bab 10 akh lak islam

18
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH Konsep Akhlak dalam Konsep Akhlak dalam Islam Islam A. PENDAHULUAN Setelah mengikuti perkuliahan akhlak ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan: 1. Pengertian akhlak 2. Sumber akhlak 3. Ruang lingkup akhlak 4. Kedudukan dan keistimewaan akhlak dalam Islam 5. Hubungan antara iman, akhlak dan ibadah B. PEMBAHASAN Islam mendudukan akhlak dalam kehidupan umat manusia dalam kedudukan yang penting. Bahkan akhlak yang menghias diri seseorang dijadikan dasar penilaian atas seluruh pelaksanaan ibadahnya. Tingginya akhlak seseorang menunjukkan kesempurnaan ibadahnya, dan BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG B A B 10 182

Upload: mayah-vierrania-vahl

Post on 10-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

mjfsxhfsajtgzsxjngxjmg

TRANSCRIPT

DASAR-DASAR ISLAM

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

B A B10

Konsep Akhlak dalam Islam

A. PENDAHULUAN

Setelah mengikuti perkuliahan akhlak ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan:

1. Pengertian akhlak

2. Sumber akhlak

3. Ruang lingkup akhlak

4. Kedudukan dan keistimewaan akhlak dalam Islam

5. Hubungan antara iman, akhlak dan ibadah

B. PEMBAHASAN

Islam mendudukan akhlak dalam kehidupan umat manusia dalam kedudukan yang penting. Bahkan akhlak yang menghias diri seseorang dijadikan dasar penilaian atas seluruh pelaksanaan ibadahnya. Tingginya akhlak seseorang menunjukkan kesempurnaan ibadahnya, dan rendahnya akhlak seseorang menunjukkan ketidaksempurnaan ibadah seseorang itu.

Uraian berikut ini berupaya untuk memberikan penjelasan yang cukup tentang akhlak mulai dari pengerian akhlak, sumber akhlak, ruang lingkup, kedudukan dan keistimewaan akhlak dalam Islam, hubungan antara aqidah, ibadah, dan akhlak, dan menggapai akhlak mulia.

Pengertian Akhlak

Ditinjau dari segi kebahasaan (), kata akhlak diambil dari bahasa Arab dalam bentuk jama yang berasal dari kata tunggal . Di dalam al-Quran, kata dapat dijumpai di dalam surat Al-Qalam ayat 4 yang berbunyi:

yang berarti: Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung (QS. Al-Qalam (68): 4). Kata khuluq (bahasa Arab) mengandung arti tabiat, budi pekerti, kebiasaan, keprawiraan, kesatriaan, kejantanan, dan bahkan agama. Sedangkan kata akhlak (bahasa Indonesia) juga mengandung arti budi pekerti atau kelakuan.

Tabiat, budi pekerti, kebiasaan, keprawiraan, kesatriaan, dan kejantanan seseorang biasanya ditangkap dari sikap dan perbuatannya. Akan tetapi sikap dan perbuatan itu sesungguhnya adalah cerminan dari kondisi jiwa. Karena itulah para ahli selalu memadukan kedua hal (jiwa dan sikap/perbuatan) itu menjadi satu kesatuan dalam mendifinisikan istilah akhlak. Meraka belum memasukkan perbuatan seseorang sebagai akhlak jika ia tidak lahir dari kondisi jiwa. Bahkan belum menyebutnya sebagai akhlak jika tidak lahir dari kondisi jiwa secara spontan, mudah, dan tanpa didahului oleh pertimbangan akal fikiran. Seseorang disebut berakhlak mulia, jika ia secara spontan dan tanpa banyak pertimbangan memberikan pertolongan kepada seseorang yang hampir terpelanting jatuh dalam sebuah kerumunan. Dan seseorang disebut berakhlak tercela jika ia secara sepontan dan tanpa banyak pertimbangan pikiran melontarkan kata-kata kasar dan keji kepada seseorang yang menyentuhnya hingga akan jatuh terpelanting di tengah-tengah kerumunan.

Sejalan dengan pemahaman di atas adalah Imam Ghazali. Di dalam karyanya Ihya Ulumuddin ia mengemukakan bahwa akhlak adalah:

Kondisi jiwa yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam karyanya Minhaju al-Muslim juga menjelaskan bahwa akhlak adalah satu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaannya, ia menerima pengaruh pendidikan kepadanya, baik maupun jelek kepadanya.

