bab 1

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Indonesia melintang di khatulistiwa antara Benua Asia dan Benua Australia serta terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia memiliki 18.000 lebih pulau yang membentang mulai dari Sabang hingga Merauke. Namun, ada lima pulau besar di Indonesia yang memiliki populasi penduduk paling besar di antara pulau lainnya, yakni Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan Pulau Sulawesi, dan Pulau Irian Jaya. Indonesia adalah negara denga potensi bencana (hazard potency) yang sangat tinggi. Indonesia memeiliki wilayah dengan morfologi yang beragam, mulai dari darat hingga pegunungan tinggi. Keragaman morfologi tersebut dipengaruhi oleh faktor geologi, salah satu nya yakni adanya aktivitas lempeng tektonik. Pergerakan lempeng tektonik tersebut lah yang memnyebabkan terbentuknya jalur-jalur bencana alam, seperti gempa bumi, rangkaian gunung api yang aktif, dan patahan-patahan geologi yang merupakan zona rawan bencana tanah longsor. Tidak hanya itu, wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan juga memiliki potensi untuk mengalami bencana banjir.

Upload: nur-fitry-a

Post on 20-Feb-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pwk

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGIndonesia adalah sebuah Negara kepulauan terbesar di dunia

yang terletak di Asia Tenggara. Indonesia melintang di khatulistiwa antara

Benua Asia dan Benua Australia serta terletak di antara Samudera Pasifik

dan Samudera Hindia. Indonesia memiliki 18.000 lebih pulau yang

membentang mulai dari Sabang hingga Merauke. Namun, ada lima pulau

besar di Indonesia yang memiliki populasi penduduk paling besar di

antara pulau lainnya, yakni Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Pulau

Kalimantan Pulau Sulawesi, dan Pulau Irian Jaya.

Indonesia adalah negara denga potensi bencana (hazard potency)

yang sangat tinggi. Indonesia memeiliki wilayah dengan morfologi yang

beragam, mulai dari darat hingga pegunungan tinggi. Keragaman

morfologi tersebut dipengaruhi oleh faktor geologi, salah satu nya yakni

adanya aktivitas lempeng tektonik. Pergerakan lempeng tektonik tersebut

lah yang memnyebabkan terbentuknya jalur-jalur bencana alam, seperti

gempa bumi, rangkaian gunung api yang aktif, dan patahan-patahan

geologi yang merupakan zona rawan bencana tanah longsor. Tidak

hanya itu, wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan juga

memiliki potensi untuk mengalami bencana banjir.

Kota Makassar yang merupakan salah satu kota metropolitian di

Indonesia pun tidak luput dari potensi bencana-bencana tersebut. Kota

Makassar merupakan kota yang terletak di wilayah pesisir pantai

Sulawesi Selatan. Letak wilayah kota Makassar ini menimbulkan potensi

bencana terbesar, yakni bencana banjir. Tidak hanya itu, padatnya

bangunan yang ada di kota Makassar juga menimbulkan potensi

bencana, yakni kebakaran.

Semua bencana-bencana yang berpotensi terjadi tersebut tentu

akan memberikan dampak bagi masyarakat, seperti yang terjadi di

kawasan paotere, Kota Makassar. Kawasan Paotere adalah kawasan

yang terletak di pesisir pantai Kota Makassar yang memiliki banyak

Page 2: bab 1

potensi becana, seperti banjir, angin kencang, kebakaran, dan lain-lain.

Bencana-bencana tersebut memberi dampak, khususnya infrastruktur-

infrastruktur yang ada di wilayah tersebut, mulai dari infrastruktur

transportasi, persampahan, ruang terbuka hijau, energy, telekomunikasi,

drainase, sanitasi, limbah, dan air bersih. Kerusakan infrastruktur tersebut

tentu akan menganggu segala aktivitas masyarakat, yang tentu nya akan

mempengaruhi kehidupan masyarakat tersebut.

1.2 VISI DAN MISIPerencanaan infrastruktur haruslah di rencanakan sebaik-baiknya

sehingga bisa berfungsi dengan baik. Perencanan infrastruktur yang tidak

matang akan menimbulkan suatu permasalahan utamanya di daerah

rawan bencana. untuk mehapus permasalahan yang ada dikawasan

rawan bencana kelompok kami menjadikan kawasan mangara bombang

sebagai kawasan yang kami tata infrastrukturnya dengan visi

“mewujukan kawasan tanggap bencana melalui penataan jaringan infrastruktur secara terpadu”.

