bab 1 hukum

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hukum dan administrasi perencanaan adalah salah satu sub bidang perencanaan wilayah dan kota yang melingkupi bagaimana mewujudkan produk-produk perencanaan sesuai dengan tujuannya. Untuk mempelajari hukum dan administrasi perencanaan, terlebih dahulu perlu dipahami pengertian-pengertian dasarnya. Pranata adalah pengaturan unit atau anggota suatu sistem, dengan tujuan agar sistem tersebut dapat bekerja sebagaimana seharusnya. Administrasi perencanaan adalah pengaturan interaksi antar individu atau kelompok, dalam arti khusus bahwa tejadi interaksi antar si pelaku pembangunan, dalam mencapai kerangka mencapai tujuan yangberdasarkan kepentingan bersama. Administrasi perencanaan dapat dikaji melalui pendekatan sistem, karena fenomena yang ada melibatkan banyak pihak dengan fungsi berbeda sesuai dengan kasusnya. Hukum pranata itu terdiri dari kaidah-kaidah atau peraturan pranata untuk melaksanakan suatu kaidah. Hukum digunakan untuk menerbitkan tetapi hukum tidak selalu menjamin keadilan. Perubahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945 memiliki implikasi yang mendasar dan luas dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Sebagai perbandingan, jumlah ketentuan yang tercakup dalam UUD 1945 yang asli mencakup 71 butir ketentuan. Sekarang, setelah mengalami empat kali perubahan 1

Upload: andika-pramana

Post on 11-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Once you upload an approved document, you will be able to read and download this document

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 HUKUM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum dan administrasi perencanaan adalah salah satu sub bidang perencanaan

wilayah dan kota yang melingkupi bagaimana mewujudkan produk-produk perencanaan

sesuai dengan tujuannya. Untuk mempelajari hukum dan administrasi perencanaan, terlebih

dahulu perlu dipahami pengertian-pengertian dasarnya. Pranata adalah pengaturan unit atau

anggota suatu sistem, dengan tujuan agar sistem tersebut dapat bekerja sebagaimana

seharusnya. Administrasi perencanaan adalah pengaturan interaksi antar individu atau

kelompok, dalam arti khusus bahwa tejadi interaksi antar si pelaku pembangunan, dalam

mencapai kerangka mencapai tujuan yangberdasarkan kepentingan bersama.

Administrasi perencanaan dapat dikaji melalui pendekatan sistem, karena fenomena

yang ada melibatkan banyak pihak dengan fungsi berbeda sesuai dengan kasusnya. Hukum

pranata itu terdiri dari kaidah-kaidah atau peraturan pranata untuk melaksanakan suatu

kaidah. Hukum digunakan untuk menerbitkan tetapi hukum tidak selalu menjamin keadilan.

Perubahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945 memiliki implikasi yang mendasar

dan luas dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Sebagai perbandingan, jumlah

ketentuan yang tercakup dalam UUD 1945 yang asli mencakup 71 butir ketentuan.

Sekarang, setelah mengalami empat kali perubahan dalam satu rangkaian proses perubahan

dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002, butir ketentuan yang tercakup di dalamnya

menjadi 199 butir. Kondisi ini menggambarkan betapa besarnya perubahan yang terjadi

terhadap UUD 1945 yang menjadi hukum dasar dan hukum tertinggi dalam sistem hukum

Indonesia.

Dengan berubahnya butir-butir ketentuan dalam UUD 1945 maka sudah pasti

terdapat perubahan terhadap peraturan perundang-undangan di bawahnya. Dampak dari hal

ini adalah munculnya banyak peraturan perundang-undangan di berbagai bidang selama

kurun waktu 8 tahun terakhir sejak amandemen keempat UUD 1945. Peraturan-peraturan

tersebut ada yang merupakan peraturan yang benar-benar baru dibentuk seperti

pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, Pembentukan Mahkamah Konstitusi, dsb., serta ada

pula Peraturan-peraturan yang mengganti dan/atau merubah peraturan yang sudah ada.

Contoh kedua ini yang kemudian menimbulkan permasalahan baru, yaitu terkait tidak

1

Page 2: BAB 1 HUKUM

sinkronnya satu peraturan dengan peraturan lainnya. Kondisi demikian kemudian

menghambat upaya penegakkan hukum di berbagai aspek.

Pasca amandemen UUD 1945 aspek hukum menjadi komponen yang sangat penting

dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Hukum menjadi pengawal yang sudah seharusnya

ada, jika demokrasi di Indonesia ingin ditegakkan. Hal ini sejalan dengan Pasal 1 ayat (3)

amandemen ketiga UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara hukum.

Pada ayat (2) pasal yang sama dinyatakan pula bahwa kedaulatan rakyat berada di tangan

rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Hal ini kemudian menciptakan sebuah keadaan

yang kontradiktif antara upaya penegakkan hukum dengan kondisi riil yang ada di

Indonesia. Dengan begitu, kepastian hukum sudah tentu sulit diperoleh apabila kondisi ini

dibiarkan terus menerus, dan pada akhirnya upaya pembangunan nasional juga menjadi

terhambat.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dan melakukan perbaikan terhadap peraturan

perundang-undangan yang tumpang tindih, pemerintah telah menyiapkan suatu kebijakan

yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 –

2014 untuk melakukan efektifitas peraturan perundang-undangan nasional. Sehingga pada

akhirnya salah satu misi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertuang dalam Rencana

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 yaitu mewujudkan masyarakat demokratis

berdasarkan hukum dapat terlaksana.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas yang menjadi latar belakang penulisan ini, untuk membatasi

permasalah yang akan ditulis selanjutnya maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut;

1. Bagaimana Hubungan yuridis antara RPJPN, RPJMN, RPJPD dan RPJMD?

2. Bagaimana permasalahan tumpang tindih peraturan perundang-undangan khususnya

terkait perencanaan pembangunan?

3. Bagaimana upaya penyelesaian tumpang tindih peraturan dalam rangka menciptakan

efektifitas peraturan perundang-undangan nasional?

2

Page 3: BAB 1 HUKUM

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin di capai adalah

a. Mengetahui hubungan hukum dengan perencanaan.

b. Mengetahui permasalahan perencanaan di Indonesia dengan hukum

administrasi.

1.4 Metodologi Pengumpulan Data

1. Metode dalam pengumpulan data ini adalah dengan pengumpulan berdasarkan dari

tinjauan pustaka.

2. Dalam pengumpulan ini juga berdasarkan sumber-sumber internet.

1.5 Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan pada studi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang yang melatar belakangi

penulisan studi, tujuan dan sasaran pembuatan studi, ruang lingkup wilayah

dan ruang lingkup materi studi serta metodologi pendekatan studi dan

sistematika pembahasan.

BAB II : Bab ini pada dasarnya merupakan panduan dalam pembuatan studi, yang

berisikan studi literatur menyangkut Undang-Undamg, ketentuan dan

peraturan serta standar perencanaan site perumahan baik tentang standar

perumahan pada lingkungan II dan standar penyediaan fasilitas - utilitas,

tipe-tipe rumah, jenis jalan dan berbagai standar dan ketentuan lainnya.

BAB III : Bab ini berisikan tentang pembahasan dalam studi.

BAB IV : Bab ini berisikan tentang Kesimpulan dan Saran.

3

Page 4: BAB 1 HUKUM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perencanaan

Perencanaan memiliki beberapa definisi. Menurut Prof. Bukhari Zainun,

perencanaan adalah persiapan bagi setiap perbuatan dan juga merupakan proses peletakan

dasar bagi setiap perbuatan yang akan dilaksanakan. Jadi pelaksanaan pada dasarnya

terdapat pada setiap perbuatan manusia yang sadar, secara ilmiah bergerak terus menerus.

Selanjutnya, menurut Drs. Sarwoto, perencanaan adalah suatu gejala yang umum

dan mutlak diperlukan, terutama bagi usaha-uasaha yang mempunyai lapangan yang luas.

Selain dari itu urgensinya esensiil, serta merupakan fungsi utamayang harus dilakukan

dalam rangka pencapaian tujuan. Jadi perencanaan merupakan persiapan yang teratur dari

setiap usaha untuk mewujudkan tujuan, kebijakan, prosedur, program dan progres.

Sedangkan Pasal 1 nomor 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan Perencanaan adalah suatu proses untuk

menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan

memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja hukum dipandang sebagai alat rekayasa sosial.

Pandangan ini kemudian dijadikan titik temu antara perencanaan dengan hukum. Sebab

keduanya bersifat menetapkan suatu kerangka sebagai dasar atau pegangan suatu tindakan

dimasa yang akan datang. Sebagai sarana rekayasa, hukum dan perencanaan berperan

merencanakan suatu keadaan sosial tertentu yang akan diupayakan pencapaiannya dalam

jangka waktu tertentu pula.

Perencanaan dalam suatu organisasi – termasuk organisasi pemerintah – menjadi

sesuatu yang penting. Sebab pada fase ini sebuah organisasi menentukan tujuan dan cara-

cara atau strategi-strategi untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut secara maksimal. Di

dalam proses perencanaan juga ditentukan tentang dasar hukum yang menjadi rujukan serta

adanya prediksi dampak pelaksanaan perencanaan dan cara penanggulangannya.

Menurut Klaus Obermayer perencanaan dalam Hukum Administrasi Negara adalah

suatu tindakan-tindakan yang memperjuangkan dapat terselenggaranya suatu keadaan

teratur secara tertentu. Perencanaan administrasi negara merupakan perbuatan penetapan

melalui proses pengambilan keputusan mengenai kegiatan publik atau negara dan akan

4

Page 5: BAB 1 HUKUM

dilaksanakan untuk jangka waktu tertentu di masa depan secara terarah sesuai tujuan yang

ditetapkan bersama. Karena perencanaan publik tersebut bersifat kegiatan masyarakat

umum secara keseluruhan, dipimpin oleh pemerintah dalam arti luas sebagai administrator

publik. Menurut Hayek, setiap perencanaan harus didahului atau didasarkan pada aturan-

aturan hukum yang berlaku.

2.2 RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang)

Pengertian Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah

dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari

tujuandibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalamPembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945dalam bentuk visi, misi, dan

arah pembangunan nasional untuk masa 20tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu

mulai dari tahun 2005 hinggatahun 2025.

Maksud dan tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 –

2025, selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan

nasional periode 20  (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun2005 sampai dengan tahun

2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh

komponen bangsa (pemerintah,masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-

cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati

bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunanbersifat sinergis,

koordinatif.

Untuk melaksanakan dan mencapai satu tujuan dan satu cita-cita tersebut diperlukan

suatu rencana yang dapat merumuskan secara lebih konkrit mengenai pencapaian dari

tujuan bernegara tersebut. Tujuan dari bernegara sebagaimana diatur dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 merupakan kelanjutan

dari pembangunan sebelumnya untuk  mencapai tujuan pembangunan sebagaimana

5

Page 6: BAB 1 HUKUM

diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Untuk itu, dalam 20 tahun mendatang, sangat penting dan mendesak bagi bangsa

Indonesia untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah, antara lain di

bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan

kelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai

posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional.

2.3 RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah)

Perencanaan merupakan suatu proses aktivitas yang berorientasi ke depan dengan

memperkirakan berbagai hal agar aktivitas di masa depan dapat berjalan sesuai dengan

yang diharapkan. Karena orientasinya ke masa depan, perencanaan bersifat memperkirakan

dan memprediksikan (meramalkan) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional, logis

dan dapat dilaksanakan. Pemerintah (Daerah) sebagai penyelenggara pembangunan dan

sekaligus abdi masyarakat, harus dapat merencanakan pembangunan, kini dan di masa yang

akan datang. Sehingga untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan,

mengoptimalkan partisipasi masyarakat, menjamin tercapainya sumber daya secara efisien

dan berkeadilan serta menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergis diperlukan

suatu dokumen perencanaan, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang

sesuai dengan amanah Pasal 3 dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ini disusun dengan maksud

menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan (2006-2010), yang

akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat

Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja

Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Dalam

menyusun RPJM ini, acuan utama yang digunakan adalah rumusan visi, misi, arah

kebijakan dan rencana program indikatif Bupati dan Wakil Bupati yang telah disampaikan

kepada masyarakat pemilih melalui Sidang Paripurna DPRD dalam tahapan kampanye

pemilihan pasangan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah secara langsung. Di

samping itu penyusunan RPJM Daerah ini juga mengacu kepada dokumen perencanaan

6

Page 7: BAB 1 HUKUM

nasional dan Provinsi Sumatera Utara dan berbagai kebijakan dan prioritas program

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin

terciptanya sinergi kebijakan dan sinkronisasi program secara vertikal antartingkat

pemerintahan yang berbeda. Selain itu, RPJM ini juga disusun dengan memperhatikan

statistik regional dan lokal seperti (1) statistik berbagai fungsi pemerintahan di bidang

ekonomi, seperti lapangan pekerjaan utama dan tingkat pendapatan rata-rata masyarakat,

keberadaan potensi sektor unggulan daerah yang dapat dikembangkan dalam rangka

memacu laju produksi lokal dan penciptaan lapangan kerja baru, keberadaan sektor informal

dan kandungan potensi sumber daya daerah; (2) statistik fungsi-fungsi pemerintahan di

bidang sosial budaya, seperti kondisi tingkat kesehatan rata-rata masyarakat, angka

kemiskinan, tingkat pengangguran, angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni

pendidikan dasar dan menengah; (3) statistik bidang fisik prasarana, seperti pola-pola

penataan ruang dan kawasan andalan, kantong-kantong kemiskinan dan kawasan tertinggal

serta kondisi ekologi dan lingkungan hidup daerah dan (4) kapasitas fiskal dan keuangan

daerah. Selanjutnya, karena berfungsi sebagai dokumen publik yang merangkum daftar

rencana kegiatan lima tahunan di bidang pelayanan umum pemerintahan, maka proses

penyusunan RPJM Daerah ini juga dilakukan melalui serangkaian forum musyawarah

perencanaan partisipatif, dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan setempat

seperti Musrenbang. Karena pertimbangan itu, walaupun RPJM ini bermula dari rumusan

visi, misi, arah kebijakan dan rencana indikatif program kerja Bupati, maka matriks rencana

program dan kegiatan lima tahunan yang diuraikan di dalam dokumen ini adalah hasil

kesepakatan seluruh unsur pelaku pembangunan daerah ini, dengan tetap memperhatikan

kebijakan dan program strategis nasional dan provinsi. Kabupaten/Kota Sumatera Utara

dengan tingkat kemiskinan yang relatif masih tinggi dan bidang pertanian sebagai

penyokong utama perekonomian merupakan isu yang utama dalam pembangunan lima

tahun kedepan. Program-program pembangunan yang dibahas lebih mengarah kepada

peningkatan pendapatan petani melalui bidang pertanian karena lebih dari 80% penduduk

Kabupaten/Kota Sumatera Utara bermata pencaharian dari pertanian dalam arti luas. RPJM

Daerah Kabupaten/Kota Sumatera Utara periode 2006-2010 disusun dengan maksud

menyediakan acuan resmi bagi Pemerintah Daerah (berupa RKPD) dan DPRD dalam

menyusun Renstra SKPD, Renja SKPD sekaligus merupakan acuan pilihan-pilihan program

kegiatan tahunan daerah yang akan dibahas dalam rangkaian forum Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah secara berjenjang, yaitu mulai dari desa,

7

Page 8: BAB 1 HUKUM

kecamatan sampai tingkat kabupaten. Oleh karena itu isi dan substansinya mencakup

indikasi rencana program dan kegiatan secara lintas sumber pembiayaan dari APBN, APBD

Provinsi dan APBD Kabupaten. Berdasarkan pertimbangan ini, maka RPJM Daerah ini

disusun dengan maksud sebagai berikut:

1. Menjadi pedoman dalam penyusunan rencana pembangunan tahunan Daerah

Kabupaten/Kota Sumatera Utara, yaitu RKPD;

2. Menyediakan satu acuan resmi bagi seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten/Kota

Sumatera Utara dan DPRD Kabupaten/Kota Sumatera Utara dalam menentukan

prioritas program dan kegiatan tahunan yang akan dibiayai APBD Kabupaten/ Kota

Sumatera Utara, APBN dan sumber pembiayaan lainnya;

3. Menyediakan satu tolok ukur untuk melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap

SKPD;

4. Menjabarkan gambaran tentang kondisi umum daerah sekarang dalam konstelasi

regional dan nasional sekaligus memahami arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam

rangka mewujudkan visi dan misi Kabupaten/Kota Sumatera Utara;

5. Memudahkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera Utara

dan DPRD Kabupaten/Kota Sumatera Utara dalam mencapai tujuan dengan cara

menyusun program dan kegiatan sercara terpadu, terarah dan terukur;

6. Memudahkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera Utara

dan DPRD Kabupaten/Kota Sumatera Utara untuk memahami dan menilai arah

kebijakan dan program serta kegiatan operasional tahunan dalam rentang waktu

lima tahunan.

RPJM Daerah disusun mengacu kepada RPJM Nasional dan RPJM Sumatera Utara.

Selanjutnya RPJM Daerah digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana

Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD). Renstra SKPD adalah berfungsi sebagai dokumen perencanaan teknis

operasional yang merupakan penjabaran teknis RPJM Daerah untuk setiap unit kerja daerah

yang memuat visi, misi, arah kebijakan teknis pemerintahan untuk jangka waktu lima

tahunan dan disusun oleh setiap satuan kerja perangkat daerah. Dokumen Renstra SKPD

8

Page 9: BAB 1 HUKUM

selanjutnya dijadikan sebagai acuan langsung dalam menyusun Rencana Kerja (Renja)

SKPD, yaitu dokumen perencanaan tahunan setiap unit kerja daerah dan disusun sebagai

turunan Renstra SKPD yang juga memuat rencana kegiatan pembangunan tahun berikutnya.

Dokumen perencanaan RKPD seperti disebut di atas disusun sebagai dokumen perencanaan

tahunan dan merupakan kompilasi kritis atas Renja SKPD setiap tahun anggaran dan

merupakan bahan utama dalam pelaksanaan Musrenbang Daerah.

2.4 Pengertian Hukum dan Administrasi Pembangunan

Hukum dan administrasi perencanaan adalah salah satu sub bidang perencanaan

wilayah dan kota yang melingkupi bagaimana mewujudkan produk-produk perencanaan

sesuai dengan tujuannya. Untuk mempelajari hukum dan administrasi perencanaan, terlebih

dahulu perlu dipahami pengertian-pengertian dasarnya. Pertemuan ini membahas

pengertian-pengertian dasar yang terkait dengan hukum dan administrasi perencanaan.

2.5 Administrasi Perencanaan

Pengertian administrasi perencanaan Pranata adalah pengaturan unit atau anggota

suatu sistem, dengan tujuan agar sistem tersebut dapat bekerja sebagaimana seharusnya.

Administrasi perencanaan adalah pengaturan interaksi antar individu atau kelompok, dalam

arti khusus bahwa terjadi interaksi antar si pelaku pembangunan, dalam kerangka mencapai

tujuan yang berdasarkan kepentingan bersama.

Pengertian Dasar

Pranata tidak sama dengan lembaga, dalam pengertian bahwa lembaga sama dengan

organisasi – Organisasi hanya skala mikro, pranata makro sifatnya. Dua dimensi pranata –

Formal (hukum, konsensus, peraturan) – Informal (norma, perilaku, kebiasaan, etika).

Pranata juga tidak hanya berarti pemerintah (yang mempunyai otoritas dalam penetapan

rules of the game) tetapi juga masyarakat

Hukum administrasi perencanaan, administrasi perencanaan dapat dikaji melalui

pendekatan sistem, karena fenomena yang ada melibatkan banyak pihak dengan fungsi

berbeda dan menciptakan sesuatu yang berbeda sesuai dengan kasusnya. Hukum pranata itu

terdiri dari kaidah-kaidah atau peraturan pranata untuk melaksanakan suatu kaidah. Hukum

digunakan untuk menertibkan. Tapi hukum tidak selalu menjamin keadilan.

9

Page 10: BAB 1 HUKUM

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Q.,

3.2 ‘Perencanaan Pembangunan Di Bidang Hukum Terkait Tumpang Tindih

Peraturan Perundang – Undangan Nasional Yang Dituangkan Dalam Rpjpn

(2005 – 2025) Dan Rpjmn (2010 – 2014)

Di dalam RPJPN 2005 – 2025 disebutkan bahwa perwujudan sistem hukum nasional

dilakukan dengan beberapa hal. Pertama, pembangunan substansi hukum, baik hukum

tertulis maupun hukum tidak tertulis telah mempunyai mekanisme untuk membentuk

hukum nasional yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan aspirasi

masyarakat, yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Kedua, penyempurnaan struktur hukum yang

lebih efektif terus dilanjutkan. Dan ketiga, pelibatan seluruh komponen masyarakat yang

mempunyai kesadaran hukum tinggi untuk mendukung pembentukan sistem hukum

nasional yang dicita-citakan.

RPJPN (2005 – 2025)

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu misi Pembangunan Nasional

yang tertuang di dalam RPJPN adalah mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan

hukum.

Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting untuk

mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Demokrasi dapat

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan, dan

memaksimalkan potensi masyarakat, serta meningkatkan akuntabilitas dan transparansi

dalam penyelenggaraan negara. Hukum pada dasarnya bertujuan untuk memastikan

munculnya aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif kemanusiaan serta

memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga negara tanpa memandang dan

membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun gender. Hukum yang ditaati dan

diikuti akan menciptakan ketertiban dan keterjaminan hak-hak dasar masyarakat secara

maksimal.

10

Page 11: BAB 1 HUKUM

Sasaran yang hendak dituju dari misi yang dibangun tersebut diantaranya yaitu

terciptanya supremasi hukum dan penegakkan hak-hak asasi manusia yang bersumber pada

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta

tertatanya sistem hukum nasional yang mencerminkan kebenaran, keadilan, akomodatif, dan

aspiratif. Terciptanya penegakan hukum tanpa memandang kedudukan, pangkat, dan

jabatan seseorang demi supremasi hukum dan terciptanya penghormatan pada hak-hak asasi

manusia.

RPJMN (2010 – 2014)

RPJMN 2010 – 2014 sebagai penjabaran lebih lanjut dari visi dan misi presiden

yang mengacu pada RPJP Nasional, menyebutkan bahwa agenda dalam bidang hukum

adalah proses pembuatan undang–undang, proses penjabarannya, proses pengawasan, dan

juga penegakan aturan hukum. Selain itu, wujud dari agenda hukum adalah menjamin

proses peradilan yang bebas. Hal ini semua akan membantu di dalam upaya konsolidasi

demokrasi. Penegakan hukum merupakan elemen yang sangat penting di dalam

pemberantasan korupsi. Selama ini, telah dan terus dilakukan pembenahan pada substansi

hukum, struktur hukum, dan budaya hukum.

Dikatakan pula dalam RPJMN 2010 – 2014 Tumpang tindih dan inkosistensi

peraturan perundang-undangan harus diperkecil. Demikian juga hambatan pada

implementasi peraturan perundangan harus dihilangkan. Akan terus diupayakan perjanjian

ekstradisi dengan negara-negara yang berpotensi menjadi tempat pelarian pelaku tindak

pidana korupsi dan tindak pidana lainnya. Dalam usaha pemberantasan korupsi, berbagai

kasus telah ditindaklanjuti tanpa pandang bulu. Proses penegakan hukum dalam bidang

korupsi dilakukan tanpa tebang pilih. Semua warga negara sama kedudukannya di muka

hukum.

Untuk mengatasi tumpang tindih tersebut perlu dilakukan pembenahan peraturan

perundang-undangan yang sampai dengan tahun 2009 dilakukan melalui upaya mengatasi

disharmoni peraturan perundang-undangan; membatalkan peraturan peraturan daerah yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan pertimbangan

antara lain, bertentangan dengan kepentingan umum, bias jender, tidak berpihak pada

kelompok miskin (pro poor), dan bertentangan dengan HAM. Sejak 2004 hingga Agustus

2009, terdapat lebih kurang 985 peraturan daerah yang telah dibatalkan, sejalan dengan

11

Page 12: BAB 1 HUKUM

pelaksanaan desentralisasi berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah.

Upaya penegakan hukum juga tidak terlepas dari terjadinya tumpang tindih

peraturan perundang-undangan antara pusat dan daerah, antara daerah satu dengan lainnya

serta antara peraturan perundang-undangan secara horisontal satu dengan lainnya.

Akibatnya, penegakan hukum belum sesuai dengan harapan masyarakat.

Sasaran dalam peningkatan efektifitas Peraturan Perundang-undangan

Meningkatnya kepastian hukum melalui tertib peraturan perundang-undangan

dengan indikator berkurangnya jumlah peraturan perundang-undangan yang bermasalah,

meningkatnya kualitas peraturan perundang-undangan sesuai dengan kebutuhan

pembangunan dan aspirasi masyarakat, dalam rangka mewujudkan Indonesia yang

sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.

Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Dalam rangka mendukung terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis dan

berkeadilan, kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada

perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik, dengan strategi sebagai berikut: peningkatan

efektivitas peraturan perundang-undangan;

Upaya untuk menciptakan efektivitas peraturan perundang-undangan nasional dilaksanakan

melalui hal-hal berikut:

1. Peningkatan kualitas substansi peraturan perundang-undangan, dilakukan antara lain

melalui dukungan penelitian / pengkajian Naskah Akademik. Hasil pengkajian /

penelitian tersebut akan menjadi bahan penyusunan rancangan peraturan perundang-

undangan yang akan diharmonisasikan dan disinkronisasikan dengan peraturan

perundang-undangan yang sudah ada.

2. Penyempurnaan proses pembentukan peraturan perundang-undangan, dilakukan

mulai dari tahapan perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan,

pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan. Untuk menjamin

tidak adanya kesenjangan substansi dengan kebutuhan masyarakat, peran

12

Page 13: BAB 1 HUKUM

masyarakat dalam setiap tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan,

perlu diperkuat. Hal ini juga perlu didukung oleh mekanisme pelaksanaan Program

Legislasi Nasional dan Daerah yang mengikat bagi eksekutif dan legislatif serta

menjadi wadah menyelaraskan kebutuhan kerangka regulasi yang mendukung

prioritas pembangunan nasional.

3. Pelaksanaan harmonisasi peraturan perundang-undangan, dilakukan melalui

kegiatan harmonisasi peraturan perundang-undangan.

3.2 Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Sebagai Upaya untuk

Menciptakan Efektivitas Peraturan Perundang-Undangan Nasional

A. Hubungan Yuridis RPJPN, RPJMN, RPJPD dan RPJMD

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional disebutkan bahwa RPJP Nasional merupakan penjabaran dari

tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi,

dan arah pembangunan Nasional.

Sedangkan RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program

Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi

pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas

Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro

yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal

dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat

indikatif.

Kemudian disebutkan bahwa RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah

pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. Sedangkan RPJM Daerah

merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya

berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah

kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program

Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program

kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka

pendanaan yang bersifat indikatif.

13

Page 14: BAB 1 HUKUM

Jika digambarkan dalam bentuk bagan, maka hubungan antara RPJPN, RPJMN,

RPJPD dan RPJMD adalah sebagai berikut:

Bagan Hubungan Yuridis RPJPN, RPJMN, RPJPD dan RPJMD

Dari bagan dan penjelasan di atas bisa dilihat bahwa terdapat dua istilah berbeda

yang digunakan terkait hubungan yuridis RPJPN, RPJMN, RPJPD dan RPJMD. Perbedaan

tersebut adalah antara kata mengacu/berpedoman dan memperhatikan. Perbedaannya dari

keduanya antara lain yaitu kekuatan mengikat antara kedua kata tersebut. Kata

mengacu/berpedoman tentu lebih mengikat dibandinkan dengan memperhatikan. Kata

tersebut cenderong condong kepada sebuah keharusan, sedangkan kata memperhatikan

adalah kata yang menyatakan bahwa dalam penyusunannya semestinya sejalan.

Kata memperhatikan ditemukan pada saat penyusunan RPJMD, dimana pada saat

penyusunannya, perlu memperhatikan apa saja yang sudah tertuang di dalam RPJMN. Hal

ini diperlukan agar visi misi Kepala Daerah paling tidak harus memperhatikan visi misi dari

presiden. Sehingga terjadi keharmonisan tujuan antara pemerintah pusat dengan daerah. Jika

tidak sejalan antara apa yang menjadi visi misi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,

maka tidak menutup kemungkinan upaya untuk melakukan efektifitas peraturan perundang-

undangan menjadi terhambat bahkan malah menambah carut-marutnya peraturan perundan-

undangan di Indonesia.

B. Beberapa Permasalahan Tumpang Tindih Peraturan Perundang-undangan

Dalam melakukan perencanaan pembangunan di bidang hukum, sebelumnya sudah

pasti ada pemetaan terhadap permasalahan yang ada di Indonesia. Setelahdilakukan

pemetaan, kemudian dipilih dan ditentukan prioritasnya permasalahan yang akan dicari

solusinya. Dari solusi tersebut maka ditetapkanlah sebuah kebijakan publik yang akan

dijadikan acuan dalam melaksanakan perencanaan pembangunan tersebut.

C. Upaya Menciptakan Efektivitas Peraturan Perundang-Undangan Nasional

RPJMN menyebutkan beberapa upaya untuk menciptakan efektivitas peraturan

perundang-undangan nasional yang dilaksanakan melalui hal-hal berikut:

Peningkatan kualitas substansi peraturan perundang-undangan14

Page 15: BAB 1 HUKUM

Penyempurnaan proses pembentukan peraturan perundang-undangan

Pelaksanaan harmonisasi peraturan perundang-undangan

Berdasarkan ketiga hal tersebut diatas dapat paling tidak terdapat dua hal yang dapat

dilakukan, yaitu:

1. Prolegnas dan Prolegda

Dalam proses penataan sistem hukum serta kerangka hukum yang ada, Undang-

undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

mengamanatkan agar pembentukan peraturan peraturan perundang-undangan dimulai dari

perencanaan, yaitu melalui proses Legislasi (nasional dan daerah).] Dimana kedua hal

tersebut yaitu Prolegnas dan Prolegda diharapkan menjadi pedoman dan pengendali

penyusunan peraturan perundang-undangan yang mengikat semua lembaga yang berwenang

membentuk peraturan perundang-undangan.

Prolegnas dalam pengertian umum adalah program perencanaan nasional di bidang

perundang-undangan. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (9) UU No. 10 Tahun 2004

mengartikan Prolegnas sebagai “instrumen perencanaan program pembentukan Undang-

Undang yang disusun secara berencana, terpadu, dan sistematis. Artinya, Prolegnas

sesungguhnya merupakan satu proses yang terjadi sebelum pembentukan undang-undang

atau dapat dikatakan sebagai “pra-pembentukan peraturan perundang-undangan”.

Secara yuridis formal, UU No. 10 Tahun 2004 maupun Perpres No. 61 Tahun 2005

hanya menyebutkan tentang Program Legislasi Naional. Dalam praktiknya, secara teknis

penyusunan Prolegnas dapat dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu (a) tahapan penyusunan

“rencana legislasi”, dan tahapan penyusunan ”program legislasi”. Selain itu, ada juga yang

menyebutkan bahwa tahapan penyusunan Prolegnas terdiri dari: (1) tahap kompilasi dan

konsep Rencana Legislasi Nasional (Relegnas); (2) tahap klasifikasi dan sinkronisasi

Relegnas; (3) tahap konsultasi dan komunikasi; (4) tahap penyusunan naskah; dan (5) tahap

koordinasi dan penetapan Prolegnas.

RUU yang disusun dalam Prolegnas harus memperhatikan 3 dimensi, yaitu masa

lalu yang terkait dengan sejarah perjuangan bangsa, masa kini yaitu kondisi obyektif yang

15

Page 16: BAB 1 HUKUM

ada sekarang dengan lingkungan strategisnya dengan memandang ke masa depan yang

dicita-citakan.

2. Judicial Review

Selain prolegnas/prolegda, upaya menciptakan efektifitas peraturan perundang-

undangan juga dapat dilaksanakan dengan melakukan judicial review (pengujian peraturan

peraturan perundang-undangan). Judicial review ini bisa terhadap undang-undang yang

tidak sejalan dengan konstitusi (ke Mahkamah Konstitusi) dan / atau bisa berupa pengujian

peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang (ke

Mahkamah Agung).

Dengan adanya judicial review ini maka diharapkan peraturan perundang-undangan

yang tidak sejalan dengan yang diatasnya dapat dibatalkan dan atau dirubah. Bagi peraturan

undang-undangan yang sejajar dapat diterapkan prinsip hukum yaitu lex spesialis derogat

lex generalis (peraturan yang lebih khusus mengenyampingkan peraturan yang lebih umum)

dan/ atau lex posteori derogat lex priori (peraturan yang lebih baru mengenyampingkan

peraturan yang lebih lama). Pada akhirnya diharapkan harmonisasi peraturan perundang-

undangan dapat terlaksana.

16

Page 17: BAB 1 HUKUM

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan dalam makalah ini, maka terdapat kesimpulan yang

didapat, yaitu sebagai berikut:

1. Hubungan yuridis antara RPJPN, RPJMN, RPJPD dan RPJMD adalah dalam

penyusunan RPJMN harus mengacu pada RPJPN, penyusunan RPJPD harus

mengacu/berpedoman pada RPJPN, serta dalam penyusunan RPJMD harus mengacu

pada RPJPD dan memperhatikan RPJMN;

2. Permasalahan tumpang tindih peraturan perundang-undangan yang terjadi di Jawa

Barat dan daerah lain di Indonesia terkait penetapan RPJMD, dimana menurut UU

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional RPJMD ditetapkan oleh Peraturan

Kepala Daerah, sedangkan menurut UU Pemerintahan Daerah RPJMD ditetapkan

oleh Peraturan Daerah. Selain itu ketidakselarasan waktu penetapan RPJMD dengan

RPJMN juga menimbulkan permasalahan, dimana RPJMD tersebut kemudian harus

diubah untuk kemudian memperhatikan RPJMN dalam penyusunannya;

4.2 Saran

Upaya menciptakan efektifitas peraturan perundang-undangan nasional adalah:

a. Peningkatan kualitas substansi peraturan perundang-undangan;

b. Penyempurnaan proses pembentukan peraturan perundang-undangan;

c. Pelaksanaan harmonisasi peraturan perundang-undangan. Bentuk

pelaksanaannya dapat berupa program legislasi nasional dan daerah serta

melaksanakan pengujian perundang-undangan (judicial review).

17