bab 1
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi umatnya,
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami pun mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan arahan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini adalah sebuah intisari dari hal-hal yang telah kita pelajari selama kuliah
berlangsung. Makalah ini dibuat supaya kita dapat mengerti lebih dalam tentang bahasan kita
dalam kuliah dan sebagai acuan pembelajaran bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat diambil hikmahnya.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata “kesempurnaan”, namun mudah-
mudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya. Kami
mengucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Desember 2010
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………...… 1
Daftar Isi…………………………………………………………………………..….. 2
Bab I : Pendahuluan
I.I Latar Belakang……………………………………………….…….…..3
I.II Tujuan………………………………………………………….………4
Bab II : Pembahasan
2.1 Disorientasi Penegakan Hukum ............................................................5
i. Arah ........................................................................................6
ii. Disorientasi ..............................................................................7
2.2 Percakapan Mesra dari Gedung Bundar ...........................................9
i. Makelar proyek dalam Kejaksaan ....................................12
Bab III : Penutup
2.1 Kesimpulan ..............................................................................23
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………24
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui selama ini di Indonesia terutama banyak
sekali terjadi korupsi. Marak sekali korupsi dimana-mana.Bahkan
para pejabat yang memiliki jabatan hampir semuanya melakukan
korupsi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan
Indonesia karena para pengurus negara saja sudah korupsi bagaimana
bisa memajukan negara kalo dana yang di gunakan tidak benar.
Korupsi pun tidak hanya terjadi dikalangan DPR dan MPR atau para
pejabat.Tetapi korupsi juga terjadi di sekolah-sekolah seperti dana
bantuan operasional sekolah juga banyak yang di korupsikan oleh
guru atau kepala sekolahnya.Padahal dana itu sangat di butuhkan oleh
masyarakat yang kurang mampu.
3
I.2 Tujuan
Agar semua masyarakat bisa mengetahui korupsi yang meraja
rela di Indonesia. Dan agar seluruh masyarakat memahami betapa
banyaknya tindakan korupsi yang terjadi di Indonesia dan disemua
kalangan banyak terjadi korupsi.
4
BAB II
Pembahasan
2.1 Disorientasi Penegakan Hukum
Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Mafia Hukum oleh Presiden SBY
merupakan langkah berani dan sekaligus menyiratkan pengakuan keberadaan organisasi
mafia hukum dalam praktik sistem peradilan pidana selama 65 tahun kemerdekaan Indonesia.
Mafia hukum di Indonesia identik dengan the web of the underworld government yang
memiliki kekuatan destruktif terhadap ketahanan negara dan kewibawaan pemerintah,
termasuk lembaga penegak hukumnya. Pertaruhan nasionalisme dan keteguhan dalam
pemberantasan mafia hukum sedang dalam ujian di mata masyarakat dalam negeri dan luar
negeri. Namun, pembentukan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum bukanlah solusi yang
tepat untuk mencegah dan mengatasi keberadaan mafia hukum.Yang tepat seharusnya
memperkuat keberadaan KPK serta koordinasi dan sinkronisasi antara KPK,Polri,dan
Kejaksaan.
Status hukum Satgas dan lembaga penegak hukum yang ada tidak sepadan sehingga tampak
keberadaan satgas berada “di luar” sistem peradilan pidana. Misi Presiden untuk
memberantas mafia sulit dapat dijalankan dengan status hukum Satgas seperti itu. Selain itu,
Instruksi Presiden tentang target pencapaian dan indikator keberhasilan pemberantasan
korupsi oleh Polri dan kejaksaan kurang tepat. Karena target pencapaian dan indikator
keberhasilan tersebut sejatinya merupakan salah satu indikator penyediaan anggaran
operasional kepolisian dan kejaksaan. Namun, dalam praktik, parameter (tolok ukur)
keberhasilan tersebut dijadikan alasan Polri dan kejaksaan untuk tujuan pencapaian kuantitas
daripada pencapaian kualitas penanganan perkara korupsi.Tujuan pencapaian terakhir
conditio sine qua non dari tujuan pencapaian kuantitas.
5
i.ARAH
Saat ini, arah, tujuan dan misi penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi tidak jelas
lagi. Hanya pertimbangan dua tujuan yang tidak seimbang juga karena pengembalian
kerugian (keuangan) negara tidak berhasil secara signifikan dibandingkan dengan anggaran
APBN yang telah dikeluarkan untuk ketiga lembaga penegak hukum tersebut. Di sisi
lain,tujuan penghukuman untuk menjerakan pelaku juga tidak maksimal dicapai karena selain
diskresi perlakuan yang diperbolehkan Undang-Undang Pemasyarakatan, juga diskresi
menurut KUHAP sejak penyidikan sampai penuntutan. Ini berekses diskriminatif terutama
bagi pelaku yang tidak memiliki kekuatan politik dan kekuatan uang.
Contoh, pemberian remisi dan bebas bersyarat; SP 3 dan SKPP. Perbedaan perlakuan tersebut
telah berdampak negatif terhadap masalah perlindungan hukum dan kepastian hukum baik
untuk kepentingan negara maupun untuk kepentingan mereka yang disebut “koruptor”.
