bab 1

41
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi umatnya, Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami pun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini adalah sebuah intisari dari hal-hal yang telah kita pelajari selama kuliah berlangsung. Makalah ini dibuat supaya kita dapat mengerti lebih dalam tentang bahasan kita dalam kuliah dan sebagai acuan pembelajaran bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat diambil hikmahnya. Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata “kesempurnaan”, namun mudah-mudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya. Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Saudara. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. 1

Upload: lembah-barokah

Post on 03-Jan-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi umatnya,

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas

rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami pun mengucapkan

terima kasih kepada dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan arahan

sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini adalah sebuah intisari dari hal-hal yang telah kita pelajari selama kuliah

berlangsung. Makalah ini dibuat supaya kita dapat mengerti lebih dalam tentang bahasan kita

dalam kuliah dan sebagai acuan pembelajaran bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua dan dapat diambil hikmahnya.

Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata “kesempurnaan”, namun mudah-

mudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya. Kami

mengucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2010

Penyusun

1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………...… 1

Daftar Isi…………………………………………………………………………..….. 2

Bab I : Pendahuluan

I.I Latar Belakang……………………………………………….…….…..3

I.II Tujuan………………………………………………………….………4

Bab II : Pembahasan

2.1 Disorientasi Penegakan Hukum ............................................................5

i. Arah ........................................................................................6

ii. Disorientasi ..............................................................................7

2.2 Percakapan Mesra dari Gedung Bundar ...........................................9

i. Makelar proyek dalam Kejaksaan ....................................12

Bab III : Penutup

2.1 Kesimpulan ..............................................................................23

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………24

2

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui selama ini di Indonesia terutama banyak

sekali terjadi korupsi. Marak sekali korupsi dimana-mana.Bahkan

para pejabat yang memiliki jabatan hampir semuanya melakukan

korupsi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan

Indonesia karena para pengurus negara saja sudah korupsi bagaimana

bisa memajukan negara kalo dana yang di gunakan tidak benar.

Korupsi pun tidak hanya terjadi dikalangan DPR dan MPR atau para

pejabat.Tetapi korupsi juga terjadi di sekolah-sekolah seperti dana

bantuan operasional sekolah juga banyak yang di korupsikan oleh

guru atau kepala sekolahnya.Padahal dana itu sangat di butuhkan oleh

masyarakat yang kurang mampu.

3

I.2 Tujuan

Agar semua masyarakat bisa mengetahui korupsi yang meraja

rela di Indonesia. Dan agar seluruh masyarakat memahami betapa

banyaknya tindakan korupsi yang terjadi di Indonesia dan disemua

kalangan banyak terjadi korupsi.

4

BAB II

Pembahasan

2.1 Disorientasi Penegakan Hukum

Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Mafia Hukum oleh Presiden SBY

merupakan langkah berani dan sekaligus menyiratkan pengakuan keberadaan organisasi

mafia hukum dalam praktik sistem peradilan pidana selama 65 tahun kemerdekaan Indonesia.

Mafia hukum di Indonesia identik dengan the web of the underworld government yang

memiliki kekuatan destruktif terhadap ketahanan negara dan kewibawaan pemerintah,

termasuk lembaga penegak hukumnya. Pertaruhan nasionalisme dan keteguhan dalam

pemberantasan mafia hukum sedang dalam ujian di mata masyarakat dalam negeri dan luar

negeri. Namun, pembentukan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum bukanlah solusi yang

tepat untuk mencegah dan mengatasi keberadaan mafia hukum.Yang tepat seharusnya

memperkuat keberadaan KPK serta koordinasi dan sinkronisasi antara KPK,Polri,dan

Kejaksaan.

Status hukum Satgas dan lembaga penegak hukum yang ada tidak sepadan sehingga tampak

keberadaan satgas berada “di luar” sistem peradilan pidana. Misi Presiden untuk

memberantas mafia sulit dapat dijalankan dengan status hukum Satgas seperti itu. Selain itu,

Instruksi Presiden tentang target pencapaian dan indikator keberhasilan pemberantasan

korupsi oleh Polri dan kejaksaan kurang tepat. Karena target pencapaian dan indikator

keberhasilan tersebut sejatinya merupakan salah satu indikator penyediaan anggaran

operasional kepolisian dan kejaksaan. Namun, dalam praktik, parameter (tolok ukur)

keberhasilan tersebut dijadikan alasan Polri dan kejaksaan untuk tujuan pencapaian kuantitas

daripada pencapaian kualitas penanganan perkara korupsi.Tujuan pencapaian terakhir

conditio sine qua non dari tujuan pencapaian kuantitas.

5

i.ARAH

Saat ini, arah, tujuan dan misi penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi tidak jelas

lagi. Hanya pertimbangan dua tujuan yang tidak seimbang juga karena pengembalian

kerugian (keuangan) negara tidak berhasil secara signifikan dibandingkan dengan anggaran

APBN yang telah dikeluarkan untuk ketiga lembaga penegak hukum tersebut. Di sisi

lain,tujuan penghukuman untuk menjerakan pelaku juga tidak maksimal dicapai karena selain

diskresi perlakuan yang diperbolehkan Undang-Undang Pemasyarakatan, juga diskresi

menurut KUHAP sejak penyidikan sampai penuntutan. Ini berekses diskriminatif terutama

bagi pelaku yang tidak memiliki kekuatan politik dan kekuatan uang.

Contoh, pemberian remisi dan bebas bersyarat; SP 3 dan SKPP. Perbedaan perlakuan tersebut

telah berdampak negatif terhadap masalah perlindungan hukum dan kepastian hukum baik

untuk kepentingan negara maupun untuk kepentingan mereka yang disebut “koruptor”.

Wacana kebencian terhadap koruptor akhir-akhir ini telah menyimpang jauh dari norma-

norma internasional yang diakui dalam pemberantasan korupsi seperti Konvensi PBB Anti-

Korupsi Tahun 2003 karena konvensi tersebut tidak menghubungkan pemberantasan korupsi

dengan agama.Wacana tidak menyalatkan jenazah koruptor merupakan contoh daripada hal

tersebut dan tidak pernah muncul di negara-negara Islam sekalipun.

Kekeliruan pandangan mengenai kepantasan hukuman mati bagi koruptor terletak bukan

hanya karena hak hidup manusia adalah milik Allah SWT,melainkan bagaimana hak hidup

seseorang dicabut di dalam praktik penegakan hukum yang kini terjadi secara koruptif.

Dalam kondisi ini,perlu diingat pendapat para ahli hukum pidana negara maju, ”Lebih baik

melepaskan 100 orang yang bersalah daripada menghukum satu orang yang tidak

bersalah.”Kebenaran materiil dalam praktik koruptif penegakan hukum sangat tergantung

dari pemilik kekuasaan belaka, bukan pada prinsip-prinsip hukum yang berlaku dan

berdasarkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.

6

ii.DISORIENTASI

Saat ini praktik penegakan hukum sedang mengalami disorientasi kinerja dari amanah yang

diperintahkan di dalam UUD 1945 dan perubahannya. Disorientasi pertama, polisi, jaksa dan

hakim saat ini tampak kehilangan jati diri karena keberadaan lembaga pengawas eksternal

seperti Komisi Yudisial, Komisi Kejaksaan dan Komisi Kepolisian. Selain belum efektif juga

tampak ada keinginan kuat untuk memasuki terlalu jauh pekerjaan lembaga penegak hukum

tersebut yang bertentangan dengan UU.

Kekuatan kritik sosial dan pers bebas sering menimbulkan kegamangan penegak hukum

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya secara benar menurut UU yang berlaku.

Disorientasi kedua, tidak jelas lagi batas-batas sistem pengendalian internal dan eksternal

dalam penegakan hukum. Yang terjadi “kontrol internal” dilakukan oleh masyarakat sipil,

seharusnya oleh lembaga pengawas internal (irjen dll); dan “kontrol eksternal” dilakukan

oleh “orang dalam” lembaga penegak hukum itu sendiri.Di sini tidak jelas lagi siapa

mengawasi siapa.

Lebih tidak jelas lagi kepada siapa semua fungsi kontrol tersebut harus

dipertanggungjawabkan, kepada DPR RI sebagai lembaga pengawas kinerja pemerintah

(eksekutif) atau kepada rakyat Indonesia, atau masyarakat sipil di mana saja dan kapan saja

dikehendaki rakyat Indonesia itu atau hanya kepada seorang presiden saja. Disorientasi

ketiga,kepakaran yang “dimonopoli” oleh kalangan akademisi dalam menyikapi masalah

penegakan hukum.Yang terjadi saat ini telah tumbuh berkembang, tidak jelas lagi bedanya

antara seorang “pekerja intelek” dan seorang “intelektual”.

Hal ini sebagaimana pernah dilontarkan oleh Widjojo Nitisastro yang mengutip pendapat

Baran. Widjojo menerangkan bahwa, seorang “pekerja intelek”,dia cuma “jual otaknya” dan

tidak peduli untuk apa hasil otaknya itu dipakai”; sebaliknya, seorang “intelektual”

mempunyai sikap jiwa yang berlainan: pada asasnya seorang intelektual adalah seorang

pengkritik masyarakat... dia menjadi “hati nurani masyarakat” dan juru bicara kekuatan

progresif; mau tidak mau dia dianggap “pengacau”dan menjengkelkan oleh kelas yang

berkuasa yang mencoba mempertahankan yang ada.Pernyataan Widjojo cocok di era

Reformasi saat ini. Disorientasi keempat, penegakan hukum saat ini khususnya yang

7

berkaitan dengan pelaku ekonomi tidak mendukung/memperkuat sistem ekonomi nasional

melainkan bahkan “meruntuhkan” efisiensi dan efektivitas serta produktivitas para pelaku

ekonomi.

Bahkan menjauhkan investasi domestik dan asing untuk memperkuat ekonomi nasional.Ada

banyak sebab dan di antaranya adalah ekses negatif “pemerasan”dan “pemaksaan”yang

mendatangkan keuntungan finansial oleh oknum penegak hukum lebih besar ketimbang

proses peradilan yang berjalan jujur,adil dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Penyebab

yang pasti dari kondisi ini adalah ideologi globalisasi telah mendorong kehidupan bangsa

yang bersifat hedonistis mempertuhankan kebendaan belaka; jauh dari kesejahteraan batiniah

bagi masyarakatnya.Pola kehidupan sosial budaya dan ekonomi sesaat telah

“menjerumuskan” anak bangsa ini ke dalam kehidupan yang digambarkan oleh Hobbes,

“manusia itu seperti serigala terhadap sesamanya” (homo homini lupus bellum omnium

contra omnes).