Untuk mewujudkan visi yang kami usung maka kami menyusun

misi sebagai berikut:

1. perencanaan infrastruktur trasportasi

Menyediakan jalur-jalur yang tertata untuk mobilitas warga

Menyiapkan jalur evakuasi sebagai atisipasi ketika terjadi

bencana

Memperbaiki kualitas jalan/lorong

2. perencanaan infrastruktur energi

meyediakan energi yang terbarukan dan ramah lingkungan bagi

warga

menata instalasi dan aliran energi

3. perencanaan infrastruktur telekomunikasi

meyediakan sarana komunikasi warga

meyediakan pusat informasi kepada warga utamanya infomasi

tentang bencana

4. perencanaan infrastruktur air bersih

Page 3: bab 1

menyediakan suplai air bersih kepada warga

membuat jaringan suplai air bersih lasung ke rumah warga

mengatur persebaran hydrant dalam mengantisipasi potensi

kebakaran

5. perencanaan infrastruktur ruang terbuka hijau dan rekerasi

menyediakan ruang tebuka hijau

menyediakan sarana refresing di ruang terbuka hijau

6. perencanaan infrastruktur air limbah

meyediakan sarana pegelolaan limbah sebelum di dialirkan ke

laut

7. perencanaan infrastruktur persampahan

menyediakan infrastruktur persampahan berupa TPS

menikatkan pengetahuan dan kemampuan dalam pengolaan

sampah

8. perencanaan infrastruktur sanitasi

memperbaki sistem sanitasi warga

membuat sitem sanitasi komunal

9. perencanaan infrastruktur drainase

meyiapkan sistem pegaliran air hujan kelaut

menyiapkan sumur resapan

menyediakan lubang biopori

10. perencanaan infrastruktur terpadu

membentuk infrastruktur yang saling menunjang

merapihkan seluruh jaringan infrastruktur

membuat pembangunan infrasturuktur ideal dengan sekali kerja

1.3 RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana penerapan konsep Kawasan Tanggap Bencana (TaBe) di

Kawasan Mangara Bombang?

2. Bagaimana perencanaan infrastruktur transportasi di Kawasan

Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap

Bencana (TaBe)?

Page 4: bab 1

3. Bagaimana perencanaan infrastruktur energi di Kawasan Mangara

Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana

(TaBe)?

4. Bagaimana perencanaan infrastruktur telekomunikasi di Kawasan

Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap

Bencana (TaBe)?

5. Bagaimana perencanaan infrastruktur air bersih di Kawasan Mangara

Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana

(TaBe)?

6. Bagaimana perencanaan infrastruktur ruang terbuka hijau di

Kawasan Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan

Tanggap Bencana (TaBe)?

7. Bagaimana perencanaan infrastruktur air limbah di Kawasan

Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap

Bencana (TaBe)?

8. Bagaimana perencanaan infrastruktur persampahan di Kawasan

Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap

Bencana (TaBe)?

9. Bagaimana perencanaan infrastruktur sanitasi di Kawasan Mangara

Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana

(TaBe)?

10. Bagaimana perencanaan infrastruktur drainase di Kawasan Mangara

Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana

(TaBe)?

11. Bagaimana pembangunan infrastruktur secara terpadu di kawasan

tanggap bencana?

1.4 TUJUAN PENULISAN1. Memaparkan penerapan konsep Kawasan Tanggap Bencana (TaBe)

di Kawasan Mangara Bombang?

2. Memaparkan perencanaan infrastruktur transportasi di Kawasan

Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap

Bencana (TaBe)?

Page 5: bab 1

3. Memaparkan perencanaan infrastruktur energi di Kawasan Mangara

Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana

(TaBe)?

4. Memaparkan perencanaan infrastruktur telekomunikasi di Kawasan

Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap

Bencana (TaBe)?

5. Memaparkan perencanaan infrastruktur air bersih di Kawasan

Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap

Bencana (TaBe)?

6. Memaparkan perencanaan infrastruktur ruang terbuka hijau di

Kawasan Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan

Tanggap Bencana (TaBe)?

7. Memaparkan perencanaan infrastruktur air limbah di Kawasan

Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap

Bencana (TaBe)?

8. Memaparkan perencanaan infrastruktur persampahan di Kawasan

Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap

Bencana (TaBe)?

