bab 1 pendahuluan 1.1. latar belakangrepository.uph.edu/957/4/chapter1.pdf5 dilakukan dengan gadai,...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia dilahirkan mandiri dan mempunyai naluri untuk selalu
hidup bersama dengan manusia lainnya, oleh karena itu terjadilah
hubungan satu sama lain baik berbentuk perseorangan maupun berbentuk
kelompok manusia. Dalam hubungan sesama manusia, tiap-tiap manusia
mempunyai kepentingannya masing-masing baik materiil maupun
immaterial dan selalu berusaha untuk meraih kepentingan dengan berbagai
hal.Mengenai finansial yang ada pada masyarakatlah yang sering
dipermasalahkan oleh setiap orang. Orang yang memerlukan uang untuk
memenuhi kebutuhannya dapat meminjam dari orang lain yang dapat
dituangkan dalam suatu perjanjian utang piutang atau perjanjian kredit.
Dalam dunia perekonomian sekarang manusia sudah mulai
mengenal dan menyadari pentingnya kredit yang biasanya didapat dari hak
dari bank untuk memenuhi kebutuhan. Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga1. Pada jaman dulu kreditor
dianggap sangat merugikan karena debitor harus membayarkan sejumlah
1 H.R. Deng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi , (Bandung PT. Citra Aditya Bakti, 2005),
hal 123
2
bunga atas pinjaman kepada kreditor, namun pada kenyataanya sekarang
para debitor akhirnya menyadari pentingnya kredit dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam kegiatan berbisnis.Namun dari pihak kreditor
perlu melakukan antisipasi terhadap kemungkinan debitor tidak membayar
hutang mereka.Para kreditor seperti bank dalam memberikan atau
mengabulkan permintaan kredit dari seseorang harus memperhatikan
beberapa hal seperti watak calon debitor, kemampuan calon debitor, modal
calon debitor, jaminan atau agunan dan juga kondisi ekonomi dari debitur.
Hal-hal diatas merupakan hal yang sangat penting didalam mengukur
tingkat kemampuan debitor dalam proses pembayaran hutangnya dan hal-
hal diatas mengurangi resiko kerugian terhadap kreditur.
Salah satu faktor penting dalam pemberian kredit adalah
jaminan.Karena dengan jaminan ini kreditor merasa berada diposisi yang
aman, sehingga apabila debitor tidak membayarkan hutangnya kreditor
merasa akan ada garansi dari uang yang telah diberikan kepada debitur
tersebut. Jaminan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (
KUHPerdata ) terdapat dalam Buku II dan penjelasannya berada dalam
pasal 1131 KUHPerdata yaitu :
Segala kebendaan milik si berutang baik yang bergerak maupun
yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada
dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan
seseorang2.
2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( Burgerlijke Wetboek ), diterjemahkan oleh R. Subekti
dan R. Tjitrosudibio, Cet 8, ( Jakarta : Pradnya Paramitha, 1976 )
3
Berdasarkan pasal 1131 KUHPerdata dapat dikatakan bahwa hak-
hak tagih seorang kreditor dijamin dengan 3:
- Semua barang debitor yang sudah adaartinya yang sudah ada
pada saat utang dibuat.
- Semua barang yang akan ada disini berarti : barang-barang
yang pada saat pembuatan hutang belum menjadi kepunyaan
debitor tetapi kemudian menjadi miliknya. Dengan kata lain
hak kreditor meliputi barang-barang yang akan menjadi milik
debitor, asal kemudan benar-benar menjadi miliknya
- Baik barang bergerak maupun tidak bergerak
Hal diatas menunjukan, bahwa piutang kreditor menindih pada seluruh
harta debitor tanpa kecuali.
