bab 1
DESCRIPTION
pwkTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANGIndonesia adalah sebuah Negara kepulauan terbesar di dunia
yang terletak di Asia Tenggara. Indonesia melintang di khatulistiwa antara
Benua Asia dan Benua Australia serta terletak di antara Samudera Pasifik
dan Samudera Hindia. Indonesia memiliki 18.000 lebih pulau yang
membentang mulai dari Sabang hingga Merauke. Namun, ada lima pulau
besar di Indonesia yang memiliki populasi penduduk paling besar di
antara pulau lainnya, yakni Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Pulau
Kalimantan Pulau Sulawesi, dan Pulau Irian Jaya.
Indonesia adalah negara denga potensi bencana (hazard potency)
yang sangat tinggi. Indonesia memeiliki wilayah dengan morfologi yang
beragam, mulai dari darat hingga pegunungan tinggi. Keragaman
morfologi tersebut dipengaruhi oleh faktor geologi, salah satu nya yakni
adanya aktivitas lempeng tektonik. Pergerakan lempeng tektonik tersebut
lah yang memnyebabkan terbentuknya jalur-jalur bencana alam, seperti
gempa bumi, rangkaian gunung api yang aktif, dan patahan-patahan
geologi yang merupakan zona rawan bencana tanah longsor. Tidak
hanya itu, wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan juga
memiliki potensi untuk mengalami bencana banjir.
Kota Makassar yang merupakan salah satu kota metropolitian di
Indonesia pun tidak luput dari potensi bencana-bencana tersebut. Kota
Makassar merupakan kota yang terletak di wilayah pesisir pantai
Sulawesi Selatan. Letak wilayah kota Makassar ini menimbulkan potensi
bencana terbesar, yakni bencana banjir. Tidak hanya itu, padatnya
bangunan yang ada di kota Makassar juga menimbulkan potensi
bencana, yakni kebakaran.
Semua bencana-bencana yang berpotensi terjadi tersebut tentu
akan memberikan dampak bagi masyarakat, seperti yang terjadi di
kawasan paotere, Kota Makassar. Kawasan Paotere adalah kawasan
yang terletak di pesisir pantai Kota Makassar yang memiliki banyak
potensi becana, seperti banjir, angin kencang, kebakaran, dan lain-lain.
Bencana-bencana tersebut memberi dampak, khususnya infrastruktur-
infrastruktur yang ada di wilayah tersebut, mulai dari infrastruktur
transportasi, persampahan, ruang terbuka hijau, energy, telekomunikasi,
drainase, sanitasi, limbah, dan air bersih. Kerusakan infrastruktur tersebut
tentu akan menganggu segala aktivitas masyarakat, yang tentu nya akan
mempengaruhi kehidupan masyarakat tersebut.
1.2 VISI DAN MISIPerencanaan infrastruktur haruslah di rencanakan sebaik-baiknya
sehingga bisa berfungsi dengan baik. Perencanan infrastruktur yang tidak
matang akan menimbulkan suatu permasalahan utamanya di daerah
rawan bencana. untuk mehapus permasalahan yang ada dikawasan
rawan bencana kelompok kami menjadikan kawasan mangara bombang
sebagai kawasan yang kami tata infrastrukturnya dengan visi
“mewujukan kawasan tanggap bencana melalui penataan jaringan infrastruktur secara terpadu”.
