bab 1

75
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan nasional, artinya dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan. Upaya di bidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian untuk menunjang kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan dilakukan dengan memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga dalam pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan (Depkes RI, 2004). Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan bahwa 23,4% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut dan hanya 29,6% penduduk diantaranya yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga kesehatan gigi. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat masyarakat yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi

Upload: andreey-weny

Post on 24-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bab 1

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan

mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Pembangunan di bidang kesehatan gigi

merupakan bagian integral pembangunan nasional, artinya dalam melaksanakan

pembangunan kesehatan, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh

ditinggalkan. Upaya di bidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian untuk

menunjang kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan dilakukan dengan

memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga

dalam pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan

(Depkes RI, 2004).

Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan

bahwa 23,4% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut dan

hanya 29,6% penduduk diantaranya yang menerima perawatan dan pengobatan dari

tenaga kesehatan gigi. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat masyarakat

yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Penyakit

gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit yang

menyerang jaringan keras gigi (karies) dengan Indeks DMF-T nasional sebesar 4,85

(Depkes RI, 2008).

Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan

kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat, termasuk kesehatan gigi dan

mulut, bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai

salah satu unsur kesejahteraan umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut

dilakukan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu dan merata yang dapat diterima

dan terjangkau oleh seluruh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat (Marta,

2004).

Page 2: BAB 1

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, disediakan berbagai sarana kesehatan

diantaranya rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas, dan lain-lain. Puskesmas

adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama yang merupakan pusat pengembangan

kesehatah masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerja dalam

bentuk kegiatan pokok. Dengan adanya puskesmas diharapkan dapat memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk memperoleh derajat

kesehatan yang optimal dan terjangkau. Sedangkan rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

(Depkes RI, 2004).

Berdasarkan uraian diatas, maka Fakultas Kedokteran Gigi Univertas Jember

bekerja sama dengan puskesmas dan rumah sakit dalam bentuk Praktek Kerja

Lapangan Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat (PKL IKGM IV) sebagai sarana belajar

untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjadi mahasiswa di perguruan

tinggi. Puskesmas Gumukmas, Puskesmas Ledokombo, dan RSUD Blambangan

merupakan tempat dilaksanakannya PKL IKGM/ IKGP IV pada periode (6 Oktober –

31 Desember 2014).

1.2 Ruusan Masalah

a. Apa sajakah masalah gigi dan mulut serta terapi/perawatan gigi dan mulut

terbanyak di puskesmas dan rumah sakit?

b. Bagaimana distribusi umur dan jenis kelamin pasien yang datang ke poli gigi

puskesmas dan rumah sakit?

1.3 Tujuan

Pelaksanaan praktek kerja lapangan PKL IKGM/ IKGP IV di puskesmas dan

rumah sakit bertujuan untuk :

Page 3: BAB 1

a. Untuk mengetahui masalah gigi dan mulut terbanyak di puskesmas dan rumah

sakit.

b. Untuk mengetahui terapi/ perawatan gigi dan mulut terbanyak di puskesmas dan

rumah sakit.

c. Untuk mengetahu distribusi umur dan jenis kelamin pasien yang datang ke poli

gigi puskesmas dan rumah sakit.

1.4 Manfaat

Pelaksanaan praktek kerja lapangan PKL IKGM/ IKGP IV di puskesmas dan

rumah sakit memiliki manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Mahasiswa

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama

di kampus, mendapatkan bekal pengalaman baru sistem pelayanan di puskesmas

dan rumah sakit.

b. Bagi Puskemas dan Rumah Sakit

Memperoleh bantuan tenaga dalam melaksanakan pelayanan di bidang kesehatan

terutama gigi dan mulut.

c. Bagi Perguruan Tinggi

Dapat membina kerjasama dengan instansi terkait serta dapat memperoleh sarana

dan tempat untuk proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas

mahasiswa di bidang kesehatan.

Page 4: BAB 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RUMAH SAKIT

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit

dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan

penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

kesehatan (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang

dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan

pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan

terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

Page 5: BAB 1

masyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana

kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan

rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan

dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan (Siregar, 2004).

2.1.2 Tugas Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992,

tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna

dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan

yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2004).

2.1.3 Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1) menyelenggarakan pelayanan medik

2) pelayanan penunjang medik dan nonmedik

3) pelayanan dan asuhan keperawatan

4) pendidikan dan pelatihan

5) penelitian dan pengembangan

6) pelayanan rujukan upaya kesehatan

7) administrasi umum dan keuangan(Siregar, 2004)..

Maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan

penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit

memberikan pendidikan bagi mahasiswa dan penelitian yang juga merupakan fungsi

yang penting. Fungsi keempat yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan

juga telah menjadi fungsi rumah sakit.

Page 6: BAB 1

Empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan penderita, pendidikan,

penelitian dan kesehatan masyarakat.

a.Pelayanan Penderita

Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas

pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan. Pelayanan

penderita melibatkan pemeriksaan dan diagnosa, pengobatan penyakit atau

luka, pencegahan, rehabilitasi, perawatan dan pemulihan kesehatan.

b. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas 2 bentuk

utama:

1. Pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan.

Profesi kesehatan yang mencakup: dokter, apoteker, perawat,

personel rekam medik, ahli gizi, teknisi sinar-X, laboran dan administrator

rumah sakit.

2. Pendidikan dan/atau pelatihan penderita.

Merupakan fungsi rumah sakit yang sangat penting dalam suatu

lingkup yang jarang disadari oleh masyarakat. Hal ini mencakup:

a. Pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi, psikiatri sosial dan

fisik.

b.Pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya: mendidik

penderita diabetes, atau penderita kelainan jantung untuk merawat

penyakitnya.

c. Pendidikan tentang obat untuk meningkatkan kepatuhan, mencegah

penyalahgunaan obat dan salah penggunaan obat, dan untuk

meningkatkan hasil terapi yang optimal dengan penggunaan obat

yang sesuai dan tepat.

c. Penelitian

Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi dengan

maksud utama, yaitu:

Page 7: BAB 1

1.Memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan

peningkatan/perbaikan pelayanan rumah sakit.

2. Ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih

baik bagi penderita. Misalnya: pengembangan dan penyempurnaan

prosedur pembedahan yang baru.

d. Kesehatan Masyarakat

Tujuan utama dari fungsi rumah sakit sebagai sarana kesehatan

masyarakat adalah membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya

kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk.

Berdasarkan Undang-undang RI. No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian

pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah

Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit. Sedangkan Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang

Page 8: BAB 1

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu,

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.

Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit berdasarkan

fasilitas dan kemampuan pelayanan. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan

menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit dibagi menjadi:

1. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

a) Rumah Sakit Umum Kelas A yaitu harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,

12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas)

Pelayanan Medik Sub Spesialis.

b) Rumah Sakit Umum Kelas B yaitu harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang

Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua)

Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

c) Rumah Sakit Umum Kelas C yaitu harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang

Medik.

d) Rumah Sakit Umum Kelas D yaitu harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik

Spesialis Dasar.

2. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus

a) Rumah Sakit Khusus Kelas A

b) Rumah Sakit Khusus Kelas B

c) Rumah Sakit Khusus Kelas C

Page 9: BAB 1

Pengklasifikasian Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan pelayanan,

Sumber Daya Manusia, peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan

manajemen.

