bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2010-1-00625-tisi bab 2.pdftransparan,....
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teknik Industri
2.1.1 Konsep Supply Chain
Menurut Pujawan (2005, p5) supply chain adalah jaringan perusahaan-
perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Menurut Muh Alfatih Hendrawan (teknik.ums.ac.id) Supply Chain
adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja
untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.
Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke
pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu
ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir.
Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh
supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status
pengiriman material sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim
maupun yang akan menerima. Perusahaan harus membagi informasi seperti
ini supaya pihak-pihak yang berkepentingan bisa memonitor untuk
kepentingan perencanaan yang lebih akurat.
Gambar 2.1 Simplifikasi Model Supply Chain
13
Kenapa diperlukan koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan pada
supply chain?. Karena perusahaan – perusahaan yang berada pada suatu
supply chain menginginkan dapat memuaskan konsumen akhir yang sama.
Mereka harus bekerjasama untuk membuat produk yang murah,
mengirimkannya tepat waktu dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan
kerjsama antara elemen-elemen pada supply chain tujuan tersebut akan bisa
dicapai.
Semangat kolaborasi dan koordinasi juga disadari oleh kesadaran
bahwa kuatnya sebuah supply chain tergantung pada kekuatan seluruh
elemen yang ada di dalamnya. Sebuah pabrik yang sehat dan efisien tidak
akan banyak berarti apabila suppliernya tidak mampu menghasilkan material
yang berkualitas atau tidak mampu memenuhi pengiriman tepat waktu. Ada
benarnya perkataan orang bahwa “a supply chain is a strong as its weakest
link” . Jadi supply chain, pabrik perlu memberikan bantuan teknis dan
manajerial terhadap supplier-suppliernya karena pada akhirnya ini akan
menciptakan kemampuan bersaing keseluruhan supply chain.
Supply chain diperlukan pengertian, kepercayaan dan aturan main
yang jelas, Misalnya, ketika perusahaan mau membagi informasi secara
transparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-
pihak yang bisa menyalahgunakannya. Sangatlah penting untuk menjaga etika
bagi mereka yang menginginkan supply chain yang kuat dalam jangka waktu
panjang.
Hubungan jangka panjang memungkinkan semua pihak untuk
menciptakan kepercayaan yang lebih baik serta menciptakan efisiensi.
Efisiensi bisa tercipta karena hubungan jangka panjang berarti mengurangi
ongkos-ongkos untuk mendapatkan perusahaan partner baru, .Namun perlu
dicatat bahwa orientasi jangka panjang dalam konteks supply chain di
lapangan harus diinterpretasikan secara fleksibel. Dalam konteks lingkungan
bisnis yang semakin dewasa ini, ukuran ‘jangka panjang’berlaku sangat relatif.
14
2.1 .2 AHP (Analytic Hierarchy Process)
Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan salah satu
metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika,
intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi dan rasa untuk dioptimasi dalam
suatu proses yang sistematis, serta mampu membandingkan secara
berpasangan.
Metode Analytic Hierarchy Process mulai dikembangkan oleh
Thomas L.Saaty. Seorang ahli matematika yang bekerja pada University of
Pittsburgh di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an.
Gambar 2.2 Problem Hierarchy Pada AHP
Menurut Saaty (1991, h.3) Analytic Hierarchy Process adalah sebuah
metode pembuatan keputusan yang didasarkan pada pembagian ruang
masalah menjadi sebuah hierarki, divisualisasikan menggunakan tiga peta,
yang mengumpulkan hierarki informasi dalam jumlah besar menjadi ruang
lingkup kecil, sehingga memberi kesempatan bagi perseorangan atau
kelompok untuk membangun gagasan gagasan dan mendefinisikan persoalan
dengan cara membuat asumsi mereka masing masing dan memperoleh
pemecahan masalah yang diinginkan darinya.
Pada dasarnya metode AHP ini memecah-mecah suatu situasi yang
kompleks, tak terstruktur, ke dalam bagian-bagian kompennya, menata bagian
15
atau variabel ini dalam susunan hierarki, memberi nilai numberik pada
pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel dan
mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada
situasi tersebut.
Prinsip-prinsip dasar AHP adalah prinsip yang mendasari logika
manusia dalam menganalisa dan memecahkan sebuah masalah. Ada 3 prinsip
dalam AHP yaitu :
1. Prinsip pembedaan hierarki, menggambarkan dan menguraikan secara hierarki
dengan cara memecahkan persoalan menjadi kriteria-kriteria yang lebih kecil.
2. Prinsip pemenuhan prioritas, menentukan peringkat prioritas elemen-elemen
menurut relativitas kepentingnya.
3. Prinsip konsistensi logika, menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang
logis.
Manfaat yang diperolah dari penggunaan AHP menurut Saaty (1991,p25) yaitu :
Gambar 2.3 Manfaat Analythic Hierarchy Process
AHP
Kesatuan
Sintesis
Saling Ketergantungan
Penyusunan Hierarki
Konsistensi
Komplesitas
Sintesis
Tawar-Menawar
Penilaian dan Konsensus
Pengulangan Proses
16
1. Kesatuan
AHP member satu metode tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
aneka ragam persoalan tak terstruktur.
2. Komplesitas
AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem
dalam memecahkan persoalan kompleks.
3. Saling ketergantungan
AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
4. Penyusunan Hierarki
AHP menerima kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-
elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan
struktur yang serupa dalam setiap tingkat.