Pernyataan Hobbes ini kini berlaku dalam praktik penegakan hukum. Disorientasi kelima,

terdapat kekeliruan mendasar mengenai hukuman yang dipandang sebagai satu-satunya alat

untuk penjeraan dan pertobatan bahkan jika perlu hukuman mati. Tujuan pembentukan

hukum dan penegakan hukum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Tahun 2010-2014, tidak mendahulukan tujuan balas dendam melainkan

mendahulukan tujuan perkuatan pembangunan ekonomi nasional. RPJM tersebut juga tidak

terkandung maksud menciptakan golongan baru, “koruptor”, dalam masyarakat Indonesia.

Satu-satunya kekuasaan yang sah menjatuhkan hukuman adalah pengadilan. Menjalani

hukuman dalam penjara adalah wahana penebusan dosa. Seketika yang bersangkutan selesai

menjalani hukumannya, seharusnya dosa-dosanya terampuni .Tidak ada hak negara atau siapa

pun untuk “memperpanjang” penderitaan seseorang melebihi batas hukuman yang telah

dijatuhkan oleh putusan pengadilan.

Kezaliman dalam penegakan hukum harus segera dihentikan oleh siapa pun terhadap siapa

pun di negeri tercinta ini jika berniat menjadi bangsa yang berketuhanan Yang Maha

Esa,memelihara dan mempertahankan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab

8

2.2 Percakapan Mesra dari Gedung Bundar

Saat membaca transkrip percakapan yang begitu "mesra" antara Artalyta Suryani (Ayin) dan

beberapa pejabat tinggi dari Gedung Bundar, antara lain Kemas Yahya Rahman, yang saat itu

masih menjabat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, setidaknya saya merasa kian

teryakinkan terhadap kecenderungan perilaku bobrok para penegak hukum kita. Apa itu?

Pertama, begitu canggihnya modus kejahatan para penegak hukum dalam mengkonspirasi

pencurian uang negara. Mereka dengan begitu cerdas memanfaatkan kesempatan untuk

memperoleh keuntungan pribadi dan/atau saling menguntungkan para pengutang uang

negara.

(reprositas) dengan pihak yang sedang menghadapi masalah hukum. Para pelaku

penyimpangan uang negara merupakan target operasi, bahkan sebagai proyek basah yang

diskenariokan oleh segelintir pejabat dalam upaya saling mengamankan, sehingga seolah-

olah masalahnya bersih dan tidak merugikan uang negara. Makanya tak mengherankan kalau

gaji mereka terbatas tapi harta yang dimiliki berlimpah, dengan gaya hidup diri dan keluarga

yang bermewah-mewah.

Kedua, ternyata nurani dan moralitas oknum-oknum itu sudah berada pada titik minus (di

bawah nol). Betapa tidak. Mereka tidak peduli lagi dengan hukum yang harus ditegakkan

sebagai tanggung jawab dan kewajiban asasi dari aparat atau pejabat. Mereka tidak peduli

lagi dengan dampak dari perbuatan mereka yang sudah merugikan negara, yang

mengakibatkan sebagian dari hak-hak rakyat tak terpenuhi atau tak terlayani (akibat dari

kekurangan dana negara), yang hanya Mereka tak peduli lagi dengan hukum halal-haram dari

uang yang diperoleh, kendati hasil konspirasi ala mafia itu akan masuk dalam darah daging

sendiri, berikut anak-anak dan keluarganya.

Ketiga, ternyata rakyat bangsa ini terus saja dibodohi dan dibohongi oleh para pejabat yang

melindungi dirinya dengan otoritas yang dimiliki. Kalau para pejabat penegak hukum

melakukan kejahatan konspiratif, mereka bisa aman-aman saja. Maklum, semua itu

direncanakan dan dilakukan secara tertutup oleh segelintir oknum dengan berkolusi dan

berkonspirasi. Rakyat baru mengetahui kejahatan para oknum itu ketika diberitakan oleh

media massa, seperti halnya kasus skandal di Kejaksaan Agung sekarang ini. Maklum,

9

birokrasi kita sangat tertutup yang biasanya memproteksi diri dengan istilah rahasia jabatan,

padahal di dalamnya terkandung maksud agar kejahatan dan imoralitas yang mereka perbuat

tak diketahui publik.

Keempat, bukan mustahil perilaku bobrok yang dilakukan aparat dalam suatu instansi secara

diam-diam memperoleh perlindungan dari atasan mereka, dan semakin hubungan atasan dan

bawahan lebih menekankan kolegial-personal, maka akan kian aman juga kalangan

aparat/pejabat bawahan terus melakukan kejahatannya. Saya dan Anda pembaca yang

budiman pun kiranya sependapat bahwa Jaksa Agung Hendarman Supandji tidak mungkin

buta terhadap perilaku aparat bawahannya. Lantaran yang bersangkutan sendiri sadar betul

bahwa kebiasaan itu dianggap wajar-wajar saja, karena sudah biasa terjadi, apalagi ada

"percikan" atau "kebagian" juga dari hasil operasi konspirasi itu, segalanya bisa berlangsung

aman-aman saja. Hal ini, meskipun agak samar, sebenarnya tersinyalkan juga dalam transkrip

rekaman percakapan antara Ayin dan Kemas, terutama ketika muncul istilah si Joker. Karena

semua pemain kartu remi pasti tahu bahwa istilah itu berarti sebagai penentu tertinggi dan

ampuh dalam deretan kartu permainan.

Kecenderungan perilaku seperti itu besar kemungkinan sudah kerap terjadi. Hanya, kali ini

mereka sedang apes karena terjerat oleh kecanggihan teknologi pengungkapan fakta berupa

alat penyadap telepon yang digunakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi belakangan ini.