Untuk mewujudkan visi yang kami usung maka kami menyusun
misi sebagai berikut:
1. perencanaan infrastruktur trasportasi
Menyediakan jalur-jalur yang tertata untuk mobilitas warga
Menyiapkan jalur evakuasi sebagai atisipasi ketika terjadi
bencana
Memperbaiki kualitas jalan/lorong
2. perencanaan infrastruktur energi
meyediakan energi yang terbarukan dan ramah lingkungan bagi
warga
menata instalasi dan aliran energi
3. perencanaan infrastruktur telekomunikasi
meyediakan sarana komunikasi warga
meyediakan pusat informasi kepada warga utamanya infomasi
tentang bencana
4. perencanaan infrastruktur air bersih
menyediakan suplai air bersih kepada warga
membuat jaringan suplai air bersih lasung ke rumah warga
mengatur persebaran hydrant dalam mengantisipasi potensi
kebakaran
5. perencanaan infrastruktur ruang terbuka hijau dan rekerasi
menyediakan ruang tebuka hijau
menyediakan sarana refresing di ruang terbuka hijau
6. perencanaan infrastruktur air limbah
meyediakan sarana pegelolaan limbah sebelum di dialirkan ke
laut
7. perencanaan infrastruktur persampahan
menyediakan infrastruktur persampahan berupa TPS
menikatkan pengetahuan dan kemampuan dalam pengolaan
sampah
8. perencanaan infrastruktur sanitasi
memperbaki sistem sanitasi warga
membuat sitem sanitasi komunal
9. perencanaan infrastruktur drainase
meyiapkan sistem pegaliran air hujan kelaut
menyiapkan sumur resapan
menyediakan lubang biopori
10. perencanaan infrastruktur terpadu
membentuk infrastruktur yang saling menunjang
merapihkan seluruh jaringan infrastruktur
membuat pembangunan infrasturuktur ideal dengan sekali kerja
1.3 RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana penerapan konsep Kawasan Tanggap Bencana (TaBe) di
Kawasan Mangara Bombang?
2. Bagaimana perencanaan infrastruktur transportasi di Kawasan
Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap
Bencana (TaBe)?
3. Bagaimana perencanaan infrastruktur energi di Kawasan Mangara
Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana
(TaBe)?
4. Bagaimana perencanaan infrastruktur telekomunikasi di Kawasan
Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap
Bencana (TaBe)?
5. Bagaimana perencanaan infrastruktur air bersih di Kawasan Mangara
Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana
(TaBe)?
6. Bagaimana perencanaan infrastruktur ruang terbuka hijau di
Kawasan Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan
Tanggap Bencana (TaBe)?
7. Bagaimana perencanaan infrastruktur air limbah di Kawasan
Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap
Bencana (TaBe)?
8. Bagaimana perencanaan infrastruktur persampahan di Kawasan
Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap
Bencana (TaBe)?
9. Bagaimana perencanaan infrastruktur sanitasi di Kawasan Mangara
Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana
(TaBe)?
10. Bagaimana perencanaan infrastruktur drainase di Kawasan Mangara
Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana
(TaBe)?
11. Bagaimana pembangunan infrastruktur secara terpadu di kawasan
tanggap bencana?
1.4 TUJUAN PENULISAN1. Memaparkan penerapan konsep Kawasan Tanggap Bencana (TaBe)
di Kawasan Mangara Bombang?
2. Memaparkan perencanaan infrastruktur transportasi di Kawasan
Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap
Bencana (TaBe)?
3. Memaparkan perencanaan infrastruktur energi di Kawasan Mangara
Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana
(TaBe)?
4. Memaparkan perencanaan infrastruktur telekomunikasi di Kawasan
Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap
Bencana (TaBe)?
5. Memaparkan perencanaan infrastruktur air bersih di Kawasan
Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap
Bencana (TaBe)?
6. Memaparkan perencanaan infrastruktur ruang terbuka hijau di
Kawasan Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan
Tanggap Bencana (TaBe)?
7. Memaparkan perencanaan infrastruktur air limbah di Kawasan
Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap
Bencana (TaBe)?
8. Memaparkan perencanaan infrastruktur persampahan di Kawasan
Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap
Bencana (TaBe)?
9. Memaparkan perencanaan infrastruktur sanitasi di Kawasan Mangara
Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana
(TaBe)?
10. Memaparkan perencanaan infrastruktur drainase di Kawasan
Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap
Bencana (TaBe)?
11. Memaparkan pembangunan infrastruktur secara terpadu di kawasan
tanggap bencana?
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat menambah
pengetahuan mengenai pendekatan dalam merumuskan pembangunan
infrastruktur yang berbasis kebencanaan di wilayah pesisir.
Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
1. Dapat dijadikan masukan kepada instansi pemerintah terkait
infrastruktur tanggap bencana (TaBe) dalam menentukan kebijakan
mitigasi di kawasan rawan bencana di Mangara Bombang
2. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan kegiatan agar
sesuai dengan arahan pembangunan infrastruktur rawan bencana.
3. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk masyarakat pesisir di
Mangara Bombang agar dapat meningkatkan kesiapan dalam rangka
meminimalisir risiko bencana.
1.6 ISU DAN PERMASALAHANDari hasil pengamatan lapangan dan maka didapatkan isu dan
permasalahan infrastruktur sebagai berikut sebagai berikut:
1. Isu infrastruktur trasportasi
Pada lokasi penelitian, terdapat tiga masalah terkait
infrastruktur transportasi. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai
berikut:
Ukuran jalan yang sempit
Ukuran jalan di lokasi penelitian tergolong sempit. Hal
tersebut menyebabkan masyarakat kesulitan untuk
menggunakan akses jalan tersebut. Tidak hanya masyarakat
setempat yang mengalami kesulitan, melainkan juga
masyarakat yang melakukan aktivitas kesehariannya dengan
menggunakan akses jalan tersebut. Akses untuk mobil
pemadam kebakaran jika ingin mencapai lokasi penelitian
tersebut juga mengalami kesulitan. Ukuran mobil pemadam
kebakaran yang besar tidak sesuai dengan ukuran jalan yang
ada. Hal tersebut dapat menyebabkan proses pemadaman jika
terjadi bencana kebakaran di lokasi penelitian akan sulit untuk
dilakukan.
Akses bagi warga yang bermukim di atas laut belum memadai
Akses bagi warga yang bertempat tinggal di laut yang
terdapat di lokasi penelitian belum memadai. Warga mengalami
kesulitan ketika ingin melakkukan aktivitas di darat. Begitu pula
sebaliknya, warga yang bertempat tinggal di darat ketika ingin
melakukan aktivitas di laut juga mengalami kesulitan.
Kondisi infrastruktur jalan yang kurang baik
Kondisi infrastruktur jalan di lokasi penelitian masih kurang,
baik infrastruktur jalan yang ada di darat maupun infrastruktur
jalan yang ada di laut. Infrastruktur jalan yang ada di darat ada
yang berupa beton dan paving block. Infrastruktur jalan yang
terbuat dari paving block kondisinya tidak rapih. Hal ini
membuat akses jalan tersebut tidak aman digunakan dan
masyarakat juga merasakan tidak nyaman untuk menggunakan
jalan tersebut. Infrastruktur jalan yang ada di laut berupa
jembatan yang terbuat dari kayu. Kondisi dari jembatan kayu
tersebut ada yang sudah terlepas dari kaitannya sehingga
ketika jembatan tersebut digunakan, jembatannya goyang
sehingga tidak aman untuk digunakan.
2. Isu infrastruktur energi
Pada lokasi penelitian, terdapat masalah terkait infrastruktur
energi. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut:
Tidak rapihnya jaringan kabel listrik
Kabel listrik yang ada dikawasan ini kurang teratur sebab
kabel hanya langsung berpindah dari atap rumah warga ke
rumah warga yang lainya. Semerautnya kabel jaringan listrik
dapat berpotensi korsleting arus listrik sehingga dapt
menimbulkan percikan api. Percikan api dikawasan padat
bagunan akan menyebakan kebakan yang mudah meluas,
Keadaan ini diperparah oleh struktur dan bahan bangunan
rumah warga yang kebanyakan berupa kayu dan seng.
Tidak adanya penerangan jalan
Meskipun di kawasan telah mendapatkan pasokan listrik
oleh pihak PLN tetapi di kawasan ini lampu jalan masih minim
utamahnya pada gang sempit. Tidak adanya penerangan jalan
pada gang yang ada akan menimbulkan kekhatiran warga
terhadap keamanan lingkungan sekitar
3. Isu infrastruktur telekomunikasi
Pada lokasi penelitian, terdapat isu terkait infrastruktur
telekomunikasi . isu tersebut adalah sebagai berikut:
Sarana komunikasi antar warga yang tidak ada
tidak adanya sarana komunikasi antar warga di
Kawasan ini sehinngga warga akan sulit untuk saling
berkumunikasi dengan keseluruhan warga yang ada
dikawasan ini. Tidak adanya sarana komunikasi warga
dengan seluruh warga yang ada di dalam satu kawasan yang
tergolong kawasan yang padat sehingga dapat memicu
bencana. Bencana yang kami maksud adalah bencana
berupa konflik antar warga yang sewaktu-waktu dapat
menimbulkan pertikaian.
