
- K.12 : untuk kasus penyakit jaringan lunak rongga mulut, seperti
stomatitis.
- K.13 : untuk kasus penyakit tumor jinak rongga mulut, epulis.
- K.14 : untuk kasus penyakit keganasan, seperti neoplasma, karsinoma.
d) Terapi
Perawatan yang diberikan dokter gigi puskesmas/ rumah sakit berdasarkan
hasil diagnosa pasien yang telah dilakukan. Terapi ini diantara meliputi tindakan
ekstraksi, medikasi dan relief of pain, sterilisasi, tumpatan, skaling, rujuk /
konsul, kontrol dan observasi, bedah minor (odontektomi, insisi, drainase,
kuretase, alveolektomi, dst), serta pembuatan gigi tiruan / denture (cetak,
penetapan gigi, pasang coba, insersi).
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penlitian yang berlangsung pada tanggal 6 Oktober –
15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan
RSUD Blambangan. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data jumlah kunjungan
pasien keseluruhan yaitu 847 pasien yang terdiri atas 254 pasien di poli gigi
Puskesmas Ledokombo, 269 pasien di Puskesmas Gumukmas, dan 324 pasien di
RSUD Blambangan. Jumlah kunjungan pasien tersebut dapat drinci kembali
berdasarkan jenis kelamin, umur, diagnosa, dan perawatan yang diterima oleh pasien
di puskesmas atau rumah sakit tersebut.
4.1 Jumlah kunjungan pasien berdasarkan jenis kelamin Jumlah kunjungan
pasien keseluruhan di RSUD poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas
Gumukmas, dan RSUD Blambangan selama 6 minggu adalah 867 pasien.
Jumlah pasien laki-laki di seluruh puskesmas dan rumah sakit selama 6 minggu
sebesar 385 pasien dan jumlah pasien perempuan sebesar 462 pasien.Jumlah
kunjungan pasien berdasarkan jenis kelamin di poli gigi Puskesmas
Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan disajikan dalam
tabel dan grafik sebagai berikut:Tabel 1. Data kunjungan pasien berdasarkan jenis
kelamin selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas
Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan.
Jenis KelaminPKM
LedokomboPKM
GumukmasRSUD
Blambangan
Jumlah per Jenis
Kelamin
Laki-laki 118 103 164 385
Perempuan 136 166 160 462
Jumlah per Lokasi 254 269 324 847
Gambar 1. Grafik kunjungan pasien berdasarkan jenis kelamin selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD
Blambangan.Dari data tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa hampir jumlah kunjungan pasien perempuan lebih banyak daripada pasien laki laki di Puskesmas Ledokombo dan Puskesmas Gumukmas, sedangkan kunjungan pasien laki-laki lebih besar daripada pasien perempuan di RSUD Blambangan.4.2 Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umurJumlah kunjungan pasien keseluruhan di RSUD poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan selama 6 minggu adalah 867 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umur di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan disajikan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:Tabel 2. Data kunjungan pasien berdasarkan umur selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan.
UmurPKM
LedokomboPKM
GumukmasRSUD
BlambanganJumlah
per Umur
0-10 th 70 95 23 188
11-20 th 28 37 52 117
21-30 th 70 50 42 162
31-40 th 50 39 73 162
41-50 th 21 25 54 100
51-60 th 9 19 47 75
>60 th 6 4 33 43
Jumlah per Lokasi 254 269 324 847
Gambar 2. Grafik kunjungan pasien berdasarkan umur selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD
Blambangan.Dari data tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan umur di seluruh puskesmas dan rumah sakit pada rentang 0-10 tahun yaitu sebesar 188 pasien. Sedangkan jumlah kunjungan pasien terendah adalah pada umur > 60 tahun yaitu sebesar 43 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umur yang tertinggi di Puskesmas Ledokombo adalah pada umur 0-10 tahun dan 21-30 tahun masing-masing sebesar 70 pasien, dan yang terendah pada umur >60 tahun sebesar 6 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umur yang tertinggi di Puskesmas Gumukmas adalah pada umur 0-10 tahun sebesar 95 pasien, dan yang terendah pada umur >60 tahun sebesar 4 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umur yang tertinggi di RSUD Blambangan adalah pada umur 31-40 tahun sebesar 73 pasien, dan yang terendah pada umur 0-10 tahun sebesar 23 pasien. 4.3 Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosaJumlah kunjungan pasien keseluruhan di RSUD poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan selama 6 minggu adalah 867 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosa di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan disajikan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:Tabel 3. Data kunjungan pasien berdasarkan diagnosa selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan.
Kode Diagnosa
PKM Ledokombo
PKM Gumukmas
RSUD Blambangan
Jumlah per
Diagnosa
K.00 59 88 7 154
K.01 4 1 85 90
K.02 26 27 18 71
K.03 0 0 1 1
K.04 144 114 133 391
K.05 15 26 10 51
K.06 1 9 22 32
K.07 2 2 1 5
K.09 1 0 16 17
K.10 0 0 17 17
K.11 2 0 7 9
K.12 0 1 3 4
K.13 0 1 1 2
K.14 0 0 3 3
Jumlah per Lokasi 254 269 324 847
Gambar 3. Grafik kunjungan pasien berdasarkan diagnosa selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD
Blambangan.Dari data tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan diagnosa di seluruh puskesmas dan rumah sakit adalah penyakit jaringan pulpa gigi karena karies (kode diagnosa K.04) sebesar 391 pasien. Diagnosa terendah adalah pada kasus kelainan jaringan keras gigi seperti fluorosis, amelogenosis (kode diagnosa K.03) yaitu hanya 1 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosa di Puskesmas Ledokombo yang tertinggi adalah dengan kode diagnosa K.04 sebesar 144 pasien, dan yang terendah adalah dengan kode diagnosa K.03, K.10, K,12, K.13, dan K.14. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosa di Puskesmas Gumukmas yang tertinggi adalah dengan kode diagnosa K.04 sebesar 114 pasien, dan yang terendah adalah dengan kode diagnosa K.03, K.09, K,10, K.11, dan K.14. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosa di RSUD Blambangan yang tertinggi adalah dengan kode diagnosa K.04 sebesar 139 pasien, dan yang terendah adalah dengan kode diagnosa K.03, K.07, dan K.13.4.4 Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatanJumlah kunjungan pasien keseluruhan di RSUD poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan selama 6 minggu adalah 867 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatan di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan disajikan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:Tabel 4. Data kunjungan pasien berdasarkan perawatan selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan.
PerawatanPKM
LedokomboPKM
GumukmasRSUD
Blambangan
Jumlah per
Perawatan
Ekstraksi 92 119 49 260
Medikasi dan ROP 91 78 99 268
Sterilisasi 17 11 9 37
Tumpatan 22 32 18 72
Skaling 0 6 3 9
Rujuk / Konsul 11 2 14 27
Kontrol dan Observasi 21 16 93 130
Bedah Minor 0 0 29 29
Pembuatan Denture 0 5 10 15
Jumlah per Lokasi 254 269 324 847
Gambar 4. Grafik kunjungan pasien berdasarkan perawatan selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD
Blambangan.Dari data tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan perawatan di seluruh puskesmas dan rumah sakit yang diberikan adalah medikasi dan relief of pain sebesar 268 pasien. Perawatan yang terendah atau paling sedikit diberikan adalah skaling sebesar 9 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatan di Puskesmas Ledokombo yang tertinggi adalah ekstraksi sebesar 92 pasien, dan yang terendah adalah skaling, bedah minor dan pembuatan denture yaitu sama sekali tidak diberikan pada rentang waktu kunjungan tersebut. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatan di Puskesmas Gumukmas yang tertinggi adalah ekstraksi sebesar 119 pasien, dan yang terendah adalah bedah minor yaitu sama sekali tidak diberikan pada rentang waktu kunjungan tersebut. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatan di RSUD Blambangan yang tertinggi adalah medikasi dan relief of pain sebesar 99 pasien, dan yang terendah adalah skaling sebesar 9 pasien.BAB 5. PENUTUP5. 1
KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum kerja lapangan IKGM/ IKGP IV yang berlangsung pada tanggal 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan adalah :Jumlah kunjungan pasien keseluruhan yaitu 847 pasien yang terdiri atas 254 pasien di poli gigi Puskesmas Ledokombo, 269 pasien di Puskesmas Gumukmas, dan 324 pasien di RSUD Blambangan.
a. Jumlah pasien laki-laki di seluruh puskesmas dan rumah sakit sebesar 385 pasien
dan jumlah pasien perempuan sebesar 462 pasien.
b. Jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan umur di seluruh puskesmas dan rumah
sakit pada rentang 0-10 tahun yaitu sebesar 188 pasien, dan terendah adalah > 60
tahun yaitu sebesar 43 pasien.
c. Jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan diagnosa di seluruh puskesmas dan
rumah sakit adalah penyakit jaringan pulpa gigi karena karies (kode diagnosa
K.04) sebesar 391 pasien dan terendah adalah pada kasus kelainan jaringan keras
gigi seperti fluorosis, amelogenosis (kode diagnosa K.03) yaitu hanya 1 pasien.
d. Jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan perawatan di seluruh puskesmas dan
rumah sakit yang diberikan adalah medikasi dan relief of pain sebesar 268 pasien
dan yang terendah adalah skaling sebesar 9 pasien.
5. 2 Saran
Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya serta
dapat membantu pihak Puskesmas dan Rumah Sakit untuk mengetahui data jenis
kelamin, usia, diagnosa, dan perawatan yang diberikan kepada pasien yang datang ke
poli gigi di Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan
sebagai dasar perencanaan program kerja puskesmas dan penyediaan bahan dan alat
kedokteran gigi yang dibutuhkan.
DapusDepkes RI. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Depkes RI. 2009. Undang-Undang No. 44 Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Marta. 2004. Sistem Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta: EGC