bab 1 pendahuluan kopi

Upload: fiolantonius9295

Post on 10-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fiola hamanda prisilia

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKopi merupakan salah satu sektor perkebunan di Indonesia. Indonesia merupakan penghasil kopi ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Kopi memiliki tiga jenis seperti arabika, robusta, dan liberika. Untuk menanam kopi hendaknya mengenal ketiga ciri lahan yang cocok untuk penanaman kopi seperti kopi arabika cocok ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering berasam tinggi dan ketinggian 1200-1700 mdpl, dan pada kopi robusta ini cocok ditanam pada dataran rendah hingga ketinggian 1000 mdpl sehingga jika mengetahui lahan yang cocok untuk dua jenis kopi ini maka akan dihasilkan mutu yang baik. Terdapat dua metode pengolahan kopi yaitu pengolahan kering dan pengolahan basah. Perbedaan dari dua metode ini yaitu digunakannya air atau tidak dalam pengolahan kopi (Ridwansyah, 2003). Tahap pada pengolahan basah yaitu pemanenan, sortasi buah, pengupasan, pencucian, penjemuran, pengupasan kering, sortasi dan penggudangan sedangkan pada tahap pengolahan kering yaitu panen buah masak, sortasi buah, penjemuran, pengupasan kering, dan penggudangan. Perbedaan dari dua metode ini pada pengolahan kering tidak dilakukan fermentasi. Proses fermentasi tidak hanya sekedar untuk menghilangkan lapisan lendir di permukaan kulit tanduk biji kopi, setelah itu akan terjadi proses pembentukan kimiawi yang bertujuan membentuk karakter citarasa (Avallone et al., 2002; Jackels dan Jackels, 2005; Redgwell dan Fischer, 2006; Lin, 2010). Pada dua jenis kopi ini seperti arabika dan robusta, arabika melakukan proses fermentasi sedangkan robusta sebagian besar tidak melakukan fermentasi (Pusitloka,2008). Hal ini berakibat pada rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan. Rendahnya biji kopi yang dihasilkan membuat nilai jual dari biji kopi tersebut akan murah dan ini akan merugikan petani biji kopi. Maka dari itu dibutuhkan kunjungan lapang ini untuk memberi pengetahuan proses pengolahan biji kopi kepada mahasiswa. 1.2 TujuanTujuan dari praktikum lapang yang dilakukan adalah : Untuk lebih memahami proses pengolahan biji kopi robusta dengan pengolahan kering Untuk lebih memahami proses pembuatan biofuel menggunakan biji tumbuhan1.3 ManfaatManfaat dari praktikum lapang yang dilakukan adalah : Mahasiswa lebih memahami proses pengolahan biji kopi robusta yang menggunakan metode pengolahan kering Mahasiswa mendapat ilmu tambahan tentang pembuatan biofuel

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Proses pengolahan biji kopi di kebun RayapPada proses pengolahan biji kopi ini dilakukan beberapa tahapan yaitu :2.1.1 PemanenanPemanenan ini dilakukan hingga persentase warna merah pada biji kopi mencapai 95%. Ketentuan ini bertujuan untuk menghasilkan mutu biji kopi yang tinggi. pemanenan ini dilakukan secara tiga tahap yaitu : Secara lelesan atau pendahuluan : pada pemanenan biji kopi yang akan dipanen adalah biji kopi yang terkena hama sehingga pada saat melakukan pemanenan secara besar-besaran biji kopi yang inferior tidak terikut. Secara besar-besaran : pada pemanenan, biji kopi yang akan dipanen adalah biji kopi yang masak. Pada pemanenan ini, warna merah pada biji kopi harus mencapai 95%. Pemanenan ini dilakukan pada bulan juli dan agustus. Secara racutan atau akhiran : pada pemanenan ini, biji kopi yang akan dipanen adalah semua biji kopi. Biji kopi yang terkena hama dan biji kopi yang masak juga akan dipanen. 2.1.2 Sortasi BasahSortasi basah ini dilakukan dengan menggunakan air. Sortasi ini bertujuan untuk memisahkan biji kopi inferior dan superior. Pada biji inferior akan mengambang dan itu bertanda bahwa biji ini memiliki kualitas jelek sedangkan pada biji superior akan tenggelam dan itu bertanda bahwa biji ini memiliki kualitas baik.2.1.3 Pengupasan Pengupasan pada tahap ini bertujuan untuk memisahkan kulit buah dan biji. Pada tahap ini menggunakan dua alat yaitu :1. pengupasan dengan menggunakan VIP Pulper2. pengupasan dengan menggunakan round pulper. Tujuan digunakannya alat ini untuk memisahkan biji kopi yang masih melekat dan tidak dapat terpisah pada saat proses pengupasan menggunakan VIP Pulper dan juga dengan menggunakan alat ini maka akan mengurangi lendir pada biji kopi. 2.1.4 PengeringanPengeringan ini dilakukan dengan tujuan mengurangi kadar air pada biji kopi sehingga biji kopi yang dihasilkan memiliki waktu simpan yang lebih lama dan kualitas biji kopi tetap terjaga. Menurut SNI kadar air biji kopi sebesar 12%. Beberapa cara untuk pengeringan biji kopi yaitu :1. Menggunakan alatUntuk pengeringan alat ini digunakan alat yang bernama mason dryer. Kapasitas pada alat ini sebesar 9 ton. Prinsip dari alat ini adalah panas yang dialirkan pada sisi mason dryer ini akan memanaskan biji kopi secara merata lalu biji kopi yang berada di dalam alat tersebut akan diputarkan sehingga panas yang dialirkan merata. 2. Menggunakan sinar matahari langsungUntuk pengeringan dengan menggunakan sinar matahari langsung ini pada umumnya dilakukan pada kulit biji kopi yang terbuang. Kulit biji ini dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada biji kopi yang menggunakan sinar matahari langsung ini dilakukan selama 48 jam. 3. Menggunakan tungkuUntuk pengeringan dengan menggunakan tungku berlangsung selama 18 jam apabila suhu konstan. Kayu bakar yang digunakan berasal dari kulit HS. Dalam penggunaan kayu sebagai media panas ini perlu diperhatikan yaitu kelembaban atau kadar air pada kayu bakar. Karena jika kayu bakar yang digunakan memiliki kadar air tinggi maka akan mempengaruhi flavour dari biji kopi. 2.1.5 Penggrebusan Penggerebusan ini dilakukan untuk memisahkan kulit tanduk dan kulit ari pada biji kopi berdasarkan berat jenis dari biji kopi. Dalam melakukan penggerbusan ini dapat dilakukan dua metode yaitu katador dan hulling. 2.1.6 Sortasi keringSortasi kering ini dilakukan untuk mengelompokkan biji kopi menjadi beberapa tingkat mutu biji kopi menurut SNI. Sortasi kering ini dapat dilakukan berdasarkan ukuran dan cacat yang dimiliki oleh biji kopi. Untuk sortasi kering berdasarkan ukuran menggunakan ayakan sedangkan cacat yang dimiliki oleh biji kopi secara manual. Menurut ukuran dari biji kopi : Ukuran L : biji kopi memiliki ukuran L jika biji kopi tidak lolos pada ukuran 7,5 mesh Ukuran M : biji kopi memiliki ukuran M jika biji kopi lolos pada ayakan 7,5 namun tidak lolos pada 6,5 mesh Ukuran S : biji kopi memiliki ukuran S jika biji kopi lolos pada ayakan 6,5 mesh namun tidak lolos pada ayakan 5,5 mesh. Menurut cacat yang dimiliki oleh biji kopi :Adapun mutu pengelompokkan berdasarkan cacat yang dimiliki sebagai berikut : Mutu 1 : merupakan jenis biji kopi yang paling baik dan memiliki harga nilai jual yang baik. Pada mutu ini biji kopi tidak memiliki cacat atau lubang pada biji yang dapat menurunkan kualitas dari biji kopi tersebut. Mutu 2 atau mutu 4 : merupakan biji kopi yang terbaik setelah mutu 1 namun pada biji kopi ini terdapat lubang 1 dan tutul pada biji kopi. Mutu lokal B : merupakan biji kopi yang muda dan berlubang Mutu lokal K : merupakan biji kopi mutu akhir yang memiliki cacat pecah dan berwarna hitam sehingga tidak menarik. 