2.1.5 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 82 tahun

2013, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS

adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan

mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan

koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara

tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dilakukan dengan mengubah data

mentah menjadi informasi yang berguna melalui tiga tahap yaitu input, proses dan out

put. Kegiatan yang dilakukan sistem informasi manajemen rumah sakit adalah

melakukan pencatatan dan pelaporan seluruh kegiatan dan hasil kerja masing-masing

program. Kegiatannya adalah membuat laporan mingguan, bulanan, triwulan,

semester dan tahunan. Laporan yang telah dibuat diserahkan ke bagian

kesekretariatan dan ditanda tangani kepala rumah sakit untuk diserahkan ke Bupati

(Wijono, 2010).

2.1.6 Sistem Rujukan Rumah Sakit

Prof. Dr.Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai

suatusistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan

pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau

masalah kesehatan secara vertical (dari unit yang lebih mampu menangani) atau

secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).

Rujukan adalah suatu pelimpahan sebagian wewenang tanggung jawab secara

timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul, baik secara vertikal (dari

satu unit ke unit yang lain yang lebih lengkap), dan secara horizontal (dari satu bagian

ke bagian yang lain dalam satu unit). Upaya rujukan berfungsi untuk menunjang

Page 10: BAB 1

upaya kesehatan rumah sakit (Wijono, 2010). Sistem rujukan meliputi rujukan

kesehatan dan rujukan medis. Tujuan rujukan dalah agar setiap penderita mendapat

perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya, serta menjalin kerjasama antar

petugas dan instansi medis lainnya (Wijono, 2010).

Page 11: BAB 1

Gambar 2.1 Bagan Alur Rujukan Pasien

Page 12: BAB 1

2.2 PUSKESMAS

2.2.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah suatu organisasi fungsional yang bersifat menyeluruh,

terpadu dan merata dapat diterima dan terjangkau oleh pemerintah dan menggunakan

hasil pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang

dapat ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat. Pelayanan kesehatan menyeluruh

adalah pelayanan kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

ditujukan kepada semua golongan umur maupun jenis kelamin (Departemen

Kesehatan RI, 2004).

Menurut Herijulianti, puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Herijulianti E, 2001). Wilayah kerja

puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Sasaran penduduk

yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.

Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu

ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas

Pembantu dan Puskesmas Keliling. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan

upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal

(Departemen Kesehatan RI, 2004).

Menurut Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas adalah unit

pelaksana teknis (UPT) dari dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Puskesmas induk

Page 13: BAB 1

Puskesmas yang didirikan di pusat kota kecamatan yang mempunyai

penduduk binaan antara 30.000 – 50.000 jiwa. Dengan semakin berkembangnya

kemampuan yang dimiliki pemerintah untuk membangun puskesmas. Puskesmas

induk ditetapkan berdasarkan kepadatan dan morbiditasnya, sehingga dalam suatu

wilayah bisa didirikan 2 – 3 puskesmas.

2. Puskesmas pembantu

Suatu unit pelayanan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu

kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh puskesmas dalam ruang lingkup wilayah

yang lebih kecil. Wilayah kerja puskesmas pembantu meliputi 2 - 3 desa dengan

sasaran penduduk mencapai 2.500 orang (di luar Jawa dan Bali) dan 30.000 orang

(di perkotaan Jawa dan Bali).

2.2.2 Fungsi puskesmas

Fungsi puskesmas menurut Depkes RI (2004) adalah sebagai berikut :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, meliputi :

aBerupayamenggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah

kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan

kesehatan.

b. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

c.Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat.

Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga

dan masyarakat :

a. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri

dan masyarakat untuk hidup sehat.

b.Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

pembiayaan.

Page 14: BAB 1

c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan

program kesehatan.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang terdiri dari :

a. Pelayanan kesehatan perorangan.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat.

2.2.3 Tujuan puskesmas

Tugas puskesmas adalah melaksanakan pelayanan pembinaan dan

pengembangan upaya kesehatan secara menyeluruh/ paripurna kepada masyarakat di

wilayah kerjanya(Djojodriboto, D. 1997). Menurut Djojodriboto, D. (1997) tugas

upaya kesehatan puskesmas meliputi :

1. Menyelenggarakan upaya kesehatan yang bermutu merata, terjangkau dan

dengan peran serta masyarakat secara efektif sehingga tercipta kemampuan hidup

sehat bagi setiap individu penduduk.

2. Meningkatkan pencakupan, hasil guna dan daya guna program puskesmas

melalui kegiatan pengembangan, pembinaan dan pelayanan.

3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong diri sendiri dalam

bidang kesehatan dan meningkatkan peran serta masyarakat.

4. Meningkatkan status gizi masyarakat melalui perbaikan keluarga dan

perubahan serta gaya hidup yang mendukung perbaikan gizi.

5. Meningkatkan mutu lingkungan hidup, perubahan perilaku dan gaya hidup.

6. Mengurangi angka kesakitan, kematian, cacat fisik sebagai akibat penyakit,

kecelakaan, gangguan jiwa, penyalahgunaan narkotika dan bahan – bahan serta

pengaruh lingkungan tak sehat.

2.2.4 Azas Penyelenggaraan Puskesmas

Page 15: BAB 1

Menurut Depkes RI tahun 2004, azas penyelenggaraan puskesmas dalam

melaksanakan upaya kesehatan wajib maupun kesehatan pengembangan terdiri dari :

a. Azas pertangungjawaban wilayah

Puskesmas bertanggungjawab meningkatkab derajat kesehatan masyarakat

yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Penyelenggaraan upaya kesehatan

strata pertama oleh puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan bidan desa serta

berbagai upaya kesehatan di luar gedung.

b. Azas pemberdayaan masyarakat

Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga, masyarakat agar

berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas.

c. Azas keterpaduan

Azas penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus dilaksanakan secara

terpadu untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta agar hasil yang diperoleh

optimal. Ada dua macam keterpaduan yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Keterpaduan Lintas Program

Keterpaduan lintas program adalah upaya pemanduan penyelenggaran

berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas, misalnya

upaya kesehatan sekolah, puskesmas keliling dan posyandu.

2. Keterpaduan Lintas Sektoral

Keterpaduan lintas sektoral adalah upaya memadukan penyelenggaraan

upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai

program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi

kemasyarakatan dan dunia sosial.

d. Azas Rujukan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus

penyakit/ masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara

vertikal dalam arti dari suatu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata pelayanan

kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata pelayanan

Page 16: BAB 1

kesehatan yang sama.Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan

oleh puskesmas, ada 2 macam rujukan yang dikenakan yaitu :

1. Rujukan upaya kesehatan perorangan, yang terdiri dari rujukan kasus,

rujukan bahan pemeriksaan dan rujukan ilmu pengetahuan.

2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat yang terdiri dari rujukan sarana dan

logistik, rujukan tenaga dan rujukan operasional.

Berikut ini adalah sistem rujukan pelayanan kesehatan :

Rujukan pelayanan Rujukan pelayanankesehatan perorangan kesehatan masyarakat

STRATA III RS pusat / Propinsi Depkes / Dinkes

propinsi RS kabupaten/ kota Dinkes kab/ kota

Klinik/ praktek STRATA II Spesialis swasta

Praktek dokter umumswasta, bidan puskesmas, STRATA I Puskesmas

BKIA, BP

Posyandu, polindes masyarakat perorangan/ posyandu, polindes,keluarga UKGB lainnya

2.2.5 Jenis Pelayanan Puskesmas

Jenis pelayanan kesehatan di puskesmas menurut Prasetyo (2007) adalah :

1.Pelayanan kesehatan menyeluruh

Page 17: BAB 1

Pelayanan yang didirikan di puskesmas ialah pelayanan kesehatan

yang meliputi : promotif (peningkatan kesehatan), preventif (upaya

pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak membedakan jenis kelamin

dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.