9. Memaparkan perencanaan infrastruktur sanitasi di Kawasan Mangara

Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap Bencana

(TaBe)?

10. Memaparkan perencanaan infrastruktur drainase di Kawasan

Mangara Bombang terkait dengan konsep Kawasan Tanggap

Bencana (TaBe)?

11. Memaparkan pembangunan infrastruktur secara terpadu di kawasan

tanggap bencana?

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat menambah

pengetahuan mengenai pendekatan dalam merumuskan pembangunan

infrastruktur yang berbasis kebencanaan di wilayah pesisir.

Page 6: bab 1

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Dapat dijadikan masukan kepada instansi pemerintah terkait

infrastruktur tanggap bencana (TaBe) dalam menentukan kebijakan

mitigasi di kawasan rawan bencana di Mangara Bombang

2. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan kegiatan agar

sesuai dengan arahan pembangunan infrastruktur rawan bencana.

3. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk masyarakat pesisir di

Mangara Bombang agar dapat meningkatkan kesiapan dalam rangka

meminimalisir risiko bencana.

1.6 ISU DAN PERMASALAHANDari hasil pengamatan lapangan dan maka didapatkan isu dan

permasalahan infrastruktur sebagai berikut sebagai berikut:

1. Isu infrastruktur trasportasi

Pada lokasi penelitian, terdapat tiga masalah terkait

infrastruktur transportasi. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai

berikut:

Ukuran jalan yang sempit

Ukuran jalan di lokasi penelitian tergolong sempit. Hal

tersebut menyebabkan masyarakat kesulitan untuk

menggunakan akses jalan tersebut. Tidak hanya masyarakat

setempat yang mengalami kesulitan, melainkan juga

masyarakat yang melakukan aktivitas kesehariannya dengan

menggunakan akses jalan tersebut. Akses untuk mobil

pemadam kebakaran jika ingin mencapai lokasi penelitian

tersebut juga mengalami kesulitan. Ukuran mobil pemadam

kebakaran yang besar tidak sesuai dengan ukuran jalan yang

ada. Hal tersebut dapat menyebabkan proses pemadaman jika

terjadi bencana kebakaran di lokasi penelitian akan sulit untuk

dilakukan.

Page 7: bab 1

Akses bagi warga yang bermukim di atas laut belum memadai

Akses bagi warga yang bertempat tinggal di laut yang

terdapat di lokasi penelitian belum memadai. Warga mengalami

kesulitan ketika ingin melakkukan aktivitas di darat. Begitu pula

sebaliknya, warga yang bertempat tinggal di darat ketika ingin

melakukan aktivitas di laut juga mengalami kesulitan.

Kondisi infrastruktur jalan yang kurang baik

Kondisi infrastruktur jalan di lokasi penelitian masih kurang,

baik infrastruktur jalan yang ada di darat maupun infrastruktur

jalan yang ada di laut. Infrastruktur jalan yang ada di darat ada

yang berupa beton dan paving block. Infrastruktur jalan yang

terbuat dari paving block kondisinya tidak rapih. Hal ini

membuat akses jalan tersebut tidak aman digunakan dan

masyarakat juga merasakan tidak nyaman untuk menggunakan

jalan tersebut. Infrastruktur jalan yang ada di laut berupa

jembatan yang terbuat dari kayu. Kondisi dari jembatan kayu

tersebut ada yang sudah terlepas dari kaitannya sehingga

ketika jembatan tersebut digunakan, jembatannya goyang

sehingga tidak aman untuk digunakan.

2. Isu infrastruktur energi

Pada lokasi penelitian, terdapat masalah terkait infrastruktur

energi. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut:

Tidak rapihnya jaringan kabel listrik

Kabel listrik yang ada dikawasan ini kurang teratur sebab

kabel hanya langsung berpindah dari atap rumah warga ke

rumah warga yang lainya. Semerautnya kabel jaringan listrik

dapat berpotensi korsleting arus listrik sehingga dapt

menimbulkan percikan api. Percikan api dikawasan padat

bagunan akan menyebakan kebakan yang mudah meluas,

Page 8: bab 1

Keadaan ini diperparah oleh struktur dan bahan bangunan

rumah warga yang kebanyakan berupa kayu dan seng.

Tidak adanya penerangan jalan

Meskipun di kawasan telah mendapatkan pasokan listrik

oleh pihak PLN tetapi di kawasan ini lampu jalan masih minim

utamahnya pada gang sempit. Tidak adanya penerangan jalan

pada gang yang ada akan menimbulkan kekhatiran warga

terhadap keamanan lingkungan sekitar

3. Isu infrastruktur telekomunikasi

Pada lokasi penelitian, terdapat isu terkait infrastruktur

telekomunikasi . isu tersebut adalah sebagai berikut:

Sarana komunikasi antar warga yang tidak ada

tidak adanya sarana komunikasi antar warga di

Kawasan ini sehinngga warga akan sulit untuk saling

berkumunikasi dengan keseluruhan warga yang ada

dikawasan ini. Tidak adanya sarana komunikasi warga

dengan seluruh warga yang ada di dalam satu kawasan yang

tergolong kawasan yang padat sehingga dapat memicu

bencana. Bencana yang kami maksud adalah bencana

berupa konflik antar warga yang sewaktu-waktu dapat

menimbulkan pertikaian.

Tidak adanya pusat informasi

Tidak adanya tempat atau sarana yang dapat dijadikan

sebagai pusat informasi baik informasi umum ataupun

informasi tentang bencana kepada seluruh warga sehingga

dapat menyebabkan minimnya pegentahuan warga, utamanya

dalam hal bencana. Kurangnya pengetahuan warga tentang

bencana dapat menyebab warga yang berada dikawasan ini

tidak sigap dalam menghadapi bencana. Ketidak sigapan

dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat

Page 9: bab 1

terjadi dapat menyebabkan warga akan mengalami kerugian

besar. Kerugian yang akan dialami warga ketika mereka tidak

sigap adalah kerusakan harta benda dan bahkan yang paling

buruk adalah mereka dapat kehilagan harta benda mereka.

Tidak ada tempat pertemuan

Tidak adanya tempat komunikasi warga dengan

pemerintah selain kantor kelurahan sehingga warga tdak

daapt berkumunikasi dengan mudah kepada pemerintah.

Selain itu pemerintah akan mengalami kesulitan ketika

mereka akan melakukan sosialisasi lapangan karena tidak

adanya tempat warga berkumpul. Tidak adanya tempat

komunikasi warga dan pemerintah juga akan menyulikatkan

apabila ada pihak ketiga yang ingin melakukan penyuluhan

kepada warga dalam rangka meningkatkan pengetahuan

warga.

4. Isu infrastruktur air bersih

Pada lokasi penelitian, terdapat isu terkait infrastruktur air

bersih . isu tersebut adalah sebagai berikut:

Kualitas air tanah yang buruk

Keberadaan lokasi yang terletak di pesisir laut sangat

mempengaruhi kualitas air tanah yang ada pada kawasan ini

yang sebagaimana kita ketahui air tanah merupakan sumber

air bersih utama bagi masyarakat. Letak lokasi pada pesisir

laut menyebabkan terjadinya intrusi air laut kedalam tanah

sebagai akibat oleh daya osmosis air laut yang lebih tinggi

dibanding air tanah. Kondisi ini menyebabkan tercampurnya

kedua air ini yng juga akan berujung pada penurunan kualitas

air manjadi keasinan yang tentunya akan sangat

mempengaruhi kesehatan

Page 10: bab 1

Tidak adanya pasokan air PDAM

Tidak adanya pasokan air bersih dari PDAM di

kawasan ini. Kawasan ini tidak mendapatkan pasokan air

bersih dari PDAM sebab kawasan ini belum dijangkau oleh

instalasi pipa PDAM. Tidak adanya air yang di suplai oleh

PDAM menyebabkan warga menggunakan air tanah untuk

mencuci dan membeli air untuk dikomsumsi sehingga warga

harus mengeluarkan biaya lebih

5. Isu infrastruktur RTH dan Rekreasi

Pada lokasi penelitian, terdapat isu terkait infrastruktur RTH

dan rekreasi . isu tersebut adalah sebagai berikut:

Tidak ada ruang terbuka hijau

Kurangnya lahan untuk ruang terbuka hijau pada lokasi

penelitian sehingga kawasan ini terlihat tidak hijau.

Pemanfaatan lahan pada kawasan ini tidak dimanfaatkan

sehingga kawasan tidak adanya ruang terbuka hijau pada

kawasan ini. Hal ini juga membuat kawasan tersebut tidak

terlihat hijau.

Kurangnya sarana refreshing warga yang alami

Ruang terbuka hijau merupakan salah satu fasilitas penunjang

yang harus disediakan pada suatu kawasan. Penyediaan ruang

terbuka hijau bagi masyarakat dapat dijadikan sarana

lingkungan yang mempunyai manfaat besar bagi peningkatan

kualitas lingkungan, keindahan, kesegaran, dan kenyamanan.

Pada kawasan ini tidak terdapat ruang terbuka hijau yang dapat

membuat masyarakat merasa kesegaran dan keindahan

lingkungan untuk refreshing.

Tidak ada taman publik

Taman publik sebagai ruang terbuka hijau menjadi pilihan

masyarakat untuk bersantai dan bersenang-senang pada waktu

kosong. Tidak tersedianya taman publik pada kawasan ini

Page 11: bab 1

membuat anak-anak pada kawasan ini bermain di jalan raya.

Hal ini tentu membahayakan keselamatan. Taman publik pada

kawasan ini dianggap penting keberadaannya karena dapat

menjadi sarana bermain anak-anak, sehingga anak-anak

tersebut dapat berkomunikasi dengan sebaya nya.

6. Isu infrastruktur pengelolaan limbah

Pada lokasi penelitian terdapat masalah yang terkait dengan

infrastruktur pengolahan air limbah. Masalah tersebut sebagai

berikut:

Masyarakat membuang limbah ke laut.

Dari hasil survey di lokasi penelitian bahwa masyarakat

disana sering membuang limbah organik (limbah yang dapat

diurai oleh proses biologis) dan Anorganik (limbah yang tidak

bisa diurai oleh proses biologi) ke laut. Mereka tidak menyadari

pembuangan limbah organik dan anorganik secara sembarangan

ke laut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh

kegiatan rumah tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran

seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa

kertas, kardus atau karton. Limbah rumah tangga dapat

dibedakan menjadi 3 jenis. Yang pertama berupa sampah.

Kemudian ada air buangan yang dihasilkan dari kegiatan mandi

dan mencuci. yang terakhir adalah kotoran yang dihasilkan

manusia. Limbah-limbah ini, jika tak dikelola dengan baik,

berpotensi tinggi mencemari lingkungan sekitar.

Adanya limbah di laut yang dapat mencemari lingkungan.

Dengan adanya aktivitas masyarakat yang membuang

limbah ke laut membuat banyaknya limbah yang berserakan di

laut yang dapat menyebabkan munculnya zat pencemar di dalam

air. Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan

menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air

tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air

Page 12: bab 1

yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi

perkembangannya. Selain itu masyarakat juga sering membuang

limbah anorganik berupa sampah plastik ke laut sehingga

sampah plastik banyak berserakan di laut. Hewan yang hidup di

laut mengkonsumsi plastik karena kesalahan, karena tak jarang

plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi

hewan laut. Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus berada

pada organ pencernaan hewan tersebut,  sehingga menyumbat

saluran pencernaan dan menyebabkan kematian pada hewan

tersebut. Selain sampah organik dan anorganik, masyarakat di

lokasi penelitian sering membuang sisa air mencuci berupa

detergen ke laut. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang

paling potensial mencemari air. Padahal saat ini hampir setiap

rumah tangga di lokasi penelitian menggunakan deterjen.

Deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap

aktif untuk jangka waktu yang lama di dalam air, mencemari air

dan meracuni berbagai organisme air.

7. Isu infrastruktur persampahan

Pada lokasi penelitian terdapat masalah yang terkait dengan

infrastruktur persampahan. Masalah tersebut sebagai berikut:

Tak terdapat tempat sampah dirumah warga

Tidak adanya tempat sampah dimasing-masing rumah

sehingga sebagian masyarakat menggunakan alternatif

membuang sampah di laut, karena mereka kurang peduli akan

kondisi kesehatan dan kebersihan lingkungan.Kebersihan sangat

perlu karena dipermukiman ini berada diatas air laut sehingga

berbagai macam bakteri dan virus cepat berkembang biak

dimana seharusnnya sampah jangan dibuang ke laut akan

muncul berbagai macam bencana. Masyarakat hanya berharap

dari bantuan pemerintah dan relawan untuk menyediakan

fasilitas tempat sampah, jarang diantara mereka yang ingin

Page 13: bab 1

berinisiatif memamfaatkan barang bekas seperti drum bekas

untuk dijadikan tempat sampah

Tidak adanya TPS

Tidak ada TPS dikawasan ini, meskipun warga

mengumpulkan sampahnya, warga tidak tau dikemanakan

sampah itu,karena jangkauan TPS jauh sehingga masyarakat

malas untuk keluar membuang sampahnya sehingga alternatif

yang mereka lakukan yaitu membuang sampah kelaut. Lahan

untuk membangun TPS juga susah karena lokasi ini berada pada

kawasan pesisir yang dimana kurangnya daratan untuk

membangun TPS.

Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang persampahan

Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang

persampahan sehingga terciptalah pola hidup yang tidak sehat.

Daerah ini sangat memprihatinkan mereka akan melakukan

kegiatan bersih-bersih lingkungan pada saat mereka diberikan

perintah oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan bersih-

bersih lingkungan jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat

masih sangat kurang sadar akan pentingnya kebersihan

lingkungan yang dimana dapat menimbulkan suasana nyaman

sehingga terhindar dari berbagai macam penyakit, bau dan

bencana.

8. Isu infrastruktur sanitasi

Pada lokasi penelitian, terdapat isu terkait infrastruktur

sanitasi. isu tersebut adalah sebagai berikut:

Masyarakat belum memiliki sistem sanitasi yang baik.

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan

hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan

langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya

dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan

Page 14: bab 1

kesehatan masyarakat. Yang terjadi di kawasan pesisir di tempat

penelitian kami, masyarakat yang berada di sana masih belum

memiliki sistem sanitasi yang baik sehingga bisa berdampak

pada kesehatan. Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik

maupun biologis. Bahan buangan yang dapat menyebabkan

masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa

bahan buangan padat, air bahan buangan domestik seperti air

seni, bahan buangan mandi atau cucian.

Masyarakat membuang tinja ke laut.

Rumah-rumah yang berada di lokasi penelitian masih

banyak yang belum memiliki wc . Mereka lebih memilih untuk

membuang tinja dan sampah rumah tangga ke laut. Hal

mendasar yang menyebabkan sulitnya upaya sanitasi lingkungan

di sana adalah rendahnya pemahaman masyarakat mengenai

pentingnya upaya sanitasi lingkungan serta kemampuan financial

yang kurang mencukupi bagi setiap rumah tangga untuk

mengupayakan sanitasi lingkungan rumah tangga yang

memenuhi syarat. Masalah penyehatan lingkungan pemukiman

khususnya pada pembuangan tinja di daerah pesisir merupakan

salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu

mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja

masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah,

karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya

sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi,

kebudayaan dan pendidikan. Pembuangan tinja perlu mendapat

perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang

banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan

sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber,

disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan

pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk.

Page 15: bab 1

Tidak adanya tempat penampungan tinja (septictank).

Pada kawasan ini masih kurang bak penampungan air

limbah yang berasal dari wc (septicktank), sehingga masyarakat

membuang tinja mereka langsung ke laut, karena kurangnya

pemahaman tentang sistem sanitasi. Masyarakat disana

cenderung menggunakan pola-pola lampau dengan membuat

jamban yang langsung mengarah ke laut. Membuang Tinja di

laut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan teracuninya

biota atau makhluk hidup yang berekosistem di daerah tersebut.

Selain itu, buang air besar di laut dapat memicu penyebaran

wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja.

9. Isu infrastruktur drainase

Pada lokasi penelitian, terdapat isu terkait infrastruktur

drainase . isu tersebut adalah sebagai berikut:

Banyak rumah yang tidak memiliki drainase

Tidak adanya drainase dibeberapa rumah yang ada di

kawasan ini sehingga air hujan yang turun megalir ke areah

cekungan dan menggenang di daearah tersebut. Air yang

tergenang di lokasi ini dapat meyebabkan tanah menyadi becek

sebab ruang kosong yang ada di lokasi ini berupa cekungan

yang minim vegetasi.

Tepi atap rumah yang mengarah ke badan jalan

Banyaknya tepian atap warga yang mengarah kebagian

badan jalan yang tidak rata sehingga air cenderung menggenang

di badan jalan. Air yang tergenang di badan jalan dapat

mempengaruhi usia jalan. Semakin sering air tergenang pada

permukaan jalan maka daya tahan jalan akan semakin

berkurang.

Lokasi pemukiman yang berada di pantai

Pemukiman yang berada di pantai menyulitkan dalam

pembuatan drainase sebab banyak kolong rumah warga

terpengaruh oleh pasang surut air laut.