bab 1

26
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan imunisasi cacar. Tahun berikutnya imunisasi tidak berkembang signifikan, perkembangan baru dirasakan pada tahun 1973 dengan dilakukannya imunisasi BCG untuk menanggulangi penyakit tuberculosis. Disusul imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil pada tahun 1976. Pada tahun 1977, World Health Organization (WHO) mulai menetapkan program imunisasi sebagai upaya global dengan Expanded Program on Immunization (EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly (WHA). Terobosan ini menempatkan EPI sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam pelayanan kesehatan primer. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982 imunisasi campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilaksanakan. Pada akhir tahun 1988 diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di Indonesia cukup tinggi dibandingkan beberapa Negara berkembang lainnya (Kusnanto, dkk 2009). 1

Upload: awein-eka-putra

Post on 08-Jul-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bbb

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan imunisasi

cacar. Tahun berikutnya imunisasi tidak berkembang signifikan, perkembangan

baru dirasakan pada tahun 1973 dengan dilakukannya imunisasi BCG untuk

menanggulangi penyakit tuberculosis. Disusul imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu

hamil pada tahun 1976. Pada tahun 1977, World Health Organization (WHO)

mulai menetapkan program imunisasi sebagai upaya global dengan Expanded

Program on Immunization (EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly

(WHA). Terobosan ini menempatkan EPI sebagai komponen penting dalam

pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam pelayanan kesehatan primer.

Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982 imunisasi campak,

dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilaksanakan. Pada akhir tahun 1988

diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di Indonesia cukup tinggi dibandingkan

beberapa Negara berkembang lainnya (Kusnanto, dkk 2009). 1

Upaya imunisasi di Indonesia yang telah dilakukan sejak tahun 70-an pada

bayi dan anak, merupakan program untuk memenuhi Konvensi Hak Anak

meliputi hak atas kelangsungan hidup (survival), hak untuk berkembang

(development), hak atas perlindungan (protection) dan hak untuk berpartisipasi

dalam kehidupan masyarakat (participation). Maka sebagai upaya nyata,

pemerintah bersama orang tua mempunyai kewajiban memberikan upaya

kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak, dan imunisasi merupakan upaya

pencegahan yang efektif terhadap penyakit infeksi yang dapat menyebabkan

kematian dan kecacatan. 2

Page 2: BAB 1

2

Untuk bisa tumbuh kembang secara baik dan sempurna, setiap bayi harus

mendapatkan imunisasi agar terhindar dari penyakit yang bisa menghalangi proses

tumbuh kembang anak. 3

Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan menggunakan “Kartu

Menuju Sehat” (KMS) balita. 4

Menurut soetjiningsih (2003), apabila grafik berat badan anak lebih dari 120%

kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sementara itu

apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang

gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. 5

Agar anak dapat tumbuh kembang optimal sesuai potensi genetiknya,

diperlukan pemantauan atau follow-up yang terus menerus selama masa tumbuh

kembangnya. Apabila ada hal yang menyimpang, misalnya terkena penyakit

infeksi, maka harus segera diberikan penatalaksanaan yang memadai sehingga

anak dapat kembali pada proses tumbuh kembang yang optimal.

Nutrisi memegang peranan paling penting dalam memenuhi kebutuhan asuh

ini. Kasus-kasus gizi buruk di Negara kita tercinta ini menjadi bukti bahwa

permasalahan nutrisi ini masih menjadi kendala di sebagian masyarakat kita.

Namun yang tidak kalah penting juga adalah perawatan kesehatan dasar, yang

termasuk didalamnya adalah imunisasi dan usaha pencegahan morbiditas pada

anak yang lainnya. Anak yang sehat akan tumbuh dan berkembang dengan baik,

sedangkan anak yang sering sakit akan terganggu pula tumbuh kembangnya.

Dengan demikian imunisasi sebagai salah satu upaya mencegah terjangkitnya

penyakit pada anak menjadi program wajib yang telah disediakan oleh

Negara/pemerintah melalui program pengembangan imunisasii (PPI). Telah kita

ketahui bahwa dengan pemberian imunisasi telah bisa menyelamatkan berjuta-juta

nyawa anak didunia. 6

1.2. Rumusan Masalah

Page 3: BAB 1

3

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah

adalah peran imunisasi pada anak untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit

yang dapat menghambat pertumbuhan anak dengan menggunakan KMS (Kartu

Menuju sehat) pada bayi di Puskesmas Aek Goti, Silangkitang, Rantau Prapat

tahun 2011-2012.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui peranan imunisasi terhadap pertumbuhan anak dengan

menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui manfaat imunisasi yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan pada anak

2. Mengetahui manfaat KMS (Kartu menuju Sehat) yaitu kartu yang

berisi grafik pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, catatan

perkembangan kesehatan dan imunisasi

1.4. Manfaat Penelitian

1. Di bidang penelitian

Hasil penilitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk meneliti

lebih lanjut mengenai manfaat imunisasi terhadap pertumbuhan anak.

2. Bagi penulis

Penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan mengenai manfaat

diberikannya imunisasi pada anak untuk membantu mengoptimalkan

pertumbuhan tersebut.

Page 4: BAB 1

4

3. Bagi masyarakat

Dapat memberikan pengetahuan kepada ibu bahwa pentingnya imunisasi

terhadap pertumbuhan anak.

Page 5: BAB 1

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Imunisasi

2.1.1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. 1

Saat antigen menginfeksi tubuh, imunitas spesifik yang terdiri dari sel

komplemen dan makrofag akan bertarung dengan cara memakan zat antigen

tersebut. Setelah itu baru imunitas spesifik menyempurnakan perlawanan dari

imunitas kita. Imunitas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan imunitas seluler.

Sistem pertahanan humoral menghasilkan imonuglobulin (IgM, IgA, IgD, IgG,

IgE), sedangkan sistem pertahanan seluler terdiri dari sel limfosit B dan sel

limfosit T (sel Th1, Th2, Tc). Pada tahap selanjutnya, imunitas spesifik

menghasilkan suatu sistem memori. Pada anak-anak imunitas seluler akan

berkembang spesifik setelah 2-3 tahun, sedangkan imunitas humoral harus

menunggu sampai 6-9 tahun. 1

Macam- macam imunisasi

Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi

dua : imunisasi aktif dan imunisasi pasif. 7

1. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena

tubuh yang secara aktif membentuk zat antibodi

a. Imunisasi aktif alamiah

Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah

sembuh dari suatu penyakit.

b. Imunisasi aktif buatan

Page 6: BAB 1

6

Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan

untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit

2. Imunisasi pasif

Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat

kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar.

a. Imunisasi pasif alamiah

Adalah antibodi yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu

yang merupakan orangtua kandung langsung ketila berada dalam

kandung

b. Imunisasi pasif buatan

Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk

mencegah penyakit tertentu

c. Imunisasi pasif didapat

Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan oleh individu itu

sendiri, misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu setelah

pemberian Ig serum daya lindung pendek (2-3 minggu). 8

2.1.2. Tujuan Imunisasi

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada

bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang

disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan

imunisasi, antara lain :

1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular

2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular

3. Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan

mortalitas (angka kematian) pada balita.

2.1.3.Manfaat Imunisasi

Page 7: BAB 1

7

1. Untuk Anak : mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit,

dan kemungkinan cacat atau kematian

2. Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi

pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga

apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa

kanak-kanak yang nyaman.

3. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan

Negara. 1

2.1.4. Jenis Imunisasi Dasar dan Booster

Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah

(imunisasi dasar) dan ada juga yang dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia

sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan hepatitis B.

Sedangkan imunisasi yang hanya dianjurkan pleh pemerintah dapat digunakan

untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemic atau

kepentingan tertentu (bepergian) misalnya jemaah haji disuntikan imunisasi

meningitis.

Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi oleh beberapa

faktor, di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan

imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi,

dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena protein diperlukan untuk

menyintesis antibodi. Mengingat efektif tidaknya imunisasi tersebut dapat

bergantung pada berbagai faktor yang memengaruhinya, sehingga kekebalan

tubuh tersebut dapat diharapkan dari diri anak. Beberapa imunisasi dasar yang

diwajibkan oleh pemerintah (program imunisasi PPI) dijelaskan sebagai berikut.

1.Imunisasi BCG

Page 8: BAB 1

8

Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi yang

digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya

penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah

dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput

otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG

merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Vaksin

BCG diberikan melalui intradermal. Efek samping pemberian imunisasi BCG

adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi

panas. Imunisasi BCG penting bagi anak balita dalam pencegahan TBC milier,

otak, dan tulang karena masih tingginya kejadian TBC pada anak. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Muchlastriningsih (2005) terhadap sejumlah

pasien tuberculosis paru BTA (+) rawat jalan selama tahun 2000-2002: pada tahun

2001 ditemukan sebanyak 520 anak dibawah 1 tahun menderita tuberculosis BTA

(+) dan tahun 2002 turun menjadi 117 anak. Keadaan ini menimbulkan

keprihatinan karena pasien balita mengalami hambatan pertumbuhan yang tentu

akan mempengaruhi perkembangannya. Balita biasanya tertular dari lingkungan,

misalnya keluarga atau tetangga. Mengingat mobilitas balita belum jauh sehingga

dapat diprediksi ada kasus tuberculosis disekitarnya.

2.Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg

dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan

penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis ini diberikan

melalui intramuscular. Angka kejadian hepatitis B pada anak balita juga sangat

tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian balita.

Hasil penelitian Muchlastriningsih (2005) menunjukkan bahwa jumlah pasien

hepatitis yang dirawat jalan dan rawat inap paling banyak dari golongan usia 15-

44 tahun (50,54%)

3.Imunisasi Polio

Page 9: BAB 1

9

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada

anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio

diberikan melalui oral. Di Indonesia, program eradikasi polio dilaksanakan sesuai

kesepakatan pada WHA ke-41 (1998) yang sebenarnya mengharapkan eradikasi

polio di dunia sebelum tahun 2000. Ada empat strategi untuk pencapaian tujuan

tersebut, yaitu imunisasi rutin OPV (oral polio virus) dengan cakupan tinggi,

imunisasi tambahan, surveilans AFP dan investigasi laboratorium, serta mop-up

untuk memutus rantai penularan terakhir.

4.Imunisasi DPT

Imunisasi DPT (diphtheria, pertussis, tetanus ) merupakan imunisasi yang

digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, tetanus. Vaksin

DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah

dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti

(toksoid). Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap

pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat

anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi

DPT diberikan melalui intramuskula. Pemberian DPT dapat berefek samping

ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada

tempat penyuntikan, dan edema. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat,

kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,

ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis, dan tetanus

perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat

serta dapat meningkatkan kematian bayi dan anak balita.

5. Imunisasi campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.

Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan

melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam

Page 10: BAB 1

10

pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam

memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

6. Imunisasi MMR

Imunisasi MMR (measles, mumps,rubella) merupakan imunisasi yang

digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles);

gondong, parotis epidemika (mumps);dan campak Jerman (rubella). Dalam

imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah virus campak strain Edmonson yang

dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3, dan virus gondong. Vaksin ini tidak

dianjurkan untuk bayi usia di bawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi

interferensi dengan antibodi maternal yang masih ada. Khusus pada daerah

endemic, sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada

usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan booster (ulangan) dapat dilakukan MMR pada

usia 15-18 bulan.

7.Imunisasi typhus abdominalis

Imunisasi typhus abdominalis merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit typhus abdominalis. Dalam persediaan khususnya

di Indonesia terdapat tiga jenis vaksin typhus abdominalis, di antaranya kuman

yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna) dan antigen capsular Vi

poliysaccharida (Typhim Vi, Pasteur Meriux). Vaksin kuman yang dimatikan

dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml; 1-2 tahun 0,2ml; dan 2-12

tahun adalah 0,5 ml. pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan

interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Vaksin kuman

yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric coated sebelum

makan pada hari ke- 1,2, dan 5 untuk anak di atas usia 6 tahun. Antigen kapsular

diberikan untuk usia di atas 2 tahun dan dapat diulang setiap 3 tahun.

8.Imunisasi varicella

Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit cacar air (varicella). Vaksin varicella merupakan virus hidup

Page 11: BAB 1

11

varicella zoster Strain OKA yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella dapat

diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropis dan bila di atas usia

13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.

9.Imunisasi Hepatitis A

Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat diberikan untuk

usia di atas 2 tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin Havrix (berisi virus

hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) dengan 2 suntikan dan interval 4

minggu, booster pada 6 bulan setelahnya. Jika menggunakan vaksin MSD dapat

dilakukan 3 kali suntikan pada usia 6 dan 12 bulan.

10.Imunisasi HiB

Imunisasi HiB (haemophilus influenza tipe B) merupakan imunisasi yang

diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin ini adalah

bentuk polisakarida murni (PRP: purified capsular polysacharide) kuman H.

influenza tipe B. Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-

protein lain, seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid difteri (PRP-D atau

PRPCR50), atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemeberian

imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan 3 suntikan dengan interval 2 bulan,

sedangkan vaksin PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan,

kemudian booster-nya dapat diberikan pada usia 18 bulan. 7

2.1.5. Pelayanan Imunisasi

Dasar pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah

berdasarkan Kepmenkes No. 1611/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Imunisasi.

1.Tujuan Umum

Page 12: BAB 1

12

Menurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat

dicegah dengan Imunisasi (PD31)

2.Tujuan Khusus

a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan

imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan

pada tahun 2010.

b. Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal (Maternal Neonatal

Tetanus Elimination/MNTE) (insidens di bawah 1/1000 kelahiran hidup dalam 1

tahun) di tingkat kabupaten/kota pada tahun 2012.

c. Eradikasi Polio pada tahun 2008

d. Tercapainya reduksi Campak (ReCam) 2008.

e. Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis meningokokus

tertentu pada calon jemaah haji

f. Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalan

berasal dari atau ke negara endemis demam kuning.

g. Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular Rabies.

3. Strategi

a. Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat dan swasta

b. Membangun kemitraan dan jejaring kerja

c. Menjamin ketersediaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai vaksin dan alat

suntik

d. Menerapkan system pemantauan wilayah setempat (PWS) untuk menentukan

prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan

e. Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga professional/terlatih

Page 13: BAB 1

13

f. Pelaksanaan sesuai dengan standard

g. Memanfaatkan perkembangan method dan tekhnologi yang lebih efektif

berkualitas dan efisien

h. Meningkatkan advokasi, fasilitas dan pembinaan. 1

2.1.6. Syarat Pemberian Imunisasi

Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam

keadaan kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian

virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh,

dan kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Nah, untuk membentuk

kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Jika anak dalam kondisi sakit

maka kekebalan yang terbentuk tidak bagus.

Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan anak

mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalkan gizi buruk atau

penyakit HIV/AIDS atau dalam penggunaan obat-obatan steroid, anak diketahui

mengalami reaksi alergi berat terhadap imunisasi tertentu atau komponen

imunisasi tertentu. 9

2.1.7. Tata Cara Pemberian Imunisasi

Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut :

Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila

tidak divaksinasi.

Persiapan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi yang tidak diharapkan

dan member informasi dimana tempat pelayanan seandainya hal itu terjadi.

Baca kembali leaflet vaksin yang akan diberikan, tinjau kembali apakah

ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan diberikan.

Jangan lupa mendapat persetujuan orang tua.

Page 14: BAB 1

14

Melakukan Tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum

melakukan imunisasi.

Periksa kembali apakah penerima vaksin dalam keadaan sehat dan berikan

antipiretik bila diperlukan.

Periksa jenis vaksin yang akan diberikan dan yakin bahwa vaksin tersebut

telah disimpan dengan baik dan apakah tampak tanda-tanda perubahan

warna atau membeku yang menunjukkan kerusakan.

Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa.

Periksa apakah vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan

pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up

vaccination) bila diperlukan

Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai

pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan

posisi penerima vaksin

Stelah pemberian vaksin, kerjakanlah hal-hal sperti berikut.

a. Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh

apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi

ikutan yang lebih berat

b. Cacat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis

termasuk nomer batch dan jenis vaksin atau merk dagang vaksin

c. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas

Kesehatan bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

d. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan

vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan. 2

2.1.8. Jadwal Imunisasi Pada Anak

Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan

faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari

lahir sampai awal masa kanak-kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupakan

Page 15: BAB 1

15

bagian tanggung jawab orang rua terhadap anaknya. Imunisasi dapat diberikan

ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada petugas kesehatan

atau pecan imunisasi. Jika bayi sedang sakit yang disertai panas; menderita

kejang-kejang sebelumnya, atau menderita penyakit system saraf, pemberian

imunisasi perlu dipertimbangkan.

Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk memberi perlindungan

menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada

tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu

mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan

mendapatkan suntikan), tetapi rasa sakit sementara akibat suntikan yang bertujuan

untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang. Program imunisasi di

Indonesia meliputi imunisasi wajib dan imunisasi anjuran. 1

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi

Sumber : http//asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/11

Page 16: BAB 1

16

2.2. Pemantauan Pertumbuhan

Pertumbuhan anak dapat di amati secara cermat dengan menggunakan

“Kartu Menuju Sehat” KMS balita. 4

Tabel 2.2. KMS

Sumber : http://medivita.files.wordpress.com/2011/03/kms21

Page 17: BAB 1

17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Defenisi Operasional

1. Program imunisasi adalah

Program imunisasi : Imunisasi lengkap

Faktor Pendukung :

- Jadwal Imunisasi- Infrastruktur- Jumlah Anak

Anak yang mendapat imunisasi lengkap dan tidak

lengkap

Peran imunisasi pada pertumbuhan

Pengukuran pertumbuhan

berdasarkan kartu menuju sehat