2.1.7 Penggudangan Penggudangan dilakukan meletakkan biji kopi yang telah dibungkus dengan karung goni diatas palet (landasan kayu). Jarak antara karung goni dengan dinding sebesar 7-8 cm dan tumpukan biji kopi dalam karung goni maksimal 7 tumpukan. Pada penggudangan ini juga memperhatikan kelembaban (RH) yaitu 70% agar tidak merusak biji kopi. 2.2 Proses pengolahan biodiesel di kebun RayapBiodiesel merupakan produk turunan dari biofuel. Perbedaan dalam pembuatan biodiesel dan biofuel adalah adanya penambahan bahan kimia berupa metanol pada proses pengekstrakan minyak. Pada kebun rayap ini diproduksi biofuel namun hanya berjalan beberapa tahun saja. Untuk memproduksi biofuel dapat menggunakan biji jarak, kopra, biji kapuk, cengkeh dan biji karet. Proses pembuatan biodiesel sangat sederhana. Biodiesel dihasilkan melalui proses transesterifikasi minyak atau lemak dengan alkohol. Alkohol akan menggantikan gugus alkohol pada struktur ester minyak dengan dibantu katalis. NaOH dan KOH adalah katalis yang umum digunakan (Hambali,2007). Tahapan pembuatan biodiesel sebagai berikut :2.2.1 PenimbanganPenimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat bahan awal yang digunakan.2.2.2 Bahan dimasukkan dalam hopperBahan yang telah dilakukan penimbangan dimasukkan pada corong yang digunakan untuk memasukkan bahan. Corong ini terhubung dengan alat hopper. Alat hopper ini berfungsi untuk proses pengepresan. 2.2.3 PengepresanProses pengepresan ini bertujuan untuk memperoleh minyak dari biji dengan menggunakan tekanan. Tekanan ini akan menghancurkan biji lalu biji akan mengalami kehancuran dan akan mengeluarkan minyak dan ampas akan dibuang. 2.2.4 PengendapanPengendapan ini dilakukan untuk mempermudah proses purifikasi (pemurnian). Pengendapan ini akan memisahkan ampas yang masih berada dalam minyak dengan prinsip berat jenis. Berat jenis ampas lebih besar maka ampas akan berada di bawah sedangkan berat jenis minyak lebih kecil daripada ampas maka minyak akan diatas. Pengendapan ini dilakukan selama 24 jam. 2.2.5 PurifikasiPurifikasi ini bertujuan untuk memperoleh minyak jernih tanpa ampas atau proses pemurnian. Pada proses ini dilakukan dengan proses sentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm sehingga akan dihasilkan minyak tanpa ampas. 2.2.6 Tangki Penampungan Tangki penampungan ini berfungsi untuk menampung biofuel yang sudah jadi dan belum digunakan untuk bahan bakar mobil2.2.7 ConverterConverter ini merupakan alat yang berfungsi untuk mengkonversi bahan bakar biofuel untuk menjadi biodiesel agar dapat digunakan. Biofuel setelah dilakukan proses sentrifugasi menjadi sangat jernih. 2.3 Perbandingan antara pengolahan biji kopi di Rayap dengan TeoriPengolahan biji kopi rayap ini difokuskan pada pengolahan biji kopi robusta. Pada pengolahan biji kopi di rayap ini termasuk dalam pengolahan basah. Pengolahan basah ini menggunakan air dalam tiap proses pengolahan. Perbandingan antara pengolahan biji kopi di rayap dengan teori adalah : Tidak adanya proses fermentasiPada tahap proses pengolahan biji kopi ini dengan tahapan basah terdapat tahapan fermentasi. Fermentasi pada biji kopi ini berfungsi untuk menurunkan kadar kafein pada biji kopi. Pada proses fermentasi biji kopi glukosa akan diubah menjadi asam asetat, laktat, dan asam butirat sehingga dengan adanya asam akan menurunkan kadar kafein dan juga fungsi fermentasi ini akan terjadi peristiwa kimiawi yang berguna dalam pembentukan senyawa prekursor citarasa seperti asam organik, asam amino, dan gula reduksi (Avallone et al., 2002; Jackels dan Jackels, 2005; Redgwell dan Fischer, 2006; Lin, 2010). Tidak semua biji kopi mengalami proses fermentasi. Pada meteri yang sudah didapat bahwa kopi robusta dan kopi arabika dilakukan fermentasi namun pada kunjungan lapang tidak dilakukan fermentasi. Tujuan tidak dilakukannya proses fermentasi pada kopi robusta adalah untuk tetap mendapatkan rasa pahit dalam kopi robusta. Dengan tidak dilakukannya fermentasi pada biji kopi robusta maka biji kopi robusta memiliki mutu yang rendah. Pada tahap penggudangan. Pengemasan dan penggudangan bertujuan untuk memperpanjang daya simpan dan hasil. Pengemasan pada biji kopi ini dilakukan menggunakan karung. Dan tumpukan maksimal pada karung adalah 7 tumpukan. Di dalam ruang penggudangan terapat lampu neon. Menurut teori yang di dapat bahwa pada proses penggudangan biji kopi menggunakan atap yang sebagian kecil ditambahkan kaca sehingga cahaya matahari dengan mudah masuk. Pada penggudangan ini pada sela-sela palet ini diletakkan bak-bak yang berisi air sehingga jika pada saat kelembaban meningkat air dapat terserap oleh air yang terdapat pada bak-bak tersebut. Menurut teori yang didapat bahwa pada proses penggudangan untuk mempertahankan RH dengan cara menggunakan kipas angin dan pada bagian dasar menggunakan palet. Pada jarak dinding pada tumpukan karung biji kopi pada kebun rayap sebesar 6-7 cm namun menurut teori jarak antara dinding dan tumpukkan karung sebesar 50 cm. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pada inspeksi terhadap hama gudang (Peraturan menteri pertanian, 2012) Pengeringan Pada tahap pengeringan kopi ada 3 macam pengeringan yaitu dengan sinar matahari langsung, menggunakan alat, dan juga menggunakan metode campuran yaitu dengan alat dan sinar matahari. Di kebun rayap ini menggunakan jenis pengeringan dengan meletakkan bahan tepat diatas tungku selama 18 jam jika suhu konstan. Pengeringan dilakukan tepat di bawah atap yang berbahan seng sehingga menyebabkan biji mudah untuk kering.

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULANDari praktikum lapang yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan : Pada kopi robusta tidak dilakukan fermentasi hal ini dikarenakan agar mendapat flavour dari kopi itu sendiri. Pada proses sortasi kering ini dapat dilakukan dengan alat dan manual. Jika dengan alat menggunakan ayakan(mutu L, mutu M, dan mutu S) dan jika manual menggunakan tenaga manusia (mutu 1, mutu 2 dan mutu 3). Pada kunjungan lapang kemaren kondisi pada saat proses pengeringan, fermentasi dan penggudangan ini tidak sesuai dengan teori kecuali pada fermentasi karena tidak dilakukan. Dengan ketidaksesuaian dengan teori maka akan menurunkan mutu kualitas dari biji kopi robusta. Pada kunjungan lapang kmaren juga dijelaskan proses pembuatan biodiesel. Dimana biodiesel ini merupakan turunan dari biofuel. Dan dapat dibuat dari biji jarak, kopra, biji kapuk,dll. Pada bahan pembuatan biodiesel yang paling baik adalah biji jarak sedangkan rendemen yang paling baik adalah kopra. 3.2 SARANSaran dalam praktikum ini seharusnya pada praktek lapang ini diusahakan tidak berangkat satu angkatan namun setiap kelas. Hal ini dikarenakan jika satu angkatan mahasiswa kurang memahami disebabkan kondisi yang tidak mendukung (keramaian)

DAFTAR PUSTAKA

Avallone, S., J. M. Brillouet, B. Guyot, E. Olguin, and J. P. Guiraud. 2002. Involvement of pectolytic microorganisms in coffee fermentation. International Journal of Food Science and Technology 37: 191-198Hambali,.Suryani, Ani., Windarwati, Sri. 2007.Pemanfaatan Gliserin Hasil Samping Produksi Biodiesel dari Berbagai Bahan Baku (Sawit, Jarak, Kelapa) untuk Sabun Transparan. Jakarta: Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi LPPM IPB. Peraturan menteri pertanian nomor 52/permantan/OT. 140/9/2012/. 2012. pedoman penanganan pascapanen kopi. jakarta:kementerian pertanianPuslitkoka. 2008. Pengolahan biji kopi primer. Leaflet. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia: Jember.Ridwansyah. 2003. Pengolahan kopi. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara