bab 1
DESCRIPTION
bab 1TRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi membawa dampak yang besar bagi kelangsungan hidup
manusia di dunia. Pada masa globalisasi saat ini, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Setiap negara dapat
mengetahui kondisi suatu negara yang lain dengan mudah. Hal ini menimbulkan
persaingan yang ketat antar negara, setiap negara akan berusaha meningkatkan
daya saing barang dan jasa yang dihasilkannya melalui peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Globalisasi telah mendorong berbagai lembaga tak
terkecuali sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Peningkatan
mutu tersebut diarahkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas agar mampu bersaing dalam menghadapi tantangan global.
Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi suatu bangsa. Bangsa
yang maju salah satunya dapat dilihat dari pendidikannya. Namun, pada
kenyataannya, pendidikan di Indonesia masih menunjukkan mutu yang belum
menggembirakan. Berdasarkan hasil survei Political and Economic Risk
Consultancy (PERC) yang berpusat di Hongkong pada tahun 2001 menyebutkan
bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12
negara yang disurvei, Indonesia menduduki urutan ke-12, setingkat di bawah
Vietnam (Alkhalil Ramadhan, 2010: http://edukasi.kompasiana.com). Hal ini
mengakibatkan perlu adanya suatu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan
di setiap jenjang pendidikan.
2
Pasca reformasi telah dilakukan berbagai upaya perbaikan pendidikan,
salah satunya adalah perubahan dalam hal manajemen pengelolaan pendidikan
dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Manajemen pengelolaan pendidikan
desentralisasi ini ditunjukkan dengan adanya usaha pemerintah dalam penerapan
suatu pendekatan terbaru yaitu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS
merupakan salah satu strategi wajib yang ditetapkan oleh Indonesia sebagai
standar dalam mengembangkan keunggulan pengelolaan sekolah. Penegasan
ini dituangkan dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 51 ayat 1
bahwa pengelolaan satuan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. MBS
yang diterapkan saat ini diharapkan mampu untuk meningkatkan mutu
pendidikan yang berorientasi juga pada proses pelaksanaan pendidikan, bukan
hanya berorientasi pada input yang selama ini banyak terjadi pada sekolah di
Indonesia. Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang tertuang dalam peraturan menteri
nomor 63 tahun 2009.
MBS memberikan kebebasan kepada sekolah untuk membuat kebijakan
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikannya. Didukung dengan kebijakan
pemerintah tentang SPMP, saat ini banyak institusi pendidikan baik Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) atau Sekolah Menengah Atas (SMA) menggunakan
sistem manajemen mutu berstandar internasional yaitu Sistem Manajemen Mutu
(SMM) ISO 9001:2008 sebagai sistem pengelolaan manajemen sekolah. SMM
ISO 9001:2008 mampu memberikan jaminan mutu bahwa sistem manajemen
3
dan kinerja sekolah dapat berjalan dengan optimal. Penerapan ISO 9001:2008
berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan sehingga diharapkan dapat
memuaskan pelanggan pendidikan yang pada akhirnya berdampak pada
peningkatan mutu sekolah maupun mutu pendidikan secara nasional di
Indonesia.
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
menetapkan arah dalam rangka peningkatan jumlah siswa SMK dan jumlah
siswa SMA. Ditargetkan jumlah siswa SMA dengan siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) pada tahun 2009/2010 adalah 60:40. Rencana strategis
Departemen Pendidikan Nasional sampai pada tahun 2015 dengan proporsi 70%
SMK dan 30% SMA.
Direktorat pembinaan SMK Kementerian pendidikan nasional
(Kemendiknas) mentargetkan 2014 mendatang semua SMK di Indonesia,
termasuk di DIY sudah memiliki sertifikasi ISO. Oleh karena itu, keberadaan
SMK semakin diakui dalam mendidik siswa. Kabid pendidikan menengah Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY menyatakan bahwa “Saat ini
sedang dipersiapkan kebutuhan untuk ISO, termasuk fasilitas dan sarana
pendidikan” (Alip Sudarjo, 2010: Bernas Jogja).
Bagi SMK di Kota Yogyakarta, upaya untuk meningkatkan mutu
khususnya dalam rangka pencapaian pembelajaran telah dilaksanakan secara
berkesinambungan baik dalam pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP)
maupun sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Hampir sebagian besar SMK
di Kota Yogyakarta telah mengimplementasikan SMM ISO 9001:2008 sebagai
4
suatu komitmen dari SMK untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada
semua stakeholders sekolah baik internal maupun eksternal.
Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di kota Yogyakarta yang telah
menerapkan MBS dan SPMP dengan sungguh-sungguh dan telah mendapatkan
sertifikat ISO 9001:2008 adalah SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Sistem
Manajemen Mutu telah diimplementasikan oleh SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta sejak tahun 2006 dan telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2008
dari PT. TüV Rheinland Cert Gmbh pada tahun 2010.
Konsep manajemen mutu dalam pendidikan khususnya sekolah kejuruan
(SMK) memandang bahwa lembaga pendidikan merupakan industri jasa dan
bukan sebagai proses produksi. Akan tetapi merupakan bentuk pelayanan yang
diberikan oleh pengelola pendidikan beserta seluruh komponen yang ada
didalamnya kepada para pelanggan sesuai dengan standar mutu tertentu. Dengan
demikian pendidikan yang bermutu tidak dapat hanya dilihat dari kualitas
lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu
memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku.
Pelanggan dalam hal ini adalah pelanggan internal (tenaga kependidikan) serta
pelanggan eksternal (peserta didik, orangtua, masyarakat dan pemakai lulusan).
Tantangan bagi sekolah kejuruan yang perlu dikelola secara strategis
dalam rangka menerapkan sistem manajemen mutu dalam pendidikan, yaitu
berhubungan dengan dimensi kualitas, fokus pada pelanggan, kepemimpinan,
perbaikan berkesinambungan, manajemen sumber daya manusia, dan
manajemen berdasarkan fakta. Pelanggan utama dalam sekolah adalah siswa
5
yang secara langsung menerima jasa pendidikan. Sebagai pelanggan utama
siswa memiliki pandangan atau persepsi yang berbeda-beda terhadap pelayanan
yang diberikan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu pengukuran persepsi siswa
dilakukan untuk mengetahui apa yang diinginkan dan apa yang diharapkan
pelanggan. Persepsi yang diberikan siswa dapat berupa persepsi positif atau
negatif. Dalam praktiknya sekolah juga tidak terlepas dari faktor-faktor
pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan SMM ISO
9001:2008. Persepsi siswa yang positif dilatar belakangi oleh faktor pendukung
begitu juga sebaliknya. Dengan mengetahui persepsi siswa terhadap
implementasi SMM ISO 9001:2008, sekolah dapat meningkatkan aspek-aspek
yang dianggap masih kurang oleh siswa. Hasil pengukuran nantinya dapat
digunakan oleh sekolah sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan baru.
Dengan demikian, tujuan dari SMM ISO 9001:2008 akan terlaksana dengan
baik.
Dengan melihat uraian permasalahan di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Persepsi Siswa terhadap Implementasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
sebagai pelanggan utama dalam kebijakan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta serta melihat faktor
pendukung dan penghambat dalam implementasi tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut:
6
1. Mutu pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia.
2. Sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, dari 12 negara
yang disurvei, Indonesia menduduki urutan ke-12.
3. Pada tahun 2014 semua SMK di Indonesia harus sudah memiliki sertifikasi
ISO.
4. Pemenuhan kebutuhan pelanggan oleh lembaga pendidikan masih kurang.
5. Terdapat perbedaan pandangan antara pihak sekolah dengan pelanggan
(siswa) dalam hal pelayanan sesuai SMM ISO 9001:2008 yang diterapkan
di SMK Muhamadiyah Yogyakarta, sehingga tujuan utama dari SMM ISO
9001:2008 belum maksimal.
C. Batasan Masalah
Dengan mempertimbangkan berbagai permasalahan tersebut di atas,
penelitian dibatasi pada aspek persepsi siswa terhadap implementasi kebijakan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi siswa terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta?
2. Apakah yang menjadi faktor pendukung dalam implementasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta?
7
3. Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap implementasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam implementasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam implementasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca tentang konsep
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan implementasinya di dunia
pendidikan serta mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan
mutu sekolah.
b. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengembangan
penelitian di masa yang akan datang.
c. Memberikan kontribusi pemikiran yang dapat dijadikan sebagai referensi
bagi sekolah – sekolah lain untuk menerapkan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008.
8
2. Manfaat Praktis
a. Menambah pengetahuan bagi penulis tentang pelaksanaan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008.
b. Bagi Dinas Pendidikan dapat dijadikan bahan pertimbangan didalam
mengambil kebijakan yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008.
c. Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi
sekolah.