Tidak adanya pusat informasi
Tidak adanya tempat atau sarana yang dapat dijadikan
sebagai pusat informasi baik informasi umum ataupun
informasi tentang bencana kepada seluruh warga sehingga
dapat menyebabkan minimnya pegentahuan warga, utamanya
dalam hal bencana. Kurangnya pengetahuan warga tentang
bencana dapat menyebab warga yang berada dikawasan ini
tidak sigap dalam menghadapi bencana. Ketidak sigapan
dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat
terjadi dapat menyebabkan warga akan mengalami kerugian
besar. Kerugian yang akan dialami warga ketika mereka tidak
sigap adalah kerusakan harta benda dan bahkan yang paling
buruk adalah mereka dapat kehilagan harta benda mereka.
Tidak ada tempat pertemuan
Tidak adanya tempat komunikasi warga dengan
pemerintah selain kantor kelurahan sehingga warga tdak
daapt berkumunikasi dengan mudah kepada pemerintah.
Selain itu pemerintah akan mengalami kesulitan ketika
mereka akan melakukan sosialisasi lapangan karena tidak
adanya tempat warga berkumpul. Tidak adanya tempat
komunikasi warga dan pemerintah juga akan menyulikatkan
apabila ada pihak ketiga yang ingin melakukan penyuluhan
kepada warga dalam rangka meningkatkan pengetahuan
warga.
4. Isu infrastruktur air bersih
Pada lokasi penelitian, terdapat isu terkait infrastruktur air
bersih . isu tersebut adalah sebagai berikut:
Kualitas air tanah yang buruk
Keberadaan lokasi yang terletak di pesisir laut sangat
mempengaruhi kualitas air tanah yang ada pada kawasan ini
yang sebagaimana kita ketahui air tanah merupakan sumber
air bersih utama bagi masyarakat. Letak lokasi pada pesisir
laut menyebabkan terjadinya intrusi air laut kedalam tanah
sebagai akibat oleh daya osmosis air laut yang lebih tinggi
dibanding air tanah. Kondisi ini menyebabkan tercampurnya
kedua air ini yng juga akan berujung pada penurunan kualitas
air manjadi keasinan yang tentunya akan sangat
mempengaruhi kesehatan
Tidak adanya pasokan air PDAM
Tidak adanya pasokan air bersih dari PDAM di
kawasan ini. Kawasan ini tidak mendapatkan pasokan air
bersih dari PDAM sebab kawasan ini belum dijangkau oleh
instalasi pipa PDAM. Tidak adanya air yang di suplai oleh
PDAM menyebabkan warga menggunakan air tanah untuk
mencuci dan membeli air untuk dikomsumsi sehingga warga
harus mengeluarkan biaya lebih
5. Isu infrastruktur RTH dan Rekreasi
Pada lokasi penelitian, terdapat isu terkait infrastruktur RTH
dan rekreasi . isu tersebut adalah sebagai berikut:
Tidak ada ruang terbuka hijau
Kurangnya lahan untuk ruang terbuka hijau pada lokasi
penelitian sehingga kawasan ini terlihat tidak hijau.
Pemanfaatan lahan pada kawasan ini tidak dimanfaatkan
sehingga kawasan tidak adanya ruang terbuka hijau pada
kawasan ini. Hal ini juga membuat kawasan tersebut tidak
terlihat hijau.
Kurangnya sarana refreshing warga yang alami
Ruang terbuka hijau merupakan salah satu fasilitas penunjang
yang harus disediakan pada suatu kawasan. Penyediaan ruang
terbuka hijau bagi masyarakat dapat dijadikan sarana
lingkungan yang mempunyai manfaat besar bagi peningkatan
kualitas lingkungan, keindahan, kesegaran, dan kenyamanan.