5. Pengukuran
AHP member suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu metode
yang menetapkan prioritas.
6. Konsistensi
AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
7. Sintensis
AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.
17
8. Tawaran-tawaran
AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem
dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-
tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus
AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintensis suatu hasil yang
representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
10. Pengulangan Proses
AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui
pengulangan.
Cara Perhitungan AHP (Analytic Hierarchy Process)
Menurut modul praktikum Perancangan dan Tata Letak Fasilitas (2008,
p1) Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu alat pengambilan
keputusan yang sederhana, yaitu dengan memisahkan persoalan-persoalan
yang rumit menjadi beberapa jenjang yang sederhana, untuk kemudian
diselesaikan satu per satu, dan pada akhrinya kembali hirarki tersebut disusun
menjadi suatu kesatuan.
Proses ini melibatkan pair-wise comparison. Seorang pembuat
keputusan akan memulai proses ini dengan membuta layout keseluruhan
hierarki dari keputusan yang akan diambil (Tujuan, Kriteria, Alternatif).
Hierarki ini akan menunjukkan beberapa faktor yang patut dipertimbangkan
dan juga beberapa alternatif menurut tabel preference level di bawah, sesudah
ini ditentukan juga matriks kepentingan menurut tabel preference dibawah.
18
Tabel 2.1 Tabel Preference Level
Preference Level Numerical Value
Equality Preferred 1
Equally to Moderately Preferred 2
Moderately Preferred 3
Moderately to Strongly Preferred 4
Strongly Preferred 5
Strongly to Very Strongly Preferred 6
Very Strongly Preferred 7
Very Strongly to Extremely Preferred 8
Extremely Preferred 9
Sesudah melakukan penentuan matriks-matriks tersebut, kalikan
matriks kriteria dan matriks alternatif yang telah ditentukan untuk
mendapatkan priority vector. Langkah selanjutnya adalah menentukan
weighted sum vector yaitu dengan mengalihakan row average dengan
matriks awal, dan consistency vector dengan membagi weighted sum vector
dengan row average.
Setelah mendapatkan consistency vector, lalu dapat dihitung lambda
dan consistency index dengan lambda ( λ ) adalah rata-rata dari consistency
vector dan consistency index dengan rumus :
CI = 1nnλ
−−
dimana n adalah jumlah item dari sistem yang dibandingkan.
Setelah mendapatkan consistency index (CI), bisa didapatkan
consistency ratio dengan rumus :
CR = RICI
RI adalah random index yang didapat dari table random index dibawah ini :
19
Tabel 2.2 Tabel Random Index
N 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
Untuk mendapatkan hasil yang konsisten, maka nilai dari consistency
ratio (CR) harus lebih kecil sama dengan 0,10. Jika consistency ratio (CR)
lebih besar dari 0,10 maka keputusan yang diambil harus dievaluasi ulang .
2.1.3 Fuzzy AHP
Model AHP pertama yang dikembangakan oleh Thomas L.Saaty
(1990) merupakan AHP dengan pembobotan additive. Pembobotan additive
adalah operasi aritnatika untuk mendapatkan bobot totalnya adalah
penjumlahan. Didalam penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
mengambil keputusan dengan banyak kriteria yang bersifat subjektif.
Seringkali seorang pengambil keputusan dihadapkan pada suatu permasalahan
yang sulut dalam penentuan bobot setiap kriteria Untuk menangani kelemahan
AHP ini diperlukan suatu metode yang lebih memperlihatkan keberadaan
kriteria-kriteria yang bersifat subjektif tersebut.
Menurut Ching Chow Yang (p543) salah satu metode pendekatan yang
sering dipakai adalah konsep fuzzy. Pengembangan AHP dengan
mengintegrasikan AHP dengan Triangular Fuzzy Numbers (TFNs) dan Fuzzy
multiple-attribute decision making (FMADM) menghasilkan fuzzy AHP.
Keunggulan dari fuzzy AHP adalah dengan menggunakan rasio fuzzy untuk
menggantikan rasio eksak pada AHP. Selain itu, digunakan juga operasi dan
logika matematika fuzzy untuk menggantikan operasi matematika pada AHP.
20
Gambar 2.4 Struktur Hierarki Kriteria
2.1.3.1 Fuzzy Mutiple Attribute Decision Making (FMADM)
Fuzzy Mutiple Attribute Decision Making menyangkut masalah
pemilihan. Di mana analisa matematis tidak terlalu banyak dibutuhkan atau
dapat digunakan untuk pemilihan hanya terhadap sejumlah kecil alternatif saja.
2.1.3.2 Variabel Linguistik
Menurut Akik Hidayat, pada dasarnya variabel linguistik adalah
sebuah himpunan fuzzy yang memiliki fungsi keanggotaan tertentu. Menurut
Zadeh (1988) variabel linguisitk adalah suatu variabel yang nilainya adalah
kata atau kalimat di dalam bahasa natural.
Zadeh (1988) menyatakan bahwa logika fuzzy berhubungan
denganprinsip-prinsip pemberian alasan (reasoning) formal mengenai suatu
hal yang tidak mempunyai ketentuan atau pemberian alasan perkiraan.
Dengan menggunakan model logika fuzzy memungkinkan keputusan yang
relatif di dalam suatu lingkungan ketidaktentuan dan ketidaktepatan.
Pada sebuah item dapat ditetapkan sebuah variable linguistik tertentu
untuk menggambarkan kondisi dari item tersebut misalnya “paling penting”,
21
“sangat penting “, “lebih penting”, “sedikit lebih penting “ dan “sama penting
“.
Setiap fungsi keanggotaan (skala bilangan fuzzy) didefinisikan oleh
tiga parameter TFN simetris, titik kiri, titik tengah dan titik kanan pada
interval fungsi tersebut didefinisikan. Penggunaan variabel linguistik disini
ditujukan untuk mengaji prioritas linguistik disini ditujukan untuk prioritas
penilaian performance dari setiap evaluator.
Tabel 2.3 Keanggotaan Variabel Linguistik
Skala Bilangan Skala Linguistik Skala Bilangan Fuzzy
1 Sama Baik (SmB) (1;1;3)
3 Sedikit Lebih Baik (SLB) (1;3;5)
5 Lebih Baik (LB) (3;5;7)
7 Sangat Baik (SaB) (5;7;9)
9 Paling Baik (PaB) (7;7;9)
1/3 ~ Sedikit Lebih Baik (~SLB) (1/5;1/3;1/1)
1/5 ~ Lebih Baik (~LB) (1/7;1/5;1/3)
1/7 ~ Sangat Baik (~SaB) (1/9;1/7;1/5)
1/9 ~ Paling Baik (PaB) (1/9;1/7;1/7)
2.1.3.3 Triangural Fuzzy Number
Triangural fuzzy number dikemukan oleh Var Laarhoven Pedrycz
pada tahun 1983. Triangural fuzzy number digunakan untuk menjelaskan
perbandingan berpasangan bagi karakteristik pelanggan untuk menangkap
ketidakjelasan yaitu 1~
dan 9~
. Sebuah Triangural fuzzy number dinyatakan
dengan three real numbers l < m < u, dimana membership function
μ(x) didefinisikan sebagai berikut:
22
Fuzzy number dinyatakan dengan triple (l, m, n) dimana l adalah
batas bawah, m adalah batas tengah dan n adalah batas atas. Symmetric
Triangural Fuzzy Number memiliki prinsip yaitu batas atas dan tengah sama
besar dengan rentang antara batas bawah dan batas tengah. Yang dapat
dijelaskan melalui gambar dibawah ini :
Gambar 2.5 Symmetric Triangural Fuzzy Number
Arithmetic Operations of Triangural fuzzy number
Menurut Ching Chow Yang (p545) Aritmatik dari triangular fuzzy
number tergantungdari interval dari confidence α . Beberapa dasar dari
algebraic operation di positive triangular fuzzy number A~ dan B~ yang
menghadirkan oleh interval dari confidence mengikuti :
]αubαua,α
mbαma,αlbα
l[aαB~)(αA~ +++=+
23
]αubαua,α
mbαma,αlbα
l[aαB~(-)αA~ −−−=
]αubαua,α
mbαma,αlbα
l[aαB~(x)αA~ xxx=
]αubαua,αmbαma,αlbαl[aαB~)(αA~ ÷÷÷=÷
2.1.3.4 Metodologi Fuzzy AHP
Metodologi (Ching-Chow Yang, p546) untuk menjelaskan bobot
ktiteria evaluasi dengan fuzzy AHP dapat diterangkan sebagai berikut :
Gambar 2.6 Metodologi Fuzzy AHP Menurut Ching Chow Yang
24
Keterangan :
1. Decomposition
Decomposition yaitu tahap memecahkan problem menjadi elemen-elemen
yang lebih kecil sehingga problem yang kompleks menjadi lebih
sederhana. Jika mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan
terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih
lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi.
2. Matrix Comparison
Menyusun matrix perbandingan berpasangan diantara semua elemen.
⎪⎪⎩
⎪⎪⎨
⎧
−−−−−=
9 1,7 1,5 1,3 1,1 11
9,7,5,3,1A~ ij
Kriteria i lebih penting terhadap kriteria j
I= j
Kriteria j lebih penting terhadap kriteria i
3. Pairwise Comparison Matrix
Dari matrix comparison atau PCM yang dihasilkan, akan di hitung
consistency ratio (CR) untuk mengetahui apakah pembobotan PCM telah
konsisten atau belum. Dimana PCM dikatakan konsisten dengan syarat
CR < 0.1. Perhitungan CR dapat menggunakan rumus matematik
CI= 1nnλ
−−
CR=RICI RI = random consistency index
4. Konversi dari PCM skala bilangan menjadi PCM skala fuzzy
5. Synthetic Pairwise Comparison
Menghitung elemen matriks synthetic pairwise comparison
).....21( /1A~ an
ijxxaijxaijn
ij =
25
6. Fuzzy Weight
Mendefinisikan rata-rata geometris fuzzy dan bobot fuzzy setiap kriteria
dengan menggunakan metode Buckley (1985) sebagai berikut :
.a~inx........a~i2xa~i1r~i =
Dimana ina~ adalah nilai synthetic pairwise comparison fuzzy dari kriteria
i ke kriteria n . i~r adalah rata-rata geometris dari nilai perbandingan fuzzy
kriteria i terhadap setiap kriteria.
1)nr~.........1r
~x(ir~w~ −++=
i~w adalah bobot fuzzy dari kriteria ke i, n adalah jumlah kriteria yang
dibandingkan dan dapat diindikasikan dengan TFN. i~w = )i
~;i~;i
~( wuwmwl .
i~wl , i
~wm dan i~wu adalah nilai bawah, mengengah dan atas dari bobot
fuzzy kriteria ke i.
7. Alternative Assesment
Mengukur variabel linguistik untuk menunjukkan performance
kriteria dengan ungkapan “sangat baik”, “baik”, “biasa” dan “jelek” dan
“sangat jelek” yang merupakan penilaian subyektif dari evaluator. Setiap
variabel linguistik diindikasikan dengan TFN dalam skala 0-100.
Evalautor juga dapat menetapkan skala variabel linguistiknya
berdasarkan subjektifitasnya dapat mengindikasikan fungsi keanggotaan
nilai yang dinyatakan oleh masing-masing evaluator.
Jika kijE~ adalah performance fuzzy dari evaluator k terhadap
alternatif i pada kriteria j maka kriteria evaluasi dinyatakan dalam
)kijE~u;k
ijE~m;kijE~(lk
ijE~ = . Jika terdapat n evaluator maka integrasi nilai
keputuasan fuzzy-nya adalah :
)nijE~.........2
ijE~1ijE~()/1(ijE~ +++= xn
26
ijE~ menunjukkan rata-rata nilai fuzzy dari penilaian pengambil keputusan
yang dapat dinyatakan dengan TFN sebagai )ijE~;ijE~;ijE~(l(ijE~ um= yang
masing-masing nilainya dapat dicari sebagai berikut :
nn
k/)ijE~l
1(ijE~l k∑
==
nn
k/)ijE~m
1(ijE~m k∑=
=
nn
k/)ijE~u
1(ijE~u k∑
==
8. Fuzzy Synthetic Decision
Bobot setiap kriteria dan nilai performance fuzzy harus diintegrasikan
dengan perhituangan bilangan fuzzy untuk dijadikan nilai performance
fuzzy. Berdasarkan bobot setiap kriteria jw~ yang diperoleh dari
pembobotan fuzzy dapat diperoleh matriks fuzzy synthetic decision sebagai
berikut W~xE~R~ = . Pendekatan nilai fuzzy iR~ terwakili oleh
)R~;R~;R~(R~ iiii uml= dimana:
w jxlijln
j∑∑
==
1R~l i
w jxmijmn
j∑∑
==
1R~m i
w jxuijun
j∑∑
==
1R~u i
27
9. Fuzzy Ranking
Hasil fuzzy synthetic decision yang dicapai oleh setiap alternatif
merupakan bilangan fuzzy. Oleh karena itu diperlukan metode pra-ranking
non-fuzzy pada bilangan fuzzy yang diterapkan pada perbandingan setiap
alternatif. Dengan kata lain prosedur de-fuzzy-fikasi untuk memperoleh
nilai Best Nonfuzzy Performance (BNP). Salah metode de-fuzzy-fikasi
adalah center of area (COA) untuk memperoleh BNP lebih sederhana,
praktis dan tidak memerlukan preferensi evaluator. Nilai BNP dari
bilangan fuzzy iR~ dapat diperoleh dengan persamaan berikut :
)]RilR i(m)RilRi[(uBNPi −+−=
Dari BNP maka praranking setiap alternatif dilakukan berdasarkan BNP
dari setiap alterntif BNP yang paling tinggi merupakan performance
tertinggi.
2.2 Sistem Informasi
2.2.1 Sistem
Sistem menurut Mathiassen (2000, p9) adalah sistem adalah kumpulan
komponen yang menerapkan persyaratan model, fungsi, dan interface. Sistem
menurut McLeod,Jr (2001, p11) adalah sekelompok elemen yang terintegrasi
dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sistem menurut
O’Brien (2005, p29) adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan,
bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta
menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.
2.2.2 Informasi
Informasi menurut McLeod,JR (2001, p15) adalah data yang telah
diproses atau data yang memiliki arti. Informasi menurut O’Brien dan
Marakas (2006, p29) adalah data yang telah diubah ke dalam konteks yang
berarti dan berguna untuk pengguna akhir tertentu.
28
2.2.3 Sistem Informasi
Sistem informasi menurut O’Brien dan Marakas (200, p6) adalah
kombinasi yang teratur dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi
dan sumber daya data yang bertugas menyimpan, menarik, mengolah dan
memberikan informasi kepada pengguna dalam sebuah organisasi. Sistem
informasi menurut Bentley et al (2002, p8) adalah sekumpulan yang saling
berhubungan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan
mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan,
koordinasi, dan pengendalian dalam suatu organisasi. Sistem informasi dapat
membantu seorang manajer dalam pengambilan keputusan, membuat strategi
dan menganalisa situasi yang dihadapi.
2.3 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi
2.3.1 Unified Modeling Langauge (UML)
Menurut Wikipedia.com UML adalah standar untuk keperluan umum
bahasa pemodelan di software. UML mewakili dua pandangan yang berbeda
dari sebuah sistem model yaitu :
a. Statis
Menekankan struktur statis dari sistem yang menggunakan objek,
artibut, operasi dan hubungan. Dengan memperlihatkan class diagram
dan composite structure.
b. Dinamis
Menekankan perilaku sistem dinamis dengan menunjukan kolaborasi
antara benda dan perubahan keadaan internal objek,. Dengan
memperlihatkan sequence diagram, activity diagram dan state machine
diagram.
UML menggabungkan teknik-teknik terbaik dari diagram hubungan
entitas, aliran kerja, pemodelan objek dan komponen model. Hal ini dapat
digunakan dengan semua proses, sepanjang siklus hidup pengembangan
software dan teknologi implementasi yang berbeda.
29
2.3.2 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Mathiassen OOAD (2001, p12) adalah kumpulan pedoman
umum untuk analisa dan desain.
Gambar 2.7 Metodologi Object Oriented Analysis and Design menurut Mathiassen
Menurut Booch (2005, p125) Object Oriented Design adalah metode
yang meliputi desain proses dekomposisi berorientasi objek dan notasi untuk
menggambarkan logis dan fisik serta model statis dan dinamis dari sistem di
bawah desain. Object – Oriented Analysis objek - berorientasi analisis adalah
suatu metode analisis yang memeriksa persyaratan dari sudut pandang kelas-
kelas dan objek yang ditemukan dalam kosakata masalah domain.
OOAD mencerminkan empat perspektif sentral pada sistem dan
konteks informasi. Bagaimana sistem akan digunakan, sistem secara
keseluruhan dan komponen sistem. Kegiatan utama OOAD seperti analisis
problem domain, aplikasi problem domain, desain arsitektur dan desain
komponen masing-masing. Setiap kegiatan mengarah pada hasil yang spesifik
yang kemudian dimasukkan dalam analisis dan desain dokumentasi.
30
a. Rich Picture
Rich Picture menurut Mathiassen (2001, p26) adalah sebuah gambar
informal yang menggambarkan ilustrasi pemahaman situasi.
Gambar 2.8 Rich Picture yang Difokuskan Pada stabilitas
Untuk digunakan dari bagian system definition, rich picture harus:
• Memusatkan pada stabilitas atau perubahan.
• Memproses seperti pekerjaan, produksi, pengolahan informasi,
perencanaan, kendali dan pengembangan.
• Struktur seperti produksi, aplikasi, komunikasi, persetujuan,
kepemilikan, keanggotaan dan kuasa.
• Rich pictures, bukan gambaran kacau dan tidak beraruturan.
Rich picture difokuskan pada aspek-aspek penting dari situasi yang
ditentukan oleh ilustrator. Rich Picture harus memberikan gambaran yang
luas mengenai situasi yang memungkinkan beberapa alternatif dari
interpretasi.
31
b. Kriteria FACTOR memuat enam elemen
• Functionality: Fungsi sistem yang mendukung tugas application-
domain.
• Application domain: Bagian dari suatu organisasi yang administrate,
monitor, atau mengendalikan problem domain.
• Conditions: Dengan kondisi yang bagaimana sistem akan
dikembangkan dan digunakan.
• Technology: Semua Teknologi yang digunakan untuk
mengembangkan dan menjalankan sistem.
• Objects: object Yang utama didalam problem domain.
• Responsibility: tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan
dalam hubungannya dengan konteks sistem.
2.4 Problem Domain Analysis
Problem domain adalah bagian dari konteks yang diatur, dimonitor
dan dikontrol oleh sistem. Problem domain analysis adalah model problem
domain menyediakan untuk mengungkapkan syarat-syarat ke sistem.
Aktivitas problem domain terdiri dari 3 kegiatan yaitu class, structure dan
behavior.
Gambar 2.9 Aktivitas Model Problem Domain
32
1. Class
Menurut Mathiassen (2001, p53) class adalah kumpulan dari objek
yang mempunyai structure, behavioral pattern, dan attributes yang
bersamaan. Objek adalah suatu entitas yang memiliki identitas, state, dan
behavior. Event adalah insident yang terjadi seketika yang melibatkan satu
atau lebih object. Event table adalah menggambarkan hubungan antara class
dan event yang telah dievaluasi.
2. Structure
Dimulai dengan class dan event yang ada pada event table. Tentukan
struktur object dan class. Structure bertujuan untuk menghubungkan antara
class dan object dalam problem domain yang menghasilkan class diagram.
Class structure menggambarkan hubungan statis dan konseptual antar class.
Class Structure terdiri dari :
• Generalization
Dimana sebuah general class menggambarkan properti umum dari
subclass.
Gambar 2.10 Struktur Generalisasi
• Cluster
Adalah kumpulan kelas yang dapat membantu dalam pencapaian dan
menyediakan keseluruhan dari problem domain.
Object structure menggambarkan hubungan dinamis dan konkrit antar object.
• Aggregation
Dimana sebuah objek superior terdiri dari beberapa objek inferior yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari objek superior tersebut.
Passenger Car
Taxi Private Car
33
• Association structure
Merupakan hubungan antara sejumlah objects.
3. Behaviour
Behaviour sebuah object ditentukan dari event trace. Event trace adalah
urutan event yang melibatkan object khusus atau spesifik. Behaviour pattern
menjelaskan event trace yang mungkin untuk semua objek dalam sebuah
class. Ada tiga tipe notasi behaviour pattern yang menjelaskan kemungkinan
kejadian dalam siklus sebuah object yaitu :
• Sequence : serangkaian peristiwa yang menjelaskan satu per satu
• Selection : hanya satu dari serangkaian peristiwa yang terjadi
• Iteration : suatu peristiwa yang terjadi nol atau lebih kali.
Gambar 2.11 Sequence Diagram
2.5 Application Domain Analysis
Menurut Mathiassen (2001, p 115) application domain adalah
organisasi yang mengelola, memonitor dan mengontrol problem domain.
Application domain berfokus pada fungsi dari interface sistem dan bagaimana
sistem akan digunakan oleh user. Kebutuhan sistem dibedakan dalam tiga
bagian utama yaitu usage, function dan interface.
34
Gambar 2.12 Aktivitas dalam Analisis Application Domain
• Usage
Menurut Mathiassen (2000, p119) actor adalah abstraksi dari user atau sistem
lain yang berinteraksi dengan target sistem. Use case adalah pola interaksi
antara sistem dan actor di dalam application domain.
Gambar 2.13 Use Case Diagram
• Function
Menurut Mathiassen (2001, p137) Function adalah sebuah fasilitas untuk
membuta sebuah model yang berguna untuk actor. Aktivitas function ini
berupa sebuah function list beserta tipe fungsi dan kompleksitasnya. Function
dibagi menjadi 4 aktivitas yaitu :
• Update : fungsi yang diaktifkan oleh problem-domain event dan
hasilnya adalah perubahan pada atribut model.
35
• Signal : fungsi yang diaktifkan oleh perubahan pada atribut model dan
hasilnya adalah reaksi di dalam konteks. Reaksi ini mungkin
ditampilkan ke actor dalam application domain atau langsung
mengintervensi problem domain.
• Read : fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan akan informasi dari
kegiatan actor dan hasilnya merupakan tampilan bagian-bagian model
yang revelan dengan informasi yang dibutuhkan.
• Compute : fungsi yang diaktifkan karena kebutuhan informasi dari
kegiatan kerja actor dan terdiri dari komputasi yang melibatkan
informasi dari actor atau model. Hasil yang ditampilkan berupa hasil
perhitungan.
• Interface
Menurut Mathiassen (2001, p151) interface adalah fasilitas yang membuat
model sistem dan function dapat berinteraksi dengan actors. User interface
adalah interface untuk users yang menghasilkan dialogue style dan form
presentasi, daftar lengkap elemen user interface, window diagram pilihan dan
navigation diagram. System interface adalah interface ke sistem lain.
Gambar 2.14 Sub-Aktivitas di Interface
36
2.6 Architectural Design
Architectural design bertujuan untuk merancang sistem terkomputerisasi
berupa arsitektur yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
1. Criteria
Kriteria adalah sifat-sifat terpilih yang harus dimiliki oleh arsitektur.
Kriteria ini yang nantinya dipakai sebagai alat untuk mengukur kualitas
software yang akan dibangun. Kriteria-kriteria yang ada akan dibuat
priorotasnya sesuai dengan kebutuhan sistem target, yaitu apakah criteria
tersebut sangat penting, penting, kurang penting, tidak relevan, atau
mudah ditambahkan.
• Usable : Kemampuan beradaptasi sistem dalam organisasi, hubungan
kerja dan secara teknik
• Secure : Kemampuan untuk menanggulangi bahaya dari akses tak
berwenang terhadap data dan fasilitas.
• Efficient : Eksploitasi secara ekonomi dari fasilitas teknik platform.
• Correct : Sistem dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
• Reliable : Sistem dapat memenuhi kebutuhan eksekusi fungsi-fungsi
program.
• Maintainable : Biaya yang digunakan untuk mengalokasikan dan
memperbaiki kerusakan sistem.
• Testable : Biaya yang digunakan untuk meyakinkan bahwa sistem
yang dikembangkan melakukan fungsi sesuai dengan
• Flexible : Biaya yang digunakan untuk memodifikasi sistem yang
telah dikembangkan.
• Comprehensible : Usaha yang dibutuhkan agar user dapat memahami
sistem dengan mudah.
• Reusable : Menggunakan bagian suatu sistem pada sistem lain yang
berhubungan.
37
• Portable : Biaya untuk memudahkan sistem pada platform teknikal
lainnya.
• Interoperatable : Biaya untuk merangkaikan sistem pada sistem lain.
2. Component
Menurut Mathiassen (2000, p190) arsitektur komponen yang baik
membuat sistem lebih mudah untuk memahami, mengatur pekerjaan
desain dan mencerminkan stabilitas sistem konteks. Ini juga mengubah
tugas desain kurang kompleks menjadi beberapa tugas. Component adalah
kumpulan program merupakan bagian yang utuh dan memiliki tanggung
jawab yang didefinisikan dengan baik. Component architecture adalah
suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling
berhubungan. Pola arsitektur terdiri dari :
• Pola arsitektur layer
• Pola arsitektur umum
• Pola arsitektur client-server
Tabel 2.4 Perbedaan Bentuk dari Distribusi Di Client-Server Architecture
Client
U
Server
U + F + M
Architecture
Distributed presentation
U
U + F
U + F
U + F + M
F + M
F + M
M
M
Local presentation
Distributed functionality
Centralized data
Distributed data
3. Process
Menurut Mathiassen (2001, p211) process architecture adalah sebuah
sistem eksekusi stuktur dimana proses saling tergantung. Di dalam
arsitektur proses terdapat istilah processor dan active. Processor adalah
38
sebuah alat yang dapat melaksanakan program. Acitve object adalah
sebuah objek yang menetapkan sebuah proses.
2.7 Design Compenent
2.7.1 Model Component
Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan
model dari problem domain. Analisa adalah model dijelaskan dengan
menggunakan class diagram dan statechart diagram, model juga digunakan
sebagai dasar untuk mendesain komponen model yang berorientasi object.
Tujuan dari Komponen Model adalah untuk memberikan data yang
sekarang dan data historis ke user dan sistem yang lainnya. Informasi yang
disimpan berhubungan dengan sistem yang ada didalam problem domain.
Hasil dari aktifitas komponen model adalah class diagram dari aktivitas
analisis yang direvisi.
2.7.2 Function Component
Tujuan dari function component memberikan user interface dan komponen
sistem lainnya untuk mengakses model. Function component berfungsi untuk
menghubungkan usage dan model. Beberapa aktivitas yang ada di function
component yaitu :
1. Merancang fungsi sebagai operasi berdasarkan tipe.
2. Mencari salah satu dari beberapa pola yang dapat membantu anda
menerapkan operasi.
3. Tentukan operasi yang kompleks
Hasil utamanya adalah class diagram untuk komponen fungsi dan
extension dari class diagram untuk komponen model. Jika fungsi utama tidak
dapat diidentifikasikan maka fungsi dapat dipecah menjadi beberapa fungsi
yang dapat dengan mudah di kelompokan.
39
a. Update
Fungsi update menerima input data dari event yang terjadi dan hasilnya akan
dikembalikan ke tempat fungsi dimana fungsi tersebut diaktifkan. Fungsi
update langsung berhubungan dengan problem domain.
Gambar 2.15 Fungsi Update Sebagai Seperangkat Operasi
b. Read
Fungsi read menunjukan kebutuhan user akan informasi yang diperoleh dari
sistem.
Gambar 2.16 Fungsi Read Sebagai Seperangkat Operasi
40
c. Compute
Fungsi compute menunjukan user atau sistem lain membutuhkan data untuk
memproses, dimana termasuk membaca model kemudian melakukan proses
perhitungan untuk mengupdate data.
Gambar 2.17 Fungsi Compute Sebagai Seperangkat Operasi
d. Signal
Fungsi signal untuk monitor dan mengontrol. Fungsi signal ada dua jenis
yaitu aktif dan pasif. Fungsi aktif signal bisa diimplementasikan oleh operasi
yang aktif secara permanen dan dievaluasi secara rutin. Fungsi pasif bisa
diimplementasikan oleh operasi yang pada dasarnya tidak aktif setelah
diaktifkan oleh event tertentu.
Gambar 2.18 Fungsi Signal Sebagai Seperangkat Operasi
41
2.8 Procurement
Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p56) procurement mengacu
pada semua aktivitas yang melibatkan kegiatan untuk mendapat barang-
barang dari supplier. Kegiatan procurement meliputi kegiatan pembelian,
logistic ke dalam seperti transportasi, penerimaan, pengecekan dan
penyimpanan bahan baku sebelum digunakan ke dalam proses produksi.
Gambar 2.19 Proses-Proses yang Terjadi Dalam Procurement Tradisional
Munurut Kalatoka (2001,p399) terdapat tipe pembelian yaitu :
1. Strategic buying berorientasi pada hubungan pembelian bahan baku untuk
jangka waktu panjang. Kegiatan ini termasuk pemilihan supplier,
negosiasi kontrak dan manajemen supplier.
2. Transactional buying menekan hubungan berdasarkan perjanjian kontrak
yang ada dan perjanjian yang antara pembeli dan penjual dalam
pemrosesan transaksi.
3. Spot buying berorientasi pada hubungan pendek yaitu perjanjian sekali.
Dimana perusahaan dihadapi pada situasi dimana supplier tetap tidak
dapat memenuhi kebutuhan bahan baku. Maka perusahaan terpaksa
mencari supplier lain yang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku.
42
Donald (2002, p40) Procurement menyangkut informasi untuk
melengkapi persiapan purchase order (PO), modifikasi dan pencari pemasok
secara keseluruhan.
Hal ini dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini :
Gambar 2.20 Procurement Cycle Activities
Sering kali antara istilah antara purchasing dan procurement sering
tetukar. Purchasing umumnya berhubungan dengan aktivitas pembelian dan
aktual material. Aktivitas procurement dikenal sebagai process-oriented.
Turban (2004,p31) procurement management adalah koordinasi semua
aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pembelian barang-barang dan
jasa-jasa yang dibutuhkan untuk melengkapi misi organisasi.
2.8.1 Electronic Procurement
Menurut Richardus Eko Indrajit yang dikutip dari situs webnya
(www.ebizasia.com) e-procurement merupakan suatu mekanisme pembelian
masa kini atau dapat dikatakan sebagai teknik pembelian modern – dengan
memanfaatkan sejumlah aplikasi berbasis internet dan perangkat informasi
terkait lainnya sebagai enabler dalam menjalankan proses tersebut.
E- procurement merupakan bagian dari e-commerce untuk perantaran
barang dan jasa atau digunakan untuk tendering barang dan jasa antara
perusahaan dan pemasok. E-procurement merupakan aplikasi yang
Sourcing
Receiving Transportation
Order Placement and Expediting
Supplier
43
menggunakan aplikasi internet yang banyak diakses oleh perusahaan besar
dan badan usaha umum.
Sedangkan menurut Turban (2004, p232) e-procurement adalah
memperoleh barang-barang dan jasa untuk organisasi dengan menggunakan
fasilitas elektornik.
Gambar 2.21 Rantai E-Procurement
Para pembeli dapat berfokus pada beberapa strategi pembelian untuk
mencapai tujuan dan keuntungan dari e-procurement adalah :
a. Menurunkan harga pembelian melalui standarisasi produk dan
penggabungan pembelian.
b. Meningkatkan produktivitas agen-agen pembelian (menyediakan
waktu lebih banyak dan mengurangi tekanan kerja).
c. Meningkatkan manajemen dan aliran informasi seperti informasi
pemasok dan harga.
d. Memastikan pengiriman tepat waktu, setiap waktu.
e. Mempererat hubungan kolaborasi dengan supplier.
44
f. Memperbaiki proses pembayaran.
g. Merampingkan proses procurement, membuat secara sederhana dan
cepat.
h. Mengurangi permintaan keahlian dan pelatihan agen-agen pembelian.
i. Mengurangi jumlah pemasok.
j. Mengurangi kesalahan manusia dalam pembelian dan proses
pengiriman.
k. Menemukan supplier baru dan penjual yang dapat menyediakan
produk secara cepat dan murah.
l. Mengintegrasikan proses procurement dengan pengawasan anggaran.
m. Memiliki pilihan supplier yang lebih luas sehingga perusahaan dapat
membandingkan tawaran pemasok-pemasok tersebut seperti
membandingkan harga, kualitas dan kecepatan pengiriman pesanan.
n. Dari sisi supplier adalah dapat memperoleh kesempatan tender yang
lebih luas karena dapat memperoleh informasi melalui web di internet
dan mengurangi biaya untuk pengajuan tender.
Tujuan utama strategi e-procurement perusahaan menurut Kalakota
dan Robinso (2001,p339) adalah untuk lebih baij mengatur biaya operasional
perusahaan. Sebagaimana yang dicari margin sehingga perusahaan perlu
mengatur biaya operasional se-efisien mungkin. Gambar dibawah ini
menggambarkan solusi manajemen e-procurement yang terintegrasi.
45
Gambar 2.22 Manajemen E-Procurement
2.8.2 Metode E-Procurement
Menurut Turban (2004, p231) berpendapat perusahaan-perusahaan
menggunakan metode-metode yang berbeda untuk memperoleh barang-
barang dan jasa-jasa bergantung pada apa dan dimana mereka membeli,
jumlah yang dibutuhkan dan berapa jumlah uang yang terpakai. Berikut ini
metode umum dalam procurement :
- Membeli langsung dari produsen, wholesaler, atau retailer dari katalog
mereka dan dimungkinkan bernegosiasi. Apabila disepakti oleh kedua
pihak maka ditanda tangani kontrak untuk melakukan pembelian.
- Membeli dari internal buyer’s catalog yang diapprove dari katalog
supplier termasuk harga kesepakatan.Pendekatan ini digunakan untuk
pengimplementasian desktop purchasing dimana memungkinkan
requisition untuk memesan secara langsung dari supplier.
- Membeli di website lelang private atau publik dimana perusahaan ikut
serta sebagai salah satu pembeli. Bergabung dengan sistem purchasing
kelompok yang menggabungkan permintaan peserta, menciptakan volume
besar. Lalu kelompok dapat negosiasi harga atau melakukan proses lelang.
46
- Berkolaborasi dengan supplier untuk berbagi informasi penjualan dan
persediaan, untuk mengurangi persediaan dan stock-out dan pengiriman
just-in-time.
2.8.3 Jenis-Jenis Aplikasi E-Procurement
Menurut Pujawan (2005,p163) beberapa jenis aplikasi E-Procurement yaitu :
1. E-Catalogue merupakan katalog tercetak dalam bentuk buku atau brosur
secara tradisional tetapi dengan adanya internet maka katalog itu bisa
ditampilkan di website. Disini perusahaan dapat mengumpulkan informasi
supplier atau calon supplier dengan segala bentuk barang atau jasa yang
bisa mereka pasok.
2. E-Auction merupakan aplikasi untuk membantu proses lelang.
3. B2B Market Exchange merupakan banyak pembeli dan penjual bertemu
secara virtual. Pada kebanyakan kasus, aplikasi ini dimiliki dan dikelola
pihak ketiga.
4. B2B Private Exchange merupakan aplikasi yang digunakan untuk
membantu proses transaksi rutin dengan supplier. Perusahaan bisa
mengirimkan purchase order secara elektronik, mengecek status
pengiriman, melakukan transaksi pembayaran dan sebagainya. Selain itu,
aplikasi dapat digunakan untuk berbagi informasi rencana produksi dan
informasi lainnya dengan supplier. Supplier dapat juga membagikan
informasi ketersediaan dan kapasitas barang atau jasa.
2.9 Internet, HTTP, WWW
Internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang
menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer di
seluruh dunia. Internet memungkinkan adanya real time service seperti web
radio dan webcast yang dapat diakses diseluruh dunia.
47
Hyper Text Transfer Protocol (HTTP) adalah protokol yang
digunakan untuk mentransfer dokumen dalam world wide web (www). HTTP
adalah sebuah protokol meminta atau menjawab antara client dan server.
Menurut Eaglestone dan Ridley (2004, p24) World Wide Web (WWW)
adalah sebuah aplikasi pada internet yang menyediakancara sederhana untuk
mengakses informasi dan menjalankan program yang disimpan dalam
komputer yang dihubungkan dengan internet. WWW memiliki memori
didalamnya dimana informasi dapat ditampilkan, disimpan dan diakses.