Wacana kebencian terhadap koruptor akhir-akhir ini telah menyimpang jauh dari norma-
norma internasional yang diakui dalam pemberantasan korupsi seperti Konvensi PBB Anti-
Korupsi Tahun 2003 karena konvensi tersebut tidak menghubungkan pemberantasan korupsi
dengan agama.Wacana tidak menyalatkan jenazah koruptor merupakan contoh daripada hal
tersebut dan tidak pernah muncul di negara-negara Islam sekalipun.
Kekeliruan pandangan mengenai kepantasan hukuman mati bagi koruptor terletak bukan
hanya karena hak hidup manusia adalah milik Allah SWT,melainkan bagaimana hak hidup
seseorang dicabut di dalam praktik penegakan hukum yang kini terjadi secara koruptif.
Dalam kondisi ini,perlu diingat pendapat para ahli hukum pidana negara maju, ”Lebih baik
melepaskan 100 orang yang bersalah daripada menghukum satu orang yang tidak
bersalah.”Kebenaran materiil dalam praktik koruptif penegakan hukum sangat tergantung
dari pemilik kekuasaan belaka, bukan pada prinsip-prinsip hukum yang berlaku dan
berdasarkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
6
ii.DISORIENTASI
Saat ini praktik penegakan hukum sedang mengalami disorientasi kinerja dari amanah yang
diperintahkan di dalam UUD 1945 dan perubahannya. Disorientasi pertama, polisi, jaksa dan
hakim saat ini tampak kehilangan jati diri karena keberadaan lembaga pengawas eksternal
seperti Komisi Yudisial, Komisi Kejaksaan dan Komisi Kepolisian. Selain belum efektif juga
tampak ada keinginan kuat untuk memasuki terlalu jauh pekerjaan lembaga penegak hukum
tersebut yang bertentangan dengan UU.
Kekuatan kritik sosial dan pers bebas sering menimbulkan kegamangan penegak hukum
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya secara benar menurut UU yang berlaku.
Disorientasi kedua, tidak jelas lagi batas-batas sistem pengendalian internal dan eksternal
dalam penegakan hukum. Yang terjadi “kontrol internal” dilakukan oleh masyarakat sipil,
seharusnya oleh lembaga pengawas internal (irjen dll); dan “kontrol eksternal” dilakukan
oleh “orang dalam” lembaga penegak hukum itu sendiri.Di sini tidak jelas lagi siapa
mengawasi siapa.
Lebih tidak jelas lagi kepada siapa semua fungsi kontrol tersebut harus
dipertanggungjawabkan, kepada DPR RI sebagai lembaga pengawas kinerja pemerintah
(eksekutif) atau kepada rakyat Indonesia, atau masyarakat sipil di mana saja dan kapan saja
dikehendaki rakyat Indonesia itu atau hanya kepada seorang presiden saja. Disorientasi
ketiga,kepakaran yang “dimonopoli” oleh kalangan akademisi dalam menyikapi masalah
penegakan hukum.Yang terjadi saat ini telah tumbuh berkembang, tidak jelas lagi bedanya
antara seorang “pekerja intelek” dan seorang “intelektual”.
Hal ini sebagaimana pernah dilontarkan oleh Widjojo Nitisastro yang mengutip pendapat
Baran. Widjojo menerangkan bahwa, seorang “pekerja intelek”,dia cuma “jual otaknya” dan
tidak peduli untuk apa hasil otaknya itu dipakai”; sebaliknya, seorang “intelektual”
mempunyai sikap jiwa yang berlainan: pada asasnya seorang intelektual adalah seorang
pengkritik masyarakat... dia menjadi “hati nurani masyarakat” dan juru bicara kekuatan
progresif; mau tidak mau dia dianggap “pengacau”dan menjengkelkan oleh kelas yang
berkuasa yang mencoba mempertahankan yang ada.Pernyataan Widjojo cocok di era
Reformasi saat ini. Disorientasi keempat, penegakan hukum saat ini khususnya yang
7
berkaitan dengan pelaku ekonomi tidak mendukung/memperkuat sistem ekonomi nasional
melainkan bahkan “meruntuhkan” efisiensi dan efektivitas serta produktivitas para pelaku
ekonomi.
Bahkan menjauhkan investasi domestik dan asing untuk memperkuat ekonomi nasional.Ada
banyak sebab dan di antaranya adalah ekses negatif “pemerasan”dan “pemaksaan”yang
mendatangkan keuntungan finansial oleh oknum penegak hukum lebih besar ketimbang
proses peradilan yang berjalan jujur,adil dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Penyebab
yang pasti dari kondisi ini adalah ideologi globalisasi telah mendorong kehidupan bangsa
yang bersifat hedonistis mempertuhankan kebendaan belaka; jauh dari kesejahteraan batiniah
bagi masyarakatnya.Pola kehidupan sosial budaya dan ekonomi sesaat telah
“menjerumuskan” anak bangsa ini ke dalam kehidupan yang digambarkan oleh Hobbes,
“manusia itu seperti serigala terhadap sesamanya” (homo homini lupus bellum omnium
contra omnes).
Pernyataan Hobbes ini kini berlaku dalam praktik penegakan hukum. Disorientasi kelima,
terdapat kekeliruan mendasar mengenai hukuman yang dipandang sebagai satu-satunya alat
untuk penjeraan dan pertobatan bahkan jika perlu hukuman mati. Tujuan pembentukan
hukum dan penegakan hukum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2010-2014, tidak mendahulukan tujuan balas dendam melainkan
mendahulukan tujuan perkuatan pembangunan ekonomi nasional. RPJM tersebut juga tidak
terkandung maksud menciptakan golongan baru, “koruptor”, dalam masyarakat Indonesia.
Satu-satunya kekuasaan yang sah menjatuhkan hukuman adalah pengadilan. Menjalani
hukuman dalam penjara adalah wahana penebusan dosa. Seketika yang bersangkutan selesai
menjalani hukumannya, seharusnya dosa-dosanya terampuni .Tidak ada hak negara atau siapa
pun untuk “memperpanjang” penderitaan seseorang melebihi batas hukuman yang telah
dijatuhkan oleh putusan pengadilan.
Kezaliman dalam penegakan hukum harus segera dihentikan oleh siapa pun terhadap siapa
pun di negeri tercinta ini jika berniat menjadi bangsa yang berketuhanan Yang Maha
Esa,memelihara dan mempertahankan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
8
2.2 Percakapan Mesra dari Gedung Bundar
Saat membaca transkrip percakapan yang begitu "mesra" antara Artalyta Suryani (Ayin) dan
beberapa pejabat tinggi dari Gedung Bundar, antara lain Kemas Yahya Rahman, yang saat itu
masih menjabat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, setidaknya saya merasa kian
teryakinkan terhadap kecenderungan perilaku bobrok para penegak hukum kita. Apa itu?
Pertama, begitu canggihnya modus kejahatan para penegak hukum dalam mengkonspirasi
pencurian uang negara. Mereka dengan begitu cerdas memanfaatkan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan pribadi dan/atau saling menguntungkan para pengutang uang
negara.
(reprositas) dengan pihak yang sedang menghadapi masalah hukum. Para pelaku
penyimpangan uang negara merupakan target operasi, bahkan sebagai proyek basah yang
diskenariokan oleh segelintir pejabat dalam upaya saling mengamankan, sehingga seolah-
olah masalahnya bersih dan tidak merugikan uang negara. Makanya tak mengherankan kalau
gaji mereka terbatas tapi harta yang dimiliki berlimpah, dengan gaya hidup diri dan keluarga
yang bermewah-mewah.
Kedua, ternyata nurani dan moralitas oknum-oknum itu sudah berada pada titik minus (di
bawah nol). Betapa tidak. Mereka tidak peduli lagi dengan hukum yang harus ditegakkan
sebagai tanggung jawab dan kewajiban asasi dari aparat atau pejabat. Mereka tidak peduli
lagi dengan dampak dari perbuatan mereka yang sudah merugikan negara, yang
mengakibatkan sebagian dari hak-hak rakyat tak terpenuhi atau tak terlayani (akibat dari
kekurangan dana negara), yang hanya Mereka tak peduli lagi dengan hukum halal-haram dari
uang yang diperoleh, kendati hasil konspirasi ala mafia itu akan masuk dalam darah daging
sendiri, berikut anak-anak dan keluarganya.
Ketiga, ternyata rakyat bangsa ini terus saja dibodohi dan dibohongi oleh para pejabat yang
melindungi dirinya dengan otoritas yang dimiliki. Kalau para pejabat penegak hukum
melakukan kejahatan konspiratif, mereka bisa aman-aman saja. Maklum, semua itu
direncanakan dan dilakukan secara tertutup oleh segelintir oknum dengan berkolusi dan
berkonspirasi. Rakyat baru mengetahui kejahatan para oknum itu ketika diberitakan oleh
media massa, seperti halnya kasus skandal di Kejaksaan Agung sekarang ini. Maklum,
9
birokrasi kita sangat tertutup yang biasanya memproteksi diri dengan istilah rahasia jabatan,
padahal di dalamnya terkandung maksud agar kejahatan dan imoralitas yang mereka perbuat
tak diketahui publik.
Keempat, bukan mustahil perilaku bobrok yang dilakukan aparat dalam suatu instansi secara
diam-diam memperoleh perlindungan dari atasan mereka, dan semakin hubungan atasan dan
bawahan lebih menekankan kolegial-personal, maka akan kian aman juga kalangan
aparat/pejabat bawahan terus melakukan kejahatannya. Saya dan Anda pembaca yang
budiman pun kiranya sependapat bahwa Jaksa Agung Hendarman Supandji tidak mungkin
buta terhadap perilaku aparat bawahannya. Lantaran yang bersangkutan sendiri sadar betul
bahwa kebiasaan itu dianggap wajar-wajar saja, karena sudah biasa terjadi, apalagi ada
"percikan" atau "kebagian" juga dari hasil operasi konspirasi itu, segalanya bisa berlangsung
aman-aman saja. Hal ini, meskipun agak samar, sebenarnya tersinyalkan juga dalam transkrip
rekaman percakapan antara Ayin dan Kemas, terutama ketika muncul istilah si Joker. Karena
semua pemain kartu remi pasti tahu bahwa istilah itu berarti sebagai penentu tertinggi dan
ampuh dalam deretan kartu permainan.
Kecenderungan perilaku seperti itu besar kemungkinan sudah kerap terjadi. Hanya, kali ini
mereka sedang apes karena terjerat oleh kecanggihan teknologi pengungkapan fakta berupa
alat penyadap telepon yang digunakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi belakangan ini.
Para oknum itu agaknya tidak menyadari bahwa segala gerak-gerik, perbuatan, dan perkataan
mereka dalam kaitan dengan pengusutan kasus para pengguna dana Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (khusus Sjamsul Nursalim) sedang dipantau. Namun, seperti kata pepatah,
"sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh ke tanah juga" atau "sepandai-pandai
menyimpan barang busuk, pasti suatu saat akan tercium juga baunya".