Pada kawasan ini tidak terdapat ruang terbuka hijau yang dapat
membuat masyarakat merasa kesegaran dan keindahan
lingkungan untuk refreshing.
Tidak ada taman publik
Taman publik sebagai ruang terbuka hijau menjadi pilihan
masyarakat untuk bersantai dan bersenang-senang pada waktu
kosong. Tidak tersedianya taman publik pada kawasan ini
membuat anak-anak pada kawasan ini bermain di jalan raya.
Hal ini tentu membahayakan keselamatan. Taman publik pada
kawasan ini dianggap penting keberadaannya karena dapat
menjadi sarana bermain anak-anak, sehingga anak-anak
tersebut dapat berkomunikasi dengan sebaya nya.
6. Isu infrastruktur pengelolaan limbah
Pada lokasi penelitian terdapat masalah yang terkait dengan
infrastruktur pengolahan air limbah. Masalah tersebut sebagai
berikut:
Masyarakat membuang limbah ke laut.
Dari hasil survey di lokasi penelitian bahwa masyarakat
disana sering membuang limbah organik (limbah yang dapat
diurai oleh proses biologis) dan Anorganik (limbah yang tidak
bisa diurai oleh proses biologi) ke laut. Mereka tidak menyadari
pembuangan limbah organik dan anorganik secara sembarangan
ke laut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran
seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa
kertas, kardus atau karton. Limbah rumah tangga dapat
dibedakan menjadi 3 jenis. Yang pertama berupa sampah.
Kemudian ada air buangan yang dihasilkan dari kegiatan mandi
dan mencuci. yang terakhir adalah kotoran yang dihasilkan
manusia. Limbah-limbah ini, jika tak dikelola dengan baik,
berpotensi tinggi mencemari lingkungan sekitar.
Adanya limbah di laut yang dapat mencemari lingkungan.
Dengan adanya aktivitas masyarakat yang membuang
limbah ke laut membuat banyaknya limbah yang berserakan di
laut yang dapat menyebabkan munculnya zat pencemar di dalam
air. Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air
tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air
yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi
perkembangannya. Selain itu masyarakat juga sering membuang
limbah anorganik berupa sampah plastik ke laut sehingga
sampah plastik banyak berserakan di laut. Hewan yang hidup di
laut mengkonsumsi plastik karena kesalahan, karena tak jarang
plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi
hewan laut. Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus berada
pada organ pencernaan hewan tersebut, sehingga menyumbat
saluran pencernaan dan menyebabkan kematian pada hewan
tersebut. Selain sampah organik dan anorganik, masyarakat di
lokasi penelitian sering membuang sisa air mencuci berupa
detergen ke laut. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang
paling potensial mencemari air. Padahal saat ini hampir setiap
rumah tangga di lokasi penelitian menggunakan deterjen.
Deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap
aktif untuk jangka waktu yang lama di dalam air, mencemari air
dan meracuni berbagai organisme air.
7. Isu infrastruktur persampahan
Pada lokasi penelitian terdapat masalah yang terkait dengan
infrastruktur persampahan. Masalah tersebut sebagai berikut:
Tak terdapat tempat sampah dirumah warga
Tidak adanya tempat sampah dimasing-masing rumah
sehingga sebagian masyarakat menggunakan alternatif
membuang sampah di laut, karena mereka kurang peduli akan
kondisi kesehatan dan kebersihan lingkungan.Kebersihan sangat
perlu karena dipermukiman ini berada diatas air laut sehingga
berbagai macam bakteri dan virus cepat berkembang biak
dimana seharusnnya sampah jangan dibuang ke laut akan
muncul berbagai macam bencana. Masyarakat hanya berharap
dari bantuan pemerintah dan relawan untuk menyediakan
fasilitas tempat sampah, jarang diantara mereka yang ingin
berinisiatif memamfaatkan barang bekas seperti drum bekas
untuk dijadikan tempat sampah
Tidak adanya TPS
Tidak ada TPS dikawasan ini, meskipun warga
mengumpulkan sampahnya, warga tidak tau dikemanakan
sampah itu,karena jangkauan TPS jauh sehingga masyarakat
malas untuk keluar membuang sampahnya sehingga alternatif
yang mereka lakukan yaitu membuang sampah kelaut. Lahan
untuk membangun TPS juga susah karena lokasi ini berada pada
kawasan pesisir yang dimana kurangnya daratan untuk
membangun TPS.
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang persampahan
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
persampahan sehingga terciptalah pola hidup yang tidak sehat.
Daerah ini sangat memprihatinkan mereka akan melakukan
kegiatan bersih-bersih lingkungan pada saat mereka diberikan
perintah oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan bersih-
bersih lingkungan jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat
masih sangat kurang sadar akan pentingnya kebersihan
lingkungan yang dimana dapat menimbulkan suasana nyaman
sehingga terhindar dari berbagai macam penyakit, bau dan
bencana.
8. Isu infrastruktur sanitasi
Pada lokasi penelitian, terdapat isu terkait infrastruktur
sanitasi. isu tersebut adalah sebagai berikut:
Masyarakat belum memiliki sistem sanitasi yang baik.
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan
hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan
langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya
dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan
kesehatan masyarakat. Yang terjadi di kawasan pesisir di tempat
penelitian kami, masyarakat yang berada di sana masih belum
memiliki sistem sanitasi yang baik sehingga bisa berdampak
pada kesehatan. Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik
maupun biologis. Bahan buangan yang dapat menyebabkan
masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa
bahan buangan padat, air bahan buangan domestik seperti air
seni, bahan buangan mandi atau cucian.
Masyarakat membuang tinja ke laut.
Rumah-rumah yang berada di lokasi penelitian masih
banyak yang belum memiliki wc . Mereka lebih memilih untuk
membuang tinja dan sampah rumah tangga ke laut. Hal
mendasar yang menyebabkan sulitnya upaya sanitasi lingkungan
di sana adalah rendahnya pemahaman masyarakat mengenai
pentingnya upaya sanitasi lingkungan serta kemampuan financial
yang kurang mencukupi bagi setiap rumah tangga untuk
mengupayakan sanitasi lingkungan rumah tangga yang
memenuhi syarat. Masalah penyehatan lingkungan pemukiman
khususnya pada pembuangan tinja di daerah pesisir merupakan
salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu
mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja
masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah,
karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya
sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi,
kebudayaan dan pendidikan. Pembuangan tinja perlu mendapat
perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang
banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan
sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber,
disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk.
Tidak adanya tempat penampungan tinja (septictank).
Pada kawasan ini masih kurang bak penampungan air
limbah yang berasal dari wc (septicktank), sehingga masyarakat
membuang tinja mereka langsung ke laut, karena kurangnya
pemahaman tentang sistem sanitasi. Masyarakat disana
cenderung menggunakan pola-pola lampau dengan membuat
jamban yang langsung mengarah ke laut. Membuang Tinja di
laut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan teracuninya
biota atau makhluk hidup yang berekosistem di daerah tersebut.
Selain itu, buang air besar di laut dapat memicu penyebaran
wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja.
9. Isu infrastruktur drainase
Pada lokasi penelitian, terdapat isu terkait infrastruktur
drainase . isu tersebut adalah sebagai berikut:
Banyak rumah yang tidak memiliki drainase
Tidak adanya drainase dibeberapa rumah yang ada di
kawasan ini sehingga air hujan yang turun megalir ke areah
cekungan dan menggenang di daearah tersebut. Air yang
tergenang di lokasi ini dapat meyebabkan tanah menyadi becek
sebab ruang kosong yang ada di lokasi ini berupa cekungan
yang minim vegetasi.
Tepi atap rumah yang mengarah ke badan jalan
Banyaknya tepian atap warga yang mengarah kebagian
badan jalan yang tidak rata sehingga air cenderung menggenang
di badan jalan. Air yang tergenang di badan jalan dapat
mempengaruhi usia jalan. Semakin sering air tergenang pada
permukaan jalan maka daya tahan jalan akan semakin
berkurang.
Lokasi pemukiman yang berada di pantai
Pemukiman yang berada di pantai menyulitkan dalam
pembuatan drainase sebab banyak kolong rumah warga
terpengaruh oleh pasang surut air laut.