bab 1
DESCRIPTION
bbbTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan imunisasi
cacar. Tahun berikutnya imunisasi tidak berkembang signifikan, perkembangan
baru dirasakan pada tahun 1973 dengan dilakukannya imunisasi BCG untuk
menanggulangi penyakit tuberculosis. Disusul imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu
hamil pada tahun 1976. Pada tahun 1977, World Health Organization (WHO)
mulai menetapkan program imunisasi sebagai upaya global dengan Expanded
Program on Immunization (EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly
(WHA). Terobosan ini menempatkan EPI sebagai komponen penting dalam
pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam pelayanan kesehatan primer.
Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982 imunisasi campak,
dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilaksanakan. Pada akhir tahun 1988
diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di Indonesia cukup tinggi dibandingkan
beberapa Negara berkembang lainnya (Kusnanto, dkk 2009). 1
Upaya imunisasi di Indonesia yang telah dilakukan sejak tahun 70-an pada
bayi dan anak, merupakan program untuk memenuhi Konvensi Hak Anak
meliputi hak atas kelangsungan hidup (survival), hak untuk berkembang
(development), hak atas perlindungan (protection) dan hak untuk berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat (participation). Maka sebagai upaya nyata,
pemerintah bersama orang tua mempunyai kewajiban memberikan upaya
kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak, dan imunisasi merupakan upaya
pencegahan yang efektif terhadap penyakit infeksi yang dapat menyebabkan
kematian dan kecacatan. 2
2
Untuk bisa tumbuh kembang secara baik dan sempurna, setiap bayi harus
mendapatkan imunisasi agar terhindar dari penyakit yang bisa menghalangi proses
tumbuh kembang anak. 3
Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan menggunakan “Kartu
Menuju Sehat” (KMS) balita. 4
Menurut soetjiningsih (2003), apabila grafik berat badan anak lebih dari 120%
kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sementara itu
apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang
gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. 5
Agar anak dapat tumbuh kembang optimal sesuai potensi genetiknya,
diperlukan pemantauan atau follow-up yang terus menerus selama masa tumbuh
kembangnya. Apabila ada hal yang menyimpang, misalnya terkena penyakit
infeksi, maka harus segera diberikan penatalaksanaan yang memadai sehingga
anak dapat kembali pada proses tumbuh kembang yang optimal.
Nutrisi memegang peranan paling penting dalam memenuhi kebutuhan asuh
ini. Kasus-kasus gizi buruk di Negara kita tercinta ini menjadi bukti bahwa
permasalahan nutrisi ini masih menjadi kendala di sebagian masyarakat kita.
Namun yang tidak kalah penting juga adalah perawatan kesehatan dasar, yang
termasuk didalamnya adalah imunisasi dan usaha pencegahan morbiditas pada
anak yang lainnya. Anak yang sehat akan tumbuh dan berkembang dengan baik,
sedangkan anak yang sering sakit akan terganggu pula tumbuh kembangnya.
Dengan demikian imunisasi sebagai salah satu upaya mencegah terjangkitnya
penyakit pada anak menjadi program wajib yang telah disediakan oleh
Negara/pemerintah melalui program pengembangan imunisasii (PPI). Telah kita
ketahui bahwa dengan pemberian imunisasi telah bisa menyelamatkan berjuta-juta
nyawa anak didunia. 6
1.2. Rumusan Masalah
3
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah
adalah peran imunisasi pada anak untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit
yang dapat menghambat pertumbuhan anak dengan menggunakan KMS (Kartu
Menuju sehat) pada bayi di Puskesmas Aek Goti, Silangkitang, Rantau Prapat
tahun 2011-2012.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui peranan imunisasi terhadap pertumbuhan anak dengan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat)
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui manfaat imunisasi yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan pada anak
2. Mengetahui manfaat KMS (Kartu menuju Sehat) yaitu kartu yang
berisi grafik pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, catatan
perkembangan kesehatan dan imunisasi
1.4. Manfaat Penelitian
1. Di bidang penelitian
Hasil penilitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk meneliti
lebih lanjut mengenai manfaat imunisasi terhadap pertumbuhan anak.