2.Pelayanan kesehatan integrasi (terpadu)

Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam suatu

kecamatan terdiri dari Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak,

Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular dan

lain sebagainya. Usaha tersebut masing – masing bekerja sendiri dan langsung

melapor kepada kepala dinas kesehatan Dati II. Petugas balai pengobatan

tidak tahu – menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petugas BKIA

tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh petugas hygiene sanitasi dan

sebaliknya. Dengan adanya sistem pelayanan seperti di puskesmas, maka

berbagai kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan bersama di bawahsuatu

organisasi dan satu pimpinan.

2.2.6 Upaya Puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni

terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,

yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan

kesehatan di tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua

yaitu :

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang diterapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta yang mempunyai

daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya

Page 18: BAB 1

kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di

wilayah Indonesia. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

a. Upaya promosi kesehatan.

b. Upaya kesehatan lingkungan.

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat.

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.

f. Upaya pengobatan.

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di

masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya

kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok

puskesmas yang telah ada, yaitu :

a. Upaya kesehatan sekolah

b. Upaya kesehatan olahraga

c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

d. Upaya kesehatan kerja

e. Upaya kesehatan gigi dan mulut

f. Upaya kesehatan jiwa

g. Upaya kesehatan mata

h. Upaya kesehatan usia lanjut

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional, (Prasetyo, 2007).

2.2.7 Program Upaya Kesehatan Gigi di Puskesmas

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Salah satu program upaya kesehatan

pengembangan di puskesmas adalah program kesehatan gigi dan mulut. Program

Page 19: BAB 1

upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terdiri atas pelayanan kesehatan gigi di

balai pengobatan gigi, usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS), dan usaha kesehatan

gigi masyarakat (UKGM) (Departemen Kesehatan RI, 2007).

1. Pelayanan Kesehatan Gigi di Balai Pengobatan Gigi (BPG)

Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas ditujukan kepada

masyarakat atau penderita yang berkunjung ke puskesmas. Tujuan umum

upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yaitu tercapainya derajat

kesehatan gigi yang layak. Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut

di Puskesmas yaitu;

a. Meningkatkan keadaan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam

kemampuan pelihara diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan

mulut serta mencari pengobatan sedini mungkin.

b. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita

masyarakat (karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau

pencegahan tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan

terutama pada kelompok masyarakat yang rawan.

c. Terhindarinya atau berkurangnya gangguan fungsi pengunyahan akibat

kerusakan gigi dan mulut.

Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan di puskesmas adalah

tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, perawatan saluran akar, pencabutan

gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan

bedah ringan seperti insisi abses, dan operkulektomi (Departemen

Kesehatan RI, 2007).

Sarana dan prasarana untuk menyelenggarakan pelayanan

kesehatan gigi di puskesmas yaitu fasilitas ruangan, peralatan dan

dokumen. Fasilitas ruangan terdiri atas ruangan berventilasi, listrik, air

yang mengalir. Peralatan terdiri atas bahan dan alat pengobatan gigi,

peralatan nonmedis berupa kursi, meja, lemari peralatan. Dokumen terdiri

atas dokumen inventaris alat dan catatan bahan habis pakai. Secara umum

Page 20: BAB 1

sumber biaya kesehatan dapat dibedakan atas dua macam yaitu seluruhnya

bersumber dari anggaran pemerintah dan sebagian ditanggung oleh

masyarakat.16 Petugas pelaksana pengobatan gigi di setiap puskesmas

minimal terdiri atas satu dokter gigi dan satu perawat gigi (Departemen

Kesehatan RI, 2007).

2. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Menurut Departemen Kesehatan RI, UKGS merupakan suatu

komponen dari UKS dan merupakan strategi teknis pelayanan kesehatan

gigi mulut bagi anak sekolah yang pelaksanaannya disesuaikan dengan

kebutuhan tumbuh kembang anak.

A. Tujuan UKGS adalah:

1. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dengan jalan

mengadakan usaha preventif dan promotif.

2. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk

meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan

mulut (oral hygiene).

3. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar mau memelihara

kebersihan mulutnya di rumah (habit formation).

4. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dasar dengan

menjalankan usaha kuratif apabila usaha preventif gagal melalui

sistem selektif (selective approach).

5. Meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan gigi dengan suatu sistem

pembayaran yang bersifat pra upaya (pre-payment system).

B. Tahapan UKGS

Pelaksanaan UKGS dibagi dalam tiga tahap yaitu :

1. Tahap I atau paket minimal UKGS.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum

terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Kegiatan UKGS berupa:

Page 21: BAB 1

a. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh

guru penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum

yang berlaku.

b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan

melaksanankan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I,

II dan III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor

minimal 1 kali/bulan.

2. Tahap II atau paket standar UKGS

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa SD/MI yang sudah

terjangkau tenaga fasilitas kesehatan gigi namun sarananya masih

terbatas.Kegiatan berupa :

a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi.

b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh

guru penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum

yang berlaku.

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan

melaksanankan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I,

II dan III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor

minimal 1 kali/bulan.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti

dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.

e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan.

g. Rujukan bagi yang memerlukan.

3. Tahap III atau paket optimal UKGS

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah

terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai ,

Page 22: BAB 1

dipakai sistem inkrimental dengan pemeriksaan ulang setiap dua tahun

untuk gigi tetap. Kegiatan berupa :

a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi.

b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru

penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang

berlaku.

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan

melaksanankan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II

dan III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor

minimal 1 kali per bulan.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan

pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.

e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I –

VI(care of demand).

g. Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan

(treatment need).

h. Rujukan bagi yang memerlukan.

3. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM)

UKGM adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan

kesehatan gigi, dengan mengintegrasikan upaya promotif, preventif kesehatan

gigi pada berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang

berlandaskan pendekatan primary health care (posyandu, bina keluarga balita,

polindes, ponstren, dan taman kanak-kanak). Sasaran UKGM yaitu semua

masyarakat yang berpenghasilan rendah dan diutamakan bagi kelompok

rentan penyakit gigi mulut yaitu golongan balita, ibu hamil, dan ibu menyusui

(Departemen Kesehatan RI, 2004).

Page 23: BAB 1

Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan,

dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Program

UKGM di posyandu, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi dari puskesmas

dan kader. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau perempuan yang

dipilih oleh masyarakatdan dilatih menangani masalah-masalah kesehatan

perseorangan maupun masyarakat serta bekerja dalam hubungan yang amat

dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Dewi O, 2001).

Kegiatan UKGM yang dilaksanakan di posyandu yaitu pemeriksaan

kesehatan gigi, memebrikan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut, dan pelatihan kader. Kemampuan pendanaan dari pemerintah

terbatas, karenanya perlu dikembangkan pendanaan yang berasal dari

masyarakat untuk kepentingan pelayanan. Dana ini dapat berwujud dana sehat

atau bentuk-bentuk asuransi kesehatan lainnya yang merupakan bentuk

swadaya masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004).

Menurut Sudayasa P, Posyandu dapat digolongkan menjadi tiga

tingkatan, yaitu:

1. Posyandu Pratama (warna merah)

Posyandu yang belum mantap, kegiatannya belum rutin tiap bulan

dan kader aktifnya masih terbatas. Intervensinya yaitu pelatihan kader

ulang.

2. Posyandu Madya (warna kuning)

Posyandu ini sudah melakukan kegiatan lebih dari delapan kali per

tahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih. Intervensi

posyandu ini yaitu pelatihan kader dan penggarapan dengan

pendekatan PKMD untuk menentukan penyelesaian masalah dan

program tambahan sesuai kebutuhan.