Sumber Akhlak

Di dalam konsep akhlak, seluruh perbuatan manusia itu mengandung nilai-nilai. Ada yang mengandung nilai baik atau terpuji dan ada juga yang mengandung nilai buruk atau tercela. Tidak ada satupun perbuatan dalam kehidupan seseorang yang tidak mengandung salah satu dari kedua nilai itu. Perbuatan yang bernilai baik yang lahir dari keadaan jiwa secara spontan, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta bersaifat konstan menunjukkan pada akhlak terpuji. Dan sebaliknya, perbuatan bernilai buruk yang lahir dari keadaan jiwa secara sepontan, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta bersaifat konstan menunjukkan pada akhlak tercela. Karena itu, yang dimaksud dengan sumber akhlak dalam hal ini adalah sumber nilai yang dijadikan sebagai tolok ukuran baik dan buruknya perbuatan itu.

Dalam konsep akhlak, tolok ukur baik dan buruk hanyalah ketentuan Allah SWT sebagaimana diajarkan dalam Islam, baik yang tertuang di dalam al-Quran maupun al-Hadits. Sesuatu yang dipandang baik oleh Allah SWT adalah baik secara mutlak baik wujud maupun esensinya. Sedangkan sesuatu yang dipandang buruk oleh Allah SWT adalah buruk secara mutlak baik wujud maupun esensinya. Adalah hal yang tidak mungkin, Allah SWT menilai kebohongan sebagai kebaikan, karena kebohongan esensinya buruk. Di dalam sebuah hadits Rasulullah Muhammad saw. memerintahkan umatnya agar berakhlak dengan akhlak Allah. Sabda Rasulullah:

Berakhlaklah dengan akhlak Allah

Adalah Allah SWT memiliki segala sifat yang terpuji. Di dalam Al-Quran surat Thaha ayat 8 dengan jelas berfirman:

(((( (( ((((((( (((( (((( ( (((( (((((((((((( (((((((((((( ((( (Dialah) Allah, tiada Tuhan selain Dia, Dia mempunyai sifat yang terpuji (QS Thaha: 8)

Rasulullah Muhammad saw. sebagai Nabi dan utusan-Nya telah menerima dan memahami seluruh sifat terpuji yang telah diajarkan Allah SWT melalui wahyu-Nya, bahkan telah menampilkan dalam prilaku kehidupan sehari-hari beliau. Karena itu, ketika Aisyah suatu ketika ditanya tentang akhlak beliau, Aisyah menjawab bahwa akhlaknya adalah al-Quran ( .(

Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak sebagaimana didefinisikan terdahulu, memiliki cakupan yang luas. Secara garis besar cakupan akhlak tersebut dapat dipilah kedalam dua bagian, yaitu: pertama, akhlak makhluk dalam hubungannya dengan Khalik (Allah), dan kedua, akhlak dalam hubungan sesama makhluk.

Akhlak makhluk dalam hubungannya dengan khalik (Allah), setidaknya meliputi: taqwa, cinta, syukur, dan tawakkal kepada Allah SWT, serta qanaah dan ikhlas atas pemberian-Nya. Adapun akhlak sesama makhluk meliputi; pertama, akhlak sesama manusia, dan kedua, akhlak manusia dalam hubungannya dengan makhluk lainnya baik sesama makhluk hidup maupun dengan makhluk mati.

Akhlak sesama manusia meliputi akhlak kepada diri sendiri, dan akhlak kepada orang lain seperti: terhadap Rasulullah, terhadap orang tua, terhadap kerabat, terhadap tetangga, dan akhlak terhadap masyarakat. Adapun akhlak manusia dalam hubungannya dengan makhluk lain meliputi akhlak manusia terhadap sesama makhluk hidup (selain manusia) seperti: terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan, dan terhadap makhluk mati, seperti: terhadap udara, air, tanah dan yang semisalnya.

Dengan titik tekan yang berbeda dalam memberikan uraian cakupan akhlak, Abdullah Dirz dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi al-Islam sebagaimana dikutip oleh Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Akhlak, ia membagi ruang lingkup akhlak kedalam 5 bagian sebagai berikut:

1. Akhlak pribadi ( ) yang meliputi: perintah-perintah )), larangan-larangan (), mubah (), pengecualian-pengecualian karena dlarurat ( ).

2. Akhlak Keluarga ( ) yang meliputi: kewajiban orang tua terhadap anak ( ), kewajiban anak terhadap orang tua ( ), kewajiban suami istri )), dan kewajiban terhadap karib kerabat ( )

3. Akhlak Kemasyarakatan ( ) yang meliputi: larangan-larangan (), perintah-perintah (), dan kaidah-kaidah adab ( ).

4. Akhlak Kenegaraan ( ) yang meliputi: hubungan antara pemimpin dengan rakyat ( ) , dan hubungan luar negeri( ) .

5. Akhlak Keagamaan ( ) yaitu kewajiban terhadap Allah SWT. ( )

Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak dalam Islam

Di dalam Islam, akhlak ditempatkan pada posisi istimewa. Akhlak dinilai sebagai kebajikan seluruhnya, di jadikan sebagai tolok ukur tingkat keimanan, dan bahkan dijadikan dasar kecintaan Allah SWT terhadap hamba-Nya. Di dalam ayat-ayat al-quran dan juga hadits-hadits rasulullah, ditunjukkan kedudukan dan keistimewaan akhlak sebagai berikut:

1. Penyempurnaan akhlak menjadi misi utama Rasulullah Muhammad saw.

Rasulullah Muhammad saw bersabda:

Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR. At-Tirmidzi)

Pernyataan rasulullah di atas bukan berarti beliau tidak mengajarkan tauhid, ibadah, dan juga muamalah. Rasulullah justru mula-mula mengajarkan tauhid, ibadah, kemudian muamalah. Hal ini bukan berarti Rasulullah tidak menyampaikan misinya, akan tetapi justru melalui itu semua rasulullah menyempurnakan akhlak umat manusia.

2. Allah memuji Nabi-Nya karena akhlaknya yang agung

Rasulullah Muhammad saw. sebagai suritauladan (uswah hasanah) bagi umat manusia benar-benar telah menunjukkan akhlaknya yang mulya. Dan karena akhlak mulya yang ditunjukkan melalui sikap, prilaku, dan pikirannya dalam kehidupannya sehari-hari itu Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Surat Al-Qalam ayat 4 sebagai berikut:

(((((((( (((((((( (((((( ((((((( (((

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam: 4)

3. Akhlak mulia adalah kebajikan seluruhnya

Rasulullah Muhammad saw bersabda:

Kebaikan itu adalah akhlak yang baik (HR. Bukhari)4. Akhlak menjadi tolok ukur tingkat keimanan orang-orang yang beriman.

Sabda Rasulullah saw.:

Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Berakhlak mulia adalah perintah Allah SWT

Allah berfirman di dalam Al-Quran Syrat Fushilat ayat 34 yang berbunyi:

( (((((((( ((((((((( (((( (((((((( ((((((( ((((((( (((((((( ((((((((((( ((((((((( ((((((((( (((((( ((((((( ((((

Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia adalah permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.(QS. Fushilat: 34)

6. Akhlak sebagai sarana memperoleh surga yang tinggi

Beliau saw. ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan ke dalam surga. Beliau menjawab, Yaitu taqwa kepada Allah SWT dan akhlak yang baik (HR. At-Tirmidzi). Beliau juga bersabda:

Sesungguhnya hamba itu pasti akan mencapai dengan akhlaknya yang baik pada derajat yang agung di akhirat dan kedudukan yang mulia, meskipun hamba itu lemah dalam beribadah. (HR. At-Tabrani).

7. Akhlak mulia adalah amal terberat timbangannya

Sabda Rasulullah saw.:

Tidak ada sesuatu di dalam timbangan (amal) yang lebih berat dari pada akhlak yang baik (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)

8. Berakhlak mulia adalah sarana untuk dapat dicintai Allah

Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat denganku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian. (HR. At-Tirmidzi)

Hubungan antara Aqidah, Ibadah, dan Akhlak

Aqidah, ibadah, dan akhlak adalah pokok ajaran Islam yang harus ada dan menyatu dalam diri seseorang muslim. Ketiga-tiganya memiliki keterkaitan erat dan tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan lainnya. Karena itu, tidak cukup bagi seorang muslim hanya dengan aqidah tanpa ibadah dan akhlak, hanya dengan ibadah dan akhlak tanpa aqidah, dan hanya dengan akhlak terpuji tanpa aqidah dan ibadah. Di dalam al-Quran, aqidah yang dinyatakan dengan sebutan iman dapat dijumpai dalam banyak ayat yang sekaligus diiringi dengan penyebutan kata amal saleh. Sebagai contoh adalah ayat-ayat berikut:Firman Allah SWT Surat al-Kahfi ayat 107-108:

(((( ((((((((( (((((((((( ((((((((((( ((((((((((((( ((((((( (((((( ((((((( (((((((((((((( (((((( ((((( (((((((((( (((((( (( ((((((((( ((((((( (((((( (((((

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tingga, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah daripadanya. (QS. al-Kahfi [18]: 107-108)

Firman Allah SWT Surat al-Ashr ayat 1-3:

(((((((((((( ((( (((( (((((((((( ((((( (((((( ((( (((( ((((((((( (((((((((( ((((((((((( ((((((((((((( ((((((((((((( ((((((((((( ((((((((((((( ((((((((((( (((

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Dan di dalam surat al-Ankabut ayat 45 Allah SWT mengkaitkan perintah shalat dengan penghindaran diri dari perbuatan keji dan munkar.