2. Bagi penulis
Penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan mengenai manfaat
diberikannya imunisasi pada anak untuk membantu mengoptimalkan
pertumbuhan tersebut.
4
3. Bagi masyarakat
Dapat memberikan pengetahuan kepada ibu bahwa pentingnya imunisasi
terhadap pertumbuhan anak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Imunisasi
2.1.1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. 1
Saat antigen menginfeksi tubuh, imunitas spesifik yang terdiri dari sel
komplemen dan makrofag akan bertarung dengan cara memakan zat antigen
tersebut. Setelah itu baru imunitas spesifik menyempurnakan perlawanan dari
imunitas kita. Imunitas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan imunitas seluler.
Sistem pertahanan humoral menghasilkan imonuglobulin (IgM, IgA, IgD, IgG,
IgE), sedangkan sistem pertahanan seluler terdiri dari sel limfosit B dan sel
limfosit T (sel Th1, Th2, Tc). Pada tahap selanjutnya, imunitas spesifik
menghasilkan suatu sistem memori. Pada anak-anak imunitas seluler akan
berkembang spesifik setelah 2-3 tahun, sedangkan imunitas humoral harus
menunggu sampai 6-9 tahun. 1
Macam- macam imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi
dua : imunisasi aktif dan imunisasi pasif. 7
1. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena
tubuh yang secara aktif membentuk zat antibodi
a. Imunisasi aktif alamiah
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah
sembuh dari suatu penyakit.
b. Imunisasi aktif buatan
6
Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan
untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit
2. Imunisasi pasif
Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat
kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar.
a. Imunisasi pasif alamiah
Adalah antibodi yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu
yang merupakan orangtua kandung langsung ketila berada dalam
kandung
b. Imunisasi pasif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk
mencegah penyakit tertentu
c. Imunisasi pasif didapat
Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan oleh individu itu
sendiri, misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu setelah
pemberian Ig serum daya lindung pendek (2-3 minggu). 8
2.1.2. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan
imunisasi, antara lain :
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
3. Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita.
2.1.3.Manfaat Imunisasi
7
1. Untuk Anak : mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat atau kematian
2. Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga
apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
Negara. 1
2.1.4. Jenis Imunisasi Dasar dan Booster
Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
(imunisasi dasar) dan ada juga yang dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia
sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan hepatitis B.
Sedangkan imunisasi yang hanya dianjurkan pleh pemerintah dapat digunakan
untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemic atau
kepentingan tertentu (bepergian) misalnya jemaah haji disuntikan imunisasi
meningitis.
Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan
imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi,
dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena protein diperlukan untuk
menyintesis antibodi. Mengingat efektif tidaknya imunisasi tersebut dapat
bergantung pada berbagai faktor yang memengaruhinya, sehingga kekebalan
tubuh tersebut dapat diharapkan dari diri anak. Beberapa imunisasi dasar yang
diwajibkan oleh pemerintah (program imunisasi PPI) dijelaskan sebagai berikut.
1.Imunisasi BCG
8
Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya
penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput
otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Vaksin
BCG diberikan melalui intradermal. Efek samping pemberian imunisasi BCG
adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi
panas. Imunisasi BCG penting bagi anak balita dalam pencegahan TBC milier,
otak, dan tulang karena masih tingginya kejadian TBC pada anak. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Muchlastriningsih (2005) terhadap sejumlah
pasien tuberculosis paru BTA (+) rawat jalan selama tahun 2000-2002: pada tahun
2001 ditemukan sebanyak 520 anak dibawah 1 tahun menderita tuberculosis BTA
(+) dan tahun 2002 turun menjadi 117 anak. Keadaan ini menimbulkan
keprihatinan karena pasien balita mengalami hambatan pertumbuhan yang tentu
akan mempengaruhi perkembangannya. Balita biasanya tertular dari lingkungan,
misalnya keluarga atau tetangga. Mengingat mobilitas balita belum jauh sehingga
dapat diprediksi ada kasus tuberculosis disekitarnya.