Perjanjian mengenai jaminan itu bersifat accesoir maka dari itu
keberadaan perjanjian jaminan tergantung kepada perjanjian pokoknya
yang biasa ditemukan dalam perjanjian hutang piutang4. Terdapat akibat
hukum terhadap perjanjian jaminan yaitu (1) keberadaan dan hapusnya
tergantung pada perjanjian pokok, (2) apabila perjanjian pokok batal, maka
perjanjian tambahan pun ikut batal, (3) jika perjanjian pokok beralih, maka
perjanjian tambahan ikut beralih, (4) jika perjanjian pokok beralih karena
3 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, ( Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2007 ),
hal 4 4 Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata : Hak-Hak Yang Memberi Jaminan Jilid 2,
( Jakarta : IHC, 2009 ), hal 7
4
cessie, subrogatie maka perjanjian tambahan juga beralih tanpa
penyerahan khusus.
Didalam jaminan terdapat dua macamyaitu jaminan umum dan
jaminan khusus.Jaminan umum dapat ditentukan pengaturannya dalam
pasal 1131 KUHPerdata sedangkan jaminan khusus diatur dalam pasal
1132 KUHPerdata.Jaminan umum merupakan jaminan yang diberikan
bagi kepentingan semua kreditor dan menyangkut semua harta kekayaan
debitor.Benda jaminan itu tidak ditunjuk secara khusus dan tidak
diperuntukan untuk kreditor, dan hasil penjualan dari jaminan ini dibagi-
bagi diantara para keditor seimbang sesuai dengan jumlah
piutangnya5.Karena pengaturan didalam jaminan umum dalam pasal 1131
KUHPerdata dirasakan kurang kuat dan tidak cukup karena kekayaan
debitor bisa habis ataupun berkurang dan kekayaan debitor juga berlaku
bagi semua kreditor, jadi terdapat kemungkinan ada salah satu kreditor
atau sebagain kreditur yang tidak mendapat bagian.Maka dari itu Undang-
Undang memungkinkan adanya jaminan khusus yang diatur dalam 1132
KUHPerdata. Sedangkan dalam jaminan khusus terdapat dua cara yaitu
pertama kreditor dapat meminta benda – benda tertentu milik debitor
untuk djadikan sebagai jaminan hutang atau kedua kreditor dapat meminta
bantuan pihak ketiga untuk menggantikan kedudukan debitor dalam
membayar hutang debitor kepada kreditor.Didalam jaminan khusus terbagi
lagi menjadi dua jaminan yaitu pertama jaminan kebendaan yang dapat
5Herlindah , Macam-Macam Jaminan, http://herlindahpetir.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/HJ-3-
MACAM-JAMINAN.pdf, diakses tanggal 15 Juli 2015 pukul 06.00
5
dilakukan dengan gadai, fidusia, hipotik, dan hak tanggungan.Sedangkan
kedua, jaminan perorangan yang dapat dilakukan melalui perjanjian
penanggungan misalnya borgocht, garansi, dan lain-lain.
Berkaitan dengan pemberian guarantee yang biasanya diminta oleh
perbankan dalam pemberian kredit bank maka seorang penjamin atau
penanggung yang memberikan personal guarantee atau perusahaan yang
memberikan corporate guarantee dapat dimohonkan untuk dinyatakan
pailit6.Dalam suatu hubungan antara kreditor dan debitor dapat pula
muncul pihak ketiga sebagai penanggung atas suatu kewajiban
keuangan.Pihak ketiga ini hadir sebagai orang yang bertindak sebagai
penanggung demi terselenggaranya kesepakatan antara debitor dan
kreditor.Adanya penanggung atau personal guarantee sebagai jaminan
bahwa pihak ketiga ini bersedia dalam menganggung hutang debitor
apabila debitor tidak dapat membayar kewajibannya.Seorang debitor
kadangkala membutuhkan personal guarantee untuk dapat mencapai
kesepakatan dalam suatu transaksi.Penanggung disini berperan sebagai
pihak ketiga yang dapat memberikan jaminan kepada kreditor.Kreditor
dalam perjanjian kredit misalnya mensyaratkan adanya penanggung
sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh debitor dalam
pengajuan suatu kredit.Pengertian penanggungan hutang menurut Pasal
1820 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah :
6Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan : Memahami Undang-Undang No 37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan ,( Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2010 ), hal 97
6
Suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna
kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatan si berutang manakala orang ini sendiri tidak
memenuhinya.
Adanya seorang personal guarantee juga dapat memberikan
keuntungan terhadap pihak kreditor sebagai orang yang memberikan uang
atau mempunyai hak tagih.Selama ini sering tidak disadari baik oleh
penanggung maupun oleh para pengusaha bahwa seorang personal
guaranteedapat mempunyai konsekuensi hukum yang jauh apabila
seorang personal guarantee itu tidak dapat melaksanakan
kewajibannya.Banyak yang merasa bahwa menjadi seorang personal
guarantee itu hanyalah memberikan ikatan moral saja bagi
penanggungnya.Namun pada kenyataanya menjadi penanggung dapat
dinyatakan pailit oleh pengadilan dan tidak dapat lagi melakukan bisnis
untuk dan atas nama pribadi. Suatu penanggungan hutang mempunyai
beberapa unsur yaitu 7:
a) Penanggungan hutang adalah suatu bentuk perjanjian berarti
sahnya penanggungan utang tidak terlepas dari sahnya perjanjian
yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata
7Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Penanggungan Utang dan Perikatan Tanggung
Menanggung , ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ), hal 13
7
b) Penanggungan hutang melibatkan keberadaan suatu hutang yang
terlebih dahulu ada. Hal ini berarti tanpa keberadaan utang yang
ditanggung tersebut, maka penanggungan utang tidak pernah ada
c) Penanggungan utang dibuat semata-mata untuk kepentingan
kreditor dan bukan untuk kepentingan debitor
d) Penanggungan hutang hanya mewajibkan penanggung memenuhi
kewajibannyakepada kreditor manakala debitor telah terbukti tidak
memenuhi kewajiban atau prestasi atau kewajibannya
Seorang personal guarantee mempunyai tanggung jawab yang
besar apabila debitor tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang
diperjanjikan dengan kreditor, hal ini dapat mengakibatkan kepailitan
penanggung.Kasus mengenai kepailitan personal guarantee ini
melatarbelakangi Penulis untuk melakukan penelitian.Berdasarkan kasus
diatas penulis merasa ingin tahu dan ingin menganalisis dari tingkat
pertama pengadilan hingga peninjauan kembali dalam. Kasus tersebut
terdapat dalam Putusan Nomor : 04/ Pailit/ 2012/PN. NIAGA. SMG jo
Nomor : 570 K/Pdt.Sus/2012 joNomor : 65 PK/ Pdt.Sus-Pailit/2013. Kasus
ini merupakan kasus antara PT Orix Indonesia Finance selaku Pemohon
Pailit melawan Sindu Dharmali sebagai Termohon Pailit. Dalam kasus ini
Pemohon Pailit meminta agar Termohon pailit dipailitkan karena
Termohon Pailit selaku personal guranteedari PT Palur Raya telah
menandatangani perjanjian dengan Pemohon pailit untuk perjanjian sewa
guna usaha dengan hak opsi. Berdasarkan perjanjian tersebut, Termohon
8
Pailit telah secara sadar mau menanggung seluruh kewajiban dari PT Palur
Raya Indonesia apabila PT Palur Raya tidak melaksanakan
kewajibannya.Dan saat menandatangani perjanjian ini, Termohon pailit
melepaskan hak istimewanya selaku penjamin dan dapat dinyatakan pailit
apabila telah memenuhi syarat-syarat sederhana kepailitan. Pada saat
pemohon pailit mengajukan gugatan kepailitan terhadap Termohon pailit,
PT Palur Raya sudah terlebih dahulu dinyatakan pailit oleh Pengadilan
Niaga Semarang namun pada saat pembagian asset PT Palur Raya,
Pemohon pailit ( PT Orix Indonesia Finance ) tidak mendapatkan
pembagian hasil oleh kurator dikarenakan harta kekayaan PT Palur Raya
hanya mencukupi untuk membayar biaya kepailitan dan kreditur preferen
serta kreditur separatis. Maka dari itu Pemohon pailit meminta
pertanggung jawaban dari Termohon selaku personal gurantee. Pemohon
pailit sempat mengirimkan surat peringatan kepada termohon pailit namun
termohon pailit tidak menanggapinya dengan itikad baik. Didalam kasus
ini, putusan Majelis Hakim pada tingkat pertama memutuskan
mengabulkan gugatan dari Pemohon pailit ( PT Orix Indonesia Finance )
sehingga Termohon pailit ( Sindhu Dharma ) dinyatakan pailit. Namun
putusan Majelis Hakim pada tingkat kasasi yang diajukan oleh Sindu
Dharmali ( Pemohon Kasasi ) ditolak oleh Majelis Hakim, dan putusan
Majelis Hakim pada tingkat Peninjauan Kembali yang diajukan oleh
Sindhu Dharma juga ditolak oleh Majelis Hakim.
9
Mengenai kasus personal guaranteeinilah Penulis tertarik untuk
mengetahui lebih jauh lagi mengenai tanggung jawab dan akibat hukum
sebagai Personal Guaranteedalam kepailitan. Oleh karena itu penulis
mengangkatnya menjadi sebua karya tulis dengan judul
“ TANGGUNG JAWAB DAN AKIBAT HUKUM PERSONAL
GUARANTEEDI DALAM HUKUM KEPAILITAN INDONESIA“
1.2. Rumusan Masalah
Setelah mengulas latar belakang permasalahan diatas, selanjutnya
dapat dirumuskan dua masalah pokok yang akan penulis bahas sebagai
berikut :
1. Bagaimana ketentuan hukum Personal Guarantee didalam
hukum kepailitan Indonesia ?
2. Bagaimana pertanggung jawaban personal guarantee apabila
debitor pailit tidak memenuhi kewajiban kepada kreditor ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Menganalisis ketentuan hukum Personal Guarantee didalam
hukum kepailitan Indonesia.
10
2. Menganalisis pertanggung jawaban personal guarantee apabila
debitor yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya terhadap
kreditor.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari dua segi yaitu :
1. Segi akademis
Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari segi akademis yaitu
dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang ilmu
hukum dan secara khusus pada bidang hukum kepailitan yang
berkenaan dengan tanggung jawab dan akibat hukum terhadap
personal guarantee dalam kepailitan.
2. Segi Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
pemerintah untuk dapat memperjelas kembali tanggung jawab dan
akibat hukum terhadap personal guarantee dalam kepailitan dan
membuat kembali produk perundang-undangan yang dapat
menciptakan keadilan dan kepastian hukum dalam penyelanggaran
peradilan di Indonesia.
11
1.5. Sistematika Penulisan
Demi mempermudah pembahasan dalam tulisan ini, maka penulis
mengorganisasi skripsi ini kedalam bagian – bagian berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Isi dari bab ini merupakan gambaran dari bab – bab selanjutnya
yang akan saling berkaitan untuk mendukung tema pokok dari skripsi ini
yang meguraikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab dua ini mencakup dua sub-bab yang terdiri dari landasan
teoritis dan landasan konseptual. Kedua sub-bab tersebut menjabarkan
mengenai pengertian seputar kepailitan, jaminan pada umumnya, dan
personal guarantee, sehingga dapat dijadikan kerangka berpikir dan
landasan hukum dalam penelitian skripsi ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian yang
digunakan oleh penulis, beberapa pendekatan yang dipakai dalam
penulisan skripsi, cara dalam memperoleh bahan penelitian, sifat analisis
penelitian dan hambatan – hambatan dan penanggulangannya.
12
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
Dalam bab ini diuraikan mengenai jawaban dari rumusan masalah
yang telah ditentukan dalam Bab II. Bab ini menguraikan hasil penelitian
yang diperoleh berdasarkan ketentuan yang berkaitan dengan pembahasan,
pemikiran kerangka kedepan serta konklusi, hasil penelitian tersebut akan
dianalisis dan akan dilihat kesesuaiannya dengan teori yang diajukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir dalam skripsi ini, penulis memberikan kesimpulan
dari hasil penelitian yang telah dibahas mulai dari Bab I hingga Bab IV
dan disertai pula dengan saran yang diberkan oleh penulis.