bab 1 pendahuluan

5
BAB 1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Mycobacterium Tuberculosis merupakan jenis bakteri basil yang berbentuk batang dan bersifat tahan asam. Tuberkulosis paru ditularkan melalui transmisi udara. Individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin yang melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100µ) dan droplet kecil (1 sampai 5 µ) (Smeltzer & Bare, 2001). Tuberkulosis paru menjadi masalah kesehatan global, hal ini berdasarkan data World Health Organization (WHO). Jumlah kasus Tuberkulosis paru pada Tahun 2011 tercatat kisaran antara 8,3-9,0 juta kasus secara global setara dengan 125 kasus per 100.000 penduduk (Global TB report, 2012). WHO mencanangkan penyakit Tuberkulosis Paru sebagai “Global Emergency”. Indonesia memiliki jumlah kasus terbesar ke-4 dari 22 negara setelah China, India, Amerika dan Indonesia peringkat ke-9 dari 27 negara Multi Drugs Resistant (MDR-TB) di dunia (Dinkes Jawa Timur, 2012). Diperkirakan 98% kematian Tuberkulosis Paru didunia, terjadi pada negara-negara berkembang (Kemenkes RI, 2011).

Upload: mifta-dwi-imaniah

Post on 21-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 Pendahuluan

BAB 1. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Mycobacterium Tuberculosis

merupakan jenis bakteri basil yang berbentuk batang dan bersifat tahan asam.

Tuberkulosis paru ditularkan melalui transmisi udara. Individu terinfeksi melalui

berbicara, batuk, bersin yang melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100µ)

dan droplet kecil (1 sampai 5 µ) (Smeltzer & Bare, 2001).

Tuberkulosis paru menjadi masalah kesehatan global, hal ini berdasarkan data

World Health Organization (WHO). Jumlah kasus Tuberkulosis paru pada Tahun

2011 tercatat kisaran antara 8,3-9,0 juta kasus secara global setara dengan 125

kasus per 100.000 penduduk (Global TB report, 2012). WHO mencanangkan

penyakit Tuberkulosis Paru sebagai “Global Emergency”. Indonesia memiliki

jumlah kasus terbesar ke-4 dari 22 negara setelah China, India, Amerika dan

Indonesia peringkat ke-9 dari 27 negara Multi Drugs Resistant (MDR-TB) di

dunia (Dinkes Jawa Timur, 2012). Diperkirakan 98% kematian Tuberkulosis Paru

didunia, terjadi pada negara-negara berkembang (Kemenkes RI, 2011).

Indonesia sebagai negara berkembang dengan kasus Tuberkulosis paru yang

mengakibatkan kematian ke-2 setelah Kardiovaskuler. Setiap tahunnya di

Indonesia terdapat 450.000 kasus Tuberkulosis Paru semua usia dengan 64.000

jiwa mengalami kematian (Dinkes Jawa Timur, 2012). Jember merupakan

kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki kasus Tuberkulosis Paru

tertinggi setelah Kodya Surabaya (Dinkes Jawa Timur, 2012). Hal ini

diinterpretasikan dengan Case Natification Rate (CNR) Kabupaten Jember dari

tiga tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 sebesar 111,13% per 100.000

penduduk, tahun 2011 sebesar 124,27% per 100.000 penduduk, dan pada tahun

2012 sebesar 127,43% per 100.000 penduduk.

Kelurahan Bintoro merupakan salah satu dari 8 kelurahan yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Patrang dengan jumlah penduduk 92.202 jiwa. Penderita

Page 2: BAB 1 Pendahuluan

TB di Kelurahan Bintoro sejak bulan Januari sampai dengan Juli 2014 sebanyak

13 orang. Lingkungan Perbal terdapat 2 penderita TB dan Semenggu terdapat 2

penderita TB. Hal ini sangat berisko tinggi penularannya ke masyarakat.

TB tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga masalah sosial,

keterlibatan berbagai pihak dan sektor dalam masyarakat dalam penanggulangan

TB. Sosialisasi dan advokasi program penanggulangan TB perlu dilaksanakan ke

berbagai pihak dengan tujuan memperoleh dukungan. Program penanggulangan

TB di Jawa Timur dengan strategi DOTS secara operasional telah dilaksanakan

dan pencapaian angka indikator-indikator program dari tahun ke tahun terus

menunjukkan peningkatan. Pelaksanaan penaggulangan TB mempunyai masalah

yaitu menekan angka kegagalan pengobatan penderita dan masih kurangnya

penemuan suspect penderita TB paru

Ketidakberhasilan pengobatan adalah karena tidak teraturnya penderita minum

obat. Ketidakteraturan minum obat terutama sebagai akibat dari peran pengawas

minum obat (PMO) yang kurang efektif, keterjaukauan terhadap pelayanan

kesehatan, tingkat pengetahuan penderita yang masih kurang sehingga kurang

memahami pentingnya berobat secara teratur. Masih rendahnya cakupan

pengobatan TB atau masih kurangnya penemuan suspek penderita adalah karena

masih kurangnya pengetahuan sosialisasi program penanggulangan TB pada

masyarakat.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menganalisa program puskesmas

untuk menentukan strategi meningkatkan penaggulangan TB paru. Analisa yang

dipakai adalah analisa SWOT yang dimana analisa ini menggunakan evaluasi

internal dan eksternal untuk menentukan program yang akan dilakukan untuk

menaggualangi permasalahan tersebut.

1. 2 Tujuan

Adapun tujuan dari analisa ini adalah:

1. Menganalisis program puskesmas dengan program kesehatan nasional.

2. Menganalisa program puskesmas dengan analisis SWOT

3. Menentukan peneyelesaian masalah terhadap program puskesmas

Page 3: BAB 1 Pendahuluan

1. 3 Manfaat

a. Manfaat bagi puskesmas

1) Membatu puskesmas menganalisa program P2M TB puskesmas;

2) Mengetahui analisa dari program P2M TB dari puskesmas;

3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas dari pelayanan dari program

P2M TB puskesmas.

b. Manfaat bagi masyarakat

1) Meningkatkan keinginan masyarakat dalam berpartisipasi dalam

kesuksesan dalam program nasional pemberantasan TB

c. Manfaat bagi mahasiswa

1) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis program

puskesmas dengan analisa SWOT;

2) Meningkatkan kerjasama anatara mahasiswa dengan puskesmas

untuk mencapai program nasional pemberantasan TB