bab 1 pendahuluan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab1/2009-2-00454-ti...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia dipenuhi dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dalam dunia industri
juga terasa semakin meningkat dan bersaing menuju ke arah persaingan global.
Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan
untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah
dengan mengoptimalkan proses produksi, dimana kualitas produk yang dihasilkan,
pemeliharaan mesin yang baik, dan waktu produksi yang singkat harus diperhatikan
secara lebih khusus sehingga perusahaan dapat memberikan yang terbaik kepada para
konsumennya.
Dengan mengoptimalkan proses produksi, khususnya pada mesin, maka
perusahaan dapat meminimasi adanya produk cacat. Secara garis besar, ada beberapa
hal yang mempengaruhi adanya produk cacat yang dihasilkan oleh suatu perusahaan,
mulai dari bahan baku, proses permesinan, mesin itu sendiri, manusia (operator), dan
hal-hal lainnya. Hal-hal tersebut harus diatur secara baik, karena akan mempengaruhi
hasil akhir dari produk tersebut, apakah produk tersebut gagal atau produk tersebut
berhasil memenuhi spesifikasi atau standar yang ada.Selain itu, biaya yang
dikeluarkan pun sesuai dengan yang dibutuhkan dan pada akhirnya dapat
2
memaksimalkan penggunaan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan
tersebut.
Dalam dunia industri manufaktur saat ini, sebagian besar proses produksi juga
sudah dilakukan dengan menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia.
Dimana dengan menggunakan mesin, proses produksi dapat dilakukan dalam jumlah
yang lebih banyak, dalam waktu yang lebih singkat, dan dengan konsistensi yang
lebih baik. Tetapi penggunaan mesin untuk jangka waktu yang lama dan terus-
menerus tentunya akan menyebabkan berkurangnya performance mesin, yang akan
berdampak pada kualitas dari produk yang dihasilkan. Dan jika kondisi mesin tidak
cepat diperbaiki, tentunya tidak hanya berdampak pada kualitas dari produk saja,
tetapi akan dapat menyebabkan terhentinya proses produksi. Jika ada proses produksi
yang terhenti, akan menimbulkan kerugian pada pihak perusahaan baik dari waktu
ataupun biaya. Oleh karena itu, kondisi mesin juga merupakan hal yang cukup
penting untuk diperhatikan. Untuk menjamin agar mesin dapat beroperasi dengan
baik dan optimal diperlukan suatu sistem perawatan yang baik dan terencana. Oleh
karena itu, perusahaan berupaya melakukan upaya pemeliharaan peralatan secara
produktif. Aktivitas pemeliharaan tersebut secara umum mencakup kegiatan
pengecekan, pembersihan, pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi atas
kerusakan-kerusakan, penggantian spare part (suku cadang komponen), dan
sebagainya. Mesin yang selalu dalam keadaan baik akan memiliki performance yang
baik pula, sehingga produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik yang
sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan dan konsumen.
3
Penggantian spare part juga harus mendapatkan perhatian dari perusahaan.
Karena jika pada saatnya komponen mesin tersebut harus diganti, suku cadang
komponen tersebut sudah tersedia, sehingga proses penggantian komponen
berlangsung cepat dan tidak menyebabkan proses produksi terhenti lama. Dengan
adanya persediaan suku cadang komponen tersebut, maka perusahaan harus
mengeluarkan biaya yang terdiri dari biaya pesan dan biaya simpan. Tentunya biaya
tersebut harus seminimal mungkin, yang salah satu caranya adalah dengan
memperhitungkan kapan perusahaan harus memesan dan berapa banyak jumlah suku
cadang komponen yang harus dipesan.
Penjadwalan produksi khususnya penjadwalan mesin juga merupakan bagian
penting dalam suatu proses produksi. Dengan penjadwalan yang baik maka waktu
proses produksi juga akan berjalan lebih singkat karena waktu idle (waktu
menganggur) juga berkurang. Dan dengan waktu proses produksi yang lebih singkat,
maka diharapkan perusahaan dapat menyelesaikan pesanan konsumen dengan tepat
waktu.
PT SUCACO Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan
berbagai macam kabel. Adapun permasalahan minimasi produk cacat, pemeliharaan
mesin, pemesanan suku cadang, dan penjadwalan mesin yang akan dibahas
diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi PT SUCACO Tbk sebagai
informasi atau perbaikan untuk perencanaan produksi yang lebih baik.
4
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
PT. SUCACO Tbk merupakan satu industri yang menghasilkan produk –
produk kabel dengan berbagai jenis spesifikasi. Salah satu produk kabel yang
dihasilkan di PT. SUCACO Tbk adalah Telephone Cable. Telephone Cable
mempunyai 3 jenis produk yaitu Indoor Cable (Kabel telepon rumah), Duct Cable
(Kabel telepon dalam tanah), dan Aerial Cable (Kabel telepon di udara).
Permasalahan teridentifikasi pada jenis produk Indoor Cable, dimana Indoor Cable
terdiri dari 5 jenis yaitu 10 pair, 20 pair, 30 pair, 40 pair dan 50 pair. Secara umum
proses produksi pada Indoor Cable terdiri atas 5 proses produksi yaitu proses
drawing/insulation, proses quadding, proses cabling, proses wrapping, dan proses
sheating. Masing-masing proses ini saling berkaitan membentuk suatu lini produksi
dan memiliki jenis mesin yang berbeda-beda sesuai dengan kegiatan produksinya.
Untuk proses produksi drawing/insulation menggunakan jenis mesin TEX 5000MB,
proses quadding menggunakan mesin TQD 500TH, proses cabling menggunakan
mesin TDT 16TA, proses wrapping menggunakan mesin TTP 2,5CA, dan proses
sheating menggunakan mesin TEX 120NC.
Dalam kegiatan produksi tentunya terdapat faktor – faktor yang
mempengaruhi produk yang tidak sesuai dengan karakteristik mutunya sehingga pada
saat pengendalian kualitas, produk yang dihasilkan memiliki kuantitas kecacatan
yang meningkat. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kecacatan yang
menyebabkan insulation resistant (IR) rendah pada produk Indoor Cable adalah
faktor mesin. Dimana ukuran setting mesin yang digunakan sangat mempengaruhi
5
kecacatan pada produk yang dihasilkan. Oleh karena itu keakuratan pada
penyettingan mesin yang tepat harus diperhatikan lebih teliti lagi.