3. Posyandu Purnama (warna hijau)

Posyandu ini frekuensinya lebih dari delapan kali per tahun, dan

sudah ada program tambahan. Intervensi pada posyandu ini yaitu

Page 24: BAB 1

penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan

masyarakat dalam menentukan pengembangan program di posyandu

dan pelatihan dana sehat (Sudayasa P, 2011).

4. Derajat Kesehatan Gigi Masyarakat

Derajat kesehatan gigi dapat diketahui dari skor karies yaitu salah satu

ukuran tingkat keparahan dari kerusakan gigi dan indeks CIPTN yaitu indeks

yang digunakan WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal.13

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure, dan daerah interproksimal)

meluas ke arah pulpa. Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman

seseorang terhadap karies (Pintauli S, 2008).

Dalam hal ini indeks karies yang dipakai adalah indeks DMFT Klein

diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938.

Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya

tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak

menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi

yang karies), M (gigi yang hilang), dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian

dijumlahkan sesuai kode. Rata-rata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF

dibagi jumlah orang yang diperiksa (Pintauli S, 2008).

Untuk mencapai kesehatan gigi masyarakat yang layak maka

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menetapkan target pencapaian tahun

2010 meliputi peningkatan status kesehatan gigi dan mulut, dan kemampuan

masyarakat untuk melakukan pencegahan. Sasaran WHO pada tahun 2010

terdiri atas 90% untuk umur 5 tahun bebas karies, angka DMF-T <1 untuk

anak umur 12 tahun, penduduk umur18 tahun tidak ada gigi yang dicabut

karena karies atau kelainan periodontal, sebesar 90% penduduk umur 35-44

tahun memiliki 20 gigi berfungsi, dan hanya 2% diantara mereka tidak bergigi

dan tidak lebih dari 0,1 sektan mempunyai sakit gusi dalam. Pada penduduk

Page 25: BAB 1

umur 65-74 tahun hanya 5% yang tidak bergigi, 75% diantaranya memiliki 20

gigi berfungsi, dan tidak lebih dari 0,5 sektan dengan saku gusi dalam

(Departemen Kesehatan RI, 2004)

2.3Puskesmas Gumukmas

2.3.1 Letak Geografis

Kecamatan Gumukmas mempunyai luas wilayah 82,96 Km2 dengan

ketinggian rata-rata 141 m dari atas permukaan laut. Kecamatan Gumukmas terdiri

dari 7 desa yaitu : Mayangan, Menampu, Bagorejo, Gumukmas, Tembokrejo,

Kepanjen, Purwosari. Batas Kecamatan Gumukmas yaitu sebelah Utara Kecamatan

Umbulsari disebelah Timur Kecamatan Puger sebelah Selatan Lautan Indonesia

sebelah Barat Kecamatan Kencong.

2.3.2 Batas-batas Wilayah Kecamatan Gumukmas

Utara : kecamatan umbulsari

Timur : kecamatan puger

Selatan: samudera indonesia

Barat : kecamatan kencong

2.3.3 Luas Wilayah Kecamatan Gumukmas (Ha)

No DESASAWAH

(Ha)TEGAL

(Ha)

PEKARANGAN(Ha)

PERKEBUNAN(Ha)

1. BAGOREJO 282,3 290 0 0

2. GUMUKMAS 750 82,5 21 0

3. KARANGREJO 281 73 216 0

4. KEPANJEN 1234 505 0 4039

5. MAYANGAN 2119 345 0 0

6. MENAMPU 409,8 241.811 114,6 0

Page 26: BAB 1

7. PURWOASRI 720 160,5 98 14

8. TEMBOKREJO 425 320 115 0

JUMLAH 6221,1 243.587 564,9 4053

2.3.4 Jumlah Penduduk Kecamtan Gumukmas

No DESAPENDUDUK WNI

L P JUMLAH

1. BAGOREJO 3.523 3.450 6.973

2. GUMUKMAS 6.470 6.669 13.139

3. KARANGREJO 4.999 4.923 9.922

4. KEPANJEN 5.644 5.375 11.019

5. MAYANGAN 4.938 4.989 9.927

6. MENAMPU 5.627 6.338 11.965

7. PURWOASRI 3.894 3.992 7.886

8. TEMBOKREJO 4.667 4.676 9.343

JUMLAH 39.762 40.412 80.174

2.3.5 Visi, Misi, Tujuan Puskesmas Gumukmas

a) Visi : Kepuasan pelanggan adalah kebanggaan kami.

b) Misi : Menuju layanan berkualitas dan terjangkau.

c) Tujuan:

1. Memberikan layanan pengobatan secara professional dan

bertanggungjawab.

2. Memberdayakan pelanggan sehingga mengetahui hak dan kewajiban

pelanggan.

3.Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada sehingga mampu

memberikan pelayanan secara professional.

Page 27: BAB 1

4. Meningkatkan penyediaan dan perawatan sarana prasarana shingga tercapai

pelayanan yang memuaskan.

5. Mendorong dan mendukung kebijakan pelayanan kesehatan di tingkat

kabupaten.

2.4 Puskemas Ledokombo

2.4.1 Letak Geografis

Puskesmas Ledokombo terletak di bagian timur kabupaten Jember yang

lokasinya di Jalan Cumedak No. 124 kecamatan Ledokombo kabupaten Jember.

Wilayah kerja puskesmas Ledokombo meliputi :

1. Desa Ledokombo

2. Desa Sumber Lesung

3. Desa Sumber Bulus

4. Desa Sumber Salak

5. Desa Suren

6. Desa Lembengan

7. Desa Sumber Anget

8. Desa Karang Paiton

9. Desa Slateng

10. Desa Sukogidri

2.4.2 Batas-batas Wilayah KecamatanLedokombo

Batas wilayah kerja puskesmas Ledokombo adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Sumber Jambe

2. Sebelah Timur: Kabupaten Banyuwangi

3. Sebelah Barat : Kecamatan Kalisat

4. Sebelah Selatan: Kecamatan Silo

2.4.3 Jumlah Penduduk Kecamtan

Page 28: BAB 1

1. Jml penduduk : 64026 jiwa

2. Laki-laki : 31422 jiwa

3. Perempuan : 32604 jiwa

4. Jumlah KK : 25600KK

5. Jumlah penduduk miskin : 38624 jiwa

6. Jml KK Miskin : 11525KK

2.4.4 Visi dan Misi Puskesmas Ledokombo

a) Visi : Masyarakat Kecamatan Ledokombo sehat melalui peningkatan pelayanan

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

b) Misi :

1. Memberikan pelayanan yang berkualitas & profesional.

2. Berkoordinasi dengan lintas sektor untuk menggerakkan

pembangunan wilayah berwawasan kesehatan.

3. Memberdayakan peran serta masyarakat untuk hidup bersih &

sehat.

4. Memberikan pelayanan promotif, preventif & rehabilitatif, ramah

dengan menjunjung tinggi nilai budaya & agama.

2.4.5 Data Sarana Kesehatan

1. Puskesmas Pembantu: 4 buah

2. Puskesmas Keliling : 1 buah

3. Polindes : 6 buah

4. Praktek dokter swasta: 2 buah

2.5 RSUD(Rumah SakitUmum Daerah) Blambangan

2.5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Daerah Blambangan (RSUD

Blambangan)

Page 29: BAB 1

RSUD Blambangan Banyuwangi adalah Rumah Sakit milik Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi yang didirikan pada Tahun 1930. Rumah Sakit Umum

Blambangan Banyuwangi termasuk dalam katagori type C. Dan RS ini telah lulus

dengan Akreditasi Dasar penuh (5 pelayanan). RSU Blambangan memberikan

pelayanan rawat jalan dan juga pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat jalan

dilakukan di 18 klinik yang ada, lengkap dengan dokter spesialisnya, kecuali poli

umum dan medical check up. Selain itu ditunjang dengan unit penunjang antara lain

unit laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik, Hemodialisa, Endoskopy dan juga

Instalasi farmasi serta instalasi gawat darurat yang melayani selama 24 jam. Jumlah

tempat tidur yang ada di RS adalah 176 tempat tidur dengan klasifikasi kelas

diantaranya adalah kelas VIP 11 TT, kelas I 27 TT, kelas II 26 TT dan kelas III 112

TT. Selain RSU Blambangan, masih ada 8 buah rumah sakit swasta, 24 klinik dengan

perawatan dan 45 puskesmas yang tersebar di seluruh Kabupaten Banyuwangi.

RSUD Blambangan mempunyai daya ungkit untuk meningkatkan pendapatan

dari pendapatan fungsional dan pendapatan umum. Untuk meningkatkan pendapatan,

diperlukan upaya meningkatkan jenis dan mutu pelayanan. Luas areal lahan RSUD

Blambangan adalah 33.415 M2 dan luas bangunan 15.327,30 M2. Lokasi RSUD

Blambangan sangat strategis, berada di pusat kota, tepatnya di Jalan Letkol Istiqlah

Nomor 49 dan berdekatan dengan instansi-instansi terkait.

2.5.2 Visi, Misi dan MottoRSUD Blambangan

a) Visi : Menjadi rumah sakit andalan dan pusat rujukan spesialistik di

Kabupaten Banyuwangi

b) Misi :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

mengutamakan keselamatan pasien denga tetap memperhatikan

aspek sosial.

2. Meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan

Rumah Sakit.

Page 30: BAB 1

3. Mengembangkan sistem administrasi, informasi manajemen

yang efektif, efisien dan didukung oleh Sumber Daya Manusia

yang profesional.

4. Mewujudkan kinerja keuangan yang sehat dan akuntabel.

c) Motto :Pelayanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan janji

pelayanan bertekad memberikan pelayanan yang berkualitas

kepada masyarakat dengan Ramah, Senyum dan Salam (RSS)

serta didasari dengan rasa Kasih Sayang, Ikhlas, Santun dan Sabar

(KISS)

2.5.3 Tujuan RSUD Blambangan

1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan SDM yang profesional

2. Meningkatkan pemeliharaan dan pengembangan sarana fisik,

peralatan medis dan Non medis.

3. Mengembangkan tata ruang/tata letak gedung dan meningkatkan

kwalitas lingkungan rumah sakit.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dengan pelayanan

paripurna

5. Mengembangkan Sistim Informasi dan Manajemen (SIM) rumah

sakit.

2.5.4 Sasaran RSUD Blambangan

1. Meningkatnya jumlah, jenis/spesialisasi dan kualifikasi SDM

RSUD Blambangan.

2. Terpenuhinya kebutuhan sarana fisik, peralatan medis dan

peralatan penunjang lainnya.

3. Meningkatnya penataan gedung/ruangan RSUD Blambangan.

4. Tercapainya peningkatan kualitas kesehatan lingkungan,

kebersihan, keindahan dan keamanan.

Page 31: BAB 1

5. Tercapainya peningkatan kualitas pelayanan IRD, Rawat Jalan dan

Rawat inap.

6. Tercapainya peningkatan kualitas pelayanan farmasi, laboratorium,

Radiologi dan Gizi.

7. Meningkatnya kualitas Sistim Informasi dan Manajemen (SIM)

Rumah Sakit.

2.5.5 Strategi dan Kebijakan RSUD Blambangan

Strategi dan Kebijakan yang ditetapkan dalam rangka mewujudkan tujuan dan

sasaran RSUD Blambangan adalah :

1. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan SDM,

pembinaan etika profesi dan Diklat.

2. Meningkatkan pemeliharaan dan pengembangan sarana dan

prasarana rumah sakit.

3. Melaksanakan peyempurnaan tata ruang/tata letak fisik gedung

RSUD Blambangan

4. Menciptakan lingkungan yang bersih, indah dan ramah

lingkungan.

5. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sesuai dengan

standar pelayanan kesehatan dan Prosedur tetap (Protap) rumah

sakit, dengan pelayanan kesehatan paripurna untuk memberikan

kepuasan kepada pelanggan/pasien dan keluarganya.

6. Meningkatkan kualitas pelayanan penunjang medik dan non

medik.

7. Mengembangkan Sistim Informasi Manajemen (SIM) rumah

sakit dan membina kemitraan dengan stake holder, instansi

pemerintah, swasta dan masyarakat.

Page 32: BAB 1

2.6Penyakit/ Kelainan yang Sering Ditemukan di Puskesmas

2.6.1 Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi

a. Persistensi

Persistensi gigi sulung atau disebut juga over retained decious teeth berarti

gigi sulung yang sudah melewati waktu tanggalnya tetapi tidak tanggal. Perlu diiingat

bahwa waktu tanggal gigi sulung adalah apabila gigi permanen pengganti telah erupsi

tetapi gigi sulungnya tidak tanggal. Pada keadaan persistensi, terkadang gigi sulung

juga tidak goyang. Keadaan ini sering dijumpai pada anak usia 6 – 12 tahun pada fase

geligi pergantian. Penyebab persistensi pada gigi sulung bukanlah penyebab tunggal

tetapi merupakan gangguan yang disebabkan oleh multi faktor, yaitu :

1. Resorpsi akar gigi sulungyang lambat. Hal ini bisa dikarenakan gangguan

nutrisi, hormonal atau gigi berlubang besar dengan indikasi perawatan

saraf yang tidak dirawat.

2. Posisi abnormal benih gigi tetap/ arah tumbuhnya gigi permanen tidak

searah dengan arah tanggalnya gigi sulung yang akan digantikannya.

3. Ketidakcukupan tempat bagi gigi yang akan tumbuh untuk menggantikan

gigi sulung. Dengan demikian gigi sulung mengarah kepada tempat yang

kosongbisa di depan atau belakang gigi sulungnya.

Perawatan yang harus dilakukan untuk kasus persistensi adalah segera

mencabut gigi sulung yang persistensi agar gigi permanen dapat erupsi ke posisi yang

benar. Bila tidak segera diekstraksi akan menyebabkan maloklusi, sehingga

diperlukan perawatan ortodontik untuk memperbaiki posisi gigi permanen ke dalam

lengkung yang benar. Anastesi yang digunakan untuk ekstraksi adalah anastesi local

bisa menggunakan chlor etyl maupun anastesi infiltrasi tergantung dari kedaan gigi

sulung sudah goyang atau belum (Birnbaum dan Dunne, 2010).

b. Ulcus Decubitus

Ulcus decubitus adalah suatu inflamasi (ulcus) yang disebabkan oleh trauma

atau iritasi tajam yang terjadi secara terus- menerus dan lama. Ulcus diartikan sebagai

defek lokal atau ekskavasi permukaan jaringan atau organ, yang lebih dalam dari

Page 33: BAB 1

jaringan epitel. Ulcus dekubitus merupakan lesi oral yang sering dijumpai. Penyebab

ulkus dekubitus beragam, meliputi gigi yang patah atau tajam, penggunaan instrumen

dental yang tidak benar, makanan keras, benda asing tajam, mukosa yang tergigit, dan

iritasi. Pada anak-anak seringkali dijumpai ulcus decubitus yang disebabkan akar gigi

sulung terdorong oleh gigi permanen yang menyebabkan akar gigi sulung keluar

menembus gusi (Birnbaum dan Dunne, 2010).

Penanganan kasus ulcus decubitus adalah dengan pencabutan sisa akar gigi

sulung tersebut, sehingga ujung akar tidak lagi melukai gusi. Alangkah baiknya bila

orang tua telah melihat ujung akar gigi keluar dari gusi, dan anak segera dibawa ke

dokter gigi untuk dilakukan pencabutan sebelum sempat melukai gusi dan pangkal

selaput bibir bagian dalam. Untuk anak yang takut giginya dicabut, bisa dilakuakn

tindakan darurat dengan memotong ujung yang tajam tadi, sehingga tidak lagi

melukai gusi, dengan suatu alat khusus (Birnbaum dan Dunne, 2010).

2.6.2 Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit infeksi mikrobiologi pada gigi yang dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan keras. Jaringan keras pada mahkota gigi

adalah email dan dentin, sedangkan pada akar gigi adalah sementum. Pembentukan

karies di gigi merupakan tanda terjadinya infeksi bakteri. Lesi karies hanya dapat

terjadi jika massa bakteri pada gigi mampu membentuk lingkungan yang bersifat

asam untuk demineralisasi gigi. Massa bakteri ini, atau yang dikenal luas sebagai plak

gigi (dental plaque), merupakan massa bakteri yang bersifat gelatin yang menempel

pada permukaan gigi. Bakteri yang dominan sebagai penyebab karies gigi asalah

Streptococcus mutans. Sisa-sisa makanan pada gigi dimetabolisme oleh bakteri yang

terdapat pada plak gigi dan menghasilkan zat asam sebagai produknya. Zat asam ini

dapat menurunkan pH pada permukaan gigi dan meluruhkan struktur kristal jaringan

keras gigi (email, dentin). Ketika sisa makanan telah dimetabolisme, aktivitas bakteri

menurun dan perlahan pH pada permukaan gigi kembali meningkat. Remineralisasi

struktur gigi yang rusak dapat terjadi pada pH diatas 5,5. Saliva mengandung kalsium

Page 34: BAB 1

dan ion fosfat konsentrasi tinggi yang dapat menjadi zat untuk remineralisasi gigi dan

dapat meningkatkan efek buffering pada rongga mulut. Lubang di gigi dapat

terbentuk jika proses demineralisasi lebih besar dibandingkan remineralisasi gigi. Jika

karies tidak mendapat perawatan, maka lama kelamaan dapat mengakibatkan rasa

sakit, terganggunya fungsi pengunyahan, fungsi bicara, estetika dan dapat menjadi

infeksi fokal (Kidd & Bechal, 2001).

Perawatan yang dapat dilakukan pada karies salah satunya melalui perawatan

restorasi. Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi dan

fungsi pada gigi, yang disebabkan fraktur, atrisi, abrasi, erosi dan karies(Badan

Peneliti dan Pengembangan Kesehatan RI, 2007).

2.6.3 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal

Penyakit pulpa adalah penyakit pada jaringan di dalam saluran akar gigi yang

disebabkan oleh bakteri, mekanis dan kimiawi yang lama kelamaan inflamasi

menjalari jaringan periapikal. Gejala awal penyakit pulpa seringkali tanpa disertai

rasa nyeri dan tidak disadari oleh pasien.Reaksi pulpa terhadap cedera sangat

individual dan variatif, sehingga proses kelanjutan inflamasi sulit diperkirakan.

Umumnya pasien penyakit pulpa mencari pertolongan dokter gigi dalam keadaan

infeksi lanjutan. Membiarkan kondisi penyakit pulpa dan periapikal tanpa

penanganan dokter gigi akan menimbulkan infeksi yang lebih parah dan komplikasi

lainnya. Inflamasi pulpa dan periapikal juga dapat menimbulkan kelainan secara

sistemik (Kidd & Bechal, 2001).

Abses gigi adalah suatu keadaan dimana terjadinya pengumpulan nanah dari

sebuah gigi ke jaringan sekitarnya, biasanya berasal dari suatu infeksi. Pada

pemeriksaan tampak pembengkakan disekitar gigi yang sakit.bila abses terdapat di

gigi depan atas, pembengkakan dapat sampai ke kelopak mata, sedangkan abses gigi

belakang atas menyebabkan bengkak sampai ke pipi. Abses gigi bawah menyebabkan

bengkak sampai ke dagu atau telinga dan submaksilaris. Penderita kadang demam,

Page 35: BAB 1

kadang tidak dapat membuka mulut lebar. Gigi goyang dan sakit saat mengunyah

(Kidd & Bechal, 2001).

Apabila pasien mengalami abses gigi, maka pasien dianjurkan berkumur-

kumur dengan air hangat. Terapi simptomatik dengan obat analgetika yang bertujuan

untuk mengurangi nyeri dan rasa sakit pada gigi yang mengalami Abses. Jika jelas

terdapat infeksi, dapat diberikan terapi dengan Antibiotika selama 5 hari. Bila ada

indikasi, gigi harus dicabut setelah infeksi reda (Kidd & Bechal, 2001).

2.6.4 Gingivitis dan Penyakit Peridodontal

a. Gingivitis

Penyakit pada jaringan periodontal yang diderita manusia hampir di seluruh

dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Menurut hasil survai

kesehatan gigi dan mulut di Jatim tahun 2005, penyakit periodontal terjadi pada 459

orang diantara 1000 penduduk . Di Asia dan Afrika prevalensi dan intensitas penyakit

periodontal terlihat lebih tinggi daripada di Eropa, Amerika dan Australia. Di

Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama yang masih

merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2008).

Gingivitis adalah peradangan gingiva, menyebabkan perdarahan

disertaipembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal ,gingivitis

sering terjadi dan bisa timbul kapan saja setelah timbulnya gigi, gingiva tampak

merah. Peradangan pada gusi dapat terjadi pada satu atau 2 gigi, tetapi juga dapat

terjadi pada seluruh gigi. Gingiva menjadi mudah berdarah karena rangsangan yang

kecil seperti saat menyikat gigi, atau bahkan tanpa rangsangan , pendarahan pada gusi

dapat terjadi kapan saja (Ubertalli,2008).

Penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama

penyakit periodontal. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis, bila tidak terawat

bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan periodontal

Page 36: BAB 1

berupa kerusakan fiber, ligamen periodontal dan tulang alveolar (Wahyukundari,

2008).

Menurut J.D. Manson dan B.M. Eley dalam Mediresource clinical team

(2010), perawatan gingivitis terdiri dari tiga komponen yang dapat dilakukan

bersamaan yaitu :

1. Interaksi kebersihan mulut;

2. Menghilangkan plak dan calculus dengan scaling;

3. Memperbaiki faktor-faktor retensi plak.

Ketiga macam perawatan ini saling berhubungan. Pembersihan plak dan

calculus tidak dapat dilakukan sebelum faktor-faktor retensi plak diperbaiki.

Membuat mulut bebas plak ternyata tidak memberikan manfaat bila tidak dilakukan

upaya untuk mencegah rekurensi deposit plak atau tidak diupayakan untuk

memastikan pembersihan segera setelah deposit ulang.

b. Periodontitis

Periodontitis adalah inflamasi pada periodontium yang meluas melaluigingiva

dan menimbulkan kerusakan jaringan ikat pelekatan dengan gigi.Kerusakan periodontal

jelas secara klinis selama dewasa atau awal masadewasa dikenal sebagai periodontitis

agresif. Lesi periodontitis agresif sering ditandai oleh hilangnya pelekatan ligamen

periodontal yang cepat. Kasus ini dideteksi secara klinis melalui kecepatan dan

keparahan hilangnya tulang alveoler sesudah dilakukan perawatan periodontitis.

Lepasnya pelekatan ligamen periodontal yang parah biasanya dihubungkan dengan

terjadinya kedalaman probing sebesar 7 mm atau lebih, hilangnya tulang alveoler parah

yang terjadi sampai pada furkasi atau kehilangan tulang alveolar secara radiografik lebih

dari 50%, pada usia muda. Pola kerusakan tulang alveoler berbentuk angular dan

vertikal didapatkan sekitar molar pertama dan insisivus pertama. Kerusakan tulang yang

terlokalisir pada tipe penyakit periodontal tersebut tidak diketahui penyebabnya

(Carranza & Newman, 2002).

Kehilangan perlekatan yang cukup besar pada kasus periodontitis

menyebabkan kegoyangan pada gigi. Perawatan kegoyangan gigi tersebut harus

Page 37: BAB 1

dilakukan dengan baik sesuai dignosa yang tepat mengenai faktor penyebabnya.

Terdapat berbagai bentuk perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gigi

goyang akibat periodontitis. Untuk gigi goyang yang diakibatkan oleh inflamasi maka

perawatannya adalah dengan menyingirkan faktor penyebab inflamasi seperti scaling,

penyerutan akar, penggunaan obat lokal dan sistemik serta pembedahan. Pada kasus

kegoyangan gigi yang disebabkan trauma oklusi maka harus dilakukan penyingkiran

faktor penyebab terjadinya trauma karena oklusi. Perawatan seperti penyelarasan

oklusal, perbaikan terhadap kebiasaan parafungsi, stabilisasi gigi dangan

menggunakan splint, penggunaan alat ortodonsi dan rekonstruksi oklusal menjadi

pilihan perawatan. Ekstraksi terhadap gigi goyang juga dapat dilakukan apabila

dukungan terhadap gigi goyang tidak diperoleh meskipun telah dilakukan perawatan

(Ginting, 2010).

Page 38: BAB 1

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan metode

cross sectional, yaitu suatu penelusuran sesaat, artinya sampel diamati hanya sesaat

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu waktu

(point time approach) (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 6 Oktober – 15 November 2014.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga tempat yaitu di poli gigi Puskesmas

Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang datang ke poli gigi

Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan dengan

jumlah total populasi 847 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah semua anggota populasi, yaitu pasien yang

datang ke poli gigi RSUD Blambangan, Puskesmas Ledokombo, dan Puskesmas

Gumukmas.

Page 39: BAB 1

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah secara

total sampling, yaitu melibatkan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian

(Notoatmodjo, 2010).

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pasien yang datang dengan berbagai

diagnosa, umur dan jenis kelamin serta kecenderungan dokter gigi puskesmas / rumah

sakit dalam memilih terapi yang diberikan kepada pasien.

3.5 Definisi Operasional

a) Pasien

Orang dengan keluhan gigi dan rongga mulut yang datang ke puskesmas/

rumah sakit untuk memperoleh pengobatan.

b) Umur dan jenis kelamin

Informasi identitas pasien datang ke poli gigi puskesmas/ rumah sakit yang

didapatkan dari kartu identitas, kartu keluarga, atau keterangan dari anggota

keluarga yang bersangkutan.

c) Diagnosa

Kesimpulan mengenai suatu penyakit berdasarkan hasil anamnesa, dan

pemeriksaan keadaan gigi pasien yang datang ke puskesmas/ rumah sakit.

Diagnosa yang digunakan digolongkan ke dalam klasifikasi kode diagnosa

menurut ICD X, yaitu sebagai berikut:

- K.00 : untuk kasus persistensi, resorbsi fisiologis gigi sulung, dan ulcus

decubitus.

- K.01 : untuk kasus impaksi gigi.

- K.02 : untuk kasus iritasi pulpa, hiperemi pulpa (pulpitis reversible).

- K.03 : untuk kasus kelainan pembentukan gigi seperti hipoplasi enamel,

amelogenesis imperfect, fluorosis.

Page 40: BAB 1

- K.04 : untuk kasus penyakit pulpa dan saraf gigi (pulpitis irreversible,

nekrosis pulpa, gangren pulpa), gangren radiks, periodontitis

apikalis, abses, granuloma.

- K.05 : untuk kasus penyakit periodontal, seperti gingivitis, periodontitis,

perikoronitis.

- K.06 : untuk kasus kehilangan gigi seperti avulsi, edentuluous ridge.

- K.07 : untuk kasus kelainan jumlah gigi (supernumerary teeth, hipodonsia),

kelainan bentuk gigi, gigi berjejal, rotasi, versi, dst.

- K.09 : untuk kasus pada tulang alveolar dan rahang seperti fraktur,

osteomielitis, eksostosis.

- K.10 : untuk kasus penyakit saraf seperti trigeminal neuralgia.

- K.11 : untuk kasus penyakit kelenjar ludah, seperti ranula, mucocele, dst.

- K.12 : untuk kasus penyakit jaringan lunak rongga mulut, seperti

stomatitis.

- K.13 : untuk kasus penyakit tumor jinak rongga mulut, epulis.

- K.14 : untuk kasus penyakit keganasan, seperti neoplasma, karsinoma.

d) Terapi

Perawatan yang diberikan dokter gigi puskesmas/ rumah sakit berdasarkan

hasil diagnosa pasien yang telah dilakukan. Terapi ini diantara meliputi tindakan

ekstraksi, medikasi dan relief of pain, sterilisasi, tumpatan, skaling, rujuk /

konsul, kontrol dan observasi, bedah minor (odontektomi, insisi, drainase,

kuretase, alveolektomi, dst), serta pembuatan gigi tiruan / denture (cetak,

penetapan gigi, pasang coba, insersi).

Page 41: BAB 1

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penlitian yang berlangsung pada tanggal 6 Oktober –

15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan

RSUD Blambangan. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data jumlah kunjungan

pasien keseluruhan yaitu 847 pasien yang terdiri atas 254 pasien di poli gigi

Puskesmas Ledokombo, 269 pasien di Puskesmas Gumukmas, dan 324 pasien di

RSUD Blambangan. Jumlah kunjungan pasien tersebut dapat drinci kembali

berdasarkan jenis kelamin, umur, diagnosa, dan perawatan yang diterima oleh pasien

di puskesmas atau rumah sakit tersebut.

4.1 Jumlah kunjungan pasien berdasarkan jenis kelamin Jumlah kunjungan

pasien keseluruhan di RSUD poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas

Gumukmas, dan RSUD Blambangan selama 6 minggu adalah 867 pasien.

Jumlah pasien laki-laki di seluruh puskesmas dan rumah sakit selama 6 minggu

sebesar 385 pasien dan jumlah pasien perempuan sebesar 462 pasien.Jumlah

kunjungan pasien berdasarkan jenis kelamin di poli gigi Puskesmas

Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan disajikan dalam

tabel dan grafik sebagai berikut:Tabel 1. Data kunjungan pasien berdasarkan jenis

kelamin selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas

Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan.

Jenis KelaminPKM

LedokomboPKM

GumukmasRSUD

Blambangan

Jumlah per Jenis

Kelamin

Laki-laki 118 103 164 385

Perempuan 136 166 160 462

Jumlah per Lokasi 254 269 324 847

Page 42: BAB 1

Gambar 1. Grafik kunjungan pasien berdasarkan jenis kelamin selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD

Blambangan.Dari data tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa hampir jumlah kunjungan pasien perempuan lebih banyak daripada pasien laki laki di Puskesmas Ledokombo dan Puskesmas Gumukmas, sedangkan kunjungan pasien laki-laki lebih besar daripada pasien perempuan di RSUD Blambangan.4.2 Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umurJumlah kunjungan pasien keseluruhan di RSUD poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan selama 6 minggu adalah 867 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umur di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan disajikan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:Tabel 2. Data kunjungan pasien berdasarkan umur selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan.

UmurPKM

LedokomboPKM

GumukmasRSUD

BlambanganJumlah

per Umur

0-10 th 70 95 23 188

11-20 th 28 37 52 117

21-30 th 70 50 42 162

31-40 th 50 39 73 162

41-50 th 21 25 54 100

51-60 th 9 19 47 75

>60 th 6 4 33 43

Jumlah per Lokasi 254 269 324 847

Page 43: BAB 1

Gambar 2. Grafik kunjungan pasien berdasarkan umur selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD

Blambangan.Dari data tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan umur di seluruh puskesmas dan rumah sakit pada rentang 0-10 tahun yaitu sebesar 188 pasien. Sedangkan jumlah kunjungan pasien terendah adalah pada umur > 60 tahun yaitu sebesar 43 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umur yang tertinggi di Puskesmas Ledokombo adalah pada umur 0-10 tahun dan 21-30 tahun masing-masing sebesar 70 pasien, dan yang terendah pada umur >60 tahun sebesar 6 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umur yang tertinggi di Puskesmas Gumukmas adalah pada umur 0-10 tahun sebesar 95 pasien, dan yang terendah pada umur >60 tahun sebesar 4 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umur yang tertinggi di RSUD Blambangan adalah pada umur 31-40 tahun sebesar 73 pasien, dan yang terendah pada umur 0-10 tahun sebesar 23 pasien. 4.3 Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosaJumlah kunjungan pasien keseluruhan di RSUD poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan selama 6 minggu adalah 867 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosa di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan disajikan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:Tabel 3. Data kunjungan pasien berdasarkan diagnosa selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan.

Kode Diagnosa

PKM Ledokombo

PKM Gumukmas

RSUD Blambangan

Jumlah per

Diagnosa

Page 44: BAB 1

K.00 59 88 7 154

K.01 4 1 85 90

K.02 26 27 18 71

K.03 0 0 1 1

K.04 144 114 133 391

K.05 15 26 10 51

K.06 1 9 22 32

K.07 2 2 1 5

K.09 1 0 16 17

K.10 0 0 17 17

K.11 2 0 7 9

K.12 0 1 3 4

K.13 0 1 1 2

K.14 0 0 3 3

Jumlah per Lokasi 254 269 324 847

Page 45: BAB 1

Gambar 3. Grafik kunjungan pasien berdasarkan diagnosa selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD

Blambangan.Dari data tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan diagnosa di seluruh puskesmas dan rumah sakit adalah penyakit jaringan pulpa gigi karena karies (kode diagnosa K.04) sebesar 391 pasien. Diagnosa terendah adalah pada kasus kelainan jaringan keras gigi seperti fluorosis, amelogenosis (kode diagnosa K.03) yaitu hanya 1 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosa di Puskesmas Ledokombo yang tertinggi adalah dengan kode diagnosa K.04 sebesar 144 pasien, dan yang terendah adalah dengan kode diagnosa K.03, K.10, K,12, K.13, dan K.14. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosa di Puskesmas Gumukmas yang tertinggi adalah dengan kode diagnosa K.04 sebesar 114 pasien, dan yang terendah adalah dengan kode diagnosa K.03, K.09, K,10, K.11, dan K.14. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosa di RSUD Blambangan yang tertinggi adalah dengan kode diagnosa K.04 sebesar 139 pasien, dan yang terendah adalah dengan kode diagnosa K.03, K.07, dan K.13.4.4 Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatanJumlah kunjungan pasien keseluruhan di RSUD poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan selama 6 minggu adalah 867 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatan di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan disajikan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:Tabel 4. Data kunjungan pasien berdasarkan perawatan selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan.

Page 46: BAB 1

PerawatanPKM

LedokomboPKM

GumukmasRSUD

Blambangan

Jumlah per

Perawatan

Ekstraksi 92 119 49 260

Medikasi dan ROP 91 78 99 268

Sterilisasi 17 11 9 37

Tumpatan 22 32 18 72

Skaling 0 6 3 9

Rujuk / Konsul 11 2 14 27

Kontrol dan Observasi 21 16 93 130

Bedah Minor 0 0 29 29

Pembuatan Denture 0 5 10 15

Jumlah per Lokasi 254 269 324 847

Gambar 4. Grafik kunjungan pasien berdasarkan perawatan selama periode 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD

Page 47: BAB 1

Blambangan.Dari data tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan perawatan di seluruh puskesmas dan rumah sakit yang diberikan adalah medikasi dan relief of pain sebesar 268 pasien. Perawatan yang terendah atau paling sedikit diberikan adalah skaling sebesar 9 pasien. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatan di Puskesmas Ledokombo yang tertinggi adalah ekstraksi sebesar 92 pasien, dan yang terendah adalah skaling, bedah minor dan pembuatan denture yaitu sama sekali tidak diberikan pada rentang waktu kunjungan tersebut. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatan di Puskesmas Gumukmas yang tertinggi adalah ekstraksi sebesar 119 pasien, dan yang terendah adalah bedah minor yaitu sama sekali tidak diberikan pada rentang waktu kunjungan tersebut. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatan di RSUD Blambangan yang tertinggi adalah medikasi dan relief of pain sebesar 99 pasien, dan yang terendah adalah skaling sebesar 9 pasien.BAB 5. PENUTUP5. 1

KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum kerja lapangan IKGM/ IKGP IV yang berlangsung pada tanggal 6 Oktober – 15 November 2014 di poli gigi Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan adalah :Jumlah kunjungan pasien keseluruhan yaitu 847 pasien yang terdiri atas 254 pasien di poli gigi Puskesmas Ledokombo, 269 pasien di Puskesmas Gumukmas, dan 324 pasien di RSUD Blambangan.

a. Jumlah pasien laki-laki di seluruh puskesmas dan rumah sakit sebesar 385 pasien

dan jumlah pasien perempuan sebesar 462 pasien.

b. Jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan umur di seluruh puskesmas dan rumah

sakit pada rentang 0-10 tahun yaitu sebesar 188 pasien, dan terendah adalah > 60

tahun yaitu sebesar 43 pasien.

c. Jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan diagnosa di seluruh puskesmas dan

rumah sakit adalah penyakit jaringan pulpa gigi karena karies (kode diagnosa

K.04) sebesar 391 pasien dan terendah adalah pada kasus kelainan jaringan keras

gigi seperti fluorosis, amelogenosis (kode diagnosa K.03) yaitu hanya 1 pasien.

d. Jumlah kunjungan tertinggi berdasarkan perawatan di seluruh puskesmas dan

rumah sakit yang diberikan adalah medikasi dan relief of pain sebesar 268 pasien

dan yang terendah adalah skaling sebesar 9 pasien.

Page 48: BAB 1

5. 2 Saran

Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya serta

dapat membantu pihak Puskesmas dan Rumah Sakit untuk mengetahui data jenis

kelamin, usia, diagnosa, dan perawatan yang diberikan kepada pasien yang datang ke

poli gigi di Puskesmas Ledokombo, Puskesmas Gumukmas, dan RSUD Blambangan

sebagai dasar perencanaan program kerja puskesmas dan penyediaan bahan dan alat

kedokteran gigi yang dibutuhkan.

Page 49: BAB 1

DapusDepkes RI. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Depkes RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Depkes RI. 2009. Undang-Undang No. 44 Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Marta. 2004. Sistem Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta: EGC