Para oknum itu agaknya tidak menyadari bahwa segala gerak-gerik, perbuatan, dan perkataan

mereka dalam kaitan dengan pengusutan kasus para pengguna dana Bantuan Likuiditas Bank

Indonesia (khusus Sjamsul Nursalim) sedang dipantau. Namun, seperti kata pepatah,

"sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh ke tanah juga" atau "sepandai-pandai

menyimpan barang busuk, pasti suatu saat akan tercium juga baunya".

Kendati demikian, transkrip rekaman itu masih menimbulkan sedikit misteri, bahkan

kecurigaan terhadap posisi KPK. Soalnya, terkait dengan penyebutan nama Antasari (Ketua

KPK) dan Feri Wibisono (Direktur Penuntutan KPK) dalam percakapan antara Ayin dan

UUS, itu mengindikasikan bahwa hubungan Ayin, baik dengan Antasari Azhar maupun Feri

Wibisono, sudah tak asing lagi. Bahkan terkesan pihak pejabat Kejaksaan Agung yang terkait

menjadikan kedua orang itu sebagai jaringan konspirasi untuk pengamanan perilaku jahat

mereka. Ini memang bisa dipahami karena instansi kejaksaan merupakan habitat sang Bos

KPK itu, yang sudah pasti satu sama lain sudah saling memahami kebiasaan dan cara kerja

10

untuk saling mengamankan.

Pertanyaannya, apakah kedua orang di pihak KPK itu sengaja hendak dilibatkan, ataukah

sudah merupakan bagian dari jaringan pengamanan kejahatan aparat penegak hukum?

Memang masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Apalagi transkrip rekaman

pembicaraan para mafia itu tak bisa kita jamin tidak terlebih dulu diedit, sehingga yang

ditampilkan hanyalah bagian-bagian tertentu yang bisa menjamin keamanan mereka,

ditambah dengan dugaan bahwa ada skenario untuk "membajak" alias menguasai KPK

dengan menempatkan orang-orang yang menjadi bagian dari jaringan untuk tetap

melanggengkan kejahatan yang sudah berlangsung selama ini.

Masuknya Antasari, apalagi menjadi Ketua KPK, menurut versi ini, merupakan bagian dari

langkah sistematis untuk mewujudkan agenda konspirasi itu.

Kondisi seperti ini akan menjadikan kita semakin sulit mempercayai para aktor dari intern

lembaga penegakan hukum untuk secara sungguh-sungguh menjalankan tugasnya dengan

baik. Padahal baik jajaran kejaksaan maupun KPK diharapkan menjadi ujung tombak

terdepan dalam mewujudkan agenda reformasi, terutama yang terkait dengan penciptaan

lingkungan pemerintahan yang bersih (clean government).

Lalu kepada siapa lagikah kita mengharapkan tegaknya hukum dan keadilan di negeri ini?

Pertanyaan terakhir ini perlu direnungkan dengan sungguh-sungguh, terutama oleh Presiden

RI sebagai penentu kebijakan di bidang eksekutif. Tentu solusinya harus berjalan bersamaan

antara pembenahan sistem dan penempatan aktor-aktor yang teruji integritasnya.

11

i. Makelar Proyek dalam Kejaksaan

Banyak yg mengungkapkan kejaksaan Tinggi Jawa Timur Jadi Preman & Makelar

Proyek ???

Ungkapan diatas awalnya tentu sulit dipahami, karena:

1. Apa hubungan aparat hukum/jaksa dengan preman dan proyek

2. Apa hubungan aparat hukum/jaksa dengan proyek kok bisa jadi

makelar

3. Bagaimana preman kok bisa jadi makelar proyek? Bagaimana aparat

hukum/jaksa kok bisa jadi preman

A. untuk itu bisa dilihat kronologis peristiwa yang terjadi:

1. Tanggal 9 Juli 2008, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Mengundang

seluruh Kepala Dinas Pendidikan kabupaten dan Kota di propinsi Jawa

Timur (dengan penekanan undangan bahwa Kepala Dinas kabupaten dan

Kota harus hadir sendiri, tidak boleh diwakilkan) dan Perwakilan

Sekolah2 di kabupaten dan kota di Jawa Timur yang menerima bantuan

dana dari pemerintah pusat yang berupa Dana Alokasi Khusus

(DAK)/Dana APBN, untuk rehabilitasi gedung SD yang rusak dan program

peningkatan mutu SD (sekolah dasar) yang berupa pembelian buku, alat

peraga pendidikan dan multi media,

dengan thema pertemuan sebagaimana tertera dalam undangan dan

spanduk dalam ruangan pertemuan yakni: "sosialisasi program hukum

dan pelaksanaan DAK tahun Anggaran 2008"

Tempat acara di Hotel Royal Orchids Garden, Kota Batu, Jawa Timur

2. Berturut-turut berbicara didalam forum tersebut:

12

a. Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur yang meberikan kata

pengantar

b. Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang memberi gambaran sekilas

kenapa harus melakukan acara tersebut dan menyatakan bangga bahwa

permintaanya dipatuhi, bahwa seluruh kepala dinas hadir tanpa

diwakilkan kepada staff. Untuk itu diminta menyimak apa yang akan

disampaikan oleh para asisten dari kantor kejaksaan tinggi jawa

timur.

c. Asisten Tindak Pidana Khusus (Aspidsus) Kejaksaan Tinggi Jawa

Timur yang memaparkan tentang bagaimana pelaksanaan program DAK

pendidikan tahun anggaran 2008

d. Asisten Intel (Asintel) Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang juga

memaparkan tentang bagaimana pelaksanaan program DAK pendidikan

tahun anggaran 2008. Baik Aspidsus maupun Asintel Kejaksaan Tinggi

Jawa Timur dalam memaparkan pelaksanaan program DAK pendidikan 2008

tersebut, menjelaskan berdasarkan paper/naskah yang dibagikan

panitia acara sebelum para peserta memasuki ruangan. Paper/naskah

tidak ada keterangan bahwa ini penjelasan dari siapa atau dari

instansi mana.