Karena sebagian besar proses produksi dilakukan dengan menggunakan
tenaga mesin, maka faktor pemeliharaan mesin merupakan salah satu hal yang sangat
penting untuk diperhatikan, sebab akan berpengaruh terhadap kelancaran proses
produksi secara keseluruhan. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa
maintenance merupakan salah satu bagian pada perusahaan yang memiliki peran
yang sangat penting. Sedangkan pada kenyataannya, kegiatan maintenance yang
dilakukan pada perusahaan, hanya sebatas kegiatan perbaikan pada mesin yang
mengalami kerusakan saja. Tentu saja hal ini akan berdampak pada terhentinya
proses produksi secara keseluruhan serta dapat juga menyebabkan kecacatan pada
produk. Tingginya frekuensi breakdown mesin menjadi perhatian khusus bagi
departemen maintenance untuk mencari solusi pemeliharaan mesin yang lebih baik
dengan melakukan tindakan preventive maintenance sehingga perusahaan dapat
mencegah atau meminimalisasi kemungkinan terjadinya kerusakan mesin
(breakdown) sewaktu proses produksi berlangsung.
Selain penerapan preventive maintenance yang teratur, diperlukan juga suatu
sistem persediaan (teknik lotting) atau inventory dari komponen dari mesin tersebut
agar pada saat mesin tersebut mengalami pergantian komponen, komponen telah
tersedia dan siap pakai. Selain itu teknik lotting untuk menentukan persediaan
komponen sebaiknya menggunakan teknik lotting yang optimum sehingga biaya yang
dikeluarkan oleh pihak perusahaan minimum.
6
Banyaknya produk indoor Cable yang dihasilkan pada PT.SUCACO Tbk
tentunya dibutuhkan suatu strategi penjadwalan dalam produksi yang baik karena
waktu produksi serta kuantitas pemesanan pada setiap jenis kabel berbeda – beda.
Penjadwalan pada proses produksi ini bertujuan untuk meminimasi total waktu
penyelesaian seluruh produk pada proses produksi.
Dari permasalahan pada PT.SUCACO Tbk yang telah diidentifikasi, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
• Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi proses permesinan pembuatan
selubung pada indoor cable 10 pair dengan material Polyvinyl Chloride (PVC) ?
• Berapa nilai kombinasi setting mesin yang paling optimal dari faktor - faktor yang
mempengaruhi proses permesinan pembuatan selubung pada indoor cable 10 pair
dengan material Polyvinyl Chloride (PVC) ?
• Bagaimana proporsi jumlah produk Indoor Cable 10 pair yang memiliki
insulation resistant (IR) rendah sebelum penerapan setting optimal dibandingkan
dengan setelah penerapan setting optimal ?
• Berapa besarnya biaya kerugian serta penghematan biaya yang dialami PT
SUCACO Tbk sebelum percobaan dibandingkan dengan setelah percobaan ?
• Mesin apa yang tergolong sebagai mesin yang memiliki tingkat breakdown paling
sering pada lini produksi indoor cable ?
7
• Komponen apa yang tergolong sebagai komponen kritis pada mesin kritis
berdasarkan prinsip pareto ?
• Apa jenis distribusi komponen kritis yang didapatkan dari perhitungan data waktu
kerusakan (TTF) berdasarkan data historis periode waktu bulan September 2008 –
bulan Februari 2009 ?
• Berapa waktu antar kerusakan (MTTF) pada komponen kritis ?
• Berapa waktu perbaikan rata-rata (MTTR) pada komponen kritis ?
• Berapa % peningkatan reliability untuk komponen kritis dengan adanya
penerapan preventive maintenance ?
• Berapa % penghematan biaya (cost saving) untuk komponen kritis dengan adanya
penerapan preventive maintenance ?
• Apa yang menjadi akar penyebab terjadinya breakdown berdasarkan analisa RCA
(Root Cause Analysis) ?
• Berapa hasil estimasi frekuensi breakdown (bulan Maret 2009 – bulan Agustus
2009) untuk komponen kritis?
• Berapa ukuran lot pemesanan dan total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
komponen kritis pada 6 periode ke depan (bulan Maret 2009 – bulan Agustus
2009) ?
• Bagaimana urutan job yang harus dikerjakan untuk memenuhi pesanan dan total
waktu penyelesaian seluruh job (makespan)?
8
1.3 Ruang Lingkup
Dalam menyelesaikan perumusan masalah diatas, adapun metode
penyelesaian yang dibahas adalah masalah minimasi produk cacat dengan
menggunakan metode Taguchi, masalah pemeliharaan mesin dengan menggunakan
metode Preventive Maintenance, masalah pemesanan suku cadang komponen dengan
menggunakan metode teknik lotting Wagner Within, masalah penjadwalan mesin
dengan menggunakan metode Gupta.
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan memiliki arah dan
tujuan yang lebih jelas dalam melakukan pembahasan skripsi ini, maka ruang lingkup
untuk pembahasan skripsi ini dibatasi pada :
• Observasi dilakukan pada mesin-mesin di lini produksi indoor cable.
• Untuk minimasi produk cacat, difokuskan pada jenis indoor cable 10 pair pada
proses permesinan sheating, dimana pada jenis kabel dan proses permesinan
tersebut, produk kabel cacat (memiliki IR rendah) paling banyak dihasilkan.
• Data breakdown dan downtime mesin dan komponen merupakan data breakdown
dan downtime bulan September 2008 – bulan Februari 2009.
• Untuk pembahasan selanjutnya hanya dilakukan untuk mesin dan komponen yang
tergolong kritis.
• Data downtime hanya pada saat mesin berhenti beroperasi saja (rusak), tidak
termasuk pada saat setting.
9
• Tidak membahas mengenai kemungkinan terjadinya faktor kelalaian manusia
(Human Error) saat pengoperasian mesin berlangsung pada masa yang akan
datang.
• Data permintaan untuk pemesanan suku cadang komponen kritis merupakan data
estimasi breakdown dengan simulasi Monte Carlo bulan Maret 2009 - bulan
Agustus 2009.
• Untuk penjadwalan mesin, terdiri dari 5 mesin produksi dengan produk indoor
cable 10 pair, 20 pair, 30 pair, 40 pair, 50 pair sebagai job-nya, dengan kriteria
minimum makespan (total waktu penyelesaian seluruh job dengan waktu yang
minimum).
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Tujuan dari pembahasan skripsi ini adalah :
• Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi proses permesinan
pembuatan selubung pada indoor cable 10 pair dengan material PVC.
• Untuk mengetahui nilai kombinasi setting mesin yang paling optimal dari
faktor-faktor yang mempengaruhi proses permesinan pembuatan selubung
pada indoor cable 10 pair dengan material PVC.
10
• Untuk mengetahui proporsi jumlah produk indoor cable 10 pair yang
memiliki IR (Insulation Resistant) rendah sebelum penerapan setting
optimal dibandingkan dengan setelah penerapan setting optimal.
• Untuk mengetahui besarnya kerugian serta penghematan biaya yang
dialami PT SUCACO Tbk sebelum percobaan dibandingkan dengan
setelah percobaan.
• Untuk mengetahui mesin yang memiliki tingkat breakdown paling sering
pada lini produksi indoor cable.
• Untuk mengetahui komponen yang tergolong sebagai komponen kritis
pada mesin kritis berdasarkan prinsip pareto.
• Untuk mengetahui jenis distribusi komponen kritis yang didapatkan dari
perhitungan data waktu kerusakan (TTF) berdasarkan data historis periode
waktu bulan September 2008 – bulan Februari 2009.
• Untuk mengetahui waktu antar kerusakan (MTTF) pada komponen kritis.
• Untuk mengetahui waktu perbaikan rata-rata (MTTR) pada komponen
kritis.
• Untuk mengetahui % peningkatan reliability untuk komponen kritis
dengan adanya penerapan preventive maintenance.
• Untuk mengetahui % penghematan biaya (cost saving) untuk komponen
kritis dengan adanya penerapan preventive maintenance.
11
• Untuk mengetahui yang menjadi akar penyebab terjadinya breakdown
berdasarkan analisa RCA (Root Cause Analysis).
• Untuk mengetahui hasil estimasi frekuensi breakdown (bulan Maret 2009
– bulan Agustus 2009) untuk komponen kritis.
• Untuk mengetahui ukuran lot pemesanan dan total biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk komponen kritis pada 6 periode ke depan (bulan Maret
2009 – bulan Agustus 2009).
• Untuk mengetahui urutan job yang harus dikerjakan untuk memenuhi
pesanan dan mengetahui total waktu penyelesaian seluruh job (makespan).
1.4.2 Manfaat
Manfaat dari pembahasan skripsi ini adalah :
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi PT SUCACO Tbk, sebagai masukan
hasil evaluasi dan analisa pertimbangan dalam membuat kebijakan-
kebijakan di masa mendatang dalam hal minimasi produk cacat yang
berupa kombinasi setting mesin yang paling optimal, sistem pemeliharan
mesin yang berupa preventive maintenance, pemesanan suku cadang
komponen kritis dengan biaya yang paling minimum, penjadwalan mesin
dengan waktu penyelesaian seluruh job yang paling minimum.
12
2. Bagi universitas
Penelitian ini dapat menambah daftar pustaka bagi Universitas Bina
Nusantara khusunya jurusan Teknik Industri.
3. Bagi penulis
Penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman dan pengetahuan
serta wawasan penulis, sebagai sarana untuk mengaktualisasikan teori dan
ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan lingkungan dunia kerja
yang sesungguhnya.
1.5 Gambaran Umum Perusahaan
1.5.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Perseroan didirikan tanggal 9 November 1970 di Jakarta dengan nama PT.
SUPREME CABLE MANUFACTURING & COMMERCE (PT SUCACO Tbk)
berdasarkan akte Notaris Eliza Pondag, No. 9 Notaris di Jakarta yang disahkan oleh
Menteri Kehakiman dengan keputusan No. : J.A.5/104/8 pada tanggal 28 Juli 1971
dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta No. 2230 tanggal 28 Juli
1971 serta dimuat dalam tambahan No. 419 dari berita Negara Republik Indonesia
No. 73 tanggal 10 September 1971, dan perubahan anggaran dalam rangka
memasyarakatkan saham (go public) dilaksanakan dengan akte notaries Ny. Kartini
Mulyadi, SH No. 286 tanggal 31 Mei 1982, yang telah disahkan dengan surat
Keputusan Menteri Kehakiman No. 4.A.5/407/25 tanggal 1 Juni 1982.
13
PT SUCACO Tbk menjalankan usahanya dalam rangka Undang-undang No.
6 tahun 1968, Undang-undang No. 12 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri.
Sebelum perusahaan ini didirikan, untuk konsumsi dalam negeri ± 18 tahun
yang lalu di import bermacam-macam kabel listrik dan telekomunikasi. Menyadari
bahwa kebutuhan Indonesia semakin meningkat dan didukung pula oleh ajakan
pemerintah dengan adanya Undang-undang No. 6/1968, maka didirikan Perusahaan
Pabrik Kabel yang terbesar dan pertama pada saat itu, diatas tanah seluas 10 Ha di
daerah Kalideres, Jakarta Barat.
Pada tahun permulaan setelah berdirinya, produksi yang dihasilkan
perusahaan ini terdiri dari kabel-kabel listrik tegangan rendah dan formika. Kemudian
sejalan dengan kemampuan dan pengalaman perusahaan asing terkemuka seperti
antara lain dengan :
The Furukawa Electric Company Ltd. Japan
Sumitomo Electric Industries Ltd. Japan
I.E.S.C New York USA
Maka sejak tahun 1975, PT SUCACO Tbk dapat memproduksi sendiri kabel
telepon, kabel listrik sampai dengan 15 kV (tahun 1976), kabel enamelled (tahun
1977), kabel konduktor aluminium (tahun 1976), dan pada tahun 1981 PT SUCACO
Tbk telah mampu produksi kabel listrik tegangan menengah dan tinggi dengan 77 kV.