(((((( (((( ((((((( (((((((( (((( ((((((((((( (((((((( ((((((((((( ( (((( ((((((((((( (((((((( (((( (((((((((((((( ((((((((((((( ( (((((((((( (((( (((((((( ( (((((( (((((((( ((( ((((((((((( ((((

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Quran) dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Imam al-Ghazali di dalam kitabnya Khuluqul Muslim sebagaimana dikutib oleh Malik menjelaskan bahwa iman, ibadah, dan akhlak merupakan tri tunggal yang bertalian erat dan tidak boleh terpisah.

Di dalam sistem Islam, aqidah adalah dasar, di atasnya dibangun ibadah yang dengan keduanya akan lahir akhlak. Tidak ada ibadah dalam Islam tanpa aqidah. Karena itu, akhlak adalah cermin dari kondisi aqidah dan ibadah yang dimiliki oleh seorang muslim. Ibarat sebuah pohon, maka aqidah adalah akarnya, ibadah adalah batang pohonnya, dan akhlak adalah buahnya. Tidak ada batang pohon yang tumbuh sehat, subur, dan kokoh tanpa disangga akar yang baik dab kokoh, dan tidak ada buah yang lebat dan baik tanpa akar dan batang pohon yang baik, sehat, dan kokoh. Syalthut mengibaratkan Syariat tanpa aqidah dengan bangunan yang tergantung di awang-awang, tidak terletak di atas dasar yang kuat.

C. RANGKUMAN

Dalam pandangan Islam, akhlak mempunyai kedudukan penting di dalam kehidupan manusia. Hal ini setidaknya dapat dipahami dari hasil yang diharapkan dari setiap pelaksanaan ibadah, baik shalat, puasa, maupun ibadah-ibadah lainnya. Bahkan misi kerasulan Rasulullah Muhammad saw. adalah penyempurnaan akhlak umat manusia itu. Di dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR. At-Tirmidzi)

Hadis dan uraian di atas memberikan pemahaman bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah dalam menjalankan misi kerasulannya, baik dalam menanamkan aqidah dan mengajarkan berbagai macam ibadah bermuara pada terbentuknya akhlak mulia bagi segenap umat manusia. Sejarah perjuangan Rasulullah juga menunjukkan bahwa apa yang mula-mula dilakukan oleh beliau sejak diangkat sebagai Rasul adalah membangun aqidah, baru kemudian ibadah dan tidak memulainya dari akhlak. Akhlak mulia pasti akan lahir dari diri seseorang yang telah memiliki aqidah yang benar dan telah menjalankan ibadah dengan baik dan benar pula.

Ahmad Amin, dalam karyanya Al-Akhlak merekomendasikan 5 hal untuk dapat mencapai akhlak mulia. Lima hal yang dimaksud adalah:

1. Meluaskan lingkungan fikiran

2. Berkawan dengan orang terpilih

3. Mempelajari sejarah hidup para pahlawan dan orang-orang yang berfikiran luar biasa.

4. Mewajibkan diri sendiri untuk melakukan kebaikan untuk umum

5. Membiasakan diri untuk tidak berucap kecuali ada manfaatnya, meningkatkan ketaatan, dan menumbuhkan kekuatan untuk menolak keburukan dan menerima kebaikan.

D. PERTANYAAN

1. Jelaskan Pengertian akhlak dalam Islam!

2. Bagaimana parameter perbuatan baik dan buruk yang benar?

3. Bagaimana kedudukan akhlak dalam Islam?

4. Jelaskan hubungan timbal-balik antara iman, akhlak dan ibadah!

E. REFERENSI (END NOTE)

Ahmad Warson Al-Munawwir, Al-Munawwir Kamus Bahasa Arab Indonesia, Yogyakarta, 1984, Unit Pengadaab Buku Ilmiah Keagamaan PP Al-Munawwir

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta, 1991, Modern English Press, hal. 29.

Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Bairut, 1989 cet. Ke-II, Darul Fikr.

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta, LPPI., cetakan ke IV, 2001. hal.5-6

A. Malik Fadjar, dkk., Kuliah Agama Islam di Perguruan Tinggi, Surabaya, Al-Ikhlas, 1981:104

Mahmud Syalthut, Al-Islam Aqidah wa Syariah, terj., Jakarta, Bumi Aksara, cet. Ke-2, 1984 hal. XV

Ahmad Amin, Al-Akhlak, Terj., Jakarta, Bulan Bintang, 1975 hal. 63-65

PAGE 187BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN II

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG