bab 1 pendahuluan -...

23
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya eksistensi keberadaan hukum kesehatan atau hukum rumah sakit di Indonesia masih relatif baru. Hukum kesehatan ini dikenalkan oleh Fred Ameln dan Almarhum Oetama dalam bentuk ilmu hukum kedokteran. 1 Hukum Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam sistem perundang undangan di Indonesia. Dilihat dari banyaknya pelanggaran yang terjadi dalam praktik kedokteran, perlu adanya perlindungan hukum yang pasti baik untuk dokter sendiri maupun pasien. Dalam perjalanannya, hukum kesehatan banyak sekali menemukan perkembangan. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan yang mengatur secara mendalam tentang hukum kesehatan ini. Perkembangan ini meliputi kaidah- kaidah yang berlaku dalam masyarakat sekarang ini. Pergeseran strata yang dimana dahulu seorang tenaga medis adalah orang yang benar-benar ahli dalam bidang penyembuhan penyakit sehingga seorang tenaga medis dikatakan “dewa” oleh pasien yang datang kepadanya, pemikiran ini bergeser kearah yang lebih sederajat antara pasien dan tenaga medis, Pasien juga dapat menentukan haknya sendiri begitu pula dengan tenaga medis yang sama mempunyai hak dan kewajiban sehingga ada suatu kerjasama yang erat diantara tenaga medis dan pasien. 1 Fred Ameln,1991,Ilmu Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya,hal 71

Upload: phungcong

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya eksistensi keberadaan hukum kesehatan atau hukum rumah

sakit di Indonesia masih relatif baru. Hukum kesehatan ini dikenalkan oleh Fred

Ameln dan Almarhum Oetama dalam bentuk ilmu hukum kedokteran.1Hukum

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam sistem

perundang undangan di Indonesia. Dilihat dari banyaknya pelanggaran yang

terjadi dalam praktik kedokteran, perlu adanya perlindungan hukum yang pasti

baik untuk dokter sendiri maupun pasien.

Dalam perjalanannya, hukum kesehatan banyak sekali menemukan

perkembangan. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan yang mengatur secara

mendalam tentang hukum kesehatan ini. Perkembangan ini meliputi kaidah-

kaidah yang berlaku dalam masyarakat sekarang ini. Pergeseran strata yang

dimana dahulu seorang tenaga medis adalah orang yang benar-benar ahli dalam

bidang penyembuhan penyakit sehingga seorang tenaga medis dikatakan “dewa”

oleh pasien yang datang kepadanya, pemikiran ini bergeser kearah yang lebih

sederajat antara pasien dan tenaga medis, Pasien juga dapat menentukan haknya

sendiri begitu pula dengan tenaga medis yang sama mempunyai hak dan

kewajiban sehingga ada suatu kerjasama yang erat diantara tenaga medis dan

pasien.

1 Fred Ameln,1991,Ilmu Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya,hal 71

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

2

Dalam Sistem Kesehatan Nasional, penyelenggaraan pelayanan kesehatan

dasar dapat berupa Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) primer yaitu

mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan

kepada perorangan. Penyelenggara UKP primer adalah pemerintah, masyarakat

dan swasta yang diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan profesional dan

dapat dilaksanakan di rumah, tempat kerja maupun fasilitas kesehatan perorangan

primer baik Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas kesehatan lainnya milik

pemerintah, masyarakat maupun swasta.2

Secara umum pelayanan kesehatan dapat dibedakan atas pelayanan

kedokteran (medical service) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health

service). Kedua jenis pelayanan ini mempunyai karakteristik yang berbeda

tentunya. Pelayanan kedokteran lebih ditujukan pada upaya-upaya pengobatan

(kuratif) penyakit dan pemulihan (rehabilitatif) kesehatan dengan sasaran

utamanya adalah perorangan/individu yang datang untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan tersebut. Pelayanan kesehatan masyarakat umumnya diselenggarakan

secara bersama-sama dalam suatu organisasi bahkan harus mengikutsertakan

potensi masyarakat dengan sasaran utamanya adalah masyarakat secara

keseluruhan. Upaya kesehatan yang ditujukan lebih pada penekanan upaya-upaya

promosi (promotif) dan pencegahan (preventif). Upaya-upaya kesehatan tersebut

harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, berjenjang, profesional dan

bermutu serta tidak bertentangan dengan kaidah ilmiah, norma sosial budaya,

moral dan etika profesi.3

2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistin

Kesehatan Nasional.

3 Wila Chandrawila Supriadi, 2001, Hukum Kedokteran, Bandung: Mandar Maju.

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

3

Dalam hal ini, penyedia jasa kesehatan maupun dokter perlu menyediakan

pencatatan yang berisi tentang penyakit pasien atau diagnosa penyakit pasien yang

disebut rekam medi. Pada kegiatan pelayanan kesehatan pencatatan rekam medis

sangatlah penting, karena adanya rekam medis dokter dapat mengerti riwayat

penyakit dari si pasien tersebut serta penanggulangannya.

Rekam medis sendiri adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang pasien yang berisi indentitas, pemeriksaaan, pengobatan dan tindakan

medis lain pada sarana kesehatan untuk rawat jalan, rawat inap, baik yang dikelola

pemerintah ataupun swasta.4 Setiap sarana kesehatan mewajibkan dokter atau

tenaga medis yang lain yang mempunyai kuasa atau diberikan kuasa untuk

membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

sarana pelayan tersebut.

Pada rekam medis data yang dimasukan dapat dibedakan menjadi beberapa

yaitu untuk pasien rawat jalan, pasien rawat inap, dan pasien dalam keadaan

gawat darurat. Pada setiap pelayanan kesehatan baik itu rawat jalan, rawat inap

maupun gawat darurat dapat dibuat data rekam medis sebagai berikut :

1. Rekam medis pada pasien rawat jalan5

a. Identitas pasien

b. Tanggal dan waktu

c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit)

d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis

e. Diagnosis

4 Alexandra ide, 2012,Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan,Yogyakarta:Grasia

Book Publisher.

5 Ibid, hal 328-331.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

4

f. Rencana penatalaksanaan

g. Pengobatan atau tindakan

h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

i. Untuk pasien kasus gigi perlu dilengkapi dengan odontogram klinik

j. Persetujuan tindakan

2. Rekam medis pada pasien rawat inap

a. Identitas pasien

b. Tanggal dan waktu

c. Anamnesis

d. Hasil pemeriksaan fisik

e. Diagnosis

f. Rencana penatalaksanaan

g. Pengobatan atau tindakan

h. Persetujuan tindakan bila perlu

i. Catatan observasi klinis

j. Ringkasan pulang

k. Nama dan tanda tangan dokter

l. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain

m. Untuk pasien kasus gigi perlu dilengkapi dengan odontogram klinik

3. Rekam medis pada pasien gawat darurat

a. Identitas pasien

b. Kondisi pada saat pasien tiba di rumah sakit

c. Identitas pengantar pasien

d. Tanggal dan waktu

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

5

e. Hasil anamnesis

f. Hasil pemeriksaan fisik

g. Diagnosis

h. Pengobatan atau tindakan

i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat

darurat dan rencana tindak lanjut

j. Nama dan tanda tangan dokter sarana transportasi yang digunakan bagi

pasien yang akan dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain

k. Pelayanan lain yang telah dibertikan kepada pasien

Penelitian yang berkaitan dengan isu hukum dari hubungan dokter dengan

pasien, dapat ditemukan pada penelitian skripsi yang ditulis oleh Michael Adi

Susanto, Nim: 312006014. Skripsi Michael Adi Susanto berjudul Perlindungan

Hukum Terhadap Hak Pasien Rumah Sakit Atas Informasi Hasil Rekam Medis

studi Kasus Prita Mulyasari. Adapun perbandingan skripsi penulis dengan penulis

skripsi diatas akan diterangkan dalam table berikut ini :

No

Faktor

Pembeda

Michael Adi Susanto Penulis

1 Judul Perlindungan Hukum

Terhadap Hak Pasien

Rumah Sakit Atas Informasi

Hasil Rekam Medis (Study

Kasus Pripta Mulyasari)

Tinjauan Hukum Terhadap

Rekam Medis Sebagai Alat

Bukti

2 Poin Latar

Belakang

Posisi Hak pasien dalam

kasus Prita

Fungsi rekam medis dan

pembuktian

3 Rumusan

Masalah

Bagaimana perlindungan

hukum terhadap hak pasien

rumah sakit atas informasi

hasil rekam medis

berdasarkan undang-undang

1) Bagaimana kedudukan

rekam medis dalam

sistem hukum

Indonesia?

2) Apakah rekam medis

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

6

no 29 tahun 2004 tentang

praktik kedoktersan dan uu

no 8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen.

dapat dijadikan sebagai

alat bukti yang sah

dalam peradilan

Indonesia?

4 Tujuan

Penelitian

Untuk mengetahui

bagaimana perlindungan

hukum yang diberikan oleh

undang-undang terhadap

hak-hak pasien terutama hak

atas informasi hasil rekam

medis jika hak tersebut

dilanggar.

1) Untuk mengetahui

kedudukan rekam

medis dalam sistem

hukum di Indonesia

2) Untuk mengetahui

apakah rekam medis

dapat dijadikan

sebagai alat bukti yang

sah dalam peradilan di

Indonesia

5 Metode

Penelitian

1) Yuridis normative

dengan mode

pendekatan undang-

undang dan pendekatan

konseptual

2) bahan-hukum primer:

peraturan

perundangan,buku buku

teks,kamus hukum dan

jurnal.

1) Nomatif dengan

metode pendekatan

2) Data internet sebagai

penunjang

3) Peraturan

perundangan,buku-

buku hukum

6 Unit Analisa Perlindungan hukum yang

diberikan terhadap Prita

Mulyasari selaku pasien atas

pelanggaran yang dilakukan

oleh RS Omni Internasional.

7 Unit Amatan UU praktik kedokteran dan

UU perlindungan

konsumen.

1. UU praktik kedokteran

2. UU perlindungan

konsumen

3. UU rumah sakit

4. UU kesehatan Tabel 1. Perbandingan Skripsi

Dari tabel perbandingan di atas ditemukan perbedaan antara skripsi Michael

Adi Susanto yang lebih cenderung membahas masalah hak dari pasien dengan

studi kasus dari kasus Prita Mulyasari yang tidak memberikan kejelasan tentang

isi dari rekam medisnya. Perbedaan yang lain terdapat pada rumusan masalah,

tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan dan unit amatan.

Berdasarkan beberapa uraian serta perbedaan di atas, maka penulis menulis skripsi

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

7

dengan judul “TINJAUAN HUKUM TERHADAP REKAM MEDIS SEBAGAI

ALAT BUKTI”.

Adapun penjelasan mengenai pengertian dari judul yang penulis angkat adalah

sebagai berikut :

1. Tinjauan Hukum

KBBI adalah pemeriksaan yang teliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan data,

pengolahan, analisa, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan

objektif untuk memecahkan suatu persoalan.

2. Rekam Medis menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang

dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain

identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta

tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan

merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai

tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka palayanan

kesehatan.

3. Alat Bukti dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah: keterangan saksi,

keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.

Latar belakang dari permasalahan yang di angkat oleh penulis dengan

mendasarkan pada pemahaman bahwa sudah sejak jaman dahulu hubungan

hukum antara dokter dan pasien terjadi. Hubungan hukum yang terjadi ini

berdasarkan atas sistim kepercayaan yang timbul dari pihak pasien, karena dokter

dianggap orang yang paling mengerti dan mengetahui segala apa yang terjadi

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

8

didalam tubuh pasien. Atas dasar kepercayaan ini pasien menyerahkan

penyakitnya untuk diobati kepada orang yang lebih mengerti dalam hal ini dokter.

Dalam hubungan ini baik pihak pasien maupun dokter sama-sama mempunyai

hubungan hokum yang menimbulkan hak dan kewajiban. Hubungan antara dokter

dan pasien ini berawal dari pola hubungan vertical paternalistic seperti hubungan

antara bapak dengan anaknya yang bertolak dari prinsip “father know best” yang

akhirnya melahirkan hubungan yang bersifat paternalistik.6 Dalam hal ini seorang

dokter dituntut untuk menjadi seorang mengupayakan untuk bisa menyembuhkan

penyakit si pasien, dengan bekal keterampilan yang sudah ditempuh selama masa

studi dan pengalaman yang lama untuk mengusahakan kesembuhan dari si pasien

tersebut.

Dengan berkembangnya jaman, yang dahulu pola hubungan yang terjadi

antara dokter dan pasien adalah vertical paternalistic kini telah bergeser menjadi

pola hubungan yang sifatnya horizon kontraktual yang dimana pada pola vertical

paternalistic dokter diangkap sebagai sosok seorang ayah dan pasien seorang anak

sehingga pasien harus mengikuti kemauan dari seorang dokter kini telah bergeser

menjadi hubungan yang sederajat antara 2 (dua) subjek hukum yang melahirkan

hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak.

Kesehatan merupakan hal yang penting bagi masyarakat, karena kesehatan

masyarakat tidak dapat beraktivitas secara optimal, oleh karna itu setiap orang

pasti mengiginkan kondisi badan yang sehat. Dengan kondisi badan yang sehat

6Lihat lebih lanjut dalam Hermien Hadiati Koeswandji, 1998,Hukum Kedokteran Study

Tentang Hubungan Hukum Dalam Mnan Dokter Sebagai Salah Satu Pihak. PT Citra Aditya,

Bandung . Hal. 36

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

9

sudah pasti kita bisa melakukan aktifitas serta dapat pula menghasilkan karya-

karya yang diinginkan. Pada saat tubuh ini terganggu pasntinya kita akan

melakukan berbagai cara agar tubuh ini kembali menjadi optimal, salah satunya

dengan cara berobat ke tempat pelayanan kesehatan. Oleh karna itu pelayanan

kesehatan merupakan hal penting sebagai sarana penunjang kesehatan tubuh kita.

Pengertian pelayanan kesehatan menurut Lavey dan Loomba adalah setiap

upaya baik yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu

organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah penyakit,

mengobati penyakit dan memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap

perseorangan, kelompok dan masyarakat.7

Pelayanan kesehatan dapat juga

dikatakan sebagai upaya pelayanan kesehatan yang melembaga berdasarkan

fungsi sosial di bidang pelayanan kesehatan bagi individu dan keluarga. Fungsi

sosial di sini berarti lebih mengutamakan pada unsur kemanusiaan dan tidak

mengambil keuntungan secara komersial.8

Dalam hal pelayanan kesehatan, hubungan hukum yang terjadi antara dokter

dengan pasiennya dimulai ketika seorang pasien datang kepada dokter dan

mengutarakan keluhannya dan dokter nyenyatakan kesanggupannya untuk

mengobati pasien tersebut dengan menyatakan secara lisan maupun tertulis seperti

sikap atau tindakan yang mencatat atau menyediakan rekam medis bagi si pasien

tersebut. Fungsi dari rekam medis sendiri sangat penting bagi pasien dan dokter.

7 Veronica Komalawati, 1999, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik,

Bandung : PT Citra Aditya Bakti , hal.77

8 CST. Kansil, 1991,Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, hal.

202-203.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

10

Dalam undang-undang praktik kedokteran dokter mempunyai kewajiban untuk

membuat rekam medis.

Rekam medis mempunyai peran penting dalam sarana pelayanan kesehatan.

Rekam medis ini berisi tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan serta berbagai

tindakan pelayanan kesehatan lain yang diberikan seorang dokter atau tenaga

medis yang berpengalaman kepada pasien yang menjalani perawatan di suatu

sarana pelayanan kesehatan.

Peranan dari rekam medis sendiri sangatlah penting serta melekat pada

kegiatan pelayanan kesehatan. Serikali diibaratkan bahwa rekam medis adalah

orang ketiga yang hadir pada saat dokter menerima pasiennya, bisa kita katakana

rekam medis adalah saksi.9 Dalam pelayanan kesehatan rekam medis sangat

butuhkan untuk melengkapi kebutuhan informasi (informed concent). Hal ini

sangat dibutuhkan bagi dokter pengganti yang akan menangani perawatan si

pasien serta untuk referensi masa akan datang yang dibutuhkan bagi pasien sendiri

maupun dokter atau tenaga medis.

Pada Undang-Undang Praktik Kedokteran dalam Pasal 46 Ayat (1) sampai

Ayat (3) dan Pasal 47 Ayat (1) sampai Ayat (3) mengatakan bahwa pembuatan

rekam medis adalah tanggung jawab dari seorang dokter. Apabila kewajiban ini

dilanggar, dokter yang bersangkutan akan dikenakan sanksi pidana berdasarkan

pada Pasal 79b Undang-Undang Praktik Kedokteran.

9 HJ.Anny Isfandryarie,.2006, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter,Buku

1,Jakarta:hal 165

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

11

Catatan dalam rekam medis sangat berguna bagi pasien maupun dokter.

Catatan rekam medis tidak hanya digunakan sebagai pengingat bagi dokter,

maksudnya adalah mengingatkan dokter bagaimana keadaan pasiennya sebelum

dirawat dan saat akan dirawat oleh dokter yang bersangkutan. Namun karena

semakin banyak tuntutan malpraktik, rekam medis juga dapat digunakan sebagai

pembelaan bagi dokter yang terkena tuntutan malparaktik. Karena rekam medis

juga dapat dijadikan sebagai alat bukti bersalah atau tidaknya seorang dokter

dalam melakukan tindakan medisnya.

Dalam prakteknya sering terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan

oleh pihak penyedia jasa kesehatan salah satunya adalah dalam bentuk rekam

medis sendiri. Pada hakikatnya rekam medis merupakan hak dari pasien yang

artinya pasien juga berhak mengetahui isi dari diagnosa yang dicatat oleh dokter

dalam beenruk rekam medis tersebut. Salah satu contoh kasus dalam pelayanan

kesehatan adalah kasus Prita Mulyasari.

Dalam kronologi singkatnya, kasus ini berawal dari seorang pasien yang

bernama Prita Mulyasari yang memeriksakan kesehatannya di RS Internasional

Omni atas keluhan demam, sakit kepala, mual disertai muntah, kesulitan buang air

besar sakit tenggorokan, hingga hilangnya nafsu makan. Oleh karena itu dr.

Hengky Gosal, Sp.PD dan dr. Grace Herza Yarlen Nela, mendiagnosis prita

menderita Demam berdarah, atau Tifus. Menurut dokter yang menangani hasil cek

darah menunjukan jumlah trombosit yang terlalu rendah, yaitu bekisar 27.000 dari

yang seharusnya berjumlah 200.000. Berdasarkan hasil cek darah terhadap Prita

tersebut, dokter yang menangani menyarankan agar Prita menjalani rawat inap.

Pada hari berikutnya dokter yang menangani Prita memberikan revisi terhadap

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

12

hasil diagnose cek darah, akan tetapi suntikan serta infuse tetap dilakukan tanpa

adanya konfrimasi yang jelas mengenai penyakit yang diderita Prita.

Akibat dari suntikan yang berulang-ulang serta infuse yang tidak jelas,

malam harinya Prita mengalami sesak nafas selama 15 menit serta pembekakan

pada leher kiri dan matanya juga pada tangan kananya. Akhirnya Prita meminta

agar suntikan dan infuse tidak di lakukan lagi. Prita meminta alasan revisi hasil

diagnosa yang berubah, akan tetapi dengan alasan lain dokter yang menangani

cenderung menyalahkan hasil laboraturium, sehingga Prita memutuskan untuk

pindah ke rumah sakit lain.

Akhirnya Prita pindah ke rumah sakit lain. Hasil diagnosa yang baru

mengatakan bahwa Prita tekena virus dan dimaksukan ke dalam ruang isolasi

untuk penyembuhan. Selang beberapa hari Prita Mulyasari mengirim tulisan yang

isinya berupa keluhan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah

sakit Omni. Tulisan itu dikirim ke [email protected] dan ke

kerabatnya yang lain dengan judul “Penipuan RS Omni Internasional Alam

Sutra”. Emailnya menyebar ke beberapa milis dan forum online.

Merasa telah dirugikan akibat keluhan Prita yang menyebar di media online,

pihak rumah sakit Omni pun menuntut Prita Mulyasari dengan gugatan pidana

atas dasar pencemaran nama baik. Prita pun menggugat pihak Rumah Sakit Omni

dengan gugatan perdata, namun Prita diputus kalah dan di wajibkan membayar

ganti rugi sebesar Rp 161.000.000,- serta kerugian inmateril sebesar Rp

100.000.000,- , tidak hanya itu Prita juga dijadikan sebagai tahanan wanita di LP

wanita Tangerang sebagai tahanan Kejaksaan.

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

13

Banyaknya dukungan dari masyarakat juga Megawati dan Jusuf Kala

mengunjungi Prita di Lapas. Komisi III DPR RI meminta MA membatalkan

tuntutan hukum atas Prita. Prita dibebaskan dan bisa berkumpul kembali dengan

keluarganya. Statusnya diubah menjadi tahanan kota. Kabar terbaru saat ini Prita

Mulyasari diputus bebas oleh pihak pengadilan.

Berkaitan dengan kasus Prita Mulyasari ini, penulis dapat mengidentifikasi

adanya beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh penyedia jasa kesehatan serta

adanya hak-hak sebagai konsumen yang dilanggar. Oleh karenanya,pasien harus

mengetahui lebih jauh mengenai hak-hak serta kewajiban dari para pihak

khususnya hak dari pasien itu sendiri.

Dalam perbuatannya seorang dokter mempunyai tanggung jawab hukum

yang berkaitan dengan pelaksanaan profesinya. Tanggung jawab hukum yang

timbul berkaitan dengan pelaksanaan profesi dokter dibedakan menjadi :10

1. Tanggung jawab kepada ketentuan profesionalnya yang termuat dalam

Keputusan mentri Kesehatan RI No. 434/Men.Kes/SK/X/1983 tentang

Kodeki;

2. Tanggung jawab terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum

dalam Undang-Undang, yaitu Kitab Undang- Undang Hukum Pidana

(KUHP) beserta hukum acaranya (KUHAP), Kitab Undang- Undang

Hukum Perdata dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen beserta

hukum acaranya (HIR),Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

10 HJ.Anny Isfandryarie,Sp.An.,SH.2006.Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi

Dokter,Buku 1,Jakarta:hal 3

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

14

Kesehatan dan Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran.

Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran, menyebutkan hak dan kewajiban dari pasien dan dokter adalah

sebagai berikut :11

Hak Dokter

1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai

dengan standar profesi dan standar prosedur operasional

2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar

prosedur operasional

3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan

keluarganya

4. Menerima imbalan jasa

Kewajiban Dokter

1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional

2. Merujuk pasien kedokter yang mempunyai keahlian atau kemampuan

lebih baik apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan

3. Merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah

pasien meninggal dunia

11http://www.scribd.com/doc/36496720/Hak-dan-Kewajiban-Dokter-Pasien, 25 juni 2013

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

15

4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia

yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melaksanakannya

5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran

Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan itu

diantaranya meliputi:12

1. Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali

tak sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).

2. Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs,

kepentingan ybs, kepentingan masyarakat).

3. Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan

penyelamatan nyawa atau cegah cacat).

Hak Pasien dalam UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam Pasal

32 menyebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di

Rumah Sakit.

2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.

4. Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi

dan standar prosedur operasional.

12http://www.edikusmiadi.com/2011/12/hak-kewajiban-pasien-dan-tenaga.html, diunduh 25juni

2013

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

16

5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar

dari kerugian fisik dan materi;

6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di rumah sakit.

8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain

(second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam

maupun di luar rumah sakit.

9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk

data-data medisnya.

10. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan

oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

11. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,

tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang

mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta

perkiraan biaya pengobatan.

12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan

di Rumah Sakit.

15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap

dirinya.

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

17

16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianutnya.

17. Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit itu diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara

perdata ataupun pidana.

18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada

pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3.

2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

3. Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

4. Menolak tindakan medis.

5. Mendapatkan isi rekam medis.

Terkait rekam medis, Peraturan Menteri Kesehatan No.269 tahun 2009

Pasal 12 menyebutkan:

1. Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.

2. Isi rekam medis merupakan milik pasien.

3. Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk

ringkasan rekam medis.

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

18

4. Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat

diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa

atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak

untuk itu.

Sementara itu kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU, meliputi:

1. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.

2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.

3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di saryankes.

4. Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Berdasarkan hak-hak dan kewajiban dokter dan pasien di atas, dapat di tarik

kesimpulan bahwa ada hubungan antara dokter sebagai penyedia jasa pelayanan

kesehatan dan pasien sebagai konsumen. Hubungan yang demikian sering dikenal

sebgai perjanjian terapiutik.

Apabila dilihat dari hubungan hukum yang timbul dapat dibedakan pada dua

macam perjanjian yaitu :

1. Perjanjian perawatan dimana terdapat kesepakatan antara

rumah sakit dan pasien bahwa pihak rumah sakit

menyediakan kamar perawatan dan di mana tenaga perawatan

melakukan tindakan perawatan.

2. Perjanjian pelayanan medis di mana terdapat kesepakatan

antara rumah sakit dan pasien bahwa tenaga medis pada

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

19

rumah sakit akan berupaya secara maksimal untuk

menyembuhkan pasien melalui tindakan medis Inspannings

Verbintenis.13

Hubungan yang demikian menimbulkan kesepakatan antara dokter dengan

pasiennya ini terdapat pada BAB VII PENYELENGGARAAN PRAKTIK

KEDOKTERAN bagian kedua tentang pelaksanaan praktik Pasal 39 dan bagian

ketiga tentang pemberian pelayanan Pasal 44,45 dari UU No 29 Tahun 2004,

tentang Praktek Kedokteran. Dalam ketentuannya menyatakan bahwa, praktek

kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter dengan

pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, pengibatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Segala

tindakan medis yang akan dilakukan seorang dokter harus mendapat persetujuan

dari pasien atau keluarganya. Persetujuan pasien atau keluarganya ini merupakan

pelaksanaan dari hak dasar pasien atas pelayanan kesehatan dan hak untuk

menentukan nasibnya sendiri yang harus diakui dan dihormati. Setelah pasien

menyetujui atas tindakan medis yang dilakukan dokter berdasarkan informasi

yang jelas dan terang, serta tindakan medis yang sesuai dengan standar pelayanan

medis, maka dokter tidak dapat disalahkan apabila terjadi kegagalan dalam upaya

tersebut.14

Dengan demikian untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan

hukum baik itu dokter sebagai tenaga medis dan pasien sebagai penerima jasa

pelayanan kesehatan serta alternatif pemecahan masalah jika salah satu pihak

13Fred Ameln, 1991: hal 75-76

14 UU No 29 Tahun 2004,tentang praktek kedokteran

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

20

melanggar hukum maka perlu adanya tindakan nyata dalam mengatur hubungan

hukum yang terjadi antara penyedia jasa kesehatan dan penerima jasa kesehatan

serta perlindungan secara hukum bagi para pihak yang terkait.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah telah disampaikan maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah rekam medis bisa menjadi alat bukti ?

2. Apakah rekam medis merupakan perwujudan dari perlindungan hukum

bagi pasien ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah sebagaimana yang telah

dirumuskan , maka dapat dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui posisi rekam medis sebgai alat bukti.

2. Untuk mengetahui konteks dalam rekam medis sebgai perlindungan

bagi pasien.

D. METODE PENELITIAN

Guna mendapatkan data yang akurat dan memiliki validitas yang baik,

suatu penelitian harus dilakukan menurut metode tertentu.

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

21

Jenis penilitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian

hukum normatif dengan menggunakan pendekatan sebagai beriukut :15

a. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach), yaitu penelitian

tentang berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral

suatu penelitian.

b. Pendekatan konsep (Conceptual approach), yaitu pendekatan

menggabungkan kata-kata, teori-teori serta objek-objek secara tepat dan

menggunakannya dalam proses pikiran.

c. Pendekatan analitis (Analytical Approach), yaitu unntuk mengetahui

makna-makna yang terkandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam

peraturan perundang-undangan secara konsepsional.

2. Sumber Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Adalah bahan yang terdiri atas peraturan perundang –undangan diurut

secara hirarki dan relevan dengan penelitian. Undang-Undang tersebut

antara lain:

1. UU Praktik Kedokteran No 29 Tahun 2004

2. UU Kesehatan No. 36 tahun 2009

3. Peraturan Menteri Kesehatan No.269 tahun 2008 tentang rekam

medis

4. Undang- Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

15 Johnny Ibrahim.Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.hal 302-321

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

22

5. KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

6. KUHA Perdara Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata.

b. Bahan Sekunder

Adalah bahan-bahan hukum yang terdiri dari buku-buku teks, kamus-

kamus hukum,jurnal serta komentar dari putusan pengadilan antara lain :

1. Etika dan Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan

2. Hukum Acara Perdata Indonesia

3. Hukum Kedokteran

4. Hukum Kedokteran Study Tentang Hubungan Hukum Dalam

Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak

5. Ilmu Hukum Kedokteran

6. Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia

7. Perlindungan Hukum Bagi Pasien

8. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter

c. Bahan Hukum Tersier

Adalah bahan hokum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bhan hokum primer dan sekunnder seperti kamus dan

ensiklopedia.16

E. UNIT AMATAN DAN UNIT ANALISA

Yang menjadi unit amatan dalam penelitian ini adalah:

1. KUHAP

2. KUHPerdata

16 Peter Mahmud, op cit, hal 141

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9223/2/T1_312007007_BAB I… · membuat rekam medis sesudah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari

23

3. Peraturan Menteri Kesehatan No.269 tahun 2008 tentang rekam medis

4. Undang- Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

5. UU Kesehatan No. 36 tahun 2009

6. UU Praktik Kedokteran No 29 Tahun 2004

Yang menjadi unit analisa dalam penelitian ini adalah:

1. Kedudukan hukum rekam medis sebagai alat bukti

2. Menganalisis mengenai apakah rekam medis merupakan wujud dari

perlindungan hukum bagi pasien .