Hasil karya ini semata-mata dikerjakan langsung oleh tenaga Indonesia (tidak
terdapat tenaga asing dalam PT SUCACO Tbk sampai saat ini).
14
Pada awal pendirian modal perusahaan sebesar Rp 1.000.000.000,00 sesuai
dengan perkembangan maka modal perusahaan pada tahun 1982 menjadi Rp
16.000.000.000,00 setelah go public. Di samping itu dalam menjalankan usahanya,
perusahaan mendapatkan Kredit Modal Kerja dari Bank Dagang Negara. PT
SUCACO Tbk juga mempunyai cabang di Surabaya dan Medan.
Berdasarkan surat keputusan BAPEPAM No. 033/PM/1977 tertanggal 21 Juni
1977, PT SUCACO Tbk melaksanakan penawaran umum saham dengan jumlah
saham 4.800.000 lembar saham seharga Rp 4.800.000.000,00 (saham per lembar Rp
1.000,00) dengan perbandingan persentase kepemilikan pemegang saham lama
dengan nilai nominal Rp 4.800.000.000,00 (3%).
Dalam rangka mengembangkan perusahaan, juga diadakan joint venture
bersama perusahaan Jepang mendirikan Pabrik Copper Rod dengan nama PT TMS
(Tembaga Mulia Semanan) pada tahun 1977, dan sejak tahun 1982 telah mendirikan
pula perusahaan Aluminium Rod dengan nama PT SUPREME ALURODIN.
Selain itu, untuk dapat lebih maju dari para pesaingnya (melalui pemanfaatan
teknologi mutakhir serta perencanaan produksi yang seksama), PT SUCACO Tbk
telah menjalin hubungan kerja sama teknologi dengan perusahaan asing lainnya yang
antara lain dari :
Amerika, General Electric, Western, USS Stell, Duppont
Jepang, Kuhara, Hamana, Showa, Nissin Denki
Korea Selatan, Taihan
Jerman, Kabelmetal, Siemens, Rosendhal, AEG, Krupp
15
Inggris, AEI, Babcock
Prancis, Pourtier, Brondel, Pechinery
Switzerland, Maillefer, Cortaloid
Italy, OM Lesmo
Finlandia, Nokia
Taiwan, Pan Pioneer
Saat ini, PT SUCACO Tbk telah menjadi mitra bisnis yang andal di industri
kabel. Lebih dari itu, PT SUCACO Tbk juga merupakan perusahaan dengan posisi
keuangan yang sehat yang mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan
infrastruktur nasional dengan reputasi internasional.
1.5.2 Lokasi Perusahaan
Adapun kantor pusatnya pada saat ini terletak pada Jalan Kebon Sirih No. 71,
Jakarta Pusat. Sedangkan pabriknya terletak di berbagai plant, diantaranya :
Plant Daan Mogot
Plant Daan Mogot merupakan pabrik terbesar yang memproduksi kabel. Pabrik
ini terletak di Jl. Daan Mogot Km 16 Cengkareng, Jakarta 11850. PO Box 6501
JKT 11065. Berdiri di areal tanah seluas 10 Ha dan didukung oleh ± 937
karyawan.
Di Plant ini diproduksi berbagai macam kabel, diantaranya :
o Low Voltage Power Cable
o Telecommunication Cable
16
o Medium and High Voltage Cable
o Enamelled Wire
Plant Bekasi
Plant ini terletak di Jl. Raya Perjuangan Km 2, Kel. Harapan Jaya, Bekasi Utara.
Pada Plant Bekasi, PT SUCACO Tbk memproduksi enameled wire untuk
transformator dan keperluan peralatan elektrik lainnya. Di Plant ini juga
memproduksi Polyviny Formal Copper, Polyster Copper, Polyster-imide Copper,
Tolyurethane Copper.
Plant Cikarang
Plant ini terletak di Jl. Raya Cikarang, Cibarusah Km 7.5 No. 20A, Pasir Koci,
Kec. Cikarang Selatan, Bekasi. Plant ini berdiri sejak tahun 2003 yang khusus
memproduksi kabel-kabel ukuran kecil (small cable) dengan ukuran 2 pairs dan
Telecommunication Cable.
1.5.3 Visi dan Misi Perusahaan
PT SUCACO Tbk sangat menyadari pentingnya pernyataan visi dan misi
perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, PT
SUCACO Tbk telah mencanangkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut :
1.5.3.1 Visi Perusahaan
“Menjadi Perusahaan terkemuka di Asia Tenggara dengan reputasi dan
keandalan global”
17
1.5.3.2 Misi Perusahaan
Mencapai kinerja terbaik diantara produsen sejenis di Indonesia dalam hal
keandalan produk, pangsa pasar, dan profitabilitas.
Memiliki kemampuan operasional dan daya saing yang kuat dalam melayani
pasar internasional atau bebas.
Menjadi bagian dari usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
1.5.4 Kebijakan dan Sasaran Perusahaan Tahun 2009
1.5.4.1 Kebijakan Perusahaan
Mencapai tingkat penjualan dan profibilitas yang terbesar pada industri sejenis di
Indonesia.
Selalu menjaga tingkat standar dan komitmen yang tinggi dalam :
o Pelayanan terhadap pelanggan
o Perancangan dan pelaksanaan produk, material, maupun proses
o Pemastian mutu dan keandalan produk
o Peningkatan efisiensi
Membentuk karakter sumber daya manusia yang :
o Peduli dan responsif terhadap kepuasan pelanggan
o Peduli terhadap peningkatan efisiensi
o Selalu bekerja dalam kebersamaan demi keunggulan
18
1.5.4.2 Sasaran Perusahaan Tahun 2009
Mencapai nilai penjualan sebesar Rp 2.47 triliyun atau senilai dengan kandungan
19.000 ton Cu dan 5.000 ton Al
Mencapai laba kotor 15% dan laba usaha 11%
Mencapai ratio waste bahan baku produksi terhadap pemakain bahan baku
maksimum 1,8%
Mencapai ratio terhadap penjualan :
o Untuk inventory finished good maksimum 55%
o Untuk inventory bahan baku maksimum 25%
Mencapai ratio WIP terhadap penjualan maksimum 13%
Mencapai ratio pemakaian bahan baku terhadap standar maksimum 101,4%
Mencapai minimum KAIZEN per karyawan per bulan melalui proses penerapan
RINGKAS, RAPI, dan RESIK
1.5.5 Falsafah Perusahaan
Falsafah perusahaan PT. SUCACO Tbk tertuang dalam LIMA KOMITMEN
DASAR :
1. KOMITMEN TERHADAP PELANGGAN
Memasok produk bermutu secara tepat waktu dan dengan harga yang bersaing
Memberikan pelayanan yang cepat dan profesional
Menyampaikan informasi yang dapat membantu dalam penggunaan produk
19
Membina dan mempertahankan hubungan yang dilandasi rasa saling
mempercayai
2. KOMITMEN TERHADAP KARYAWAN
Membantu pengembangan pribadi dan profesional setiap karyawan
Memberi penghargaan berdasarkan kinerja dan prestasi
Mengutamakan promosi jabatan dan internal perusahaan
Meningkatkan rasa melu handarbeni (turut memiliki) terhadap perusahaan
3. KOMITMEN TERHADAP PEMEGANG SAHAM
Menjaga dan bertanggung jawab atas aset perusahaan
Menjadikan perusahaan sebagai investasi yang menarik
Mengupayakan tingkat pengembangan usaha yang menguntungkan
Meningkatkan citra perusahaan
4. KOMITMEN TERHADAP REKANAN
Memilih berdasarkan mutu, keandalan, dan harga
Membina rekanan dengan dasar saling menguntungkan untuk kepentingan
jangka panjang
5. KOMITMEN TERHADAP MASYARAKAT
Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
Turut membantu perbaikan masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan
Berpartisipasi dalam pembangunan nasional
20
1.5.6 Layout PT SUCACO Tbk
Gambar 1.1 Layout PT SUCACO Tbk. Daan Mogot
Sumber : PT SUCACO Tbk
21
1.5.7 Layout Plant Telephone Cable (TC)
Gambar 1.2 Layout Plant Telephone Cable
Sumber : PT SUCACO Tbk
22
1.5.8 Manajemen Sumber Daya Manusia
Sistem manajemen merupakan bagian penting pada suatu perusahaan agar
perusahaan tersebut mampu menjalankan perusahaan secara teratur sesuai dengan
struktur organisasinya. Sistem manajemen yang baik akan memperlancar jalannya
usaha dan memudahkan perusahaan untuk dapat mencapai target perusahaan.
1.5.8.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu bagan yang menggambarkan jalur
tanggung jawab pekerjaan dan jalur laporan pertanggungjawaban. Berikut ini adalah
struktur organisasi yang dimiliki oleh PT SUCACO Tbk :
23
Gambar 1.3 Struktur Organisasi
Sumber : PT SUCACO Tbk
24
1.5.8.2 Uraian Jabatan
Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan yang ada pada struktur
organisasi PT. SUCACO adalah :
1. President Director
Uraian jabatan :
Menyusun kebijakan dan peraturan perusahaan
Melakukan pengawasan kepada Vice President Director dan Director
perusahaan
Bertugas memimpin dan bertanggung jawab terhadap kegiatan yang
dilaksanakan atas nama perusahaan di dalam ataupun diluar perusahaan
Mengelola kegiatan operasi perusahaan
2. Vice President Director
Uraian jabatan :
Melakukan pengawasan kepada Director perusahaan
Mengkoordinasi tugas para Director
3. Corporate Secretary
Uraian jabatan :
Mengelola dan menyimpan dokumen-dokumen perusahaan
Menyiapkan dokumen atau persyaratan administrasi perusahaan
25
4. Sales dan Marketing Director
Uraian jabatan :
Menyusun rencana kerja departemen sales dan marketing
Memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan sales dan
marketing
Menganalisa bersama General Manager tentang perkembangan sales dan
marketing serta menentukan strategi perusahaan berdasarkan situasi dan
kondisi pasar
5. Power Cable Manufacturing Director
Uraian jabatan :
Menyusun rencana kerja untuk produksi power cable
Memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan produksi
power cable
Berperan sebagai representator dan membantu direksi utama untuk
menginspirasikan kepemimpinan dan keteladanan dalam
mengimplementasikan program atau kebijakan direksi utama atau perusahaan
Merumuskan kebijakan direktorat
Melaksanakan review dan evaluasi terhadap sasaran departemen
Menetapkan kebijakan, mengendalikan, dan memimpin Plant Manager atau
GM bagian-bagian atau fungsi terkait dalam program-program pengendalian,
26
perbaikan dalam hal efisiensi dan peningkatan OEE (Overall Equipment
Effectiveness) dari mesin-mesin dan peralatan produksi
Dibantu oleh Plant Manager atau GM untuk memonitoring dan menetapkan
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalisasi
biaya produksi
Melaksanakan upaya-upaya peningkatan kapasitas atau kapabilitas produksi
dan tingkat kapabilitas mutu dengan berlandaskan kebijakan perusahaan
6. Small Cable dan Telephone Cable Manufacturing Director
Uraian jabatan :
Menyusun rencana kerja untuk produksi small cable dan telephone cable
Memimpin,mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan produksi small
cable dan telephone cable
Berperan sebagai representator dan membantu direksi utama untuk
menginspirasikan kepemimpinan dan keteladanan dalam
mengimplementasikan program atau kebijakan direksi utama atau perusahaan
Merumuskan kebijakan direktorat
Melaksanakan review dan evaluasi terhadap sasaran departemen
Menetapkan kebijakan, mengendalikan, dan memimpin Plant Manager atau
GM bagian-bagian atau fungsi terkait dalam program-program pengendalian,
perbaiakan dalam hal efisiensi dan peningkatan OEE (Overall Equipment
Effectiveness) dari mesin-mesin dan peralatan produksi
27
Dibantu oleh Plant Manager atau GM untuk memonitoring dan menetapkan
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalisasi
biaya produksi
Melaksanakan upaya-upaya peningkatan kapasitas atau kapabilitas produksi
dan tingkat kapabilitas mutu dengan berlandaskan kebijakan perusahaan
7. Enamelled Wire Director
Uraian jabatan :
Menyusun rencana kerja untuk produksi enamelled wire manufacturing
Memimpin,mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan produksi
enamelled wire manufacturing
Berperan sebagai representator dan membantu direksi utama untuk
menginspirasikan kepemimpinan dan keteladanan dalam
mengimplementasikan program atau kebijakan direksi utama atau perusahaan
Merumuskan kebijakan direktorat
Melaksanakan review dan evaluasi terhadap sasaran departemen
Menetapkan kebijakan, mengendalikan, dan memimpin Plant Manager atau
GM bagian-bagian atau fungsi terkait dalam program-program pengendalian,
perbaikan dalam hal efisiensi dan peningkatan OEE (Overall Equipment
Effectiveness) dari mesin-mesin dan peralatan produksi
28
Dibantu oleh Plant Manager atau GM untuk memonitoring dan menetapkan
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalisasi
biaya produksi
Melaksanakan upaya-upaya peningkatan kapasitas atau kapabilitas produksi
dan tingkat kapabilitas mutu dengan berlandaskan kebijakan preusan
8. Finance dan Accounting Director
Uraian jabatan :
Mengendalikan seluruh aktivitas yang berkaitan dengan keuangan perusahaan
Bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pengolahan data akuntansi dan
memeriksa kebenaran bukti-bukti transaksi
Melaporkan aktivitas keuangan dalam laporan keuangan
9. HRD dan Supporting Director
Uraian jabatan :
Memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi semua karyawan
Menyusun rencana pelatihan seperti pelatihan keselamatan kerja untuk
karyawan
29
10. Manager untuk setiap bagian produksi
Uraian jabatan :
Menetapkan, menyetujui rencana pembebanan mesin beserta tanggal
penyerahan produk jadi
Melakukan monitoring dan evaluasi umum atas kesiapan kebutuhan item-item
untuk terlaksananya order produksi, seperti : kesiapan bahan baku, mesin,
operator dan tools
Memimpin pengevaluasian atas pencapaian hasil proses produksi secara
periodik dan memberikan arahan atau strategi pada bawahannya untuk
memastikan penyelesaian tahap order berikutnya
Melakukan koordinasi, analisa, dan evaluasi atas data kinerja mutu produk
hasil proses
Melakukan koordinasi untuk terlaksananya perbaikan
Melaksanakan evaluasi dan analisa atas kinerja waste
Melakukan tindakan dan melaksanakan perbaikan atas kinerja waste produksi
dimensi dan perbaikan bahan
Memastikan bahwa semua investaris perusahaan yang digunakan pada semua
unit kerja yang ada di departemennya terdaftar dengan baik dan jelas
penanggung jawabnya
Menilai dan mengevaluasi atas aktivitas penyediaan fasilitas serta
pemeliharaan keselamatan dan kebersihan lingkungan kerja dengan
menerapkan 5-R
30
Melakukan pemantauan atas pengaruh proses produksi terhadap keamanan
dan kenyamanan lingkungan.
1.5.8.3 Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja tetap pada PT SUCACO Tbk dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja
Divisi Departemen Jabatan Jumlah Total per
COM DIR GM MGR SPV Staff OPR Divisi
UMUM
General MGMT & COMM 4 6 9 30 3 52
201
MIS (Management Information System) 5 1 1 7 Sales 4 10 6 20 Logistik 5 1 4 10 Personalia DM-GA 1 7 34 42 CSR-Agro 1 4 1 6 PROC. & INV. 2 3 17 22 Finance - Corp.Secr. 4 6 1 11 Accounting 1 4 5 PQA 3 1 4 8 General Utilities 3 15 18
FC-CABLE 13 54 67 67 TC Production TC 18 92 110
PQC - TC 2 5 7 117
LV/BW Production - PE LV 13 114 127
162 Production - BW 7 20 27 PQC LV - BW 3 5 8
MV/HV Production - PE MV 20 136 156 167 PQC - MV 4 7 11
EW Production - PE EW 15 56 71
87 Personalia EW 3 10 13 PIL - EW 2 1 3
IC Production - PQA SC 16 99 115
136 HRD / GASC 1 12 13 PIL - SC 2 6 8
Total 4 6 9 30 148 40 700 937 937 Sumber : PT SUCACO Tbk
31
Karyawan yang bekerja di PT SUCACO Tbk dibagi menjadi tiga, yaitu
karyawan harian lepas, karyawan kontrak, dan karyawan tetap. Karyawan di sini
adalah karyawan yang telah diterima melalui proses perekrutan tenaga kerja, yaitu
dengan melamar, melakukan physco test, interview dengan bagian HRD (Human
Resource Department), dan interview dengan bagian tertentu (bagian yang akan
ditempati). Sedangkan karyawan tetap adalah karyawan yang telah bekerja di PT.
SUCACO minimal 5 tahun atau karyawan yang menempati posisi manager sampai
director. Karyawan kontrak adalah karyawan yang bekerja dengan sistem kontrak,
yaitu dengan terikat surat perjanjian dengan perusahaan. Jika masa kontrak habis,
karyawan ini memiliki kemungkinan tidak lagi bekerja di perusahaan atau tetap
bekerja bila perusahaan memperpanjang masa kontraknya.
Ada beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi saat penerimaan kerja :
• Tidak tersangkut masalah kriminal.
• Ketika penerimaan berusia minimal 18 tahun.
• Berbadan dan berjiwa sehat.
• Memenuhi persyaratan jabatan ketika penerimaan.
• Tidak terikat sebagai karyawan atau manajemen di perusahaan lain yang dapat
merugikan perusahaan.
• Bersedia menaati peraturan-peraturan atau tata tertib yang berlaku di perusahaan.
32
1.5.8.4 Pengaturan Jam Kerja
PT SUCACO Tbk memiliki jam kerja yang berbeda antara kantor dan bagian
produksi. Bagian kantor jam kerja dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00
WIB. Untuk bagian produksi jam kerja diatur berdasarkan shift. Agar lebih jelas
mengenai jam kerja di PT SUCACO Tbk, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2 Jam Kerja Karyawan
Masuk Pulang Mulai Selesai07.00 16.00 11.00 12.0008.00 17.00 12.00 13.0009.00 18.00 12.00 13.00
shift I 07.00 15.30 11.00 12.00shift II 15.00 23.30 18.00 19.00
(pola 5 hari) shift III 23.00 07.30 02.00 03.00non shift 08.00 16.00 12.00 13.00
shift I 07.00 15.00 11.00 12.00shift II 15.00 23.00 18.00 19.00
(pola 6 hari) shift III 23.00 07.00 02.00 03.00non shift 08.00 13.00
shift I 07.00 12.00(pola 6 hari) shift II 12.00 17.00khusus sabtu shift III 17.00 22.00
Jam Kerja Jam Istirahat
A non shift
C
B
C
Pola Kerja
Sumber : PT SUCACO Tbk
33
1.5.9 Kegiatan Perusahaan pada Plant Telephone Cable (TC)
1.5.9.1 Proses Produksi
Tahapan proses produksi dari suatu kabel sebenarnya tergantung dari jenis
kabel tersebut. Tetapi pada dasarnya tahapan proses pembuatan sebuah kabel
khususnya pada plant telephone cable untuk produk indoor cable adalah sebagai
berikut :
1. Proses Drawing dan Insulation
Proses Drawing adalah proses reduksi atau penarikan kawat tembaga (copper rod)
dari diameter yang lebih besar menjadi diamneter yang lebih kecil dengan cara
ditarik melalui dies yang disusun berurutan (besar ke kecil). Biasanya dari
diameter 2.47 mm menjadi 0.8 mm, 0.6 mm, 0.4 mm
Gambar 1.4 Proses Drawing
Sumber : PT SUCACO Tbk
34
Proses Insulation adalah suatu proses ekstrusi untuk mengisolasi suatu tembaga
dengan material PVC. Dalam proses ekstrusi terjadi peleburan material isolasi
dengan cara pemanasan bertahap. Pada proses isolasi, warna, diameter kawat,
thickness isolasi, tergantung atas jenis kabel yang akan ditarik. Warna pokok
terdiri dari white, red, black, yellow, violet. Sedangkan warna pembeda terdiri
dari blue, orange, green, brown, grey. Diameter terdiri dari 0.4 mm, 0.5 mm, 0.6
mm, 0.8 mm.
2. Proses Quadding
Proses Quadding merupakan proses pemilinan kabel dari 4 core yang terdiri dari
3 warna pokok dan 1 warna pembeda menjadi 1 quad (dua pasang).
3. Proses Cabling
Proses Cabling merupakan proses pemilinan dari beberapa sub unit kabel menjadi
1 unit kabel jadi.
Gambar 1.5 Proses Cabling
Sumber : PT SUCACO Tbk
35
4. Proses Armouring
Proses Armouring merupakan proses pelapisan kabel dengan pita baja yang
digalvanisasi, yang dilakukan secara helikal sehingga bagian kabel tersebut
tertutup. Proses ini bertujuan sebagai pelindung mekanis untuk mencegah
kerusakan kabel secara fisik dari luar.
Gambar 1.6 Proses Armouring
Sumber : PT SUCACO Tbk
5. Proses Sheating
Proses Sheating merupakan proses pembuatan selubung pada kabel jadi dengan
material PVC.
Gambar 1.7 Proses Sheating
Sumber : PT SUCACO Tbk
36
1.5.9.2 Pengendalian Kualitas
Pelaksanaan TQC (Total Quality Control) di PT SUCACO Tbk diatur dengan
program dan jadwal kerja tertentu untuk mencapai hasil yang baik. Cara yang
ditempuh adalah dengan proses face to face, yaitu dengan berdiskusi mengenai semua
permasalahan di setiap bidang untuk mencari jalan keluar secara bersama-sama. Face
to face menyelenggarakan komunikasi dua arah antara PT SUCACO Tbk dengan
karyawannya, sehingga hal inilah yang dianggap paling efektif. Langkah
menyelenggarakan komunikasi 2 arah ini seperti diuraikan diatas telah mendapat
sambutan yang sangat memuaskan dari semua karyawan di semua tingkat, terutama
karena merasa telah dihargai sebagaimana mestinya dan turut berperan secara nyata
menentukan kebijaksanaan managemen dalam memajukan pelbagai bidang tugas dan
karenanya dilain pihak, perusahaan pun secara nyata mendapat manfaat dari padanya.
Sampai saat ini PT.SUCACO Tbk telah melaksanakan 3 kali konvensi GKM dan
mempunyai lebih 60 buah GKM (Gugus Kendali Mutu).
Kebijakan mutu PT SUCACO Tbk diterapkan dengan selalu menjaga tingkat
standar dan komitmen yang tinggi dalam:
Pelayanan terhadap pelanggan
Perancangan dan pelaksanaan produk, material maupun proses
Pemastian mutu dan keandalan produk
Peningkatan efisiensi
37
Membentuk karakter sumber daya manusia yang :
Peduli dan responsif terhadap kepuasan pelanggan
Peduli terhadap peningkatan efisiensi
Selalu bekerja dalam kebersamaan demi keunggulan
Diperolehnya sertifikat ISO 9002 pada tahun 1994, ISO 9001 pada tahun 1997
dan ISO 9001:2000 pada tahun 2003 dari SGS Yarsley International Certification
Services Ltd., membuktikan komitmen dan dedikasi PT SUCACO Tbk terhadap
mutu.
Hasil produksi dari PT SUCACO Tbk ini telah memenuhi berbagai standar
nasional maupun internasional, seperti SNI, SPLN, SII, STEL-K, IEC, ICEA/NEMA,
JIS, BS, AS, REA, dan lain-lain.
Quality Control itu sendiri dalam penerapannya dilakukan bersamaan dengan
proses inspeksi. Inspeksi ini disertai pula dengan proses pengujian. Inspeksi yang
dilakukan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu pengujian bahan baku (Material Testing),
Process Control, Intermedite Testing dan pengujian final (Final Testing). Quality
Assurance Plan (QAP) memuat semua jenis inspeksi yang akan dilakukan.
PT SUCACO Tbk memiliki bagian Product Design and Quality Assurance
(PQA) yang terdiri atas desain, development, QA test (bagian lab/pengujian). QA Test
terdiri atas 2 laboratorium yaitu Quality Control I (QC I) dan Quality Control II (QC
II). Kedua laboratorium tersebut bertugas untu menguji apakah produk telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan PQA atau tidak. Perbedaannya adalah QC I
38
menguji bahan mentah dan WIP sedangkan QC II menguji produk jadi (inspeksi
final).
Inspeksi Bahan Baku
Inspeksi ini bertujuan untuk menjamin kualitas bahan baku yang diterima oleh
pemasok. Hal ini dilakukan sebelum bahan baku dikirim ke bagian produksi.
Prosedur ini menjelaskan proses penerimaan bahan baku dari pemasok dan
pemeriksaan kualitas bahan baku yang akan dipergunakan untuk proses produksi.
Proses ini dimulai pada saat pemasok mengirim sampel bahan baku. Apabila
bahan baku contoh yang dikirim tersebut tidak lulus pengujian maka pembelian
tersebut dibatalkan. Sebaliknya, jika bahan baku tersebut lulus pengujian maka
pembelian atas bahan baku tersebut dilanjutkan. Langkah selanjutnya setelah
pengujian sampel, QC I melakukan pengujian terhadap bahan baku tersebut.
Inspeksi dilakukan dengan metode sampling. Pengambilan sampel mengikuti
ketentuan yang telah ditetapkan oleh PQA.
Ada jenis bahan baku kabel yang harus tetap dalam keadaan steril pada saat
proses produksi dimulai, dengan kata lain belum dibuka sama sekali. Kabel
dengan jenis seperti ini tidak wajib untuk melewati material testing. Alasan lain
adalah keterbatasan jenis alat yang tersedia di laboratorium. Inversi dilakukan
dalam bentuk pengamatan dan pengujian. Tiap material umumnya dilakukan
pengujian laboratorium dan inspeksi kemasan. Berbagai pengujian akan dilakukan
39
pada suatu jenis material yang digunakan. Hasil pengujian tersebut harus
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh PQA.
Umumnya pengujian material berupa :
1. Tensile Strength
Tensile Strength (TS) merupakan jumlah stress/tegangan maksimum yang
dapat diberikan pada suatu material tersebut berhenti bersifat elastis. Jika
diberi tekanan lagi maka material tersebut akan menjadi plastis (tidak dapat
kembali ke bentuk semula) atau bahkan putus.
2. Elongasi
Elongasi merupakan sifat mekanisme material. Elongasi adalah perpanjangan
permanen setelah mencapai keadaan plastis. Elongasi merupakan gambaran
sederhana dari kelenturan material.
3. Densitas
Densitas adalah jumlah massa dalam volume tertentu. Jika massa adalah
jumlah ”sesuatu” dalam suatu objek, maka densitas adalah seberapa erat
”sesuatu” itu berkaitan dalam objek tersebut.
4. Konduktivitas dan Resistivitas
Konduktivitas dan Resistivitas merupakan data dua sifat elektis yang penting
dari suatu bahan baku kabel. Konduktivitas mewakili kemampuan material
untuk menghantarkan listrik, sedangkan resistivitas merupakan ketahanan
material terhadap aliran listrik tersebut yang menyebabkan perubahan energi
listrik menjadi panas atau bentuk energi lainnya.
40
5. Swelling heigth
Ketinggian pembengkakan (swelling heigth) digunakan untuk mengukur
kemampuan material untuk menyerap air. Pengujian dilakukan dengan
meneteskan atau memberikan air pada sampel kemudian mengukur
pertambahan ketinggian atau ketebalan yang terjadi pada sampel tersebut.
Namun, perusahaan tidak melakukan pengujian ini karena tidak memiliki alat
untuk mengukur swelling heigth tersebut.
6. Kekuatan Dielektrik
Pengujian kekuatan dielektrik dilakukan untuk mengetahui daya tembus suatu
material plastik seperti PVC, PE/Polyester terhadap tegangan tertentu.
Pengujian dilakukan dengan mengalirkan tegangan (B) hingga terjadi
hubungan singkat pada sampel. Selanjutnya, dengan menghitung ketebalan
sampel (T), kekuatan dielektrik dapat diketahui dengan B/T.
Inspeksi Intermediate
Pengendalian kualitas yang berlangsung pada saat proses produksi disebut dengan
inspeksi intermediate. Intermediate Testing (IT) merupakan pengujian
laboratorium yang dilakukan pada material yang yang telah melewati suatu
proses. Menurut QAP, hasil IT dicatat pada Laboratory Test Record (LRT) atau
Quality Assurance Test Record (QATR).
Pengujian yang dilakukan pada hasil stranding (konduktor) akan mendapatkan
nilai diameter, lay pitch, konduktivitas, resistivitas, dan berat konduktor. Nilai
41
tersebut akan dipertimbangkan apakah masih dalam batas toleransi atau tidak.
Pengujian konduktivitas dan resistivitas sama dengan yang dilakukan pada bahan
baku. Pengukuran diameter dilakukan dengan jangka waktu sorong (vernier
caliper). Pengukuran lay pitch dilakukan dengan meletakkan karbon di atas form
uji, lalu menumpangkan di atas sampel, selanjutnya menekan karbon dengan
pulpen atau pensil secara longitudinal sepanjang pilinan, kemudian memberi
tanda sesuai jumlah pilinan pada form uji tersebut dan mengukur panjangnya.
Menurut QAP, terdapat pula intermediate testing yang didokumentasikan di
Product and Prpcess Record (PPR). Namun, inspeksi seperti ini lebih sering
disebut process control. Process control merupakan inspeksi yang dilakukan saat
atau setelah material melalui suatu proses dilantai produksi. Inspeksi dilakukan
oleh operator mesin sendiri.
Inspeksi Final
Produk yang sudah jadi, sebelum dipasarkan adakan dilakukan inpeksi yang
dikenal dengan inspeksi final. Pengujian final ini akan menguji semua bagian dari
produk. Hal ini dilakukan agar semua produk jadi memenuhi standar kualitas
yang diminta pelanggan. Pengujian final ada dua jenis yaitu pengujian sampel dan
pengujian rutin. Pengujian sampel bertujuan untuk membuat sertifikat sehingga
yang diuji hanya beberapa sampel saja. Pengujian ini hanya diadakan sekali.
Pengujian rutin adalah pengujian berfrekuensi rutin yang dilakukan pada semua
produk jadi.