2.Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg
dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan
penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis ini diberikan
melalui intramuscular. Angka kejadian hepatitis B pada anak balita juga sangat
tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian balita.
Hasil penelitian Muchlastriningsih (2005) menunjukkan bahwa jumlah pasien
hepatitis yang dirawat jalan dan rawat inap paling banyak dari golongan usia 15-
44 tahun (50,54%)
3.Imunisasi Polio
9
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio
diberikan melalui oral. Di Indonesia, program eradikasi polio dilaksanakan sesuai
kesepakatan pada WHA ke-41 (1998) yang sebenarnya mengharapkan eradikasi
polio di dunia sebelum tahun 2000. Ada empat strategi untuk pencapaian tujuan
tersebut, yaitu imunisasi rutin OPV (oral polio virus) dengan cakupan tinggi,
imunisasi tambahan, surveilans AFP dan investigasi laboratorium, serta mop-up
untuk memutus rantai penularan terakhir.
4.Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (diphtheria, pertussis, tetanus ) merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, tetanus. Vaksin
DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(toksoid). Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap
pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat
anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi
DPT diberikan melalui intramuskula. Pemberian DPT dapat berefek samping
ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada
tempat penyuntikan, dan edema. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat,
kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis, dan tetanus
perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat
serta dapat meningkatkan kematian bayi dan anak balita.
5. Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan
melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam
10
pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam
memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.
6. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR (measles, mumps,rubella) merupakan imunisasi yang
digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles);
gondong, parotis epidemika (mumps);dan campak Jerman (rubella). Dalam
imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah virus campak strain Edmonson yang
dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3, dan virus gondong. Vaksin ini tidak
dianjurkan untuk bayi usia di bawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi
interferensi dengan antibodi maternal yang masih ada. Khusus pada daerah
endemic, sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada
usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan booster (ulangan) dapat dilakukan MMR pada
usia 15-18 bulan.
7.Imunisasi typhus abdominalis
Imunisasi typhus abdominalis merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit typhus abdominalis. Dalam persediaan khususnya
di Indonesia terdapat tiga jenis vaksin typhus abdominalis, di antaranya kuman
yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna) dan antigen capsular Vi
poliysaccharida (Typhim Vi, Pasteur Meriux). Vaksin kuman yang dimatikan
dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml; 1-2 tahun 0,2ml; dan 2-12
tahun adalah 0,5 ml. pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan
interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Vaksin kuman
yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric coated sebelum
makan pada hari ke- 1,2, dan 5 untuk anak di atas usia 6 tahun. Antigen kapsular
diberikan untuk usia di atas 2 tahun dan dapat diulang setiap 3 tahun.
8.Imunisasi varicella
Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit cacar air (varicella). Vaksin varicella merupakan virus hidup
11
varicella zoster Strain OKA yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella dapat
diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropis dan bila di atas usia
13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.
9.Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat diberikan untuk
usia di atas 2 tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin Havrix (berisi virus
hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) dengan 2 suntikan dan interval 4
minggu, booster pada 6 bulan setelahnya. Jika menggunakan vaksin MSD dapat
dilakukan 3 kali suntikan pada usia 6 dan 12 bulan.
10.Imunisasi HiB
Imunisasi HiB (haemophilus influenza tipe B) merupakan imunisasi yang
diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin ini adalah
bentuk polisakarida murni (PRP: purified capsular polysacharide) kuman H.
influenza tipe B. Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-
protein lain, seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid difteri (PRP-D atau
PRPCR50), atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemeberian
imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan 3 suntikan dengan interval 2 bulan,
sedangkan vaksin PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan,
kemudian booster-nya dapat diberikan pada usia 18 bulan. 7
2.1.5. Pelayanan Imunisasi
Dasar pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah
berdasarkan Kepmenkes No. 1611/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi.
1.Tujuan Umum
12
Menurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan Imunisasi (PD31)
2.Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan
pada tahun 2010.
b. Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal (Maternal Neonatal
Tetanus Elimination/MNTE) (insidens di bawah 1/1000 kelahiran hidup dalam 1
tahun) di tingkat kabupaten/kota pada tahun 2012.
c. Eradikasi Polio pada tahun 2008
d. Tercapainya reduksi Campak (ReCam) 2008.
e. Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis meningokokus
tertentu pada calon jemaah haji
f. Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalan
berasal dari atau ke negara endemis demam kuning.
g. Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular Rabies.
3. Strategi
a. Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat dan swasta
b. Membangun kemitraan dan jejaring kerja
c. Menjamin ketersediaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai vaksin dan alat
suntik
d. Menerapkan system pemantauan wilayah setempat (PWS) untuk menentukan
prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan
e. Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga professional/terlatih
13
f. Pelaksanaan sesuai dengan standard
g. Memanfaatkan perkembangan method dan tekhnologi yang lebih efektif
berkualitas dan efisien
h. Meningkatkan advokasi, fasilitas dan pembinaan. 1
2.1.6. Syarat Pemberian Imunisasi
Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam
keadaan kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian
virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh,
dan kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Nah, untuk membentuk
kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Jika anak dalam kondisi sakit
maka kekebalan yang terbentuk tidak bagus.
Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan anak
mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalkan gizi buruk atau
penyakit HIV/AIDS atau dalam penggunaan obat-obatan steroid, anak diketahui
mengalami reaksi alergi berat terhadap imunisasi tertentu atau komponen
imunisasi tertentu. 9
2.1.7. Tata Cara Pemberian Imunisasi
Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut :
Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila
tidak divaksinasi.
Persiapan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi yang tidak diharapkan
dan member informasi dimana tempat pelayanan seandainya hal itu terjadi.
Baca kembali leaflet vaksin yang akan diberikan, tinjau kembali apakah
ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan diberikan.
Jangan lupa mendapat persetujuan orang tua.
14
Melakukan Tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum
melakukan imunisasi.
Periksa kembali apakah penerima vaksin dalam keadaan sehat dan berikan
antipiretik bila diperlukan.
Periksa jenis vaksin yang akan diberikan dan yakin bahwa vaksin tersebut
telah disimpan dengan baik dan apakah tampak tanda-tanda perubahan
warna atau membeku yang menunjukkan kerusakan.
Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa.
Periksa apakah vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan
pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up
vaccination) bila diperlukan
Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai
pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan
posisi penerima vaksin
Stelah pemberian vaksin, kerjakanlah hal-hal sperti berikut.
a. Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh
apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi
ikutan yang lebih berat
b. Cacat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
termasuk nomer batch dan jenis vaksin atau merk dagang vaksin
c. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas
Kesehatan bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
d. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan
vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan. 2
2.1.8. Jadwal Imunisasi Pada Anak
Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan
faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari
lahir sampai awal masa kanak-kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupakan
15
bagian tanggung jawab orang rua terhadap anaknya. Imunisasi dapat diberikan
ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada petugas kesehatan
atau pecan imunisasi. Jika bayi sedang sakit yang disertai panas; menderita
kejang-kejang sebelumnya, atau menderita penyakit system saraf, pemberian
imunisasi perlu dipertimbangkan.
Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk memberi perlindungan
menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada
tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu
mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan
mendapatkan suntikan), tetapi rasa sakit sementara akibat suntikan yang bertujuan
untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang. Program imunisasi di
Indonesia meliputi imunisasi wajib dan imunisasi anjuran. 1
Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi
Sumber : http//asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/11
16
2.2. Pemantauan Pertumbuhan
Pertumbuhan anak dapat di amati secara cermat dengan menggunakan
“Kartu Menuju Sehat” KMS balita. 4
Tabel 2.2. KMS
Sumber : http://medivita.files.wordpress.com/2011/03/kms21
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.2. Defenisi Operasional
1. Program imunisasi adalah
Program imunisasi : Imunisasi lengkap
Faktor Pendukung :
- Jadwal Imunisasi- Infrastruktur- Jumlah Anak
Anak yang mendapat imunisasi lengkap dan tidak
lengkap
Peran imunisasi pada pertumbuhan
Pengukuran pertumbuhan
berdasarkan kartu menuju sehat