Kendati demikian, transkrip rekaman itu masih menimbulkan sedikit misteri, bahkan
kecurigaan terhadap posisi KPK. Soalnya, terkait dengan penyebutan nama Antasari (Ketua
KPK) dan Feri Wibisono (Direktur Penuntutan KPK) dalam percakapan antara Ayin dan
UUS, itu mengindikasikan bahwa hubungan Ayin, baik dengan Antasari Azhar maupun Feri
Wibisono, sudah tak asing lagi. Bahkan terkesan pihak pejabat Kejaksaan Agung yang terkait
menjadikan kedua orang itu sebagai jaringan konspirasi untuk pengamanan perilaku jahat
mereka. Ini memang bisa dipahami karena instansi kejaksaan merupakan habitat sang Bos
KPK itu, yang sudah pasti satu sama lain sudah saling memahami kebiasaan dan cara kerja
10
untuk saling mengamankan.
Pertanyaannya, apakah kedua orang di pihak KPK itu sengaja hendak dilibatkan, ataukah
sudah merupakan bagian dari jaringan pengamanan kejahatan aparat penegak hukum?
Memang masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Apalagi transkrip rekaman
pembicaraan para mafia itu tak bisa kita jamin tidak terlebih dulu diedit, sehingga yang
ditampilkan hanyalah bagian-bagian tertentu yang bisa menjamin keamanan mereka,
ditambah dengan dugaan bahwa ada skenario untuk "membajak" alias menguasai KPK
dengan menempatkan orang-orang yang menjadi bagian dari jaringan untuk tetap
melanggengkan kejahatan yang sudah berlangsung selama ini.
Masuknya Antasari, apalagi menjadi Ketua KPK, menurut versi ini, merupakan bagian dari
langkah sistematis untuk mewujudkan agenda konspirasi itu.
Kondisi seperti ini akan menjadikan kita semakin sulit mempercayai para aktor dari intern
lembaga penegakan hukum untuk secara sungguh-sungguh menjalankan tugasnya dengan
baik. Padahal baik jajaran kejaksaan maupun KPK diharapkan menjadi ujung tombak
terdepan dalam mewujudkan agenda reformasi, terutama yang terkait dengan penciptaan
lingkungan pemerintahan yang bersih (clean government).
Lalu kepada siapa lagikah kita mengharapkan tegaknya hukum dan keadilan di negeri ini?
Pertanyaan terakhir ini perlu direnungkan dengan sungguh-sungguh, terutama oleh Presiden
RI sebagai penentu kebijakan di bidang eksekutif. Tentu solusinya harus berjalan bersamaan
antara pembenahan sistem dan penempatan aktor-aktor yang teruji integritasnya.
11
i. Makelar Proyek dalam Kejaksaan
Banyak yg mengungkapkan kejaksaan Tinggi Jawa Timur Jadi Preman & Makelar
Proyek ???
Ungkapan diatas awalnya tentu sulit dipahami, karena:
1. Apa hubungan aparat hukum/jaksa dengan preman dan proyek
2. Apa hubungan aparat hukum/jaksa dengan proyek kok bisa jadi
makelar
3. Bagaimana preman kok bisa jadi makelar proyek? Bagaimana aparat
hukum/jaksa kok bisa jadi preman
A. untuk itu bisa dilihat kronologis peristiwa yang terjadi:
1. Tanggal 9 Juli 2008, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Mengundang
seluruh Kepala Dinas Pendidikan kabupaten dan Kota di propinsi Jawa
Timur (dengan penekanan undangan bahwa Kepala Dinas kabupaten dan
Kota harus hadir sendiri, tidak boleh diwakilkan) dan Perwakilan
Sekolah2 di kabupaten dan kota di Jawa Timur yang menerima bantuan
dana dari pemerintah pusat yang berupa Dana Alokasi Khusus
(DAK)/Dana APBN, untuk rehabilitasi gedung SD yang rusak dan program
peningkatan mutu SD (sekolah dasar) yang berupa pembelian buku, alat
peraga pendidikan dan multi media,
dengan thema pertemuan sebagaimana tertera dalam undangan dan
spanduk dalam ruangan pertemuan yakni: "sosialisasi program hukum
dan pelaksanaan DAK tahun Anggaran 2008"
Tempat acara di Hotel Royal Orchids Garden, Kota Batu, Jawa Timur
2. Berturut-turut berbicara didalam forum tersebut:
12
a. Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur yang meberikan kata
pengantar
b. Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang memberi gambaran sekilas
kenapa harus melakukan acara tersebut dan menyatakan bangga bahwa
permintaanya dipatuhi, bahwa seluruh kepala dinas hadir tanpa
diwakilkan kepada staff. Untuk itu diminta menyimak apa yang akan
disampaikan oleh para asisten dari kantor kejaksaan tinggi jawa
timur.
c. Asisten Tindak Pidana Khusus (Aspidsus) Kejaksaan Tinggi Jawa
Timur yang memaparkan tentang bagaimana pelaksanaan program DAK
pendidikan tahun anggaran 2008
d. Asisten Intel (Asintel) Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang juga
memaparkan tentang bagaimana pelaksanaan program DAK pendidikan
tahun anggaran 2008. Baik Aspidsus maupun Asintel Kejaksaan Tinggi
Jawa Timur dalam memaparkan pelaksanaan program DAK pendidikan 2008
tersebut, menjelaskan berdasarkan paper/naskah yang dibagikan
panitia acara sebelum para peserta memasuki ruangan. Paper/naskah
tidak ada keterangan bahwa ini penjelasan dari siapa atau dari
instansi mana.
Baik Adpidsus maupun asintel Kejaksaan Tinggi Jawa Timur intinya
menekankan, agar perwakilan kepala sekolah yang hadir dan para
kepala dinas se-jawa timur (untuk diteruskan kepada sekolah2
diwilayahnya) dalam melaksanakan program DAK tahun anggaran 2008,
khususnya dalam pekerjaan pengadaan barang untuk peningkatan mutu
sekolah, berpedoman kepada paper/naskah tersebut.
Jadi pertemuan atas undangan Kejaksaan Tinggi jawa Timur tersebut,
khusus membahas pekerjaan pengadaan barang untuk peningkatan mutu
sekolah yang merupakan salah satu bagian dalam program DAK
pendidikan tahun 2008.
e. Bagian Penerangan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur
13
Intinya menerangkan bahwa sebaiknya apa yang disampaikan Aspidsus
dan Asintel dipatuhi oleh Kepala Dinas dan sekolah, dari pada nanti
kena sanksi hukum. Peserta yang tadinya sedikit banyak sudah merasa
tertekan, ter-intimidasi, Dalam session ini perasaan ter-intimidasi
semakin kuat, karena Bagian Penerenagan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur
ini sambil berceramah diselingi menyanyikan lagu2 yang dirubah
liriknya, misalnya,... awas kalau tidak ikut akan terkena bahaya...
awas hati hati nanti bisa saya kau kumasukkan bui (penjara)... awas
jangan anggap enteng nanti kamu akan kena kerangkeng(kurungan )..
hahaha... hihihi bisa masuk penjara dsb. (lagu asli untuk film
cinderela versi indonesia)
f. Para peserta yang selain sudah merasa tertekan ini juga semakin
bingung, karena sebenarnya untuk pelaksanaan program DAK ini secara
keseluruhan maupun yang dibahas didalam forum tersebut (pengadaan
barang untuk peningkatan mutu) sudah diatur didalam buku panduan
petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan DAK tahun anggaran 2008 yang
berisi peraturan menteri, Surat edaran Dirjen dsb, dimana dalam
juknis tersebut juga sudah berdasar pada beberapa peraturan
perundangan yang berlaku. (sebagaimana juga disebutkan oleh para
pejabat kejaksaan tinggi jawa timur pada awal acara, bahwa tidak
perlu risau bahwa dengan melaksanakan program DAK, termasuk
didalamnya pengadaan barang untuk peningkatan mutu, sesuai dengan
juknis berarti sudah mentaati peraturan yang lain seperti Kepres
tahun 1980 dsb)
g. Pada pembicaraan selanjutnya yang berdasar paper/naskah
yang dibagikan tersebut, para peserta menjadi tertekan dan bingung.
Sebab jika ini adalah acara sosialisasi pelaksanaan program DAK
tahun 2008, yang berwenang adalah pihak Depdiknas sesuai dengan
tingkatan wilayah masing masing. Dan harusnya dalam program
sosialisasi, adalah bagaimana peserta dapat memahami juknis tersebut
14
dengan benar dengan menerangkan secara lebih jelas dan mempelajari
secara bersama buku juknis tersebut.
Tapi yang disampaikan adalah paper/naskah yang tidak diketahui dari
instansi mana yang membuatnya, yang dikatakan bahwa ini adalah
penjabaran juknis khusus pengadaan barang untuk peningkatan mutu
dalam program DAK tahun anggaran 2008. Sehingga ada pertanyaan
(dalam hati atau bisik-bisik tentunya, karena tidak berani) jika
peserta mengikuti langkah ini, apakah benar benar benar aman secara
hukum.
Karena memang yang bicara adalah para petinggi Kejaksaan Tinggi Jawa
Timur, akan tetapi dalam paper/naskah tidak tertulis, siapa penulis
naskah, dan atau dari instansi mana.
Jadi tetap saja jika melaksanakan sesuai isi paper tersebut, akan
tetapi jika suatu saat ternyata bermasalah secara hukum, atau
seperti yang lazim terjadi bahwa jika aparat tidak berkenan tetap
akan dapat dicari kesalahan, yang dapat membuat mereka (dinas dan
kepala sekolah) menjadi bermasalah dengan hukum, dihadapan aparat
hukum termasuk salah satunya adalah para jaksa. Sebab semua pihak
bisa saja mengelak dengan mengatakan bahwa paper/naskah itu adalah
bukan tulisannya atau bukan dari instansinya.
h. Keresahan ini juga muncul karena mekanisme pengadaan barang
untuk peningkatan mutu dalam program DAK tahun anggaran 2008, sudah
dijelaskan dengan sangat jelas didalam juknis.
Tapi dalam penjelasan berdasar paper/naskah tersebut oleh para
petinggi kejaksaan tinggi hal yang sebetulnya tidak terlalu rumit
sebagaimana tertera dalam juknis, dibuat sedemikian rupa sehingga
nampak menjadi lebih rumit/sulit dipahami. Apalagi dengan beberapa
penambahan penambahan persyaratan yang sebenarnya tidak diatur dalam
juknis, dan terkesan mengada-ada, tetapi menimbulkan tekanan atau
perasaan terintimidasi tersendiri bagi para peserta, karena selalu
ada penjelasan, bahwa jika tidak seperti paper/naskah ini bisa saja
menjadi bermasalah secara hukum. Apalagi ada penjelasan sambil
menyanyikan lagu-lagu yang diubah liriknya menjadi lagu-lagu ancaman
15
untuk memenjarakan kepala dinas, staff dinas maupun kepala sekolah.
Bisik-bisik antar kepala dinas bersama staff maupun kepala sekolah
yang hadir, menyatakan benar atau salah penjelasan ini jika
dibandingkan dengan juknis, tapi yang bicara adalah para petinggi
kejaksaan tinggi jawa timur, yang punya wewenang untuk memeriksa
atau memproses orang secara hukum dan punya wewenang tanpa batas
untuk memeriksa orang semaunya.
Benar atau salah, jika tidak memenuhi dan menuruti keinginan para
petinggi kejaksaan tinggi ini bisa repot nantinya. Karena yang benar
bisa dijadikan bersalah dan tidak selamat kalau tidak nurut. Dan
jika meski melakukan hal yang tidak benar karena menuruti keinginan
para petinggi itu bisa dijadikan hal yang benar.
Bisik-bisik ini muncul karena, selain banyak hal-hal yang ditambah-
tambahkan diluar apa yang diatur dalam juknis, sehingga menambah
semakin rumit proses yang sebenarnya tidak terlalu sulit (Apalagi
dengan intimidasi yang terjadi didalam forum, membuat orang menjadi
bingung untuk melaksanakan, karena saking rumitnya untuk menjalankan
program dan takut jika salah melangkah karena diberi pemahaman yang
rumit dan menakutkan karena ancaman akan dimasukkan penjara).
Juga kalau diteliti bahwa penjelasan yang ada didalam forum
tersebut, beberapa hal sebenarnya menjadi bertentangan atau
melanggar juknis. Maka muncullah bisik-bisik itu, menjalankan juknis
bisa menjadi salah, menjalankan apa yang disampaikan dalam forum,
itu bisa juga menjadi melanggar juknis dan artinya bisa
dikategorikan melanggar hukum. Wah.. wah..wah.. maju kena mundur
kena... sama-sama bisa masuk penjara.. Tapi karena yang punya kuasa
adalah para petinggi hukum ini, ya kita nurut saja apa yang
dikehendaki oleh mereka. Demikian lebih kurang saling curhat
diantara para peserta.
i. Pada situasi yang demikian, ketika acara akan berakhir, di depan
forum tampillah Bapak. Muchlis, yang menyatakan bahwa beliau adalah
utusan resmi Direktorat/ Depdiknas Pusat. Beliau mengatakan agar
para peserta tidak boleh pulang dulu, karena ada pembicara terakhir.
16
Menurut beliau, pembicara terakhir ini adalah pembicara Kunci.
Menurut beliau kenapa dikatakan kunci, karena ibarat ruangan tempat
forum tersebut berlangsung jika tidak dikunci, maka semua orang bisa
masuk ruangan. Maka harus dikunci agar tidak ada orang lain yang
bisa ikut masuk ruangan.
Artinya Program DAK 2008 khususnya pengadaan barang untuk
peningkatan mutu itu jangan sampai orang lain bisa ikut dalam
pekerjaan ini.
Maka ditampilkanlah oleh Bapak Muchlis, seorang direktur sebuah
perusahaan yang merupakan suplier buku, alat peraga pendidikan dan
multi media yang akan memenuhi kebutuhan dalam pekerjaan pengadaan
barang untuk peningkatan mutu dalam program DAK tahun anggaran 2008.
Maka hadirin dipersilahkan menyambut kehadiran Direktur PT. Bintang
Ilmu.
Maksudnya dengan mengambil istilah ruangan harus dikunci tersebut,
agar seluruh dinas pendidikan dan kepala sekolah di jawa timur yang
mendapatkan bantuan dana dari pemerintah yang bersumber pada APBN
tersebut, memberikan pekerjaan pengadaan barang untuk peningkatan
mutu dalam program DAK tahun anggaran 2008 hanya kepada PT. Bintang
Ilmu sebagai distributor tunggal atau kepada agen2 pemasaran dari
PT. Bintang Ilmu saja. Orang lain tidak boleh masuk.
Bahkan sebagai utusan direktorat/ depdiknas pusat Bapak Muchlis
menyatakan, bahwa Direktur Bintang Ilmu ini kemana-mana keseluruh
Indonesia beliau ajak serta, agar dinas pendidikan dan kepala
sekolah di seluruh Indonesia tahu siapa yang diperbolehkan
melaksanakan pekerjaan pengadaan barang untuk peningkatan mutu dalam
program DAK tahun 2008. Karena PT. Bintang Ilmu sebagai Agen
Tunggal, sebagaimana disebutkan pada brosur2nya yang dibagikan
kepada peserta disitu maupun diseluruh Indonesia, mempunyai banyak
agen pemasaran.
Apalagi forum ini yang turut mengundang adalah para petinggi
kejaksaan tinggi jawa timur, dengan pesan agar kepala dinas tidak
mewakilkan kepada staff, harus hadir sendiri secara langsung. Untuk
itu harus diperhatikan oleh seluruh kepala dinas dan kepala sekolah
17
itu, jika tidak menuruti apa yang telah disampaikan bisa berakibat
fatal bagi kepala dinas dan para kepala sekolah.
j. Di depan forum Direktur Bintang Ilmu, menyampaikan bahwa Bapak
Muchlis ini beliau bawa kemana-mana, keseluruh Indonesia. Agar
seluruh Dinas pendidikan dan kepala Sekolah, menjadi patuh dan
dengan patuh mereka aman.
Beliau juga menyampaikan bahwa Beberapa kepala dinas di beberapa
kabupaten, nyaris masuk penjara (beliau mengungkapkan dengan kata-
kata: kepala dinas itu karena gak nurut pada kita.. tinggal 2cm dari
pintu penjara..tinggal didorong masuk.. langsung blamm... merasakan
sengsaranya hidup dibalik terali besi/ mengutip lagu2 yang
dilantunkan Bagian Penerangan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur
sebelumnya)
Karena kemudian akhirnya nurut kepada Bintang Ilmu, sebagaimana apa
yang disampaikan oleh Bapak Muchlis tadi, maka beberapa kepala
dinas pendidikan itu oleh Direktur Bintang Ilmu diselamatkan dan
tidak jadi masuk penjara.
Direktur PT. Bintang Ilmu juga menegaskan bahwa paper dan semua apa
yang telah disampaikan oleh para petinggi kejaksaan tinggi jawa
timur tersebut bersumber dari dirinya, para petinggi tersebut
tinggal melaksanakan saja.
Direktur Bintang Ilmu dalam forum tersebut juga menyayangkan bahwa
kepala kejaksaan negeri di jawa timur yang hadir dalam forum ini
hanya dua. Dia menyatakan di jawa barat, jawa tengah, banten, dan
beberapa daerah yang lain, tidak berani seperti ini. Seluruh kepala
kejaksaan negeri di propinsi lain pasti hadir jika dia membuat acara
semacam ini.
Apalagi ini Kepala kejaksaan Tinggi adalah sebagai pihak yang
mengundang dan Kepala kejaksaan Tinggi dan semua asisten yang
penting dan berkompeten berbicara langsung agar acara ini
berlangsung dan menghasilkan sesuatu sebagaimana yang diharapkan.
Melihat kenyataan adanya kemungkinan ketidak-patuhan hampir semua
kejaksaan negeri ini (dilihat dari yang hadir hanya 2 kepala
18
kejaksaan negeri) mungkin perlu dipertimbangkan bahwa di Jawa Timur
sebaiknya nantinya proses pemeriksaan kepada dinas pendidikan dan
kepala sekolah yang tidak patuh pada arahan pada forum ini,
dilakukan oleh kejaksaan tinggi, bukan oleh kejaksaan negeri.
Dalam kesempatan itu, Direktur Bintang Ilmu juga menyesalkan bahwa
beberapa kota dan kabupaten di jawa timur telah mulai melaksanakan
proses tahap awal program DAK tahun 2008 baik berupa penetapan
sekolah penerima bantuan, sosialisasi program kepada sekolah dan
seterusnya. sebelum mendapatkan bekal dari forum ini. Ungkapan
ungkapan seperti.. Ingin masuk penjara rupanya.. dan berbagai
sindiran lainnya meluncur dari Direktur Bintang Ilmu.
Ungkapan ini muncul karena pada beberapa kabupaten dan kota yang
sudah mulai menjalankan program ini, diperkirakan pemesanan barang
tidak kepada PT. Bintang Ilmu maupun agen agen pemasarannya. sebab
PT. Bintang Ilmu belum siap.
Jadi terungkap dalam forum sebenarnya bahwa PT. Bintang Ilmu belum
selesai mempersiapkan diri untuk menjalankan program DAK tahun 2008
ini. Maka dengan diadakannya forum ini diharapkan dinas dan sekolah
jangan melaksanakan program ini dahulu.
Maka dalam penjelasan di dalam forum ini dibuatlah sebuah proses
yang cukup rumit dan proses yang panjang,lama berliku-liku (jika
dicermati sebenarnya hal itu menjungkir-balikkan apa yang diatur
dalam juknis dan bertentangan dengan juknis), barulah dinas dan
sekolah boleh menjalankan program.
(NB: padahal dalam juknis pelaksanaan DAK sudah jelas bahwa sejak
juknis selesai dibuat, apalagi sebelumnya sudah ada sosialisasi-
sosialisasi oleh direktorat kepada dinas pendidikan kabupaten dan
kota, mereka sudah bisa mulai mengawali proses pelaksanaan program
ini, yakni penetapan sekolah penerima bantuan, sosialisasi kepada
sekolah penerima bantuan dan seterusnya)
Dengan sindiran yang sedikit banyak berisi intimidasi tersebut
beberapa kepala dinas yang nama daerahnya disebut oleh Direktur
Bintang Ilmu, sebagai dinas yang tidak patuh dan tidak bisa atau
disindir dengan ungkapan tidak mau mengarahkan sekolah sekolah
19
penerima DAK, agar setiap programnya ada dalam kendali dan
pengkondisian dari dinas itu, hanya bisa tersenyum kecut menoleh
kekiri dan kekanan memandang rekan sejawat dari kabupaten dan kota
yang lain. Ditambah rasa takut ibarat sampai keluar keringat sebesar
butiran jagung melihat para petinggi aparat hukum yang pandangan
matanya langsung tertuju fokus kepada diri mereka.
k. Acarapun selesai, dan selanjutnya Direktur Bintang Ilmu beserta
karyawannya yang menjadi panitia acara tersebut dan para agen
pemasarannya , mendekati para kepala dinas dan kepala sekolah yang
ada, dengan menekankan agar patuh pada apa yang telah disampaikan
oleh para petinggi kejaksaan tinggi jawa timur, kalau kepala dinas
dan kepala sekolah ingin selamat dan tidak masuk penjara. Dan
diberitahukan bahwa dengan telah jelas dengan adanya forum ini,
bahwa program ini adalah program dari aparat penegak hukum/kejaksaan
dan dengan itu agar kepala dinas tidak terkena masalah hukum,
sebaiknya mau dan bisa mengkondisikan sekolah penerima DAK di
wilayahnya agar tidak menerima orang lain, sebagaimana diungkapkan
dalam forum yang menampilkan direktur Bintang Ilmu dengan mengambil
perumpamaan istilah kunci.
maka waktu para kepala dinas dan kepala sekolah berkemas mau pulang
dari acara pertemuan, sering muncul ungkapan diantara mereka..
Sudahlah kita nanti harus beli barangnya kejaksaan ini saja biar
selamat... daripada nanti dinas atau sekolah tidak beli barang dari
kejaksaan ini, pasti gak selamat. benar atau salah mereka yang
berhak menentukan.. . mereka berhak memanggil untuk diperiksa dengan
seenaknya dan semaunya kok.. walau diperiksa tidak ditemukan
kesalahan saja... pasti akan dipanggil terus menerus berkali-kali.
sampai kapok, sampai ditemukan kesalahan atau sampai terpaksa
mengaku salah. lha iya kalau rumahnya dekat dengan kantor kejaksaan
tinggi disurabaya, kalau jauh dipucuk gunung... bisa habis rumah
dijual untuk ongkos transport.. belum waktu pasti banyak hilang...
20
kapan ngurus pendidikan.. . juga kapan guru bisa mengajar pada
muridnya... belum lagi stress-nya.. . sudahlah biar aman kita beli
saja barang milik kejaksaan ini... bahkan pegawai bintang ilmu yang
ada
disitu ada yang menimpali.. sudahlah pak dinas harus mengkondisikan
sekolah agar harus membeli barang yang merupakan program kejaksaan
ini... meski ini dana swakelola sekolah karena merupakan dana
blockgrain, tapi pasti jika program dari kejaksaan ini tidak
berjalan maka dinas bagimanapun ada celah bisa dipanggil dan
diperiksa, dan biasanya akan merembet pada program program lain yang
dilaksanakan oleh dinas diluar program DAK. Jadinya dinas tidak aman
dan tentram. Karena tinggal dorong dikit sudah bisa masuk penjara.
sebagai contoh dalam DAK tahun 2007 beberapa daerah yang nurut dan
mau mengkondisikan sekolah harus mengikuti program kejaksaan ini
pasti selamat. sedangkan yang tidak bisa atau lebih tepat dikatakan
tidak mau mengkondisikan, karena ini merupakan dana blockgrain dan
dana swakelola oleh sekolah, meski sudah berjalan dengan baik dan
benar, akan dipanggil berkali-kali oleh kejaksaan, jadi tidak nyaman
bukan... malah pasti akan dicari celahnya pak, karena dalam
pelaksanaan dan administrasinya sebaik apapun akan dapat dicari
celahnya. Karena yang berwenang menentukan dapat diperiksa atau
tidak, diarahkan bersalah atau tidak itu adalah kejaksaan... tambah
suara suara itu lagi.
B. Melihat kronologis yang demikian itu, yang menjadi pertanyaan dan
harusnya diperiksa dan teliti adalah:
1. Dengan kejaksaan tinggi jawa timur mengundang seluruh kepala
dinas kabupaten dan kota di jawa timur dan beberapa kepala sekolah
sebagai perwakilan kepala sekolah penerima DAK tiap kabupaten dan
kota di seluruh jawatimur tadi, dengan acara sosialisasi program
hukum dan pelaksanaan DAK tahun anggaran 2008, apakah sudah tepat
menurut peraturan yang berlaku. Karena pelaksanaan program
sosialisasi dalam pelaksanaan DAK bukanlah
21
instansi kejaksaan. Apalagi dalam forum itu ternyata kejaksaan
menghadirkan pihak yang mempunyai kepentingan lain untuk memberikan
hal-hal yang harus dipatuhi oleh dinas dan kepala sekolah.
2. Untuk itu patut diperiksa anggaran yang dipakai oleh kejaksaan
tinggi jawa timur untuk melaksanakan acara tersebut.
22
KESIMPULAN
Jadi dalam era globalisasi ini korupsi telah merajarela dimana-
mana terutama di Indonesia.segala hal di Indonesia di
korupsikan.selain itu juga Indonesia menjadi peringkat pertama
di dunia. Korupsi bisa di berantas asalkan ada kesadaran dari
para pelaku korupsi. Dan dengan mendalami iman dan taqwa
kepada tuhan yang maha esa agar tidak mudah terjebak dalam
lembah hitam korupsi. Dan dengan hidup sederhana kita dapat
terhindar dari korupsi. Karena biasanya orang-orang yang
korupsi ingin hidup dalam kemewahan dan selalu merasa serba
kekurangan.
23