Baik Adpidsus maupun asintel Kejaksaan Tinggi Jawa Timur intinya

menekankan, agar perwakilan kepala sekolah yang hadir dan para

kepala dinas se-jawa timur (untuk diteruskan kepada sekolah2

diwilayahnya) dalam melaksanakan program DAK tahun anggaran 2008,

khususnya dalam pekerjaan pengadaan barang untuk peningkatan mutu

sekolah, berpedoman kepada paper/naskah tersebut.

Jadi pertemuan atas undangan Kejaksaan Tinggi jawa Timur tersebut,

khusus membahas pekerjaan pengadaan barang untuk peningkatan mutu

sekolah yang merupakan salah satu bagian dalam program DAK

pendidikan tahun 2008.

e. Bagian Penerangan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur

13

Intinya menerangkan bahwa sebaiknya apa yang disampaikan Aspidsus

dan Asintel dipatuhi oleh Kepala Dinas dan sekolah, dari pada nanti

kena sanksi hukum. Peserta yang tadinya sedikit banyak sudah merasa

tertekan, ter-intimidasi, Dalam session ini perasaan ter-intimidasi

semakin kuat, karena Bagian Penerenagan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur

ini sambil berceramah diselingi menyanyikan lagu2 yang dirubah

liriknya, misalnya,... awas kalau tidak ikut akan terkena bahaya...

awas hati hati nanti bisa saya kau kumasukkan bui (penjara)... awas

jangan anggap enteng nanti kamu akan kena kerangkeng(kurungan )..

hahaha... hihihi bisa masuk penjara dsb. (lagu asli untuk film

cinderela versi indonesia)

f. Para peserta yang selain sudah merasa tertekan ini juga semakin

bingung, karena sebenarnya untuk pelaksanaan program DAK ini secara

keseluruhan maupun yang dibahas didalam forum tersebut (pengadaan

barang untuk peningkatan mutu) sudah diatur didalam buku panduan

petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan DAK tahun anggaran 2008 yang

berisi peraturan menteri, Surat edaran Dirjen dsb, dimana dalam

juknis tersebut juga sudah berdasar pada beberapa peraturan

perundangan yang berlaku. (sebagaimana juga disebutkan oleh para

pejabat kejaksaan tinggi jawa timur pada awal acara, bahwa tidak

perlu risau bahwa dengan melaksanakan program DAK, termasuk

didalamnya pengadaan barang untuk peningkatan mutu, sesuai dengan

juknis berarti sudah mentaati peraturan yang lain seperti Kepres

tahun 1980 dsb)

g. Pada pembicaraan selanjutnya yang berdasar paper/naskah

yang dibagikan tersebut, para peserta menjadi tertekan dan bingung.

Sebab jika ini adalah acara sosialisasi pelaksanaan program DAK

tahun 2008, yang berwenang adalah pihak Depdiknas sesuai dengan

tingkatan wilayah masing masing. Dan harusnya dalam program

sosialisasi, adalah bagaimana peserta dapat memahami juknis tersebut

14

dengan benar dengan menerangkan secara lebih jelas dan mempelajari

secara bersama buku juknis tersebut.

Tapi yang disampaikan adalah paper/naskah yang tidak diketahui dari

instansi mana yang membuatnya, yang dikatakan bahwa ini adalah

penjabaran juknis khusus pengadaan barang untuk peningkatan mutu

dalam program DAK tahun anggaran 2008. Sehingga ada pertanyaan

(dalam hati atau bisik-bisik tentunya, karena tidak berani) jika

peserta mengikuti langkah ini, apakah benar benar benar aman secara

hukum.

Karena memang yang bicara adalah para petinggi Kejaksaan Tinggi Jawa

Timur, akan tetapi dalam paper/naskah tidak tertulis, siapa penulis

naskah, dan atau dari instansi mana.

Jadi tetap saja jika melaksanakan sesuai isi paper tersebut, akan

tetapi jika suatu saat ternyata bermasalah secara hukum, atau

seperti yang lazim terjadi bahwa jika aparat tidak berkenan tetap

akan dapat dicari kesalahan, yang dapat membuat mereka (dinas dan

kepala sekolah) menjadi bermasalah dengan hukum, dihadapan aparat

hukum termasuk salah satunya adalah para jaksa. Sebab semua pihak

bisa saja mengelak dengan mengatakan bahwa paper/naskah itu adalah

bukan tulisannya atau bukan dari instansinya.

h. Keresahan ini juga muncul karena mekanisme pengadaan barang

untuk peningkatan mutu dalam program DAK tahun anggaran 2008, sudah

dijelaskan dengan sangat jelas didalam juknis.

Tapi dalam penjelasan berdasar paper/naskah tersebut oleh para

petinggi kejaksaan tinggi hal yang sebetulnya tidak terlalu rumit

sebagaimana tertera dalam juknis, dibuat sedemikian rupa sehingga

nampak menjadi lebih rumit/sulit dipahami. Apalagi dengan beberapa

penambahan penambahan persyaratan yang sebenarnya tidak diatur dalam

juknis, dan terkesan mengada-ada, tetapi menimbulkan tekanan atau

perasaan terintimidasi tersendiri bagi para peserta, karena selalu

ada penjelasan, bahwa jika tidak seperti paper/naskah ini bisa saja

menjadi bermasalah secara hukum. Apalagi ada penjelasan sambil

menyanyikan lagu-lagu yang diubah liriknya menjadi lagu-lagu ancaman

15

untuk memenjarakan kepala dinas, staff dinas maupun kepala sekolah.

Bisik-bisik antar kepala dinas bersama staff maupun kepala sekolah

yang hadir, menyatakan benar atau salah penjelasan ini jika

dibandingkan dengan juknis, tapi yang bicara adalah para petinggi

kejaksaan tinggi jawa timur, yang punya wewenang untuk memeriksa

atau memproses orang secara hukum dan punya wewenang tanpa batas

untuk memeriksa orang semaunya.

Benar atau salah, jika tidak memenuhi dan menuruti keinginan para

petinggi kejaksaan tinggi ini bisa repot nantinya. Karena yang benar

bisa dijadikan bersalah dan tidak selamat kalau tidak nurut. Dan

jika meski melakukan hal yang tidak benar karena menuruti keinginan

para petinggi itu bisa dijadikan hal yang benar.

Bisik-bisik ini muncul karena, selain banyak hal-hal yang ditambah-

tambahkan diluar apa yang diatur dalam juknis, sehingga menambah

semakin rumit proses yang sebenarnya tidak terlalu sulit (Apalagi

dengan intimidasi yang terjadi didalam forum, membuat orang menjadi

bingung untuk melaksanakan, karena saking rumitnya untuk menjalankan

program dan takut jika salah melangkah karena diberi pemahaman yang

rumit dan menakutkan karena ancaman akan dimasukkan penjara).

Juga kalau diteliti bahwa penjelasan yang ada didalam forum

tersebut, beberapa hal sebenarnya menjadi bertentangan atau

melanggar juknis. Maka muncullah bisik-bisik itu, menjalankan juknis

bisa menjadi salah, menjalankan apa yang disampaikan dalam forum,

itu bisa juga menjadi melanggar juknis dan artinya bisa

dikategorikan melanggar hukum. Wah.. wah..wah.. maju kena mundur

kena... sama-sama bisa masuk penjara.. Tapi karena yang punya kuasa

adalah para petinggi hukum ini, ya kita nurut saja apa yang

dikehendaki oleh mereka. Demikian lebih kurang saling curhat

diantara para peserta.

i. Pada situasi yang demikian, ketika acara akan berakhir, di depan

forum tampillah Bapak. Muchlis, yang menyatakan bahwa beliau adalah

utusan resmi Direktorat/ Depdiknas Pusat. Beliau mengatakan agar

para peserta tidak boleh pulang dulu, karena ada pembicara terakhir.

16

Menurut beliau, pembicara terakhir ini adalah pembicara Kunci.

Menurut beliau kenapa dikatakan kunci, karena ibarat ruangan tempat

forum tersebut berlangsung jika tidak dikunci, maka semua orang bisa

masuk ruangan. Maka harus dikunci agar tidak ada orang lain yang

bisa ikut masuk ruangan.

Artinya Program DAK 2008 khususnya pengadaan barang untuk

peningkatan mutu itu jangan sampai orang lain bisa ikut dalam

pekerjaan ini.

Maka ditampilkanlah oleh Bapak Muchlis, seorang direktur sebuah

perusahaan yang merupakan suplier buku, alat peraga pendidikan dan

multi media yang akan memenuhi kebutuhan dalam pekerjaan pengadaan

barang untuk peningkatan mutu dalam program DAK tahun anggaran 2008.

Maka hadirin dipersilahkan menyambut kehadiran Direktur PT. Bintang

Ilmu.

Maksudnya dengan mengambil istilah ruangan harus dikunci tersebut,

agar seluruh dinas pendidikan dan kepala sekolah di jawa timur yang

mendapatkan bantuan dana dari pemerintah yang bersumber pada APBN

tersebut, memberikan pekerjaan pengadaan barang untuk peningkatan

mutu dalam program DAK tahun anggaran 2008 hanya kepada PT. Bintang

Ilmu sebagai distributor tunggal atau kepada agen2 pemasaran dari

PT. Bintang Ilmu saja. Orang lain tidak boleh masuk.

Bahkan sebagai utusan direktorat/ depdiknas pusat Bapak Muchlis

menyatakan, bahwa Direktur Bintang Ilmu ini kemana-mana keseluruh

Indonesia beliau ajak serta, agar dinas pendidikan dan kepala

sekolah di seluruh Indonesia tahu siapa yang diperbolehkan

melaksanakan pekerjaan pengadaan barang untuk peningkatan mutu dalam

program DAK tahun 2008. Karena PT. Bintang Ilmu sebagai Agen

Tunggal, sebagaimana disebutkan pada brosur2nya yang dibagikan

kepada peserta disitu maupun diseluruh Indonesia, mempunyai banyak

agen pemasaran.

Apalagi forum ini yang turut mengundang adalah para petinggi

kejaksaan tinggi jawa timur, dengan pesan agar kepala dinas tidak

mewakilkan kepada staff, harus hadir sendiri secara langsung. Untuk

itu harus diperhatikan oleh seluruh kepala dinas dan kepala sekolah

17

itu, jika tidak menuruti apa yang telah disampaikan bisa berakibat

fatal bagi kepala dinas dan para kepala sekolah.

j. Di depan forum Direktur Bintang Ilmu, menyampaikan bahwa Bapak

Muchlis ini beliau bawa kemana-mana, keseluruh Indonesia. Agar

seluruh Dinas pendidikan dan kepala Sekolah, menjadi patuh dan

dengan patuh mereka aman.

Beliau juga menyampaikan bahwa Beberapa kepala dinas di beberapa

kabupaten, nyaris masuk penjara (beliau mengungkapkan dengan kata-

kata: kepala dinas itu karena gak nurut pada kita.. tinggal 2cm dari

pintu penjara..tinggal didorong masuk.. langsung blamm... merasakan

sengsaranya hidup dibalik terali besi/ mengutip lagu2 yang

dilantunkan Bagian Penerangan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur

sebelumnya)

Karena kemudian akhirnya nurut kepada Bintang Ilmu, sebagaimana apa

yang disampaikan oleh Bapak Muchlis tadi, maka beberapa kepala

dinas pendidikan itu oleh Direktur Bintang Ilmu diselamatkan dan

tidak jadi masuk penjara.

Direktur PT. Bintang Ilmu juga menegaskan bahwa paper dan semua apa

yang telah disampaikan oleh para petinggi kejaksaan tinggi jawa

timur tersebut bersumber dari dirinya, para petinggi tersebut

tinggal melaksanakan saja.

Direktur Bintang Ilmu dalam forum tersebut juga menyayangkan bahwa

kepala kejaksaan negeri di jawa timur yang hadir dalam forum ini

hanya dua. Dia menyatakan di jawa barat, jawa tengah, banten, dan

beberapa daerah yang lain, tidak berani seperti ini. Seluruh kepala

kejaksaan negeri di propinsi lain pasti hadir jika dia membuat acara

semacam ini.

Apalagi ini Kepala kejaksaan Tinggi adalah sebagai pihak yang

mengundang dan Kepala kejaksaan Tinggi dan semua asisten yang

penting dan berkompeten berbicara langsung agar acara ini

berlangsung dan menghasilkan sesuatu sebagaimana yang diharapkan.

Melihat kenyataan adanya kemungkinan ketidak-patuhan hampir semua

kejaksaan negeri ini (dilihat dari yang hadir hanya 2 kepala

18

kejaksaan negeri) mungkin perlu dipertimbangkan bahwa di Jawa Timur

sebaiknya nantinya proses pemeriksaan kepada dinas pendidikan dan

kepala sekolah yang tidak patuh pada arahan pada forum ini,

dilakukan oleh kejaksaan tinggi, bukan oleh kejaksaan negeri.

Dalam kesempatan itu, Direktur Bintang Ilmu juga menyesalkan bahwa

beberapa kota dan kabupaten di jawa timur telah mulai melaksanakan

proses tahap awal program DAK tahun 2008 baik berupa penetapan

sekolah penerima bantuan, sosialisasi program kepada sekolah dan

seterusnya. sebelum mendapatkan bekal dari forum ini. Ungkapan

ungkapan seperti.. Ingin masuk penjara rupanya.. dan berbagai

sindiran lainnya meluncur dari Direktur Bintang Ilmu.

Ungkapan ini muncul karena pada beberapa kabupaten dan kota yang

sudah mulai menjalankan program ini, diperkirakan pemesanan barang

tidak kepada PT. Bintang Ilmu maupun agen agen pemasarannya. sebab

PT. Bintang Ilmu belum siap.

Jadi terungkap dalam forum sebenarnya bahwa PT. Bintang Ilmu belum

selesai mempersiapkan diri untuk menjalankan program DAK tahun 2008

ini. Maka dengan diadakannya forum ini diharapkan dinas dan sekolah

jangan melaksanakan program ini dahulu.

Maka dalam penjelasan di dalam forum ini dibuatlah sebuah proses

yang cukup rumit dan proses yang panjang,lama berliku-liku (jika

dicermati sebenarnya hal itu menjungkir-balikkan apa yang diatur

dalam juknis dan bertentangan dengan juknis), barulah dinas dan

sekolah boleh menjalankan program.

(NB: padahal dalam juknis pelaksanaan DAK sudah jelas bahwa sejak

juknis selesai dibuat, apalagi sebelumnya sudah ada sosialisasi-

sosialisasi oleh direktorat kepada dinas pendidikan kabupaten dan

kota, mereka sudah bisa mulai mengawali proses pelaksanaan program

ini, yakni penetapan sekolah penerima bantuan, sosialisasi kepada

sekolah penerima bantuan dan seterusnya)

Dengan sindiran yang sedikit banyak berisi intimidasi tersebut

beberapa kepala dinas yang nama daerahnya disebut oleh Direktur

Bintang Ilmu, sebagai dinas yang tidak patuh dan tidak bisa atau

disindir dengan ungkapan tidak mau mengarahkan sekolah sekolah

19

penerima DAK, agar setiap programnya ada dalam kendali dan

pengkondisian dari dinas itu, hanya bisa tersenyum kecut menoleh

kekiri dan kekanan memandang rekan sejawat dari kabupaten dan kota

yang lain. Ditambah rasa takut ibarat sampai keluar keringat sebesar

butiran jagung melihat para petinggi aparat hukum yang pandangan

matanya langsung tertuju fokus kepada diri mereka.

k. Acarapun selesai, dan selanjutnya Direktur Bintang Ilmu beserta

karyawannya yang menjadi panitia acara tersebut dan para agen

pemasarannya , mendekati para kepala dinas dan kepala sekolah yang

ada, dengan menekankan agar patuh pada apa yang telah disampaikan

oleh para petinggi kejaksaan tinggi jawa timur, kalau kepala dinas

dan kepala sekolah ingin selamat dan tidak masuk penjara. Dan

diberitahukan bahwa dengan telah jelas dengan adanya forum ini,

bahwa program ini adalah program dari aparat penegak hukum/kejaksaan

dan dengan itu agar kepala dinas tidak terkena masalah hukum,

sebaiknya mau dan bisa mengkondisikan sekolah penerima DAK di

wilayahnya agar tidak menerima orang lain, sebagaimana diungkapkan

dalam forum yang menampilkan direktur Bintang Ilmu dengan mengambil

perumpamaan istilah kunci.

maka waktu para kepala dinas dan kepala sekolah berkemas mau pulang

dari acara pertemuan, sering muncul ungkapan diantara mereka..

Sudahlah kita nanti harus beli barangnya kejaksaan ini saja biar

selamat... daripada nanti dinas atau sekolah tidak beli barang dari

kejaksaan ini, pasti gak selamat. benar atau salah mereka yang

berhak menentukan.. . mereka berhak memanggil untuk diperiksa dengan

seenaknya dan semaunya kok.. walau diperiksa tidak ditemukan

kesalahan saja... pasti akan dipanggil terus menerus berkali-kali.

sampai kapok, sampai ditemukan kesalahan atau sampai terpaksa

mengaku salah. lha iya kalau rumahnya dekat dengan kantor kejaksaan

tinggi disurabaya, kalau jauh dipucuk gunung... bisa habis rumah

dijual untuk ongkos transport.. belum waktu pasti banyak hilang...

20

kapan ngurus pendidikan.. . juga kapan guru bisa mengajar pada

muridnya... belum lagi stress-nya.. . sudahlah biar aman kita beli

saja barang milik kejaksaan ini... bahkan pegawai bintang ilmu yang

ada

disitu ada yang menimpali.. sudahlah pak dinas harus mengkondisikan

sekolah agar harus membeli barang yang merupakan program kejaksaan

ini... meski ini dana swakelola sekolah karena merupakan dana

blockgrain, tapi pasti jika program dari kejaksaan ini tidak

berjalan maka dinas bagimanapun ada celah bisa dipanggil dan

diperiksa, dan biasanya akan merembet pada program program lain yang

dilaksanakan oleh dinas diluar program DAK. Jadinya dinas tidak aman

dan tentram. Karena tinggal dorong dikit sudah bisa masuk penjara.

sebagai contoh dalam DAK tahun 2007 beberapa daerah yang nurut dan

mau mengkondisikan sekolah harus mengikuti program kejaksaan ini

pasti selamat. sedangkan yang tidak bisa atau lebih tepat dikatakan

tidak mau mengkondisikan, karena ini merupakan dana blockgrain dan

dana swakelola oleh sekolah, meski sudah berjalan dengan baik dan

benar, akan dipanggil berkali-kali oleh kejaksaan, jadi tidak nyaman

bukan... malah pasti akan dicari celahnya pak, karena dalam

pelaksanaan dan administrasinya sebaik apapun akan dapat dicari

celahnya. Karena yang berwenang menentukan dapat diperiksa atau

tidak, diarahkan bersalah atau tidak itu adalah kejaksaan... tambah

suara suara itu lagi.

B. Melihat kronologis yang demikian itu, yang menjadi pertanyaan dan

harusnya diperiksa dan teliti adalah:

1. Dengan kejaksaan tinggi jawa timur mengundang seluruh kepala

dinas kabupaten dan kota di jawa timur dan beberapa kepala sekolah

sebagai perwakilan kepala sekolah penerima DAK tiap kabupaten dan

kota di seluruh jawatimur tadi, dengan acara sosialisasi program

hukum dan pelaksanaan DAK tahun anggaran 2008, apakah sudah tepat

menurut peraturan yang berlaku. Karena pelaksanaan program

sosialisasi dalam pelaksanaan DAK bukanlah

21

instansi kejaksaan. Apalagi dalam forum itu ternyata kejaksaan

menghadirkan pihak yang mempunyai kepentingan lain untuk memberikan

hal-hal yang harus dipatuhi oleh dinas dan kepala sekolah.

2. Untuk itu patut diperiksa anggaran yang dipakai oleh kejaksaan

tinggi jawa timur untuk melaksanakan acara tersebut.

22

KESIMPULAN

Jadi dalam era globalisasi ini korupsi telah merajarela dimana-

mana terutama di Indonesia.segala hal di Indonesia di

korupsikan.selain itu juga Indonesia menjadi peringkat pertama

di dunia. Korupsi bisa di berantas asalkan ada kesadaran dari

para pelaku korupsi. Dan dengan mendalami iman dan taqwa

kepada tuhan yang maha esa agar tidak mudah terjebak dalam

lembah hitam korupsi. Dan dengan hidup sederhana kita dapat

terhindar dari korupsi. Karena biasanya orang-orang yang

korupsi ingin hidup dalam kemewahan dan selalu merasa serba

kekurangan.

23

DAFTAR PUSAKA

www.google.com

973 hari NAPI

24