bab 18 pembiayaan

Download Bab 18 Pembiayaan

If you can't read please download the document

Upload: anang-dwi-setyawan

Post on 02-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pembiayaan

TRANSCRIPT

} `P1080I * }

Pembiayaan Penyuluhan

Pembiayaan Penyuluhan

300 Sistem Penyuluhan Pertanian299Sistem Penyuluhan Pertanian

18Pembiayaan Penyuluhan Pertanian

Di dalam manajemen, pembiayaan menrupakan unsur penting, bahkan seringkali dianggap terpenting, karena (sesuai perkem-bagan peradaban) hampir tidak ada sesuatu yang harus dibeli dengan uang.Di dalam kegiatan penyuluhan, unsur pembiayaan diperlukan untuk:

Biaya personil (gaji, upah, tunjangan, insentif, dll)Pengadaan perlengkapan (alat-bantu dan alat-peraga penyuluhan)Biaya operasional (pembuatan/perbanyakan/penyebar-luas-an materi penyuluhan, biaya perjalanan, dll)Biaya manajemen (kantor, perlengkapan kantor, sarana transportasi, pos dan telekomunikasi, alat-tulis/kantor, dll.Biaya operasional dan pemeliharaan (kantor, sarana kantor, sarana transportasi, perlengkapan penyuluhan, dll)

A. Pembiayaan Penyuluhan PemerintahMenurut sejarahnya, kegiatan penyuluhan pertanian yang dilak-sanakan di Indonesia, selalu dikelola dan dibiayai oleh pemerin-tah. Pembiayaan penyuluhan pertanian oleh pemerintah terse-but, meliputi:

Pembiayaan tenaga penyuluhPembiayaan pengelolaan/administrasi penyuluhan pertanianPembiayaan sarana dan prasarana penyuluhan pertanianPembiayaan penyelenggaraan penyuluhan pertanianPembiayaan supervise, pemanatauan dan evaluasi penyuluh-an pertanian.

Pembiayaan penyuluhan pertanian oleh pemerintah seperti itu, nampaknya masih akan dipertahankan sampai beberapa waktu ke depan. Hal ini dapat dicermati dari isi UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang menempatkan kegiatan penyuluhan sebagai tugas dan kewajiban pemerintah. Bahkan secara eksplisit dibedakan adanya sistem penyuluhan pertanian oleh peme-rintah, penyuluhan oleh swasta, dan penyuluhan swakarsa.

B. Pembiayaan Penyuluhan oleh Swasta dan LSMSeiring dengan kemajuan dan perkembangan kegiatan penyu-luhan yang memberikan peluang bisnis bagi produsen sarana produksi (benih, pupuk, pestisida) dan alat/mesin pertanian, sejak dasawarsa 1980-an, mulai berkembang kegiatan penyu-luhan yang pembiayaannya didukung atau disponsori oleh BUMN dan perusahaan swasta terkait. Bahkan, pada perkem-bangan lebih lanjut, banyak kegiatan penyuluhan pertanian yang sepenuhnya dilakukan dan atau dibiayai oleh swasta.Di samping itu, seiring dengan semakin diakuinya lembaga swadaya masyarakat (LSM) oleh pemerintah, sejak era reformasi semakin banyak kegiatan penyuluhan pertanian yang didukung oleh lembaga donor internasional. Hal ini bisa dilihat, utamanya dalam penyuluhan tentang pertanian organik, per-lindungan hama terpadu, atau pembangunan pertanian berkelan-jutan (sustainable agriculture development)

C. Pengelolaan Penyuluhan Oleh MasyarakatSalah satu prinsip penyuluhan pertanian adalah, mengacu kepada kebutuhan penerima manfaatnya. Karena itu, penyuluhan yang tidak mengacu kepada kebutuhan penerima manfaat, utamanya yang diran-cang oleh pemerintah yang lebih mengutamakan kehendak/kebijakan pemerintah lambat laun semakin kurang diminati. Sementara itu, penyuluhan yang dilakukan oleh swasta/LSM yang seringkali lebih berpihak kepada (kebutuhan/pemecahan masalah) masyarakat, sema-kin diminati. Karena itu, pelaksanaan SLPHT dan kegiatan penyu-luhan yang dilakukan oleh Petani Pemandu semakin mendapat tang-gapan positif dari masyarakatnya.Kondisi seperti itu memberikan indikasi bahwa, penyuluhan yang dikelola oleh masyarakat (penerima manfaat) akan semakin memiliki potensi untuk dikembangkan. Konsekuensinya adalah, penyuluhan seperti itu harus dibiayai sendiri oleh masyarakat (penerima manfaat) secara swadaya.Tentang hal ini, meskipun banyak kalangan yang masih meragukan kemampuan masyarakat (petani-kecil) untuk membiayai sendiri kegiatan penyuluhan yang diperlukan, tetapi dalam banyak kasus ternyata dapat dilaksanakan dengan baik, lebih baik dibanding kegiatan penyuluhan yang dibiayai oleh pemerintah, swasta, maupun LSM, seperti yang dapat dilihat pada: penyuluhan oleh petani pemandu di Kabupaten Magelang dan penyuluhan pertanian bagi masyarakat perkotaan di Yogyakarta.

D. Privatisasi Penyuluhan PertanianSeperti halnya kegiatan desentralisasi, upaya pengalihan tanggungjawab permbiayaan penyuluhan telah berlangsung sejak awal 1980-an. Bahkan pemerintah Chile telah memulai privatisasi secara penuh sejak dasawarsa 1970-an (Deininger, 1996).

(1) Pengertian Privatisasi PenyuluhanSehubungan dengan kegiatan privatisasi, Rivera dan Cary (1997) mengartikan privatisasi sebagai pengalihan kepemilikan (melalui penjualan) dari pemerintah kepada lembaga swasta. Sejalan dengan itu, Feder (2000) mengartikan privatisasi penyuluhan sebagai pengalihan kewenangan kegiatan penyuluhan kepada lembaga swasta/ LSM, lembaga penyiaran swasta, perusahaan swata, media-masa, dan partisipasi stakeholders yang lain. Meskipun demikian, jarang sekali terjadi penyerahan penyuluhan secara penuh oleh pemerintah. Karena itu, Swanson (1997) mengartikan privatisasi penyuluhan sebagai upaya peningkatan partisipasi pihak swasta, tanpa adanya pengalihan kepemilikan atau tanggung-jawab penyuluhan dari pemerintah.

(2) Alasan dilakukannya privatisasiAlasan utama yang mendorong perlunya privatisasi penyuluhan adalah, penghematan biaya penyuluhan yang harus ditanggung oleh pemerintah.Besarnya pembiayaan tersebut, tidak saja diperlukan untuk pembia-yaan personil, tetapi juga pembiayaan manajemen dan operasional yang menyangkut:

1)produksi dan distribusi materi penyuluhan2)kegiatan percobaan/pengujian-lokal3)kegiatan alih-teknologi, yang dilakukan melalui: kampanye, pelatihan, pertemuan kelompok, dll.4)perlengkapan (alat bantu dan alat peraga) penyuluhan5)transportasi dan perjalanan petugas6)dll.

Padahal, penerima manfaat penyuluhan tidak hanya terbatas pada petani sebagai pelaksana-utama pembangunan pertanian, tetapi juga para produsen (benih, pupuk, pestisida, alat & mesin pertanian), lembaga-kredit, biro-iklan, dan pelaku bisnis pertanian yang lain.

Alasan kedua, terkait dengan mutu atau profesionalisme penyuluh dan kegiatan penyuluhan yang dilakukan.Seiring dengan kemajuan ilmu-pengetahuan dan teknologi, setiap penyuluh dituntut untuk terus-menerus mengembangkan profesional-ismenya, terutama yang terkait dengan penguasaan ilmu dan ketram-pilan menyuluh, melalui pelatihan, penataran, kunjungan-lapang, konsultasi dengan pakar, pembelian buku/jurnal-ilmiah/majalah-pertanian, dan penggunaan internet.Tetapi, karena keterbatasan dana yang dapat disediakan oleh pemerin-tah, kegiatan-kegiatan seperti di atas jarang dapat dikerjakan.

Di pihak lain, kegiatan penyuluhan juga perlu pembaharuan dan pengembangan, yang menyangkut:1)materi yang disampaikan, tidak terbatas pada teknik budidaya, tetapi harus diperluas mencakup: majaemen agrobisnis, kewira-usahaan, bahkan pendidikan politik untuk petani.2)metoda dan teknik penyuluhan 3)media dan perlengkapan penyuluhan yang lebih modern dan menarik peminat penyuluhan.4)dll.

yang kesemuanya itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, yang tidak mungkin hanya menggantungkan keuangan pemerintah.

Alasan ketiga, adalah yang terkait dengan politisasi kegiatan penyu-luhan pertanian. Karena kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan: menarik perhatian, pembujukan dan membantu/memfasilitasi (masya-rakat) petani, maka kegiatan penyuluhan dapat dijadikan alat politik-praktis dari kelompok-kelompok kepentingan baik yang sedang ber-kuasa maupun kelompok-oposisinya. Sehingga, tidak jarang penyuluhan pertanian tidak lagi dilaksanakan dengan mengacu kepa-da kebutuhan peningkatan produktivitas, pendapatan, dan kesejah-teraan petani, tetapi seringkali lebih mengacu kepada kepentingan politis penguasa.Sehubungan dengan itu, privatisasi penyuluhan pertanian diharapkan dapat lebih mengacu kepada kebutuhan dan kepentingan petani, karena petani memiliki hak memilih kegiatan penyuluhan yang benar-benar bermanfaat bagi kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat-nya.

(3) Bentuk-bentuk PrivatisasiDi atas telah dikemukakan bahwa, dalam praktek, jarang dapat dilakukan privatisasi secara penuh. Berkaitan dengan itu, terdapat model-model privatisasi yang telah dicoba untuk dikembangkan di beberapa negara, yaitu:

Pembiayaan penyuluhan oleh pembayar pajak, yang terkait dengan kegiatan pertanian, seperti: produsen, pedagang, biro-iklan, dll.Pembayaran langsung oleh individu-individu yang melakukan kegiatan pelayanan masyarakat.Pembayaran bersama antara pemerintah dan asosiasi profesional swasta.

Terkait dengan hal tersebut, diperlukan kebijakan yang menyangkut:

Peraturan pajak umum berbasis pertanian (termasuk untuk kegiat-an penyuluhan pertanian)Peraturan pajak-komoditiPajak pendapatan, terutama kepada petani-kaya atau asosiasi/ kelompok-tani komersialKontrak (kerjasama) penyuluhan dengan pihak swasta (konsultan) atau LSM.

Tentang hal ini, terdapat beberapa bentuk insentif yang diberikan pemerintah berupa:

Voucher/penghargaan kepada petani yang melakukan/terlibat dalam kegiatan penyuluhan pertanian.Insentif kredit usahatani, yaitu sebagian bunga kredit yang dialo-kasikan untuk kegiatan penyuluhanKartu-keanggotaan (membership) bagi petani, untuk memperoleh layanan penyuluhan pertanian.Kartu-keanggotaan dan sponsor untuk kegiatan penyuluhan Privatisasi, yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan penyu-luhan dan atau pemberian dana kepada kelompok-tani untuk penye-lenggaran penyuluhan.

(4) Manfaat privatisasi penyuluhanMelalui privatisasi, terbukti mampu menghemat pembiayaan yang sebelumnya harus ditanggung oleh pemerintah. Di Jerman, misalnya, ternyata pengurangan pembiayaan tersebut dapat mencapai lebih dari 50%. Di samping itu, melalui privatisasi ternyata dapat diperoleh beragam manfaat yang lain, seperti:

Kecepatan kebutuhan akan perubahan.

Kegiatan penyuluhan yang tidak lagi tersentralistis melalui privatisasi, yang ternyata juga lebih profesional dan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh (masyarakat) petani, terbukti mampu mempercepat kebutuhan petani akan perubahan.

Penyuluhan yang dilakukan oleh pihak swasta/LSM terbukti lebih cepat menumbuh-kembangkan swadaya masyarakat.

Hal ini terjadi, karena:

penyuluhan oleh dan dibiayai pemerintah, lebih cenderung bersifat karitatif yang justru menciptakan ketergantungan atau mendidik masyarakat tetap jadi pengemis.penyuluhan oleh swasta/LSM diupayakan untuk segera menumbuhkan swadaya masyarakat, agar pembiayaan dan korbanan lain yang diperlukan segera dapat ditekan.

d) Penyuluhan pertanian yang dilakukan melalui privatisasi, ternyata lebih menjamin keberlanjutan penyuluhan itu sendiri.Hal ini disebabkan karena, berbeda dengan penyuluhan oleh pemerintah yang lebih tergantung kepada anggaran negara (APBN/APBD) yang dirancang per tahun, penyuluhan oleh swasta/LSM seringkali dirancang dalam bentuk kegiatan multi years.